• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU

(RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL

JUANDA SURABAYA

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S1)

Disusun Oleh :

ALAND ARI YUDHA

0753011025

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

ABSTRAK

STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY)

PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

Oleh :

ALAND ARI YUDHA NPM : 0753010025

Pergerakan pesawat pada Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya mengalami peningkatan 5 hingga 10 persen tiap tahunnya, dari 98.865 kali pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 111.960 kali pada tahun 2011. Melihat kondisi ini, sistem runway dan taxiway eksisting berperan penting dalam mendukung kelancaran kegiatan operasional bandara.

Perhitungan pergerakan pesawat terbang pada kondisi eksisting, runway dapat menampung pergerakan eksisting sebesar 32 pergerakan pesawat terbang (16 take off & 16 landing) dengan kapasitas maksimum sebesar 35 pergerakan pesawat terbang (18 take off & 17 landing). Sedangkan pada kondisi 5 tahun mendatang, runway dapat menampung pergerakan rencana sebesar 40 pergerakan pesawat terbang (20 take off & 20 landing) dengan kapasitas maksimum sebesar 42 pergerakan pesawat terbang (21 take off & 21 landing)..

Perhitungan panjang runway dengan menggunakan pesawat terbang rencana Airbus 380-800, ternyata dimensi runway eksisting tidak bisa melayani pesawat terbang rencana. Karena dimensi runway yang dibutuhkan untuk pesawat terbang rencana sebesar Panjang : 3.213 m dan Lebar :60 m, sedangkan pada kondisi eksisting sebesar Panjang : 3.000 m dan Lebar : 45 m. Sehingga perlunya perubahan dimensi runway eksisting atau perencanaan runway baru. Supaya pesawat terbang rencana Airbus 380-800 bisa terbang pada runway tersebut.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan

Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan

judul “STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA

BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA”.

Maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi

persyaratan kelulusan program Studi Strata I pada Program Studi Teknik Sipil di

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Selain itu penulis juga

dapat mencoba menerapkan dan membandingkan pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lingkungan kerja.

Penulis merasa bahwa dalam menyusun laporan ini masih menemui beberapa

kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir

ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya,

maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua

pihak.

Menyadari penyusunan Tugas Akhir tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada :

1. Papa, Mama dan Saudara yang tercinta atas curahan kasih sayang, doa dan

dorongan baik moril maupun materil.

2. Ibu Ir. Naniek Ratnijar., M.Kes. selaku Dekan Teknik Sipil dan Perencanaan

UPN ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ibnu Sholichin, ST., MT. selaku Ketua Progdi Teknik Sipil dan sebagai

(4)

membimbing, memeriksa, serta memberikan petunjuk-petunjuk dalam

penyusunan laporan.

4. Bapak Nugroho Utomo, ST. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

bersedia untuk meluangkan waktu untuk membimbing, memeriksa, serta

memberikan petunjuk-petunjuk dalam penyusunan laporan.

5. Ibu Ir. Wahyu Kartini, MT. selaku dosen wali yang banyak membimbing

selama kuliah di program studi teknik sipil dari awal sampai lulus.

6. Ibu Masliyah, ST., MT., Bapak Ir. Hendrata Wibisina, MT. dan Ir. Hendro

Kutarto, MT, selaku dosen penguji Tugas Akhir.

7. Pimpinan dan seluruh staf PT. Angkasa Pura I Juanda Surabaya yang telah

memberikan data primer dan sekunder selama penyusunan Tugas Akhir.

8. Seluruh rekan-rekan BEM dan HIMA Teknik (Lingkungan, Arsitek, Sipil dan

DKV) FTSP UPN “veteran” Jawa Timur.

9. Seluruh teman-teman di FTSP UPN “Veteran” Jawa Timur, khususnya

Program Studi Teknik Sipil angkatan 2007, ECOTON (Lembaga Kajian

Ekologi dan Koservasi Lahan Basah), PWL (Padepokan Wonosalam Lestari),

FKMTSI (Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil Indonesia) dan

Pondok Kreatif 25.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan

membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulis

dalam penyusunan laporan ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 22 Mei 2012

(5)

DAFTAR ISI

2.1. Karakteristik Pesawat Dalam Perencanaan Bandar Udara………….….

2.1.1. Pendahuluan……….

2.1.2. Type Mesin Pesawat Terbang………..

2.1.3. Macam - macam Berat Pesawat………...

2.1.4. Payload dan Range (jarak tempuh)………..………...

2.1.5. Berat Statik pada Main Gear dan Nose Gear…………...…….

2.2. Perencanaan Runway………..………...……..

2.2.1. Pendahuluan……….………....

2.2.2. Konfigurasi Runway………

(6)

2.2.4. Parameter yang Mempengaruhi Panjang Landasan

bagi Pesawat Terbang………...……….

2.3. Kapasitas dan Delay………...

2.3.1. Perumusan Delay……….………

2.3.2. Perumusan Kapasitas Metode FAA………

2.3.3 Faktor yang Memepengaruhi Kapasitas……….

2.4. Clearance Time………...……

2.5. Metode Perhitungan Jam Puncak……….………

2.6. Metode Peramalan Lalu Lintas Udara……….………

2.6.1. Peramalan Dengan kecenderungan……….………

2.6.2. Pemodelan Ekonometrik……….………

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

4.1. Perencanaan Runway………..

4.2. Konfigurasi dan Kapasitas Runway………..……...

4.3. Perhitungan Panjang Runway………

4.4. Peramalan Jumlah Pergerakan Pesawat Terbang di Runway…………..

4.5. Peramalan Jumlah Pergerakan Pesawat Terbang di Runway

(7)

4.6. Ringkasan Hasil Peramalan Pertumbuhan Jumlah Pergerakan

Pesawat Terbang di Runway………...

4.7. Delay Kondisi Existing………...

4.8. Peramalan Delay 5 Tahun Mendatang……….………

4.9. Runway Occupancy Time………..……..

4.9.1. Kondisi Eksisting………

4.9.2. Kondisi 5 Tahun Mendatang………...…...

4.9.3 Ringkasan Perhitungan Runway Occupancy Time…….………

4.10. Ringkasan Kapasitas Runway……….

BAB V KESIMPULAN & SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA………

LAMPIRAN

75

76

83

88

88

91

94

95

99

101

(8)

DAFTAR TABEL

Table 2.1. Klasifikasi Bandar Udara, Desain Grup Pesawat dan Jenis

Pesawat Sumber……….………..

Tabel 2.2. Aerodrom Reference Code………...

Tabel 2.3. Presentase take off weight………...……….

Tabel 2.4. Tipikal konfigurasi roda pesawat dan tekanan angin………...

Tabel 2.5. Tipikal konfigurasi Panjang Runway………...………

Tabel 2.6. Langkah Penghitungan Kapasitas Sisi Udara………..

Tabel 2.7. Klasifikasi Pesawat Terbang………

Tabel 4.1. Spesifikasi Pesawat Terbang Rencana Airbus 380-800……….………..

Tabel 4.2. Data Angin di Bandar Udara Juanda Internasional Surabaya…….…….

Tabel 4.3. Persentase Analisa Kecepatan Angin………..

Tabel 4.4. Persentase Sudut Azimut……….………....

Tabel 4.5. Klasifikasi Pesawat Terbang Rencana……….………

Tabel 4.6. Airplane Design Group………..………..

Tabel 4.7. Total Pergerakan Pesawat Terbang di Runway (2007-2011)……...……

Tabel 4.8. Persamaan Regresi Peramalan Jumlah Pergerakan Total Pesawat

Terbang di Runway Sampai Dengan Tahun 2016……...………....

Tabel 4.9. Hasil Peramalan Jumlah Pergerakan Total Pesawat Terbang

di Runway Sampai 2016………..

Tabel 4.10. Rasio Pergerakan Bulanan Pesawat Terbang Terhadap Total

(9)

Tabel 4.11. Rasio Pergerakan Harian Pesawat Terbang Terhadap Total

1 Tahun ………...

Tabel 4.12. Rasio Pergerakan Perjam Pesawat Terbang Terhadap Total

Harian ………..

Tabel 4.13. Peramalan Jumlah Pergerakan Pesawat Terbang

di Runway Pada Bulan Puncak ………

Tabel 4.14. Peramalan Jumlah Pergerakan Harian Pesawat Terbang di Runway...

Tabel 4.15. Peramalan Jumlah Pergerakan Peak Hour Pesawat Terbang

di Runway………

Tabel 4.16. Pergerakan Pesawat Terbang di Runway Pada 5 Tahun Mendatang…...

