• Tidak ada hasil yang ditemukan

dengan Proses Leonard Kapasitas 15.000 Ton/Tahun Prarancangan Pabrik Hexamine Dengan Proses Leonard Kapasitas 15.000 Ton/Tahun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " dengan Proses Leonard Kapasitas 15.000 Ton/Tahun Prarancangan Pabrik Hexamine Dengan Proses Leonard Kapasitas 15.000 Ton/Tahun."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri kimia merupakan salah satu sektor industri yang sedang

dikembangkan di Indonesia. Alasan pengembangan industri kimia ialah

adanya peningkatan kebutuhan dalam negeri akan berbagai bahan penunjang

dalam industri. Untuk itu perlu adanya pendirian pabrik-pabrik baru yang

bukan hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri namun juga berorientasi

ekspor. Salah satunya ialah pabrik Hexamethylenetetramine (HMTA) atau

sering disebut sebagai hexamine, selama ini Indonesia masih mengimpor

hexamine untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Hexamine merupakan salah satu produk industri kimia yang penting

bagi kehidupan. Selama Perang Dunia ke II, hexamine banyak digunakan

sebagai bahan baku pembuatan cyclonite yang mempunyai daya ledak sangat

tinggi. Setelah masa perang dunia II usai, hexamine masih diperlukan untuk

keperluan pertahanan, keamanan maupun industri pertambangan. Selain

sebagai bahan peledak hexamine banyak digunakan dalambidang kedokteran

(bahan baku antiseptik), industri resin (curing agent), industri karet

(accelerator yaitu agar karet menjadi elastis), industri tekstil (shrink-proofing

agent dan untuk memperindah warna), industri serat selulosa (menambah

elastisitas), dan pada industri buah digunakan sebagai fungisida pada tanaman

jeruk untuk menjaga tanaman dari serangan jamur (Kent, 1974).

Banyaknya kegunaan hexamine dalam berbagai bidang dan

perkembangan industri khususnya di Indonesia yang memanfaatkan produk

hexamine sebagai bahan baku, maka pendirian pabrik hexamine ini dinilai

sangat dibutuhkan. Ada empat alasan pendirian pabrik hexamine.

1. Dapat memenuhi kebutuhan hexamine di dalam negeri sehingga dapat

(2)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 2

2. Dapat memacu pertumbuhan industri-industri hulu khususnya yang

memproduksi formaldehid dan amoniak dan memacu pertumbuhan

industri hilir yang menggunakan hexamine sebagai bahan baku maupun

bahan pembantu.

3. Dapat meningkatkan devisa negara dari sektor non-migas apabila hasil

produk hexamine menjadi komoditi ekspor.

4. Dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat dan dapat

menunjang pemerataan pembangunan sehingga dapat meningkatkan taraf

hidup masyarakat.

1.2. Kapasitas Produksi Pabrik

Penentuaan kapasitas produksi pabrik hexamine yang akan didirikan

didasarkan pada tiga beberapa pertimbangan.

1. Data impor produk

2. Ketersediaan bahan baku

3. Kapasitas pabrik yang sudah ada

1. Data impor produk

Penentuan kapasitas produksi pabrik hexamine didasarkan pada

kebutuhan hexamine di Indonesia dari tahun ke tahun. Berdasarkan data

dari Badan Pusat Statistika, kebutuhan impor hexamine di Indonesia masih

cukup besar. Perkembangan impor hexamine di Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 1.1 (Badan Pusat Statistik, 2013).

Tabel 1.1. Data impor hexamine di Indonesia

Tahun Jumlah (ton)

2008 23.241

2009 15.825

2010 16.828

2011 18.577

2012 25.089

2013 21.441

Dari data impor Tabel 1.1, dilakukan regresi linier untuk

(3)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 3

memperkirakan impor hexamine pada tahun 2014 di Indonesia. Data impor

[image:3.595.161.525.144.378.2]

dan regresi linier untuk data impor ditunjukkan dalam Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Data import hexamine setiap tahun pada prarancangan

pabrik hexamine dengan proses Leonard kapasitas 15.000 ton/tahun.

