• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dalam Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Salatiga T1 312009040 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dalam Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Salatiga T1 312009040 BAB II"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Tentang Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma

1. Pengertian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

Pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma sering disebut dengan istilah legal aid yaitu Bantuan Hukum merupakan jasa hukum yang khusus diberikan kepada fakir miskin yang memerlukan pembelaan secara cuma-cuma, baik di luar maupun di dalam Pengadilan secara pidana, perdata, dan tata usaha negara dari seseorang yang mengerti pembelaan hukum, kaidah hukum, serta hak asasi manusia.1

a. UU No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum

Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.

b. UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat

Bantuan Hukum adalah jasa yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.

1

(2)

Sedangkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, mendefinisikan bahwa: Bantuan Hukum cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan Advokat tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.

Sedangkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan lain, Bantuan Hukum tidak disebutkan secara langsung, tetapi di dalamnya menyebut bentuk Bantuan Hukum atau fungsi Bantuan Hukum. Beberapa peraturan perundang-undangan tersebut antara lain:

c. UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Tidak terdapat definisi khusus mengenai Bantuan Hukum dalam undang-undang ini, yang ada adalah pengaturan mengenai kewajiban negara untuk menyediakan penasihat hukum bagi orang yang tidak mampu. Pasal 56 ayat (1) menyatakan “Dalam hal

(3)

tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka”

d. UU No 11 Tahun 2009 mengenai Kesejahteraan Sosial

Dalam Pasal 14 UU Kesejahteraan Sosial, Bantuan Hukum dikategorikan sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, yang mana dalam Pasal tersebut “Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal”

e. UU No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Tidak ada definisi khusus mengenai Bantuan Hukum dalam undang-undang ini, hanya dalam Pasal 37-39 terdapat ketentuan bahwa setiap orang berhak mendapatkan Bantuan Hukum dan seperkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan Advokat.

f. PP No. 83 tahun 2008 tentang persyaratan dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma .

Pasal 1 ayat (3) “Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

(4)

hukum, menjalankan kuasa,

mewakili,mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.

Pasal 1 ayat (4 ) “Pencari Keadilan yang Tidak Mampu yang selanjutnya disebut Pencari Keadilan adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang secara ekonomis tidak mampu yang memerlukan jasa hukum Advokat untuk menangani dan menyelesaikan masalah hukum.

2. Dasar Hukum mengenai Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

Adapun undang – undang dapat dijadikan sebagai dasar pemberian

Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yaitu undang – undang

a. Undang – Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHP

Didalam undang – undang ini yang mengatur mengenai Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yaitu Pasal 54, 56 ayat (1), dan 56 ayat (2). Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma . Adapun penjelasan dari masing – masing Pasal tersebut adalah sebagai berikut :

Pasal 54 “Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau Terdakwa berhak mendapatkan Bantuan Hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini”

(5)

penasehat hukum bagi mereka.

Pasal 56 ayat (2) “setiap penasehat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan bantuan dengan Cuma –Cuma”.

b. Undang – undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat.

Dalam Undang – undang ini mengatur dan menjelaskan mengenai Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada Masyarakat khususnya Masyarakat yang kurang mampu untuk membayar jasa Advokat. Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma. Adapun pengaturan mengenai Bantuan Hukum Cuma – Cuma diatur didalam Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2). Yang isinya adalah sebagai berikut :

Pasal 22 ayat (1) “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 22 ayat (2) “ketentuan mengenai prasaratan dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma sebagai mana yang telah dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah”

(6)

Pasal 37 “Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 38 “Dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan Advokat”.

Pasal 39 “Dalam memberi Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Advokat wajib membantu penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan”.

Tetapi menurut hemat penulis, Dalam undang – undang ini belum terlalu singnifikan mengenai Bantuan Hukum secara – Cuma – Cuma, atau dalam arti di undang – undang ini pemerintah belum terlihat berperan serta dalam hal Bantuan Hukum, khususnya Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma .

d. Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Undang – undang ini merupakan penganti undang – undang yang lama yaitu undang – undang N0. 4 Tahun 2004. Tentu isi undang – undang yang baru mengenai kekuasaan kehakiman ini terlihat lebih

rinci mengenai aturan Bantuan Hukum. Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma.Adapun Pasal – Pasal yang mengatur mengenai Bantuan Hukum yaitu, Pasal 56 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 57 ayat (1) dan ayat (2) yang isinya adalah sebagai berikut :

(7)

Pasal 56 ayat (2) “Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 57 ayat (1) “ Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 57 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara Cuma – Cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap”

(8)

Pasal 1 ayat (2) “Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin”.

Pasal 3 “Penyelenggaraan Bantuan Hukum bertujuan untuk: a). menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan; b). mewujudkan hak konstitusional segala warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum; c). menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan d). mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 4 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi”.

Pasal 5 ayat (1) “Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.

Pasal 6 ayat (1) “Bantuan Hukum diselenggarakan untuk membantu penyelesaian permasalahan hukum yang dihadapi Penerima Bantuan Hukum”.

Pasal 6 ayat (2) “Pemberian Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum diselenggarakan oleh Menteri dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum berdasarkan Undang – undang ini”.

Pasal 8 ayat (1) “) Pelaksanaan Bantuan Hukum dilakukan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang telah memenuhi syarat berdasarkan Undang-Undang ini”.

(9)

pengurus; dan e) memiliki program Bantuan Hukum.

f. Peraturan Pemerintah RI No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . Peraturan pemerintah ini mengatur mengenai persyaratan dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada pencari keadilan yang kurang mampu. Adapun Pasal – Pasal yang menjadi acuan pengaturan seperti yang telah penulis kemukakan di atas adalah, Pasal 2, Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 4 ayat (1). Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma. Adapun isi dari Pasal – Pasal tersebut :

Pasal 2 “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum

Secara Cuma-Cuma kepada Pencari Keadilan”.

Pasal 3 ayat (1) “Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2”.

Pasal 3 ayat (2) “Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

berlaku juga terhadap pemberian jasa hukum di luar pengadilan”.

Pasal 4 ayat (1) “Untuk memperoleh Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, Pencari Keadilan mengajukan permohonan tertulis yang ditujukan langsung kepada Advokat atau melalui Organisasi Advokat atau melalui Lembaga Bantuan Hukum.

Pasal 10 “Advokat dalam memberikan Bantuan Hukum

(10)

3. Tujuan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

Terdapat dua aspek tujuan pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yaitu

a. Aspek Kemanusiaan

Dalam aspek kemanusiaan, tujuan dari program Bantuan Hukum ini adalah untuk meringankan beban ( biaya ) hukum yang harus ditanggung oleh masyarakat tidak mampu di depan Pengadilan. Dengan demikian, ketika masyarakat golongan tidak mampu berhadapan dengan proses hukum di Pengadilan, mereka tetap memperoleh kesempatan untuk memperolah pembelaan dan perlindungan hukum.2

b. Aspek Peningkatan Kesadaran Hukum

Dalam aspek kesadaran hukum, diharapkan bahwa program Bantuan Hukum ini akan memacu tingkat kesadaran hukum masyarakat ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dengan demikian, apresiasi masyarakat terhadap hukum akan tampil melalui sikap dan perbuatan yang mencerminkan hak dan kewajibannya secara hukum.3

Sedangkan didalam Undang – undang No. 16 Taahun 2011 Pasal 3 Tujuan dari pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma adalah :

2

Tim Di Bawah Pimpinan : Mosgan Situmorang, Penelitian Hukum Tentang Tanggung Jawab Negara Dan Advokat Dalam Memberikan Bantuan Hukum Kepada Masyarakat. Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan Ham Ri Tahun 2011. Hlm 21

3

(11)

Penyelenggaraan Bantuan Hukum bertujuan untuk :

a. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan;

b. mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;

c. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan d. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

4. Pemberi Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma

Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping instansi penegak hukum seperti hakim, penuntut umum, dan penyidik.

