SIKAP PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA
MEROKOK DI SURABAYA
(
Study deskriptif sikap perokok Surabaya terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada iklan,reklame, dan label bungkus rokok)SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP
UPN : “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
MAHARDIKA PUTRA S.
NPM. 0543010307
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JUDUL PENELITIAN : SIKAP PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DI SURABAYA
Nama Mahasiswa : Mahardika Putra Sidharta
NPM : 0543010307
Jurusan : Ilmu komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik
Telah disetujui untuk mengikuti ujian /seminar proposal
Pembimbing Utama
Dr.Catur Suratnoaji.Msi (NIP/NPT. 3 6804 94 0028 1)
DEKAN
SIKAP MAHASISWA PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DI SURABAYA
(Studi Deskriptif sikap Mahasiswa perokok terhadap pesan peringatan bahaya merokok di Surabaya)
Oleh :
MAHARDIKA PUTRA SIDHARTA 0543010307
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 31 Januari 2011
PEMBIMBING UTAMA TIM PENGUJI
1. Ketua
Drs. Catur Suratnoaji, M.Si NIP. 3 6804 94 0028 1
Ir. Didiek Trenggono.M.Si NIP. 19581 225199001 1001 2. Sekretaris
Drs. Catur Suratnoaji, M.Si NIP. 3 6804 94 0028 1 3. Anggota
Dra. Diva Clareta. M.Si NIP. 3 6601 94 0025 1 Mengetahui,
DEKAN
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pemberi nafas hidup pada
seluruh makhluk. Hanya kepadaNya-lah syukur dipanjatkan atas terselesaikannya
Skripsi ini. Sejujurnya penulis mengakui bahwa pendapat memang sulit adanya, tetapi
faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri, karena itu kebanggaan penulis bukan
hanya sampai di sini, tetapi penulis bangga telah berusaha untuk menundukkan diri
sendiri.
Hal ini bertujuan untuk dijadikan bahan acuan penulis dalam penyelesaian
Skripsi nantinya. Selama melakukan penulisan ini, tak lupa penulis menyampaikan
ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama melakukan
penulisan dan pengajuan skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati. M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Catur Suratno aji, Msi selaku dosen pembimbing skripsi penulis.
3. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
4. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, S.Sos., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi.
5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan dorongan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk kekasihq Crista Destaviani yang selalu mendampingi memberikan doa dan
semangatnya.
4. Teman-teman angkatan 2004 (Amang, cak cozy,. Nur Aini, Mika Prasetyawan) dan
2004 (Samid, Bendot, Galih, Jenggot, Kebo, Candra, Bueody, Yoyok, Delly,
ambon, Adit, Surya, Delly, Pak Rusdi, Pak Ashar, Pak Chamim, Yanto Messi, Pak
Alrbert ) yang selalu memberikan masukan kepada penulis selama bimbingan
skripsi maupun saat kuliah, dan terima kasih buat sahabat-sahabat terbaik lainnya
yang telah membantu dan memberi semangat guna kelancaran proses praktek
maupun penulisan laporan skripsi.
5. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis. Penulis menyadari
masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam penyusunan ini. Maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima Kasih.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini belum sempurna dan penuh
keterbatasan. Dengan harapan bahwa Insya Allah berguna bagi rekan-rekan di Program
Studi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan
untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Surabaya, 29 Maret
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL...……….... ii
ABTRAKSI...iii
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI ………...……….. vi
DAFTAR TABEL ………..ix
DAFTAR GAMBAR …..………..………….x
DAFTAR LAMPIRAN …..………..……...xi
BAB I PENDAHULUAN ……….…. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ……….……….… 1
1.2. Perumusan Masalah ……….…….…… 4
1.3. Tujuan Penelitian ……….………. 5
1.4. Kegunaan Penelitian ……….……... .6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….………..……… 11
2.1. Landasan Teori ……….…...7
2.4. Devinisi Mahasiswa ..……….……..…... ...14
2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Perokok………...15
2.6. Kerangka Berpikir ………..….…. ..17
BAB III METODE PENELITIAN ………... .19
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………..…….19
3.1.1. Sikap Mahasiswa UPN Veteran Surabaya………....19
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ……...……...…… .24
3.2.1. Populasi ………...…….….….…… .24
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel …..…..…….….…….. .27
3.3. Teknik Pengumpulan Data ……..………..………..……....28
BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Pesan Peringatan Bahaya Merokok…………....32
4.1.2 Kharateristik Responden……...………...36
4.1.3 Usia Responden………....36
4.1.4 Jenis Kelamin Responden………...37
4.1.5 Pendidikan Responden...37
4.2.1. Aspek Kognitif...41
4.2.2 Aspek Afektif...45
4.2.3. Aspek Konatif...48
4.4 Rekapitulasi Hasil Komponen Sikap (Kognitif,Afektif,Konaktif)...55
4.4.1 Rekapitulasi Sikap Kognitif...52
4.4.2 Rekapitulasi Sikap Afektif...54
4.4.3 Rekapitulasi Sikap Konaktif...55
4.4.4 Rekapitulasi sikap Keseluruhan...56
4.5. Rekapitulasi Tingkat Konsistensi Responden dalam memahami Pesan Peringatan Bahaya Merokok...59