Tabel 4.17. Kategori Pesawat Terbang Berdasarkan Kecepatan Menurut FAA……

Tabel 4.18. Kecepatan Pendaratan dan Touchdown Pesawat Terbang (km/jam)…...

Tabel 4.19. Kecepatan Keluar Exit Taxiway (mph) dan Perlambatan (ft/sc2)………

Tabel 4.20. Kategori Kecepatan dan Perlambatan Pesawat Terbang ………

Tabel 4.21. Persentase Pergerakan Pesawat Terbang di Runway Pada Peak Hour…

Tabel 4.22. Hasil Perhitungan Clearance Time………..

Tabel 4.23. Presentase Pergerakan Pesawat Terbang Tahun 2016………

Tabel 4.24. Hasil Perhitungan Clearance Time………

Tabel 4.25. Klasifikasi Pesawat Terbang………

Tabel 4.26. Kapasitas dan Rencana Kebutuhan Pesawat Terbang………

Tabel 4.27. Klasifikasi Pesawat Terbang………

Tabel 4.28. Kapasitas dan Rencana Kebutuhan Pesawat Terbang………

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Lokasi……….….

Gambar 1.2. Detail Layout Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya…..………

Gambar 2.1. Tipikal konfigurasi Runway………..……..

Gambar 2.2. Tipikal Arah Angin………..……….………...

Gambar 3.1. Bagan Alir Perencanaan..………...………..

Gambar 4.1. Wind Rose di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya…………...

Gambar 4.2. Grafik Jumlah Total Pergerakan Pesawat Terbang Tahun 2007-2011…

Gambar 4.3. Diagram Alir Peramalan Analisa Regresi Linear………...

Gambar 4.4. Grafik Kedatangan Pesawat Terbang Domestik Pada Tahun

2007-2011………

Gambar 4.5. Grafik Keberangkatan Pesawat Terbang Domestik Pada Tahun

2007-2011………...……….

Gambar 4.6. Grafik Kedatangan Pesawat Terbang Internasional Pada Tahun

2007-2011………...….

Gambar 4.7. Grafik Keberangkatan Pesawat Terbang Internasional Pada

Tahun 2007-2011……….

Gambar 4.8. Grafik Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat Terbang

Domestik Pada Tahun 2007-2011………...

Gambar 4.9. Grafik Total Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat

Terbang Internasional Pada Tahun 2007-2011………

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya adalah bandar udara terbesar

kedua setelah Soekarno-Hatta Jakarta yang memiliki nilai strategis dalam upaya

pengembangan moda transportasi udara di Indonesia, terutama daerah – daerah di

kawasan Indonesia Timur.

Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya dengan luas 477,3 Ha berfungsi

sebagai hub atau pusat penyebaran penumpang maupun kargo yang menghubungkan

kawasan Indonesia bagian barat, tengah dan timur. Sehingga pertumbuhan

penumpang maupun kargo tiap tahunnya mengalami peningkatan.

Data dari PT. ANGKASA PURA I (Persero). Pada tahun 2010, penumpang

yang dilayani sudah melampaui angka 12 juta orang. Begitu juga dari sisi pergerakan

pesawat terbang, mengalami peningkatan 5 hingga 10 persen tiap tahunnya, dari

94.066 kali pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 102.187 kali pada

tahun 2010. Pergerakan pesawat terbang yaitu total pesawat terbang yang mendarat

dan yang lepas landas di runway.

Pertumbuhan volume lalu lintas udara yang cukup tinggi menyebabkan

sistem runway berperan penting dalam mendukung kelancaran kegiatan operasional

bandara. Sistem runway yang tepat akan dapat mengatasi peningkatan volume lalu

(12)

Penelitian ini akan menganalisa kondisi pergerakan pesawat terbang dan

dimensi runway. Analisa tersebut berdasarkan pengaruh jumlah existing taxiway

dalam pergerakan waktu delay dan prediksi pergerakan peningkatan volume lalu

lintas untuk 5 tahun mendatang dan analisa dimensi runway terhadap pesawat

terbang rencana Airbus 380-800.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada tugas akhir ini adalah :

1. Bagaimana kondisi landasan pacu (runway) Bandar Udara Internasional Juanda

Surabaya untuk saat ini dan 5 tahun mendatang ?

2. Bagaimana kondisi dimensi landasan pacu (runway) Bandar Udara Internasional

Juanda Surabaya untuk menampung pesawat terbang rencana Airbus 380-800 ?

3. Bagaimana solusi yang tepat pada landasan pacu (runway) Bandar Udara

Internasional Juanda Surabaya, jika tidak memenuhi syarat pada 5 tahun

mendatang ?

4. Bagaimana konfigurasi landasan pacu (runway) Bandar Udara Internasional

Juanda Surabaya, jika tidak bisa menampung pesawat terbang rencana Airbus

380-800 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kondisi landasan pacu (runway) Bandar Udara Internasional Juanda

(13)

2. Mengetahui kondisi dimensi landasan pacu (runway) Bandar Udara Internasional

Juanda Surabaya terhadap pesawat terbang rencana.

3. Mengetahui solusi yang tepat pada landasan pacu (runway) Bandar Udara

Internasional Juanda Surabaya, jika tidak memenuhi syarat pada 5 tahun

mendatang.

4. Mengetahui konfigurasi landasan pacu (runway) Bandar Udara Internasional

Juanda Surabaya, jika tidak bisa menampung pesawat terbang rencana Airbus

380-800.

1.4. Batasan Masalah

Dalam penyajian tugas akhir ini dilakukan pembatasan masalah sebagai

berikut :

1. Studi ini hanya membahas optimasi kapasitas landasan pacu (runway) Bandar

Udara Internasional Juanda Surabaya.

2. Studi ini menggunakan pesawat terbang rencana Airbus 380-800.

3. Menggunakan existing taxiway.

4. Tidak membahas taxiway, apron, gedung terminal dan ATC.

5. Tidak membahas tentang saluran drainase, pemarkaan dan perlampuan.

6. Pada perencanaan bandar udara ini tidak membahas tentang kekuatan struktur

(konstruksi) dari gedung terminal, hanggar dan bangunan pendukung bandar

udara, serta perkerasan dari landasan pacu (runway), apron, taxiway, dan rapid

taxiway.

7. Tidak membahas masalah ekonomi dan besarnya rencana anggaran biaya (RAB)

(14)

Lokasi Studi

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat tugas akhir ini adalah :

1. Mahasiswa mampu menganalisa kapasitas landasan pacu (runway) pada Bandar

Udara Internasional Juanda Surabaya.

2. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa yang lain maupun

penulis.

3. Merekomendasikan alternatif yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan

landasan pacu (runway) pada Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya.

1.6. Peta Lokasi

Studi ini dilakukan di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Secara

administratif berada di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

Gambar 1.1. Peta Lokasi

(15)
(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Pesawat Terbang Dalam Perencanaan Bandar Udara

2.1.1. Pendahuluan

Menurut Horonjeff (1994) berat pesawat terbang penting untuk menentukan tebal perkerasan runway, taxiway dan apron, panjang runway saat lepas landas dan pendaratan pada suatu bandara. Bentang sayap dan panjang badan pesawat terbang

mempengaruhi ukuran apron parkir, yang akan mempengaruhi susunan gedung-gedung terminal. Ukuran pesawat terbang juga menentukan lebar runway, taxiway

dan jarak antara keduanya, serta mempengaruhi jari-jari putar yang dibutuhkan pada

kurva- kurva perkerasan.

Kapasitas penumpang mempunyai pengaruh penting dalam menentukan

fasilitas-fasilitas di dalam dan yang berdekatan dengan gedung-gedung terminal.

Panjang runway mempengaruhi sebagian besar daerah yang dibutuhkan di suatu bandara. Panjang landas pacu yang terdapat pada Tabel 2.1. dan Tabel 2.2. adalah

pendekatan panjang landasan pacu minimum yang dipakai setelah beberapa kali tes

yang dilakukan oleh pabrik pembuat pesawat terbang yang bersangkutan.

