• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo sebagai Pelopor Pendekatan Kontekstual dalam Kajian Bahasa di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo sebagai Pelopor Pendekatan Kontekstual dalam Kajian Bahasa di Indonesia."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING

,TUDI

EAHA'A

DARI

BERBAGAI

PER'PEKTIF

DALAM RAI.ICKA

ULANG TAHUN XE-8O

Frof. Dr. loepomo Poedjoroedsrmo

5 -6 Degember 2Ol3

P r o s i d i n g

S e m i n a r

I n t e r n a s r o n a i

Studi

Bahasa

dari

Berbagai

Perspektif

Pracetak:

Tri

Wahyudi

Tata

Letak

& Cover:

S Arimba

Program

Studi

52 Linguistik

FIB

UG[/O

2013

B4B

+ xiv halaman,

14,8

x 21 cm

Cetakan

| 20'13

Diterbitkan

Pertama

kali

oleh.

Diterbitkan

Program

Studi

52 Linguistik

bekerjasama

Jurusan

Sastra

Indonesia

Fakultas

llmu

Budaya

Universitas

Gadjah

Mada

Yogyakarta

dan

Gress

Publishing

Jln.

Sosiohumaniora,

Bulaksumur,

Yogyakada

55281

Terp

(0274)

51i1113il';l6;5'iji

.fi"'

550451

I SBN:

978-602-96825-B-B

(2)

Bahasa

Jawa dan Upaya Revitalisasinya

Nanik Sumarsih

Peran Ibu dalam Pemertahanan

Bahasa (Language

Maintenance)

Sunda

(di Desa Cikahuripan

Kecamatan

Cisolok, Kabupaten

Sukabumi) (Kaj ian Sosiolinguisr

ik)

Nurfaizah,

Al'aeni Almardiyah,

Lusi Setiyanti,

Ria Angraeni

Prof Dr. Soepomo

Poedjosoedarmo

Sebagai

Pelopor

Pendekatan

Kontekstual

dalam Kajian Bahasa

di lndonesia

Praptomo

Baryadi.

Sintaksis

Pronomina

Persona

dalam Bahasa

Muna

Sahur

Saerudin...

Mood dan Transitivity dalam iPhone 55 User Guide: Kajian Tata

Bahasa

Funssional

Lusi Setiyanti, Ria Angraini, Erma Istiqomah dan Nurfaizah

Morfologi

Abreviasi dalam Istilah IT

Henda Suhenda.

Nomina Agentif dalam Bahasa

Indonesia

melalui Sufiksasi

Derivasional

Bahasa

lnggris

-er

Ruli Hapsari

Pemakaian

Partikel Fatis Bahasa

Jawa Pesisir

Utara Jawa Tengah

Ermi Dyah Kurnia.

Verba dalam Dialek Melayu Sekadau:

Suatu

Pengenalan

C h o n g

S h i n . . .

The Complexity

of Plural Forms

of Nouns In German

S u l i s

T r i y o n o . . .

. . . .

Elevative

Deixis in Wano

Willem Burrms.

Terjemahan

Terjemahan

Bahasa

Jawa Berbasis

Konteks

Prembalun

Mrji...

Pragmatik

Apology Modifications

of Non-Native Englis Students

Agis Andriani.

What is it to Know the Meaning of Linguistic Expressions?

(A

Overview from Truth-Condition

Theory of Meaning)

Joko Kusmanto,

D. Edi Subroto,

dan

Sudaryanto

Permintaan

Sri Wahlu

Maaf da

lam Tiqdak Tutur Masyarakat

Banjar

Nengsih

Tindak Tutw Ekspresif

dan Persuasif

Guru-guru

SD dalam

Pembelajaran

Peer Teaching di Hotel Grand Setiakawan

Surakarta

Muhammad Rohmadi

378

492

499

3 8 5

394

4 0 5

5 0 6

5 1 9

526

416

Linguistik Historis

Perbandingan

Genet

Komparatif

is dan Tipologis Bahasa

Bunak Timor dan Abui

431

Yunus Sulisfyono

5 3 5

Morfosintaksis

Linguistik Na qliy dan Linguistik lqlry : Sebuah Kaj ian Terhadap

Linguistik Arab dan Persinggungannya

dengan Linguistik Umum

Agus Salim

< 4 1

Komunikasi Antar Budaya

Keragaman

Bahasa dan Budaya: Problematika dan Perannya

dalam

Komunikasi Antarbudava

Akhmad Haryono.

556

Psikolinguistik

Pembelajaran

Bahasa

Inggris pada Anak Usia Dini Sudah Siapkah

Otak imtuk Terpapar

Bahasa

Kedua pada Usia Anak tanpa Merusak

Proses

Penguasaan

Bahasa

Pertama?

Studi Neuropsikolinguistik

Andi Dian Rahmawan.

