• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF PEMBELAJARAN TEMA 8 TEMPAT TINGGALKU SUB TEMA 2 KEUNIKAN DAERAH TEMPAT TINGGALKUKELAS 4 SD SEMESTER 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF PEMBELAJARAN TEMA 8 TEMPAT TINGGALKU SUB TEMA 2 KEUNIKAN DAERAH TEMPAT TINGGALKUKELAS 4 SD SEMESTER 2"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF PEMBELAJARAN TEMA 8 TEMPAT TINGGALKU

SUB TEMA 2 KEUNIKAN DAERAH TEMPAT TINGGALKUKELAS 4 SD SEMESTER 2

ARTIKEL

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

oleh

Vitalia Luruk Seran 292012303

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF PEMBELAJARAN TEMA 8 TEMPAT TINGGALKU

SUB TEMA 2 KEUNIKAN DAERAH TEMPAT TINGGALKU KELAS 4 SD SEMESTER 2

Vitalia Luruk Seran

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

Email: 292012303@student.uksw.edu ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui (1) bagaimanakah mengembangkan instrumen kognitif pembelajaran tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan DaerahTempat TinggalkuKelas 4 SD Semester 2berdasarkan kurikulum 2013; (2) bagaimanakah visibilitas penggunaan instrumen aspek kognitif di lapangan dan; (3) bagaimanakah tingkat validitas instrumen aspek kognitif berdasarkan teori respon butir (TRB).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Prosedur penelitian ini adalah membuat instrumen butir soal, uji coba produk, analisis butir soal, revisi, uji coba produk, revisi, uji coba produk, produk akhir. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Salatiga 05, SDN Blotongan 1, dan SDN Kumpulrejo 03 Salatiga dengan melibatkan 35 siswa. Teknik pengumpulan data adalah teknik tes dengan instrumen butir soal berjenis obyektif berbentuk pilihan ganda. Teknik analisis data menggunakan analisis butir soal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) cara mengembangkan instrumen kognitif melalui langkah menentukan tema dan sub tema, menentukan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, menentukan tujuan pembelajaran, menentukan alat ukur, membuat kisi-kisi pengukuran kognitif, membuat instrumen butir soal, melakukan uji coba I, analisis butir soal I, revisi I, uji coba II, analisis butir soal II, revisi II, uji coba III, analisis butir soal III, produk akhir; (2) visibilitas instrumen kognitif yang digunakan untuk menilai aspek kognitif saja dan dapat digunakan untuk mengukur KD yang diharapkan; (3)tingkat validitas instrumen aspek kognitif berdasarkan teori respon butir (TRB) adalah sahih dengan r ≥0,20, reliabel dengan α≥0,20dan tingkat kesukaran butir soal sedang 0,25 <P≤0,75. Instrumen kognitif pembelajaran tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah TinggalkuKelas 4 SD semester 2 layak sebagai instrumen yang baik.

Saran yang diberikan bahwa guru perlu melakukan analisis butir soal untuk melakukan penilaian kepada siswa baik penilaian aspek kognitif, afektif maupun psikomotor untuk instrumen yang berbentuk obyektif.

Kata kunci : Pengembangan, Instrumen Penilaian Kognitif, Pembelajaran Tematik, Kurikulum 2013.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Instrumen penilaian merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran. Instrumen digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemampuan siswa atau hasil belajar siswa dan sekaligus sebagai salah satu indikator untuk menentukan mutu

(7)

2

pendidikan. Dalam pembelajaran tematik, Wardani Naniek Sulistya dkk., (2012 :141). menyatakan bahwa penyusunan instrumen tes mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan, memperoleh umpan balik bagi guru, untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran, memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik, sebagai acuan dalam menentukan tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan).

