• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Project Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tunt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Project Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tunt"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

42 4.1 Pelaksanaan Tindakan

Pada bagian ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi PraSiklus, deskripsi siklus I dan deskripsi siklus II. Deskripsi PraSiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk didalamnya hasil belajar pembelajaran matematika sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Selanjutnya pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan yang dijelaskan pada sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II menguraikan tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II.

4.1.1 Deskripsi Prasiklus

(2)

pelajaran Matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor dari guru dan siswa itu sendiri. Pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru, guru hanya memberi tahu rumus tanpa memberi tahu cara menemukan rumus tersebut. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif. Aktivitas pembelajaran di kelas juga menunjukkan bahwa siswa hanya terlihat diam dalam pembelajaran. Mereka sibuk sendiri dengan alat tulis yang berada di mejanya, dan sering terlihat bosan dengan materi yang sedang dipelajari. Siswa belum terlihat aktif dalam mengikuti pembelajaran, serta masih banyak siswa yang kurang memerhatikan guru. Hal ini membuat siswa pasif dalam menerima informasi yang diberikan guru sehingga berdampak pada hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01. Beberapa faktor tersebut yang menjadi penghambat di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas 5 SD Negeri Candirejo 01.

Hasil observasi aktivitas guru dan siswa saat proses belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang sebelum pelaksanaan tindakan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Observasi Aktivitas Guru Pra Siklus

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

0 1

1 Pra Pembelajaran - 1,2 2

2 Memulai dengan pertanyaan esensial 4,5 3 1

3 Membuat desain rencana proyek 6,7 - 0

4 Membuat jadwal 8 - 0

5 Memantau siswa dan kemajuan proyek 9 - 0

6 Menilai hasil 10 - 0

7 Refleksi 12 11 1

8 Penutup 13 14 1

Total 9 5 5

(3)
(4)

Gambar 4.1

Diagram Hasil Observasi Aktivitas Guru Pra Siklus

Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pra Siklus

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

0 1

1 Pra Pembelajaran - 1,2 2

2 Memulai dengan pertanyaan esensial 4,5,6 3 1

3 Membuat desain rencana proyek 7,8 - 0

4 Membuat jadwal 9 - 0

5 Memantau siswa dan kemajuan proyek 10 - 0

6 Menilai hasil 11 - 0

7 Refleksi 13 12 1

8 Penutup 14 15 1

Total 10 5 5

Kategori Kurang Sekali

0 0,5 1 1,5 2 2,5

1 2 3 4 5 6 7 8

S

ko

r

(5)
(6)

Gambar 4.2

Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pra Siklus

Rendahnya perolehan skor aktivitas guru dan siswa saat proses pembelajaran berlagsung. Berdampak pada perolehan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM ≥ 70). Batas nilai KKM ≥ 70 merupakan KKM dari SD Negeri Candirejo

01 Kecamatan Tuntang yang telah ditetapkan oleh guru mata pelajaran matematika. Hasil Belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh dari ulangan tengah semester mata pelajaran Matametika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang semester I tahun 2016/2017. Data hasil ulangan Matematika dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

0 0,5 1 1,5 2 2,5

1 2 3 4 5 6 7 8

S

ko

r

(7)

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Semester I

Tahun Pelajaran 2016/2017 Pra Siklus

No Skor Frekuensi Persentase (%)

1 30 – 40 6 16,21

2 41 – 51 10 27,02

3 52 – 62 12 32,43

4 63 – 73 4 10,81

5 74 – 84 5 13,51

Jumlah 37 100

Nilai Rata-rata 55,40

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 30

Berdasarkan tabel 4.3 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran Matematika dapat dikatakan hasil belajar yang diperoleh masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria

ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian besar siswa memperoleh nilai di

(8)

Gambar 4.3

Diagram Linear Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Semester I

Tahun Pelajaran 2016/2017 Pra Siklus

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil

perolehan nilai pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4

Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa

Frekuensi Persentase (%)

1 Tuntas ≥ 70 9 24,32

2 Belum Tuntas < 70 28 75,67

Jumlah 37 100

Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM ≥ 70) sejumlah 28 siswa dengan persentase 75,67 % sedangkan

0 2 4 6 8 10 12 14

30 - 40 41 - 51 52 - 62 63 - 73 74 - 84

Jm

l

S

iswa

(9)

yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 24,32 % dari total keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan mininal. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.4 dapat dilihat pada diagram berikut :

Gambar 4.4

Diagram Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

Berdasarkan hasil belajar Matematika yang masih rendah, dibuktikan dengan nilai ulangan mata pelajaran Matematika semester I siswa kelas 5 SD N Candirejo 01 Kecamatan Tuntang maka peneliti merasa perlu megadakan perbaikan pembelajaran Matematika dengan menerapkan model Project Based Learning, sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

4.1.2 Deskripsi Siklus I

Pada sub unit deskripsi siklus I ini, akan menguraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pelaksanaan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit.

75,67% 24,32%

Tidak Tuntas

(10)

4.1.2.1Tahap Perencanaan

Pada sub unit ini akan menjelaskan mengenai perecanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum pelaksanaan tidakan pembelajaran dengan model Project Based Learning meliputi peyusunan RPP dan segala sesuatu yang menunjang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk perencanaan tes evaluasi yang akan dilakukan pada pertemuan terakhir disetiap siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit, dengan rincian sebagai berikut :

1) Pertemuan Pertama

(11)

dengan guru kelas 5 tentang jenis-jenis trapesium, ciri-ciri trapesium, menemukan luas trapesium dan menghitung luas trapesium. Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang kaan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Media yang digunakan adalah kertas karton yang telah dipotong menjadi bentuk persegi panjang. Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar persensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan lembar kerja siswa. Selanjutnya peneliti mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan.