570

4 3 7

447

4 5 8

468

4 / 6

(3)

llr

1 l :

l

PROF. DR. SOEPOMO

POEDJOSOEDARMO

SEBAGAI PELO

POR PENDEKATAN

KONTEKSTUAL

D A L A M K A J I A N B A H A S A

D I I N D O N E S I A

Praptomo

Baryadi

Atrstrak

Pada tahun 1970-an pendekatan kalian bahasa yang dominan di lndonesia adalah pendekatan stmktural. Dengan pendekatan tersebut, bahasa dikaji secara intrinsik.

fbrmal, dan otonom. Namun. pada kurr-rn rvaktu kuatnya pengaruh pendekatan struktural

tersebut. Prot. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo mengemr.rkakan gagasan bahrva

penggunaan bahasa dalam komunikasi itu di samping dipengaruhi oleh faktor bahasa.

.iuga dipengaruhi olch laktor-(aktor di lr-rar bahisa. Karena denrikian. pengka.jian bahasa

.iuga harus mcmperhitungkan laktor-laktor )ang nrernpengaruhinya itu. Corak pengka]ian

bahasa;'ang demikian itu pada pcrkcrlbangan linguistik sckarang dikenal dengan istilah

pendekatan kontekstual. Gagasan dan penerapan pendekatan kontekstual itu antala lain

tcrrvujud dalam ratusan buah kaL'1.'a ilmiahn-"-a. l'ada tulisan ini akan dipaparkan

ringkasan dua buah kar."-an1,a yang clitulis pacla tahun 1970-an. y'aitu yang ber.iudLrl

"Kc.rmponen Tutur" ( | 979. | 9ll5) y ang berisi r-u'aian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi penegunaan haliasa dan .u-ang berjudul "Language Etiqqucttr: in

Indonesian" ( l97tii) yang memapalkan penerapan pendekatan kontekstr,lal tersebut dalarn

kajian bahasa di lndonesia.

Kata kunci Soeponro I'oedlosoedarmo, bahasa- pendekatan kontekstual. komponen

Iutur

I . P E N D A H U L U A N

Tulisan ini bermaksud mernaparkan salah satu ketokohan Prof. Dr. Soeponro Poed.iosoedarmo dalam bidang linguistik. Beliau adalah seorang pelopor pendekatan kontekstual dalam kajian bahasa di lndonesia. Pengkajian bahasa berdasarkan pendekatan kontekstual adalah telaah bahasa dengan memperhitungkarr konteks atau kompoenen tutur yang mempengaruhi p e n g g u n a a n d a l a r n k o r n u n i k a s i .

P a d a t a l r u n 1 9 7 0 - a n h i n g g a h i r r g g a a k h i r ta h u n 1 9 9 0 - a n k a j i a n b a h a s a d i lndonesia didorninasi oleh pcndekatan struktural. Dengan pendekatan strutural. bahasa dipandirng sebagai scsuatu )'ang otonom. yang terpisah dari fenornen-f e n o n r e n y a n g l a i n . D a l a n r a n a l i s i s n y a , l i n g L r i s t i k s t r u k t u r a l m e m b o n g k a r "struldur internal" bahasa tertentu dan kemudian merumuskan kaidah struktur bahasa yang bersangkutan. Telaah bahasa secara struktural telah menghasilkan rumusan kaidah satuan-satuan lingual: bunyi, fonem, silabel, morfem, kata. fi'asa. klausa. kalimat, paragraf. dan i.vacana.

Pada era dominasi linguistik strtuktural itu, Proi Dr. Soepomo Poedjasoedarmo melakukan kajian bahasa dengan paradigma yang berbeda dengan pendekakn struktural tersebut. Beliau mengernukakan gagasan bahwa penggunaan bahasa dalam komunikasi di samping dipengaruhi oleh faktor kebahasaan, juga ditentukan oleh faktor-faktor bukan kebahasaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa dalarn komunikasi itu, oleh beliau, disebut dengan istilah komponen tutur. Dalam linguistik umum, faktor-faktor bukan kebahasaan itu lazirl disebut konteks (context) atau koteks situasi (context of situalion). Dengan dasar pandangan yang demikian itu, beliau berpendapat bahwa kajian bahasa juga perlu rnerrrperhitungkan komponen tutur atau konteks tersebut. Corak kajian bahasa yang memperhitungkan komponen tutur atau konteks sanpai sekarang dikenal dengan ka.j ian bahasa menurut oen dekatan kontekstual.

Pada tahun 1979 pada acara Kotbrerrsi Masyarakat Lirrguistik Indonesia (MLt) di Yogyakarta, Prof. Dr. Soeporno Poedjosoedarmo rlenyajikan makalah yang berjudul "Komponen Tutur". Kenrudiarr pada tahun lt)85 rnakalal'r tersebut bersama dengan makalah dari para pakar Iinguistik lain diterbitkan kenibali dalam sebuah buku bunga rampai vang ber-judul Perkembqngan Linguistik di Indonesia yang disunting oleh Prof. Dr. Soenjono Dardjowidjojo. Melalui makalahnya tersebut, Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarrno mentbeberkan teori komponen tutur itu dengan rinci dan sistematis. Sejak teori tersebut dipublikasikan sampai sekarang belurn ada teori baru yang dikemukakan oleh linguis lain di Indonesia. Bahkan, secara sadar atau tidak sadar, secara eksplisit atau implisit, langsung atau tidak lanesung, secara parsial atau total, teori komponen tutuf tersebut diacu dan dijadikan landasan teori dalam pengkajian bahasa oleh para peneliti di Indonesia. Dengan tidak terasa lcori komponen tutur itu telah rnenggerakkan atau rnendinanrisasikan kajian bahasa di Indonesia dari pendekatan struktural ke pendekatan kontekstual. Oleh karena itu. untuk r n e n g i n g a t k a n k e m b a l i , p a d a t u l i s a n i n i a k a n d i p a p a r k a n r i n g k a s a n te o r i kornponen tutur tersebut.