(12)

Kewajiban memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma oleh Advokat tidak terlepas dari prinsip persamaan di hadapan hukum (justice for all) dan hak setiap orang untuk didampingi Advokat tanpa kecuali. Pemberian

Bantuan Hukum secara cuma-cuma ini merupakan bentuk pengabdian Advokat dalam menjalankan profesinya sebagai salah satu unsur sistem peradilan dan salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia. Perkara yang dapat dimintakan Bantuan Hukum cuma-cuma dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi perkara di bidang pidana, perdata, tata usaha negara, dan pidana militer. Bantuan Hukum secara cuma-Cuma diberikan pula bagi perkara non litigasi (di luar pengadilan).

Dalam penjelasan Undang – undang No 16 tahun 2011 Pasal 3 dijelaskan bahwa Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga Bantuan Hukum atau organisasi kemasyarakatan yang member layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini. Dalam implementasinya undang – undang No 16 tahun 2011 ini menjelaskan bahwa pemberi Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma terdiri dari dua jenis layanan Bantuan Hukum, yaitu pemberi Bantuan Hukum litigasi dan non litigasi.4

Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi dilakukan oleh Advokat yang berstatus sebagai pengurus Pemberi Bantuan Hukum dan/atau Advokat yang direkrut oleh Pemberi Bantuan Hukum. Sedangkan Pemberian Bantuan Hukum secara nonlitigasi dapat dilakukan oleh Advokat, paralegal, dosen, dan

4

(13)

mahasiswa fakultas hukum dalam lingkup Pemberi Bantuan Hukum yang telah lulus verifikasi dan akreditasi.5

a. Pengertian Advokat.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 telah dijelaskan definisi Advokat. Adapun yang dimaksud dengan Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sebelum berlakunya UU Nomor 18 Tahun 2003 tersebut maka Advokat diberikan definisi sebagai pejabat negara dengan alasan bahwa Advokat diangkat oleh negara. Namun sejak berlakunya UU Nomor 18 Tahun 2003 tersebut Advokat bukan laggi diberikan definisi sebagai pejabat negara karena pengangkatannya dilakukan oleh organisasi profesi.

Lain halnya dengan Luhut M.P. Pangaribuan yang menjelaskan bahwa definisi Advokat adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan berdasarkan keahlian (knowledge) untuk melayani masyakarat secara independen dengan limitasi kode etik yang ditentukan oleh komunitas profesi.

b. Kewajiban Advokat Untuk Memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma

5

(14)

Advokat dalam kedudukannya sebagai sutau profesi yang mulia atau lebih dikenal dengan istilah officium nobile.6 Maka Advokat berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, memiliki kewajiban dalam memberikan Bantuan Hukum. Secara ideal dapat dijelaskan bahwa Bantuan Hukum merupakan tanggung jawab sosial dari Advokat.

Oleh karena itu maka Advokat dituntut agar dapat mengalokasikan waktu dan juga sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan Bantuan Hukum.

Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat bukan hanya dipandang sebagai suatu

kewajiban an sich, namun harus dipandang pula sebagai bagian dari kontribusi

dan tanggung jawab sosial (socia l contribution and social liability) dalam

kaitannya dengan peran dan fungsi sosial dari profesi Advokat. Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat telah mengatur secara tegas mengenai

kewajiban Advokat untuk memberikan Bantuan Hukum sebagai bagian dari

kewajiban profesi.

Dalam hal Advokat tidak melakukan kewajiban profesi maka dapat

dikategorikan telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban

profesi sehingga dapat diberlakukan sanksi.7

6

Perhatikan Pasal 8 huruf a Kode Etik Advokat Indonesia, yang menyatakan bahwa: Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile), oleh karena itu dalam menjalankan profesi selaku penegak hukum dipengadilan sejajar dengan jaksa dan hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik.

7

(15)

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka yang dimintakan nasihat dan atau

Bantuan Hukum dari seorang Advokat yang dimaksud disini adalah terkait

dengan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .

Dalam melaksanakan profesinya maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat telah ditetapkan beberapa hak dan kewajiban yang melekat pada diri Advokat. Hal tersebut tentunya untuk mendukung kedudukan Advokat sebagai profesi yang mulia atau officium nobile. Penyebutan profesi mulia atau officium nobile kepada profesi Advokat didasarkan pada alasan bahwa faktor menguasai ilmu pengetahuan hukum bukan merupakan modal utama bagi seorang Advokat namun juga harus memiliki nilai kejujuran dan panggilan nurani.8

Didalam undang – undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat terdapat penjelasan mengenai kewajiban – kewajiban seorang Adokat dalam menjalankan tugasnya sebagai Advokat, adapun Pasal – Pasal tersebut adalah, Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 22 ayat (1). Adapun isi dari Pasal – Pasal tersebut adalah :

Pasal 18 ayat (1) “Advoakat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial budaya”

Pasal 18 ayat (2) “Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh pihak yang

8

(16)

berwenang dan/atau masyarakat”

Pasal 19 ayat (1) “Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang”

Pasal 20 ayat (1) “Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentnagan dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya”

Pasal 20 ayat (2) “Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa sehingga merugikan profesi Advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam menjalankan tugasnya”

Pasal 20 ayat ayat (3) “Advoakat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi Advokat selama memangku jabatan tersebut”

Pasal 22 ayat (1) “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu”

c. Sanksi bagi Advokat yang Menolak Memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

Adapun sanksi yang diberikan kepada Advokat yang menolak memberikan

Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma di atur didalam Peraturan Pemerintah RI

No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan

Hukum Secara Cuma – Cuma.

(17)

Pasal 14 ayat (1) “Advokat yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 dijatuhi sanksi oleh Organisasi Advokat”.

Pasal 14 ayat (2) “Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. teguran lisan, b. teguran tertulis, c. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai dengan 12 (dua belas) bulan berturut-turut atau d. pemberhentian tetap dari profesinya”.

d. Dasar Hukum Mengenai Bantuan secara Cuma – Cuma oleh Advokat

Mengenai Dasar hukum pemberian bantuan oleh Advokat secara Cuma – Cuma diatur dengan peraturn Undang – undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat dan Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tatacara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . Adapun isi dari masing – masing peraturan mengenai dasar hukum keawjiaban seorang Advokat terkait dengan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma adalah :

Pasal 22 ayat (1) “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 22 ayat (2) “Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah”.

