• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PENERIMAAN PENGHARGAAN ACF (Appeal of Conscience Foundation) MELALUI PEMBERITAAN DI MEDIA CETAK ( Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Penerimaan Penghargaan ACF (Appeal of Consci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PENERIMAAN PENGHARGAAN ACF (Appeal of Conscience Foundation) MELALUI PEMBERITAAN DI MEDIA CETAK ( Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Penerimaan Penghargaan ACF (Appeal of Consci"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan untuk memnuhi sebagian persyar atan untuk memperoleh gelar Sar jana pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Oleh :

Rizky Setiawan

NPM : 0843010235

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Penghargaan ACF (Appeal of Conscience Foundation) Melalui Pemberitaan di Media Cetak)

Oleh:

RI ZKY SETIAWAN

0843010235

Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veter an” J awa Timur Pa da Tanggal 24 Desember 2013

PEMBIMBING TIM PENGUJ I

1. Ketua

Dr a. Dyva Clar etta, M.Si J uwito, S.sos, M.Si. NIP. 3 6601 94 00251 NPT. 3 6704 95 0036 1

2. Seker tar is

Dr a. Her lina Suksmawati, M.Si. NIP. 19641225 199309 2001 3. Anggota

Dr a. Dyva Clar etta, M.Si NIP. 3 6601 94 00251 Mengetahui,

D E K A N

(3)

ii

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puja dan puji syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan skripsi dengan judul “PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PENERIMAAN PENGHARGAAN ACF (Appeal of Conscience Foundation) MELALUI PEMBERITAAN DI MEDIA CETAK” ( Studi Deskr iptif Kualitatif mengenai Per sepsi Masyarakat Sur abaya Ter hadap Pener imaan Penghargaan ACF (Appeal of Conscience Foundation) Melalui Pember itaan di Media Cetak)

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR. Teguh Sudarto, M.Si. selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

(4)

iii

pernah putus serta dorongan baik moril maupun materi. “ I Love you all”.

7. Keponakan ku tersayang yang selalu memberi keceriaan dan semangat yang baru Fairuuz Al Fahrizzi.

8. Dinda Puspitasari, “my dearthank’s for all”.

9. Teman - teman seperjuangan Karsa, Eza, Herly, Fajar, Agung, Rosyadi, Lucky, Tino, Dian P., Hikman, Safa dan Teman - Teman Ikom ’08 lainya. 10.Dan para informan yang bersedia meluangkan waktunya.

Semoga Allah SWT. memberikan limpahan berkah, rahmat serta karunia-Nya. Penulis sadar bahwa Laporan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan segala bentuk kekurangan yang ada. Besar harapan penulis semoga Laporan Skripsi ini kiranya dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, November 2013

(5)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAKS ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.1.2 Komunikasi Interpersonal ... 11

2.1.3 Persepsi ... 11

2.1.3.1 Pengertian Persepsi ... 11

2.1.3.2 Jenis - Jenis Persepsi ... 13

2.1.3.3 Karakteristik Persepsi ... 14

(6)

2.1.4.2 Kriteria Masyarakat ... 24

2.2 ACF (Appeal of Conscience Foundation) ... 24

2.1.5 Pengertian Media Massa ... 25

2.1.5.1 Karakteristik Media Massa ... 27

2.1.5.2 Fungsi Media Massa ... 28

2.1.5.3 Surat Kabar Sebagai Media Massa ... 29

2.1.5.4 Ciri - Ciri dan Sifat Surat Kabar ... 31

2.1.5.5 Fungsi Surat Kabar ... 32

2.1.6 Definisi Berita ... 34

2.1.6.1 Jenis - Jenis Berita ... 35

2.1.6.2 Nilai Berita ... 37

2.3 Kerangka Berfikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Metode Penelitian ... 42

3.2 Operasional Konsep ... 44

3.2.1 Persepsi ... 44

3.2.2 Masyarakat ... 44

3.2.3 Berita ... 45

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50

4.1.1 Gambaran Umum Surabaya ... 50

4.1.2 Sejarah Jawa Pos ... 51

4.1.3 Sejarah Kompas ... 59

4.2 Identitas Informan ... 63

4.3 Analisis Data ... 65

4.3.1 Persepsi Masyarakat Tentang Penerimaan Penghargaan ACF Melalui Pemberitaan Di Media Cetak ... 65

4.3.1.1 Persepsi Tentang Kerukunan dan Perdamaian Yang Tercipta di Indonesia ... 65

4.3.1.2 Persepsi Tentang Proses Demokrasi di Indonesia ... 67

4.3.1.3 Persepsi Tentang Kinerja Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ... 70

4.3.1.4 Persepsi Tentang Peran Pemerintah Terhadap Kaum Minoritas di Indonesia ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1 Kesipulan ... 89

(8)
(9)

2. Harian Jawa Pos tanggal 28 Mei 2013 ... 94

3. Harian Jawa Pos tanggal 31 Mei 2013 ... 95

4. Harian Jawa Pos tanggal 1 Juni2013... 96

5. Harian Kompas tanggal 28 Mei 2013 ... 97

(10)

Deskr iptif Kualitatif mengenai Per sepsi Masyarakat Sur abaya Ter hadap Pener imaan Penghar gaan ACF (Appeal of Conscience Foundation) Melalui Pember itaan Di Media Cetak).

Penelitian ini, berdasarkan pemberitaan yang terdapat pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas mengenai Penerimaan Penghargaan ACF yang diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menujukkan adanya pro kontra yang terjadi di masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Peneriamaan Penghargaan ACF (Appeal of Conscience Foundation) Melalui Pemberitaan di Media Cetak. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi secara langsung atau

face to face pada waktu dan tempat yang sama. Unsur dari komunikasi interpersonal yakni sensasi, persepsi, memori dan berpikir.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan permasalahan dengan sedalam - dalamnya.

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah tiga informan dari empat informan mempersepsikan setuju, serta satu informan mempersepsikan setuju terhadap pemberitaan penerimaan penghargaan ACF di media cetak.

Kata kunci : Persepsi, Berita, Penghargaan ACF.

ABSTRAC

Rizky Setiawan . Public Per ception Sur abaya ACF Awar d Against Acceptance ( Appeal of Conscience Foundation ) Thr ough Media Cover age In Pr int ( Qualitative Descr iptive Study on Public Per ception Sur abaya ACF Awar d Against Acceptance ( Appeal of Conscience Foundation ) Thr ough Media Cover age In Pr int ) .

This study , based on the news contained in the Newspaper Jawa Pos and Kompas on Award Acceptance received ACF President Susilo Bambang Yudhoyono , who showed the presence of pros and cons that happen in the community .

The purpose of this study was to determine the Peneriamaan Against Public Perception Surabaya Award ACF ( Appeal of Conscience Foundation ) Through Coverage in Print Media .

The theory used in this study is the theory of interpersonal communication . Interpersonal communication is direct communication or face to face at the same time and place . Elements of interpersonal communication that sensation , perception , memory and thought.

The method used in this study is a qualitative research method that aims to explain the problems with deep - inside .

Conclusion The results of this study are three of the four informants perceive informants agreed , and the informant perceives agree to the preaching of the ACF awards reception in print .

