• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa Yang Menerima Bel (Beasiswa Ekonomi Lemah) Dan Siswa Yang Menerima Best (Beasiswa Prestasi) Di Sma Negeri 2 Ngawi Se

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa Yang Menerima Bel (Beasiswa Ekonomi Lemah) Dan Siswa Yang Menerima Best (Beasiswa Prestasi) Di Sma Negeri 2 Ngawi Se"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG MENERIMA BEL(BEASISWA EKONOMI LEMAH) DAN SISWA YANG MENERIMA BEST (BEASISWA PRESTASI)

DI SMA NEGERI 2 NGAWISEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2013

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pedidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

LATIFAH LILIS SOFIYAH NIM: G 000 090 062 NIRM: 09/X/02.2.1/1744

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Biaya pendidikan merupakan kendala bagi orangtua untuk dapat menyekolahkan anaknya di sekolah yang maju dan berkualitas tinggi atau favorit. SMA Negeri 2 Ngawi Menyadari hal tersebut, sehingga SMA Negeri 2 Ngawi memberikan Beasiswa untuk siswa yang berprestasi dari golongan ekonomi lemah yang disebut dengan Beasiswa Ekonomi Lemah (BEL) dan beasiswa bagi siswa yang berprestasi akademik dan non akademik yang disebut dengan Beasiswa Prestasi (BEST).

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam antara siswa yang menerima BEL dan siswa yang menerima BEST di SMA Negeri 2 Ngawi Semester Genap Tahun 2013; 2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan prestasi belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara siswa yang menerima BEL dan siswa yang menerima BEST di SMA Negeri 2 Ngawi Semeter Genap Tahun 2013.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan metode kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengamati hubungan kausal antara dua variabel. Pendekatan ini untuk mengetahui apakah setelah diberi perlakuan beasiswa terdapat perbedaan prestasi belajar. Sebagaimana lazimnya, pendekatan penelitian ini memerlukan hipotesis. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk mengumpulkan informasi data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang menerima BEL dan siswa yang menerima BEST, terutama jika tidak ada perbedaan prestasi belajar antara dua kelompok siswa tersebut. Untuk memperoleh data dalam penelitian menghgunakan metode dokumentasi dan wawancara. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data hasil ulangan tengah semester genap siswa BEL dan Siswa BEST, sedangkan Wawancara digunakan untuk memperoleh data jenis pekerjaan orangtua, jarak rumah, kendaraan yang digunakan, dan gaya belajar.

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa deviasi standar atau deviasi rata-rata siswa BEST lebih besar daripada siswa BEL, hal ini menunjukan bahwa data siswa BEL lebih homogen daripada siswa BEST yaitu terbukti dengan Standar Deviasi siswa BEL 5,043 < siswa BEST 8,27.

Dari hasil selisih rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima BEL dan rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima BEST, yaitu 1,11 Selisih ini menempatkan prestasi belajar siswa yang menerima BEL lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang menerima BEST.Adapunfaktor yang berpengaruhterhadapselisihituberdasarkananalisiskualitatif,adalah gaya belajar dan fasilitas belajar, sementarajenispekerjaan orang tua, jarakrumah,danalattransportasitidakberpengaruh.

(5)

PENDAHULUAN

Kegiatan pembelajaran sangat terkait dengan proses

pencarian ilmu. Islam sangat menekankan terhadap pentingnya mencari ilmu. Al-Qur’an dan Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi perkembangan sumber daya manusia yang diyakini mampu meningkatkan serta menciptakan manusia produktif yang mampu memajukan bangsa dan agama. Pendidikan dalam arti luas di dalamnya terkandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Dalam keseluruhan

proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan

yang paling pokok.