Pasal 2 PP No.83 Tahun 2008 “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma kepada Pencari Keadilan”.

(18)

Cuma-Cuma”.

e. Prosedur penyelenggaraan Bantuan Jasa Advokat

Adapun perundang – undangan yang mengatur mengenai prosedur

penyelenggaraan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma oleh Advokat, yaitu

diatur didalam Undang – undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

dan PP No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian

Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . yang isi dari Pasal – Pasal tersebut

adalah :

a. Undang – undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

Pasal 14 ayat (1) “ Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat: a. mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum; b. menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan c. melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum”.

Pasal 14 ayat (2) “Dalam hal pemohon Bantuan Hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan”.

Pasal 15 ayat (1) “Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum”.

(19)

Hukum”.

Pasal 15 ayat (3) “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum”.

Pasal 15 ayat (4) “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan”.

Pasal 15 ayat (5) “Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah”.

b. PP No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma

Pasal 4 ayat (1) Untuk memperoleh Bantuan Hukum Secara Cuma- Cuma, Pencari Keadilan mengajukan permohonan tertulis yang ditujukan langsung kepada Advokat atau melalui Organisasi Advokat atau melalui Lembaga Bantuan Hukum.

Pasal 4 ayat (2) “Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat : a. nama, alamat, dan pekerjaan pemohon; dan b. uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum”.

Pasal 4 ayat (3) “Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pencari Keadilan harus melampirkan keterangan tidak mampu yang dibuat oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 5 “Permohonan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

(20)

Pasal 6 ayat (1) “Dalam hal Pencari Keadilan tidak mampu menyusun permohonan tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan”.

5. Penerima Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma

Pasal 28D Ayat UUD 45 (1) “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yangadil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.”

Pasal 28D ayat (1) tersebut menjamin bahwa setiap orang termasuk orang yang tidak mampu, mempunyai hak untuk mendapatkan akses terhadap keadilan agar hak-hak mereka atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum dapat diwujudkan. Karena sangat sulit dipahami secara konstitusional, bahwa orang miskin dapat memperoleh jaminan terhadap hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum, tetapi mereka orang tidak mampu dan tidak pula diberi akses terhadap keadilan, melalui lembaga-lembaga pengadilan Negara (litigasi) maupun proses non litigasi.

(21)

asas-asas dan kaidah hukum, serta hak asas-asasi manusia.

Didalam Undang – undang No. 16 Tahun 2011 mengenai penerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma diatur di dalam Pasal 1 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 5 ayat (1), yang isisnya adalah sebagai berikut :

Pasal 1 ayat (2) “Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau

kelompok orang miskin”.

Pasal 4 ayat (1) “Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima Bantuan Hukum yang menghadapi masalah hukum”.

Pasl 4 ayat (2) “ Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi”.

Pasal 5 ayat (1) “ Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.

(22)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dalam Bantuan Hukum terdapat beberapa unsur, yaitu:

a. penerima Bantuan Hukum adalah fakir miskin atau orang yang tidak mampu secara ekonomi;

b. Bantuan Hukum diberikan baik di dalam maupun di luar proses peradilan;

c. Bantuan Hukum diberikan baik dalam lingkup peradilan pidana, perdata maupun tata usaha negara;

d. Bantuan Hukum diberikan secara cuma-cuma.

6. Hak Dan Kewajiban Penerima Bantuan Hukum a. Hak

Hak dan kewajiban seorang yang menerima Bantuan Hukum diatur secara khusus dengan UU No. 16 Tahun 2011 . Adapun Pasal – Pasal yang mengatur mengenai hak dan kewajiban penerima Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma adalah :

Pasal 12 “ penerima Bantuan Hukum Berhak : a. mendapatkan

(23)

b. Kewajiban

Adapun kewajiban seorang penerima Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma diatur dalam Pasal 13 “Penerima Bantuan Hukum wajib : a.

menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum; b. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum”.

7. Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum

Mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma diatur didalam Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 15 ayat (1),(2),(3),(4) dan (5). UU No. 16 Tahun 2011. Adapun isi dari Pasal – Pasal tersebut adalah :

Pasal 14 ayat (1) “Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon

Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat: a. mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum; b.menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan c. melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum”.

Pasal 14 ayat (2) “Dalam hal pemohon Bantuan Hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan”.

(24)

permohonan Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum”.

Pasal 15 ayat (2) “ Pemberi Bantuan Hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan Bantuan Hukum dinyatakan lengkap harus memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan Bantuan Hukum”.

Pasal 15 ayat (3) “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum”.

Pasal 15 ayat (4) “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan”.

(25)

B.

HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM

SECARA CUMA

CUMA OLEH PENGADILAN NEGERI

SALATIGA

1. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Bagi Terdakwa Yang Tidak Mampu

Berdasarkan penelitian mengenai Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma dalam perkara pidana di pengadilan Negeri Salatiga, selama tahun 2013 terdapat 163 perkara masuk, tetapi agaknya dari 163 perkara pidana tidak semuanya menggunakan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :

Table 2 : Perkara Prodeo Tahun Anggaran 2013 Di pengadilan Negeri Salatiga9

No Perkara Pidana yang masuk Selama Tahun 2013

163 Perkara

9

(26)

1 Memenuhi syarat menerima Bantuan Hukum

57 Terdakwa

2 Menggunakan Pelayanan Bantuan Hukum

21 Terdakwa 3 Menolak Untuk Menggunakan

Pelayanan Bantuan Hukum

36 Terdakwa Sumber : Lakip( Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah )

Pengadilan Negeri Salatiga Tahun Anggaran 2013

Dari hasil wawancara dengan Bapak R. Rudi Harsojo, SH. Selaku Pan.Mud. Hukum Pengadilan Negeri Salatiga , yang terkait dengan pertanyaan banyaknya jumlah Terdakwa yang menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma ( Prodeo ) pada Tahun 2013 seperti di gambarkan melalui daftar Stastisti diatas bahwa,

Selama Tahun Anggaran 2013 terdapat 163 perkara Pidana yang masuk, kemudian dipisahkan lagi kedalam golongan para Terdakwa yang memenuhi syarat untuk dapat menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma ( prodeo ) sebagai mana Telah di jelaskan Didalam Peraturan Perundang – undangan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma dan SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum , yaitu sebanyak 57 Orang Terdakwa yang berhak menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. Tetapi dalam hal ini tidak semua Terdakwa mau menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.10 Terdapat 21 Terdakwa yang menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma –

10

(27)

Cuma dan 36 Terdakwa menolak untuk menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.

a. Daftar Nama, jenis pelanggaran dan pengacara yang menggunakan dan menolak Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Adapun daftar surat putusan dan nomor perkara yang akan Penulis kaji dalam tulisan ini antara lain :

1) Daftar Nama Terdakwa Yang Menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Tabel 3 : Daftar Nama Para Terdakwa Yang Menggunakan

Identitas Pengacara

(28)
(29)
(30)