Perlu dijelaskan bahwa tabel-tabel ini diberikan untuk mengenal bahwa

beberapa besaran seperti ”Operating Weight Empty” kapasitas penumpang dan landasan adalah sebagai ancar-ancar, mengingat bahwa besaran tadi bisa dihitung

(17)

Tabel 2.1. Klasifikasi Bandar Udara, Desain Grup Pesawat dan Jenis Pesawat

AEROPLANE TYPE CODE REF AEROPLANE CHARACTERISTICS

(18)
(19)

AEROPLANE TYPE CODE REF AEROPLANE CHARACTERISTICS

ARFL Wingspan OMGWS Length MTOW TP

(m) (m) (m) (m) (kg) (kPa)

McDonnell Douglas :

DC8-63 4D 3179 45.2 7.6 57.1 158757 1365

DC10-30 4D 3170 50.4 12.6 55.4 251744 1276

Lockheed :

L1011-100/200 4D 2469 47.3 12.8 54.2 211378 1207

McDonnell Douglas :

MD11 4D 2207 51.7 12.0 61.2 273289 1400

Tupolev TU154 4D 2160 37.6 12.4 48.0 90300

Airbus :

A 330-200 4E 2713 60.3 12.0 59.0 230000 1400

A 330-300 4E 2560 60.3 12.0 63.6 230000 1400

A 340-300 4E 2200 60.3 12.0 63.7 253500 1400

Boieng :

B747-SP 4E 2710 59.6 12.4 56.3 318420 1413

B747-300 4E 3292 59.6 12.4 70.4 377800 1323

B747-400 4E 3383 64.9 12.4 70.4 394625 1410

B777-200 4E 2500 60.9 12.8 63.73 287800 1400

Sumber : Manual of Standards Part 139—Aerodromes Chapter 2: Application of Standards to

(20)

Tabel 2.2. Aerodrom Reference Code

Aerodrome Refecence Code

Code Element 1 Code Element 2

Code Aeroplane Reference Code Wing span Outer main gear

Aerodromes, Civil Aviation Safety Authority, Australian Government

2.1.2. Tipe Mesin Pesawat Terbang

Untuk mengetahui klasifikasi pesawat terbang perlu diketahui tentang tipe

mesin pesawat terbang :

1. Piston Engine Aircraft (P)

Pesawat terbang digerakan oleh perputaran baling–baling dengan tenaga

mesin piston. Sebagian pesawat terbang kecil digerakan oleh mesin piston. 2. Turbo Propeller (TP)

Pesawat terbang digerakan oleh baling–baling dengan tenaga mesin.

3. Turbo Jet (TJ)

(21)

4. Turbo Fan (TF)

Pesawat terbang digerakan oleh daya dorong dari tenaga semburan Turbo Jet

yang ditambahkan kipas (fan), ditempatkan di depan dari turbin induk. Sehingga didapatkan tenaga penggerak lebih besar.

2.1.3. Macam - macam Berat Pesawat Terbang

Beban pesawat terbang diperlukan untuk menentukan tebal lapis keras

landing movement yang dibutuhkan. Beberapa jenis beban pesawat terbang yang berhubungan dengan pengoperasian pesawat terbang antara lain :

1. Berat kosong operasi (Operating Weight Empty = OWE)

Adalah beban utama pesawat terbang, termasuk awak pesawat dan

konfigurasi roda pesawat terbang tetapi tidak termasuk muatan (payload) dan bahan bakar.

2. Muatan (Payload)

Adalah beban pesawat terbang yang diperbolehkan untuk diangkut oleh

pesawat terbang sesuai dengan persyaratan angkut pesawat terbang. Biasanya

beban muatan menghasilkan pendapatan (beban yang dikenai biaya). Secara

teoritis beban maksimum ini merupakan perbedaan antara berat bahan bakar

kosong dan berat operasi kosong.

3. Berat bahan bakar kosong (Zero Fuel Weight = ZFW)

Adalah beban maksimum yang terdiri dari berat operasi kosong, beban

penumpang dan barang. Sehingga ketika pesawat terbang sedang terbang,

(22)

4. Berat Ramp maksimum (Maximum Ramp Weight = MRW)

Adalah beban maksimum untuk melakukan gerakan, atau berjalan dari parkir

pesawat ke pangkal landas pacu. Selama melakukan gerakan ini, maka akan

terjadi pembakaran bahan bakar sehingga pesawat akan kehilangan berat.

5. Berat maksimum lepas landas (Maximum Take Off Weight = MTOW)

Adalah beban maksimum pada awal lepas landas sesuai dengan bobot

pesawat terbang dan persyaratan kelayakan penerbangan. Beban ini meliputi

berat operasi kosong, bahan bakar dan cadangan (tidak termasuk bahan bakar

yang digunakan untuk melakukan gerakan awal) dan muatan (payload). 6. Rumus menghitung panjang runway

Adalah beban maksimum pada saat roda pesawat terbang menyentuh lapis

keras (mendarat) sesuai dengan bobot pesawat dan persyaratan kelayakan

penerbangan.

Main gear (roda pendarat utama) direncanakan untuk menyerap gaya yang lebih besar, jadi harus dengan gear yang lebih kuat. Untuk pesawat terbang

transport, main gear direncanakan untuk menahan berat yang lebih kecil dari

maximum structural take off weight. Untuk pesawat terbang dengan jarak tempuh tidak terlalu jauh misalnya DC-9, main gear direncanakan dengan kekuatan menahan hampir maximum structural take off weight karena keperluaan bahan bakar tidak terlalu banyak.

 Pada saat mendarat pesawat terbang tidak boleh melebihi maximum structural landing weight.

(23)

Tabel 2.3. merupakan perhitungan distribusi yang mendekati kebenaran dari

komponen bobot pesawat terbang. Dapat diperhatikan tentang perbandingan

jarak jelajah terbang dengan berat bahan bakar perjalanan, semakin jauh jarak

jelajah terbang maka berat bahan bakar perjalanan ketika lepas landas juga

semakin besar. Namun bobot muatan (payload) menurun. Tabel 2.3. Persentase Take Off Weight

Penerbangan Operating Empty Payload Tripload Reverse Fuel Weight

Short Range 66 24 6 4

Medium Range 59 16 21 4

Long Range 44 16 42 5

(Sumber: Tabel 1.2 hal 5. Heru Basuki, 1986)

2.1.4. Payload dan Range (jarak tempuh)

Pertanyaaan yang sering muncul, berapa jauh pesawat terbang bisa terbang,

jarak yang bisa ditempuh disebut range (jarak tempuh). Banyak faktor yang mempengaruhi jarak tempuh pesawat terbang, yang paling penting adalah payload. Pada dasar payload bertambah, jarak tempuhnya berkurang atau sebaliknya payload

berkurang, jarak tempuh bertambah.

2.1.5. Berat Statik pada Main Gear dan Nose Gear

Selain berat pesawat terbang, konfigurasi roda pendaratan utama sangat

berpengaruh terhadap perancangan tebal lapis keras. Pada umumnya konfigurasi roda

pendaratan utama dirancang untuk menyerap gaya-gaya yang ditimbulkan selama

melakukan pendaratan (semakin besar gaya yang ditimbulkan semakin kuat roda

yang digunakan), dan untuk menahan beban yang lebih kecil dari beban pesawat

(24)

Distribusi beban untuk perkerasan runway dan apron sangat penting diketahui untuk menentukan tebal perkerasan. Untuk merencanakan kekuatan

landasan, dianggap bahwa 5% beban diberikan kepada nose gear sedangkan yang 95% dibebankan kepada main gear. Bila ada dua main gear, masing – masing gear

menahan 47,5 % beban pesawat. Pada main gear yang mempunyai lebih dari dua

main gear seperti B 747 dibuat sumbu tengah antara dua gear.

Tabel 2.4. Tipikal Konfigurasi Roda Pesawat Terbang dan Tekanan Angin

(25)

2.2. Perencanaan Runway 2.2.1. Pendahuluan

Runway adalah bagian dari bandar udara yang diperlukan untuk tinggal landas (take off) dan pendaratan (landing).

2.2.2. Konfigurasi Runway

Banyak macam konfigurasi landasan pacu, sebagian konfigurasi adalah

kombinasi dari konfigurasi besar.

Konfigurasi dasar adalah :

1. Single Runway 2. Paralel Runway 3. Intersecting Runway 4. Open V Runway 1. Single Runway

Konfigurasi ini merupakan konfigurasi yang paling sederhana seperti terlihat

pada gambar. Kapasitas landasan pacu untuk kondisi VFR kapasitasnya

adalah antara 45 – 100 operations/hours (gerakan /jam). Sedangkan untuk kondisi IFR kapasitasnya berkurang menjadi 50 -70 operasi tergantung dari

komposisi mix pesawat dan perlengkapan penerbangan yang tersedia.

2. Paralel Runway (Landasan Pacu Dua Arah)

Kapasitas runway tergantung dari jumlah dan jarak antara runway.

 Untuk close paralel :

Kondisi VFR kapsitasnya per jam : 90 – 198

(26)

 Untuk intermediate per jam :

Kondisi VFR kapsitasnya per jam : 90 – 198

Kondisi IFR kapasitasnya per jam : 74 – 79

 Untuk far paralel :

Kondisi VFR kapsitasnya per jam : 90 – 198

Kondisi IFR kapasitasnya per jam : 84 – 106

3. Intersecting Runway (Landasan Pacu Berpotongan)

Banyak Bandar udara mempunyai dua atau lebih landasan pacu yang arahnya

berbeda dan saling berpotongan. Landasan pacu ini diperlukan bila terdapat

angin yang relatif kuat, bertiup lebih dari satu arah. Kapasitas landasan pacu

yang berpotongan sangat tergantung pada letak perpotongannya (ditengah

atau diujung) dan pada cara pengoperasian landasan pacu, yang disebut

strategi (lepas landas atau mendarat).

4. Open V Runway (Landasan Pacu V-terbuka)

Landasan pacu yang arahnya memencar (divergen) tetapi tidak berpotongan disebut landasan pacu V-terbuka. Seperti landasan pacu berpotongan,

landasan pacu V-terbuka akan berubah menjadi landasan pacu tunggal

apabila angin bertiup dari satu arah. Apabila hembusan angin lemah, kedua

landasan pacu dapat digunakan.

Perbandingan konfigurasi landasan pacu dipandang dari segi kapasitas dan

pengendalian lalu lintas udara, konfigurasi landasan pacu satu arah (single runway) adalah yang terbaik. Konfigurasi ini akan menghasilkan kapasitas yang tertinggi

(27)

Gambar 2.1. Tipikal Konfigurasi Runway

2.2.3. Perhitungan Panjang Runway

Ada tiga metode yang menjadi dasar perhitungan panjang runway :

1. Tuntunan terhadap pembuatan dan operator pesawat terbang mengenai

prestasi atau Performance.

2. Hal – hal yang menentukan berat tiap – tiap jenis pesawat terbang pada waktu

take off dan landing.

(28)

Tabel 2.5. Tipikal Konfigurasi Panjang Runway

(Sumber: Tabel 1.2 hal 5. Heru Basuki, 1986)

2.2.3.1 Persyaratan prestasi (performance) yang ditentukan oleh industri pesawat terbang.

Ada tiga kasus yang dipertimbangkan dalam menetapkan panjang runway

untuk pengoperasian yang aman : 215 - 761 m

Runway use configuration Hourly capacityops/h

(29)

1. Kasus pendaratan (Landing Case)

Disediakannya landasan yang cukup panjang sehingga suatu pesawat terbang

dalam situasi normal dapat mendarat dengan aman atau adanya overshoots

dan poor approaches dapat dihindari dengan baik. Sehingga pesawat terbang dapat berhenti 60% dari seluruh panjang landasan, dimana ketinggian

pesawat pada ujung runway sebesar 50 ft (15,24 m). 2. Kasus lepas landas normal

Pada keadaan ini harus ada runway yang panjang sehingga pesawat terbang yang akan lepas landas dengan segala variasi dapat berjalan aman.

3. Kasus lepas landas dengan kegagalan mesin

Pada keadaan ini harus ada runway yang panjang sehingga pesawat terbang dapat melanjutkan tinggal landas walaupun pesawat terbang kekurangan

tenaga atau dibutuhkan runway yang panjang sehingga pesawat terbang yang mengalami kerusakan mesin dapat berhenti dengan melakuakan pengereman.

Untuk menghitung panjang runway dapat digunakan perumusan sebagai berikut : a. Keadaan pendaratan

FL = FS = LD

LD =

b. Keadaan lepas landas normal

FL = FS + CL

CL = 0.5[TOD – 1.15(LOD)]

TOD = 1.15(D35)

FS = TOR

(30)

c. Keadaan lepas landas dengan kegagalan mesin

 Ditunda/dibatalkan

FL = FS + SW

FL = ASD

 Tetap lepas landas

FL = FS + CL

CL = 0.50(TOD - LOD)

TOD = D35

FS = TOR

TOR = TOD – CL

Keterangan:

FL : Panjang lapangan (Field Length), m

FS : Panjang perkerasan kekuatan penuh (Full Strength), m CW : Daerah bebas (Clearway), m

TOD : Jarak lepas landas (Take Off Distance), m LOD : Jarak pengangkatan (Lift Off Distance), m D35 : Jarak pada ketinggian 35 ft, m

TOR : Jarak pacuan lepas landas (Take Off Run), m

ASD : Jarak percepatan berhenti (Accelerate Stop Distance), m LD : Jarak pendaratan (Landing Distance), m

(31)

2.2.4. Parameter yang Mempengaruhi Panjang Landasan Bagi Pesawat

Terbang

1. Elevasi Lapangan Terbang

Panjang landasan pacu yang didapat adalah tinggi di atas muka air laut.

2. Temperatur

Standard temperatur adalah suhu rata-rata harian dari bulan-bulan yang terpanas di lokasi lapangan terbang. Data bisa didapat pada Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

3. Take Off Weight

Zero fuel weight ditambah payload ditambah BBM yang dibutuhkan untuk terbang ke lapangan terbang tujuan, ditambah BBM cadangan

untuk terbang 1,5 jam.

Maximum landing weight ditambah payload tambah BBM untuk terbang ke lapangan terbang tujuan.

4. Distance

Jarak yang dapat ditempuh pesawat terbang dari satu tujuan lapangan terbang

ke lapangan terbang yang lain dengan maximum payload dan minimum berat BBM yang dibutuhkan untuk jarak itu.

5. Arah Runway

Arah runway harus selalu searah dengan atau mendekati dengan angin dominan (prevailing wind) yang terdapat di daerah tersebut, karena gerakan pesawat sewaktu landing dan take off akan menjadi sulit bahkan berbahaya apabila kecepatan angin melampaui suatu batas tertentu dan juga bila arah

(32)

Gambar 2.2. Tipikal Arah Angin

Penyelidikan angin dilakukan minimum selama 5 tahun dan dicatat:

• Arah angin

• Kecepatan/kekuatan angin

• Lamanya angin bertiup

Ketika landing dan take off, pesawat terbang dimungkinkan untuk manuver di atas runway selama komponen angin bertiup pada sudut yang sesuai

dengan arah perjalanan dan crosswind tidak terjadi. Maksimum crosswind yang diijinkan tergantung pada :

• Ukuran pesawat terbang

• Konfigurasi sayap

(33)

2.3. Kapasitas dan Delay 2.3.1. Perumusan Delay

Definisi keduanya adalah jumlah maksimum pesawat terbang yang beroperasi

yang dapat diakomodasikan oleh bandara selama interval waktu tertentu ketika ada

permintaan untuk pelayanan yang berkesinambungan (Blumstein,1960).

Perhitungan delay dipengaruhi oleh seberapa lama sebuah pesawat terbang

clear dari runway. Waktu minimal yang diperlukan agar pesawat terbang berikutnya dapat melakukan pergerakan di runway minimal sebesar clearance time pesawat terbang sebelumnya. Clearance time tergantung dari kecepatan pesawat saat melakukan pendaratan, touchdown, keluar exit taxiway, dan perlambatan ketika akan mendarat dan setalah mendarat.

Perumusan matematis kapasitas runway yang berkaitan dengan delay untuk tingkat kedatangan adalah :

a a

a a a a

Dimana :

a: delay rata-rata pesawat terbang yang datang (satuan waktu) a : tingkat kedatangan rata-rata (pesawat terbang per satuan waktu)

a : tingkat pelayanan rata-rata (pesawat terbang per satuan waktu)

(34)

Perumusan matematis kapasitas runway yang berkaitan dengan delay untuk tingkat keberangkatan adalah :

d d

d d d d

Dimana :

d: delay rata-rata pesawat terbang yang berangkat (satuan waktu) d : tingkat keberangkatan rata-rata (pesawat terbang per satuan waktu)

: tingkat pelayanan rata-rata (pesawat terbang per satuan waktu)

d : simpangan rata-rata pesawat terbang yang berangkat

Sebelum menghitung delay harus diketahui jumlah pergerakan maksimum yang bisa terjadi di runway untuk mengetahui tingkat pelayanan runway. Jumlah pergerakan maksimum yang bisa terjadi di runway tergatung pada persentase take-off, landing dan campuran kategori pesawat terbang. Perumusan sebagai berikut : pesawat

x to x ( x ta x tb x tc x td x te )

Dimana :

N = Jumlah pergerakan maksimum dalam 1 jam

% T = % Take-off % L = % Landing

(35)

% E = % Pesawat terbang landing kategori E CTto = Clearance time pesawat terbang takeoff CTta = Clearance time pesawat terbang kategori A CTtb = Clearance time pesawat terbang kategori B CTtc = Clearance time pesawat terbang kategori C CTtd = Clearance time pesawat terbang kategori D CTte = Clearance time pesawat terbang kategori E 2.3.2. Perumusan Kapasitas Metode FAA

American Federal Aviation Administration (FAA) sudah menyediakan petunjuk penghitungan kapasitas bandar udara untuk komposisi pesawat terbang

yang berbeda-beda dan dengan konfigurasi landas pacu yang berbeda-beda dalam

Federal Aviation Administration (FAA) Advisory Circular (AC) 150/5060-5, Airport Capacity and Delay tahun 1983 dengan revisi tahun 1995. Penghitungan kapasitas bandar udara menurut FAA merupakan gabungan dari kapasitas komponen landasan

pacu, landasan hubung dan landasan parkir.

