• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERANGAN PENYAKIT DAUN PADA JELUTUNG DARAT (Dyera costulata Hook.) DAN JELUTUNG RAWA (Dyera lowii Hook.) DI SUMATERA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SERANGAN PENYAKIT DAUN PADA JELUTUNG DARAT (Dyera costulata Hook.) DAN JELUTUNG RAWA (Dyera lowii Hook.) DI SUMATERA SELATAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

The Attack of Leaf Spot on Jelutung Darat (Dyera costulata Hook.) and Jelutung Rawa

(Dyera lowii Hook.) in South Sumatera

1) 2) 1)

Sri Utami , Illa Anggraeni dan/and Sahwalita

1)

Balai Penelitian Kehutanan Palembang

Jl. Kol. H. Barlian KM 6,5 Kotak Pos 179 Punti Kayu, Palembang Telp./Fax. (0711) 414864

2)

Peneliti di Pusat Litbang Hutan Tanaman Bogor

Kampus Balitbang, Jl. Gunung Batu No. 5, PO Box 331, Bogor 16610 Telp. 0251 8631238 Fax. 0251 7520005

Naskah masuk : 21 Juni 2008 ; Naskah diterima : 14 Oktober 2008

ABSTRACT

In the establishment of jelutung plantation forest, there live a lot of obsteiles, among others particular diseases that attack jelutung plants. One of the diseases attack jelutun darat (Dyera costulata Hook.) and jelutung rawa (Dyera lowii Hook.) is leaf spot, caused by various pathogenic fungi that render leaves of those plants dry and falling off. As a remenial control, its needs conducting research to look into the causes of leaf spot disease. As such, several tests have been conducted using Koch's postulate proceeded by the symptom observation on the field. As a result, those pathogenis fungi could be identified namely Pyrenochaeta sp. for land jelutung leaves. Mean while, the fungi for mash jelutung leaves were Pestalotia sp. and Meliola sp.

Keyword : leaf spot, Koch's postulates, Dyera costulata Hook., Dyera lowii Hook., Meliola sp., Pestalotia sp., Pyrenochaeta sp.

ABSTRAK

Dalam pembangunan hutan tanaman jelutung banyak kendala yang harus dihadapi, diantaranya permasalahan penyakit yang sewaktu-waktu menyerang tanaman jelutung, baik di persemaian maupun di lapangan. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman jelutung darat (Dyera costulata Hook.) dan jelutung rawa (Dyera lowii Hook.) adalah penyakit bercak daun, yang disebabkan oleh berbagai fungi patogen mengakibatkan daun menjadi kering dan rontok. Untuk melakukan pengendalian penyakit diperlukan penelitian untuk mengetahui jenis penyebab penyakit tersebut. Untuk itu telah dilakukan pengujian - pengujian dengan postulat Koch yang didahului dengan pengamatan gejala di lapangan. Dari hasil identifikasi diketahui bahwa jenis patogen yang menyerang jelutung darat adalah fungi patogen Pyrenochaeta sp. dan yang menyerang daun jelutung rawa adalah fungi patogen Pestalotia sp. dan Meliola sp. Kata kunci : Bercak daun, Dyera costulata Hook., Dyera lowii Hook., Meliola sp., Pestalotia sp.,

(2)

I. PENDAHULUAN

Jelutung (Dyera) merupakan jenis pohon yang termasuk dalam famili Apocynaceae, yang terdiri dari dua jenis yaitu Dyera lowii Hook dan D. costulata Hook. (Martawijaya et al., 1981). D. lowii adalah jenis jelutung yang tumbuh di rawa sedangkan D. costulata merupakan jenis jelutung yang hidup di darat. Jelutung merupakan salah satu jenis pohon prioritas yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dikembangkan, karena kayunya bernilai ekonomi tinggi dan keberadaannya sudah langka. Kayu jelutung dapat digunakan untuk cetakan, meja gambar, ukiran, pensil dan kayu lapis (Martawijaya et al., 1981). Ekspor kayu gergajian

3 3

jelutung dari Malaysia tahun 1992 mencapai 19.000 m dengan harga US $ 437/m . Negara pengimpor jelutung adalah Jepang (Lemmens et al., 1995). Selain kayunya, getah jelutung juga mempunyai nilai ekonomi tinggi.

