BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Theresiana Salatiga, dengan
mengambil subjek penelitian di kelas XI. Diperoleh subjek penelitian sebanyak
19 siswa berusia 15-18 tahun, yang memiliki permasalahan yang sama yaitu
berkaitan dengan perilaku kenakalan remaja pada kategori tinggi dan sedang.
Kemudian dari 19 siswa tersebut dibagi secara acak menjadi dua kelompok yaitu
10 siswa kelompok eksperimen yang terdiri 4 siswa laki-laki dan 6 siswa
perempuan, dan 9 siswa kelompok kontrol yang terdiri dari siswa 5 laki-laki dan 4
[image:1.612.96.527.167.714.2]siswa perempuan.
Tabel 4.1
Sebaran kategori perilaku kenakalan remaja pre test pada kelompok
eksperimen (1) dan kelompok kontrol (2)
No Kelompok Pre test
Skor Kategori
1 1 155 Tinggi
2 1 118 Sedang
3 1 103 Sedang
4 1 107 Sedang
5 1 101 Sedang
6 1 164 Tinggi
7 1 101 Sedang
9 1 143 Tinggi
10 1 118 Sedang
11 2 109 Sedang
12 2 105 Sedang
13 2 114 Sedang
14 2 104 Sedang
15 2 117 Sedang
16 2 169 Tinggi
17 2 124 Sedang
18 2 102 Sedang
19 2 154 Tinggi
Berdasarkan tabel Sebaran kategori perilaku kenakalan remaja pre test pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diatas, diketahui bahwa dari jumlah
sembilan belas siswa terdapat enam siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja
pada tingkat kategori tinggi yaitu empat siswa pada kelompok eksperimen dan dua
dikelompok kontrol. Sementara itu pada kategori sedang ada tiga belas siswa yaitu
enam siswa pada kelompok eksperimen dan tujuh siswa di kelompok kontrol.
4.2 Pelaksanaan penelitian
4.2.1 Perijinan
Langkah awal yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian
adalah memohon surat ijin penelitian terlebih dahulu. Surat ijin penelitian ini
nantinya digunakan untuk wawancara, observasi, menyebarkan instrumen untuk
pre test dan pemberian layanan serta post test. Surat ijin diberikan, dikeluarkan
Setelah peneliti mendapatkan surat ijin tersebut peneliti ke SMA Theresiana
Salatiga pada tanggal 6 Agustus 2012 untuk memohon ijin pula melakukan
penelitian. Peneliti memperoleh ijin maka penelitian dapat dilaksanakan.
4.2.2 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan beberapa kali
yaitu wawancara dengan guru, observasi, setelah itu melakukan pre test dan post
test dengan menyebar skala perilaku kenakalan remaja yang terdiri dari 57 item
pertanyaan dan subjek memberi tanda cek (√) pada salah satu alternatif jawaban
yang telah diberikan yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak
sesuai. Kemudian setelah skala terkumpul diolah dan dianalisis dengan
menggunakan bantuan program SPSS 11.5 for windows.
Dari hasil pengolahan dan analisis diketahui terdapat 19 siswa yang
melakukan perilaku kenakalan remaja pada tingkat tinggi dan sedang. Kemudian
dari 19 siswa tersebut dibagi dalam dua kelompok secara acak yaitu 10 siswa
menjadi kelompok eksperimen dan 9 siswa menjadi kelompok kontrol. Untuk
menguji apakah antara kelompok kontrol dan eksperimen tidak ada perbedaan
maka dilakukan uji homogenitas pada kedua kelompok. Adapun hasil uji
Tabel 4.2
Ranks
10 10.80 108.00
9 9.11 82.00
19 KLOMPOK
kelEKS kelKNTROL Total NTILES of PRNAKAL
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
37.000 82.000 -.810 .418
.549a Mann-Whitney U
Wilcoxon W Z
Asy mp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
NTILES of PRNAKAL
Not corrected f or ties. a.
Grouping Variable: KLOMPOK b.