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, inforrmasi menjadi sangat penting. Setiap orang, badan dan organisasi berhak untuk memperoleh informasi untuk dapat berkembang dan berinteraksi dengan lingkunganya. Informasi sangatlah berharga bagi manusia karena informasi adalah salah satu kebutuhan bagi manusia untuk bisa mengetahui, memahami dan mengerti hal - hal yang ada dan terjadi disekitarnya. Dan masyarakat akan memasuki suatu peradaban informasi, maka peranan dan posisi informasi menjadi sangat penting.

Setiap orang, badan, lembaga atau organisasi kemasyarakatan berhak mempunyai komunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. Informasi dan komunikasi tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pers, lembaga - lembaga informasi dan masyarakat. Untuk itu perlu dibangun dan dikembangkan jaringan informasi agar terbangun jalur kebebasan dalam rangka memperoleh informasi.

(12)

1. Memberikan rekaman yang permanen dan teliti. Surat kabar, buku dan majalah, film dapat diperoleh untuk bahan referensi dan verifikasi tahun - tahun berikutnya yang dimaksud dalam hal ini meliputi media cetak dan elektronik.

2. Memiliki kecepatan yang luar biasa, peristiwa - peristiwa dari seluruh dunia dapat dilaporkan dalam waktu hitungan menit setelah peristiwanya sendiri terjadi.

3. Dapat memperluas lingkup pengertian manusia mengenai cara hidup yang tidak pernah dialaminya sendiri, surat kabar dan radio dapat membuat orang memahami cara hidup orang lain.

4. Mengkoordinasikan kelompok - kelompok antara personal (interpersonal group) yang merupakan jaringan kontak pribadi dalam masyarakat.

(13)

Seorang individu memiliki hak untuk memilih bagian, rubrik atau berita mana yang

akan dibaca oleh pembaca dalam membaca sebuah media cetak seperti surat kabar. Hal ini disebabkan individu memiliki perbedaan dalam kebutuhan, seperti kebutuhan koqnitif, kebutuhan afektif, kebutuhan integratif sosial maupun integratif personal. Dan setelah membacanya akan menimbulkan persepsi.

Levine dan Shefner mengemukakan, persepsi adalah cara dimana individu menginterpreasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman individu

itu sendiri hingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

Persepsi (perception) sendiri dibagi menjadi dua pengertian, yang pertama persepsi dalam arti sempit adalah cara dimana individu menginterpretasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman individu itu sendiri sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Sementara persepsi dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978).

Persepsi merupakan suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensorik mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya berbeda (Robbins, 2002 : 46).

(14)

penghargaan oleh ACF (Appeal of Conscience Foundation) kepada Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam beberapa pemberitaan di media cetak seperti Kompas dan Jawa Pos diberitakan bahwa Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menerima Penghargaan Negarawan Dunia atau World Statesman Award dari yayasan lintas agama Appeal of Conscience Foundation (ACF) yang berada di Amerika Serikat, penghargaan tersebut diberikan langsung oleh pemimpin Appeal of Conscience Foundation (ACF) yaitu Rabi Arthur Schneiner kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pidatonya Rabi Arthur Schneiner menyampaikan alasannya memberikan penghargaan tersebut kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seperti yang dikutip peneliti dari surat kabar Jawa Pos edisi 1 Juni 2013 : “ Kami menganugerahkan World Statesman Award 2013 kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Negara

berpenduduk muslim terbesar di dunia yang dipilh secara langsung yang diakui oleh

atas upayanya mengejar perdamaian dan membantu Indonesia berkembang menjadi

masyarakat demokratis dan melawan ekstrimisme”.

(15)

sama (1 Juni 2013), dia yang menyatakan bahwa : “SBY justru menghindari permasalahn intoleransi di Indonesia dengan mengungkapkan sejumlah fakta

intoleransi serta kekerasan yang terjadi di negara - negara lain, SBY menjadikan

intoleransi sebagai masalah bersama di Indonesia, padahal SBY tidak mampu dan

tidak mau berbuat banyak untuk menghentikan praktik intoleransi dan kekerasan ”.

Namun adapula yang menanggapi positif (pro) dengan diberikanya penghargaan tersebut kepada Presiden SBY salah satunya ialah Ketua Umum PBNU K.H. Said Aqil Siradj, seperti penyataanya yang dikutip di situs media online detik.com (23/5), “Bagi kami, Nahdlatul Ulama bersyukur kepada Allah SWT dan sebagai Presiden kita dapat penghargaan yang berhasil mempertahankan toleransi,

persatuan dan kesatuan antara agama dan antar suku”.

Saat ini masih terjadi konflik sesama umat beragama maupun antar umat

beragama di Indonesia. Itu hal yang wajar di era demokrasi dan globasisasi. "Tapi

di era Pak SBY jauh lebih baik daripada masa lalu yang banyak diskriminatif dan

otoriter berlebihan “.

“ Bandingkan dengan negara lain, seperti negara-negara Islam di Timur

Tengah banyak yang konflik berdarah-darah dan lebih parah, seperti di Afghanistan,

Somalia, Sudan, Mesir bahkan sekarang di Suriah “, lanjutnya.

(16)

kaum Syiah di Sampang, Madura dan kasus penyegelan Gereja HKPB (Huria Kristen Batak Protestan) di Bekasi, Jawa Barat.

Persepsi itu bersifat kompleks, yakni apa saja yang dialami oleh manusia, berawal dari alat sensor plus cara orang memperoleh informasi yang diterimanya. Meskipun banyak stimulus berbeda - beda yang sampai kepada kita tentang masalah yang sama, apa yang bisa kita hayati adalah terbatas pada saat - saat tertentu. Apa yang kita hayati tidak hanya bergantung pada stimulus, tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minat, tujuan dan harapan seseorang pada saat itu. Pemusatan persepsi ini disebut perhatian (Sobur, 2003 : 448-449).

Perhatian mempunyai fungsi memiliki dan mengarahkan rangsangan - rangsangan yang sampai pada kita, sehingga kita bisa menerima dengan baik. Perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar adalah faktor - faktor yang tedapat pada objek atau informasi yang diamati itu sendiri, yaitu intensitas atau ukuran, kontras, pengulangan dan gerakan. Sementara faktor dalam itu sendiri adalah faktor - faktor yang berasal dari dalam diri individu si pengamat, yaitu motif, kesediahn dan harapan (Diragunarsa, 1996 : 107).

(17)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana persepsi masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan penerimaan penghargaan kepada Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di media cetak. Karena pada kenyataanya realitas yang terjadi di lapangan bertolak belakang dengan pemberian penghargaan yang diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dikatakan telah mampu menciptakan perdamaian antar agama di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan di fokuskan hanya untuk mengatahui bagaiamana persepsi masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan penerimaan penghargaan ACF kepada Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di media cetak. Sehingga studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif kualitatif untuk menggambarkan persepsi masyarakat Surabaya sesuai dengan proses penerimaan atau pemahaman terhadap proses sosialisasi yang berbeda pada masing - masing individu tersebut.

Penelitian ini dilakukan di daerah Surabaya peneliti memiliki alasan di kota tersebut termasuk salah satu kota besar di Indonesia dan masyarakatnya dating dari beragam latar belakang termasuk agama.

(18)

1.2 Per umusa n Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah : Bagaimana Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Penerimaan Penghargaan ACF (Appeal of Conscience Foundation) Melalui Pemberitaan di Media Cetak ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Penerimaan Penghargaan ACF (Appeal of Conscience Foundation) Melalui Pemberitaan di Media Cetak.