3

Pada tahun 1987, Indonesia mampu mengekspor getah jelutung sebesar 32.589 m yang setara dengan 2.183.462 US$ (Anonim, 1995). Getahnya disadap sebagai campuran permen karet dan digunakan dalam pembuatan cat dan kertas (Sutisna dkk., 1998). Selain getah, rambut akar (folides) seringkali dipakai untuk obor dan penolak nyamuk (Lemmens et al., 1995).

Berdasarkan kondisi tersebut di atas telah diupayakan pembangunan hutan tanaman jelutung. Dalam pembangunan hutan tanaman jelutung banyak kendala yang dihadapi, diantaranya permasalahan penyakit yang sewaktu-waktu menyerang, baik di persemaian maupun di lapangan. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman jelutung adalah penyakit daun, yang disebabkan oleh berbagai fungi patogen. Penyakit tersebut dapat menyebabkan daun menjadi kering dan rontok, akibat yang lebih parah adalah kemungkinan gagalnya usaha pertanaman. Serangan penyakit bercak daun dapat menghambat dan mengurangi hasil fotosintesa dan selanjutnya akan menghambat pertumbuhan (Agrios, 2005). Untuk melakukan pengendalian penyakit tersebut secara efektif dan efisien diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai penyebab penyakit. Untuk itu telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui penyebab penyakit yang menyerang daun (bercak daun) jelutung darat dan jelutung rawa. Penelitian dilaksanakan melalui pengujian-pengujian dengan postulat Koch yang didahului dengan pengamatan gejala di lapangan, kemudian dilakukan di laboratorium.

Penelitian lapangan di lakukan di dua lokasi yaitu persemaian Balai Penelitian Kehutanan Palembang dan di kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Persemaian Balai Penelitian Kehutanan Palembang, terletak pada ketinggian ± 60 meter di atas permukaan laut dengan topografi relatif datar. Suhu dan kelembaban rata-rata selama penelitian 23ºC - 28ºC dengan kelembaban relatif antara 70%-80%, dengan rata-rata intensitas cahaya matahari sebesar 57,7%. Curah hujan 2.000 - 3.000 mm/tahun dengan curah hujan 8,22 mm/hari (Stasiun Klimatologi di Kenten-Palembang). Jenis tanah podsolik merah kuning, dengan iklim tipe B (Schmidt dan Ferguson, 1951). Sedangkan lokasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan adalah lahan pertanaman berupa rawa dengan kedalaman sedang. Penelitian dilanjutkan di laboratorium Perlindungan Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Bogor.

II. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN

Diagnosis yang cepat dan tepat dari penyakit yang menyerang tanaman sangat penting sebelum dilakukan suatu tindakan pengendalian. Dalam beberapa hal jenis penyakit tanaman dapat mudah diidentifikasi dengan cara pengamatan gejala dan tanda pada tanaman tersebut atau dibantu dengan pengamatan mikroskopis dengan membuat preparat dari bagian tanaman yang sakit secara langsung. Tetapi adapula jenis penyebab penyakit yang tidak langsung teridentifikasi, untuk ini diperlukan beberapa perlakuan seperti isolasi patogen pada media buatan hingga diperoleh biakan murni. Postulat Koch merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses identifikasi patogen untuk mengetahui bahwa patogen tersebut benar-benar merupakan penyebab utama timbulnya penyakit.