Dari hasil analisis data, diperoleh mean rank pada kelompok eksperimen
10.80 dan pada kelompok kontrol 9.11 dengan perolehan sig 0.418, ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
kontrol dan eksperimen karena p ≥ 0,050. Kedua kelompok pada keadaan
homogen, jadi penelitian dapat dilanjutkan.
Setelah uji homogenitas kedua kelompok dilakukan, kemudian penelitian
dilanjutkan. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa layanan
bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama, yang bertujuan untuk
memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar bagaimana caranya
memecahkan permasalahan terkait kenakalan yang telah dilakukan dengan
lakukan dengan menyadarkan diri masing-masing melalui pemahaman tentang
diri dan melihat bagaimana sudut pandang keluarga/ orang tua, guru/ sekolah
serta masyarakat disaat melihat perilaku kenakalan tersebut.
Setelah pemberian layanan selesai dilaksanakan, pengumpulan data masih
terus berlanjut. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perubahan pada
siswa setelah adanya layanan. Dengan panduan observasi dan wawancara dengan
guru, peneliti mengumpulkan data kembali. Selain itu peneliti juga melakukan
test tahap kedua yaitu post test pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan
eksperimen.
4.2.3 Tahap Kegiatan
Dalam tahap kegiatan, layanan bimbingan diberikan pada siswa/ subjek
kelompok eksperimen. Pemberian layanan bimbingan dengan menggunakan
strategi intervensi sosiodrama, terkait beberapa tema yaitu mengenai perilaku
kenakalan remaja, bentuk dan dampaknya, kemudian mengenai pemahaman diri
dan pemahaman sudut pandang orang lain (keluarga, sekolah, masyarakat dalam
menanggapi kenalakan remaja). Disini siswa juga diberikan pengalaman
[image:5.612.99.531.173.636.2]bagaimana caranya agar dapat menyesuaikan diri dan bergaul dengan baik.
Tabel 4.3
Outline Rancangan Bimbingan dengan Teknik Sosiodrama
No Topik Tujuan Indikator
pencapaian
Bentuk kegiatan
1. Perilaku kenakalan
Siswa dapat menjelaskan
Siswa mampu menyebutkan
remaja pengertian perilaku kenakalan remaja Siswa dapat
menyebutkan jenis-jenis perilaku kenakalan remaja Siswa dapat
menjelaskan dampak-dampak perilaku kenakalan remaja bagi diri sendiri, keluarga, sekolah
Siswa dapat mengeskpresikan diri tentang perilaku kenakalan remaja melalui drama dan menjelaskan apa itu perilaku kenakalan, jenis-jenis dan dampaknya, dalam diskusi kelompok Siswa mampu
memainkan peranannya dengan baik
Alokasi waktu : 2 x 50 Menit
2. Aku dan perilaku-ku (Pemahaman diri)
Siswa dapat menjelaskan/ mengungkapkan pengetahuan akan diri sendiri (pemahaman diri) Siswa dapat katarsis
diri melalui kegiatan sosiodrama
Siswa mampu menguraikan dan menjelaskan tentang keadaan diri sendiri dengan baik Siswa mampu
memainkan peranan sebagai diri sendiri dengan baik dan penuh percaya diri Diskusi, sosiodrama Alokasi waktu : 2x 45 menit
3. Aku, keluarga, sekolah, dan pergaulanku
Siswa dapat menjelaskan/ mengungkapkan keberadaan diri dan keluarga
hubungan antara keberadaan diri dengan sekolah
Siswa dapat menjelaskan hubungan antara keberadaan diri dengan lingkungan/ pergaulan
Siswa dapat katarsis diri melalui kegiatan bermain peran dengan baik Siswa mampu mengekspres ikan diri, memainka sosiodrama dengan baik.
4 Cara
menyesuaika n diri dengan lingkungan.
Siswa dapat menjelaskan dan menyebutkan cara menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan. Siswa dapat
menyesuaikan diri dengan baik.
Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskana cara menyesuaiak an diri dengan lingkungan Tanya jawab, diskusi Alokasi waktu : 1x45 menit
5. Cara bergaul yang baik
Siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan cara bergaul yang baik. Siswa dapat
mengekspresikan diri dalam drama mengenai cara bergaul yang baik. Siswa dapat bergaul
dengan baik.