Sekolah merupakan salah satu wadah kegiatan yang dapat berfungsi

sebagai tempat untuk

mengembangkan

kemampuan-kemampuan dasar siswa. Adanya sekolah diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Namun tidak semua masyarakat bisa merasakan proses pendidikan yang bermutu dan berkualitas baik. Karena pendidikan yang berkualitas identik dengan biaya yang mahal. Hanya masyarakat menengah atas mampu membayar pendidikan dengan biaya yang mahal. Sedangkan masyarakat ekonomi lemah tidak pernah

membayangkan dapat

menyekolahkan anaknya di sekolah yang bermutu dan berkualitas. Salah satu sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang sudah meraih sertifikat ISO (International Standarization of

Organization). Selain itu di era teknologi informasi sekarang ini,

salah satu ciri pembelajaran pada sekolah yang maju adalah

(6)

sinilah kendala utama masyarakat ekonomi lemah, mereka sulit untuk dapat membiayai anaknya di sekolah favorit atau berkualitas.

Mengingat kondisi tersebut di atas, SMA Negeri 2 Ngawi yang

sudah mendapatkan sertifikat ISO sejak tahun 2010, selalu berusaha untuk menghilangkan jurang pemisah antara masyarakat ekonomi menengah ke atas dengan masyarakat ekonomi menengah bawah untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dengan mengapresiasi golongan ekonomi lemah. Dalam rangka mengakomodasi masyarakat ekonomi lemah, sudah tiga tahun ini dibuka jalur Beasiswa Ekonomi Lemah (BEL). Sedangkan untuk siswa yang mempunyai prestasi akademik dan non akademik pada saat di SMP, dibuka jalur Beasiswa Prestasi (BEST). Beasiswa yang disediakan berasal dari komite

sekolah berupa bantuan biaya pendidikan selama siswa sekolah di

SMA Negeri 2 Ngawi. Salah satu syarat bagi jalur BEL adalah surat keterangan tidak mampu dari desa serta mempunyai nilai akademik yang baik dibuktikan dengan nilai

raport SMP, sedangkan salah satu syarat jalur BEST adalah memiliki prestasi akademik yang dibuktikan dengan nilai raport atau prestasi non-akademik yang dibuktikan dengan sertifikat kejuaraan OSN (Olimpiade

Sain Nasional) atau sertifikat kejuaraan OOSN ( Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional) saat di SMP. Siswa jalur BEL dan BEST dalam pembelajaran didistribusikan ke seluruh kelas yang terdiri dari 9 kelas X, 9 kelas XI (5 kelas IPA dan 4 kelas IPS), dan 9 kelas XII (5 kelas IPA dan 4 kelas IPS).

Jalur BEL dibuka untuk siswa yang mempunyai prestasi akademik yang baik dan tergolong dari keluarga ekonomi lemah, sehingga anak-anak yang masuk golongan ini tidak perlu khawatir akan biaya yang mahal untuk masuk ke sekolah yang maju dan berkualitas. SMA Negeri 2 Ngawi sangat memahami hal

tersebut, maka dibukalah jalur BEL untuk mereka yang tidak mampu

(7)

maupun non-akademik. Di bidang non akademik misalnya mereka yang memperoleh juara I di bidang olah raga (basket, beladiri, atletik, bulutangkis), bidang seni (tari, baca puisi, menyanyi solo), bidang sains

atau OSN (fisika, kimia, biologi, matematika, ekonomi, geografi, kebumian, TIK (Tehnologi Informasi dan Komputer)).

Untuk mengetahui efektivitas pemberian beasiswa bagi siswa yang menerima BEL dan siswa yang menerima BEST maka pada penelitian ini perlu adanya pendalaman secara khusus untuk membandingkan keberhasilan siswa yang menerima BEL dan siswa yang menerima BEST melalui prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitian ini, Prestasi Pendidikan Agama Islam yang merupakan hasil nilai UTS (Ujian Tengah Semester) yang

diadakan pada tanggal 1-8 Pebruari 2013 akan dijadikan objek penelitian

untuk mengetahui perbedaan prestasi Pendidikan Agama Islam antara siswa yang menerima BEL dan siswa yang menerima BEST.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Ngawi berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang

berasal dari diri siswa antara lain: faktor psikologi, minat belajar, kondisi fisik siswa. Sedangkan faktor eksternal antara lain: faktor keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan. LANDASAN TEORI