(3)

Isolasi patogen dilakukan dari jaringan daun yang menunjukkan gejala penyakit daun yang ditumbuhkan pada cawan petri berisi media PDA 2% (media agar kentang/ Potatos Dextrose Agar), sampai diperoleh biakan murni. Hasil isolasi dari daun jelutung darat maupun jelutung rawa diperoleh 3 jenis fungi. Masing-masing fungi diidentifikasi. Identifikasi dilakukan dengan pengamatan sifat-sifat mikroskopis (hifa, tubuh buah dan konidia) dan makroskopis (gejala penyakit dan tanda penyakit di lapangan). Berdasarkan ciri-ciri tersebut fungi patogen diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi atau yang dideskripsikan dengan pustaka (Alexopoulos dan Mims, 1979; Barnett, 1965; Dwidjoseputro, 1978 dan Streets, 1980). Selanjutnya masing-masing jenis fungi dibiakkan secara massal/diperbanyak, dibuat suspensi yang kemudian masing-masing suspensi jenis fungi diinokulasikan pada daun bibit tanaman yang sehat. Setelah bibit tanaman yang diinokulasi menunjukkan gejala yang sama dengan gejala di lapangan/pengamatan awal, dilakukan reisolasi yang caranya sama dengan cara isolasi. Hasil reisolasi yang sudah berupa biakan murni diidentifikasi ulang untuk lebih meyakinkan.

III. JENIS PATOGEN YANG MENYERANG DAUN JELUTUNG

1. Pyrenochaeta sp.

Serangan penyakit daun pada jelutung darat menunjukkan gejala awal serangan pada permukaan daun terdapat bercak-bercak klorosis berwarna kuning kecoklatan berbentuk bulat. Pada perkembangan selanjutnya warna bercak menjadi coklat tua agak kemerah-merahan, kering dan melebar yang pada akhirnya seluruh permukaan daun dipenuhi oleh bercak, akibatnya daun menjadi kering dan rontok. Serangan bercak daun (Gambar 1) umumnya dimulai dari daun-daun yang lebih tua, kemudian ke beberapa daun yang lebih muda dan selanjutnya patogen menyebar ke seluruh tanaman. Pada serangan yang berat batang tanaman menjadi kering. Penyakit tersebut mengakibatkan matinya bagian daun yang disebut bercak klorosis, adanya bercak klorosis inilah yang menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada daun.

Bercak daun

berwarna coklat tua

agak

kemerah-merahan, kering dan

melebar

(4)

piknidia

konidia

Gambar (Figure) 2. Piknidium Pyrenochaeta sp. (Picnidium of pyrenochaeta sp.)

Pyrenochaeta sp. merupakan patogen yang bisa terbawa oleh benih. Apabila benih yang digunakan tidak disterilisasi terlebih dahulu maka berpeluang terinfeksi patogen. Menurut Utami et al. (2008), Pyrenochaeta sp. merupakan salah satu fungi yang mempunyai kemampuan melakukan penetrasi dan infeksi pada bibit yang mempunyai sukulensi tinggi. Suhu optimum yang diperlukan untuk sporulasi

0

Pyrenochaeta lycopersici yaitu 20 - 24 C (McGrath dan Campbell, 1983). Suhu ini masih ada dalam kisaran suhu di lokasi persemaian. Hal inilah mungkin merupakan salah satu faktor penyebab berkembangnya penyakit bercak daun Pyrenochaeta sp. di persemaian (Utami et al., 2008). Menurut Agrios (2005), pada suhu optimum patogen menjadi sangat aktif, walaupun tanaman inang juga dalam keadaan optimum. Teknik silvikultur seperti penggunaan sistem genangan. dapat meningkatkan kelembaban tanah dan menurunnya suhu tanah. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya sukulensi tanaman. Menurut Agrios (2005), patogen menjadi dapat aktif walaupun tanaman dalam kondisi optimum. Disamping itu tanaman yang sukulen umumnya rentan terhadap serangan patogen.

Besarnya persentase serangan penyakit di persemaian sebesar 35,95% yang masih dikategorikan serangan sedang. Sedangkan di lapangan di bawah 5%, yang dikategorikan serangan ringan. Walaupun tingkat serangan patogen belum begitu membahayakan, tetapi tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit perlu dilakukan, diantaranya : (1) sterilisasi benih untuk mencegah infeksi patogen yang bersifat seed borne, (2) pengaturan sistem penggenangan untuk mencegah timbulnya patogen, (3) memelihara kesuburan tanaman dengan pemupukan yang seimbang, dan (4) pengendalian kimiawi dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomil.