Siswa mampu menyebutkan dan
menjelaskan cara bergaul yang baik. Siswa mampu
memainkan peranannya dengan baik dan penuh percaya diri. Siswa mampu
tidak ikut-ikutan merokok, membolos, minum-minuman keras,
berkelahi, dll.
Kegiatan bimbingan terbagi dalam beberapa tahap dan pertemuan dengan
topik yang berbeda, adapun bentuk kegiatan dan hasil kegiatannya diuraikan
sebagai berikut :
1. Pertemuan 1
Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan kegiatan bimbingan
dengan bentuk tindakan/ kegiatan berupa diskusi mengenai perilaku
kenakalan remaja, jenis-jenis dan dampaknya. Adapun tahap-tahap
kegiatannya sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan : Sebelum masuk dalam kegiatan, peneliti membuka
kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar siswa.
Kemudian peneliti mengucapkan terimakasih kepada siswa karena telah
meluangkan waktunya untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Setelah itu, dipandu peneliti siswa membentuk dua kelompok yang
masing-masing terdiri dari lima anggota. Setelah kelompok kecil ini
terbentuk, peneliti menanyakan kepada anggota kelompok tentang
pengertian bimbingan kelompok dan juga tujuan dari kegiatan ini.
Kemudian peneliti menjelaskan pengertian bimbingan kelompok, tujuan
bimbingan kelompok. Setelah menjelaskan tentang bimbingan kelompok,
maka dilanjutkan dengan perkenalan anggota kelompok secara detail.
Karena anggota kelompok merupakan teman satu sekolah maka tahap
perkenalan dilakukan dengan singkat. Kemudian diadakan kontrak waktu
berapa lama kegiatan ini akan dilaksanakan pada hari ini.
b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini, peneliti menanyakan
kesiapan anggota kelompok untuk melaksanakan tahap kegiatan
selanjutnya. Setelah semua anggota kelompok mengatakan siap, maka
kegiatan dilanjutkan pada tahap kegiatan.
c. Tahap kegiatan : Pada tahap ini, peneliti menjelaskan topik yang akan
dibahas yaitu mengenal perilaku kenakalan remaja meliputi pengertian,
bentuk-bentuk dan dampaknya. Kemudian peneliti mengajak anggota
kelompok untuk berdiskusi dan mengungkapkan pendapatnya mengenai
perilaku kenakalan remaja. Anggota nampak aktif dan cukup memahami
akan apa itu kenakalan remaja, bentuknya dan akibat/ dampaknya.
d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka
peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini.
Setelah itu peneliti menanyakan kesan-kesan , manfaat dan pengalaman
apa yang anggota kelompok peroleh setelah mengikuti kegiatan ini.
Kemudia peneliti juga menyampaikan pada anggota mengenai kegiatan
yang akan dilakukan dipertemuan selanjutnya yaitu akan diadakan
kegiatan bermain peran atau sosiodrama. Hal ini dimaksudkan agar
anggota memiliki kesiapan untuk memainkan peranannya dipertemuan
selanjutnya. Peneliti juga memandu dan menawarkan berbagai peran yang
2. Pertemuan ke 2
Pada pertemuan kedua, peneliti melakukan kegiatan bimbingan
dengan bentuk tindakan/ kegiatan berupa sosiodrama dengan topik
permasalahan mengenai perilaku kenakalan. Adapun tahap-tahap kegiatannya
sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan : Sebelum masuk dalam kegiatan, peneliti membuka
kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar siswa.
Kemudian peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa karena telah
meluangkan waktunya kembali untuk mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok.
b. Tahap peralihan : Pada tahap peralihan ini peneliti menanyakan kesiapan
siswa untuk mengikuti kegiatan sosiodrama serta mengingatkan kembali
peranannya. Setelah siswa mengatakan siap, kegiatan bimbingan dimulai.
c. Tahap kegiatan : Ditahap kegiatan ini peneliti menjelaskan dan
menceritakan sekilas akan kegiatan sosiodrama yang akan dilakukan
siswa. Hal ini dimaksudkan sebagai simulasi awal sebelum siswa memulai
sosidrama dan agar siswa memahami peranannya. Kemudian dipandu
peneliti siswa kelompok pertama (ada dua kelompok, kelompok kedua
sebagai penonton dan mengkritisi drama yang dimainkan) bermain peran.