Penghitungan kapasitas menurut metode yang dikembangkan oleh FAA

dalam AC. 150/5060-5 adalah untuk menghitung kapasitas bandar udara. Maka

diperlukan penghitungan menyeluruh untuk setiap komponen sisi udara, yaitu:

a. Runway atau landasan pacu, istilah landasan pacu termasuk permukaan untuk mendarat, ditambah dengan bagian dari jalur pendekatan dan keberangkatan

yang secara umum digunakan oleh semua pesawat terbang. Penghitungan

kapasitas dari komponen landasan pacu berdasarkan konfigurasi landasan

(36)

b. Taxiway atau landasan hubung, istilah landasan hubung termasuk landasan hubung sejajar (parallel taxiway), landasan hubung keluar dan masuk, serta landasan hubung yang berpotongan dengan landasan pacu. Kapasitas dari

komponen landasan hubung perlu diperhitungkan apabila terdapat landasan

hubung yang memotong landasan pacu, karena dapat mengurangi kapasitas

operasi landasan pacu.

c. Gate Group atau kelompok pintu kedatangan/keberangkatan merupakan istilah yang menyatakan jumlah pintu yang ada di terminal yang digunakan

oleh suatu perusahaan penerbangan atau digunakan secara bersama-sama

antara 2 atau lebih perusahaan penerbangan atau pesawat terbang berjadwal

lainnya yang beroperasi secara rutin. penerbangan yang ada ditambah dengan

Positioning Time (PT) atau waktu yang diperlukan pesawat terbang untuk bergerak atau manuver keluar dan masuk tempat parkir.

Kapasitas yang dihasilkan oleh sistem sisi udara (throughput capacity) merupakan ukuran dari jumlah maksimum operasi pesawat terbang yang bisa

diakomodasi oleh bandar udara atau komponen bandar udara dalam 1 jam. Melalui

penghitungan kapasitas tiap komponen sisi udara tersebut dapat diketahui kapasitas

bandar udara tiap jam dan dihitung volume tahunan yang mampu dilayani oleh suatu

bandar udara (annual service volume). Langkah dan data masukan yang diperlukan untuk menghitung kapasitas bandar udara metode FAA. AC. 150/5060-5.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas

Tujuan dari perhitungan kapasitas bandar udara adalah untuk menjelaskan

kapasitas dari suatu bandar udara sebagai dasar untuk pengembangan bandar udara di

(37)

penumpang udara yang telah diperhitungkan sebelumnya berakibat kepada semua

komponen transportasi udara termasuk bandar udara. Mengantisipasi dan menangani

kenaikan penumpang, penambahan fasilitas dan pengembangan bandar udara

diperlukan untuk memenuhi permintaan akan transportasi udara di masa yang akan

datang.

Metode pertama yang digunakan adalah dengan mengevaluasi

komponen-komponen utama dari bandar udara termasuk sisi udara, fasilitas dan gedung serta

ruang udara yang tersedia. Melalui studi perencanaan, maka akan diketahui

komponen yang perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut untuk menghadapi

kenaikan permintaan akan transportasi udara.

Tabel 2.6. Langkah Penghitungan Kapasitas Sisi Udara

Hasil Data masukan

Kapasitas tiap jam dari komponen landas pacu (Hourly

capacity of runway component)

a. Cuaca; tinggi dasar awan dan jarak pandang (VFR, IFR atau PVC)

b. Konfigurasi landas pacu c. Variasi pesawat (Aircraft Mix) d. Persentase kedatangan

e. Persentase Touch and Go

f. Lokasi dari landas hubung keluar/exit taxiway

Kapasitas tiap jam dari komponen landas hubung

(Hourly capacity of taxiway)

component

a. Lokasi persimpangan degan landas hubung

b. Intensitas penggunaan landas pacu (Runway operation rate)

c. Variasi pesawat pada landas pacu yang bersilangan Kapasitas tiap jam dari apron

(Hourly capacity of gate group

components)

a. Jumlah dan tipe gate pada tiap grup

b. Gate mix

c. Gate occupancy time

Kapasitas bandar udara tiap jam (Airport hourly capacity)

Hasil dari perhitungan 1, 2 dan 3 di atas dipilih yang terendah

(38)

Komponen utama yang harus dihitung dan diketahui sebagai dasar

menentukan kapasitas sisi udara adalah konfigurasi landasan pacu, panjang landasan

pacu, dan jumlah dan letak landasan hubung keluar dari landasan pacu. Sebagai

tambahan, kapasitas dari sistem sisi udara lebih lanjut dipengaruhi oleh karakteristik

operasi seperti cuaca, variasi pesawat terbang yang beroperasi dan sistem

pengendalian lalu lintas udara. Masing-masing komponen tersebut harus dianalisa

sebagai bagian dari perhitungan kapasitas sisi udara.

a. Konfigurasi Bandar Udara

Faktor utama untuk menghitung kapasitas operasi suatu bandar udara adalah

tata letak (layout) dan geometri dari landasan pacu serta landasan hubung bandar udara. Menurut FAA dalam Air Circular 150/5060-5 Airport Capacity and Delay ada sekitar 64 konfigurasi landasan pacu yang digunakan sebagai dasar penghitungan kapasitas landasan pacu. Masing-masing konfigurasi

mempunyai kapasitas yang berbeda sehubungan dengan jarak pisah aman

(separation) antar pesawat baik yang berangkat maupun mendarat.

Dalam penghitungan kapasitas sisi udara terkait dengan konfigurasi bandar

udara adalah exit factor atau faktor yang diakibatkan oleh jumlah landasan hubung dan jarak landasan hubung keluar dari awal pendaratan atau

keberangkatan pesawat. Hal ini berpengaruh terhadap penghitungan

kapasitas, jumlah landasan hubung keluar dari landasan pacu untuk

pendaratan dan keluar dari landasan parkir untuk keberangkatan yang lebih

banyak akan memperbesar kapasitas sisi udara, sedangkan jarak keluar yang

sesuai dengan banyak landasan hubung keluar juga akan memperbesar

(39)

b. Cuaca

Fenomena cuaca yang berpengaruh terhadap operasi penerbangan terutama di

bandar udara adalah ceiling (tinggi dasar awan) dan visibility (jarak pandang). Terdapat 3 kategori untuk kondisi tersebut, yaitu:

1. Visual Flight Rules (VFR), tinggi dasar awan di atas 1000 kaki dan jarak pandang lebih dari 3 mil.

2. Instrument Flight Rules (IFR), tinggi dasar awan 670 sampai 1000 kaki dan atau jarak pandang 1 sampai 3 mil.

3. Poor Visibility Condition (PVC) atau kondisi cuaca di bawah minimum, dimana tinggi dasar awan di bawah 670 kaki dan atau jarak pandang

kurang dari 1 mil.

Kondisi cuaca di atas menyebabkan kapasitas yang berbeda akibat

operasional pesawat yang terganggu, kapasitas pada kondisi IFR atau di

bawah minimum akan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi

VFR. Perbedaan kondisi tersebut digunakan untuk menghitung kapasitas

operasi bandar udara pada masing-masing kondisi cuaca.

c. Mix Index

Mix Index adalah fungsi matematis yang digunakan dalam penghitungan kapasitas bandar udara untuk mengetahui tingkat pengaruh pesawat terbang

berbadan lebar terhadap sistem bandar udara. Hal ini terkait dengan

(40)

selain itu adalah adanya pengaruh udara yang berputar di belakang mesin

pesawat (wake turbulence) terutama apabila beroperasi di belakang pesawat terbang berbadan lebar sehingga harus ada jarak yang aman antar pesawat.

Semakin besar perbedaan kelas pesawat terbang yang beroperasi, maka

semakin besar jarak aman yang diperlukan dan berarti semakin sedikit

kapasitas operasi yang dihasilkan.

Untuk penghitungan kapasitas, maka pesawat terbang dikategorikan menjadi

4 kelas seperti dapat dilihat pada Tabel 2.7. Perhitungan Mix Index adalah persentase operasi dari pesawat terbang kelas C (pesawat terbang berbadan

sedang) ditambah 3 kali persentase operasi pesawat terbang terbang kelas D

(berbadan lebar), atau % (C+3D).

Tabel 2.7. Klasifikasi Pesawat Terbang

Kelas

Persentase kedatangan atau persentase pendaratan pesawat terbang adalah

perbandingan antara jumlah pendaratan dengan seluruh operasi pesawat

terbang, dengan perhitungan sebagai berikut.

P i x

Semakin besar persentase kedatangan maka akan semakin kecil kapasitas

(41)

yang lebih lama daripada prosedur keberangkatan atau lepas landas pesawat

terbang terkait dengan separasi atau jarak pisah aman yang harus disediakan

kepada pesawat terbang.

e. Percent Touch & Go

Persentase Touch and Go atau pesawat terbang yang melakukan latihan pendaratan dengan hanya menyentuh landasan tanpa berhenti adalah

perbandingan antara jumlah Touch and Go dengan seluruh operasi pesawat terbang, dengan perhitungan sebagai berikut.

T h x

dengan,

A = Jumlah kedatangan pesawat terbang dalam 1 jam

DA = Jumlah keberangkatan pesawat terbang dalam 1 jam

T&G = Jumlah Touch and Go dalam 1 jam

Operasi Touch and Go memperkecil kapasitas sisi udara terutama komponen landasan pacu, hal ini disebabkan pesawat terbang yang akan mendarat dan lepas

landas harus memiliki jarak pisah yang aman terhadap operasi Touch and Go yang berarti waktu tunggu yang lebih lama dan kapasitas yang semakin berkurang.

2.4. Clearance Time

(42)

Takeoff-takeoff clearance time = 2 menit

Takeoff-landing clearance time = 2 menit

Landing-landing clearance time = CT menit

Landing-takeoff clearance time = CT menit

Catatan : CT take off 2 menit mengacu pada DOC 4444-RAC/501/12 ICAO, Untuk runway tunggal dengan posisi antrian saat take off berurutan pada satu garis lurus dan elevasi yang sama.

CT dihitung dengan persamaan berikut (Horojeff & McKelvey, 1994)

ot- td

a td

- e

a t

Dimana :

CT = waktu pemakaian runway (dt)

= kecepatan pesawat terbang saat melewati ujung runway (ft/dt) = kecepatan touchdown (ft/dt)

= kecepatan keluar exit taxiway (ft/dt)

= waktu membelokan dari runway setelah kecepatan keluar exit taxiway (dt) = perlambatan rata-rata di udara (ft/dt2)

= perlambatan rata-rata di darat (ft/dt2)

3 = waktu yang dibutuhkan bagi roda depan pesawat terbang menyentuh

(43)

2.5. Metode Perhitungan Jam Puncak

Diperlukannya metode ini adalah untuk mengetahui tinggkat pergerakan

pesawat terbang pada kondisi peak hour dan juga sebagai dasar acuan kondisi paling maksimum pemakaian runway.

Berdasarkan data existing jumlah rata-rata pergerakan harian di runway

dalam 1 tahun dan jumlah pergerakan pesawat terbang di runway pada bulan puncak dalam satu tahun, dapat diketahui rasio jumlah pesawat terbang bulan puncak

terhadap jumlah pergerakan pesawat terbang total satu tahun. Dapat dilihat pada

persamaan berikut (Pignataro, 1973) :

month month year

Dimana :

month

=

peak month ratio.

month

=

pergerakan total pesawat terbang di runway saat bulan puncak. year = pergerakan total pesawat terbang di runway dalam 1 tahun.

Rasio jumlah pergerakan pesawat terbang pada hari puncak terhadap jumlah

pergerakan pesawat terbang bulan puncak. Dapat dilihat pada persamaan berikut

(Pignataro, 1973) :

day day month

Dimana :

day

=

peak day ratio.

day

=

pergerakan total pesawat terbang di runway dalam 1 hari puncak.

(44)

Rasio jumlah pergerakan pesawat terbang pada jam puncak terhadap jumlah

pergerakan pesawat terbang hari puncak. Dapat dilihat pada persamaan berikut

(Pignataro, 1973) :

hour hour day

Dimana :

hour

=

peak hour ratio.

hour

=

pergerakan total pesawat terbang di runway dalam satu jam puncak. day

=

pergerakan total pesawat terbang di runway saat hari puncak.

2.6. Metode Peramalan Lalu Lintas Udara

Untuk melakukan peramalan lalu lintas udara terdapat beberapa metode yang

dapat digunakan. Metode-metode yang digunakan yang ada ini cukup bervariasi

mulai dari perkiraan yang sederhana hingga metode analisa matematis yang lebih

rumit. .

2.6.1. Peramalan Kecenderungan (Trend Extrapolation)

Ekstrapolasi didasarkan pada suatu pengukian pada hipótesis kegiatan dan

menganggap bahwa faktor-faktor tersebut yang menentukan variasi lalu lintas pada

masa lalu akan terus menunjukan hubungan-hubungan yang serupa pada masa depan.

Prosedur ini menggunakan data tipe rangkaian wakru dan menganalisis

pertumbuhan dan laju pertumbuhan yang dihubungkan dengan kegiatan

(45)

1. Linear Extrapolation (Ekstrapolasi Linear)

Teknik ini digunakan untuk pola permintaan yang menunjukan suatu

hubungan linear hitoris dengan perubahan waktu. 2. Exponential Extrapolation (Ekstrapolasi Eksponensial)

Variabel yang tergantung pada yang lain memeperlihatkan suatau laju

pertumbuhan yang konstan terhadap waktu, biasanya digunakan esktrapolasi

eksponensial.

3. Logistic Curves (Kurva-Kurva Logistik)

Dimana laju pertumbuhan tahunan rata-rata secara berangsur-angsur mulai

berkurang sesuai dengan waktu, mak sebaiknya digunakan kurva logistik

untuk menganalisis kecenderungan.

2.6.2. Pemodelan Ekonometrik (Econometric Modelling)

Metode yang menghubungkan kegiatan penerbangan dengan faktor-faktor

sosial ekonomi merupakan teknik yang sangat berguna dalam membuat peramalan

masa mendatang.

Metode yang digunakan pada Tugas akhir ini adalah regresi linear. Metode

ini dapat digunakan untuk menggambarkan saat ini (existing) dan peramalan pertumbuhan lalu lintas udara yang akan datang. Metode ini juga dapat memodelkan

hubungan antara 2 peubah atau lebih. Pada model ini terdapat peubah tidak bebas (y)

yang menghubungkan fungsional 1 atau lebih peubah bebas (xi). Dalam kasus ini

yang paling sederhana, hubungan secara umum dapat dinyatakan dalam persamaan

(46)

Y = A + Bx

Dimana :

Y = peubah tidak bebas

A = peubah bebas

B = intersep atau konstanta regresi

x = koefisien regresi

Parameter A dan B dapat diperkirakan dengan menggunakan metode kuadrat

terkecil yang meminimumkan selisih kuadrat total antara hasil pengamatan, nilai

parameter A dan B bisa didapatkan dari persamaan berikut:

i i i i i i i i( i ) i i

A = Y – Bx

Jumlah data dalam bilangan bulat positif , , ………..,฀

Koefisien determinasi (R2) didefinisikan sebagai nisbah antara variasi

terdifinisi dengan variasi total persamaan berikut :

i yi y i yi y

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Data Primer

Data – data proposal tugas akhir ini diambil langsung pada Bandar Udara

Internasional Juanda Surabaya yang meliputi frekuensi pergerakan pesawat terbang

selama 1 hari, terutama pada jam sibuk (peak hour).

3.2. Data Sekunder

Data – data proposal tugas akhir ini dari PT. ANGKASA PURA I Bandar

Udara Internasional Juanda Surabaya, meliputi :

1. Spesifikasi Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya.

2. Jadwal Penerbangan.

3. Data Angin

4. Jenis dan Tipe Pesawat Rencana.

5. Pergerakan Pesawat Terbang Selama 5 Tahun Terakhir.

3.3. Metode Perencanaan

Metodologi yang digunakan pada proposal tugas akhir ini adalah sebagai

berikut :

1. Studi kasus untuk mendapatkan data primer yang meliputi frekuensi

(48)

2. Mencari data – data sekunder yang meliputi : spesifikasi Bandar Udara

Internasional Juanda Surabaya, jadwal penerbangan, data angin, jenis dan tipe

pesawat terbang rencana dan pergerakan pesawat terbang selama 5 tahun

terakhir.

3. Menentukan metode dan peraturan yang meliputi :

1. Perhitungan dimensi runway ideal terhadap pesawat terbang rencana berdasarkan perumusan sebagai berikut :

a. Keadaan pendaratan

FL = FS = LD

LD =

b. Keadaan lepas landas normal

FL = FS + CL

CL = 0.5[TOD – 1.15(LOD)]

TOD = 1.15(D35)

FS = TOR

TOR = TOD - CL

c. Keadaan lepas landas dengan kegagalan mesin

1. Ditunda/dibatalkan

FL = FS + SW

FL = ASD

d. Tetap lepas landas

FL = FS + CL

CL = 0.50(TOD - LOD)

(49)

FS = TOR

TOR = TOD – CL

Keterangan:

FL : Panjang lapangan (Field Length), m

FS : Panjang perkerasan kekuatan penuh (Full Strength), m CW : Daerah bebas (Clearway), m

TOD : Jarak lepas landas (Take Off Distance), m LOD : Jarak pengangkatan (Lift Off Distance), m D35 : Jarak pada ketinggian 35 ft, m

TOR : Jarak pacuan lepas landas (Take Off Run), m

ASD : Jarak percepatan berhenti (Accelerate Stop Distance), m LD : Jarak pendaratan (Landing Distance), m

SD : Jarak pemberhentian (Stop Distance), m

2. Perhitungan peramalan lalu lintas udara berdasarkan perumusan sebagai

berikut :

Y = A + Bx

Dimana :

Y = peubah tidak bebas

A = peubah bebas

B = intersep atau konstanta regresi

x = koefisien regresi

Parameter A dan B dapat diperkirakan dengan menggunakan metode

(50)

pengamatan, nilai parameter A dan B bisa didapatkan dari persamaan

berikut:

i i i i i i i i( i ) i i

A = Y – Bx

Jumlah data dalam bilangan bulat positif , , ………..,฀

Koefisien determinasi (R2) didefinisikan sebagai nisbah antara variasi

terdifinisi dengan variasi total persamaan berikut :

i yi y i yi y

3. Perhitungan pada jam puncak (peak hour) berdasarkan perumusan sebagai berikut :

month month year

Dimana :

month

=

peak month ratio.

month

=

pergerakan total pesawat terbang di runway saat bulan puncak. year

= pergerakan total pesawat terbang di runway dalam 1 tahun.

day day month

Dimana :

day

=

peak day ratio.

day

=

pergerakan total pesawat terbang di runway dalam 1 hari puncak.

(51)

hour hour day

Dimana :

hour

=

peak hour ratio.

hour

=

pergerakan total pesawat terbang di runway dalam 1 jam puncak. day

=

pergerakan total pesawat terbang di runway saat hari puncak. 4. Perhitungan kapasitas dan delay berdasarkan perumusan sebagai berikut :

a

a = penundaan rata-rata terhadap pesawat yang datang, satuan waktu.

a = tingkat kedatangan rata-rata, pesawat terbang per satuan waktu.

a =.tingkat pelayanan rata-rata untuk kedatangan, pesawat terbang per

satuan waktu, atau kebalikan dari waktu pelayanan rata-rata.

a = simpangan baku waktu pelayanan rata-rata dari pesawat terbang

(52)

d = tingkat pelayanan rata-rata untuk keberangkatan, pesawat terbang

per satuan waktu, atau kebalikan dari waktu pelayanan rata-rata.

d = simpangan baku waktu pelayanan rata-rata dari pesawat terbang

yang

x to x ( x ta x tb x tc x td x te )

Dimana :

N = Jumlah pergerakan maksimum dalam 1 jam

% T = % Take-off % L = % Landing

% A = % Pesawat terbang landing kategori A % B = % Pesawat terbang landing kategori B % C = % Pesawat terbang landing kategori C % D = % Pesawat terbang landing kategori D % E = % Pesawat terbang landing kategori E CTto = Clearance time pesawat terbang takeoff CTta = Clearance time pesawat terbang kategori A CTtb = Clearance time pesawat terbang kategori B CTtc = Clearance time pesawat terbang kategori C CTtd = Clearance time pesawat terbang kategori D CTte = Clearance time pesawat terbang kategori E 4. Mengerjakan proposal tugas akhir.

(53)

3.4. Bagan Alir Perencanaan

Identifikasi Permasalahan :

Pergerakan pesawat terbang yang mengalami peningkatan 5% - 10% tiap tahunnya dan kemampuan runway untuk melayani pesawat terbang rencana Airbus A 380-800.

Pengumpulan Data

Analisa Data

Data Sekunder : 1. Spesifikasi Bandara Juanda. 2. Jadwal Penerbangan. 3. Data Angin.

4. Jenis dan Tipe Pesawat Rencana. 5. Pergerakan Pesawat

Selama 5 Tahun Terakhir. Data Primer :

frekuensi pergerakan pesawat

selama 1 hari, terutama pada jam sibuk (peak hours).

Studi Literatur Mulai

(54)

Gambar 3.1. Bagan Alir Perencanaan Selesai

A

TIDAK 1. Perhitungan dimensi runway ideal terhadap pesawat rencana.

2. Perhitungan peramalan lalu lintas udara (Regresi Linear). 3. Perhitungan pada jam puncak (peak hour)

4. Perhitungan kapasitas dan delay

YA

Usulan Konfigurasi dan Perubahan Dimensi

Runway

Apakah Studi Kapasitas Landasan Pacu (Runway) Sudah Optimal ?

1. < 10 % berat pesawat diatas 125.000 pon pergerakan pesawat per tahunnya 90.000 – 150.000 dan > 90% berat pesawat diatas 125.000 pon pergerakan pesawat per tahunnya 80.000 – 140.000.

2. Runway existing bisa menampung

pesawat rencana Airbus 380-800.

(55)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

4.1. Perencanaan Runway

Dalam evaluasi kinerja runway pada Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya dibutuhkan beberapa data, antara lain spesifikasi pesawat terbang rencana,

data meteorologi dan geofisika dan beberapa data penunjang lainnya.

4.2. Konfigurasi dan Kapasitas Runway

Konfigurasi arah dan kapasitas runway dapat direncanakan berdasarkan data-data sekunder yang ada. Konfigurasi single runway merupakan acuan perencanaan yang ideal. Sedangkan untuk arah runway direncanakan berdasarkan data angin dari Badan Meteorologi dan Geofisika Juanda Surabaya. Data angin yang tercatat dalam

3 tahun terakhir tersebut menunjukkan angin dominan dan kecepatan angin.

4.3. Perhitungan Panjang Runway

Untuk kebutuhan panjang landasan dalam perencanaan lapangan terbang

diatur oleh (Federal Aviation Administration) FAA. AC 150/5324-4 atau ICAO,

Aerodrome Manual DOC 7920-AN/865 part 1 Aircraft Characteristic untuk menghitung panjang landasan bagi rute-rute tertentu, untuk berbagai macam pesawat

terbang dan Airplane Characteristics Airbus 380.

Pada perhitungan panjang runway menggunakan pesawat terbang rencana

(56)

dari Badan Meteorologi dan Geofisika Juanda Surabaya sebagai pedoman seperti

pada Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. berikut ini :

Tabel 4.1. Spesifikasi Pesawat Terbang Rencana Airbus 380-800

Measurement A380-800 A380-800F

Cockpit Crew Two

Seating Capacity 525 (3-Class) 624 (2-Class) 12 Couriers 853 (1-Class)

Length Overall 72.73 m (238. 6 ft)

Wingspan 79.75 m (261. 6 ft)

Height 24.45 m (80. 2 ft)

Wheel Base 33.58 m (110. 2 ft) Wing Landing Gear 36.85 m (120.9 ft) Body Landing Gear

Wheel Track 12.46 m (40.9 ft)

Outside Fuselage Width 7.14 m (23.4 ft)

Outside Fuselage Width Height 8.41 m (27.6 ft)

Maximum Cabin Widht 5.92 m (19.4 ft) Upper Deck (Floor Level) 6.58 m (21.6 ft) Main Deck

Cabin Length 44.93 m (147.4 ft) Upper Deck 49.9 m (164 ft) Main Deck

Wing Area 845 m2 (9.100 sq ft)