2 . Pestalotia sp.

Serangan penyakit pada jelutung rawa menunjukkan gejala pada daun terdapat bercak berwarna coklat kelabu dengan tepi merah kelabu, yang di pusatnya terbentuk banyak konidia seperti tepung hitam halus (Gambar 3). Bercak tidak teratur bentuknya dan dapat bersatu sehingga daerah bercak semakin meluas. Akibat bercak daun, daun menjadi kering dan rontok. Infeksi patogen juga terjadi pada batang.

Hasil pengamatan di bawah mikroskop menunjukkan bahwa fungi mempunyai hifa bersepta, hialin, mempunyai tubuh buah yang disebut piknidia yang menghasilkan konidia. Piknidia berbentuk botol dan ostiolate. Piknidia berwarna coklat sampai hitam dan mempunyai seta (rambut kaku) yang muncul dari bagian atasnya. Konidia berukuran 2 - 4 X 1 - 2 µm, terdiri dari 1 sel, berbentuk oval sampai silinder (Gambar 2).

Dari sifat-sifat tersebut di atas yang secara konsisten dapat diamati pada hasil isolasi, sesuai dengan sifat-sifat fungi Pyrenochaeta yang dideterminasi oleh Barnett (1965). Oleh karenanya fungi penyebab bercak daun pada jelutung darat teridentifikasi adalah Pyrenochaeta sp. Menurut Alexopoulos dan Mims (1979), Pyrenochaeta sp. termasuk dalam phyllum Ascomycota, kelas Euascomycetes, ordo Dothideales, famili Lophiostomataceae.

(5)

Hasil pengamatan di bawah mikroskop menunjukkan bahwa fungi mempunyai hifa bersepta, hialin, mempunyai tubuh buah yang disebut aservuli yang terletak di bawah epidermis tanaman inang. Dalam aservuli terdapat konidia yang bersekat 2 - 5 dengan dinding tebal, konidia berbentuk lonjong agak meruncing pada kedua ujungnya. Pada salah satu ujung konidia terdapat seperti bulu cambuk yang berjumlah 2-3 (Gambar 4).

Sifat-sifat mikroskopis tersebut di atas sesuai dengan sifat-sifat fungi Pestalotia yang dikemukakan oleh Barnett (1965) dan Yamni et al. (2006). Oleh karenanya fungi penyebab bercak daun jelutung rawa dengan sifat-sifat mikroskopisnya yang khas tersebut adalah Pestalotia sp. Menurut Alexopoulos dan Mims (1979) Pestalotia sp. termasuk dalam kelas Deuteromycetes, ordo Melanconiales dan famili Melanconiaceae. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit bercak Pestalotia ini antara lain suhu dan kelembaban tanah. Tanah yang terlalu lembab dengan sistem aerasi yang kurang bagus akan mendukung tumbuh dan berkembangnya patogen. Persentase serangan penyakit bercak Pestalotia sp. di lapangan kurang dari 5%. Tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit perlu dilakukan sejak dini. Teknik pengendalian yang umum dilakukan adalah : (1) sanitasi area pertanaman, (2) mencabut dan membakar tanaman yang sakit, dan (3) bila perlu dilakukan penyemprotan fungisida yang berbahan aktif benomil dan triabinemol (Rahayu, 1999 ; Anggraeni dan Suharti, 1996)

Gambar (Figure) 4. Biakan murni Pestalotia sp., konidianya berbentuk lonjong agak meruncing pada kedua ujungnya ( Pure culture Pestalotia sp., konidianya slightly oval-shaped taper at both ends)

bercak coklat kelabu

Gambar (Figure) 3. Gejala bercak coklat kelabu pada daun jelutung rawa (Symption of greyish-brown spot on Jelutung rawa leaf)

(6)

warna hitam pada permukaan daun bagian atas

Gambar (Figure) 5. Gejala serangan pada daun jelutung rawa (Sympton of the attack on Jelutung rawa leaf) 3. Meliola sp.

Penyakit ini menyebabkan warna hitam pada permukaan daun bagian atas (Gambar 5). Miselium yang berwarna hitam gelap, menempel pada daun dengan pertolongan hipopodia ( hifa untuk mengabsorb makanan masuk ke dalam jaringan daun) sehingga susah dilepaskan. Bentuk koloni fungi pada permukaan daun seperti bintang. Sering pula terdapat adanya setae. Bila serangan berat, maka pada seluruh permukaan daun akan dipenuhi dengan bintang-bintang yang berwarna hitam.

Dari pengamatan mikroskopis yang telah dilakukan, fungi penyebab penyakit bercak daun seperti yang disebutkan di atas mempunyai sifat sebagai berikut : peritesia berwarna hitam, mempunyai ostiola tetapi tidak mempunyai apendik. Spora terdiri dari beberapa sel yang berwarna gelap (Gambar 6.A). Hifa mempunyai tonjolan-tonjolan yang disebut hipopodium (Gambar 6.B).

Sifat-sifat fungi yang disebutkan di atas sesuai dengan sifat-sifat fungi yang dikemukakan oleh Alexopoulos dan Mims (1979) yaitu Meliola sp. Oleh karenanya fungi penyebab bercak daun jelutung rawa dengan sifat-sifat mikroskopisnya yang khas tersebut teridentifikasi sebagai fungi Meliola sp. Menurut Alexopoulos dan Mims (1979), Meliola sp. masuk dalam divisi Ascomycota, kelas Ascomycetes, famili Meliolaceae.

A

B

(7)

Meliola sp. akan tumbuh bila pada permukaan daun terdapat embun madu yang dikeluarkan oleh serangga, seperti kutu dompolan putih, kutu dompolan hijau, wereng mangga, aphid, dan lain-lain (Rukmana dan Saputra, 1997).

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya penyakit, diantaranya yaitu kelembaban tanah dan teknik budidaya. Tingkat serangan penyakit ini tergolong berat/parah, sehingga tindakan pencegahan dan pengendalian perlu dilakukan sejak dini. Teknik pengendalian yang bisa dilakukan yaitu : (1) mengatur sistem aerasi tanah, (2) mengatur sistem genangan di lahan rawa gambut, (3) mengatur jarak tanam untuk mencegah infeksi dan dispersi penyakit dari tanaman inang lain, (4) jika perlu dilakukan penyemprotan fungisida berbahan aktif dinikonazol, dan (5) menyebarkan/menghembuskan tepung belerang (Hoitink & Fahy, 1986).

IV. KESIMPULAN

1. Jenis patogen yang menyerang daun jelutung darat adalah Pyrenochaeta sp. dengan sifat-sifat sebagai berikut, hifanya bersepta, hialin. Tubuh buah berupa piknidium berbentuk botol dan ostiolate berwarna coklat sampai hitam dan mempunyai setae (rambut kaku) yang muncul dari bagian atasnya. Konidia berukuran 2 - 4 X 1 - 2 µm, terdiri dari 1 sel, berbentuk oval sampai silinder.

2. Jenis patogen yang menyerang daun jelutung rawa adalah :

- Pestalotia sp. dengan sifat-sifat sebagai berikut hifa berseptat, hialin, Tubuh buah berupa aservuli. Dalam aservuli terdapat konidia yang bersekat 2 - 5 dengan dinding tebal, konidia berbentuk lonjong agak meruncing pada kedua ujungnya. Pada salah satu ujung konidia terdapat seperti bulu cambuk yang berjumlah 2-3.

- Meliola sp. dengan sifat-sifat sebagai berikut hifanya mempunyai tonjolan-tonjolan yang disebut hipopodium. Mempunyai tubuh buah berupa peritesia, berwarna hitam, mempunyai ostiola akan tetapi tanpa apendik. Sporanya terdiri dari beberapa sel yang berwana gelap.

DAFTAR PUSTAKA

th

Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. 5 eds. Elsevier Academic Press. USA.

Alexopoulos, C.J. and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. John Wiley & Sons.