2) Pertemuan kedua

(12)

peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar persensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan lembar kerja siswa. Selanjutnya peneliti mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan.

3) Pertemuan Ketiga

Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Pada pembelajaran siklus I pertemuan ketiga ini digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus I, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran matematika setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based Learning pada siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang. Materi yang diteskan ialah materi yang telah dipelajari oleh siswa pada pertemuan pertama sampai pertemuan kedua mengenai bagun datar trapesium dan bangun datar layang-layang. Penyusunan soal evaluasi juga telah didiskusikan dengan guru kelas 5 yaitu Ibu Sri Budi Astuti, S.Pd. Soal yang diujikan pada siklus I berjumlah 20 soal berbentuk pilihan ganda. Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal evaluasi yang terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda untuk 39 siswa, serta ruang atau lokasi yang akan digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus I yaitu di ruang kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 kecamatan Tuntang. Sebelum mengadakan tes evaluasi guru mengulang materi tentang luas bangun datar trapesium dan layang-layang yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi selama 35 menit.

4.1.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

(13)

a. Pertemuan Pertama 1) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 15 November 2016 pukul 07.00-08.10 WIB oleh peneliti sendiri sebagai pelaksananya karena peneliti sudah menjadi guru wiyata bakti di SD Candirejo 01. Guru yang menjadi observer adalah Dwi Wulandari S.Ag. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa, dilanjutkan dengan melakukan presensi. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru meminta siswa untuk mengamati gambar-gambar yang berkaitan dengan bangun datar trapesium. Guru bertanya kepada siswa “Apa sajakah ciri-ciri trapesium, jenis-jenisnya, dan bagaimana cara mengitung luas trapesium?”. Siswa mengungkapkan banyak jawaban, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti. Pada kegiatan inti siswa dibentuk menjadi 5-6 kelompok berdasarkan undian yang telah disiapkan guru. Kemudian siswa mendengarkan aturan main proyek, aturan mainnya sebagai berikut, siswa mengambil 3 kertas karton yang berbentuk persegi panjang. Kemudian kerta karton dipotong sesuai dengan petunjuk guru menjadi bangun trapesium. Siswa menempelkan hasil potongannya pada kertas karton yang telah disediakan oleh guru. Setelah ditempelkan, siswa menuliskan ciri-ciri bangun trapesium dan jenis jenis trapesium berdasarkan 3 bangun trapesium yang telah dibuat oleh siswa. Perwakilan dari kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil proyeknya. Setelah itu, guru menjelaskan cara menghitung luas trapesium berdasarkan dari proyek yang telah siswa buat. Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru pada buku tulis. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami siswa.

(14)

2) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh Ibu Dwi Wulandari,S.Ag. untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun aktivitas siswa. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 14 indikator aktivitas guru dan 15 indikator aktivitas siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 0-1. Skor 0 jika kegiatan tidak dilaksanakan dalam pembelajaran dan skor 1 jika kegiatan dilaksanakan dalam pembelajaran. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

0 1

1 Pra Pembelajaran - 1,2 2

2 Memulai dengan pertanyaan esensial 5 3,4 2

3 Membuat desain rencana proyek - 6,7 2

4 Membuat jadwal - 8 1

5 Memantau siswa dan kemajuan proyek 9 - 0

6 Menilai hasil - 10 1

7 Refleksi 12 11 1

8 Penutup 13 14 1

Total 4 11 11

Kategori Cukup Baik

(15)

Pada aspek tahap mulai dengan pertanyaan esensial terdiri dari 3 indikator yaitu indikator 3, 4 dan 5 untuk indikator 3,4 memperoleh skor 1 sedangkan untuk indikator 5 memperoleh skor 0 sehingga jumlah skor aspek dua ialah 2 skor. Pada aspek membuat desain rencana proyek terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 6 dan 7 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 2 skor. Pada aspek membuat jadwal terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 8 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 1 skor . Pada aspek memantau siswa dan kemajuan proyek terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 9 memperoleh skor 0 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 0 skor. Pada aspek menilai hasil terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 10 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 1 skor. Pada aspek refleksi terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 11 dan 12 untuk indikator nomor 11 memperoleh skor 1 dan indikator nomor 12 memperoleh skor 0 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 1 skor. Pada aspek penutup terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 13 dan 14 untuk indikator 13 mendapat skor 0 dan indikator 14 mendapat skor 1 sehingga jumlah skor aspek delapan ialah 1 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.5 berikut ini :

Gambar 4.5

Diagram aktivitas Guru siklus I Pertemuan I

0 0,5 1 1,5 2 2,5

1 2 3 4 5 6 7 8

S

ko

r

(16)

Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

0 1

1 Pra Pembelajaran - 1,2 2

2 Memulai dengan pertanyaan esensial 5,6 3,4 2

3 Membuat desain rencana proyek - 7,8 2

4 Membuat jadwal - 9 1

5 Memantau siswa dan kemajuan proyek 10 - 0

6 Menilai hasil - 11 1

7 Refleksi 13 12 1

8 Penutup 14 15 1

Total 5 10 10

Kategori Kurang

(17)

1 indikator yaitu indikator 11 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 0 skor. Pada aspek refleksi terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 12 dan 13 untuk indikator 12 memperoleh skor 1 dan indikator 13 memperoleh skor 0 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 1 skor. Pada aspek penutup terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 14 dan 15 untuk indikator 14 mendapat skor 0 dan indikator 15 mendapat skor 1 sehingga jumlah skor aspek delapan ialah 1 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.6 berikut ini :