Aspect Ratio 7.5

Wing sweep 33.5

Maximum Taxi/Ramp Weight (1.260.000 lb) 571.000 kg (1.310.000 lb) 592.000 kg

Maximum Take off Weight (1.250.000 lb) 569.000 kg (1.300.000 lb) 590.000 kg

Maximum Landing Weight (860.000 lb) 391.000 kg (940.000 lb) 427.000 kg

Maximum Zero Full Weight (810.000 lb) 366.000 kg (890.000 lb) 402.000 kg Typical Operating Empty

Weight (610.000 lb) 276.800 kg (566.000 lb) 252.200 kg Maximum Structural Payload (197.000 lb) 89.200 kg (330.000 lb) 149.800 kg

Maximum Cargo Volume ( 6.200 cu ft) 176 m3 ( 40.000 cu ft) 1.134 m3 Maximum Operating Speed Mach 0.89 (945 km/h, 589 mph, 510 knots)

at cruise altitude

Maximum Design Speed Mach 0.96 (at cruise altitude) in dive at cruise altitude (1020 km/h, 634 mph, 551 knots)

Take off Run at MTOW/SL ISA ( 9.020 ft) 2.750 m ( 9.500 ft) 2.900 m

Range at Design Load (8.300 nmi, 9.500 mi) 15.400 km (5.600 nmi, 6.400 mi) 10.400 km

Service Ceiling 13.115 m (43.028 ft)

Maximum Fuel Capacity 320.000 L

310.000 L (81.893 US gal)

(84.600 US gal) 320.000 L

(84.600 US gal)option

Engines (4 x) Trent 970/B (A380-841) GP7270 (A380-861) Trent 977/B (A380-843F) GP7277 (A380-863F) Trent 927/B (A380-842)

Thrust (4 x) 310 kN (70.000 lbf) Trent 970/B 310 kN (70.000 lbf) GP 7270 340 kN (76.000 lbf) Trent 977/B 340 kN (76.000 lbf) GP7277 320 kN (72.000 lbf) Trent 972/B

(57)

Tabel 4.2. Data Angin di Bandar Udara Juanda Internasional Surabaya

(58)

Data angin yang tercatat pada Tabel 4.2. dibutuhkan dalam penentuan

distribusi arah angin dan kecepatan angin yang terjadi di lokasi. Hasil perhitungan

kecepatan angin ditampilkan pada Tabel 4.3. berikut ini :

Tabel 4.3. Persentase Analisa Kecepatan Angin

Kecepatan Angin Arah Angin (%) Keterangan

(Knot) U TL T TG S BD B BL Jumlah

0 – 5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6 – 10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 11 – 15 0.00 0.00 22.22 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 22.22 16 – 20 0.00 5.56 38.89 0.00 0.00 0.00 5.56 0.00 50.00 > 21 0.00 0.00 8.333 0.00 0.00 0.00 19.44 0.00 27.78

Jumlah 0.00 5.56 69.44 0.00 0.00 0.00 25.00 0.00 100.00

Sumber : PT (Persero) Angkasa Pura I Juanda Surabaya.

Setelah didapatkan hasil persentase analisa kecepatan angin di Bandar Udara

Internasional Juanda Surabaya. Perhitungan untuk menentukan arah dominan

(prevailing wind) pada runway dengan bantuan Tabel 4.4. berikut ini : Tabel 4.4. Persentase Sudut Azimut

No Calm Sudut Azimut

1 NE : Timur Laut 250 - 690

2 E : Timur 700 - 1140

3 SE : Tenggara 1150 - 1590

4 S : Selatan 1600 - 2040

5 SW : Barat Daya 2050 - 2490

6 W : Barat 2500 - 2940

7 NW : Barat Laut 2950 - 3390

8 N : Utara 3400 - 0240

(59)

Perhitungan untuk menentukan arah dominan (prevailing wind) pada runway

dibagi menjadi empat alternatif berorientasi pada sudut azimut, seperti berikut : 1. Alternatif I (Berorientasi pada sudut Azimut 700 - 2940/E - W)

(0 - 5) Knot = 0.00 %

(6 - 10) Knot = 0.00 %

(11 - 15) Knot = 22.22 %

(16 - 20) Knot = 33.33 %

(> 21) Knot =16.67 %

Total = 72.22 %

2. Alternatif II (Berorientasi pada sudut Azimut 1600 - 0240/S - N) (0 - 5) Knot = 0.00 %

(6 - 10) Knot = 0.00 %

(11 - 15) Knot = 2.78 %

(16 - 20) Knot = 0.00 %

(> 21) Knot = 13.89 %

Total = 16.67 %

3. Alternatif III (Berorientasi pada sudut Azimut 250 - 1590/NE - SE) (0 - 5) Knot = 0.00 %

(6 - 10) Knot =0.00 %

(11 - 15) Knot = 0.00 %

(16 - 20) Knot = 2.78 %

(> 21) Knot = 0.00 %

(60)

4. Alternatif IV (Berorientasi pada sudut Azimut 2050 - 3390/SW - NW) (0 - 5) Knot = 0.00 %

(6 - 10) Knot = 0.00 %

(16 - 15) Knot = 0.00 %

(> 21) Knot = 0.00 %

Total = 0.00 %

e rnyata dari keempat alternatif, terdapat “percentage of wind” terbesar pada Alternatif I (Berorientasi pada sudut Azimut 700 - 2940/E - W) dengan total persentase 72.22 %

Berdasarkan “percentage of wind”, persentase angin yang berkaitan dengan arah dan kecepatan dengan berbagai sektor. Dengan “percentage of wind” diberi tanda asiran, yang seperti ditampilkan pada Gambar 4.1. berikut ini :

(61)

Perhitungan untuk menentukan suhu rata-rata pada Bandar Udara

Internasional Juanda Surabaya, berdasarkan Tabel 4.2. Data Angin di Bandar Udara

Juanda Internasional Surabaya adalah sebagai berikut :

1. Suhu rata-rata perbulan pada tahun 2009

, , , , , ,5 , , , , , ,

,

2. Suhu rata-rata perbulan pada tahun 2010

, , , , , , , , , , , ,

,

3. Suhu rata-rata perbulan pada tahun 2011

, , , , , , , , , , , ,

,

4. Suhu rata-rata selama 3 tahun terakhir

, , ,

,

Berdasarkan perhitungan suhu rata-rata selama 3 tahun terakhir, yakni

sebesar 27,6 0C dan elevasi landasan pacu eksisting pada Bandar Udara Internasional

Juanda Surabaya sebesar 9 feet atau 2,743 m (PT. Angkasa Pura Juanda Surabaya).

Digunakan untuk perhitungan koreksi landasan pacu rencana

Mengacu kepada perhitungan analisa arah, kecepatan angin dan elevasi

landasan pacu, maka untuk perhitungan panjang runway adalah sebagai berikut : a. Keadaan Lepas Landas

Pada keadaan lepas landas dibutuhkan berat maksimum lepas landas yang

direncanakan, yang diperoleh dari total berat yang berpengaruh pada pesawat terbang

Gambar

Gambar 2.2. Tipikal Arah Angin
Tabel 2.6. Langkah Penghitungan Kapasitas Sisi Udara
Gambar 3.1. Bagan Alir Perencanaan
Tabel 4.2. Data Angin di Bandar Udara Juanda Internasional Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan evaluasi terhadap kondisi dan kapasitas landasan pacu (runway) pada Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung dalam melayani peningkatan kebutuhan volume lalu

Menghitung waktu antara 2 consecutive landing (weighted time between 2 consecutive landing/MTTS), dilakukan dengan menghitung total separasi antara 2 consecutive landing

Menghitung waktu antara 2 consecutive landing ( weighted time between 2 consecutive landing /MTTS), dilakukan dengan menghitung total separasi antara 2 consecutive

sebagai tempat mendarat sekaligus lepas landas pesawat. Dengan panjang landasan runway , yaitu 2600 meter. Bandar udara Adi Soemarmo sebagai salah satu Bandar

Kapasitas per jam dari runway sejajar berjarak rapat, menengah, dan renggang dapat bervariasi diantara 100 – 200 operasi dalam kondisi – kondisi VFR, tergantung pada

berangkat mulai lepas landas, δ d adalah jarak minimum pada jarak mana pesawat yang datang harus berada (dari ambang landasan) supaya keberangkatan dapat dilakukan, T 2

Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi konfigurasi landas pacu Bandar Udara Internasional Jawa Barat apakah dapat menampung pergerakan pesawat udara,

Kapasitas per jam dari runway sejajar berjarak rapat, menengah, dan renggang dapat bervariasi diantara 100 – 200 operasi dalam kondisi – kondisi VFR, tergantung pada