Penilaian yang sering dilakukan di sekolah untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah penilaian kognitif yang menekan pada pemahaman siswa tentang materi. Teknik yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar adalah berupa tes yang diujikan dengan butir soal, namun masalah yang ditemukan di sekolah adalah sebagai pendidik atau guru sering kurang menyadari bahwa mengembangkan butir soal sebagai alat ukur hasil belajar perlu memperhatikan langkah langkah dalam menulis butir-butir soal, karena demikian seringnya pengajar menyusun butir soal hasil belajar justru sering menimbulkan kecerobohan, karena mengangap hal menyusun butir soal adalah hal yang sudah biasa dilakukan secara umum dilakukan dan kurang perlu mempersiapkannya secara cermat dan tidak perlu memperhatikan langkah-langkah dalam menyusun butir soal, dan terkadang dalam semester baru guru tidak lagi membuat butir soal yang digunakan sebagai tes, tetapi guru menggunakan butir soal yang dari semester sebelumnya digunakan untuk melakukan tes terhadap peserta didik dan menentukan hasil belajar peserta didik. Untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran hasil belajar, maka dalam membuat butir soal harus memperhatikan karakteristik peserta didik, tes harus direncanakan secara cermat dan menyusun butir soal perlu memperhatikan langkah-langkah penyusunan butir soal. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan instrumen butir soal minimal untuk aspek kognitif.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah mengembangkan instrumen kognitif pembelajaran tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku kelas 4 SD Semester 2 berdasarkan kurikulum 2013; bagaimanakah visibilitas penggunaan instrumen aspek kognitif di lapangan; bagaimanakah tingkat validitas instrumen aspek kognitif berdasarkan teori respon butir (IRT).

(8)

3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengetahuan untuk mengembangkan dunia pendidikan khususnnya dalam hal pengembangan instrumen penilaian kognitif Manfaat Teoritis : Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan perbaikan lebih lanjut instrumen kognitif dalam desain pembelajaran saintifik yang diterapkan dengan memperbaiki kelemahan yang ada.

KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Tematik

Menurut Kemendikbud tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema. Pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar (SD) sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema.

Pembelajaran pada jenjang sekolah dasar dan menengah menggunakan kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik untuk SD/MI masing-masing kelas disediakan dalam berbagai tema. Tema-tema pada pembelajaran integratif kurikulum 2013 berkaitan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya memberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjaskes pada kelas 1 sampai kelas 6. Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu: (1) berkenaan dengan sikap spritual, (2) tentang sikap sosial, (3) tentang pengetahuan, dan (4) tentang keterampilan

Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki proses psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

Pembelajaran tematik untuk kelas 4 semester II terdiri dari 5 tema dan dalam setiap tema terdiri dari beberapa sub tema, berikut adalah sajian tema dan penjabaran dari sub tema.

(9)

4 Tabel 2.1.

Pembelajaran Tematik Kelas 4 Semester II

Tema Sub Tema

5) Pahlawanku

1. Perjuangan Para Pahlawan 2. Pahlawanku Kebanggaanku 3. Sikap Kepahlawanan 6) Indahnya Negeriku

1.Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan 2. Keindahan Alam Negeriku

3. Indahnya Peninggalan Sejarah 7 ) Cita-citaku

1 Aku dan Cita-citaku 2 Hebatnya Cita-citaku

3 Giat Berusaha Meraih Cita-cita 8 ) Tempat Tinggalku

1. Lingkungan Tempat Tinggalku 2. Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

3. Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku 9) Makananku Sehat dan

Bergizi

1 Makananku Sehat dan Bergizi 2 Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi 3 Kebiasaan Makanku

Sumber : Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 4 Semester II

Pada pembelajaran tematik berdasarkan kurikulum 2013 disekolah, guru harus menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) dalam proses pembelajaran yang menyentuh tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam Buku Guru IPS Klas 7 SMP (2014, 8) mendefinisikan pendekatan scientifik sebagai pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan kesimpulan (5M). Dalam setiap pembelajaran, guru tidak hanya mentransfer materi kepada peserta didik, namun juga harus melakukan evaluasi belajar, sehingga hasil belajar dari setiap siswa dapat diketahui. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:12) hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes). Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik maka perlu adanya pengukuran, asesmen, dan evaluasi.

Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012: 47). Menurut Alen dan Yen(1979) dalam Wardani Naniek Sulistya,dkk. (2012 : 48), pengukuran adalah menetapkan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Penetapan angka dalam pengukuran memerlukan alat ukur atau instrumen. Bentuk-bentuk instrumen adalah tes, lembar observasi, wawancara, skala sikap dan angket. Salah satu aspek

(10)

5

yang dapat diukur untuk mengetahui kemampuan peserta didik adalah aspek kognitif. Menurut Benyamin Bloom, dalam Wardani Naniek Sulistya,dkk. (2012 : 193) menyatakan bahwa, aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir mengetahui dan memecahkan masalah. Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa aspek kognitif adalah hasil belajar yang menitik beratkan pada kemampuan otak, sehingga peserta didik mampu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesis, dan mengevaluasi. Jenjang proses berpikir terdiri dari 6 yaitu:

1. Ingatan (C1), merupakan jenjang proses berpikir yang paling sederhana.

2. Pemahaman (C2) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan.

3. Penerapan (C3) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari pemahaman.

4. Analisis (C4), merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tingi dari penerapan.

5. Evaluai (C5) merupakan jenjang proses berpikir yang lebih kompleks dari analisis. 6. Membuat (C6) menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.

Arikunto (2013: 134) menyatakan bahwa ranah kognitif yang cocok diterapkan di SD yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Selain itu dapat dilatihkan di sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), atau perguruan tinggi. Oleh karena itu, dalam penulisan soal obyektif ini hanya sampai pada C1 dan C3 karena penelitian ini berkaitan dengan pembelajaran di SD. Dalam melaksanakan pengukuran ada 2 teknik pengukuran yaitu teknik tes dan non tes. Menurut Suryanto Adi, dkk.(2009) tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasih tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (dalam Wardani Naniek (2012 : 70 ). Berdasarkan cara mengerjakannya, tes dibagi menjadi 3 yaitu: Jenis tes tertulis secara umum dikelompokan menjadi 2 yaitu Tes Subyektif dan Tes Obyektif.

Cara mengembangkan instrumen penilaia obyektif dalam Wardani Naniek dkk. (2012 : 176.) Asesmen Pembelajaran SD ada 10 pedoman dalam mengembangkan Tes pilhan ganda

(11)

6 1. Soalnya harus jelas

2. Isi pilhan jawaban harus homogen dalam arti isi 3. Panjang kalimat pilihan jawaban relative sama,\ 4. Tidak ada petunjuk jawaban benar

5. Hindari menggunakan pilihan jawaban “semua benar” atau semua salah” 6. Pilhan jawaban angka diurutkan

7. Pilhan jawaban logis dan tidak menggunakan negative ganda

8. Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes 9. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku

10. Letak jawaban yang benar ditentukan secara acak.

Analisis Butir soal menggunakan Item Respon Butir (IRT) Kualitas butir soal dapat diketahui melalui analisis butir soal.Menurut S. Hamid & Aswi (1991) dalam Wardani Naniek dkk., (2012 : 335) analisis butir soal diperlukan untuk :

1. mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes, sehingga dapat dilakukan dengan seleksi revisi butir soal.

2. memperoleh informasih tentang spesifikasi butir soal secara lengkap, sehingga kan lebih memudahkan bagi guru menyusun perngkat soal yang akan memenuhi kebutuhan ujian dalam bidang dan tingkat tertentu.

3. segera dapat diketahui masalah yang terkandung dalam butor soal, seperti; kemenduaan butir soal, kesalahan meletakan kunci jawaban, soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah, atau soal yang tidak dapat membedakan anatar peserta didik yang mempersiapkan diri secara baik atau tidak dalam menghadapi tes.

4. dijadikan alat guna menilai butir soal yang akan disimpan dalam kumpulan soal atau bank soal yang baik menjadi kumpulan soal atau bank soal merupakan hal yang akan dianjurkan kepada guru.

5. Memperoleh informasi tentang butir soal sehingga memungkinkan untuk menysun beberapa perangkat soal yang parallel. Penyusunan perangkat seperti ini sangat bermanfaat bila akan memudahkan ujian ulang atau mengukur kemampuan beberapa kelompok peseta tes dalam waktu yang berbeda.

Dalam melakukan analisis butir soal ada 2 teori yang digunakan. Wardani Naniek dkk. (2012 :335 )mengemukakan 2 teori tersebut adalah teori tes klasik dan teori tes modern. Dalam melaksanakan analisis butir soal, ada 2 teknik yaitu teknik secara kualitatif dan kuantitatif.

(12)

7

Millman dan Greene, (1993) oleh Wardani Naniek dkk. (2012 : 337) Asesmen Pembelajaran SD Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir soal ditelaah dari segi Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukan proporsi peserta didik yang menjawab betul suatu buti soal Slameto (2011)oleh Wardani Naniek (2012 : 338) Asesmen Pembelajaran SD Semakin besar tingkat kesukaran berarti soal itu semakin mudah, demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat kesuran soal berarti soal itu makin sukar. Indeks tingkat kesukaran soal (p) dapat dihitung dengan rumus seperti berikut:

P

Untuk menentukan tingkaat kesukaran butir soal dapat mnggunakan tabel tingkat kesukaran berikut

Rentang Nilai Tinggkat Kesukaran

0,00-25 0,26-075 0,76-1.00 Sukar sedang Mudah

Daya Pembeda cara menghitung DB menggunkan rumus berikut ini: Daya Beda (DB) =

Keterangan:

KA: Jumlah peseta didik dalam kelompok atas sekitar (30% berdasrkan ranking skor total) yang menjawab benar

KB: Jumlah peserta didik dalam kelompok bawah (sekitar 30% berdasarkan ranking skor total) menjawab benar

J : Jumlah seluruh peserta tes kelompok atas dan kelompok bawah.

Penyebaran (Distribusi) jawaban dijadikan dasar dalam penelaah soal. Hal ini dimaksud untuk mengetahui berfubgsi tidaknya jawaban yang tersedia.

1. Paling tidak dipilih oleh 5% dari seluruh peserta didik

2. Lebih banyak dipilih oleh kelompok peserta didik yang belum menguasai materi. Validitas Instrumen yaitu ketepatan mengukur yang dimilki oleh sebutir item untuk mengukur apa yang seharusnya (Sudijono, A. 2001) dalam Wardani Naniek (2012 : 342) Skor total variable terikat (dependent variable ), skor item variable bebas (independent variable). Realiabilitas Skor Tes menurut Wardani Naniek (2012 : 344) Asesmen

(13)

8

Pembelajaran SD adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.

Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran ada beberapa tujuan.Untukmencapai kompetensi itu harus ada alat yang digunkan untuk mengukur. Alat ukur itu harus sahih/valid.dan reliabilitas(ajeg) Validitas mengukur faktor apa yang harus diukur realibilitas kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development / R&D) yang didefinisikan oleh Borg Dan Gal (1983 : 772) yang dikutip oleh Wardani Naniek dalam penelitiannya sebagai a process used to develop and validate educational products. Istilah produk mengacu pada objek material seperti model pembelajaran, perangkat pembelajaran seperti RPP, buku, LKS, soal- soal, materi ajar. Borg dan Gall (1983 : 775- 776) menjelaskan ada sepuluh langkah dalam Siklus R&D yang meliputi dari mengumpulkan data hingga diseminasi produk.

Pembelajaran Tematik Tujuan Pembelajaran Pengukuran Instrumen Kognitif Pengembangan Instrumen (butir Soal PG Soal Baik Butir Soal (PG) 4 alternatif Analisis Item

(14)

9

Adapun langkah-langkah penelitian secara detil adalah (1) melakukan penelitian pendahuluan (2)menyusun perencanaan membuat RPP (3) mengembangkan instrument (membuat butir soal) (4). uji coba instrument (20 siswa) (5) analisis butir soal (6) revisi butir soal uji lapangan utama 5 siswa (7) uji lapangan(10 Siswa) revisi (8) uji lapangan akhir.

Ruang lingkup instrumen yang dikembangkan adalah pengembangn instrumen aspek kognitif pada pembelajaran tematik dengan Tema 8 sub tema 2 kelas 4 Instrumen yang dikembangkan berupa tes pilhan ganda dengan 4 alternatif jawabanInstrument divalidasi melalui Item Respon Teori atau teori respon butirInstrument digunakan untuk mengetahui aspek kognitif Vasibilitas instrument dilakukan dengan menguji cobakan instrument dengan teori RPB/RPD teori 3 pembeda tingkat kesukaran soal.

Prosedur Penelitian

Secaragaris besar langkah penelitian danpengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata dan kawan-kawan terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) Studi Pendahuluan, 2) Pengembangan produk, dan ke 3) Pengujian produk.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan

Studi Pendahuluan

Tahap pertama studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri atas dua langkah, pertama studi kepustakaan dan kedua survei lapangan. Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk instrumen penilaian ranah kognitif yang akan

TAHAP PENGEMBANGAN PRODUK AKHIR MELAKUKAN STUDI PENDAHULUAN MENYUSUN PERENCANAAN RPP ANALISIS BUTIR SOAL UJI COBA PRODUK 20 SISWA PENGGUNA REVISI UJI 5 SISWATERBAT AS MEMBUAT INSTRUMEN BUTIR SOAL REVISI UJI 10 SISWATERBAT AS

(15)

10 dikembangkan.

Menyusun RPP dan Membuat Butir Soal

Langkah pertama, mengkaji KD berdasarkan silabus Tema 8 subtema 2 kelas IV. Tentang Lingkungan Tempat Tinggalku. Silabus Tema 8 subtema 2 kelas IV dalam kurikulum 2013

Membuat Butir Soal

Langkah selanjutnya, menulis butir soal. Setelah membuat RPP dan membuat kisi- kisi insrtumen yang dikembangkan berdasarkn pada teori yang diacu lalu dilkukan penulisan butir soal. Uji Coba Produk

Setelah penyususnan RPP dan penulisan soal dilakukan, Langkah selanjutnya, Pengujian Produk Instrument Penilaian Ranah kognitif dengan Menggunakan dengan teori respon butir (TRB) atau Instrument Respon Theory (IRT) dengan 3 parameter (tingkat kesukaran soal, daya pembeda dan korelasi biseria. Analisis Butir Soal Setelah uji coba produk instrument ranah kognitif kemudian dilakukan analisis butir soal dengan menggunakan Item Respon Butir (IRT) teori dalam tahap yang dilakukan adalah analisis secara kuantitatif yaitu:

a. Tingkat kesukaran soal dengan kesukaran (p) dapat dihitung dengan b. Daya Pembeda tes pilhan ganda (DB) = –

c. Penyebaran (Distribusi) jawaban Soal pihan ganda d. Validasi berdasar kriteria

e. Realibilitas skor tes

Revisi Uji coba Skala utama 5 siswa Langkah berikutnya adalah melakukan revisi terhadap butir pertanyaan, tujuan dari revisi instrument adalah Produk (Uji Coba 10 Siswa) Setelah dilakukan uji coba kepada 5 siswa dilakukan revisi jika dalam uji coba 5 siswa tersebut masih terdapat kelemahan dalam soal, dan perbaiki kemudian diuji cobakan kepada 10 siswa Produk (uji Coba produk terkahir)Setelah dilakukan uji coba kepada 10 siswa dilakukan revisi jika dalam uji coba 10 siswa tersebut masih terdapat kelemahan dalam soal, dan perbaiki kemudian diuji lapngan terakhir dan diperbaiki lagi. Subyek yang berpartisipasi dalam uji coba produk instrumen penilaian ranah kognitif pada uji coba terbatas melibatkan 60 orang siswa SD dari tiga sekolah, yaitu SD Negeri Kumpulrejo 03, SD Negeri Salatiga 05 dan SD Negeri Blotongan 01 .

(16)

11 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dan pengembangan instrument penilian kognitif yang dilakukan mengacu pada langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall (1983 : 775-776) ada sepuluh langkah. Langkah- langkah penelitiaan tersebut kemudian disesuaikan dengan kebutuhan yaitu dalam penelitian ini ada 8 langkah Adapun langkah- langkah penelitian secara detil adalah: (1) melakukan penelitian pendahuluan, (2)menyusun perencanaan membuat RPP, (3) mengembangkan instrument (membuat butir soal), (4)uji coba instrument (20 siswa), (5) analisis butir soal, (6) revisi butir soal uji lapangan utama 5 siswa, (7) uji lapangan(10 Siswa) revisi, dan (8) uji lapangan akhir.

Tahap Studi Pendahuluan

Pada saat Studi pendahuluan dilakukan observasi dan pngamatan terhadap kurikulum dan butir soal yang digunakan oleh guru sekolah dasar yang melibatkan tiga sekolah sebagai subjek penelitian. Dari observasi ini didapatkan hasil bahwa kurikulum yang digunakan oleh SDN Blotongan 01 dan SDN Kumpulrejo 03 adalah kurikulum KTSP dan SDN Salatiga 05 menggunakan kurikulum2013 dilihat dari silabus dan RPP yang digunakan oleh guru sekolah dasar yang dijadikan subjek penelitian ini perangkat pembelajaran iniperangkat pembelajaran ini sudah melakukan penilaian kognitf yang harus dicapai untuk setiap materi pokok yang diajarkan.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga sudah kooperatif yaitu dengan metode ceramah interaktif dan diskusi. Namun, evaluasi yang dilakukan oleh guru masih terbatas pada evaluasi domain kognitif dengant tes formatif tetapi butir soal tidak dilakukan analisis item Padahal, menurut soal evaluasi yang baik perlu dilakukan analisis item agar mendapatkan butir soal yang valid dan ajeg.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru didapatkan pula informasi guru mendapat pelatihan pembuatan alat evaluasi untuk penilaian domin kognitif yaitu dengan tes yang berupa pilihan ganda dan uraian. Sedangkan domain afektif dapat dilakukan dengan beberapa cara, antaara lain pengamatan, pemberian angket atau inventori namun, dalam pelaksanaanya untuk menilaian kognitif hanya dilakukan tes subyektif jarang dilakukan tes obyektif dan soal yang diteskan belum di anaisis item, Penilaian kognitif yang dilakukan juga hanya terbatas tidak memperhatikan tingkat ranah kognitif yang dimulai dari C1 sampai pada C6.

Oleh karena itu penilaian kognitif tidak bisa jika hanya dilakukan dengan tes subyektif, perlu alat evaluasikognitif yang tepat sesuai dengan panduan penyusunan instrumen penilaian kognitif dari Depdiknas (2008).

(17)

12

Dalam pembuatan kisi-kisi, menggunakan tingkatan ranah kognitif dan Kata Kerja Operasional (KKO) pada taksonomi Bloom yang meliputi:(C1)mengingat,(C2)Memahami, (C3)menerapkan, (C4)menganalisis, (C5)Mengevaluasi,dan (C6)Menciptakan.

Berdasarkan uraian hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa guru belum memiliki alat penilaian domain kognitif yang tepat sesuai KI dan KD panduan dari Depdiknas. Oleh karena itu dalam penilaian domain kognitif ini pertama menentukan menentukan cakupan materi yang akan diukur, KI dan KD terlebih, menentukan indikator, Kisi- kisi soal, menyusun RPP bersama perangkatnya. Salah satu alat evaluasi kognitif yang tepat dan berkualitas untuk menilai domain kognitif siswa yaitu dengan instrumen tes yang sesuai dengan tingkat berpikir sehingga siswa dapat memberi jawaban dari yang mudah kesukar atau dari yang sukar kemudah terhadap materi pembelajaran yang diterimanya oleh karena itu . Setelah menulis butir soal dilakukan Uji coba produk dengan menggunakan 20 siswa untuk mengetahui kelayakan soal. Hasil uji coba butir soal ini menggunakan Siswa kelas IV SDN Salatiga 05 sebagai subyek (masukan Data). Dari hasil yang didapatkan pada uji coba 20 siswa dilakukan analisis butir soal dengan menggunkana Teori Item Respon Butir (IRT) validasi berdasar kriteria dan Reliabilitas skor tes.

Pengembangan indikator penilaian dalam instrumen penilaian domain kognitif disusun sesuai dengan Kata kerja Operasional (KKO) ranah kognitif dan materi Tema 8 subtema 2 kelas IV. Tentang Lingkungan Tempat Tinggalku subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku. Sesuai dengan ketentuan dalam pengembangan instrumen penilaian kognitif , indikator penilaian, butir pertanyaan, nomor butir pernyataan dan skala penilaian sebelum disusun menjadi instrument. Dalam uji coba soal nomor 4, 8 dan 12 tingkat kesukarannya sangat sukar,daya pembedanya tidak berfungsi maka dilakukan perbaikan. dilakukan perbaikan agar dapat diuji cobakan pada kelompok kecil. Pada uji coba kelompok dengan menggunakan 20 siswa hasil uji coba Daya Pembeda soal nomor 4, dan 9 daya pembeda jelek - 0,75. Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimilki oleh sebutir item untuk mengukur apa yang seharusnya (Sudijono, A. 2001) dalam Wardani Naniek (2012 : 342). Pada uji coba kelompok dengan menggunakan 20 siswa ,hasil uji validitas terhadap instrumen penilaian domain kognitif dengan Teori rtabel sebesar 0,300. Setelah dilaksanakan ujicoba terdapat 7 ( 35%) item pernyataan yang tidak valid dengan rhitung < 0,300, sedangkan 13 (65%) item pernyataan lainnya sudah valid dengan rhitung > 0,300. Pernyataan yang tidak valid antara lain nomor 1,5,6,15,16,18,19.