Gambar 4.6

Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I

b. Pertemuan Kedua

1) Pelaksanaaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 16 November 2016 pukul 07.00-08.10 oleh peneliti sendiri. Guru yang menjadi observer adalah Dwi Wulandari S.Ag. Kegiatan awal pada pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam, kemudian guru menyuruh perwakilan siswa untuk memimpin doa. Guru mengecek kehadiran siswa Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru meminta siswa untuk mengamati gambar-gambar

0 0,5 1 1,5 2 2,5

1 2 3 4 5 6 7 8

S

ko

r

(18)

yang berkaitan dengan bangun datar layang-layang. Guru bertanya kepada siswa

“Apa sajakah ciri-ciri bangun datar layang-layang dan bagaimana cara mengitung

luas layang-layang?”. Siswa mengungkapkan banyak jawaban, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti. Pada kegiatan inti siswa dibentuk menjadi 5-6 kelompok berdasarkan undian yang telah disiapkan guru. Kemudian siswa mendengarkan aturan main proyek, aturan mainnya sebagai berikut, siswa mengambil 1 kertas karton yang berbentuk persegi panjang. Kertas yang berbentuk persegi panjang tersebut kemudian dipotong menjadi bentuk layang-layang. Siswa menempelkan hasil potongannya pada kertas karton yang telah disediakan oleh guru. Setelah ditempelkan, siswa menuliskan ciri-ciri bangun layang-layang berdasarkan bangun layang-layang yang telah dibuat oleh siswa. Perwakilan dari kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil proyeknya. Setelah itu, guru menjelaskan cara menghitung luas layang-layang berdasarkan dari proyek yang telah siswa buat. Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru pada buku tulis. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami siswa.

Pada kegiatan penutup, guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran. Kemudian guru memandu refleksi tentang apa saja yang telah dipelajari hari ini, apa yang belum dipahami, dan bagaimana cara siswa belajar. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

2) Observasi

(19)

Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian.

Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan kedua dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

0 1

1 Pra Pembelajaran - 1,2 2

2 Memulai dengan pertanyaan esensial - 3,4,5 2

3 Membuat desain rencana proyek - 6,7 2

4 Membuat jadwal - 8 1

5 Memantau siswa dan kemajuan proyek 9 - 0

6 Menilai hasil - 10 1

7 Refleksi 12 11 1

8 Penutup - 13,14 2

Total 2 12 12

Kategori Baik

(20)

siswa dan kemajuan proyek terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 9 memperoleh skor 0 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 0 skor. Pada aspek menilai hasil terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 10 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 1 skor. Pada aspek refleksi terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 11 dan 12 untuk indikator 11 memperoleh skor 1 sedangkan indikator 12 memperoleh skor 0 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 1 skor. Pada aspek penutup terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 13 dan 14 mendapat skor 1 sehingga jumlah skor aspek delapan ialah 2 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan II dapat dilihat pada diagram 4.7 berikut ini :

Gambar 4.7

Diagram aktivitas Siswa siklus I Pertemuan II

Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.8 berikut :

0 0,5 1 1,5 2 2,5

1 2 3 4 5 6 7 8

S

ko

r

(21)

Tabel 4.8

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

0 1

1 Pra Pembelajaran - 1,2 2

2 Memulai dengan pertanyaan esensial 4 3,5,6 3

3 Membuat desain rencana proyek - 7,8 2

4 Membuat jadwal - 9 1

5 Memantau siswa dan kemajuan proyek 10 - 0

6 Menilai hasil - 11 1

7 Refleksi 13 12 1

8 Penutup - 14,15 2

Total 3 12 12

Kategori Baik

(22)

dan 13 untuk indikator 12 memperoleh skor 1 dan indikator 13 memperoleh skor 0 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 1 skor. Pada aspek penutup terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 14 dan 15 mendapat skor 1 sehingga jumlah skor aspek delapan ialah 2 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan II dapat dilihat pada diagram 4.8 berikut ini :

Gambar 4.8

Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II

c. Pertemuan Ketiga

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 17 November 2016 pukul 07.00-08.10 WIB oleh peneliti. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan keempat diawali dengan berdoa, presensi, dan dilanjutkan dengan tanya jawab oleh guru dan siswa untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang ciri-ciri, jenis-jenis dan cara mengitung luas bangun datar trapesium serta ciri-ciri dan cara menghitung luas bangun datar layang-layang. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa. Setelah semua siswa paham tentang materi yang diajarkan, guru memberikan soal evaluasi selama 35 menit. Siswa mengerjakan tes evaluasi dengan tertib dan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

1 2 3 4 5 6 7 8

S

ko

r

(23)

lancar. Bagi siswa yang telah selesai mengerjakan soal evaluasi tersebut, dapat segera mengumpulkan lembar jawaban serta soal dan kembali ke tempat duduk. Setelah itu guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.

4.1.2.3 Hasil Tindakan

Hasil tindakan penelitian berupa Nilai Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang setelah pelaksanaan tindakan siklus I melalui model pembelajaran Project Based Learning, hasil belajar mata pelajaran Matematika kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang disajikan pada tabel daftar nilai Matematika (terlampir) dan berikut disajikan pada tabel 4.4 yaitu tabel distribusi frekuensi nilai matematika siklus I siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 sebagai berikut :

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Semester I

Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus I

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 45 – 55 2 5,40

2 56 – 66 4 10,81

3 67 – 77 14 37,83

4 78 – 88 10 27,02

5 89 – 99 7 18,91

Jumlah 37 100

Nilai Rata-rata 76,75

Nilai Tertinggi 95

(24)

Berdasarkan tabel 4.9 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Matematika, dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas 5 mengalami peningkatan dari kondisi awal, ditandai dengan meningkatnya perolehan nilai rata-rata siswa menjadi 76,75. Hasil belajar matematika pada siklus I siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang, pada rentang nilai 45-55 sejumlah 2 siswa dengan persentase 5,40% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 56-66 sejumlah 4 siswa dengan persentase 10,81 % dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 67-77 sejumlah 14 siswa dengan persentase 37,83% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 78-88 sejumlah 10 siswa dengan persentase 27,02% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 89-99 sejumlah 7 siswa dengan persentase 18,91%. Dari data tersebut diketahui nilai tertinggi yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan siklus I dengan menggunakan model Project Based Learning yaitu 95, sementara nilai terendah yang diperoleh siswa

50 yang semula pada kondisi awal 30 (daftar nilai siswa terlampir). Berdasarkan tabel 4.5 dapat dinyatakan dalam diagram 4.9 yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.9

Diagram Linear Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Semester I

(25)

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan nilai pada siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.10

Ketuntasan Belajar Siklus I

No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa

Frekuensi Persentase (%)

1 Tuntas ≥ 70 31 83,78

2 Belum Tuntas < 70 6 16,21

Jumlah 37 100

Dari tabel 4.10 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM ≥ 70) sebanyak 6 siswa atau 16,21 % dari jumlah keseluruhan siswa,

sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 31 siswa dengan persentase 83,78 % dari jumlah keseluruhan siswa. Hasil tersebut menunjukkan sudah adanya peningkatan hasil belajar Matematika, namun hasil yang diperoleh tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti sebesar 90 %. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.10 dapat dilihat pada diagram 4.10 berikut :

Gambar 4.10

Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I

16,21%

83,78%

Tidak Tuntas

(26)

4.1.2.4 Refleksi Siklus I

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, maka selanjutnya diadakan refleksi atas pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator aktivitas yang telah ditetapkan. Selain itu kegiatan refleksi juga dilakukan untuk mengetahui manfaat dari tindakan pembelajaran menggunakan model Project Based Learning, kegiatan refleksi juga dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi, diskusi ini dilakukan oleh peneliti dan guru observer serta perwakilan dari beberapa siswa kelas 5. Kegiatan diskusi tersebut berisi tentang evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning, evaluasi tersebut ditujukan bagi peneliti dan guru observer serta siswa. Dari diskusi yang dilakukan diketahui bahwa dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based Learning guru dapat memperoleh pengalaman dan wawasan yang baru di dalam pembelajaran, selain itu guru juga merasa lebih mudah dalam mengajar khususnya di dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sementara bagi siswa dengan kegiatan membuat proyek, siswa merasa suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan lagi.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama indikator yang mendapat skor 0 sebanyak 3 item, indikator dengan jumlah skor 1 sebanyak 11 item sehingga jumlah skor yang diperoleh 11. Pada siklus I pertemuan kedua indikator aktivitas guru yang mendapat skor 0 sebanyak 2 item, indikator dengan jumlah skor 1 sebanyak 12 item sehingga jumlah skor yang diperoleh 12.

(27)

dapat dilihat pada diagram 4.11 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I dan II sebagai berikut :

Gambar 4.11

Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I dan II

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui hasil penilaian dari observer indikator aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama indikator yang mendapat skor 0 sebanyak 3 item, indikator dengan jumlah skor 1 sebanyak 11 item sehingga jumlah skor yang diperoleh 11. Pada siklus I pertemuan kedua indikator aktivitas guru yang mendapat skor 0 sebanyak 2 item, indikator dengan jumlah skor 1 sebanyak 12 item sehingga jumlah skor yang diperoleh 12.

Hasil observasi dengan indikator penilaian aktivitas siswa sebanyak 15 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 78,57 %, selanjutnya pertemuan kedua meingkat menjadi 85,71 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.11 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan I dan II sebagai berikut :

78,57% 85,71%

74,00% 76,00% 78,00% 80,00% 82,00% 84,00% 86,00% 88,00%

Pertemuan I Pertemuan II

(28)

Gambar 4.12

Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I dan II

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) pada pelaksanaan tindakan siklus I

mencapai 83,78% siswa tuntas. Artinya hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar 90%. Masih ada 6 siswa yang perolehan nilainya masih berada di bawah KKM 70. Namun rata-rata hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang sudah mengalami peningkatan dari kondisi awal 55,40 menjadi 76,75 setelah pelaksanaan tindakan siklus I. Persentase ketuntasan belajar siswa naik dari kondisi awal 24,32% menjadi 83,78% .

Dari hasil observasi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based Learning, kekurangan yang ditemui selama tindakan pembelajaran menjadikan proses pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang maksimal. Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya:

66,66% 80,00%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%

Pertemuan I Pertemuan II

(29)

1) Kelebihan

a. Rancangan pembelajaran tersusun dengan baik, terlihat dari beberapa aspek sudah terpenuhi

b. Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, terlihat dari terpenuhinya semua indikator pada tahap membuat desain rencana proyek. Siswa aktif bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan proyek yang dikerjakannya.

c. Siswa mempunyai pengalaman untuk membuat sebuah proyek sederhana yang berkaitan dengan pembelajaran yang sedang dipelajari. d. Kegiatan pembelajaran tampak lebih menarik, antusiame siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembalajaran Project Based Learning, diketahui dari terlihatnya respon siswa pada

aspek memulai dengan pertanyaan esensial. 2) Kekurangan

a. Masih ada beberapa siswa yang belum bekerjasama secara optimal dalam kegiatan diskusi, walaupun indikator pada aspek aktivitas siswa nomor 8 sudah terpenuhi.

b. Saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran, masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, terlihat dari penilaian aktivitas siswa pada indikator nomor 4.

c. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan proyek tepat waktu masih kurang, telihat dari penilaian aktivitas siswa pada indikator nomor 10. d. Beberapa siswa masih malu-malu dalam mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas.

Dari berberapa kekurangan yang ditemui tersebut, maka peneliti melakukan analisis tentang kondisi siswa serta pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilangsungkan, hingga didapatkan rencana perbaikan dari kekurangan tersebut yang akan diterapkan pada siklus II sebagai berikut:

(30)

Based Learning dapat berjalan dengan baik terutama pada saat kegiatan diskusi.

2) Guru harus memfokuskan perhatian siswa agar siswa selalu merespon dan menanggapi penjelasan yang disampaikan oleh guru.

3) Guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa agar siswa berani dalam menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Salah satu contoh pemberian motivasi bisa dilakukan guru adalah dengan memberikan semangat kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. 4) Guru harus lebih tegas lagi dalam memantau siswa saat menyelesaikan

proyek agar proyek selesai dengan tepat waktu.

4.1.3 Deskripsi Siklus II

Pada sub unit deskripsi siklus II ini, akan menguraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pelaksanaan observasi, hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini merupakan upaya untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.

4.1.3.1 Tahap Perencanaan

(31)

a. Pertemuan Pertama

(32)

observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan handout aturan main dalam pelaksanaan proyek membuat tempat foto. Selanjutnya peneliti mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. (Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran)

b. Pertemuan Kedua

(33)

peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan handout aturan main dalam pelaksanaan proyek membuat layang-layang. Selanjutnya peneliti mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. (Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran)

c. Pertemuan Ketiga

(34)

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Proses tindakan siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan pertama dilaksanakan, masing-masing pertemuan berlangsung selama 2 kali 35 menit. Rincian proses pelaksanaan tindakan sebagai berikut :

a. Pertemuan Pertama 1) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 22 November 2016 pukul 07.00-08.10 WIB oleh peneliti sendiri sebagai pelaksananya karena peneliti sudah menjadi guru wiyata bakti di SD Candirejo 01. Guru yang menjadi observer adalah Dwi Wulandari S.Ag. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucapkan salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa, dilanjutkan dengan melakukan presensi. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru

bertanya kepada siswa “Apa kalian pernah membuat tempat foto berbentuk

trapesium?”. Siswa mengungkapkan banyak jawaban, kemudian guru bertanya,

“Bagaimana membuat tempat foto berbentuk trapesium jika belum diketahui

tingginya?” Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. Setelah kegiatan

(35)

latihan kepada siswa. Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru pada buku tulis. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami siswa.

Pada kegiatan penutup, guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran. Kemudian guru memandu refleksi tentang apa saja yang telah dipelajari hari ini, apa yang belum dipahami, dan bagaimana cara siswa belajar. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

2) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh Ibu Dwi Wulandari, S.Ag untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 14 indikator aktivitas guru dan 15 indikator aktivitas siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 0-1. Skor 0 jika kegiatan tidak dilaksanakan dalam pembelajaran dan skor 1 jika kegiatan dilaksanakan dalam pembelajaran. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian.

(36)

Tabel 4.11

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

0 1

1 Pra Pembelajaran - 1,2 2

2 Memulai dengan pertanyaan esensial - 3,4,5 2

3 Membuat desain rencana proyek - 6,7 2

4 Membuat jadwal - 8 1

5 Memantau siswa dan kemajuan proyek 9 - 0

6 Menilai hasil - 10 1

7 Refleksi - 11,12 1

8 Penutup - 13,14 2

Total 1 13 13

Kategori Sangat Baik

(37)

Pada aspek penutup terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 13 dan 14 mendapat skor 1 sehingga jumlah skor aspek delapan ialah 2 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitasguru siklus II pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.13 berikut ini :

Gambar 4.13

Diagram Aktivitas Guru siklus II Pertemuan I

Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

(38)

Berdasarkan tabel 4.12 hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui hasil penilaian dari observer indikator aktivitas siswa yang mendapat skor 0 sebanyak 1 item, indikator dengan jumlah skor 1 sebanyak 14 item sehingga jumlah skor yang diperoleh 14. Pada aspek pra pembelajaran terdiri dari 2 indikator yaitu indikator nomor 1 dan 2 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek satu ialah 2 skor. Pada aspek tahap mulai dengan pertanyaan esensial terdiri dari 4 indikator yaitu indikator 3, 4, 5 dan 6 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek dua ialah 4 skor. Pada aspek membuat desain rencana proyek terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 7 dan 8 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 2 skor. Pada aspek membuat jadwal terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 9 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 1 skor . Pada aspek memantau siswa dan kemajuan proyek terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 10 memperoleh skor 0 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 0 skor. Pada aspek menilai hasil terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 11 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 1 skor. Pada aspek refleksi terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 12 dan 13 untuk indikator 12 memperoleh skor 1 dan indikator 13 memperoleh skor 0 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 1 skor. Pada aspek penutup terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 14 dan 15 mendapat skor 1 sehingga jumlah skor aspek delapan ialah 2 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.14 berikut ini :

Gambar 4.14

Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I

(39)

b. Pertemuan Kedua

1) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 23 November 2016 pukul 07.00-08.10 oleh peneliti sendiri. Guru yang menjadi observer adalah Dwi Wulandari S.Ag. Kegiatan awal pada pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam, kemudian guru menyuruh perwakilan siswa untuk memimpin doa. Guru mengecek kehadiran siswa. Sebelum kegiatan

pembelajaran berlangsung guru bertanya kepada siswa “Apakah kalian pernah

membuat layang-layang?”. Siswa mengungkapkan banyak jawaban, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti. Pada kegiatan inti siswa dibentuk menjadi 5-6 kelompok berdasarkan undian yang telah disiapkan guru. Kemudian siswa mendengarkan aturan main proyek, aturan mainnya sebagai berikut, siswa mengambil 2 bambu dan meletakkan kedua bambu secara menyilang dengan titik pertemuan pada 1/3 dari bambu yang paling panjang, rekatkan kedua bambu tersebut dengan menggunakan tali, hubungkan ke empat ujung bambu dengan tali. Setelah itu letakkan rangka layang-layang tersebut diatas kertas, rekatkan pada rangka dengan menggunakan isolasi. Siswa mencari tinggi layang-layang tersebut jika luasnya telah diketahui. Perwakilan dari kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil proyeknya. Setelah itu, guru menjelaskan cara mencari tinggi layang-layang jika diketahui luasnya berdasarkan dari proyek yang telah siswa buat. Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru pada buku tulis. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami siswa.

(40)

2) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh Ibu Dwi Wulandari, S.Ag untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun aktivitas siswa pada siklus II pertemuan kedua. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 14 indikator aktivitas guru dan 15 indikator aktivitas siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 0-1. Skor 0 jika kegiatan tidak dilaksanakan dalam pembelajaran dan skor 1 jika kegiatan dilaksanakan dalam pembelajaran. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian.

Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan kedua dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

0 1

1 Pra Pembelajaran - 1,2 2

2 Memulai dengan pertanyaan esensial - 3,4,5 2

3 Membuat desain rencana proyek - 6,7 2

4 Membuat jadwal - 8 1

5 Memantau siswa dan kemajuan proyek - 9 1

6 Menilai hasil - 10 1

7 Refleksi - 11,12 1

8 Penutup - 13,14 2

Total 0 14 14

Kategori Sangat Baik

(41)

nomor 1 dan 2 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek satu ialah 2 skor. Pada aspek tahap mulai dengan pertanyaan esensial terdiri dari 3 indikator yaitu indikator 3, 4 dan 5 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek dua ialah 3 skor. Pada aspek membuat desain rencana proyek terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 6 dan 7 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 2 skor. Pada aspek membuat jadwal terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 8 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 1 skor . Pada aspek memantau siswa dan kemajuan proyek terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 9 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 1 skor. Pada aspek menilai hasil terdiri dari 1 indikator yaitu indikator 10 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 1 skor. Pada aspek refleksi terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 11 dan 12 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 2 skor. Pada aspek penutup terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 13 dan 14 mendapat skor 1 sehingga jumlah skor aspek delapan ialah 2 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan II dapat dilihat pada diagram 4.15 berikut ini :

Gambar 4.15

Diagram aktivitas Guru siklus II Pertemuan II

Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.15 berikut :

0 0,5 1 1,5 2 2,5

1 2 3 4 5 6 7 8

S

ko

r

(42)

Tabel 4.14

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II

No Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah Skor

0 1

1 Pra Pembelajaran - 1,2 2

2 Memulai dengan pertanyaan esensial - 3,4,56 4

3 Membuat desain rencana proyek - 7,8 2

4 Membuat jadwal - 9 1

5 Memantau siswa dan kemajuan proyek - 10 1

6 Menilai hasil - 11 1

7 Refleksi - 12,13 2

8 Penutup - 14,15 2

Total 0 15 15

Kategori Sangat Baik

(43)

skor 0 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 1 skor. Pada aspek penutup terdiri dari 2 indikator yaitu indikator 14 dan 15 mendapat skor 1 sehingga jumlah skor aspek delapan ialah 2 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan II dapat dilihat pada diagram 4.16 berikut ini :

Gambar 4.16

Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II

c. Pertemuan Ketiga

(44)

tempat duduk. Setelah itu guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.

4.1.3.3 Hasil Tindakan

Hasil tindakan penelitian berupa Nilai Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang setelah pelaksanaan tindakan siklus I melalui model pembelajaran Project Based Learning, hasil belajar mata pelajaran Matematika kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar disajikan pada tabel daftar nilai Matematika (terlampir) dan berikut disajikan pada tabel 4.15 yaitu tabel distribusi frekuensi nilai matematika siklus II siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 sebagai berikut :

Tabel 4.15

Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Semester I

Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus II

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 65 – 70 2 5,40

2 71 – 76 4 10,81

3 77 – 82 7 18,91

4 83 – 88 10 27,02

5 89 – 95 14 37,83

Jumlah 37 100

Nilai Rata-rata 85,54

Nilai Tertinggi 95

Nilai Terendah 70

(45)

mengalami peningkatan dari kondisi awal, ditandai dengan meningkatnya perolehan nilai rata-rata siswa menjadi 85,54 Hasil belajar matematika pada siklus II siswa kelas % SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang, pada rentang nilai 65-70 sejumlah 2 siswa dengan persentase 5,40% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 71-76 sejumlah 4 siswa dengan persentase 10,81 % dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 77-82 sejumlah 7 siswa dengan persentase 18,91% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 83-88 sejumlah 10 siswa dengan persentase 27,02% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 89-95 sejumlah 14 siswa dengan persentase 37,83%. Dari data tersebut diketahui nilai tertinggi yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan siklus II dengan menggunakan model Project Based Learning yaitu 95, sementara nilai terendah yang diperoleh siswa 70 yang semula pada siklus I 50 (daftar nilai siswa terlampir). Berdasarkan tabel 4.15 dapat dinyatakan dalam diagram 4.17 yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.17

Diagram Linear Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Semester I

Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus II

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) data hasil

perolehan nilai pada siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.11 berikut ini :

(46)

Tabel 4.16

Ketuntasan Belajar Siklus II

No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa

Frekuensi Persentase (%)

1 Tuntas ≥ 70 37 100

2 Belum Tuntas < 70 0 0

Jumlah 100

Dari tabel 4.16 ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dijelaskan

bahwa siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70)

sebanyak 37 siswa dengan persentase 100 % dari jumlah keseluruhan siswa. Hasil tersebut menunjukkan sudah adanya peningkatan hasil belajar Matematika, hasil yang diperoleh tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti sebesar 90 %. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.16 dapat dilihat pada diagram 4.18 berikut :

Gambar 4.18

Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II

4.1.3.4 Refleksi Siklus II

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, maka selanjutnya diadakan refleksi atas pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan

(47)

indikator aktivitas yang telah ditetapkan. Selain itu kegiatan refleksi juga dilakukan untuk mengetahui manfaat dari tindakan pembelajaran menggunakan model Project Based Learning. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi, diskusi ini dilakukan oleh peneliti dan guru observer serta perwakilan dari beberapa siswa kelas 5. Kegiatan diskusi tersebut berisi tentang evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning, evaluasi tersebut ditujukan bagi peneliti dan guru observer serta siswa. Dari diskusi yang dilakukan diketahui bahwa dengan melaksanakan kegiatan guru telah menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dengan sangat baik. Selain itu siswa dengan kegiatan membuat proyek,

siswa merasa suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan lagi serta hasil belajar siswa meningkat.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama aktivitas guru yang mendapat skor 0 sebanyak 1 item, indikator dengan jumlah skor 1 sebanyak 13 item sehingga jumlah skor yang diperoleh 13. Pada siklus II pertemuan kedua indikator aktivitas guru yang mendapat skor 0 sebanyak 0 item, indikator dengan jumlah skor 1 sebanyak 14 item sehingga jumlah skor yang diperoleh 14.

(48)

Gambar 4.19

Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I dan II

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui hasil penilaian dari observer indikator aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama indikator aktivitas siswa yang mendapat skor 0 sebanyak 1 item, indikator dengan jumlah skor 1 sebanyak 14 item sehingga jumlah skor yang diperoleh 14. Pertemuan kedua indikator aktivitas siswa yang mendapat skor 0 sebanyak 0 item, indikator dengan jumlah skor 1 sebanyak 15 item sehingga jumlah skor yang diperoleh 15. Pada pelaksanaan siklus II ini hampir semua indikator aktivitas siwa mengalami peningkatan.

Hasil observasi dengan indikator penilaian aktivitas siswa sebanyak 15 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 93,33 %, selanjutnya pertemuan kedua meingkat menjadi 100 %. Besarnya peningkatan hasil observasi siswa meingkat 6,67%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.19 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan I dan II sebagai berikut :

92,85% 100,00%

88,00% 90,00% 92,00% 94,00% 96,00% 98,00% 100,00% 102,00%

Pertemuan I Pertemuan II

(49)

Gambar 4.20

Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I dan II

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) pada pelaksanaan tindakan siklus II

mencapai 100 % siswa tuntas. Artinya hasil tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar 90%. Namun rata-rata hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang sudah mengalami peningkatan dari siklus I 76,75 menjadi 85,54 setelah pelaksanaan tindakan siklus II. Artinya jika dilihat dari indikator keberhasilan yang ditentukan, hasil evaluasi tertulis siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti.

Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut:

1) Pelaksanaan pembelajaran sudah berlangsung sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru sudah berhasil melakukan perbaikan pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II sesuai dengan rencana perbaikan yang telah disusun pada kegiatan refleksi siklus I. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya peningkatan skor hasil

93,33% 100,00%

88,00% 90,00% 92,00% 94,00% 96,00% 98,00% 100,00% 102,00%

Pertemuan I Pertemuan II

(50)

observasi guru dan siswa, hampir semua indikator dalam setiap aspek yang diamati sudah terpenuhi.

2) Kemampuan siswa saat bekerja sama dengan teman lebih meningkat, dan siswa terlatih terampil berkomunikasi, dari siswa yang awalnya masih malu-malu dalam menyampaikan pendapat menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat.

3) Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa lebih fokus dalam pembelajaran.

4) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan proyek tepat waktu lebih meningkat karena guru selalu memantau siswa dalam menyelesaikan proyek yang dikerjakan.

4.2 Analisis Komparatif

Pada sub judul analisis komparatif ini, akan menguraikan tentang perbandingan hasil belajar, ketuntasan belajar dan proses belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan proses belajar, hasil belajar dan ketuntasan belajar Matematika yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada pra siklus, siklus I dan siklus II.

(51)

Tabel 4.17

(52)

Gambar 4.22

Diagram Peningkatan Rata-rata Skor Observasi Siklus I dan Siklus II

Untuk data peningkatan ketuntasan belajar Matematika ditunjukkan pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18

Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan

Berdasarkan tabel 4.18 tentang perbandingan ketuntasan belajar Matematika, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Pada kondisi awal atau sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang tuntas atau telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM ≥ 70) hanya berjumlah 9 siswa dengan persentase 24,32% sementara siswa

(53)

yang belum tuntas berjumlah 28 siswa dengan persentase 75,67%, pada kondisi awal rata-rata hasil belajar Matematika 55,40. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan siklus I terlihat peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 59,46 % siswa dengan persentase siswa tuntas 83,78%, sementara 6 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah KKM dengan persentase 16,21%, pada siklus I rata-rata hasil belajar Matematika 76,75 dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa belum tercapai, ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar Matematika siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah 90% dari total keseluruhan siswa. Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai

mencapai KKM ≥ 70 yaitu sebanyak 37 siswa dengan besar persentase 100%,

(54)

Gambar 4.22

Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning, hasil belajar mata pelajaran Matematika yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai rata-rata

KKM ≥ 70 yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan

nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.17 sebagai berikut:

Tabel 4.19

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil Tindakan Pra Siklus Siklus I Siklus II

(55)

Berdasarkan tabel 4.19 tentang perbandingan rata-rata hasil belajar, diketahui pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76,75 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 55,40. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika, hasil yang diperoleh sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70, namun masih diupayakan perbaikan agar hasil perolehan rata-rata hasil belajar semakin meningkat.

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar Matematika semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa 85,54. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.23 sebagai berikut:

Gambar 4.23

Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

(56)

Tabel 4.20

Perbandingan Rata-rata Aktivitas Guru dan Siswa dengan Hasil Belajar Siswa

No Aspek Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Proses (Aktivitas guru dan siswa) 34,52 % 61,42% 91,39%

2. Hasil 24,32% 83,78% 100%

Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa proses dan hasil belajar Matematika semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari kondisi awal rata-rata hasil observasi aktivitas guru dan siswa 34,52 % pada siklus I meningkat menjadi 61,42%. Setelah pelaksanaan siklus II meningkat lagi menjadi 91,39%. Sedangkan hasil belajar siswa pada Pra Siklus yang awalnya 24,32% pada siklus I meningkat menjadi 83,78%. Setelah pelaksanaan siklus II meningkat lagi menjadi 100 %. Untuk memperjelas perbandingan rata-rata aktivitas guru dan siswa dengan hasil belajar siswa dapat diketahui pada diagram 4.24 berikut :

Gambar 4.24

(57)

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif yang menurut guru memerlukan banyak persiapan yang lebih di dalam pelaksanaannya. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas 5 di SD Negeri Candirejo 01 tersebut menyebabkan siswa kelas 5 kurang antusias dan pasif di dalam proses belajar mengajar, tidak ada aktivitas belajar yang bermakna bagi siswa untuk membantu mereka membangun sebuah konsep materi, semua kegiatan di dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran bukan merupakan hal yang baru bila ditemui siswa yang asyik bermain sendiri dan bercerita dengan teman sebangku, kebanyakan siswa cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang. Diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM 70 hanya 9 siswa atau 24,32% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 28 siswa atau 75,67% dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan kondisi yang demikian maka peneliti merasa diperlukan adanya tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning. Berikut ini tabel 4.21 perbandingan hasil analisis observasi aktivitas guru dan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II:

(58)
(59)

Berdasarkan diagram 4.25 tentang peningkatan rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa terlihat bahwa pada setiap siklusnya baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor observasi guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan II dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang. Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning, hasil belajar mata pelajaran Matematika yang diperoleh siswa semakin

baik dan mencapai rata-rata 85,54 dari KKM ≥ 70 yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.23sebagai berikut:

Tabel 4.22

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Siklus I dan Siklus II

Hasil Tindakan Siklus I Siklus II

Hasil Belajar Matematika 76,75 85,54

Pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76,75 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 55,40 dengan pencapaian ketuntasan belajar Matematika siswa mencapai 83,78%. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika, tetapi hasil yang diperoleh tersebut masih berada di bawah indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 90% siswa tuntas dari total keseluruhan siswa, maka dari itu masih diperlukannya upaya perbaikan pada siklus II.

(60)

hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa 85,54 dengan pencapaian ketuntasan belajar Matematika siswa mencapai 100%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 90% siswa tuntas. Pada pelaksanaan tindakan siklus II semua siswa sudah berhasil mencapai KKM 70. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.26 sebagai berikut:

Gambar 4.26

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa di dalam proses maupun hasil tindakan pembelajaran semakin baik dan selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti setiap proses pembelajaran, lebih berani di dalam menyampaikan pendapat dan melakukan kegiatan tanya jawab bersama guru, dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa, proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat dalam proses pembelajarannya. Siswa juga

(61)

Gambar

Gambar 4.5 Diagram aktivitas Guru siklus I Pertemuan I
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I
Gambar 4.6 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang pertumbuhan tanaman tebu ( Saccharum Officinarum L.) varietas VMC dan PSJT dengan menggunakan bibit stek dengan jumlah mata

Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat virus avian influenza subtipe H5N1 untuk diinfeksikan pada hewan coba.. Sampel yang digunakan untuk

Untuk menentukan nilai kuartil,maka data pada tabel harus diurutkan terlebih dahulu dari yang terkecil,sehingga dapat diperoleh :. 1..

Berdasarkan tabel 5.10 Distribusi frekuensi Tabulasi Silang Hubungan Perawatan Bayi dengan Kejadian Dermatitis di Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang

meskipun demikian perbankan syariah di Pakistan lebih unggul di bandingkan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan analisis pada rasio kinerja maqasid syariah index

S2 Pendapat saya dari penerapan ta’zir disini sangat baik sekali karena apa dengan ta’ziran saya dan santri lain bisa lebih tertib ketika kegiatan di beri peraturan. P

Cabe jawa atau cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fito - farmaka yang penting baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan

Dengan demikian, manakala seseorang berzikir kepada Allah, dengan tasbih, tahlil, takbir atau berzikir dalam keadaan shalat, berdoa, membaca al- Quran, maka Allah juga akan