Selain nrenggagas teori tersebut. Plof-. Dr. Soeponro Poedjosoedarmo a d a l a h s e o r a n g l i n g u i s 1 , a n g p r o d u k t i f d a l a r r r r x e n c i p t a k a r l a i l r n i a h . J i k a d i d a t a s e c a r a l e n g k a p , s u d a h r a t u s a n k a r v a il r r i a h r a n e d i h a s i l k a n n v a . B a n y a k b a h a s a y a n g te l a h d i t e l i t i n y a . a n t a r a l a i n b a h a s a . l a u a . b a h a s a I n d o n e s i a , b a h a s a I n g g r i s . bahasa Melayu, bahasa Brunei. Beliau.juga rnenekaji berbagai bidang dan aspek kebahasaan. Corak kajian bahasa yang beliau hasilkan adalah kajian bahasa dengan pendekatan kontekstual. Bahkan sebelum nrengemukakan teori komponen tutur. beliau sudah rlenghasilkan kajian bahasa dengan pendekatan kontekstual. Corak kajian bahasa dengarr pendekatan konteks tual ini banyak

I

i

f

I l

394 Studi Bahasa dari Bet'bagai Perspekti/

l l

(4)

i

I

d i a n u t o l e h p a r a p e n e l i t i b a h a s a d i l n d o n e s i a , l e b i h - l e b i h d a l a m b i d a n g sosiolinguistik.

- s " e b a g a i b u k t i n y a ' p a d a t u l i s a n i n i a k a n d i k e m u k a k a n r i n g k a s a n t e n t a n g

salah satu karya ilmiah teliau. yaitu yang berjudul "Language Etiquette in Indonesian,,. Artikel ini disusun ,.b.ru* beiiau mempubrikasikan makalah yang b e r i s i t e n t a n g k o m p o n e n t u t u r . A r t i k e l i n i d i p u b l i k a s i k a n p a d a . t a h u n l 9 T 8 dalam sebuah buku bunga rampai yang berjudu\ Sp"t"* yang.disunting oleh S.Udin. Buku bunga 'ni,-pui ,vang'berTsi tulisan para intelektual terkemuka di dunia ini disusun clalam rangka perayaan r-rlang tahun ke-70'.Sutan Takdir

A l i s j a h b a n a ' J i k a s e k a r a r r g i n i s o p a n s a n t u n b e r b a h a s a m e n j a d i o b j e k k a j i a n para peneliti bahasa di lridonesia' 35 tahun yang lalu topik ini sudah dikaji

secara kompreherrsif f,tiJutttlon pendekatan kontekstual oleh Prof' Dr' Soepom o Poedj osoedarmo'

2 . T E O R I K O M I ) O N E N T U T U R

P r o f . D r . s o . p o n ' o e o e d j a s o e d a r m o ( 1 9 8 5 ) r n e n j e l a s k a n a l a s a n k a . i i a r t bahasa perlu menrperhitungkatr komponen tutuf adalah sebagai berikut'

P e r t a m a ' p e n g g u n a a l l b a l r a s a d a l a r t r k o r n u n i k a s i t e r i k a t o l e h k o m p o n e n t u t u r .

P a d a r v a k t u S e s c o r a n g h e n d a k b e r b i c a r i u t e r l e b i h d a h u l u t e r b e n t u k l a h s u a t u peran (rlss.!.rgrl Ji J"io,]] kepirla orang itu. .lika saatnya telah tiba" maka pcsan

itu lalu dilontiLrkan menjadi uiafan (iltlerdirce) 1'ang lalu dapat.didengar oleh orang yang dia.iak berbicara' Pclontaran ujaran atau peng'kode"an (encoding\ itu sebetulnyaffiJinyn Jiptngotuhi olehLanyak hal' Demikianlah' maka triud penjabaran pesan itu ialarn bintukar.r linguistik lalu dapat bermacam-ragatn' tergantung po,io .o"o. dan kualitas butir-br"rtir yang telah mempengaruhinya.