(18)

13 1) Analisis Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan hasil analisis daya beda, validitas dan reliabilitas instrumen tersebut daapt disimpulkan bahwa draf 1 instrumen penilaian domain kognitif 16 (80%) item memiliki daya beda yang baik, 13 (65%) item pernyataan valid dan indeks keandalan tergolong baik. Dalam instrumen tersebut masih terdapat banyak pernyataan yang belum valid, hal ini disebabkan karena hanya berbekal pengalaman secar teoritik. Oleh karena itu untuk menghasilkan instrumen penilaian domain kognitif yang lebih baik, dilakukan revisi terhadap draf I instrumen yaitu untuk item pertanyaan tidak valid dan memiliki daya beda kecil. Hasil uji Skala utama ini menggunakan siswa kelas IV SDN Kumpul Rejo 03 sebagai Subyek(masukan Hasil) dari uji coba ini soal nomor 20 tingkat kesukarannya dalam ketgori sukar. Dilakukan revisi diujikan lagi kepada siswa 10 Setelah menganilisis dan merevisi soal yang dianggap lemah Langkah berikutnya adalah melakukan uji coba skala sedang 10 siswa.

Hasil uji Skala utama ini menggunakan siswa kelas IV SDN Salatiga 05 sebagai Subyek (masukan Hasil) dari uji coba ini soal nomor 20 tingkat kesukarannya dalam ketegori sukar. Dilakukan revisi diujikan lagi kepada siswa 10. Setelah menganilisis dan merevisi soal yang dianggap lemah Langkah berikutnya adalah melakukan uji coba terkahir dengan menggunakan 20 siswa. Hasil uji produk akhir ini menggunakan Siswa kelas IV SDN Blotongan 01 sebagai subyek (masukan Hasil). Pengembangan instrumen disesuaikan dengan standar kompetensi (KI) dari Tema 8 Tempat Tinggalku subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku. Karena instrumen penilaian domain kognitif ini berfungsi untuk menilai hasil belajar siswa, yang merupakan bagian dari proses pembelajaran maka instrumen penilaian domain kognitif ini disusun dengan mempehatikan tingkatan penilaian ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4) mengevaluasi (C5) menciptakan (C6) Kata Kerja Operasional (KKO) dalam tingkatan ranah kognitif digunakan untuk menyususn indikator penilaian yang tertera dalam kisi-kisi instrumen penilaian domain kognitif. Arikunto (2013: 134) menyatakan bahwa ranah kognitif yang cocok diterapkan di SD yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Selain itu dapat dilatihkan di sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), atau perguruan tinggi. Oleh karena itu, dalam penulisan soal obyektif ini hanya sampai pada C1 dan C3 karena penelitian ini berkaitan dengan pembelajaran di SD. Hasil telaah inilah yang digunakan untuk memperbaiki draf awal instrumen. Perbaikan draf awal juga didasarkan pada hasil validasi dari tim ahli. Hasil validasi dari tim ahli ini juga dijadikan acuan dalam penyususnan draf I instrumen yang digunakan untuk di ujicobakan kepada responden. Ujicoba dilakukan dengan melibatkan 15 responden.

(19)

14

Validitas dan reliabilitas merupkan indikator penting dalam menganalisis instrumen. Hasil dari analisis validitas dan reliabilitas inilah yang dijadikan acuan untuk memperbaiki isntrumen setelah pelaksanaan ujicoba.

Indeks tingkat kesukaran soal (p) dapat dihitung dengan rumus seperti berikut:

P Tingkat kesukaran soal pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00 (Aiken(1994) dalam Wardani Naniek 2012 : 338. Asesmen Pembelajaran SD). Untuk menentukan tingkaat kesukaran butir soal dapat mnggunakan tabel tingkat kesukaran berikut