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...60
5.2 Saran...61
DAFTAR PUSTAKA ………...64
DAFTAR TABEL
Tabel 7. Pengetahuan Responden...41
Tabel 8. Pemahaman Ressponden...43
Tabel 9. Pengetahuan Responden...44
Tabel 10. Sikap Responden...45
Tabel 11. Kecemasan Responden...47
Tabel 12. Tindakan Responden...48
Tabel 13. sikap Responden...49
Tabel 14 Respon Responden...50
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1. Teori S – O – R ……….. 11
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1. jumlah Mahasiswa Surabaya...27
Tabel 2 sikap kognitif...41
Tabel 3 Tabel Afektif...45
xii
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1. Kuesioner ……… 36
Lampiran 2. Surat Edaran yayasan………37
iii
ABSTRAKSI
MAHARDIKA PUTRA. S, SIKAP MAHASISWA PEROKOK TERHADAP PERINGATAN BAHAYA MEROKOK (Study Deskriptif sikap Mahasiswa Perokok Terhadap Pesan Peringatan Bahaya Merokok Di UPN Surabaya)
Penelitian ini didasarkan atas fenomena permasalahan meningkatnya jumlah perokok pada setiap tahunnya. Dan kematian pada tahun 2020 akan meningkat dua kali jika kebiasaan konsumsi rokok terus bertamabah pada setiap tahun. Usaha Pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah dengan membuat pesan peringatan bahaya merokok pada label bungkus rokok, spaanduk, dan iklan di televisi maupun di media cetak.akan tetapi, masih banyak para perokok yang mengabaikan pesan peringatan tersebut. Dan teteap memilih untuk merokok padahal secara pengetahuan mereka paham dari makna pesan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana sikap Mahasiswa perokok terhadap pesan peringatan bahaya merokok
Teori yang digunakan yaitu meliputi teori sikap, dan teori S-O-R, Teori Disonansi Kognitf.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan analisis tipe deskriptif. Untuk mengetahui sikap, digunakan pengukuran yang dinyatakan oleh total skor pernyataan responden mengenai sikap mahasiswa perokok terhadap pesan peringatan bahaya merokok. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dari populasi Mahasiswa Surabaya yang merokok. Dan terpilih 100 orang dan sampel diperoleh melalui claster random sampling dengan metode analisis data menggunakan distribusi frekuensi.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa Responden sebenarnya secara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok,
perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang
masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal tersebut bisa dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum
maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang
yang sedang merokok. Sejauh ini, tembakau berada pada peringkat utama
penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia. Tembakau menyebabkan satu
dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta
kematian tahun 2006. Ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik. Kematian
pada tahun 2020 akan mendekati dua kali jumlah kematian saat ini jika kebiasaan
konsumsi rokok saat ini terus berlanjut.
Mayoritas Mahasiswa perokok menganggap merokok adalah lambang
kedewasaan, kejantanan, percaya diri dan gengsi. Pada remaja kalangan sosial
ekonomi bawah, merokok bisa menghilangkan kebosanan, menghindari stres di
rumah, dan 80 persen mengatakan merokok sebagai kompensasi terhadap rasa
rendah diri. Merokok pertama kali tidak enak, tetapi saat mengisap batang
keempat, mereka kemudian dapat jadi perokok aktif dalam jangka panjang.
http://kesehatan.kompas.com/read/2008/06/07/17531289/Jumlah.Perokok.Pe
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003, tiap bungkus rokok
harus mencantumkan peringatan kesehatan tunggal dan tidak berganti-ganti yang
bunyinya “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan
gangguan kehamilan dan janin” . Setiap iklan rokok harus mengalokasikan
minimal 15 persen dari luasnya untuk peringatan kesehatan yang sama. Hal ini
berbeda dengan FCTC WHO yang mensyaratkan, peringatan kesehatan
menempati 30-50 persen dari permukaan lebar bungkus rokok, pesan tunggal dan
berganti-ganti, bisa berbentuk gambar. Menurut hasil studi PPK UI, meski lebih
dari 90 persen masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan pada bungkus
rokok, tapi 42,5 persen dari mereka tak percaya karena tidak melihat bukti.
Sebanyak 26 persen dari responden tidak termotivasi berhenti merokok, 26 persen
tak peduli karena terlanjur ketagihan, 20 persen mengatakan tulisan tidak jelas.
Mayoritas responden memilih peringatan kesehatan berbentuk gambar disertai
tulisan, 80 persen di antaranya mengusulkan luas gambar 50 persen dari sisi lebar
kemasan rokok.
http://perempuan.kompas.com/read/xml/2009/05/15/16505839/function.simpl
exm.
Akan tetapi, ketika perokok membaca pesan peringatan tentang bahaya
merokok pada label bungkus rokok. Para perokok mengabaikan pesan peringatan
tersebut, dan tetap memilih untuk merokok, Hal itu disebabkan karena telah
terjadi hubungan disonan (tidak harmonis) antara tingkat pengetahuan dengan
sikap yang diambil perokok tersebut. Karena telah terjadi perubahan daya tarik
diambil diantara banyak alternatif yang dirangking sesuai keinginan. Ketika Ia
belum diputuskan untuk dipilih, dan alternatif pilihan yang ditolak tampak
memang tidak sesuai dengan keinginan kita dibandingkan sebelum keputusan
untuk memilih diambil. (Brehm,1956).