Kenaikan impor hexamine sesuai dengan persamaan garis lurus :

Impor = 633,2 x tahun– 1000000

Dari persamaan hasil regresi linier dapat dihitung besarnya impor

hexamine pada tahun 2014 adalah sebesar 28.576 ton/tahun. Dengan

prediksi kebutuhan hexamine di atas maka ditetapkan perancangan

kapasitas pabrik sebesar 15.000 ton/tahun dengan pertimbangan untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

2. Ketersediaan bahan baku

Bahan baku untuk memproduksi hexamine adalah formaldehid dan

amoniak. Kebutuhan amoniak 7.562 ton/tahun dapat dipenuhi dari PT

Pupuk Sriwidjaja, Palembang dengan rata – rata kapasitas produksi

amoniak 4,0 juta ton/tahun dan untuk kebutuhan sendiri 1,3 juta ton/tahun.

Kebutuhan formaldehid yang cukup banyak akan dipenuhi dari beberapa

perusahaan yaitu PT Korindo Abadi, Kepulauan Riau dengan kapasitas y = 633,2x - 1E+06

R² = 0,096

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jum

lah

I

m

po

r

(t

o

n

)

(4)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 4

produksi 50.000 ton/tahun, PT Perawang Perkasa Indah, Kepulauan Riau

dengan kapasitas produksi 50.000 ton/tahun, dan PT Superin, Medan

dengan kapasitas 40.000 ton/tahun.

3. Kapasitas minimum pabrik hexamine

Kapasitas rancangan minimum pabrik hexamine dapat dilihat dari

[image:4.595.148.513.257.432.2]

data kapasitas pabrik hexamine yang telah berdiri pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Daftar pabrik produsen hexamine di dunia.

No. Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas

(ton/tahun) 1 New Tech Polymers India P.Ltd. India 18.000

2 Jinan Sanhoos Trase Co.Ltd China 12.000

3 Jinan Xingxing Auxiliary Agent Factory China 1.200 4 Wuhan Chujiang Chemical Co.Ltd China 5.000 5 Kanoria Chemicals & Ind.Ltd India 20.000

6 Sina Chemical Industrial Iran 25.000

7 Jinan Xiangrui Chemical Co.Ltd China 50.000 8 PT Intan Wijaya Intersional Indonesia Indonesia 8.000

PT Intan Wijaya International, Tbk merupakan anak perusahaan

dari PT Pupuk Kaltim yang berlokasi di Banjarmasin, Kalimantan

Selatan (Anonim, 20013).

Berdasarkan data di atas, kapasitas produksi hexamine di dunia

berkisar 1.200 – 50.000 ton/tahun, sehingga kapasitas perancangan

minimum pabrik hexamine yang masih layak didirikan adalah 1.200

ton/tahun. Prarancangan pabrik hexamine ini direncanakan berdiri pada

tahun 2014, berkapasitas 15.000 ton/tahun, ada 3 pertimbangan

pendirian pabrik tersebut.

1. Prediksi kebutuhan dalam negeri (data impor hexamine) pada

tahun 2014 adalah sebesar 99.310 ton/ tahun.

2. Kebutuhan hexamine di Indonesia semakin besar sehingga

perlu didirikan plant baru.

3. Kelebihan kebutuhan hexamine dalam negeri akan digunakan

(5)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 5

1.3. Pemilihan Lokasi Pabrik

Pemilihan lokasi suatu pabrik akan mempengaruhi dalam penentuan

kelangsungan produksi serta laba yang diperoleh. Lokasi yang dipilih harus

dapat memberikan kemungkinan dalam hal perluasan atau pengembangan

pabrik dan memberikan keuntungan jangka panjang.