1.4 Ma nfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan tentang kondisi bangsa saat ini. Bagi mahasiswa, bisa bermanfaat memberikan wawasan tentang penelitian mengenai persepsi (interpretasi, proses penerimaan, pemahaman serta proses sosialisasi) yang berbeda pada individu.

b. Manfaat Praktis

(19)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i 2.1.1 Penelitian Ter dahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitian tentang persepsi yang telah dilakukan sebelumnya :

1. Penelitian dilakukan oleh Elva Ronaning. Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univesrsitas Andalas. Penelitian ini berjudul Persepsi Masyarakat tentang Peranan Media Cetak Lokal dalam Mitigasi Bencana Alam. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat dalam menafsirkan peran media cetak lokal Padang Express dan Singgalang tentang mitigas bencana alam. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data focus group

discussion, wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini

(20)

eksodus keluar daerah. Penelitian ini merekomendasikan agar media dan pemerintah serta lembaga yang terkait dengan bencana alam mengontrol pemberitaan tentang bencana alam sehingga tidak merugikan masyarakat.

2. Penelitian dilakukan oleh Didik Hariyanto. Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unsida. Penelitian ini berjudul Persepsi Penonton Televisi Terhadap Tayangan Reka Ulang Peristiwa Kriminal. Tujuan penilitian ini dilakukan adalah untuk menjelaskan perkembangan ilmu komunikasi dalam kajian analisis reception berkaitan dengan persepsi Masyarakat Sidoarjo tentang tayang televisi “Reka Ulang Peristiwa Kriminal”. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomelogi dengan metode Reception Analysis,

(21)

2.1.2 Komunikasi Inter per sonal

Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, secara psikologis kita dapat mengatakan bahwa setiap orang mempersepsi stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya. Dalam ilmu komunikasi kita berkata, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda.

Words don’t mean people mean. Kata - kata tidak mempunyai makna, oranglah yang memberi makna (2004 : 49).

Informasi akan diolah, disimpan dan dihasilkan kembali. Proses pengolahan informasi ini disebut komunikasi interpersonal, yang meliputi sensai, persepsi, memori dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon (Rakhmat, 2004 : 49)

2.1.3 Persepsi

2.1.3.1Penger tian Per sepsi

(22)

Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sementara dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan (Leavitt, 1978).

Rakhmat (1994 : 51) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan - hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan menurut Pareek (1996 : 13) mengatakan bahwa persepsi sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data (Sobur, 2003 : 446).

Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001 : 167) adalah proses internal individu yang memungkinkan individu untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari sekitarnya. Persepsi merupakan inti komunikasi karena jika persepsinya tidak akurat maka tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi juga yang menentukan individu untuk memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Persepsi individu terhadap suatu hal berbeda dengan persepsi individu yang lain. Hal ini dikarenakan tiap manusia mengalami proses penerimaan (pembaharuan dan proses sosialisasi yang berbeda termasuk dalam memberikan perhatian terhadap rangsangan tertentu dan mengabaikan yang lain).

(23)

objek, sedangakan orang lain tidak senang bahkan membenci objek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataanya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, perspsi bisa diartikan sebagai inti dari komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari perspsi yang identik dengan penyandian (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak jelas pada definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot, dikatakan persepsi sebagai cara organisme memberi makna atau menurut Rudolf F. Verderber persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi (Mulyana, 2007 : 180).

Persepsi ialah pemberian makna kepada stimuli inderawi (sensori stimuli). Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juiga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori (Rakhmat, 2003 : 51).

2.1.3.2J enis - J enis Persepsi

Dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” (2007 : 184), menurut Deddy Mulyana membagi persepsi manusia menjadi dua, yaitu :

1. Persepsi terhadap objek atau lingkungan fisik

(24)

a. Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang

Seperti keadaan cuaca yang membuat orang lain melihat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yan dimasukkan ke dalam air, terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut ilusi.

b. Latar belakang yang berbeda antara individu satu dengan individu lain.

c. Budaya yang berbeda.

d. Suasana psikologis yang berbeda juga membuat perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam mempersepsi suatu objek.

2. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial

Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek - objek sosial dan kejadian - kejadian yang dialami seseorang dalam lingkungan orang tersebut.

2.1.3.3Ka rakter istik Persepsi

(25)

1. Bersifat Selektif

Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal kapasitas atau kemampuan mereka dalam memproses semua informasi dari lingkungan. Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas dari objek - objek atau peristiwa - peristiwa yang banyak sekali dalam lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek lingkungan yang berhubungan dengan urusan pribadi mereka. Mereka mengesampingkan urusan - urusan lain yang tidak berkaitan dengan urusan pribadi mereka. 2. Terorganisir atau Teratur

Suatu rangsangan atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari perangsang lain. Rangsangan - rangsangan lain dikelompokkan kedalam suatu pola atau informasi yang membentuk keseluruhan. Jadi ketika seseorang memperhatikan sesuatu, perangsang haurs berusaha mengatur. 3. Stimulus

Stimulus adalah apa yang dirasakan dalam arti yang didapatkan di dalamnaya adalah fungsi dari perangsang atau pendorong itu sendiri. 4. Subjektif

(26)

2.1.3.4Ha l - Ha l Yang Mempengar uhi Per sepsi

Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas yang terjadi di sekitarnya. Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2007) menjelaskan beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas perbedaan persepsi sosial :

1. Persepsi berdasarka pengalaman

Pola - pola perilaku manusia berdasarkan mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari sebelumnya. Reaksi individu terhadap seseorang, objek atau kejadian didasarkan pada pengalaman (pembelajaran) individu tersebut dimasa lalu yang serupa. Ketiadaan pengalaman masa lalu dalam menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata atau pengalaman yang mirip. Hal tersebut membuat seseorang terbiasa merespons suatu objek dengan cara tertentu sehingga seseorang sering gagal mempersepsi perbedaan yang sama dalam suatu objek yang lain. Manusia cenderung memperlakukan objek tersebut seperti sebelumnya, padahal terdapat rincian lain dalam objek tersebut. 2. Pesepsi berdasarkan selektif

(27)

A. Faktor Internal

a. Faktor biologis antara lain rasa lapar dan haus b. Faktor fisiologis yaitu bentuk fisik yang tampak

c. Faktor sosial gender, agama, tingkat pendidikan, pekerja, penghasilan, pengalaman masa lalu dan kebiasaan faktor psikologis seperti kemauan, keinginan, motivasi, emosi dan harapan.

B. Faktor Eksternal

Yaitu objek - objek yang dipersepsi seperti gerakan, kontras, kebaruan dan pengulangan.

3. Pesepsi bersifat dugaan

Hal ini dianggap perlu karena seseorang tidak meungkin memperoleh rincian yang jelas melalui indera kelimanya. Proses ini memungkinkan seseorang menfsirkan sesuatu (objek) dengan makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Hal tersebut disebabkna karena keterbatasan informasi yang diperoleh melalui alat - alat indera yang dimiliki manusia menyebabkan ruang kososng, sehingga perlu menciptakan persepsi yang bersifat dugaan agar dapat menyediakan informasi yang lengkap untuk ruang kososng tersebut.

4. Persepsi bersifat evaluatif

(28)

melalukan persepsi. Sebelum melakukan interpretasi pesan, seseorang harus melakukan evaluasi pesan berdasarkan pengalaman terdahulu untuk mencocokkan apakah kejadianya sama. Dengan demikian persepsi bersifat pribadi dan subjektif.