Dari uraian diatas menarik perhatian penulis untuk meneliti
”Ketidaksesuaian antara tingkat pengetahuan dan sikap perokok terhadap pesan
peringatan bahaya merokok pada label bungkus rokok”. Peneliti memutuskan
memilih Mahasiswa Surabaya sebagai tempat objek penelitian, dikarenakan
Universitas Surabaya merupakan Universitas yang mendukung peraturan daerah
no 5 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok
(KTM), yang dikeluarkan atau diberlakukan pemerintah Surabaya pada hari kamis
22 Oktober 2009. dan dipublikasikan pada koran jawa pos pada tangga 21
Oktober 2009. Dalam isi perda tersebut menjelaskan ada 5 kawasan yang dilarang
untuk merokok, jika dilanggar akan dikenakan hukuman penjara selama tiga bulan
atau denda uang. Lima kawasan yang termasuk dalam KTR yakni, kawasan
belajar mengajar seperti sekolahan, sarana kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas maupun pelayanan kesehatan lainnya. Tempat bermain anak-anak,
tempat ibadah dan angkutan umum. Sedangkan tempat untuk perokok, akan
disediakan ruangan khusus seperti bilik-bilik atau ruangan khusus lainnya di
beberapa tempat seperti, perkantoran pemerintah atau swasta, terminal, mall dan
tempat umum lainnya.(Jawa pos 21 Oktober 2009)
Dukungan pihak Universitas Surabaya yaitu, dengan membuat pesan
melakukan pra penelitian, masih ada saja Mahasiswa yang mengabaikan pesan
larangan tersebut dan masih tetap memilih untuk merokok. Hal itulah yang
menarik perhatian peneliti untuk menjadikan mahasiswa Surabaya sebagai subyek
penelitian
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sikap Mahasiswa Surabaya terhadap pesan peringatan
larangan merokok”.
2. Faktor – faktor apa saja yang menentukan sikap mahasiswa Surabaya
terhadap pesan peringatan.bahaya merokok
1.3. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sikap Mahasiswa perokok
terhadap pesan peringatan terhadap bahaya merokok antara lain :
a. Untuk memahami sikap Mahasiswa perokok Surabaya terhadap pesan
peringatan bahaya merokok.
b. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang menentukan sikap
1
1.3.2. Kegunaan Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian tentang ”Sikap mahasiswa perokok
terhadap pesan peringatan bahaya merokok, diharapkan dapat :
1. Secara teoritis
Bagi kepentingan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui Ketidaksesuaian suatu tingkat pengetahuan dan sikap
perokok dan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai masukan atau tambahan referensi penelitian
komunikasi selanjutnya.
2. Secara praktis
Dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang
menyenangkan atau normal terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek.
Sikap relatif menetap, berbagai study menunjukan bahwa sikap kelompok
cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. ( Rahmat,2001:33 )
Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan
masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai
respon yang akan timbul dari reaksi individu. Respon yang terjadi sangat
evaluatif, berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh
proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap
stimulus dalam bentuk baik, buruk, positif dan negative, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, suka tau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhadap objek sikap.( Rahmat,2001:40 )
Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar.
Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu
bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan,
komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang.
Pada hakekatnya,sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai
efek, dimana efek tersebut ada 3 yaitu :
1. Efek kognitif
Yaitu sikap yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,
keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek
sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang
menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan
evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik
atau tidak baik terhadap lingkungannya.
2. Efek afektif
Sikap emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang
berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai
yang dimiliki.
3. Efek konatif
Sikap yang merupakan kecenderungn seseorang bertindak terhadap
lingkungan dengan ramah, sopan, bermusuhan, menentang,
melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.
( Djalaludin Rahmat, 2003 : 119 ).
2.2 Teori S-O-R
Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi teori
sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, kognitif,
afektif, dan konatif. Teori S-O-R sebagai singkatan dari
Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan di antara dua unsur komunikasi yaitu
komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda,
lambang dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan
sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan
memberikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon
dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya
response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang
menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan
tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu
komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan
suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk
apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.
Unsur-unsur dalam model ini adalah :
1. Pesan ( stimulus ) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat
berupa tanda dan lambang.
2. Komunikan ( Organisme ) merupakan keadaan komunikan di saat
menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh
3. Efek (Response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari
komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan
konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya
komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan
pengetahuan bagi komunikan.
( Effendi, 2003:255 )
Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian,
pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek maka sangat
tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori
dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut.
Response ( Perubahan Sikap )
a. Kognitif b. Afektif c. Konatif Organisme
a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Stimulus
Menurut gambar ini model di atas menunjukan bahwa stimulus atau pesan
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa pesan ” Merokok
Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi Dan Gangguan
Kehamilan Dan Janin ” pada label rokok. Mungkin diterima atau mungkin saja
terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus
atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya
komunikan tersebut mengerti dari pesan yang yang telah disampaikan. Dan proses
terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang
menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. ( Effendy, 2003:256 ).