Anggraeni, I. dan M. Suharti. 1996. Penyakit Bercak daun pada Shorea spp. di kebun percobaan Carita dan Haurbentes. Buletin Penenlitian Hutan No. 600. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor. Anonim. 1995. A Guide and Strategy for Their Conservation. IUCN Publications Unit. Vol 2. Cambridge. UK.

http://www.unep-wcmc.org. (29-6- 2007).

Barnett, H.L. 1965. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burges Publishing Company. Minneapolis - USA. Dwidjoseputro. D. 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bandung.

H o i t i n k , H A J a n d F a h y . 1 9 8 6 . B a s i s f o r t h e C o n t r o l o f S o i l b o r n e P l a n t Pathogens.http:www.annualreviews.org (1-7-2007).

Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara, W.C. Wong. (Eds.). 1995. Plant Resources of South East Asia (PROSEA) 5(2) Timber trees: Minor commercial timbers. Backhys Publishers. Leiden 655pp. http://www.unep-wcmc.org. (29-6- 2007).

(8)

Martawijaya, A., I. Kartasuna, K. Kadir, S.A.Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.

McGrath, D.M., R.N. Campbell. 1983. Improved Methods for Inducing Sporulation of Pyrenochaeta lycopersici. Plant Disease Vol. 67 (11): 1245-1248. http://www.md.csa.com. (1-7- 2007).

Rahayu, S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia. Gejala, penyebab dan teknik pengendaliannya. Penenrbit Kanisius. Yogyakarta.

Rukmana, R., U.S. Saputra. 1997. Penyakit Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius. Yogyakarta.

Schmidt, F.H. and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Types based on Wet and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No. 42. Direktorat Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

Siahaan H, Nasrun, S. Islam, J. Muara. 2005. Teknologi Penanganan Benih. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Palembang.

Streets, R.B. 1980. Diagnosis Penyakit Tanaman (Terjemahan : Imam Santoso) The University of Arizona Press. Tuscon - Arizona. USA.

Sutisna, U., T. Kalima, Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Yayasan PROSEA Bogor dan Pusat Diklat Pegawai & SDM Kehutanan. Bogor.

Utami, S., Asmaliyah, H. Siahaan. 2008. Identifikasi Penyakit pada Bibit Jelutung (Dyera costulata Hook. F) di Persemaian. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Inpres.

Yamni, K., N. Dohou, A. Outcoumit, A.O. Touhami, A. Douira. 2006. First Report of Pestalotia subcuticularis on Pyrus mamorensis in Moroco. Phytopathologia Mediterranea (45) : 40 - 22. http://www.md.csa.com. (30-7- 2007).

Gambar

Gambar  (Figure) 6. A. Spora   B. Hipopodium

Referensi

Dokumen terkait

memisahkan signal informasi (yang berisi data atau pesan) dari signal pembawa (carrier) yang diterima sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik,

Konsep-konsep dasar tersebut seperti simbol-simbol unsur, rumus kimia suatu senyawa, pernyataan bahwa jumlah molekul dalam persamaan reaksi diwakili oleh koefisien reaksi serta

Dalam hal penerapan sanksi pidana berupa kurungan badan terhadap pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh Kapal Ikan Asing (KIA) di Wilayah Pengelolaan Perikanan

Jika semula seorang calon sarjana dapat mengatakan bahwa kepustakaan tentang sesuatu yang akan ditulisnya sebagai tesis itu belum ada, karena tidak bisa diketemukan di

Golongan masyarakat terekslusi yang dimaksud adalah mereka yang merupakan warga DKI Jakarta namun memiliki kesulitan mengakses layanan informasi ke perpustakaan

Pada mata kuliah yang diajarkan di perkuliahan teori, dalam hal ini SKI, Fisika, Mekatronika, dan juga Otomasi Industri, apakah mahasiswa sudah pernah diajarkan mengenai

Pada bagian sistem pendaratan otomatis banyak metode yang digunakan dalam membuat pesawat dapat mendarat secara otomatis.Salah satunya adalah dengan menggunakan citra dari

atas semua perlakuan. Kegiatan ini diikuti dengan pencatatan yang memungkinkan peneliti mendapatkan temuan. Pada siklus I ini, pengamatan yang meliputi aspek-aspek