Pabrik hexamine ini direncanakan akan didirikan di Palembang,

Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi ini dimaksudkan agar mendapat

keuntungan secara teknis dan ekonomis. Ada dua faktor pemilihan lokasi

pabrik di Palembang.

1. Faktor primer a. Bahan baku

Bahan baku pembuatan hexamine yaitu amoniak akan diperoleh dari

PT Pupuk Sriwidjaja di kota Palembang yang mempunyai kapasitas

produksi 4,0 juta ton/tahun, kebutuhan amoniak pabrik sekitar 1,3 ton/tahun.

PT Pupuk Sriwidjaja merupakan penghasil amoniak terbesar dan pabrik

pupuk tertua di Indonesia., maka PT Pupuk Sriwidjaja dapat memenuhi

kebutuhan bahan baku amoniak sebesar 7.562 ton/tahun untuk produksi

hexamine.

Kebutuhan formaldehid sebesar 53.825 ton/tahun dapat dipenuhi

dari PT Korindo Abadi dan PT Perawang Perkasa Indah, Kepulauan Riau

dengan kapasitas produksi masing-masing 50.000 ton/tahun.

Berdasarkan pertimbangan ketersediaan bahan baku serta untuk

meningkatkan efektivitas kerja dan menekan biaya produksi maka

pemilihan kota Palembang sebagai lokasi pendirian pabrik dinilai tepat.

b. Pemasaran

Pemasaran produk hexamine akan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri yang tersebar di daerah Jawa, Sumatera,

Kalimantan, dan daerah lain di Indonesia. Pemasaran dalam negeri dapat

langsung didistribusikan ke PT Pindad (Jawa Barat), PT Dahana sebagai

(6)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 6

pembuatan obat. Jika kebutuhan dalam negeri akan hexamine telah

terpenuhi maka pemasaran diarahkan ke internasional yaitu sebagai

komoditi ekspor.

c. Utilitas

Utilitas merupakan unit pendukung dalam pabrik yang meliputi

listrik, air, udara tekan dan bahan bakar. Untuk penyediaan air diperoleh

dari Sungai Musi. Sedangkan bahan bakar sebagai sumber energi dapat

diperoleh dari Pertamina. Kebutuhan listrik didapat dari PLN dan

penyediaan generator sebagai cadangan.

d. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan banyak tersedia di Palembang baik

tenaga ahli, menengah, maupun sebagai buruh. Sehingga kebutuhan tenaga

kerja dapat dipenuhi.

e. Transportasi dan komunikasi

Palembang merupakan salah satu kawasan industri, sehingga

transportasi darat, laut maupun udara telah tersedia selain itu komunikasi di

daerah Palembang, Sumatera Selatan sudah cukup baik. Dengan adanya

transportasi dan komunikasi yang baik diharapkan arus bahan baku dan

produk dapat berjalan dengan lancar.

2. Faktor sekunder

a. Limbah buangan pabrik

Buangan limbah cair yang masih mengandung larutan kimia akan

diolah terlebih dahulu di waste water treatment sebelum dialirkan ke

sungai sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar. Sungai yang akan

digunakan untuk buangan air limbah setelah diolah adalah Sungai Musi.

(7)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 7

Palembang merupakan kawasan industri yang telah ditetapkan oleh

pemerintah dan berada dalam teritorial negara Indonesia sehingga secara

geografis pendirian pabrik di kawasan tersebut tidak bertentangan dengan

kebijakan pemerintah yang berlaku.

c. Tanah dan iklim

Palembang mempunyai daerah yang relatif luas 102,47 km2

sehingga memungkinkan jika adanya perluasan maupun pengembangan

pabrik di masa yang akan datang. Kondisi iklim di Palembang seperti

iklim di Indonesia pada umumnya dan tidak berdampak besar terhadap

jalannya proses produksi.