2.3 Teori Disonansi
Teori Disonansi beranggapan bahwa dua elemen pengetahuan ”
merupakan hubungan yang disonan (tdak harmonis) apabila, dengan
mempertimbangkan dua elemen itu sebdiri, pen gamatan satu elemen akan
mengikuti elemen satunya’’ (Festiger,1957, 165) Sebagaimana teori-teori
konsisten lainnya, teori ini berpendapat bahwa disonansi, ’’ karena secara
psikologis tidak nyaman, maka maka akan memotivasi seseorang ubtuk berusaha
mengurangi disonansi dan mencapai harmoni/keselarasan’’ dan ’’ selain
upaya-upaya itu orang juga akan mengurangi secara aktif menolak situasi-situasi dan
informasiyang sekitarnya akan meningkatkan disonansi.
Dalam disonansi kognitif elemen-elemen yang dipermasalahkan mungkin
adalah (1) tidak relevan satu sama lain, (2) kosisten satu sama lain (Festinger,
dalam istilah Festinger, harmoni). Hubungan tidak selalu dikaitkan secara logis
dengan konsistensi atau inkonsistensi. Beberapa konsekuensi yang mulai menarik
muncul dari teori disonansi, khususnya di bidang-bidang pengambilan keputusan
dan permainan peran(role playing). fokus buku ini adalah pada cara manusia
menggunakan informasi, dan teori disonansi penting sekali dalam hal itu. Karena
terjadi ketidaksesuaian antara pengetahuan dan perilaku. Dalam arti Dia tahu
bahwa merokok itu berbahaya, tetapi orang tersebut tetap merokok
Dalam pengambilan keputusan, disonansi diprediksi akan muncul karena
alternatif pilihan yang ditolak berisi fitur-fitur yang akan mengakibatkan ia
diterima, dan alternatif pilihan yang Ia pilih berisi fitur-fitur yang akan
mengakibatkan Ia ditolak Dengan kata lain, semakin sulit sebuah keputusan, maka
akan semakin besar disonansi setelah keputusan diambil ( disonansi
pasca-keputusan). Selain itu, semakin besar disonansi setelah keputusan itu maka
semakin besar pula disonansi pasca-keputusan. Seperti halnya dengan
permasalahan yang diteliti oleh peneliti yaitu ” Ketidak sesuaian tingkat
pengetahuan dengan sikap perokok terhadap pesan larangan pada label bungkus
rokok. Karena para perokok sebenarnya paham dengan isi pesan larangan
tersebut. Akan tetapi perokok tersebut tetap mengambil keputusan untuk tetap
merokok.
Karena terdapat bukti perubahan daya tarik alternatif pilihan setelah
keputusan diambil, dengan kata lain, setelah setelah keputusan yang diambil
diantara banyak alternatif pilihan yang dirangking sesuai dengan keinginan
yang ditolak tampak memang tidak sesuai dengan keinginan kita dibandingkan
sebelum keputusan untuk memilih diambil (Brehm,1956, 166). Jadi keputusan
yang diambil perokok untuk tetap merokok, dikarenakan pesan peringatan bahaya
merokok pada label bungkus rokok tidak sesuai dengan apa yang di inginkan
perokok tersebut. Sehingga Ia mengabaikan pesan tersebut dan tetap merokok.
Teori merumuskan bahwa ketika seseorang ditempatkan pada pada sebuah
situasi di mana dia harus berperilaku di depan umum yang bertentangan dengan
sikapnya pribadi, maka dia mengalami disonansi dari pengetahuan tentang fakta
tersebut. Situasi semacam itu sering terjadisebagai akibat dari kelompok untuk
menyesuaikan terhadap sebuah norma yang tidak terlalu di setujuinya.
Apabila seseorang menunjukkan tindakan di depan umum yang tidak
konsisten dengan sikapnya sendiri, diprediksikan akan terjadi disonansi. Satu cara
mengatasi disonansi antara tingkat pengetahuan dan sikap perokok terhadap pesan
peringatan bahaya merokok pada label bumgkus rokok, adalah mengubah sikap
diri untuk disesuaikan dengan perilaku publik. Apabila ada janji penghargaan atau
ancaman hukuman yang cukup besar, seseorang dapat selalu merasionalisasi
perilaku publik yang tidak cocok dengan keyakinan atau sikapnya.( misalnya saya
melakukannnya demi uang” atau ” siapa pun akan melakukan hal yang sama kalau
diancam seperti itu ”).
2.4 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah suatu proses penerima stumuli dari
83). Tingkat pengetahuan tersebut adalah pengungkapan pengetahuan . pembaca
tentang sebuah informasi yang mengarah pada sebuah informasi yang mereka
inginkan. (Heckman,1992:42).
Tingkat pengetahuan adalah ukuran tinggi rendahnya tentang sesuatu,
misalnya derajat kelas, taraf pendidikan dan pengetahuan. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dari dari kata ”tahu” dimana arti
pengetahuan itu sendiri adalah segala apa yang diketahui atau akan diketahui
berkenan dengan sesuatu hal. (Purwa Darminta, 1882:214).
Definisi tingkat pengetahuan mengacu pada apakah seseorang cukup
intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu, sehingga Ia dapat secara jelas
menindak lanjuti dengan informasi yang telah diketahuinya. Sikap atau pendapat
seseorang terhadap suatu masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki
oleh seseorang mengenai masalah tersebut (Eriyanto,1999 :239). Dalam
penggunaan kata-kata baik itu tertulis, tanda ataupun simbol maupun lisan
tersebut dengan verbal. Indikator untuk tingkat pengetahuan adalah melalui
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, dimana nantinya jawaban
responden tersebut didiberikan skor sehingga dapat diketahui tinggi,rendah dan
sedang daripada tingkat pengetahuan tersebut.
2.5 Definisi Mahasiswa.
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 sisdiknas Bab VI bagian ke empat
untuk siswa / murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam
pembelanjarannya. Sedangkan secara harfiyah, ” Maha ” yang berarti tinggi dan ”
Siswa ” yang berarti subyek pembelajar ( menurut Bobbi de porter ), jadi dari segi
bahasa ” Mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang
belajar di perguruan tinggi/Universitas.
Namun jika kita hanya memakai ” Mahasiswa ” sebagai subyek
pembelajar saja, amatlah sempit pemikiran kita, sebab meski Ia (baca :
Mahasiswa) dikat oleh suatu devinisi study, akan tetapi mengalami perluasan
makna mengenai eksistensi dan pesan yang dimainkan dirinya. Kemudian pada
perkembangan selanjutnya, ” Mahasiswa ” tidak lagi diartikam hanya sebatas
subyek pembelajar (study), akan tetapi ikut mengisi devinisi learning. Mahasiswa
adalah seorang seorang pembelajar yang tidak hanya duduk dibangku kuliah
kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal
dirumah untuk menghadapi ujian semester, ” Mahasiswa ” dituntut untuk menjadi
seorang ikon-ikon pembaharu dan pelopor-pelopor peruangan yang respect dan
tanggap terhadap isu-isu sosial yang negatif mengenai bangsa dan negara.
http:// sajak-rakyat.blogspot.com/2009/01/redevinisi arti-mahasiswa.html
2.6 Faktor-faktor yang menentukan sikap mahasiswa perokok terhadap
pesan peringatan bahaya merokok.
Notoatmojo (1993) menjelaskan perilaku manusia merupakan hasil dari
pengalaman hasil dari berbagai pengalaman dan interaksi manusia dengan
kongkrit. Prilaku baru bisa terjadi apabila ada rangsangan tertentu pula. Oleh
jarena itu dapat dijelaskan , perilakubadalah merupakan respon individu terhadap
sttimulasi yang berasal dari luar maupun dari dalam individu.
Lawrence green dalam Notoatmojo 1993) menyebutkan bahwa perilaku
terbentuk dari tiga faktor yuaitu :
a. Faktor Predisposisi.
Faktor predisposisi antara lain: pengetahuan tentang rokok dan
bahayanya, penyakit-penyakit akibat rokok, jenis-jenis rokok dan
batasan perokok pasif, sikap terhadap orang yang merokok,
kepercayaan (berhubungan dengan agama dan pandangan tentang
rokok), dan keyakinan akan kebenaran informasi yang ada.
b. Faktor Pemungkin.
Adanya peluang merokok lebih besar karena mudahnya orang
untuk mendapatkan rokok.
c. Faktor Pendorong.
Sikap atau perilaku guru, orang tua, teman dan model yang ada di
televisi terhadap rokok dapat menjadi faktor pendorong orang
untuk merokok (Notoadmojo,1993:16).
Sedangkan menurut para ahli dari WHO, perilaku seseorang dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu :
a. Tough and Feeling (pemikiran dan perasaan)
Pemikiran dan perasaan ini meliputi pengetahuan sikap, persepsi,
b. Personal References (orang penting sebagai referensi)
Orang penting ini sering disebut dengan kelompok referensi
(reference group), seperti misalnya ulama, guru, kepala adat,
pendeta dan sebagainya. Orang penting ini sering kali membentuk
opini dari pengikutnya dan dapat menjadi contoh bagi seseorang
dalam melakukan suatu tindakan tertentu.
c. Resource (Sumber-sumber).
Sumber-sumber ini meliputi dana, fasilitas, waktu, tenaga dan
sebagainya. Adanya sumber daya ini biasa berpengaruh secara
positif atau negatif terhadap tindakan seseorang.
d. Kultur Budaya. Budaya suatu masyarakat seringkali secara patuh
akan di ikuti oleh anggota Masyarakat tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa menurut WHO, perilaku keehatan seseorang
masyarakat ditentukan atau fungsi dari pemikiran dan perasaan, adanya orang lain
yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber daya atau fasilitas yang dapat
mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat (dalam Sulistyowati Muji,
2001:8).
2.6 Kerangka Berpikir
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok,
perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang
kehidupan sehari-hari, seperti di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum
maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang
yang sedang merokok. Padahal Pemerintah sudah mencamtumkan pesan
peringatan “Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi
dan Gangguan Kehamilan dan Janin” pada label bungkus rokok. Mereka tetap saja
merokok dan mengabaikan pesan peringatan bahaya merokok tersebut. Sehingga
penulis menyimpulkan adanya ketidaksesuaian antara tingkat pengetahuan dan
sikap perokok terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada label bungkus
rokok. Karena sebenarnya dengan membaca isi pesan peringatan bahaya merokok,
langsung mengambil sikap untuk berhenti merokok, bukan tetap merokok.
Hal itu disebabkan karena telah terjadi hubungan disonan (tidak
harmonis) antara tingkat pengetahuan dengan sikap yang diambil perokok
tersebut. Karena telah terjadi perubahan daya tarik alternatif pilihan setelah
keputusan diambil. Dengan kata lain, setelah keputusan diambil diantara banyak
alternatif yang dirangking sesuai keinginan. Ketika Ia belum diputuskan untuk
dipilih, dan alternatif pilihan yang ditolak tampak memang tidak sesuai dengan
keinginan kita dibandingkan sebelum keputusan untuk memilih diambil
(Brehm,1956).
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus
sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan
komunikan. Komunikator memberikan pasan berupa tanda, lambang, dan gambar
kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan
maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan
memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai
akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan
konatif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan
suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Rahmat, 2005:35). Dan definisi dari
efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan
tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu
komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan
suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk
apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.
Seperti bagan dibawah ini.
Sikap Mahasiswa
Gambar 2 : Bagan kerangka Berpikir Sikap Mahasiswa Surabaya.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti ketidaksesuaian tingkat
pada label bungkus rokok, karena stimuli dalam hal ini pesan akan diterima bila
ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek
dalam penelitian ini. Selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya
akan terjadi perubahan sikap oleh khalayak tersebut. Sikap yang muncul bisa
berbagai ragam yaitu sikap mematuhi pesan peringatan bahaya merokok atau
sebaliknya. Karena terjadi ketidaksesuaian antara pengetahuan dengan sikap.
Maksudnya adalah bisa saja perokok itu paham tentang bahaya merokok setelah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional di sini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari
variabel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan para Mahasiswa UPN yang merokok yang menjadi obyek
penelitian itu kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran
tentang kondisi , situasi ataupun variabel tertentu (bungin, 2001:48).
Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap Mahasiswa UPN tentang
pesan larangan merokok pada bungkus rokok. Untuk lebih mudah pengukurannya,
maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :
3.1.1 Sikap Mahasiswa UPN Terhadap Pesan Bahaya Merokok .
Sikap adalah kecenderungan untuk memberikan reaksi yang
menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu obyek atau sebuah
kumpulan obyek. Sikap relatif menetap, berbagai studi menunjukan bahwa sikap
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. (Rahmat,
2001:39).
Sikap Mahasiswa Surabaya dapat dibedakan dalam 3 hal yaitu komponen
1. Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi
yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap dalam hal ini adalah sikap
Mahasiswa Surabaya, tentang pesan label bungkus rokok, yaitu :
a. Mengetahui bahwa pesan peringatan bahaya merokok
b. Memahami bahwa merokok bisa menyebabkan kanker, serangan
jantung, dan impotensi dan ganguan kehamilan dan janin.
c. Mengetahui apa gunanya pesan peringatan bahaya merokok,
2. Komponen afektif yaitu berhubungan dengan perasaan seperti khawatir,
ketakutan dan kecemasan seseorang mengenai obyek sikap dalam hal ini
adalah sikap Mahasiswa Surabaya, tentang pesan label bungkus rokok,
yaitu :
a. Merasa cemas dengan pesan peringatan bahaya merokok
b. Merasa tertarik untuk mengingat terus pesan peringatan bahaya
merokok.
3. Komponen konatif yaitu kecenderungan perubahan sikap atau perilaku
seseorang tentang penhimbauan melelui label bungkus rokok, yaitu :
a. Renponden Menerima pesan peringatan bahaya merokok untuk
menjaga kesehatan.
b. Adanya kecenderungan untuk menghindari informasi yang
bertentangan dengan keputusan responden untuk tetap merokok.
Dan mencari informasi yang mendukung keputusan responden
Untuk mengetahui sikap Mahasiswa Surabaya tentang penghimbaun
pada label bungkus rokok diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam
pernyataan untuk mengukur komponen kognitif, afektif, dan konatif dinyatakan
dalam jumlah skor. Yaitu :
Sangat setuju (SS) = skor 4
Setuju (S) = skor 3
Tidak Setuju (TS) = skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1
Pilihan jawaban hanya di golongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan
meniadakan jawaban “ragu-ragu” ( undecided ), alasannya menurut hadi (
1986:20) adalah sebagai berikut :
1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bias diartikan belum bisa
memberikan jawaban ,netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki
arti ganda instrument
2. Tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini
tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah ( central
tendency ), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan
jawabannya.
3. Disediakannya jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data
penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring
responden.
Maka selanjutnya batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari
Interval = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah Jenjang yang diinginkan
Sikap Mahasiswa Surabaya tentang penghimbauan pada label bungkus
rokok Tanpa Rokok di kategorikan ke dalam 3 kategori yaitu positif, negatif ,
netral. Dikatakan positif jika Mahasiswa Surabaya tersebut melakukan sikap
mendukung yang berhubungan dengan penghimbauan pada label bungkus rokok.
Sementara dikatakan negatif jika Mahasisw Surabaya tersebut menyatakan tidak
setuju atau tidak mendukung terhadap penghimbauan pada label bungkus rokok.
Dan dikatakan netral jika Mahasiswa Surabaya tersebut, cenderung tidak
mengalami perubahan sikap atau tidak memberikan pandapatnya tentang
penghimbauan pada label bungkus rokok.
Jumlah pertanyaan pada setiap komponen sikap (kognitif, afektif, dan
konatif) adalah masing-masing 3 pertanyaan. Maka perhitungan pengukuran
intervalnya adalah sebagai berikut :
Skor terendah : 1 x 3 = 3
Skor tertinggi : 4 x 3 = 12
Lebar interval : 12 – 3 = 3 3
Batasan skor untuk setiap masing – masing sikap yaitu :
Skor Negatif : 3 – 5 (termasuk kategori negatif)
Skor Netral : 6 – 8 (termasuk kategori netral)
Pada keseluruhan aspek sikap (kognitif, afektif, konatif) penghitungannya
adalah sebagai berikut :
a. Skor tertinggi diperoleh dengan menjumlahkan skor tertinggi dari aspek
kognitif, afektif, dan konatif yaitu : 12 + 12 + 12 = 36
b. Skor terendah diperoleh dengam menjumlahkan skor terendah dari aspek
kognitif, afektif, dan konatif yaitu : 3 + 3 + 3 = 9
c. Lebar interval sebagai batas skor = 36 – 9 = 9 3
d. Jadi batasan skor secara keseluruhan Sikap Mahasiswa Surabaya terahadap
pesan peringatan bahaya adalah :
kategori negatif : 9 – 17 (bersikap mengabaikan pesan peringatan
bahaya merokok)
kategori netral : 18 – 26 (bersikap tidak mendukung dan tidak
menolak)
kategori positif : 27 – 36 (bersikap mendukung)
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Mahasiswa yang kuliah di
Surabaya.. Pemilihan Mahasiswa Surabaya, karena setelah peneliti melakukan pra
penelitian, peneliti melihat kurangnya kesadaran para Mahasiswa akan dampak
negatif merokok bagi kesehatan mereka seperti yang dihimbau oleh pemerintah
(Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi, Dan
merokok didalam ruang kampus. Jumlah populasi Mahasiswa Surabaya yang
sebanyak 51.178 Mahasiswa.
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Mengingat responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar
luas di wilayah kota Surabaya, teknik penarikan sampel dilakukan adalah teknik
multistage cluster random sampling. Teknik ini digunakan jika populasi letaknya
tersebar secara geografis. Sedangkan untuk menentukan responden dilakukan
secara bertahap berdasarkan wilayah – wilayah yang ada :
a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah penelitian di
kota Surabaya terdiri dari 5 wilayah, yaitu Surabaya Utara, Surabaya
Selatan, Surabaya Timur, Surabaya Barat, dan Surabaya Pusat.
Setelah dipilih secara acak (random), maka di dapat wilayah
Surabaya Selatan dan Surabaya Timur.
b. Tahap kedua, dilakukan pemilihan universitas – universitas yang
berada di wilayah Surabaya Selatan dan Surabaya Timur. Surabaya
Selatan terdiri atas Magister Manajemen Universitas Gajah Mada,
Universitas 45, Universitas Surabaya, Universitas Teknologi
Surabaya, Universitas Bhayangkara, Universitas Wijaya Kusuma,
Universitas Yos Sudarso, IAIN Sunan Ampel, UK Petra, Universitas
Merdeka Surabaya, IKIP Widya Dharma, Universitas Negeri
Surabaya, Univeritas PGRI Adi Buana, dan Universitas Pelita
Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya, STIKOM, STIE
Perbanas, STIESIA, Universitas Narotama, Universitas
Muhammadiyah Surabaya, ITS, ITATS, Universitas Darma
Cendika, Universitas Kartini, Universitas Hang Tuah, Universitas
Dr. Soetomo, Universitas Widya Kartika, Universitas WR.
Supratman, UNAIR kampus C, Universitas 17 Agustus Surabaya,
dan Universitas Putra Bangsa.
c. Kemudian tahap ketiga dipilih setiap wilayah di pilih masing-masing
dua universitas yang berada di wilayah Surabaya Selatan dan
Surabaya Timur secara acak. Surabaya Selatan dipilih yaitu
Universitas Bhayangkara, Universitas Surabaya, Sedangkan di
Surabaya Timur dipilih yaitu Universitas Pembangunan Nasional,
dan Universitas Airlangga.
Untuk memperoleh jumlah sampel yang diinginkan, maka dapat digunakan
rumus Yamane (Rahkmat, 1993:82) sebagai berikut :
n= N
Nd2+1
Keterangan :
n= Jumlah sampel yang diperlukan
N= Jumlah populasi
Dalam penelitian, presisi yang digunakan adalah 10 % dengan tingkat
kepercayaan 90 %. Maka dari populasi sebesar 472.856 mahasiswa, diperoleh
sampel sebesar :
n = 51.178
51.178. (0,1)2 + 1
= 472.856 51.178. (0,01) + 1
= 51.178 511,78 + 1
= 51.178 = 99,8 dibulatkan menjadi 100 512,78
Sehingga, sampel yang dijadikan responden untuk menjawab pertanyaan
yang ada pada angket atau kuisioner adalah sebanyak 100 orang responden yang
akan diperoleh secara proporsional di 6 universitas.