mengenai persoalan yang ada dalam bermain peran tersebut. Ada banyak
persoalan dalam sosiodrama tersebut dimana siswa sulit untuk bisa
memahami sudut pandang orang lain saat melakukan perilaku kenakalan
remaja. Remaja nampak egois, acuh tak acuh, tidak peduli akan perilaku
ataupun tindakan apapun yang mereka lakukan. Tidak peduli akan akibat
maupun dampaknya. Setelah diskusi mengenai kegiatan bermain peran
yang dilakukan kelompok pertama, maka kelompok kedua memerankan
bagaimana menyikapi fenomena perilaku kenakalan remaja secara benar
(berbeda dengan drama kelompok pertama). Kemudian diadakan diskusi
kembali.
d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi
mengenai permasalahan yang ada pada kegiatan sosiodrama maka peneliti
membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini. Setelah itu
peneliti menanyakan bagaimana perasaan siswa, manfaat dan pengalaman
apa yang anggota kelompok peroleh pada kegiatan ini.
3. Pertemuan ke 3
Kegiatan bimbingan yang dilakukan pada pertemuan ini yaitu dengan
bentuk kegiatan berupa tanya jawab dan diskusi topik mengenai Aku dan
Perilaku-ku (pemahaman diri). Adapun tahapan kegiatannya diuraikan sebagai
a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam, doa dan menanyakan kabar anggota. Kemudian peneliti
mengucapkan terima kasih kepada anggota karena telah bersedia
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini. Untuk
menyegarkan suasana peneliti mengajak anggota untuk melakukan
permainan kecil atau ice breaking.
b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini peneliti menanyakan kesiapan
anggota untuk melaksanakan tahap kegiatan selanjutnya. Setelah semua
siswa mengatakan siap, maka kegiatan dapat segera dimulai.
c. Tahap kegiatan : Peneliti menjelaskan topik yang akan dibahas yaitu
mengenai pemahaman tentang diri sendiri. Kemudian peneliti mengajak
masing-masing anggota kelompok untuk berdiskusi dan mengungkapkan
pemahaman akan diri sendiri. Didapati beberapa anggota belum mampu
untuk memahami diri sendiri sehingga peneliti terus mendorong anggota
untuk memahami diri sendiri melalui umpan balik dari satu anggota pada
anggota yang lain.
d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka
peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini.
Setelah itu peneliti menanyakan kesan-kesan anggota kelompok setelah
mengikuti kegiatan ini. Kemudian peneliti menyampaikan pada anggota
akan diadakan kegiatan sosiodrama. Hal ini dimaksudkan agar anggota
memiliki kesiapan untuk memainkan peranannya dipertemuan
selanjutnya. Peneliti juga memandu dan menawarkan berbagai peran yang
akan diperankan anggota nantinya.
4. Pertemuan ke 4
Kegiatan bimbingan yang dilakukan dalam pertemuan ini yaitu
kegiatan bimbingan dengan bentuk tindakan/ berupa sosiodrama. Anggota
mendramakan mengenai pemahaman diri. Adapun tahapan bentuk
kegiatannya diuraikan seperti berikut :
a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam, doa dan menanyakan kabar anggota. Kemudian peneliti
mengucapkan terima kasih kepada anggota karena telah bersedia
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini.
b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini peneliti menanyakan kesiapan
anggota untuk melaksanakan tahap kegiatan selanjutnya. peneliti juga
menyampaikan pada anggota jikalau ada sesuatu hal yang ingin
disampaikan mengenai kegiatan bimbingan ini. Kemudian setelah semua
siap, maka kegiatan segera dimulai.