5. Persepsi bersifat kontekstual

Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua penauh yang ada dalam persepsi seseorang, konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Dalam mengorganisasikan suatu objek, seseorang biasanya meletakkanya dalam suatu konteks tertentu dengan prinsip - prinsip :

a. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan.

b. Kecenderungan seseorang dalam mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian berdasarkan latar belakangnya.

(Mulyana, 2007 : 191 - 210)

2.1.3.5Pr oses Per sepsi

Dalam proses persepsi terdapat tiga komponen, diantaranya : 1. Seleksi

(29)

2. Interpersonal

Yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman masa lalu, motivasi dan lain - lain. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi

Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap informasi yang sampai (Sobur, 2003 : 447).

2.1.3.6Pr oses Ter jadinya Per sepsi

Dalam bukunya Psikologi Umum (2003 : 449) Alex Sobur menjelaskan proses terjadinya persepsi sebagai berikut :

a. Terjadinya stimulasi alat indera (Sensory Stimulation)

Pada tahap pertama alat - alat indera kita dirangsang. Setiap individu pasti memliki kemampuan penginderaan untuk merasakan stimulus (rangsangan), walaupun kadangkala tidak sering digunakan.

b. Stimulus terhadap alat indera

(30)

kelengkapan (clousure) atau kita mempersepsikan gambar atau pesan yang dalam keyataanya tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap. Apa yang kita persepsikan, juga kita tata kedalam suatu pola yang bermakna bagi kita. Pola ini belum tentu benar dari segi objektif tertentu. c. Stimulus alat indera ditafsirkan - dievalusi

Langkah ketiga adalah penafsiran dan evaluasi yang tidak semata didasarkan pada rangsangan luar melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan, keadaan fisik dan emosi pada saat itu dan sebagainya yang ada pada diri kita. Karena walaupun kita sama - sama menerima sebuah pesan, cara masing - masing orang menafsirkan lalu mengevaluasinya tidak sama.

2.1.4 Penger tian Masyar akat

Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut serta (berpartisipsi). Dalam bahasa Inggris menggunakan istilah society yang berasal dari kata Latin “socius” yang berarti kawan. Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang masyarakat, antara lain sebagai berikut :

1. Menururt Koentjoroningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

(31)

3. Menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.

4. W.F. Connell (1972 : 68 - 69) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah : a. Suatu kelompok orang yang berfikir tentang diri mereka sendiri

sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rentang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu.

b. Kelompok orang yang mencari penghidupan secara kelompok, sampai turun temurun dan mensosialisasikan anggota - anggotanya melalui pendidikan.

c. Seseorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat angota - anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.

2.1.4.1Unsur - Unsur Masyar akat

Menurut Seoerjono Soekamto, alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :

(32)

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan - aturan hubungan antar anggota masyarakat

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat

Adanya bermacam - macam wujud kesatuan kolektif manusia menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk membedakan berbagai macam kesatuan manusia. Kecuali istilah yang paling lazim, yaitu masyarakat, ada istilah - istilah khusus untuk menyebut kesatuan - kaesatuan khusus yang merupakan unsur - unsur dari masyarakat menurut Koentjoroningrat (2002 : 143), yaitu :

a. Kategori Sosial (sosial category)

(33)

b.Golongan Sosial

Sama halnya dengan kategori sosial, tetapi golongan sosial mempunyai ikatan identitas sosial yang disebabkan oleh kesadaran identitas itu tumbuh sebagai respons atau reaksi terhadap caranya pihak memandang golongan sosial tadi, atau karena golongan itu memang terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat istiadat tertentu. Contohnya, konsep Golongan Pemuda yang dimiliki masyarakat Indonesia, dimana orang - orang muda memegang peranan penting dalam melawan pemerintah jajahan Belanda tahun 1945 hingga 1949.

c. Kelompok dan Perkumpulan

Suatu kesatuan manusia yang mepunyai sistem organisasi dan kepemimpinan, selalu tampak sebagai kesatuan individu - individu pada masa - masa yang secara berulang berkumpul dan yang kemudian bubar lagi. Contohnya, marga Tarigan, Persatuan Sepak Bola Indonesia Mataram (PSIM) dan lain - lain.

d.Komunitas

(34)

2.1.4.2Kr iter ia Masyarakat

Anderson dan Parker (Astrid Susanto, 1977) menyebutkan secara rinci bahwa masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Adanya sejumlah orang.

2. Tinggal dalam suatu daerah tertentu. 3. Mengadakan hubungan satu sama lain.

4. Saling terkait satu sama lain karena kepentingan bersama.

5. Merupakan suatu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaan solidaritas.

6. Adanya saling ketergantungan.

7. Masyarakat merupakan suatu sistem yang diatur oleh norma - norma dan aturan - aturan tertentu.

8. Menghasilkan kebudayaan.

2.2 ACF (Appeal of Conscience Foundation)

(35)

Yayasan ini juga setiap tahun memberikan penghargaan kepada para tokoh dan beberapa pemimpin dunia yang dinilai berjasa di bidang kebebasan beragama, hak asasi manusia (HAM), meningkatkan perdamaian, toleransi, dan menyelesaikan konflik antar etnik dengan gelar “ World Statesman of The Year ”.

Tecatat dimulai tahun 2009 diterima Oleh Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, untuk kepemimpinan intelektual dan cinta kasihnya selama krisis keuangan global. Lalu tahun berikutnya 2010 Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan tahun 2011 diterima oleh Kanselir Jerman Angela Merkel dan mantan Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak. Tahun 2012 penerima penghargaan adalah Perdana Menteri Kanada, Stephen Harper. Dan yang terbaru dan mengundang kontroversi pada tahun ini 2013 penerima penghargaan adala Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang dikarenakan upayanya mengejar perdamaian dan membantu Indonesia berkembang menjadi masyarakat demokratis dan melawan ekstrimisme.

2.1.5 Penger tian Media Massa

(36)

- alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain (Soehadi, 1978 : 38).

Media massa merupakan sumber kekuatan atau alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat di dayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya (McQuail, 1996 : 5).

Media massa yang termasuk ke dalam kategori media massa adalah TV, surat kabar, majalah, radio dan film. Kelima mediamassa tersebut dinamakan “The Big Five Of Mass Media” (lima besar media massa), media massa sendiri dibagi menjadi dua macam, media massa elektronik (electronic media), dan media massa cetak (printed media). Yang termasuk ke dalam media massa elektronik ialah TV, film, radio. Sedangkan yang termasuk ke dalam media massa cetak dari segi formatnya terbagi menjadi enam, yaitu :

1. Surat kabar atau Koran 2. Majalah

3. Tabloid 4. Bulletin 5. News letter

6. Buku

2.1.5.1Ka rakter istik Media Massa

(37)

communication / interpersonal communication yang digolongkan menjadi lima macam, yaitu :

a. Komunikator tidak dapat berhubungan langsung dengan massa komunikan, karena saluran yang dipakai adalah media elektronik atau media cetak. Komunikasi tatap muka antara komunikator dan komunikan dapat berhubungan langsung.

b. Sistem komunikasi massa sangat kompleks dibandingkan dengan komunikasi tatap muka.

c. Komunikasi pada komunikasi tatap muka dapat berlangsung dua arah atau komunikan dapat memberikan feedback secara langsung.

d. Pesan singkat dari komunikator melalui media massa dapat diterima oleh massa komunikan, dengan demikian media massa sangat efektif bila digunakan untuk media iklan.

e. Komunikan pada komunikasi maasa bersifat heterogen, anonim dan luwes tersebar luas, meskipun pada umumnya komunikan mempunyai persamaan perhatian,kepentingan dan orientasi.