d. Keadaan masyarakat

Masyarakat di daerah industri akan lebih mudah menerima

pendirian suatu pabrik di daerahnya, selain itu masyarakat sekitar juga

dapat mengambil keuntungan dengan pendirian pabrik hexamine ini,

keuntungan yang dapat diperolah antara lain adanya lapangan kerja baru

bagi masyarakat sekitar, selain itu masyarakat sekitar juga dapat membuka

(8)

Nurul Kurniawati

[image:8.595.116.492.94.676.2]

D 500 100 049 8

Gambar 1.2 Lokasi pendirian pabrik hexamine pada prarancangan pabrik

(9)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 9

1.4.Tinjauan Pustaka

1.4.1. Macam-macam proses

Pembuatan hexamine dengan bahan baku amoniak dan formaldehid

dapat dilakukan dengan beberapa proses.

a. Proses Meissner

Proses ini pertama kali dikembangkan oleh Firtz Meissner pada tahun

1950 di Jerman Barat. Bahan baku yang digunakan adalah gas amoniak

anhidrat dan gas formaldehid. Reaksi yang terjadi yaitu :

6CH2O + 4NH3 C6H12N4 + 6H2O ...(1.1)

Formaldehid dan amoniak dialirkan dari tangki formaldehid dan tangki

amoniak masuk ke dalam reaktor. Reaksi yang terjadi sangat cepat

sehingga yang mengontrol kecepatan reaksi ialah kecepatan

pembentukan kristal hexamine. Pada proses ini panas reaksi yang terjadi

pada reaktor digunakan untuk menguapkan air hasil reaksi. Reaktor

dalam proses ini didesain sangat khusus, karena selain sebagai tempat

reaksi antara gas amoniak dan gas formaldehid juga digunakan sebagai

evaporator dan kristalizer. Reaktor berjumlah 2 buah dengan suhu reaksi

40 °C. Agar suhu dalam reaktor terjaga digunakan gas inert atau

pengaturan tekanan total saat campuran dalam reaktor mendidih. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi kebutuhan pendingin. Produk hexamine

keluar reaktor dengan konsentrasi 25-30%. Dengan adanya panas yang

terbentuk, hexamine dapat dikristalkan langsung dengan reaktor. Uap

dalam reaktor dikondensasikan, sedangkan bahan inert serta impuritas

seperti metanol dibuang dari bagian atas reaktor sebagai waste gas. Gas

ini masih mengandung hidrogen 18-20% dan dimanfaatkan sebagai

bahan bakar. Setelah dari reaktor produk masuk ke dalam centrifuge

untuk dicuci dengan air kemudian dikeringkan dan dipasarkan. Konversi

dari proses ini adalah 97% dan yield proses ini mencapai 95% (European

(10)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 10

b. Proses Leonard

Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah amoniak cair dan

larutan formaldehid dengan konsentrasi 37%. Reaksi yang terjadi adalah

sebagai berikut:

6CH2O + 4NH3 (CH2)6N4 + 6H2O ...(1.2)

Reaksi berlangsung pada suhu 30-50 °C dengan pH 7-8. Untuk menjaga

suhu digunakan air pendingin. Larutan formaldehid yang mengandung

metanol kurang dari 2% diumpankan bersama dengan amoniak cair ke

dalam reaktor. Produk yang keluar dari reaktor masuk ke dalam

evaporator. Di dalam evaporator terjadi penguapan sisa-sisa reaktan dan

mulai terjadi proses pengkristalan. Setelah produk keluar dari evaporator

produk dimasukkan ke dalam centrifuge dan dikeringkan di dryer,

setelah itu produk dikemas. Dengan proses ini dapat diperoleh yield

overall sebesar 95-96% berdasarkan reaktan formaldehid (Kent, 1974).

Konversi dari reaksi pembuatan hexamine dari amoniak dan formaldehid

pada proses ini adalah 98% (Kermode and Steven, 1965).

c. Proses AGF Lefebvre

Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah larutan formaldehid

bebas metanol sebesar 30-37% berat dan gas anhidrat amoniak. Reaksi

yang terjadi :

6CH2O + 4NH3 C6H12N4 + 6H2O ...(1.3)

Bahan baku formaldehid diumpankan ke dalam reaktor yang dilengkapi

dengan pengaduk dan gas amoniak anhidrat diumpankan secara

pelan-pelan dari bagian bawah reaktor. Reaksi berlangsung dalam kisaran suhu

20-30 °C dan merupakan reaksi eksotermis sehingga membutuhkan

pendingin. Untuk menyempurnakan reaksi maka digunakan amoniak

berlebih. Produk yang keluar dari reaktor kemudian masuk ke dalam

vacuum evaporator. Dalam evaporator bahan mengalami pemekatan dan

pengkristalan. Kristal yang terbentuk dikumpulkan di bagian bawah

evaporator yaitu di dalam salt box kemudian diumpankan ke dalam

(11)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 11

memperoleh bahan dengan kemurnian yang tinggi, air yang masih

banyak mengandung kristal hexamine (mother liquor) yang keluar dari

centrifuge dikembalikan ke evaporator. Setelah ini produk dikeringkan

dan dikemas. Dengan proses ini mempunyai konversi 97% dan

didapatkan yield sebesar 95% (Grupta, 1987).

Dari ketiga macam proses di atas maka dalam prarancangan pabrik

hexamine ini dipilih proses Leonard dengan 4 pertimbangan.

1. Reaksi yang berlangsung merupakan reaksi homogen, fase cair sehingga

penanganan lebih mudah jika dibandingkan dengan reaksi fase heterogen

yaitu gas dan cair.

2. Konversi yang dihasilkan dari proses Leonard cukup besar yaitu 98% dan

yield 95-96% dibandingkan dengan proses Meissner yaitu konversi 97%

dan yield 95% dan proses AGF Lefebvre yaitu konversi 97% dan yield

95%.

3. Panas reaksi yang dihasilkan lebih kecil jika dibandingkan dengan proses

lainnya, sehingga memudahkan dalam pengaturan suhu reaktor.

4. Jika panas yang dihasilkan kecil maka kebutuhan pendingin lebih sedikit

dengan demikian dapat menghemat biaya operasi reaktor.

1.4.2. Kegunaan produk

Bukan hanya sebagai bahan baku pembuatan peledak, hexamine juga

memiliki banyak kegunaan dalam berbagai bidang antara lain (Kent,

1974) :

a. Bidang kedokteran sebagai bahan antiseptik yang dikenal sebagai

urotropin,

b. Bahan anti korosi dalam industri logam,

c. Bahan pendeteksi logam,

d. Bahan penyerap gas beracun,

e. Anti caking agent dalam industri pupuk urea,

f. Bahan aditif dalam industri resin,

g. Dalam industri karet dimanfaatkan sebagai accelerator dan untuk

(12)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 12

h. Sebagai shrink-proofing agent dalam industri tekstil dan untuk

memperindah warna,

i. Bahan aditif dalam pembuatan serat selulosa (menambah elastisitas),

j. Dalam industri makanan (buah) dimanfaatkan sebagai bahan fungisida.

1.4.3. Sifat fisik dan kimia 1. Amoniak (NH3)

Sifat-sifat fisik:

Berat molekul : 17,03 kg/mol

Fase : cair

Warna : tak berwarna

Berat jenis : 618 kg/m3

Titik didih : -33,35 C

Sifat-sifat kimia (Kirk and Othmer, 1992) :

a. Amoniak apabila bereaksi dengan formaldehid akan menghasilkan

hexamine dan air, reaksinya ialah:

6CH2O(aq) + 4NH3(aq)  C6H12N4(aq) + 6H2O(l) ...(1.4)

b. Amoniak stabil pada temperatur sedang, tetapi akan terdekomposisi

menjadi hidrogen dan nitrogen pada temperatur yang tinggi, pada

tekanan atmosfer dekomposisi terjadi pada 450-500 °C.

c. Oksidasi amoniak pada temperatur yang tinggi akan menghasilkan

nitrogen dan air.

d. Reaksi antara amoniak dan karbondioksida menghasilkan amonium

karbamat, reaksinya :

2NH3 + CO2  NH2CO2NH4 ...(1.5)

Ammonium karbamat kemudian terdekomposisi menjadi urea dan air

e. Amoniak bereaksi dengan uap phospor pada panas yang tinggi

menghasilkan nitrogen dan phospine.