Marilah Uutir-fn'ii' penentu ini kita sebut saia komponen tutur',karena

butir-b u t i r i n i * . * n , ' g r n e n j a d i v a r i a butir-b e l p e n e n t u u j u d butir-b e n t u k l i n g u i s t i k u j a r . a n l , a n g akan kelr-rar O,"i-?''ului 'cnrang penutur (Poecllosoedarmo 1985: 79)'

Kedua, kajian bahasa perlu memperhitungkan komponen tutur agar hasil analisisnya lebih dapat dipertanggungiawabkan'

Di dalam onntiri, bahalsi pudo uturnny'a kita sering .terpaksa harus m e m p e r h i t r r n g t . u n n y u a p a b i l a k i t a i n g i n m e n d a p a t k a n h a s i l a n a l i s i s y a n g l e b i h dapatdipertanggungawabkan.Untukmencarikejelasantentangberbagaivariasi bahasa, ragam batras[ unio t""t'atau tingkat tuiur' pemakaian bahasa di dalam m a s y a r a k a t d w i b a t r a s a ' p e r l u s e b e t u l n y a ' t e r l e b i h d a h u l u k i t a b e n a h i s o a l k o m p o n e n t u t u , i n i . D a l a m a n a l i s i s t i n d a k t u t u r ( s p e e c h a c t a n a l y s i s ) , a t a u b a h k a n u n t u k m e m a n a m i m d . n o s u a t u k a l i m a t p u n , s e b e t u l n y a k i t a p e r l u memperhitungr.un p.nga'uh-pengaruh komponen tutur ini pada.bentuk ujaran yang akan kita analisis itu' Pemahaman tlntang komponen tutur ini mutlak diperlukan bugi Uanyak anaii'i' sosiotinguistik (Poedjosoedarmo 1985: 80)'

3q6 Studi Bahastt Jari Berl'agui Perspektif

Prof. Dr. Soepomo Poedjosoeda'rno menjelaskan setiap komponen tutur itu dengan menggunakan memoteknik O,O, E MAU BICARA:

O : O r a n g k e - l ( O l ) a r a u p e n u t u r O = Orang ke-2 (O2) atau mirra tutur E : W a r n a e m o s i O l

M : Maksud dan tujuan percakapan

A : Adanya 03 dan barang-barang lain di sekeliling adegan percakapan (o3 dan ekologi tutur)

U = Urutan tutur

B: Bab yang dipercakapkan; pokok pembicaraan I : Instrumen atau sarana rutur

C : Citarasa tutur A: Adegan tutur

R: Register khusus atau bentuk wacana atau genre tutur A : Aturan atau norma kebahasaan lain.

Penjelasan setiap komponen tersebut dapat diringkas sebagai berikut. o = ol, yaitu pribadi si penutur. pribadi si penutur sangat menentukan corak

ujaran yang dihasilkan. pribadi si penutur berkaitandengan dua hal, yaitu siapakah ol dan darimanakah asal atau latar belakangbl. Siapakah ol berkenaan dengan (i) bagaimanakah keadaan fisik or. liiy bagaimana keadaan mental ol, dan (iii) bagairnanakah ker.ahiran bahasa ol. Tentang latar belakang si penutur yang menyangkut jenis kelamin, asal daerah, asal golongan kelas masyarakatnyu, u.*.,ya, jenis profesinya, kelompok etniknya, dan aliran kepercayaannya.

o = 02. Faktor terpenting kedua yang nlenentukan bentuk tutur yang keluar dari mulut seseorang penutur adalah orang kedua. yaitu orang yung oiujut bicara oleh penutur itu atau mifra bicara. Faktor ini berkaitan iengan dua hal, yaitu anggapan ol tentang seberapa tinggi tingkatan sosial 02 dan seberapa akrab hubungan ol dan 02. Bila or mcnganggap 02 lebih t i n g g i t i n g k a t s o s i a l n ' a . o l akan rnemilih bentuk - b u - h u . u y a n g nrenunjukkan rasa hor*at kepada ol. Na.run. jika ol rnenganggap 02 t i n g k a t s o s i a l n y a l e b i h re n d a h a t a u o r a n s b i a s a , o l r i d a k b e r i u s a h p a y a h rnencari bentuk bahasa vang menunjukkan rasa hormat.

Anggapan ol terhadap keakraba' huburrqarr de'gan (J2 juga menentuKan c o r a k t u t u r a n y a n g dihasilkan o i e h o l . B i l a o l r . e n g a n g g a p b a h r v a h u b u n g a n a n t a r a o r d e n g a n 0 2 c u k u p a k r a b , or at an ,"e.iiih suatu ragam bahasa yang menunjukkan keakrabannl,a itu.

E = warna emosi ol. warna ernosi ol arrat mempengaruhi bentuk rururnya. Seorang penutur yang gugup melontarkan ujaran_ujaran yang kuring teratur, banyak frasa-frasa yang putus. banyak pengulangan yung tul

li

I

j

rf

(5)

M

perlu, banyak inversi-inversi yang membingungkan pengertian, dan sebagainya. Bahkan karena terlalu gugup, maksud yang akan diungkapkan tidak terujalkan. Ol yang sedang marah biasanya sulit mengungkapkan tuturan yang sopan. Orang yang sedang dalam keadaan sakit juga sukar mengontrol pilihan tingkat tutur, kalimat, frasa, serta kata-katanya.