Media massa dapat mengirimkan pesan kepada komunikan yang berbeda tempat diseluruh dunia secara mendadak dan berurutan.

2.1.5.2Fungsi Media Massa

(38)

1. Fungsi pengawasan (surveillance)

Yaitu memberi informasi dan menyediakan berita. Fungsi pengawasan ini juga termasuk berita yang tersedia di media yang penting dalam ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca dan sebagainya. Fungsi pengawasan biasa saja menjadi disfungsi. Kepanikan bisa terjadi karena ada penekanan yang berlebihan terhadap bahaya atau ancaman terhadap masyarakat.

2. Fungsi penghubung (correlation)

Yaitu seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media sering kali memasukkan kritik dan cara bagaimana seseorang harus bereaksi terhadap kejadian tertentu. Karena itu korelasi menjadi bagian media yang berisi editorial dan propaganda. Dalam menjalankan fungsi korelasi, media sering kali bisa menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial dan memonitor atau mengatur opini publik.

3. Fungi pentransferan budaya (transmission)

(39)

4. Fungsi hiburan (entertainment)

Yaitu sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan, bahkan di surat kabar sekalipun, mengingat banyaknya kolom, fitur dan bagian selingan. Media hiburan dimaksudkan untuk mengisi waktu luang. Media mengekspos budaya massa berupa seni dan musik pada berjuta - juta orang dan sebagian orang merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan pilihan publik dalam seni.

2.1.5.3Sur at Kabar Sebagai Media Massa

Media massa adalah singkatan dari media komunikasi masaa. Komunikasi massa sendiri adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa modern meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditunjukan secara umum dan film yang dipertunjukan di gedung - gedung bioskop (Effendy, 2003 : 79).

Surat kabar adalah sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaram - lembaran berisi berita - berita, karangan - karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala bisa harian, mingguan dan bulanan serta diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991 : 257).

(40)

Kehadiran iklan dalam media cetak dengan kata lain telah mampu mensubsidi harga eceran surat kabar.

Menurut pengalaman selama tahun 1970 - 1985 diketahui banyak surat kabar dan majalah mengalami gulung tikar karena tidak mendapatkan iklan, sekalipun di Indonesia budaya membaca belum terlalu memasyarakat. Surat kabar merupakan media yang sering digunakan dalam memasang iklan di Indonesia, ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi. 2. Jangkauan media lainya, radio dan TV dibatasi.

3. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran. (Kasali, 1992 : 10).

Selain pendapat diatas pengertian surat kabar juga dikemukakan Onong Uchjana Effedy yaitu :

“ Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri - ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai - nilai untuk diketahui khalayak pembaca “. (Effendy, 1993 : 241).

2.1.5.4Cir i - cir i dan Sifat Sur at Kabar

(41)

1. Publisitas

Adalah penyebaran kepada publik atau khalayak, karena diperuntukkan khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum.

2. Perioditas

Adalah keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu.

3. Universalitas

Adalah kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia. 4. Aktualitas

Adalah kecepatan laporan tanpa mengesampingkan kebenaran berita. (Effendy, 1986 : 120)

Dibandingkan dengan media elektronik yang menyiarkan pemberitaan seperti radio dan televisi, dilihat dari ilmu komunikasi sifat surat kabar menrut Effendy (2001 : 155 - 158), yakni :

1. Terekam

Artinya berita - berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat dan kata - kata yang terdiri atas huruf - huruf yang dicetak pada kertas.

2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif

(42)

aktif. Maka, wartawan harus menggunakan bahasa yang umum dan lazim untuk memudahkan pembaca dalam mencernanya.

3. Pesan menyangkut kebutuhan komunikan

Dalam proses komunikasi, pesan yang disampaikan kepada komunikan menyangkut teknik transmisinya agar mengenai sasarannya dan mencapa tujuannya.

4. Efek sesuai dengan tujuan

Efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar bergantung pada tujuan si wartawan sebagai komunikator.

2.1.5.5Fungsi Sur at Kabar

Pada zaman modern saat ini, surat kabar tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek - aspek lain untuk mengisi surat kabar. Karena itu fungsi surat kabar meliputi berbagai aspek, yaitu :

a) Menyiarkan informasi

Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama, khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan sebagainnya.

b) Mendidik

(43)

pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang - kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.

c) Menghibur

Hal - hal bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita - berita (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka teki silang, karikatur, tidak jarang juga berita mengandung minta insane (human interest) dan kadang - kadang tajuk rencana.

d) Mempengaruhi

Surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implisit terdapat dalam berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus untuk bidang perniagaan pada iklan - iklan yang dipesan oleh perusahaan - perusahaan.

(Effendy, 1986 : 122 - 123)

2.1.6 Definisi Ber ita

Berasal dari bahasa sansekerta Virit yang dalam bahasa inggris disebut Write.

(44)

dengan Writa artinya “kejadian” atau yang telah terjadi (Muslimin dan Djuroto, 1991 : 1).

Menurut J.B. Wahyudi (penulis buku Komunikasi Jurnalistik) berita adalah sebuah uraian tentang fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita yang sudah disajikan melalui media massa periodik.

Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer, berita di definisikan sebagai informasi baru, penting dan bermakna (signifikan), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi berita tersebut mengandung unsur - unsur seperti :

a. Baru dan penting.

b. Bermakna dan berpengaruh. c. Menyangkut hidup orang banyak. d. Relevan dan menarik.

Definisi Berita versi Barat menurut The New Grolier Webster International Dictionary menyebutkan bahwa berita adalah :

1. Current information about something that has taken place or about something not know before. (Informasi sangat penting tentang sesuatu yang telah terjadi atau tentang sesuatu tempat yang belum diketahui sebelumnya).

(45)

3. New is anything or anyone regarded by a news media as a subject worthy of treatment. (Berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang oleh media merupakan subjek yang layak untuk diberitakan). (Budyatma, 2007 : 39).

2.1.6.1J enis - J enis Ber ita

Ada sejumlah jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik, yang popular dan menjadi menu utama surat kabar adalah :

1. Berita Langsung (straight news)

Adalah laporan peristiwa yang ditulis secara singkat, lugas dan apa adanya. Ditulis dengan gaya memaparkan peristiwa dalam keadaan apa adanya, tanpa ditambah dengan penjelasan. Dibagi menjadi dua jenis : berita keras atau hangat (hard news) dan berita lembut atau ringan (soft news).

2. Berita Opini (opinion news)

Adalah berita mengenai pendapat, pernyataan atau gagasan seseorang, biasanya pendapat para cendikiawan, sarjana, ahli atau pejabat mengenai suatu peristiwa.

3. Berita Interpretatif (interpretative news)

(46)

sebelumnya sehingga merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi. Berawal dari informasi yang dirasakan kurang jelas atau tidak lengkap arti dan maksudnya.

4. Berita Mendalam (depth news)

Adalah berita yang merupakan pendalam dari berita yang sudah muncul, dengan pendalam hal - hal yang ada di bawah suatu permukaan. Bermula dari sebuah cerita yang masih belum selesai pengungkapkanya dan bisa dilanjutkan kembali (follow up system). Pendalaman dilakukan dengan mencari informasi tambahan dari narasumber atau berita terkait.

5. Berita Penjelasan (explanatory news)

Adalah berita yang sifatnya menjelaskan dangan menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap, penuh data. Fakta diperoleh dijelaskan secara detail dengan beberapa argumentasi atau pendapat penulisnya. Berita jenis ini biasanya panjang sehingga harus disajikan secara bersambung atau berseri.

6. Berita Penyeldikan (investigative news)

Adalah berita yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. Disebut pula penggalian karena wartawan menggali informasi dari berbagai pihak, bahkan melalui penyelidikan langsung ke lapangan, bermula dari data mentah atau berita singkat. Umumnya berita investigasi disajikan dalam format tulisan

(47)

Selain jenis - jenis berita diatas, ada pula jenis - jenis berita lainya, diantarnya ialah :

a. Berita Singkat (spot news), yaitu berita atau laporan peristiwa yang sedang terjadi secara langsung atau siaran langsung.

b. Berita Basi, yaitu berita yang sudah tidak aktual lagi.

c. Berita Bohong(libel), yaitu berita yang tidak benar atau tidak faktual sehingga menjurus pada kasus pencemaran nama baik.

d. Berita Foto, yaitu laporan peristiwa yang ditampilkan dalam bentuk foto lepas, tidak ada kaitanya dengan tulisan yang ada di sekelilingnya.

e. Berita Kilat (news flash), yaitu berita yang penting untuk segera diketahui publik, dimuat dihalaman depan surat kabar.

f. Berita Pembuka Halaman (opening news), yaitu berita atau tulisan yang ditempatkan di bagian awal atau paling atas halaman surat kabar, semacam berita utama (headline). (Romly, 2003 : 47)

2.1.6.2Nilai Ber ita

(48)

nama - nama mashyur, dampak berita dan sentuhan terhadap unsur - unsur kemanusiaan.

Nilai berita menjadi acuan yang baik untuk para jurnalis dalam memilih kelayakan berita. Book (1980) dalam Yunus (2010) menyebutkan criteria umum nilai berita yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :

1. Proximity, atau kedekatan berita dari segi psikologis maupun geografis dengan khalayak pembaca. Kejadian yang dekat dengan pembaca akan menarik perhatian pembaca. Berita yang secara fisik dan psikologis dekat dengan khalayak akan semakin tinggi nilai beritanya.

2. Timelines, atau aktual bahwa berita tersebut sedang atau baru terjadi. Waktu merupakan nilai berita yang amat penting. Berita adalah sesuatu yang baru, sedang berlangsung dan seringkali kelanjutan dari hari ini atau saat sebelumnya.

3. Unusualness, atau keluarbiasaan bahwa berita adalah seseuatu yang luar biasa, bukanperistiwa biasa. Kejadian yang tidak lazim adalah berita besar. Nilai keluarbiasaan ini diteruskan oleh wartawan lewat kalimat - kalimat yang klise.

4. Newness, atau kebaruan bahwa berita adalah semua yang terbaru. Kejadian - kejadian yang terbaru terangkum dalam berita.

(49)

orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca.

6. Information, berita adalah informs. Informasi adalah hal yang dapat menghilangkan ketidakpastian. Fakta - fakta dikemukakan sebagai informasi, informasi mempunyai syarat bahwa harus ada fakta yang 11 diperoleh wartawan, kemudian fakta tersebut disampaikan kepada khalayak.

7. Conflict, berita konflik atau pertentagan. Peristiwa mengenai perang, perkelahian, pergulatan politik, bisnis, olahraga sangat menarik minat pembaca.

8. Public Figure, berita adalah tentang orang - oramg penting. Publik akan tertarik untuk membaca, mendengarkan atau menonton berita yang berkaitan dengan orang - orang penting dan dikenal.

9. Suprising, berita adalah kejutan yang datangnya tiba - tiba, di luar dugaan. Berita berkaitan dengan hal - hal yang besar secara kuantitatif.

10.Human Interest, ketertarikan manusia bahwa berita dapat menggugah perasaan. Kejadian memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yan menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa menarik perhatian pembaca.

(50)

2.3 Kerangka Ber fikir

Surat kabar adalah salah satu media cetak yang menyajikan informasi secara aktual. Isi surat kabar senantiasa apa yang terjadi dalam masyarakat sebagai peristiwa fisik yang menempati ruang dan waktu meupun sebagai kejadian abstrak yang mengambil tempat di dalam otak dan hati masyarakat (Liliweri, 1991 : 27).

Seorang individu memiliki hak untuk memilih bagian, rubrik atau berita mana yang akan dibaca oleh pembaca dalam membaca sebuah media cetak seperti surat kabar. Hal ini disebabkan individu memiliki perbedaan dalam kebutuhan, seperti kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan intergratif sosial maupun integratif personal. Dan setelah membacanya akan menimbulkan persepsi.

Levine dan Shefner mengemukakan, persepsi adalah cara dimana individu menginterpretasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman individu itu sendiri hingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

Persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada objek - objek fisik maupun objek sosial dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik maupun stimulus yang ada di lingkunganya. Sensasi - sensasi dari lingkungan akan diolah bersama - sama dengan hal - hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan - harapan, nilai - nilai, sikap, ingatan dan lain - lain (Young, 1956 : 78).

(51)

metode penelitian kualitatif dengan studi deskriptif untuk menggambarkan persepsi orang muslim terhadap pemberitaan yang ada pada surat kabar.

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk memilih kondisi suatu objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci. Peneitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata - kata lisan maupu tertulis dan tingkah laku orang orang - orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984 : 5).

Selain itu, metode kualitatif juga berupa memahami tingkah laku manusia yang tidak cukup hanya dengan surface behavioral semata, tetapi juga melihat prospektif dalam diri manusia untuk mempunyai gambaran yang utuh tentang manusia dan dunianya (Mulyana, 2003 : 32). Penelitian ini menggunakan studi deskriptif untuk menggambarkan persepi masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan penerimaan penghargaan ACF (Appeal of Conscience Foundation) di Media Cetak.

Meurut Rakhmat (2004 : 24), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk beberapa hal diantaranya :

1. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek - praktek yang berlaku.

(53)

3. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan melukiskan gejala yang ada.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari penglaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang datang.

Dalam penelitian ini, peneliti berfungsi sebagai fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial. Peneliti harus berempati dengan masyarakat yang akan diteliti, mengerti bagaimana mereka memahami realitas dan peristiwa yang beraneka ragam tersebut.

Ciri - ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah. Penelitian kualitatif lebih tertarik menelaah fenomena sosial dan budaya dalam suasana yang berlangsung secara alamiah, bukan dalam kondisi terkendali atau

laboratories.

2. Peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan penginterpretasian data.

3. Peneliti ini menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan (sebagai tangan pertama yang mengalami langsung di lapangan).