2NH3 + 2P  2PH3 + N2 ...(1.6)

f. Amoniak bereaksi dengan uap belerang menghasilkan ammonium

(13)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 13

g. Belerang dan amoniak anhidrat cair bereaksi menghasilkan hidrogen

sulfida.

10S + 4NH3  6H2S + N4S4 ...(1.7)

h. Pemanasan amoniak dengan logam yang reaktif seperti magnesium

menghasilkan megnesium nitrit.

3Mg + 2NH3  Mg3N2 + 3H2 ...(1.8)

i. Reaksi antara amoniak dan air bersifar reversibel.

NH3 + H2O NH4+ + OH- ...(1.9)

Kelarutan amoniak turun dengan cepat dengan naiknya temperatur.

j. Halogen bereaksi dengan amoniak. Klorin dan bromi melepaskan

nitrogen dari ammonia yang berlebihan untuk menghasilkan

garam-garam ammonium.

k. Reaksi antara amoniak dan ethylene oxide akan membentuk mono-,di-,

dan triethanolamine.

2. Formaldehid (CH2O)

Sifat-sifat fisik:

Berat molekul : 30,03 kg/mol

Fase : cair

Bau : tajam

Warna : tak berwarna

Berat jenis : 815,3 kg/m3

Titik didih : 33 °C

Sifat-sifat kimia (Kirk and Othmer, 1992) :

a. Bereaksi dengan amoniak membentuk hexamine dan air.

6CH2O(aq) + 4NH3(aq)  C6H12N4(aq) + 6H2O(l) ...(1.10)

b. Formaldehid akan tereduksi menjai metal format dengan bantuan

katalis tembaga atau asam borat, reaksinya sebagai berikut:

2CH2O  HCOOCH3 ...(1.11)

c. Bereaksi dengan asetaldehid pada fase cair membentuk pentaerithriol.

CH3CHO + 3CH2O  C(CH2OH)3CHO ...(1.12)

(14)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 14

d. Bereaksi dengan asetaldehid pada fase gas dan suhu 285 C membentuk

akrolein.

CH3CHO+3CH2O  HOCH2CH2CHO CH2-CHCHO + H2O (1.14)

e. Pada kondisi katalis asam dan fase cair formaldehid bereaksi dengan

alkohol membentuk formals, misalnya dimethoxymethane dari

metanol. Reaksinya sebagai berikut:

CHOH + 2CH3OH  CH3OCH2OCH3 + H2O ...(1.15)

f. Reaksi antara larutan formaldehid dengan hidrogen sianida

menghasilkan glyconitrile:

CHOH + HCN  HOCH2-CN ...(1.16)

g. Formaldehid bereaksi dengan asetilena dengan bantuan katalis

tembaga atau perak asetilida menghasilkan asetilena alkohol (reaksi

Reppe)

2CHOH + HC CH  HOCH2C CH2OH ...(1.17)

h. Formaldehid bereaksi dengan syntesis gas (CO, H2) menghasilkan

etilen glikol melalui dua tingkat proses sebagai berikut:

CHOH + CO + H2  HOCH-CHO  HOCH2CH2OH ...(1.18)

3. Hexamethylenetetramine (C6H12N4)

Sifat-sifat fisik (Kirk and Othmer, 1992) :

Berat molekul : 140,19 kg/mol

Fase : padat

Bentuk : kristal

Warna : putih dan berkilauan

Berat jenis : 1,331 kg/m3

Titik didih : 280 °C

Titik leleh : 200 °C

Sifat-sifat kimia:

a. Pada reaksi nitrasi hexamine, akan dihasilkan

cyclotrimethylenetrinitramine yang mempunyai daya ledak tinggi.

(15)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 15

C6H12N4 (CH2)3(NO2)3N3 + N(CH2OH)3 ...(1.19)

Cyclonite trimethylolamine

c. Hexamine tidak bereaksi dengan alkohol pada kondisi netral ataupun

biasa, tetapi bereaksi pada kondisi asam membentuk garam amonium.

Reaksinya:

C6H12N4 + 12R-OH + 4HCl  NH4Cl + 6CH2(O-R)2 ...(1.20)

d. Reaksi dengan senyawa anorganik

Jika hexamine dipanaskan dengan asam kuat dan fase cair akan

terhidrolisis membentuk formaldehid dan garam amonium.

e. Reaksi yang terjadi:

C6H12N4 + 4HCl + 6H2O  6H2O + NH4Cl ...(1.21)

1.4.4. Tinjauan proses secara umum

Reaksi pembentukan hexamine termasuk reaksi kondensasi. Bahan

bakunya pembuatannya adalah amoniak dan formaldehid. Kondisi operasi

secara umum proses sintesis hexamine yaitu :

Tekanan : 11,5 atm

Temperatur : 42 °C

Konversi : 88%

Rasio mol NH3 : CH2O : 2 : 3

Reaktor : reaktor alir tangki berpengaduk

Fase reaksi : cair

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

6CH2O(aq) + 4NH3(aq)  (CH2)6N4(aq) + 6H2O(l) ...(1.22)

Tahap pembuatan hexamine secara garis besar ada empat.

1. Penyediaan bahan baku.

Tahap awal perlakuan bahan baku (reaktan) sebelum direaksikan di dalam

reaktor ialah penyimpanan bahan dalam kondisi cair dengan menggunakan

(16)

Nurul Kurniawati

D 500 100 049 16

2. Pembentukan produk.

Tahap reaksi antara CH2O dan NH3 membentuk C6H12N4 dan H2O.

3. Pemurnian dan pengkristalan produk.

Merupakan tahap penghilangan sisa-sisa reaktan yang masih terdapat

dalam produk dan pembentukan kristal produk.

4. Pengepakan dan penyimpanan produk.

Pengepakan dan penyimpanan ini disesuaikan dengan produk maupun

Gambar

Gambar 1.1 Data import hexamine setiap tahun pada prarancangan
Tabel 1.2  Daftar pabrik produsen hexamine di dunia.
Gambar 1.2 Lokasi pendirian pabrik hexamine pada prarancangan pabrik hexamine dengan proses Leonard kapasitas 15.000 ton/tahun

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) setiap lulusan Program Magister Ilmu Hukum USU memiliki capain pembelajaran yaitu mampu mengembangkan

Pada akhir semester diploma III mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret diwajibkan melakukan Kuliah Kerja Media (KKM) agar bisa

PERBEDAAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI, PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA.. SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS (SLTA) NEGERI DAN SWASTA DI

Sesuai dengan uraian diatas, maka permasalahan yang ada adalah mendesain layout kontrol untuk driver dan desain kursi penumpang bus DAMRI AC yang sesuai dengan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa, melalui media flipchart dapat meningkatan prestasi belajar matematika materi penjumlahan bilangan 1 sampai

[r]

FITRI ISNANI. Praktik Hidup Sehat dan Persepsi Tubuh Ideal Remaja Putri SMA Negeri 1 Kota Bogor. Dibawah bimbingan Dodik Briawan dan Tiurma Sinaga. Tujuan umum dari penelitian

ini kemudian ditumbuhkan dalam Medium Basal Bold dengan konsentrasi nitrogen dan fosfat yang masing masing dengan perbandingan 2:1dengan nitrogen dikalikan 10 setiap 3