Dalam Slameto (2003:9), teori Gestalt mengemukakan bahwa dalam belajar perlu adanya penyesuaian, yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi, belajar bukan hanya mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh kemampuan dasar. Kemudian teori R. Gagne memberikan dua definisi terhadap masalah belajar, pertama,

belajar adalah proses untuk memperoleh motivasi dalam

(8)

Selanjutnya dalam Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto (2008:126) teori James O. Whittaker menyatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah

melalui latihan atau pengalaman. Learning may be defined as the

process by which behavior originates

or is altered through training or

experience. Dengan demikian, perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar. Definisi yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology sebagai berikut Learning is shown by

change in behaviour as a result of

experience. Dengan demikian belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar,

seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan

menggunakan semua alat indranya (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto (2008:127)).

Selanjutnya dalam Dimyati (2006:10) Gagne berpendapat bahwa

belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai. Selanjutnya Skinner mempunyai pandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada

saat orang belajar maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila seseorang tidak belajar maka responsnya menurun. Kemudian menurut pandangan Piaget, pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan, dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang (Dimyati (2006: 9)).

Dari beberapa definisi di atas, maka peneliti berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku berdasarkan pengetahuan yang sudah diperoleh untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

(9)

dambaan bagi orang tua maupun guru.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012: 1101), prestasi belajar mempunyai arti hasil yang telah dicapai (dari yang telah

dilakukan, dikerjakan dan sebagainya), sementara dari segi akademis mempunyai makna hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi mempunyai arti penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Selanjutnya Saifuddin Azwar (1996: 164) menyatakan bahwa prestasi atau keberhasilan dalam belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa

nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat

keberhasilan, dan semacamnya. Sependapat dengan pernyataan di atas menurut Abu Ahmadi prestasi belajar adalah secara teori suatu proses dari

kegiatan belajar yang dapat menghasilkan hasil belajar yang maksimal sehingga terdorong keinginan untuk terus mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Sumber penguat belajar dapat secara

ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara intrinsik (keinginan untuk menyelidiki, mengartikan situasi). (http://belajarpsikologi.com/pengerti an-prestasi-belajar/).

Menurut Tu’u (2004:75), prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti serta mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

b. Prestasi belajar siswa yang terutama dinilai adalah aspek

kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam

pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.

(10)

angka nilai hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan hasil ulangan-ulangan atau ujian yang dicapai seseorang setelah melakukan proses belajar mengajar.

(http://drogpatravel.blogspot.co

m/2012/10/pengertian-prestasi-belajar/)

Kemudian menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:141), bahwa prestasi belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar.

Dari beberapa pengertian di atas peneliti berpendapat bahwa pengertian prestasi adalah hasil yang dicapai dari proses yang sudah dilakukan sebelumnya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa

dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Abu

Ahmadi dan Widodo Supriyono (2008:138), prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri

(faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali dalam rangka membantu sisa dalam mencapai

prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Hal-hal yang tergolong faktor internal adalah sebagai berikut :

a. Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. Menurut Slameto (2003:54) faktor jasmaniah ini dibagi menjadi 2 macam yaitu : 1) Faktor kesehatan yaitu bahwa

sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh pada proses belajar.

2) Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang

(11)

patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh ini mempengaruhi belajar siswa yang cacat, belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya

ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya. b. Faktor psikologis, baik yang

bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas :

1) Faktor intelektif yang meliputi :

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. b) Faktor kecakapan nyata

yaitu prestasi yang telah dimiliki.

2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti gaya belajar,

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis

Adapun hal-hal yang tergolong faktor eksternal adalah sebagai berikut :

1) Faktor sosial yang terdiri atas : a) Lingkungan keluarga seperti jenis pekerjaan orang tua; b)

Lingkungan sekolah; c) Lingkungan masyarakat; d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti, beasiswa, alat transportasi, jarak rumah, fasilitas belajar, fasilitas rumah dan iklim atau cuaca.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengamati perbandingan antara dua variabel.