2) Daftar Nama Para Terdakwa Yang Menolak Mengunakan Bantuan Hukum

Pelanggaran Identitas

1

Tempat Lahir : Salatiga Jenis Kelamin : Laki – laki

Kebangsaan : Indonesia

TempatTingal : Dusun.klampean Rt.04/03,

Kel.Noborejo,

Tempat tingal : Dusun,Pakunden Barat 871

Rt.02/01,Kel.Pakunden, Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tingal : Jl. Margosari II No.28, Rt

Tempat Tingal : Dusun Purwosari Rt.04/04

(31)

Kec.Argomulyo,

Dari data yang diperoleh penulis diatas melalui Pengadilan Negeri Salatiga, untuk mengetahui tanggapan dari Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Di pengadilan Negeri Salatiga, dengan berbekal data Penulis datang kerumah terpidana Alfian Wisnu Aranda, yang beralamat Di Perum Damatex Pabelan No.206, Karang tengah Kec. Tuntang. Dimana pada saat berstatus menjadi Terdakwa dirinya masih tergolong Terdakwa Anak di bawah umur yang berusia 17 Tahun. Dimana di dalam penjelasan Undang – undang Nomor 11 tahun 2012 tentang System Peradilan Pidana Anak bahwa, Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana11. Menurut ketererangan dari pihak orang tua Alfian Wisnu Aranda, terkait dengan pertanyaan mengenai Bagaimana Pelaksanaan Bantuan Hukum secara – Cuma – Cuma yang diberikan untuk membela secara Cuma - cuma yang di tunjuk oleh Hakim Pengadilan Negeri Salatiga Secara Cuma – Cuma, pihak keluarga memang merasa senang dan terbantu dengan adanya Pengacara yang mendampingi atau memberikan pembelaan secara

11

(32)

geratis, tetapi menurut orang tua dari Narapidana Anak ini, mengaku masih kurang puas dengan kinerja Advokat tersebut.12

b. Hasil Wawancara Dengan Para Terpidana Yang Pada Saat Proses Persidangan Menggunakan Atau Menolak Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga

1) Terdakwa yang menerima Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma

Adapun pertanyaan oleh penulis terhadap terpidana Alfian Wisnu Aranda, yang beralamat Di Perum Damatex Pabelan No.206, Karang

tengah Kec. Tuntang yang di wakilkan oleh orang tuanya.

Dari sejumlah pertanyaan yang di berikan kepada terpidana alfian wisnu aranda dengan surat putusan nomor 1/PID.SUS/2011/PN.SAL terkait dengan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga, kemudian penulis menganalisis, adapun analisis penulis dari hasil wawan cara dengan terpidana Alfian Wisnu Aranda, dengan surat putusan Nomor 1/PID.SUS/2011/PN.SAL adalah sebagai berikut :

Orang Tua Terdakwa Alfian Wisnu Aranda, mengaku bahwa mengetahui keberadaan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma melalui penjelasan dari hakim yang saat itu menangani persidangannya. Adapun

12

(33)

cuplikan singat mengenai jawaban terpidana mengetahui keberadaan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma adalah sebagai berikut :

“Sebelumnya saya tidak mengetahui adanya Bantuan Hukum geratis ini ( Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma ) tetapi setelah hakim menjelaskan bahwa setiap Terdakwa berhak mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dengan cara menunjuk pengacara yang dimana biaya pembelaan oleh pengacara tersebut di bebankan oleh pengadilan Negeri Salatiga ( Anggaran Prodeo ), kemudian saya berembuk dengan keluarga, dan akhirnya kami mau mengunakan pengacara itu.dan saya berharap dengan adanya pembelaan dari pengacara, bisa bebas dari jeratan hukum” ( orang tua wisnu aranda pada saat wawancara ).

kemudian mengenai tatacara untuk mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma, Terdakwa menjelaskan bahwa :

“Setelah saya dan keluarga berembukan dan akhirnya mau untuk mengunakan pengacara geratis ( Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma ) kemudian saya di beri surat pernyataan (surat pernyataan apa saya lupa namanya) yang intinya didalam salah satu isi surat itu berbunyi memohon untuk mengunakan Bantuan Hukum geratis saya kira pengacara pihak kita sendiri yang mencari ternyata sudah disediakan oleh pihak pengadilan. Tetapi selain itu saya mengisi folmulir dan melengkapi syarat – syaratnya.yang diantaranya adalah SKTM dari kepala desa”. ( Orang Tua Terdakwa pada saat wawancara ) .

(34)

Adapun daftar pertanyaan dengan narapidana yang pada saat persidangan menolak untuk menggunakan Bantuan Hukum salatiga, yang dimana saat ini sedang menjalani hukuman di RUTAN Kelas IIB salatiga.

Dari 28 orang terpidana yang menjalani masa hukuman di Rutan Kelas IIB salatiga diambil sebanyak 5 orang untuk dijadikan responden, dengan pelAnggaran tindak pidana bervariasi yaitu narkoba, penganiayaan dan kejahatan terhadap nyawa seseorang. yang dimana data – data atas narapidana telah sesuaikan dengan Nomor surat putusan dan Nama Terdakwa dari pengadilan. Karena setatus mereka saat ini merupakan Tahanan Rutan maka masing – masing terpidana mempunyai nomor registrasi tahanan.

Adapun Nomor Surat Putusan, Nama dan Nomor registrasi masing – masing dari terpidana yang di jadikan responden adalah sebagai Sebagai

berikut :

Tabel 5 : Hasil Wawancara Terkait Dengan Alasan Para Terdakwa Menolak Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .

Identitas Terdakwa Alasan Menolak Pelayanan Bantuan Hukum Yang di

(35)
(36)

Rw. 01, Kel.

(37)

Laki – laki.

(38)

2. Hasil wawancara Di Pengadilan Negeri Salatiga Terkait dengan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui bagaimanakah Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma bagi Terdakwa yang tidak mampu Di Pengadilan Negeri Salatiga, Penulis akan mengemukakan garis besar hal yang berkaitan erat dengan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma, yang diantaranya adalah sebagai berikut : a. Prosedur, Tata Cara, Akses Bagi Terdakwa Untuk Memperoleh Bantuan

Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Prosedur, atau tatacara disini adalah suatu langkah awal bagi Terdakwa untuk memperoleh Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma sekaligus untuk mengetahui akses bagi Terdakwa untuk mendapatkan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . Adapun prosedur dan tata cara bagi Terdakwa untuk mendapatkan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga .

Untuk memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Pengadilan Negeri Salatiga berpedoman kepada SEMA No 10 Tentang Pedoman Bantuan Hukum,13 dijelaskan bahwa :

1. Masyarakat dapat menggunakan layanan Bantuan Hukum yang tersedia pada setiap kantor pengadilan.

13

(39)

2. Pengadilan menyediakan Pos Bantuan Hukum (Posbakum) yang mudah diakses oleh pihak-pihak yang tidak mampu.

3. Pengadilan menyediakan Advokat Piket (bekerjasama dengan lembaga penyedia Bantuan Hukum) yang bertugas pada Posbakum dan memberikan layanan hukum sebagai berikut:

a. bantuan pengisian formulir permohonan Bantuan Hukum; b. bantuan pembuatan dokumen hukum;

c. advis, konsultasi hukum dan Bantuan Hukum lainnya baik dalam perkara pidana maupun perkara perdata;

d. rujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk pembebasan pembayaran biaya perkara sesuai syarat yang berlaku;

e. rujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk mendapat bantuan jasa Advokat sesuai syarat yang berlaku.