: lVlaksud dan tujuan percakapan. Maksud dan kehendak Ol sangat mempengaruhi bentuk-bentuk tutur yang diujarkannya. Maksud hati Ol ini dapat pula mempengaruhi pemilihan bahasa, pemilihan tingkat tutur, ragam, dialek, idiolek, pemilihan ungkapan-ungkapan tertentu, atau pemilihan unsur suprasegmental tertentlr.

= Adanya 03, yaitu kehadiran orang lain. Suatu ujaran dapat berganti benfuknya dari apa yang biasanya terjadi apabila ada seseorang tertentu yang kebetulan hadir pada adegan tutur itu. Pengubahan kode bahasa yang disebabkan oleh adanya 03 ini dapat terjadi karena alasan bermacam-macam. antara lain karena ingin mengikutsertakan 03 dalam percakapan, ingin nrerahasiakan sesuatu, agar Ol yang ingin memberikan kesan kepada 03 bahwa 02 sebetulnya ialah orang yang terhormat, dan agar tidak mengganggu 03.

= Urutan bicara. Urutarr bicara berkenaan dengan siapa yang harus berbicara lebih dulu dan siapa yang harus berbicara kemudian. Dalam peristirva tutur atau wacana-wacana tertentu. urutan bicara ini telah ada aturan )'ang mapan. Ada rttasyarakat yang rnemiliki aturan bahwa orang yang berstatus sosial lebih tinggi atau orang yang lebih tua harus berbicara l e b i h d u l u .

Ol atau penutur sebagai pengambil inisiaif berbicara agak lebih bebas dalam menerrtukan bentirk tutunt-v'a daripada mitra tuturnya. Bentuk tuttrr yang diucapkan ditentukan berdasarkan hasil penilaiannya terhadap

faktor-faktor penentu tutur )'ang ada pada saat itu (misalnya keadaan 02, hadirnya ()3. nada suara bicara, darr sebagainya). 02 atau Initra tuttlr v a n g m e n a n q g a p i t u t u r a n O l t i d a k s e b e b a s O l d a l a n r m e m i l i h b e n t t r k t u t u r n y a . H a l i n i d i s e b a b k a n k o d e tt r t u r s e o r a n g p e n u t u r d i p e n g a r u h i o l e h k o d e t L r t r , r r s e b e l u t t t r t v a . M i s a l n y a O l m e n g g L r n a k a n b a h a s a l n d o n e s i a . a d a k e c e n d e r u n g a n 0 2 n r e n a n g g a p i r r y a d e n g a n b a l r a s a l n d o n e s i a p u l a . Hal ini ticlak berarti bahwa kode bahasa tertentu harus disambut dengan k o d e b a h a s a v a n g s a m a . K o d e b a h a s a y a n g d i p i l i h o l e h 0 2 t e r g a n t t r n g p a d a p e n i l a i a n t e r h a d a p l r u b u n g a n y a n g i a i n g i n k a n t e r h a d a p O l a t a u tergantuns pada suasana kebahasaan yang ingin ia ciptakan.

B = Bab yang dibicarakan. Bab yang dibicarakan mempengaruhi warna bicara. Hal ini tidak berarli bahwa setiap pokok pembicaraan harus dibahas

398 Studi Bslwsu dari Berbagui Perspektif

dengan bahasa atau ragam bahasa tertentu. Namun. ada beberapa topik pembicaraan tertentu yang mengharuskan anggota masyarakat menggunakan kode bahasa teffentu apabila mereka akan membicarakannya.

I - Insffumen atau Sarana Tutur. Sarana tutur dapat mempengaruhi bentuk ujaran. Yang dimaksud dengan sarana tutur ialah sarana yang dipakai untuk menyampaikan sarana tutur. Pertama-tama dapat kita sebut adanya bahasa lisan dan bahasa tulis. Tutur lisan disampaikan secara oral (risan), yaitu langsung dengan menggerakkan alat-alat bicara mulut kita. Bahasa tulis disampaikan dengan menggunakan huruf-hurul'di atas kenas arau alat tulis yang lain. Pada kebanyakan masyarakat, bahasa tulis biasanya terikat pada ragam bahasa atau bahkan pada bahasa tcrtentu.

c = citarasa Penutur. Nada suara bicara 'ang secara keseruruhan dapat mempengaruhi Ol juga berpengaruh pada ragam tutur yang diucapkan oleh ol. Dalarn hal ini sering dibedakan raqa'r bahasa santai, raganr bahasa formal, dan ragarrr bahasa irrdalr. Suasarra bicara vang santai, yarrg tak rrernentingkan adarrva tbrrnalitas ini dan itu, biasanya dii orang dengan ragam bahasa vang sa.tai pula. kecuali apabila hadir di situ 02 a t a u 0 3 y a n g d i a n g g a p a n t a t te r h o n n a r o l e h O l . S u a s a n a b i c a r a y a n g formal atau yang dinas, seperti suasana perkuliahan di keras, suasana di dalarn rapat. penenruan bisnis di ka.ror. dan sebagainya biasanya juga diisi dengan pembicaraan-pernbicaraan vang dibauakan dengan raganr formal. Selanjutnya suasana bicara yang dianggap semlw,e, yang dianggap indah, yang serernonial. sebagian dari upucara keagamaan di gereja, biasa diisi dengan ragant bahasa indah, yang rnengandung ungkapan -ungkapan literer.