c. Tahap kegiatan : Pada tahap ini, peneliti menjelaskan kembali terlebih
dahulu kegiatan bermain peran yang akan dilakukan siswa yaitu mengenai
instruksi peneliti siswa bermain peran. Setelah kegiatan sosiodrama
selesai, diadakan diskusi mengenai persoalan yang ada dalam bermain
peran tersebut dimana terdapat seorang remaja yang sedang mengalami
dilema mengenai keadaan diri dan sedang dalam pencarian jati diri,
dengan banyaknya tantangan dan pergumulan yaitu untuk berbuat baik
atau buruk mengikuti teman/ orang lain. Selesai berdiskusi, peneliti
meminta untuk kelompok lain memainkan drama dengan tema yang sama
namun berbeda dengan yang dilakukan sebelumnya. Kemudian kelompok
berdiskusi kembali mengenai pementasan kedua dan permasalahan serta
perbedaan-perbedaan yang ada pada drama pertama dan kedua.
d. Tahap pengakiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka
peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini.
Setelah itu peneliti menanyakan manfaat, bagaimana perasaan dan
pengalaman anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan ini.
5. Pertemuan ke 5
Pada pertemuan kelima, peneliti melakukan kegiatan bimbingan
dengan bentuk tindakan/ berupa diskusi mengenai topik permasalahan
pemahaman diri berhubungan dengan keluarga, sekolah dan pergaulan.
Adapun uraian kegiatannya sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan
mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini.
Kemudian diadakan kontrak waktu berapa lama kegiatan akan
dilaksanakan pada hari ini.
b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini menanyakan kesiapan
anggota kelompok untuk melaksanakan tahap kegiatan selanjutnya.
Setelah semua anggota kelompok mengatakan siap, maka kegiatan dapat
segera dimulai.
c. Tahap kegiatan : Peneliti menjelaskan topik yang akan dibahas yaitu
mengenai pemahaman tentang diri sendiri dengan hidup bermasyarakat,
bergaul dan tinggal dalam suatu komunitas, perlu belajar memahami sudut
pandang orang lain. Kemudian peneliti mengajak anggota kelompok untuk
berdiskusi dan mengungkapkan mengenai hal tersebut.
d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka
peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini.
Setelah itu peneliti menanyakan pada anggota kelompok manfaat apa yang
diperoleh dalam mengikuti kegiatan kali ini. Kemudian peneliti
menyampaikan pada anggota mengenai kegiatan yang akan dilakukan
dipertemuan selanjutnya yaitu akan diadakan kegiatan bermain peran. Hal
peranannya dipertemuan selanjutnya. Peneliti juga memandu dan
menawarkan berbagai peran yang akan diperankan anggota nantinya.
6. Pertemuan ke 6
Peneliti pada pertemuan keenam memberikan kegiatan bimbingan
dengan bentuk tindakan berupa sosiodrama mengenai topik permasalahan
“Aku, Keluarga, Sekolah dan Pergaulanku”.
a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam, doa dan menanyakan kabar anggota. Kemudian peneliti
mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini.
Kemudian dengan dipandu peneliti, anggota membagi peran dan
bersiap-siap untuk memainkan peranannya masing-masing.
b. Tahap peralihan : Pada tahap ini peneliti menanyakan kesiapan kelompok
untuk mengikuti dan memainkan sosiodrama jikalau ada yang
berkeberatan. Karena tidak ada anggota yang berkeberatan memainkan
peranannya dan semua mengatakan siap maka kegiatan sosiodrama segera
dimulai.
c. Tahap kegiatan : Sebelum sosiodrama dimulai, peneliti menjelaskan
terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan ini sebagai
simulasi awal. Setelah itu siswa bermain peran dengan dipandu instruksi
diskusi mengenai persoalan yang ada dalam bermain peran tersebut.
Terdapat banyak persoalan dalam kegiatan tersebut dimana siswa kurang
dapat memahami dan menghayati dan cenderung tidak peduli dengan
keberadaan orang lain untuk itu peneliti mencoba mendorong anggota
untuk mendiskusikannya dan bisa lebih peduli akan keberadaan orang lain
(orang tua/ keluarga, guru, teman, masyarakat, dll), berusaha
memposisikan diri lebih baik. Kemudian diadakan drama kedua yang
lebih baik dari drama pertama.
d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka
peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini.