4. Pengadilan memberikan layanan pembebasan biaya perkara (prodeo) kepada pihak-pihak yang tidak mampu dengan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan atau kepada Ketua Majelis Hakim.

(40)

materai, biaya alat tulis kantor, biaya penggandaan/fotokopi, biaya pemberkasan dan biaya pengiriman berkas.

6. Bagi masyarakat yang tidak mampu dapat mengajukan surat permohonan berperkara secara prodeo (cuma-cuma) dengan mencantumkan alasan-alasannya kepada Ketua Pengadilan dengan melampirkan:

a. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Lurah/Kepala Desa setempat; atau

b. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin atau Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Kartu Program Keluarga Harapan (PKH) atau Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT).

c. Surat pernyataan tidak mampu yang dibuat dan ditandatangani pemohon Bantuan Hukum dan diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri.

7. Jika pemohon prodeo tidak dapat menulis atau membaca maka permohonan beracara secara prodeo dapat diajukan secara lisan dengan menghadap Ketua Pengadilan.

(41)

a. Permohonan diajukan secara lisan atau tertulis kepada Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dengan dilampiri dokumen pendukung.

b. Dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak permohonan itu dicatat oleh Panitera, Hakim yang ditunjuk (Hakim yang menyidangkan pada tingkat pertama) memerintahkan Panitera untuk memberitahukan permohonan itu kepada pihak lawan dan memerintahkan untuk memanggil kedua belah pihak supaya datang di muka Hakim untuk dilakukan pemeriksaan tentang ketidakmampuan Pemohon.

c. Dalam tenggang waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pemeriksaan, Pengadilan Tingkat Pertama mengirimkan berita acara hasil pemeriksaan dilampiri permohonan izin beracara secara prodeo dan dokumen pendukung ke Pengadilan, yang berwenang memutus perkara yang dimohonkan tersebut, untuk diputus apakah dikabulkan atau tidak.

(42)

e. Jika ternyata pemohon orang yang mampu maka diberikan penetapan tidak dapat berperkara secara prodeo dan pemohon harus membayar biaya seperti layaknya berperkara secara umum.

9. Pengadilan menyediakan Anggaran untuk biaya perkara prodeo dengan memperhatikan Anggaran yang tersedia. Ketersediaan Anggaran tersebut diumumkan kepada masyarakat secara berkala melalui papan pengumuman Pengadilan atau media lain yang mudah diakses.

SEMA No. 10 Tahun 2010 merupakan salah satu pedoman bagi Aparat Penegak Hukum di lingkup Pengadilan Negeri Salatiga untuk memberikan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma bagi Terdakwa yang tidak mampu.

(43)

Penyelenggaraan Bantuan Hukum Perkara Pidana berdasarkan keputusan dirjen badilum No. 1/DJU/OT.01.3/VIII/2011. 14

Dimana keputusan tersebut mengatur mengenai prosedur atau proses pelaksanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum perkara pidana, yang dimana keputusan tersebut merupakan pedoman bagi petugas Pengadilan Negeri. Yang didalam penjelasannya dalam hal penyelenggaraan Bantuan Hukum adalah sebagai berikut :

Dimana didalam penjelasanya menurut salah satu aparat penegak hukum yang berada di lingkup pengadilan negeri salatiga menjelaskan secara detail dan kemudian penulis sajikan kedalam sebuah table. Adapun table mengenai prosedur penyelenggaraan Bantuan Hukum Di pengadilan Negeri Salatiga tersebut adalah sebagai berikut :15

Bagan 1 : Mekanisme prosedur penyelenggaraan Bantuan Hukum Di pengadilan Negeri Salatiga. 16

14

Hasil Wawancara Dengan Salah Seorang Aparat Penegak Hukum Di Lingkup Pengadilan Negeri Salatiga. 23 Februari 2014

15

Hasil Wawancara Dengan Salah Seorang Aparat Penegak Hukum Di Lingkup Pengadilan Negeri Salatiga.Yang Berkaitan Dengan Prosedur Penyelenggaraan Bantuan Hukum . 23 Februari 2014

16

Data Pengadilan Negeri Salatiga. Mekanisme prosedur penyelenggaraan Bantuan Hukum. Data di sajikan dengan table oleh penulis.

(44)

b. Mekanisme Penggunaan Anggaran Penyelenggaraan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Dari hasil penelitian yang berkaitan dengan penggunaan Anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam perkara pidana Di Pengadilan Negeri Salatiga, mengacu kepada SEMA No 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum. yang dimana Pasal 16 menjelaskan mengenai Prosedur Penggunaan Biaya Bantuan Hukum dalam Perkara Pidana yang isinya adalah sebagai berikut “Berdasarkan rujukan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 butir c, biaya perkara bagi Pemohon Bantuan Hukum untuk semua jenis perkara pidana yang ditentukan peraturan perundangundangan di tingkat

Penetapan Ketua

3. Saksi ahli Rp 100.000

(45)

pertama untuk kepentingan Pemohon Bantuan Hukum yang memenuhi syarat, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11) ditanggung oleh Negara”.

Adapun mekanisme penggunaan Anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam perkara pidana Dipengadilan negeri salatiga mengacu kepada Pasal 17 Sema No 10 Tahun 2010 yang isinya adalah sebagai berikut17 :

1) Ketua Pengadilan Negeri membuat Surat Penetapan Pembebasan Biaya Perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

2) Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat Surat Keputusan pembebanan biaya perkara ke APBN.

3) Berdasarkan Surat Keputusan Panitera/Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bendahara pengeluaran membayar biaya saksi Ad de charge, ahli dan penerjemah yang diminta Terdakwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Pengeluaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan berdasarkan biaya yang

tersedia dalam DIPA.

5) Bendahara pengeluaran menyimpan seluruh bukti-bukti pengeluaran sebagai bukti pertanggung jawaban keuangan.

6) Bendahara pengeluaran mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan untuk penanganan proses perkara pidana, dalam pembukuan yang disediakan untuk itu.

17

(46)

7) Biaya Bantuan Hukum dalam perkara pidana dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan Anggaran yang tersedia pada DIPA dan ketentuan-ketentuannya.

8) Biaya Bantuan Hukum dalam perkara pidana pada tingkat pertama dibebankan kepada DIPA Pengadilan Negeri.

Dari data yang penulis dapatkan yang berkaitan dengan mekanisme penggunaan Anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam perkara pidana di Pengadilan Negeri Salatiga jelas bahwa seperti yang dijelaskan di dalam Sema No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Pasal 17 yang pada intinya seluruhnya di bebankan kepada DIPA . Dari DIPA tersebut kemudian di bebankan kepada APBN.

c. DIPA Pelayanan Bantuan Hukum Pengadilan Negeri Salatiga.