Suasana juga dapat dibedakan men.jadi suasana ter.gesa-gesa, suasana yang memerlukan kejelasan dan ketelitian, dan suasana yang moncer (yang menghendaki adanya pengsunaan balrasa yang "berlebihan" superJluoous). Dalam suasana vang penuh tergesa-gesa, biasa digunakan orang ragam tutur yang amat ringkas. Demikian pula apabila dirasa bahwa suasana itu diliputi rasa keakraban, maka ragam tutur yang ringkaslah yang dipakai. Dalam ragam ini terdapat banyak penanggalan dan kelonggaran-kelonggaran kaidah bahasa. Daiarn suasana yang menuntut adanya ketelitian dan kejelasan, maka raganr bahasa lengkaplah yang dipakai. Dalam ragam ini segala sesuatu harus disampaikan setuntas-tuntasnya. Penggalan tidak boleh terjadi. Terapi ini tidak berarti bahwa Ol dibebaskan mengadakan pengulangan-pengulangan. Dengan demikian maka semua kalimat harus diujarkan, semua frasa dan ungkapan harus disajikan. Akan tetapi, seperti dalanr suasana keilmuan,

(6)

segala ssesuatu haruslah disajikan dengan seekonomis-ekonomisnya. Jadi, bahasa harus tuntas tetapi ekonomis. Pada suasana yang disebut moncer, ;-ang indah. yang superfltlous, penggunaan bahasa yang dari sudut ekonorni dipandang agak berlebihan diperbolehkan. Yang pentlng ialah bahwa apa yang diu.jarkan terdengar memberi kesan memperindah suasana.

A = Adegan T'utur. Adegan tutur berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa t u t u r ( t e r m a s u k k u a l i t a s s u p r a s e g m e n t a l t u t u r d a n p i l i h a n p o k o k p e r n b i c a r a a n ) . A d e g a n t u t u f j L r g a r n e r n p e n g a r u h i p e n u t u r d a l a r n ntenentukan bentuk-berrtr-rk Lrjaran. "Percakapan di dalam nresjid. gerejr, dan tempat-tempat ibadah lainnya, rurnah sakit, kantor pengadilart biasanya tidak terlalu keras, dan orang biasanya tidak bersenda gurau. Percakapan harus sopan, serius, dau khidmat."

R = Register atau bentuk wacana. Di dalam masyarakat, biasanya terdapatlah beberapa rnacam \\'acana yang bentuknya sudah mapan. Wacana-wacana seperti stlrat-lnen)'urat dinas, perundang-undangan, percakapan dengan telepon, telegram. pidato penlbukaan atau penutup suatu lokakarya, seminar, kont'erensi, atau pidato seremonial lainnya, atur-atur kenduri, L{ub dan doa kenduri, ta.iuk rencana surat kabar, mempunyai struktur 1,ang kurang lebih rnapan dan diketahui oleh anggota masyarakat banyak. Kalau ada seseoraltg yang melanggar aturan-aturan struktur wacana ini. maka anggota masyarakat umumnya lalu memberi reaksi negatif. Maka dari itu, kalau seseorang Ol menentukan diri bertutur dalam suatu wacana teftentu. mau tidak mau harus mematuhi aturan dan harapan yang terkandupg di dalamnya. kecuali apabila ia ingin membuat kesan-kesarl nreny'encliri.

A = Aturan atau nonna kebahasaan lainnya. Aturan kebahasaan lainnl'a bersangkutan dengan nornta-rolna kebahasaan yang khusus berlaku pada suaru r.tlasyalarat bahasa. N4isalnya kejelasan dalarn berbicara, topik yang dibicarakan harus ntenarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersitat pribadi. rnenghindari kara-kata yang dianggap tabu, dan sebagainl'a. Aturan-arurart kebahasaan ini dapat mempengaruhi o I dalam menentukan bentttk tuturannYa.

3 . S O P A N S A N T U N B E R B A H A S A I N D O N E S I A

Poedjosoedarmo mengr.rraikan gagasannya tentang sopan santun berbahasa dalam karyanya yang berjudut "Language Etiquette in Indonesia" yang termuat dalanr buku Speclrzm (19'/8:400-419). Dalam karyanya tersebut iro.diosoedarmo secara khusus membahas sospan Santun berbahasa Indonesia'

400 Studi Bahas(t dari Berbagai Perspektif

Kerangka berpikir yang digunakan sebagai dasar pembahasannya adalah tujuh komponen tutur. Ketujuh komponen tutur itu adalah (i) partisipan komunikasi yang terdiri dari penutur, mitra tutur. dan pihak ketiga; (ii) bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan; (iii) topik pembicaraan; (iv) tujuan pembicaraan; (v) peristiwa dan situasi tutur: (vi) norma bahasa yang ditaati oleh masyarakat; (vii) sesuatu yang digunkan dan dijadikan dasar tuturan.