Setelah itu peneliti menanyakan bagaimana perasaan dan apa yang
anggota peroleh melalui kegiatan ini.
7. Pertemuan 7
Pada pertemuan ketujuh bentuk kegiatan bimbingan yang diberikan
adalah dengan bentuk tindakan/ berupa diskusi cara menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Adapun uraian kegiatannya seperti berikut ini :
a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam, doa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian peneliti mengucapkan
terima kasih kepada siswa karena telah setia meluangkan waktu untuk
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini. Untuk
b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini peneliti menanyakan kesiapan
anggota untuk melaksanakan tahap kegiatan hari ini. peneliti juga
menyampaikan pada anggota jikalau ada sesuatu hal yang ingin
disampaikan mengenai kegiatan bimbingan ini. Kemudian setelah semua
siap, maka kegiatan dimulai.
c. Tahap kegiatan : Pada tahap kegiatan ini, peneliti menjelaskan topik yang
akan dibahas yaitu bagaimana caranya agar dapat menyesuaikan diri
dengan baik dalam hidup bermasyarakat/ di lingkungan. Kemudian
peneliti mengajak masing-masing anggota kelompok untuk berdiskusi,
membahas dan mengungkapkan pendapat mengenai cara menyesuaikan
diri yang baik dalam lingkungan tersebut.
d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka
peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini.
Setelah itu peneliti menanyakan manfaat yang diperoleh anggota
kelompok setelah mengikuti kegiatan ini.
8. Pertemuan ke 8
Pada pertemuan ke delapan, peneliti memberikan kegiatan bimbingan
dengan bentuk tindakan/ berupa sosiodrama dan diskusi dengan topik
permasalahan cara bergaul yang baik.
a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan
terima kasih karena telah setia meluangkan waktu untuk mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok hingga pada pertemuan yang terakhir ini.
b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini menanyakan kesiapan
anggota kelompok untuk melaksanakan tahap kegiatan selanjutnya.
Setelah semua anggota kelompok mengatakan siap, maka kegiatan dapat
segera dimulai.
c. Tahap kegiatan : Pada tahap kegiatan ini, peneliti menjelaskan topik yang
akan dibahas yaitu bagaimana caranya agar dapat menyesuaikan diri yang
baik dalam pergaulan. Kemudian peneliti mengajak anggota untuk
melakukan sosiodrama. Dengan panduan dan instruksi peneliti, anggota
bermain peran. Setelah kegiatan bermain peran selesai, peneliti kemudian
mengajak berdiskusi dan membahas persoalan yang muncul dalam
kegiatan bermain peran mengenai cara bergaul yang baik. Kemudian
peneliti meminta anggota kelompok kedua untuk memainkan kembali
sosiodrama dengan tema yang sama tetapi dengan bentuk drama yang
berbeda. Kemudian diadakan diskusi kembali mengenai kegiatan bermain
drama yang kedua, terdapatkan perbedaan drama pertama dengan kegiatan
drama kedua.
d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka
peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini.
kesan-kesan, pengalaman dan manfaat yang diperoleh anggota kelompok setelah
mengikuti kegiatan bimbingan. Mengingat kontrak waktu yang disepakati
telah habis, maka kegiatan bimbingan kelompok ditutup dengan ucapan
terimakasih dan penjelasan bahwa rangkaian kegiatan bimbingan
kelompok telah usai, siswa diharapkan dapat kembali pada kehidupan
sehari-hari dengan baik tanpa ketergantungan dengan peneliti sebagi
pembimbing serta teman-teman dalam satu kelompok. Kemudian di tutup
dengan doa bersama dan salam.
Setelah seluruh rangkaian kegiatan tindakan eksperimen selesai
dilaksanakan, maka test akhir atau post test diberikan pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, dengan menyebarkan kembali skala data perilaku
kenakalan remaja yang sama pada saat pre test.
4.3 Analisis Hasil Penelitian
Setelah data terkumpul melalui observasi dan pengisian skala perilaku
kenakalan remaja (pre test), peneliti memberikan perlakuan dalam bentuk tindakan
layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama pada kelompok eksperimen.