Rentang Nilai Tinggkat Kesukaran

0,00-25 0,26-075 0,76-1.00 Sukar sedang Mudah

Setelah melakukan perbaikan instrumen disusun kembali dan digunakan untuk uji coba lapangan. Hasil ujicoba dengan jumlah siswa 30 siswa mendapatkaan hasil, tingkat kesukaran r ≤ 025 ≤ p ≤ 0,75.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian kognitif Tematik Kelas 4 tema 8 sub tema 2 pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dapat dikembangkan atau digunakan lagi namun dengan revisi.hadir penelitian awal menunjukan bahwa penilaian kognitif yang digunakan gutu kurang tepat, karena hanya dilakukan dengan uji ahli dan tidakdiujikan langsung pada siswa. Oleh karena itu dikembangkan instrumen penilaian domain kognitif sebagai salah satu alat evaluasi guru. Pengembangan draf awal instrumen, yaitu dengan uji coba, analisis butir soal hasil analisis butir soal menyatakan instrumen penilaian domain kognitif layak dengan rata persentase sahih dengan r ≥ 0,20 reiliabel dengan α ≥ 0,20 dan tingkat kesukran soal butir soal sedang 0,25 ≤ P ≤ 0,75. Instremen kognitif pembelajaran tema 8 Tempat tinggalku Sub tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 semester 2 layak sebai instrument yang baik. Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh, saran yang diberikan adalah guru perlu melakukan analisis butir soal untuk melakukan penilaian kepada siswa baik penilaian aspek kognitif, afektif maupun psikomor. Mengembangkan instrumen penilaian domain kognitif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu penulisan indikator sesuai dengan KKO ranah

(20)

15

kognitif, penggunaan bahasa yang tepat serta perbedaan penyususnan kalimat pada setiap kriteria pengukuran kognitif

DAFTAR PUSTAKA

Admiral, Munira. 2010. Dalam penelitiannya “Students’ Conceptions of the Nature of Mathematics and Attitudes towards Mathematics Learning” mengatakan bahwa The survey was conducted using a five-point Likert scale ranging from ‘strongly agree’ through ‘neutral’ to ‘strongly disagree’.

Azwar, Saifuddin. 2011. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Kemendikbud. (2014). Permendikbud No. 57 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Undang-Undang, Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kose, Esra Ozay. 2010.Dalam penelitiannya “The Factors That Affect Attitudes towards Environment of Secondary SchoolStudents”. Mengatakan bahwa There are a lot of studies that show environmental attitude of secondary school students and factors which affect this attitude. These studies introduced that a lot of factors effect student’s attitude. The most important of these factors is students’ knowledge about environment

Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen tes dan nontes. Yogjakarta: Mitra Cendikia Press

Mehmet Erdogan, dkk. 2011. Dalam penelitiannya “Development and validation of Children’s Responsible Environmental Behavior Scale”. Mengatakan bahwa Though environmentally responsible behavior (ERB) has been a focus of many studies in the field of environmental education, very few scales have been developed to assess children’s ERB.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan praktiknya/Sukardi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, nana syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Rosdakarya. Wardani, Naniek Sulistya, dkk.2012. Asesmen Pembelajaran SD.BBM. Salatiga : Widya Sari.

(21)

16

Wardani, Naniek Sulistya, dan Slameto. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar SD. Salatiga : widya Sari.

Wardani Naniek Sulistya.Slameto.2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Salatiga. WidyaSari

Gambar

Gambar  3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan

Referensi

Dokumen terkait

Agar kegiatan ini dapat berkelanjutan program ini akan bekerjasama dengan PKK dan kelompok tani di Dusun Bantut, Dusun Kemirisewu dan Dusun Dongkelan, pemerintah Desa Sidorejo,

Output atau hasil dari sistem pakar ini adalah sebuah program yang dapat digunakan untuk mendiagnosa kemungkinan penyakit pada sapi berdasarkan gejala- gejala yang

The pdf does something intriguing with the respective traditions introduced in Deep Magic - essentially, this book provides 30 magic schools (alongside the necessary information

Di dalam mengambil keputusan, Bapak Suteja juga sangat memperhatikan informasi – informasi yang berkaitan dengan bisnis yang dijalankannya ini, seperti informasi apakah

Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam ) mempunyai efek sebagai penurun kadar kolesterol total pada kelinci1. Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam ) 20%

Lebih lanjut, Azwar (2017, hal 105) mendefinisikan validitas alat ukur sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsinya. Suatu alat

Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembukaan bisnis bengkel sepeda motor Cahaya Mega Motor yang diteliti peneliti layak

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Dalam setiap kemasan produk hasil produksi Auditee yang akan dipasarkan untuk ekspor telah dibubuhi Tand V Legal dengan kode