Berdasarkan tujuh komponen tutur tersebut, disusunlah tujuh prinsip sopan sarltun dalam berbahasa lndonesia. Berikut inr dipaparkan tujuh prinsip itu beserta penjelasannya secara ringkas. Ringkasan ini pernah dipaparkan sebagai salah satu bagian makalah yang berjudul "Teori Sopan Santun Berbahasa" (Baryadi 2003 ).

Pertama, kendalikanlah emosi Anda dan jangan sampai Anda lepas kontrol pada saat berbahasa lndonesia. Penutur yang dapat mengendalikan ernosinya akan berbicara dengan tenang. penggunaan kata-katanya sangat selektii runtut, jelas. dan tuturannya enak diterima. ['erilaku tutur yang demikian akan meninrbulkan citra positif pada penutrirnva, yaitu bahwa penuturnya adalah orang vanq sopan dalanr berbahasa lnclonesia. Sebaliknya. o r a n g y a n g t i d a k b i s a n r e n g e n d a l i k a n e n r o s i n v a a k a n b e r b i c a r a m e l d a k - l e d a k . pemakaian kata-katanya tidak selektil. kasar. menyakitkan, cengeng, dan m e r e n r e h k a n . P e r i l a k u t u t u r v a n g d e m i k i a n a k a n n r e n i m b L r l k a n c i t r a n e g a t i f penuturnya, yaitu bahwa penuturn)a adalah orang yang ticlak sopan berbahasa lndonesia. Dengan demikian. keadaan enrosi penutur sangat menentukan kesopanan dalam melakLrkan tindak tutur. vaitu sangal menentukan ga1,a berbicara, tingkat tutur, dan penggunaan kata-katanya.

Kedua, tunjukkan sikap bersahabat dengan menampakkan kesiapsediaannya untuk berkorrunikasi dengan mitra tutur. Di lndonesi4 seperti juga pada komunitas tutur yang lain, persahabatan atau kekeluargaan adalah sesuatu yang bagus. Salah satunva adalah persahabatan dalam berkomunikasi. Dalam situasi yang denrikian, penutur bersedia mendengarkan dengan sungguh-sungguh tentang apa yang disampaikan kepadanya oleh orang lain dan juga menyampaikan apa yang memang perlu disampaikan kepada orang lain. Setiap partisipan komunikasi harus selalu senang berinisitatif berkontak dan rnerespon tuturan.

Ketiga, pilihlah satuan bahasa ),ang dinrengerti oleh mitra tutur, tepat untuk hubungan antara penutuf dengan nritra tutur, dan cocok dengan peristiwa dan situasi tutur. Berbahasa dikatakarr sopan apabila kode bahasa vang d i g u n a k a n o l e h p e n u t u r s u n g g u h - s u n g e u h b i s a d i p a h a r n i o l e h rn i t r a t u t u r . S e l a i n itu, kode bahasa yang dipilih harus disesuaikarr dengan huburrgan antara penutur d e n g a n m i t r a t u t u r , y a i t u ( i ) t L r t u r a n n \ a l e n g k a p . ( i i ) t u t u r a n n y a l o g i s , ( i i i ) s u n g g u h - s u n g g u h v e r b a l d e n g a r r m e m i n i m a l k a n i n t e r j e k s i , a l i h k o d e ,

(7)

pembalikan urutan kata, dan sebagainya, (iv) menggunakan ragam bahasa baku. Ditambah lagi, kode bahasa yang digunakan hendaknya sesuai dengan situasi tutur, yaitu situasi fbrmal dan situasi informal.

Keempat. pilihlah topik yang disukai oleh mitra tutur dan yang cocok dengan situasi. Kesopanan berbahasa juga ditentukan oleh topik tutr.rran. Tuturan dengan topik yang menyenangkarr rnitra bicara adalah tuturan yang s o p a n . H i n d a r i l a h t o p i k y a n g ti d a k m e n j a d i minat mitra tutur. Selain i t L r , h i n d a r i pula hal-hal yang tidak menyenangkan mitra tutLrr lainnya seperti mengritik mitra bicara. Pada masyarakat lndonesia, kritik atau sejenis ketidaksetujuen lainnya dapat mengakibatkan timbulnya rasa tidak senang pada mitra tLrtur. Tuturan yang tidak menyenangkan mitra tutur ini merupakan tuturan yang tidak s o p a n d a r i s u d u t p a r r d a n g m i t r a tu t u r .