Pendekatan ini untuk mengetahui apakah setelah diberi perlakuan

(12)

untuk mengumpulkan informasi data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang menerima BEL dan siswa yang menerima BEST, terutama jika tidak

ada perbedaan prestasi belajar antara dua kelompok siswa tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penggabungan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan mengambil model kombinasi Sequential Explanatory Design. Metode ini dicirikan dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap awal diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua. Bobot metode ini lebih pada data kuantitatif sedangkan data kualitatif melengkapi data kuantitatif.

Sumber data ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari

informan, adapun yang akan dijadikan informan adalah Kepala

sekolah, siswa BEL, siswa BEST dan petugas TU. Sedangkan data sekunder yaitu data yang berupa dokumentasi.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, Data yang diperoleh dari dokumentasi dalam penelitian ini adalah jumlah siswa yang mendapatkan Beasiswa BEL

dan BEST, daftar nama siswa, daftar nilai Pendidikan Agama Islam hasil ulangan Tengah Semester. Data diperoleh dari pegawai TU (Tata Usaha) Sekolah tempat peneliti melakukan penelitian. Selain menggunakan metode dokumentasi peneliti juga menggunakan metode wawancara yang ditujukan kepada subjek yaitu siswa yang menerima BEL (Beasiswa Ekonomi Lemah) dan siswa BEST (Beasiswa Prestasi) untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar, Pemilihan nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) dilaksanakan pada tanggal 1-8 Pebruari 2013 karena

nilai UTS relatif hasil kerja siswa murni belum digabung dengan nilai

(13)

pekerjaan orang tua; c) Jarak rumah; d) Transportasi; e) Gaya belajar; dan f) fasilitas belajar.

HASIL PENELITIAN

Analisis kuantitatif dengan

menggunakan perhitungan Standar Deviasi Siswa BEL adalah sebagai

Analisis kuantitatif Perhitungan Standar Deviasi Siswa BEST adalah

Analisis kualitatif berdasarkan faktor-faktor yang

diduga mempengaruhi perbedaan prestasi tersebut antara lain :

1. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Dari hasil wawancara diperoleh data pekerjaan orang tua, menunjukan pekerjaan orang

tua siswa BEL sebagian besar merupakan petani sebanyak 15 orang (44,12%), swasta 14 orang siswa BEL lebih dominan sebagai petani yaitu sebanyak 15 orang (41,18%).

Sedangkan pekerjaan orang tua siswa BEST secara garis besar dapat dikelompokan menjadi 2 jenis pekerjaan yaitu PNS 7 orang (58,33%), dan swasta/wiraswasta 5 orang (41,67%) dari hasil tersebut

menunjukan bahwa jenis pekerjaan orang tua siswa BEST

lebih dominan sebagai PNS yaitu sebanyak 7 orang (58,33%).

(14)

pekerjaan orang tua siswa BEL lebih dominan petani/swasta sedangkan siswa BEST lebih dominan PNS sehingga siswa yang jenis pekerjaan orang tuanya petani/swasta rata-rata

mempunyai nilai yang lebih bagus daripada siswa yang jenis pekerjaan orang tuanya PNS meskipun perbedaan nilainya kecil.

2. Jarak Rumah dan Transportasi Kemudian jarak rumah dan transportasi untuk siswa BEL diketahui jarak rumah ke sekolah secara garis besar dibagi menjadi 4 kategori yaitu jarak 0-10 Km sebanyak 10 orang (29,41%), jarak 11-20 Km 9 orang (26,47%), jarak 21-30 Km sebanyak 9 orang (26,47%), jarak lebih dari 31 Km 6 orang (17,65%) hal ini menunjukan bahwa jarak rumah kurang dari 21 Km (dekat)

sebanyak 19 orang (55,88%). Dan jarak rumah yang lebih dari 21

Km (jauh) sebanyak 15 orang (44,12%). Walaupun sebagian besar jarak rumah siswa BEL kurang dari 21 Km sebanyak 55,88% mereka mengunakan

kendaraan umum sebagai alat transportasi atau jalan kaki untuk pulang dan pergi ke sekolah, sebagaimana diketahui bahwa siswa yang menggunakan kendaraan umum sebanyak 22

orang (64,71%), sepeda motor sebanyak 10 orang (29,41%), sepeda 1 orang (2,94%), dan jalan kaki/kos 1 orang (2,94%)

Sedangkan untuk siswa BEST jarak rumah yang ditempuh 0-10 Km sebanyak 8 orang (66,66%), 11-20 Km sebanyak 2 orang (16,67%), 21-30 Km sebanyak 2 orang (16,67%) sehingga jarak rumah kurang dari 21 Km (dekat) sebanyak 10 orang (83,32%) dan jarak tempuh lebih dari 21 Km (jauh) sebanyak 2 orang (16,66%), meskipun jarak rumah anak BEST kurang dari 21 Km sebesar 83,32% akan tetapi sebagian besar mereka menggunakan sepeda motor sebanyak 10 orang (83,33%),

dan kendaraan umum sebanyak 2 orang (16,67%).

(15)

banyak mempengaruhi prestasi belajar siswa.

3. Gaya Belajar dan Fasilitas Belajar.

Selanjutnya gaya belajar dan fasilitas belajar yang

digunakan Siswa BEL dan BEST cenderung mempunyai gaya belajar tersendiri dan tidak semua siswa mendapat fasilitas yang memadai dari orang tua mereka hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa BEL dan BEST. Gaya belajar/tempat belajar siswa yang menerima BEL secara garis besar dibagi menjadi 6 kategori tempat sepi sebanyak 11 orang (32,35%), kamar sebanyak 11 orang (32,35%), tengah malam sebanyak 4 orang (11,76%), sambil mendengarkan musik dan radio sebanyak 4 orang (11,76%), depan TV sebanyak 2 orang (5,88%), dan malam hari

setelah tahajud sebanyak 2 orang (5,88%). Jadi siswa yang

bersungguh-sungguh dalam belajar yaitu mereka yang mempunyai gaya belajar di tempat sepi, di kamar, dan siswa yang suka belajar pada tengah malam

setelah shalat tahajud sebanyak 28 orang (82,28%) dan mereka yang mempunyai gaya belajar santai seperti belajar sambil menonton tv serta mendengarkan musik dan radio sebanyak 6 orang (17,64%).

Sedangkan fasilitas yang digunakan siswa BEL rata-rata hanya menggunakan buku dan alat tulis.

Kemudian gaya belajar yang dilakukan siswa BEST juga cenderung bermacam-macam secara garis besar gaya belajar siswa BEST dibagi menjadi 5 kategori yaitu di kamar sebanyak 4 orang (33,33%), tempat sepi sebanyak 3 orang (25%), tengah malam sebanyak 3 orang (25%), sambil mendengarkan musik sebanyak 1 orang (8,33%), depan TV sebanyak 1 orang (8,33%) jadi siswa yang belajar sungguh-sungguh pada tengah malam, di kamar, dan di tempat sepi sebanyak 10 orang

(83,33%) dan siswa yang mempunyai gaya belajar sambil

(16)

yaitu laptop dan HP sebanyak 9 orang (75%), dan fasilitas HP sebanyak 3 orang (25%) dengan banyaknya fasilitas yang dimiliki dapat mempengaruhi gaya belajar yang mereka lakukan.

Meskipun siswa BEL belajar tanpa menggunakan fasilitas belajar yang memadai namun gaya belajar mereka cenderung lebih bersungguh-sungguh dibandingkan dengan siswa BEST, hal ini disebabkan karena kesalahan menggunakan fasilitas yang diberikan orang tua. Faktor-faktor di ataslah yang mempengaruhi prestasi belajar mereka hal ini terbukti dengan rata-rata nilai siswa BEL lebih besar daripada nilai rata-rata siswa BEST yaitu siswa BEL dengan nilai rata-rata 88,18 dan siswa BEST dengan nilai rata-rata 87,33.

SIMPULAN

1. Perbandingan prestasi belajar

Pendidikan Agama Islam antara siswa yang menerima BEL dan

siswa yang menerima BEST Jadi berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa deviasi standar atau deviasi rata-rata siswa BEST lebih besar daripada siswa

BEL, hal ini menunjukan bahwa data siswa BEL lebih homogen daripada siswa BEST yaitu terbukti dengan Standar Deviasi siswa BEL 5,043 < siswa BEST 8,27.

2. Faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Siswa yang menerima BEL dan siswa yang menerima BEST.

Dari hasil selisih rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima BEL dan rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima BEST, yaitu 1,11 Selisih ini menempatkan prestasi belajar siswa yang menerima BEL lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang menerima BEST.Adapunfaktor yang berpengaruhterhadapselisihituberdas arkananalisiskualitatif,adalah gaya belajar dan fasilitas belajar, sementarajenispekerjaan orang tua, jarakrumah,danalattransportasitidakb

erpengaruh. SARAN-SARAN 1. Sekolah

(17)

ekonomi lemah karena dari hasil penelitian tidak ada perbedaan prestasi pada mata pelajaran Pendididkan Agama Islam setelah siswa belajar selama 1 tahun di SMA

Negeri 2 Ngawi.

b) Hendaknya diberikan program khusus untuk menambah jam pelajaran Pendidikan Agama Islam jika memungkinkan.

c) Program mentoring hendaknya lebih ditingkatkan khususnya bagi siswa BEL dan BEST.

2. Dinas pendidikan

Dalam PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) supaya membuat aturan yang tidak membedakan siswa berprestasi akademik/Non-akademik dan siswa berprestasi akademik ekonomi lemah.

3. Pemerintah

Hendaknya pemerintah membuat

program bagi siswa beprestasi akademik/non-akademik harus diberi penghargaan beasiswa prestasi bagi siswa ekonomi

lemah diberi bantuan khusus siswa miskin.

4. Peneliti lanjut

Perlu adanya penelitian tentang penggunaan beasiswa serta penelitian tentang prestasi siswa

yang tidak menerima beasiswa. DAFTAR PUSTAKA

Abbas Tashakkori. 2010. Handbook Of Mixed Methods In Social & Behavioral Reserch. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono. 2008. “Psokologi Belajar”. Jakarta : Rineka Cipta.

Anas Sudjiono. 1987. “Pengantar

Statistik Pendidikan” Jakarta

: CV. Rajawali.

Arifin. 2012. Penegrtian Prestasi Belajar. (online), (www.drogpatravel.blogspot. com) diakses pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 13:15

Daryanto. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : Penerbit Apollo.

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hariyanto. 2010. Pengertian Prestasi Belajar.(online),(www.belaja rpsikologi.com/engertian-prestasi-belajar/) diakses pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 13:00

(18)

Dalil-Dalil Pilihan Enam Sifat Utama. Yogyakarta : Penerbit As-Shaff.

Rahayu Kariadinata, Maman Abdurrahman. 2012. “Dasar

-dasar Statistik Pendidikan”.

Bandung : Pustaka Setia.

Saifuddin Azwar. 1996. “Psikologi

Intelegensi”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor

Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Syaiful Bahri Djamarah. 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Yang hadir adalah yang menandat angani surat penaw aran at au dapat diw akilkan kepada yang namanya t ercant um dalam akt e perusahaan dengan membaw a surat

Dalam   masalah   ini   yang   lebih   kuat   menurut   saya adalah pendapat bahwa penghasilan yang mencapai nisab wajib diambil zakatnya,   sebagaimana yang dikatakan

Hendaknya golongan fakir dan miskin adalah sasaran pertama yang harus menerima zakat, karena memberi kecukupan kepada mereka, merupakan tujuan utama dari zakat, sehingga Rasulullah

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikatotor kompetensi dalam suatu

[r]

Untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut maka dilakukan perancangan dan pembuatan pintu gerbang yang dapat membuka dan menutup secara otomatis.. Cara kerja

dan kesehatan kerja yang dilakukan PT Pertamina (Persero) RU II Kota Dumai,. kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan keselamatan

Perbedaan waktu terbit dan terbenam Matahari serta lama penyinaran Matahari selama satu tahun (kiri) dan total insolasi pada 9 Maret 2016 (kanan) di tiga lokasi