(47)

Dalam hal ini penulis hanya memfokuskan daftar presentasi rencana Anggaran untuk Pelayanan Bantuan Hukum . Adapun sasaran strategis, indikator kerja, target, program dan Anggaran yang berkaitan dengan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, selama Tahun Anggaran 2013 adalah sebagai berikut :

Table 6 : Perencanaan kerja DIPA yang berkaitan dengan

Pelayanan Bantuan Hukum. 18

INDIKATOR KINERJA

TARGET PROGRAM ANGGARAN

Penyediaan dana

Sumber : komponen LAKIP ( Laporan Ankuntabilitas Instansi Pemerintah ) Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013

Table 7 : Pengukuran Pelayanan Bantuan Hukum Pengadilan Negeri

Salatiga. Tahun Anggaran 2013.19

Sasaran

Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

Peningkatan

Dokumen . komponen LAKIP Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013. Hal 14.

19

(48)

hukum

Sumber : Komponen LAKIP ( Laporan Ankuntabilitas Instansi Pemerintah ) Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013

Tabel 8 : DIPA Anggaran Pengeluaran Dana Untuk Pelayanan

11.958.000 11.958.000 7.540.000 4.418.000 63,65

Sumber : Komponen LAKIP( Laporan Ankuntabilitas Instansi Pemerintah ) Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013

C.

ANALISIS

PELAKSANAAN

PEMBERIAN

BANTUAN

HUKUM SECARA CUMA

CUMA DI PENGADILAN

NEGERI SALATIGA.

1. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.

20

(49)

a. Jumlah Perkara Pidana Masuk Selama Tahun 2013, Terdakwa Yang Menggunakan Bantuan Hukum, Dan Terdakwa Yang Menolak Untuk Menerima Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Mengamati hasil penelitian yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga, selama tahun 2013 terdapat 163 perkara pidana masuk, dari 163 perkara pidana 57 Terdakwa diantaranya memenuhi syarat untuk memperoleh Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma, yang dimana telah diatur didalam beberapa perundang – undangan yang berkaitan dengan Bantuan Hukum. Adapun peraturan perundang – undangan yang mengatur mengenai kreteria Terdakwa yang berhak menerima Bantuan Hukum adalah sebagai berikut :

1. Undang – undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHP.

Pasal 54 “Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau Terdakwa berhak mendapatkan Bantuan Hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini”

Pasal 56 ayat (1) “Dalam hal tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan pada proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka.

(50)

memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 56 ayat (2) “Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 57 ayat (1) “ Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 57 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara Cuma – Cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap”

3. Undang – undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum. Pasal 1 ayat (2) “Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin”.

Pasal 5 ayat (1) “Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.

Meskipun beberapa Peraturan Perundang – undangan mengatur secara jelas mengenai implementasi dari Bantuan Hukum yang disediakan untuk para Terdakwa yang tidak mampu atau miskin, tidak semua Terdakwa Di Pengadilan Negeri Salatiga menggunakan haknya, dari 57 orang Terdakwa 21 orang menggunakan Bantuan Hukum, dan 36 Terdakwa menolak untuk menggunakan Bantuan Hukum.

1) Terdakwa Yang Menerima Pelayanan Bantuan Secara Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

(51)

menggunakan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, yaitu Terdakwa atas nama Alfian Wisnu Aranda dengan surat putusan Nomor 1/PID.SUS/2011/PN.SAL. Dimana terkait dengan data yang penulis dapatkan dengan melakukan wawancara, terdapat di Hasi Penelitian Halaman 51 2 a . bahwa, Dari keterangan orang tua Terdakwa, penulis menilai bahwa tindakan Hakim, yaitu menjelaskan mengenai Keberadaan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma kepada setiap terdakawa mengenai hak – haknya. Hal ini sesuai dengan peraturan perundang – undangan Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Yang di dalam penjelasannya adalah sebagai berikut :

Pasal 56 ayat (1) “setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 56 ayat (2) “Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 57 ayat (1) “ Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 57 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara Cuma – Cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap”

(52)

Bab IV, Pasal 14 ayat (1) huruf a,b, dan c. yang didalam penjelasannya adalah sebagai berikut :

Pasal 14 “ Untuk memperoleh Bantuan Hukum,

pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat - syarat:

a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum;

b. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan per

c. kara; dan

d. Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum”.

Selain didalam peraturan perundang – undangan nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, syarat dan tata cara yang dilakukan oleh terpidana untuk mendapatkan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, juga terlihat dari pelaksanaan SEMA No 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Pasal 11, huruf a, b dan, c. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

Pasal 11 “Pemohon Bantuan Hukum harus

membuktik bahwa ia tidak mampu dengan memperlihatkan:

a. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Lurah/ Kepala Desa setempat; atau

b. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin (KKM), Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT); atau

(53)

Sangat jelas terlihat bahwa syarat dan tata cara untuk mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma bagi Terdakwa harus menempuh beberapa prosedur sebagai mana telah di tegaskan dalam peraturan perundang – undangan terkait dengan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma .

Program Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma ini di berikan kepada masyarakat yang berhadapan dengan hukum untuk masyarakat golongan tidak mampu. Hal tersebut tidak hanya di pengadilan negeri salatiga saja, melainkan semua pengadilan Negeri wajib menyediakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yang dasarnya telah di atur didalam undang – undang. Yaitu Undang – undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Pasal 54, 56 ayat (2) dan Pasal 114, Undang – undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 18 ayat (4), Undang – undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Pasal 34 ayat (1), Undang – undang Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman Pasal 56 -57 , Undang – undang nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat, Pasal 22, Undang – undang nomor 16 tahun 2011, tentang Bantuan Hukum, SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum .

(54)

2) Terdakwa Yang menolak untuk menggunakan Pelayanan Bantuan Secara Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Dari hasil wawancara terhadap Narapidana yang pada saat persidangan mengunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dan Narapidana yang menolak untuk mengunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dapat di tarik kesimpulan bahwa masing – masing Narapidana telah mengetahui haknya sebagai Terdakwa yaitu menggunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma. mereka tahu keberadaan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dari Hakim yang menangani kasus mereka. Ketika penulis menanyakan dari mana Terdakwa mengetahui adanya Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma semua Narapidana mengetahui dari Hakim. Hakim menjelaskan bahwa setiap Terdakwa yang berhadapan dengan hukum dan tidak mampu untuk mempunyai pengacara sendiri berhak memperoleh Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma.

(55)

secara Cuma – Cuma adalah semua terpidana belum atau tidak yakin bahwa pengacara yang disediakan oleh pengadilan benar – benar geratis.

Pengadilan Negeri Salatiga sendiri menurut Penulis mengenai Pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku yang berkaitan dengan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. dari kutipan wawancara diatas Bahwa pengadilan Negeri Salatiga dalam melaksanakan pemberian Bantuan Hukum berpedoman beberapa perundang – undangan yaitu :

1) Undang – undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Pasal 54, 56 ayat (2) dan Pasal 114.

2) Undang – undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 18 ayat (4)

3) Undang – undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Pasal 34 ayat (1)

4) Undang – undang nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat, Pasal 22. 5) Undang – undang Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman

Pasal 37 – 40.

6) Undang – undang nomor 16 tahun 2011, tentang Bantuan Hukum. 7) SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan

Hukum

(56)

– Cuma. Diawal persidangan Hakim menjelaskan keberadaan Bantuan

Hukum .

Mengamati hasil penelitian terkait dengan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Bagi Terdakwa yang tidak mampu Di Pengadilan Negeri salatiga, dalam hal pelaksanaannya sudah ada, tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para Terdakwa yang memenuhi syarat untuk menggunakan Bantuan Hukum.

b. Kewajiban Pengadilan Negeri Salatiga dalam pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma .

1) Dasar Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga Dalam Hal Menjalankan Kewajiban Untuk Melaksanakan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .

Untuk melaksanakan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, harus memenuhi syarat dari berbagai peraturan perundang – undangan yang mencakup semua peraturan mengenai Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma, dasar pemberian Bantuan Hukum tersebut harus terlaksana dengan baik.

a) Terpenuhinya Kewajiban Pengadilan Negeri Salatiga Berdasarkan Undang – Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHP .

(57)

Pasal 56 ayat (1) “Dalam hal tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan pada proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka.

Pasal 56 ayat (2) “setiap penasehat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan bantuan dengan Cuma –Cuma”.

Dasar Hukum ini telah terlaksana secara sistemaatis, mengingat hasil dari penelitian Pengadilan Negeri Salatiga yang berkaitan dengan jumlah perkara pidana yang masuk selama Tahun 2013. Kemudian Pengadilan Negeri Salatiga memisahkan perkara pidana yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah di jelaskan di dalam undang – undang No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHP, terdapat 57 Terdakwa yang berhak mendapatkan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.

b) Terpenuhinya Kewajiban Pengadilan Negeri Salatiga berdasarkan Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman .

Pasal 56 ayat (1) “setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 56 ayat (2) “Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

(58)

Pasal 57 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara Cuma – Cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap”

Mengamati hasil penelitian dasar Hukum Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman sangat jelas terpenuhi Di Pengadilan Neheri Salatiga. Terkait dengan Pasal 56 ayat (1) Pengadilan Negeri Salatiga mempunyai program pokok yang diantaranya Peningkatan Pelayanan Bantuan Hukum dengan beban biaya di tanggung oleh Pengadilan Negeri Salatiga. hal ini bisa di lihat bagaimana alur alokasi dana yang tersedia guna menunjang terlaksananya Peningkatan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salaiga sebagaimana telah penulis sampaikan Di hasil penelitian terkait dengan DIPA Pelayanan Bantuan Hukum tahun Anggaran 2013.

Mengenai keberadaan Posbakum ( Pos Bantuan Hukum ) Di Pengadilan Negeri Salatiga sendiri memang tidak menyediakan tempat atau kantor secara khusus untuk Advokat , tetapi Bagi masyarakat yang tidak mampu dapat mengajukan surat permohonan berperkara secara prodeo (cuma-cuma) dengan mencantumkan alasan-alasannya kepada Ketua Pengadilan dengan melampirkan:

(59)

b. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin atau Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Kartu Program Keluarga Harapan (PKH) atau Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT).

c. Surat pernyataan tidak mampu yang dibuat dan ditandatangani pemohon Bantuan Hukum dan diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri.

c) Terpenuhinya Kewajiban Pengadilan Negeri Salatiga berdasarkan Undang – undang No. No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.

Pasal 5 ayat (1) “Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.

Untuk mengkatagorikan orang tidak mampu atau miskin, biasanya pihak pengadilan meminta kepada Terdakwa yang memohan mengunakan Bantuan Hukum untuk melampirkan SKTM ( surat keterangan tidak mampu ) dari pejabat desa atau lurah. Menuruut penulis Pengadilan Negeri salatiga memenuhi prosedur sebagaimana telah diamanatkan di dalam Undang – undang No. No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.Pasal 5 ayat (1).

(60)

Mekanisme yang dilakukan dalam menunjuk seorang Advokat untuk mendampingi tersangka Di Pengadilan Negeri Salatiga sesuai dengan Pasal 56 KUHAP.

a. Pada awal persidangan Hakim Ketua/Majelis Hakim memberitahu terdakwa tentang ancaman hukumannya yang hakim wajib menunjuk penasihat hukum.

b. Apabila terdakwa menyatakan belum mempunyai penasihat hukum sendiri dan berkeinginan untuk didampingi penasihat hukum, Hakim Ketua Majelis/hakim meminta terdakwa membuat surat permohonan dengan dilampirkan surat keterangan tidak mampu dari kepala Desa/Lurah setempat.

c. Berdasarkan surat permohonan tersebut, Ketua Majelis mengeluarkan surat penetapan tentang penunjukan penasihat hukum.

d. Surat penetapan tersebut dibacakan di persidangan dan salinannya disampaikan kepada penasihat hukum yang ditunjuk disertai perintah/pemberitahuan untuk hadir dalam persidangan berikutnya.

(61)

Setelah terdakwa memberikan surat kuasa khusus yang berisikan keterangan tidak mampu dari lurah atau kepala desa setempat, kemudian pemohon memberikan semua dokumen pendukung untuk penetapan dan penunjukan Advokat, kemudian penetapan ketua Pengadilan Negeri Salatiga memerintahkan kuasa penggunaan Anggaran untuk membayar dana Bantuan Hukum kepada Advokat, setelah itu proses pemeriksaan Di Pengadilan Negeri Salatiga, setelah peruses dirasa memenuhi syarat kemudian Advokat mendampingi terdakwa disetiap proses persidangan, setelah perkara diputus kemudian pencairan dana Anggaran Bantuan Hukum oleh Advokat.

3) Kewajiban Menyediakan Anggaran DIPA Untuk Pelayanan Bantuan Hukum.

Pengadilan menyediakan Anggaran untuk biaya perkara prodeo dengan memperhatikan Anggaran yang tersedia. Ketersediaan Anggaran tersebut diumumkan kepada masyarakat secara berkala melalui papan pengumuman Pengadilan atau media lain yang mudah diakses.

(62)

Anggaran khusus untuk Pelayanan Bantuan Hukum dapat dilihat dari daftar tabel 6, samai daftar tabel 8 .

2. Faktor Yang Mempengaruhi Terlaksananya Pelayanan Bantuan Hukum Di

Pengadilan Negeri Salatiga.

Menlihat dari hasil penelitian penulis Di Pengadilan Negeri Salatiga Keberhasilan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga, tidak terlepas dari berbagai faktor, menggingat Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga merupakan salah satu program pokok pengadilan negeri salatiga.

Adapun Faktor – faktor yang menunjang terselenggarannya Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga antara lain :

a. Faktor Prosedur.

Faktor prosedur melingkupi 21 :

1) Syarat terpenuhinya Prosedur, Tata Cara, Akses Bagi Terdakwa Untuk Memperoleh Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

2) Syarat Penggunaan Anggaran Penyelenggaraan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.

21

Lihat hasil penelitian terkait dengan Hasil wawancara Pengadilan Negeri Salatiga

(63)

3) Syarat ketersediaan DIPA Pelayanan Bantuan Hukum Pengadilan Negeri Salatiga.

b. Faktor Hakim Di Pengadilan Negeri Salatiga. c. Faktor Terdakwa Di Pengadilan Negeri Salatiga.

d. Faktor Pengacara yang di tunjuk oleh Pengadilan Negeri Salatiga.

Adapun penjelasan mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi terlaksananya Pelayanan Bantuan Hukum di Pengadilan Negeri Salatiga adalah sebagai berikut :

a. Faktor Prosedur .

Faktor prosedur disini berkaitan erat dengan tata cara dan akses bagi Terdakwa untuk memperoleh Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga. mengamati hasil penelitian penulis simpulkan bahwa, para Terdakwa untuk mendapatkan Pelayanan Bantuan Hukum di pengadilan negeri salatiga harus menempuh beberapa prosedur.

Adapun mekanisme prosedur bagi para Terdakwa untuk Memperoleh Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga adalah sebagai berikut :

1. Proses bagi Terdakwa untuk mendapatkan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.

(64)

b. Terdakwa yang memohon Bantuan Hukum menyerahkan Surat Keterangan Tidak Mampu dari lurah / kepala desa setempat atau kartu keluarga miskin ( KKM) atau Kartu jaminan kesehatan masyarakat ( jamkesmas atau kartu keluarga harapan ( KKH ) atau kartu bantuan langsung tunai (BLT) atau surat pernyataan tidak mampu.

c. Pemohonan Memberikan Semua Dokumen Pendukung Untuk Penetapan Dan Penunjukan Advokat

d. Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Memerintahkan Kuasa Pengguna Anggaran Untuk Membayar Dana Bantuan Kepada Advokat.

2. Proses Pemeriksaan Di Pengadilan Negeri. 3. Perkara diputus.

4. Pencairan Anggaran Bantuan Hukum kepada Advokat.

Komponen Yang Dibayarkan Dengan Anggaran Dana Bantuan Hukum. 1) Advokat Rp 600.000.

2) Saksi yang meringankan Rp. 200.000. 3) Saksi ahli Rp 100.000.

4) Penerjemah Rp 100.000.

(65)

1) Anggaran Penyelenggaraan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Adapun mekanisme penggunaan Anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam perkara pidana Dipengadilan negeri salatiga mengacu kepada Pasal 17 Sema No 10 Tahun 2010 yang isinya adalah sebagai berikut22 :

1) Ketua Pengadilan Negeri membuat Surat Penetapan Pembebasan Biaya Perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

2) Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat Surat Keputusan pembebanan biaya perkara ke APBN.

3) Berdasarkan Surat Keputusan Panitera/Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bendahara pengeluaran membayar biaya saksi Ad de charge, ahli dan penerjemah yang diminta Terdakwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Pengeluaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan berdasarkan biaya yang tersedia dalam DIPA.

5) Bendahara pengeluaran menyimpan seluruh bukti-bukti pengeluaran sebagai bukti pertanggung jawaban keuangan.

6) Bendahara pengeluaran mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan untuk penanganan proses perkara pidana, dalam pembukuan yang disediakan untuk itu.

22

(66)

7) Biaya Bantuan Hukum dalam perkara pidana dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan Anggaran yang tersedia pada DIPA dan ketentuan-ketentuannya.

8) Biaya Bantuan Hukum dalam perkara pidana pada tingkat pertama dibebankan kepada DIPA Pengadilan Negeri.

Dari data yang penulis dapatkan yang berkaitan dengan mekanisme penggunaan Anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam perkara pidana di Pengadilan Negeri Salatiga jelas bahwa seperti yang dijelaskan di dalam Sema No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Pasal 17 yang pada intinya seluruhnya di bebankan kepada DIPA . Dari DIPA tersebut kemudian di bebankan kepada APBN.

2) DIPA Pelayanan Bantuan Hukum Pengadilan Negeri Salatiga.

Dari analisis mengenai dana Anggaran DIPA tahun 2013 untuk Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga yang penulis gambarkan melalui daftar tabel Perencanaan kerja DIPA yang berkaitan dengan Pelayanan Bantuan Hukum, Pengukuran Pelayanan Bantuan Hukum Pengadilan Negeri Salatiga Tahun Anggaran 2013, DIPA, Anggaran Pengeluaran Dana Untuk Pelayanan Bantuan Hukum . penulis jelaskan sebagai berikut :

(67)

Dari daftar tabel Perencanaan kerja DIPA dijelaskan bahwa penyediaan dana Bantuan Hukum bagi masyarakat miskin adalah sebesar Rp. 11.958.000.

Pengukuran tingkat pencapaian kinerja Pengadilan Negeri Salatiga khususnya di bidang Pelayanan Bantuan Hukum dilakukan dengan membandingkan antara target dan realisasi masing-masing sasaran dan indikator kinerja. Secara umum terdapat beberapa keberhasilan pencapaian sasaran berikut indikator kinerjanya, Namun dalam hal Pelayanan Bantuan Hukum juga terdapat beberapa sasaran yang tidak tercapai pada tahun 2013 ini.

b. Analisis Table 7 : Pengukuran Pelayanan Bantuan Hukum Pengadilan Negeri Salatiga. Tahun Anggaran 2013.

Gambar

Table 2 : Perkara Prodeo Tahun Anggaran 2013 Di pengadilan         Negeri Salatiga9
Tabel 5  : Hasil Wawancara Terkait Dengan Alasan Para Terdakwa                     Menolak Bantuan Hukum Secara Cuma  Cuma
Table 6 : Perencanaan kerja DIPA yang berkaitan dengan
Tabel 8 : DIPA Anggaran Pengeluaran Dana Untuk Pelayanan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan intruksi presiden nomor 17 tahun 2011 dimana presiden menginstruksikan aksi percepatan pemberantasan korupsi dan juga sesuai dengan undang undang nomor 54 tahun

Pasal 1 angka 6 UU Kehutanan menyatakan bahwa hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.. Pengaturan hutan adat ini menimbulkan banyak dampak

Selanjutnya dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat diketahui nilai akhir masing-masing kecamatan dan berdasarkan total rangking dapat dibuat urutan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu dan waktu hidrolisis pati sagu serta konsentrasi katalis terhadap produk maltodektrin yang dihasilkan dari tepung

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PSEUDOMONAS SP PADA TELUR BURUNG PUYUH (COTURNIX-COTURNIX JAPONICA) YANG GAGAL MENETAS DI DESA GAROT KECAMATAN DARUL IMARAH ACEH

Jika telah yakin bahwa gejala yang dipilih adalah benar gejala yang dirasakan oleh sapi tersebut, maka pengunjung dapat menekan tombol proses diagnosa yang terdapat

[r]

Dalam perencanaan pipa bawah laut maka perlu diketahui berbagai aspek teknis yang berkaitan dengan pipa bawah laut yakni : tipe pipa bawah laut, metode instalasi