Kelima, ungkapkan tujuan atau arah pembicaraan dengan jelas. Biasanya penutur berkomunikasi dengan mitra tutur memiliki tugas tertentu. Untuk menjaga kesopanan, tujuan hendaknya diungkapkan dengan jelas dan tidak berbelit-belit. Lebih-lebih bila tujuan tuturan itu berkenaan dengan kebutuhan

^ . i h " , . 1 ; n a n ' r r r r

Keenam, ucapkan kalimat-kalimatnya dengan enak. Penutur hendaknya mernilih bentuk kalimat yang baik dan ucapkanlah dengan enak sehingga diterima oleh mitra tutur dengan enak pula. Hindarilah gaya pengungkapan yang menggurui, lebih-lebih kepada orang yang status soailnya lebih tiinggi. Usahakan berbicara jangan terlalu keras, tetapi juga jangan terlalu lembut. Janganlah berbicara terlalu cepat, tetapi jugajangan terlalu lambat.

Ketujuh, perhatikanlah norrna tindak tutur yang lain, seperti urutan tindak tutur dan gestur yang menyertai tidak tutur. Mengenai urutan tindak tutur, lazimnya orang yang status sosialnya lebih rendah lebih dulu mendengarkan tuturan orang yang status sosialnya lebih tinggi dan untuk merespon tuturannya harus menanti sampai selesai. Menyela pembicaraan dianggap tidak sopan. Jika ingin menyela, katakan maaf. Mengenai gestur, pada saat berbicara tunjukkan wajah berseri dan penuh perhatian terhadap mitra bicara. Tunjukkan sikap badan dan tangan yang sopan pada saat berbicara.

Tujuh prinsip sopan santun berbahasa Indonesia tersebut dapat diringkas sebagai berikut.

(a) Kendalikan emosi Anda dan jangan mudah lepas kontrol dalarn berbicara.

(b) Tun-iukkan sikap bersahabat dengan menampakkan kesiapsediannya untuk berkomunikasi dengan mitra tutur.

(c) Pilihlah kode balrasa yang dimengerti oleh mitra tutur, tepat untuk hubungan antara penutur dan mitra tutur. dan cocok dengan peristilva dan s i t u a s i t i n d a k t u t u r ' .

402 StLrcli Bahu.scr dari Berbctgai Perspektif

(d) Pilihlah topik yang disukai oleh mitra tutur dan cocok densan situasi. (e) Ungkapkan tujuan pernbicaraan dengan jelas.

(f) Ucapkan tuturan dengan enak.

(g) Perhatikanlah norma tindak tutur yang lain, seperti urutan tindak tutur dan gerakan tubuh.

4 . P E N U T U P

Masih banyak teori atau konsep-konsep tentang pengkajian bahasa secara kontekstual yang digagas dan dipublikasikan oleh proi. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo melalui ratusan karya ilmiahnya. Ragam bahasa, tingkatiutur, tindak tutur, peristiwa tutur, tutu.r ringkas, kedwibahasaan, konta"k bahas4 interferensi, integrasi, alih kode, campur kode adalah sejumlah konsep dari sekian banyak konsep beserta penerapannya yang digagas oleh prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo. Konsep-konsep tersebui uanyut dianut oleh para peneliti bahasa di Indonesia, terutama penelitian bahasa ying berafilisasi dalam !?,bung linguistik yang_ disebut sosioringuistik. Denga,i demikian, dapat dikatakan bahwa Prof. Dr. Soeporno poedjosoedirnro adalah Bapak S o s i o l i n g u i s t i k d i I n d o n e s i a .

DAFTAR PUSTAKA

Baryadi, I. Praptomo. 2003. "Teori Sopar.r Santur Berbahasa." Makalah disajikan pada Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra lndonesia (plBSI) XXV pada tanggal 6-7 Oktober di Universitas Sanata Dharma.

Poedjosoedarnro, Soepomo. 1978. "Lansuage E,tiquette in Indonesia". Dalam S. Udin (Ed.). Spectrum. Jakarta: Dian Rak_r,at. Halarnan 400_419.

P o e d j o s e o d a r m o , S o e p o m o . 1 9 8 5 . " K o n r p o n e n Tutur'. Dalam Dardjowidjojo (Ed). perkembanqan Linguistik di Indonesia. Penerbit Arcan.

Soedjono Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Meta: ndra, kita udah setuju mau baca puisi yang ini, jadi nanti sistemnya kita baca bareng-bareng, sambil di alunin musik dari elu.. terus nanti di bait ini ( sambil

Mencari solusi rantai yang dicari diawali dengan pemisahan rantai oleh enzim-enzim tertentu menjadi fragmen-fragmen, selanjutnya dengan membentuk sebuah graf berarah dari

mudahnya mengakses film-film porno yang banyak tersedia diinternetdan sosial media. Semakin maraknya game online di berbagai tempat karena juga sudah semakin banyak

prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kecemasan belajar matematika.. sedang maupun tinggi, dan siswa dengan kecemasan belajar matematika

Model Perencanaan Strategis Line Solusi Bisnis Kerjasama Laboratorium di Rumah Sakit Pemerintah dengan pendekatan Blue Ocean Strategy-Balanced Scorecard (BOS-BSC) menjawab

[r]

There are four main construct in social support system which are (1) family support (referring to parents’ support in the usage of Arabic language at home),

Kegiatan observasi dilakukan oleh Ibu Dwi Wulandari, S.Ag untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun