• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada sub judul analisis komparatif ini, akan menguraikan tentang perbandingan hasil belajar, ketuntasan belajar dan proses belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan proses belajar, hasil belajar dan ketuntasan belajar Matematika yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada pra siklus, siklus I dan siklus II.

Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning, proses belajar mata pelajaran Matematika yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu signifikan 10%. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan skor hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II. Peningkatan proses belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.17 sebagai berikut :

Tabel 4.17

Perbandingan Analisis Rata-rata Observasi Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Rata- rata Persentase Rata- rata Persentase Rata- rata Persentase 1. Aktivitas Guru 5 35,71% 11,5 82,14% 13,5 96,42 % 2. Aktivitas Siswa 5 33,33% 11 73,33% 14,5 96,66 %

Berdasarkan tabel 4.17 tentang perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari Pra Siklus, siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning. Sebelum pelaksanaan tindakan skor aktivitas guru 5 dengan persentase 35,71%. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 11,5 dengan persentase 82,14%. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 13,5 dengan persentase 96,42%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, sebelum pelaksanaan tindakan skor aktivitas siswa 5 dengan persentase 33,33%. Pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 11 dengan persentase 73,33%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 14,5 dengan persentase 96,66%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Untuk menjelaskan perbandingan rata- rata hasil analisis skor observasi aktivitas guru dan siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat diketahui pada diagram 4.22 sebagai berikut:

Gambar 4.22

Diagram Peningkatan Rata-rata Skor Observasi Siklus I dan Siklus II

Untuk data peningkatan ketuntasan belajar Matematika ditunjukkan pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18

Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan

Belajar Nilai

Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Tuntas ≥ 70 9 24,32 31 83,78 37 100

2. Belum Tuntas < 65 28 75,67 6 16,21 0 0

Jumlah 37 100 37 100 37 100

Nilai Rata-rata 55,40 76,75 85,54

Berdasarkan tabel 4.18 tentang perbandingan ketuntasan belajar Matematika, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Pada kondisi awal atau sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang tuntas atau telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM ≥ 70) hanya berjumlah 9 siswa dengan persentase 24,32% sementara siswa

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Aktivitas Guru 35,71 82,14 96,42 Aktivitas siswa 33,33 73,33 96,66 0 20 40 60 80 100 120 p e rsen tase sko r

yang belum tuntas berjumlah 28 siswa dengan persentase 75,67%, pada kondisi awal rata-rata hasil belajar Matematika 55,40. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan siklus I terlihat peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 59,46 % siswa dengan persentase siswa tuntas 83,78%, sementara 6 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah KKM dengan persentase 16,21%, pada siklus I rata- rata hasil belajar Matematika 76,75 dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa belum tercapai, ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar Matematika siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah 90% dari total keseluruhan siswa. Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai

mencapai KKM ≥ 70 yaitu sebanyak 37 siswa dengan besar persentase 100%,

nilai rata-rata hasil belajar Matematika siklus II mencapai 85,5. Dari hasil belajar Matematika dan ketuntasan belajar siswa siklus II tersebut dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran Project Based Learning yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketuntasan belajar siswa ≥ 90%). Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.20 berikut:

Gambar 4.22

Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning, hasil belajar mata pelajaran Matematika yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai rata-rata

KKM ≥ 70 yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan

nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.17 sebagai berikut:

Tabel 4.19

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil Tindakan Pra Siklus Siklus I Siklus II Rata-rata Hasil

Belajar Matematika

55,40 76,75 85,54

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tuntas 9 31 37 Tidak Tuntas 28 6 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Ju m lah si swa

Berdasarkan tabel 4.19 tentang perbandingan rata-rata hasil belajar, diketahui pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76,75 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 55,40. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika, hasil yang diperoleh sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70, namun masih diupayakan perbaikan agar hasil perolehan rata-rata hasil belajar semakin meningkat.

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar Matematika semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa 85,54. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.23 sebagai berikut:

Gambar 4.23

Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Rata-rata 55,40 76,75 85,54 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 H asi l B e lajar Si swa

Tabel 4.20

Perbandingan Rata-rata Aktivitas Guru dan Siswa dengan Hasil Belajar Siswa

No Aspek Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Proses (Aktivitas guru dan siswa) 34,52 % 61,42% 91,39%

2. Hasil 24,32% 83,78% 100%

Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa proses dan hasil belajar Matematika semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari kondisi awal rata-rata hasil observasi aktivitas guru dan siswa 34,52 % pada siklus I meningkat menjadi 61,42%. Setelah pelaksanaan siklus II meningkat lagi menjadi 91,39%. Sedangkan hasil belajar siswa pada Pra Siklus yang awalnya 24,32% pada siklus I meningkat menjadi 83,78%. Setelah pelaksanaan siklus II meningkat lagi menjadi 100 %. Untuk memperjelas perbandingan rata-rata aktivitas guru dan siswa dengan hasil belajar siswa dapat diketahui pada diagram 4.24 berikut :

Gambar 4.24

Diagram Perbandingan Rata-rata Aktivitas Guru dan Siswa dengan Hasil Belajar Siswa

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Poses 34,52% 61,42% 91,39% Hasil 24,32% 83,78% 100% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% Per sen tase sk o r

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif yang menurut guru memerlukan banyak persiapan yang lebih di dalam pelaksanaannya. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas 5 di SD Negeri Candirejo 01 tersebut menyebabkan siswa kelas 5 kurang antusias dan pasif di dalam proses belajar mengajar, tidak ada aktivitas belajar yang bermakna bagi siswa untuk membantu mereka membangun sebuah konsep materi, semua kegiatan di dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran bukan merupakan hal yang baru bila ditemui siswa yang asyik bermain sendiri dan bercerita dengan teman sebangku, kebanyakan siswa cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang. Diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM 70 hanya 9 siswa atau 24,32% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 28 siswa atau 75,67% dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan kondisi yang demikian maka peneliti merasa diperlukan adanya tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning. Berikut ini tabel 4.21 perbandingan hasil analisis observasi aktivitas guru dan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II:

Tabel 4.21

Perbandingan Analisis Rata-rata Observasi Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Rata- rata Persentase Rata- rata Persentase Rata- rata Persentase 1. Aktivitas Guru 5 35,71% 11,5 82,14% 13,5 96,42 % 2. Aktivitas Siswa 5 33,33% 11 73,33% 14,5 96,66 %

Berdasarkan tabel 4.21 tentang perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari Pra Siklus, siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning. Sebelum pelaksanaan tindakan skor aktivitas guru 5 dengan persentase 35,71%. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 11,5 dengan persentase 82,14%. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 13,5 dengan persentase 96,42%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan minimal 10 %. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, sebelum pelaksanaan tindakan skor aktivitas siswa 5 dengan persentase 33,33%. Pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 11 dengan persentase 73,33%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 14,5 dengan persentase 96,66%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan minimal 10 %. Untuk menjelaskan perbandingan rata-rata hasil analisis skor observasi aktivitas guru dan siswa pada Pra siklus, siklus I dan siklus II dapat diketahui pada diagram 4.25 sebagai berikut:

Gambar 4.25

Diagram Peningkatan Rata-rata Skor Observasi Siklus I dan Siklus II

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Aktivitas Guru 35,71 82,14 96,42 Aktivitas siswa 33,33 73,33 96,66 0 20 40 60 80 100 120 Per sen tase sk o r

Berdasarkan diagram 4.25 tentang peningkatan rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa terlihat bahwa pada setiap siklusnya baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor observasi guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan II dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang. Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning, hasil belajar mata pelajaran Matematika yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai rata-rata 85,54 dari KKM ≥ 70 yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.23sebagai berikut:

Tabel 4.22

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Siklus I dan Siklus II

Hasil Tindakan Siklus I Siklus II Hasil Belajar Matematika 76,75 85,54

Pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76,75 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 55,40 dengan pencapaian ketuntasan belajar Matematika siswa mencapai 83,78%. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika, tetapi hasil yang diperoleh tersebut masih berada di bawah indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 90% siswa tuntas dari total keseluruhan siswa, maka dari itu masih diperlukannya upaya perbaikan pada siklus II.

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar Matematika semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata

hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa 85,54 dengan pencapaian ketuntasan belajar Matematika siswa mencapai 100%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 90% siswa tuntas. Pada pelaksanaan tindakan siklus II semua siswa sudah berhasil mencapai KKM 70. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.26 sebagai berikut:

Gambar 4.26

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa di dalam proses maupun hasil tindakan pembelajaran semakin baik dan selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti setiap proses pembelajaran, lebih berani di dalam menyampaikan pendapat dan melakukan kegiatan tanya jawab bersama guru, dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa, proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat dalam proses pembelajarannya. Siswa juga

Siklus I Siklus II Rata-rata 76,75 85,54 72 74 76 78 80 82 84 86 88 ju m lah Si swa

senang dalam membuat proyek sederhana yang berkaitan dengan pelajaran yang sedang dipelajari. Penerapan model pembelajaran Project Based Learning memberikan banyak hal yang positif bagi siswa salah satunya dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika untuk menanamkan konsep pada siswa. Selain itu model Project Based Learning membuat siswa dapat belajar mengenai materi pelajaran dalam suasana yang menyenangkan, kegiatan diskusi, bertukar gagasan, kegiatan bertukar gagasan juga menjadikan siswa dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan baik di dalam kelompok. Interaksi yang muncul antara siswa dengan siswa dan kerjasama yang terjalin dalam kegiatan diskusi membentuk situasi belajar yang kondusif.

Dokumen terkait