Setelah pemberian layanan selesai kemudian penulis memberikan test kembali (post
test) dengan menggunakan skala yang sama pada saat pre test kepada kedua
Pada saat pre test, banyak siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja
baik yang dilakukan di lingkungan keluarga, pergaulan dan lingkungan sekolah
seperti ada yang membolos, terlambat datang ke sekolah, tidak tertib/ disiplin
berpakaian seragam, merokok, minum-minuman keras, berkelahi, memalak, biang
keributan di kelas, berani melawan guru/ berperilaku tidak sopan dan merusak
fasilitas sekolah. Perilaku kenakalan tersebut melalui observasi pada saat bimbingan
berlangsung hingga pada post test juga masih terlihat dilakukan oleh subjek.
Frekuensi penurunan / pengurangan perilaku kenakalan remaja tidak cukup
signifikan.
Dari kebiasaan membolos diantara sepuluh subjek masih terdapat dua subjek
yang belum dapat menghilangkan kebiasaan membolos tersebut yaitu didapati pada
saat pertemuan pertama,keempat dan kelima. Untuk kebiasaan terlambat datang ke
sekolah, pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, keempat, keenam dan kedelapan
ditemui masih ada beberapa siswa yang tidak disiplin waktu. Begitu pula hampir
seluruh subjek didapati tidak tertib/ disiplin dalam berpakaian seragam (pertemuan
kedua, keempat, keenam, ketujuh dan kedelapan). Pada pertemuan pertama hingga
kedelapan masih ada sebagian siswa yang senang membuat kekacauan/ keributan di
kelas, mereka ramai sendiri, sibuk berbicara dengan temannya. Pada pertemuan kedua
dan kelima didapati dua subjek merokok di warung luar sekolah bersama
teman-temannya. Ada tiga subjek masih berani melawan guru, membantah dan tidak hormat
pada guru pada saat ditegur karena ribut sendiri atau bermain hp (pada pertemuan
fasilitas sekolah seperti mencoret-coret meja-kursi, membanting pintu, kursi dan
menendang pagar sekolah juga masih ada siswa yang melakukannya yaitu didapati
[image:22.612.104.525.186.632.2]pada pertemuan kedua, keempat, kelima dan keenam.
Tabel 4.4
Sebaran perilaku kenakalan remaja pre test dan post test kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol
Kategori Eksperimen Kontrol
Pre test Post test Pre test Post test
Sangat tinggi 0 0 0 0
Tinggi 4 2 2 2
Sedang 6 5 7 7
Rendah 0 3 0 0
Jumlah 10 10 9 9
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat pre test pada kelompok kontrol
dengan jumlah 9 siswa terdapat 2 siswa yang memiliki perilaku kenakalan tinggi,
7 sedang, tidak ada yang berada pada kategori rendah dan sangat tinggi.
Sedangkan pada post test-nya, pada kelompok kontrol dengan jumlah 9 siswa,
masih terdapat 2 siswa yang memiliki perilaku kenakalan tinggi, 7 sedang dan 0
sangat tinggi dan rendah.
Sementara itu untuk pre test pada kelompok eksperimen dengan jumlah 10
siswa, terdapat 4 siswa yang memiliki perilaku kenakalan remaja tinggi, 6 sedang
pada post test menunjukkan perubahan bahwa dari jumlah 10 kelompok
eksperimen tersebut, terdapat 2 siswa yang memiliki perilaku kenakalan remaja
tinggi, 5 sedang, 3 rendah dan tidak ada yang berada pada kategori sangat tinggi.
[image:23.612.101.520.179.545.2]Hasil dari post test dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5
Ranks
10 8.85 88.50
9 11.28 101.50
19 KLOMPOK
kelEKS kelKNTROL Total NTILES of PRNAKAL
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
33.500 88.500 -1.094 .274
.356a Mann-Whitney U
Wilcoxon W Z
Asy mp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
NTILES of PRNAKAL
Not corrected f or ties. a.
Grouping Variable: KLOMPOK b.
Berdasarkan hasil analisis data, pada kelompok eksperimen menghasilkan
mean rank 8.85 dan kelompok kontrol dengan mean rank 11.28 dengan sig 0.274,
ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
Tabel 4.6
Ranks
10 10.80 108.00
9 9.11 82.00
19
10 8.85 88.50
9 11.28 101.50
19 KLOMPOK kelEKS kelKNTROL Total kelEKS kelKNTROL Total NTILES of PRENKL
NTILES of POSTNKL
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
37.000 33.500 82.000 88.500 -.810 -1.094
.418 .274
.549a .356a Mann-Whitney U
Wilcoxon W Z
Asy mp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
NTILES of PRENKL
NTILES of POSTNKL
Not corrected f or t ies. a.
Grouping Variable: KLOMPOK b.
Dari hasil analisis data pre test kelompok eksperimen dengan mean rank
10.80 menjadi mean rank 8.85 pada saat post test, ada pengurangan mean rank
kelompok eksperimen sebesar 1.95 sehingga ada pengurangan skor perilaku
kenakalan remaja pada kelompok eksperimen. Namun, sekalipun mengalami
pengurangan, pengurangan tersebut tidak terjadi secara signifikan karena hasil
perolehan sig menunjukkan sig 0.274 yang berarti tidak signifikan karena sig
0.274 > 0.050. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan perilaku kenakalan
Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu
bahwa teknik sosiodrama dapat mereduksi secara signifikan perilaku kenakalan
remaja pada siswa kelas XI SMA Theresiana Salatiga “ditolak”.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh sig 0.274 > 0.050, yang
artinya tidak ada perbedaan yang signifikan sehingga hipotesis dalam penelitian ini
ditolak. Teknik sosiodrama tidak dapat mereduksi secara signifikan perilaku
kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMA Theresiana Salatiga.
Dengan demikian, penelitian ini belum sesuai dengan hasil temuan Blatner
(2002), Gangel (1986) dan Maier (2002) dalam (Wulandari, 2005), dan Nurhayati
(2010) yang menyatakan bahwa teknik sosidrama dapat mengurangi konformitas
berlebihan, yang merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja.
Pada kelompok eksperimen tidak mengalami pereduksian perilaku kenakalan
remaja, hal itu dapat disebabkan karena beberapa faktor:
1. Konten/ isi materi yang mungkin kurang menarik minat siswa sehingga siswa
tidak cukup serius, masih ramai sendiri dan kurang menghayati peranannya
dalam sosiodrama.
2. Siswa kurang terbuka dan tidak sungguh-sungguh dalam menjawab skala
yang diberikan.
Kegiatan layanan bimbingan dilakukan delapan kali pertemuan dan beberapa
kali diadakan diluar jam sekolah. Penulis merasa delapan kali bimbingan
kurang cukup untuk dapat memecahkan masalah siswa, apalagi dilakukan di
sisa jam sekolah. Mungkin dengan penambahan lama intervensi dan diberikan
pada waktu yang tepat, strategi intervensi sosiodrama dapat berhasil.
4. Teknik sosiodrama dalam penelitian ini adalah bagian dari media atau salah
satu bagian dari strategi intervensi yang digunakan peneliti untuk
memecahkan permasalahan terkait kenakalan remaja oleh karena itu jika ingin
mengentaskannya perlu ditindak lanjuti dengan memberikan layanan yang
lain misalnya dengan memberikan konseling.
5. Kondisi/ suasana lingkungan yang tidak mendukung.
Peneliti kurang dapat memfasilitasi dan menciptakan lingkungan kelas yang
nyaman bagi siswa (kelas panas, kurang cukup udara dan lingkungan di luar
kelas juga ramai). Dilihat dari lingkungan pergaulan siswa juga tidak cukup
mendukung karena pergaulan siswa tidak bisa dikontrol dan dibatasi dengan
siapapun, hal itu yang akhirnya dapat mempengaruhi hasil intervensi
bimbingan yang diberikan.
6. Siswa kurang menyadari atas perilakunya yang selama ini menyimpang dan
arti pentingnya bimbingan yang telah diberikan. Bimbingan dengan metode
atau strategi apapun tidak akan bisa berhasil jikalau di dalam diri sendiri tidak
ada kesediaaan untuk terlibat sungguh-sungguh dan berusaha untuk