(54)

3.2 Oper asional Konsep

3.2.1 Persepsi

Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001 : 167) adalah proses internal individu yang memungkinkan individu untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari sekitarnya. Persepsi merupakan inti komunikasi karena jika persepsinya tidak akurat maka tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi juga yang menentukan individu untuk memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Faktor lain yang mempengaruhi persepsi dalam buku Jalaluddin Rakhmat yang berjudul Psikologi Komunikasi adalah perhatian (attention). Perhatian adalah proses mental ketka stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainya melemah (Andersen, 1972 : 129). Dalam buku yang ditulis Kenneth E. Andersen, perhatian terjadi bila kita mengesampingkan masukan - masukan melalui alat indera yang lain.

3.2.2 Ma syarakat

(55)

3.2.3 Ber ita

Berasal dari bahasa sansekerta Virit yang dalam bahasa inggris disebut Write.

Sedangkan arti sebenarnya adalah “ada” atau “terjadi”, ada juga yang menyebutnya dengan Writa artinya “kejadian” atau yang telah terjadi (Muslimin dan Djuroto, 1991 : 1).

Menurut J.B. Wahyudi (penulis buku Komunikasi Jurnalistik) berita adalah sebuah uraian tentang fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita yang sudah disajikan melalui media massa periodik.

3.3.3 ACF (Appeal of Conscience Foundation)

ACF (Appeal of Conscience Foundation) merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh Rabbi Arthur Scheiner pada tahun 1965 yang berbasis di New York, Amerika Serikat. Organisasi ini aktif mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi dan dialog antarkepercayaan serta menjalin kemitraan antar para pemimpin perusahaan dan spiritual dari semua agama yang dating bersama - sama untuk mempromosikan “perdamaian, toleransi dan resolusi konflik etnis”.

(56)

3.2 Infor man Penelitian

Beberapa informan (narasumber) dalam penelitian ini ialah sebagai berikut : 1. Masyarakat yang berdomisili di Kota Surabaya.

2. Mengetahui pemberitaan tentang penerimaan penghargaan kepada Presiden SBY oleh ACF (Appeal of Conscience Foundation).

3. Memiliki tingkat pendidikan yang cukup, minimal sedang menempuh SLTA. Background pendidikan yang cukup memungkinkan informan memberikan pandangan dan jawaban yang cukup berkualitas.

4. Laki - laki atau perempuan berusia diatas 17 tahun. Karena pada usia ini seseorang mempunyai memori yang terbentuk dari tiga tahap yakni penyandian, penyimpanan dan peringatan (Atkinson, 2002 : 79). Berkenaan dengan tujuan penelitian persepsi tersebut, maka hal yang terpenting adalah bagaimana memaknai penghargaan ACF dan menganalisa jawaban sebagai hasil dari wawancara.

3.3 Unit Analisis

(57)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah wawancara mendalam (in-dept interview) yang menghasilkan data berupa kata - kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain - lain. Teknik ini dinilai paling sesuai, karena hal tersebut mungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah - istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan (Mulyana, 2002 : 183).

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Sebelum peneliti mengumpulkan data di lapangan dengan metode wawancara, peneliti menyusun daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara (interview guide) di lapangan. Namun daftar pertanyaan tersebut bukanlah bersifat ketat, dapat mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi di lapangan. Selanjutnya, jawaban - jawaban informan dicatat da direkam oleh peneliti.

Menurut Rachmat Kriyanto, wawancara mendalam mempunyai karakteristik yang unik yaitu :

(58)

2. Menyediakan latar belakang secara detail (detailed background) mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Dari wawancara ini terelaborasi beberapa elemen dalam jawaban, yaitu opini, nilai - nilai (value),

motivasi, pengalaman - pengalaman, maupun perasaan informan.

3. Memungkinkan memberikan pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lain. Susunan kata dan urutanya disesuaikan dengan ciri - ciri setiap informan (Denzin, 1989 : 105). Jadi, pertanyaan tergantung pada apa yang ingin diperoleh dan berdasarkan jawaban informan yang dikembangkan oleh peneliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang disesuaikan dengan permasalan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini analisis data diperoleh dari data mentah depth interview (Kriyanto, 2006 : 192).

Analisis data penelitian berupa proses pengkajian hasil wawancara dan dokumen yang telah terkumpul. Data kemudian direduksi karena pada saat proses pengambilan data, tidak langsung terdapat proses analisis.

(59)

analisis ini tidak mencari atau menjelaskan suatu hubungan dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Bungin, 2003 : 65-67).

(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ga mbar an Umum Objek Penelitian 4.1.1 Ga mbar an Umum Sur abaya

Penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Berita Penerimaan Penghargaan ACF (Appeal of Conscience Foundation) di Media Cetak” ini dilakukan di Kota Surabaya. Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Kota Jakarta yang juga sebagai Ibukota. Kota Surabaya memiliki tingkat kepadatan penduduk dan aktivitas penduduk yang sangat tinggi. Kota Surabaya sendiri terletak diantara 07° - 21° LS (Lintang Selatan) dan 112° - 36° sampai dengan 112° - 54° BT (Bujur Timur). Wilayah Surabaya merupakan dataran rendah yang memiliki ketinggian 3 - 6 meter diatas permukaan laut. Batas - batas wilayah yang dimiliki Kota Surabaya ialah :

a. Sebelah Utara : Selat Madura b. Sebelah Timur : Selat Madura c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo d. Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

Kotamadya Surabaya dibagi kedalam 5 (lima) wilayah dengan luas wilayah masing - masing sebagai berikut :

(61)

• Surabaya Pusat : 14,78 km²

• Surabaya Utara : 38,32 km²

• Surabaya Timur : 91,78 km² • Suarabaya Selatan : 64,07 km² • Surabaya Barat : 118,01 km²

Jadi luas selurah wilayah Kotamadya Surabaya yaitu + 326,37 km² yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 kelurahan.

4.1.2 Sejarah J awa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949 oleh suatu perusahaan yang bernama PT. Java Pos Concern Ltd. yang bertempat di Jalan Kembang Jepun 166 - 169. Perusahaan ini didirikan oleh WNI keturunan kelahiran Bangka bernama The Chung Sen alias Soesono Tedjo pada 1 Juli 1949. Saat itu The Chung Sen alias Soesono Tedjo hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Dari pekerjaan tersebut ternyata menguntungkan, maka ia pun tertarik untuk mendirikan perusahaan surat kabar sendiri dengan nama Java Pos. harian Java Pos saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Goh Cing Hok. Pemimpin redaksi selanjutnya adalah Thio Oen Sik pada tahun 1951.

(62)

bernama Java Pos. Sedangkan surat kabar yang diterbitkan dalam bahasa Belanda adalah De Vrijie Pers.

Surat kabar De Vrijie Pers awalnya dimiliki oelh Vit Geres Maatschahppij. De Vrijie Pers berlokasi di Jalan Kaliasin 52 Surabaya, tetapi selanjutnya dibeli oleh PT. Java Post Concern Ltd, pada April 1954. Pada bulan dan tahun yang sama, Java Pos mulai dicetak di percetakan di Jalan K.H. Mansyur Surabaya.

Pada tahun 1962, harian De Vrijie Pers dilarang terbit oleh pemerintah Republik Indonesia, hal itu disebabkan sehubungkan dengan peristiwa Trikora untuk kembali merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Sebagai penggantinya diterbitkan surat kabar harian dalam bahasa Inggris dengan nama Daily News. Meskipun akhirnya harian ini dihentikan penerbitnya karena minimnya pemasang iklan pada tahun 1981.

Pada awal terbitnya, Java Pos memiliki ciri umum yaitu terbit pagi hari dengan berita - berita umum. Java Pos dicetak di percetakan Agil Jalan K.H. Mansyur dan percetakan De Vrijie Pers Jalan Kaliasin 52 Surabaya denga oplah 1000 eksemplar. Dari tahun ke tahun oplah Java Pos mengalami peningkatan, tercatat pada tahun 1954 - 1957 oplah sebesar 4000 eksemplar. Tahun 1958 Java Pos berganti ejaan manjadi Djawa Pos, ejaan tersebut lebih disempurnakan dengan nama Jawa Pos.

(63)

6.800 eksemplar saja, penurunan jumlah oplah ini dikarenakan sistem manajemen yang diterapkan semakin kacau. Ketiga anak The Cheng Shun yang diharapkan dapat melanjutkan usaha penerbitan Koran ini tidak satu pun yang tinggal di Indonesia melainkan di London, Inggris. Terlebih lagi juga semakin sulitnya mengikuti kemajuan teknologi dalam hal percetakan.

Rendahnya olah yang diperoleh berakibat pada kecilnya pendapatan yang diterima dan ini pula yang menyebabkan The Cheng Shun sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk menjual mayoritas saham perusahaanya kepada PT. Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) pada 1 April 1982 yang saat itu Bapak Eric Samola, SH. menjabat sebagai Direktur Utama. The Cheng Shun menyatakan tidak mungkin lagi dapat mengemban Jawa Pos, tetapi ia tidak ingin surat kabar yang didirikanya ini mati begitu saja. Itu sebabnya The Cheng Shun menyerahkan Jawa Pos kepada pengelola baru. The Cheng Shun sendiri memilih Tempo bukan tanpa sebab namun dengan pertimbangan khusus. “Tempo kan belum punya surat kabar, tentu saja surat kabar saya ini akan menomerduakan”. Begitu kata The Cheng Shun. Dengan pertimbangan itu ia ingin perkembangan Jawa Pos tidak terhambat. Akhirnya The Cheng Shun yang berusia 89 tahun berangkat ke Inggris bersama istrinya Megah Endah yang berusia 71 tahun.

(64)

kembali merebut kembali sejarah yang pernah dibuat oleh Pak The (begitu panggilan untuk The Cheng Shun). Hanya dalam waktu 2 tahun, oplah Jawa Pos sudah mencapai 250.000 eksemplar, padahal ketika dalam masa peralihan manajemen dilakukan untuk dapat meraih oplah sebesar 100.000 dirasa hanya mimpi. Sejak itulah perkembangan Jawa Pos semakin pesat dan menjadi surat kabar tersebesar yang terbit di Surabaya. Berkat adanya perbaikan yang dilakukan terus menrus akhirnya pada tahun 1999 oplah Jawa Pos mampu menembus angka 320.000 eksemplar. Namun setahun berikutnya berita duka pun datang Direktur Utama PT. Grafiti Pers yang juga menunjuk Dahlan Iskan sebagai pemimpin di Jawa Pos yaitu Bapak Eric Samola, S.H. meninggal dunia.

Berdasarkan Akta Notaris Liem Sin Hwa, S.H. no 8 pasal 4 Tahun 29 Mei 1985, menyatakan bahwa PT. Jawa Pos Concern Ltd. diganti dengan PT. Jawa Pos, perubahan lain yang dilakukan oleh manajemen ialah dalam hal permodalan. Pada awalnya Jawa Pos dimiliki secara tunggal, namun sehubungan dengan surat ijin usaha percetakan dan penerbitan (SIUPP), khusunya tentang permodalan saham 20% dari saham perusahaan tersebut harus dimiliki oleh para karyawan dan wartawan, hal ini dilakukan agar dapat menciptakan suasana rasa ikut memiliki.

(65)

dan sebagainya. Selain itu juga berita - berita lain berdasarkan peristiwa di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

(66)

Jawa Pos sanggup mengalahkan penerbit - penerbit lain yang berada di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya seperti halnya Surabaya Pos. Banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk bisa mencapai kondisi seperti ini, diantaranya dengan keinginan menjadi surat kabar yang dapat melakukan hal - hal baru untuk pertama kalinya di Indonesia seperti terbit 24 halaman per hari, menjadi surat kabar pertama yang terbit di hari libur nasioanl dan muncul dengan ukuran kecil tanpa mengurangi isi berita pada saat krisis moneter yang terjadi di Indonesia.

Salah satu hal yang benar - benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah kelompok media besar yaitu dengan terbentuknya JPNN (Jawa Pos News Netwoking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana menampung berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber dari berita berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan kelompok Jawa Pos. Hal ini menyebabkan berita di suatu daerah luar Surabaya tidak perlu lagi melakukan lay-out di Surabaya dan juga berita tersebut dapat dikerjakan di kota yang bersangkutan dan hasilnya dikirim ke JPNN untuk diambil oleh para redaksi yang ada di Surabaya. Saat ini dimana masanya media online sedang berkembang Jawa Pos juga tidak ingin ketinggalan memberikan fasilitas berita yang bisa diakses melalui online dengan alamat situs www.jawapos.co.id.

(67)

Berbagai upaya pun dilakukan baik dari redaksi, pemasaran maupun lainya untuk dapat menembus angka tersebut. Tetapi ternyata sulit, Jawa Pos tetap bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan dana yang dimiliki tetap optimal. Lantas munculah ide untuk ekspansi yakni membuat Koran di daerah - daerah di Indonesia. Ide itu muncul dari Dahlan Iskan usai study media di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat dan Negara maju lainya setiap kota punya satu Koran. Dari situ dia berasumsi bahwa kota - kota besar di Indonesia bisa didirikan satu Koran dan akhirnya ide itu direalisasikan. Dikirimlah orang - orang terbaik Jawa Pos untu mendirikan Koran diberbagai daerah di Indonesia. Ada yang mau menghidupkan kembali koran yang akan bangkrut atau tinggal SIUUP nya saja. Ada pula yang bekerjasama dan banyak diantaranya didirikan oleh Jawa Pos.

Berhasil di satu kota, dilakukan di kota lain, gagal di satu kota, dicoba di kota lain. Dan pada April 2001, anak perusahaan Jawa Pos menjadi 90 group. Koran - koran yang dulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos sekarang sudah mendirikan Koran - Koran, majalah atau tabloid - tabloid.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan dengan memberi contoh berarti pendidikan berupa keteladanan, sifat dan cara berfikir. Pemberian contoh ini merupakan metode yang berhasil karena dalam belajar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi serta mengembangkan metode penelitian lain mengenai gambaran diet pasien DM tipe 2 (ketepatan jadwal

Kontrol perilaku persepsian sebagai suatu kesukaran atau kesenangan konsumen yang dirasa di dalam pembelian dari toko online dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh

Aplikasi ini mengelola data siswa, rekomendasi, data prestasi siswa, data nilai siswa (UN dan rapor), data hasil seleksi, dan data hasil psikotes serta

siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA NU Wahid Hasyim Salafiyah.. Jekulo Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017 ”, untuk itu, disini penulis

Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa aktiva tetap berwujud adalah aktiva tetap yang dimiliki bentuk fisik, yang digunakan untuk

House ( 1982) dalam Smet (1994:136) juga mengatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari 4 aspek yaitu: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informatif dan