NO UNIVERSITAS JUMLAH
1 Universitas Bhayangkara (UBHARA) 7.580 orang
2 Universitas Surabaya (UBAYA) 12.000 orang
3 Universitas Airlangga (UNAIR) 24.143 orang
4 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim 7455 orang
Total 51.178 orang
Kemudian untuk menentukan jumlah sampel di setiap universitas dapat
ditentukan dengan rumus :
N1 = n1 x n
N
Keterangan :
N1 : Jumlah sampel dimasing – masing wilayah
n1 : Ukuran Stratum Ke-1
n : Jumlah sampel yang telah ditentukan
N : Jumlah Populasi
Jumlah sampel tiap universitas dapat dilihat dalam perhitungan menggunakan :
1. Universitas Bhayangkara :
7580 x 100 =14,8 dibulatkan menjadi 15 51.178
2. Universitas Surabaya :
12.000 x 100 = 23,4 dibulatkan menjadi 23 51.178
3. Universitas Airlangga
24.143 x 100 = 47,1 dibulatkan menjadi 47 51.178
4. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim :
Jadi, jumlah sampel pada setiap universitas yaitu :
NO UNIVERSITAS JUMLAH
1 Universitas Bhayangkara 15 Orang
2 Universitas Surabaya 23 Orang
3 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim 15 Orang
4 Universitas Airlangga 47 Orang
Total Keseluruhan Responden 100 Orang
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
langsung dari responden melalui kuisioner untuk mendapatkan data primer. Yang
dimaksud data primer adalah data yang diperoleh dari responden yang diminta
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam
kuisioner. Sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
buku-buku penunjang dan lembaga pemerintahan (Suyanto, 2005:55).
Peneliti akan mendampingi responden selama melakukan kegiatan
pengisian kuisioner. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan
munculnya pertanyaan dari responden yang tidak memahami kata-kata, arti dan
3.3.1 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan
ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam table frekuensi.
Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif,
sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis.
Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap :
a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk mencapai
hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak
dipergunakan, sehingga data yang diperoleh adalah data yang valid.
b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan
jawaban.
c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada
dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap variabel-variabel yang
ada (Rahmat, 2002:134)
Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:
F
P= X 100 N
Keterangan :
P = Presentase Responden
N = Jumlah Responden
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh presentase yang
diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan
disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpretasikan, maka proses ini
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Pesan Peringatan Bahaya Merokok
Peringatan kesehatan berbentuk gambar pada semua bungkus rokok ini
dinilai para pengambil kebijakan di sejumlah negara Asean merupakan cara efektif un
tuk mengurangi dampak buruk tembakau bagi kesehatan. Sebab, peringatan
kesehatan dalam bentuk tulisan dianggap kurang menciutkan nyali perokok terhadap
ancaman kesehatan karena merokok. Namun, di Indonesia yang merupakan negara
produsen rokok terbesar di Asia Tenggara, belum ada aturan yang mewajibkan
perusahaan rokok mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar pada
bungkus rokok produksinya. Indonesia juga satu-satunya negara di Asia yang belum
mengaksesi Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Temba kau WHO (Framework
Convention on Tobacco Control/FCTC) yang disepakati secara aklamasi dalam
Sidang Kesehatan Dunia, Mei 2003.
besar sumbangan industri rokok? Soewarta Kosen dari Litbang Departemen
Kesehatan pernah meneliti, tahun 2005 biaya akibat konsumsi tembakau Rp 167,1
trilyun meliputi biaya pembelian rokok, hilangnya produktivitas dan biaya pengobat
an penyakit terkait rokok. Jumlah itu 5,1 kali lebih tinggi dari pemasukan cukai tahun
yang sama sebesar Rp 32,6 trilyun.
Konsumsi rokok merupakan masalah global yang berakibat pada kesehatan
dan ekonomi rumah tangga, penduduk dan negara. M enurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO), asap tembakau berbahaya terhadap perokok dan orang sekitarnya, dengan
kandungan lebih dari 4.000 bahan berbahaya seperti nikotin (pembunuh serangga), tar
(bahan aspal), karbon monoksida dan hidron sianida (gas beracun), dan arsen (racun
mematikan). Tembakau jadi faktor risiko utama pada 6 dari 8 penyebab kematian di
dunia yang mengancam miliaran pria, wanita dan anak-anak. Pada tahun 2030,
diperkirakan 80 persen kematian terkait tembakau terjadi di negara-negara
berkemban g. Merokok menyebabkan kanker dan penyakit kronis seperti stroke,
penyakit jantung koroner, pneumonia, asma dan gangguan pernapasan lain, gangguan
reproduksi serta kesuburan. Risiko kesehatan ini juga dialami mereka yang terpapar
asap rokok orang lain.
sedangkan RUU pengendalian tembakau masuk agenda pembahasan di
lembaga legislatif tahun ini. Berharap Pemerintah Indonesia segera meratifikasi
masalah tembakau ini. Setidaknya, memuat aturan yang mewajibkan perusahaan
rokok mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan pada semua
bungkus rokok yang beredar di Indonesia. Di banyak negara di Eropa yang sudah
lebih dulu menerapkan aturan ini, upaya itu terbukti efektif. Mengingat luasnya
wilayah Indonesia dan minimnya dana sosialisasi, penerapan aturan itu merupakan sa
rana informasi dan pendidikan bagi masyarakat luas yang efektif dan murah karena
biayanya tidak ditanggung pemerintah, kata Rita Damayanti, peneliti dari Pusat
Penelitian Kesehatan (PPK) Universitas Indonesia.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003, tiap bungkus rokok
harus mencantumkan peringatan kesehatan tunggal dan tidak berganti-ganti yang
bunyinya Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan
gangguan kehamilan dan janin . Setiap iklan rokok harus mengalokasikan minimal 1
5 persen dari luasnya untuk peringatan kesehatan yang sama. Hal ini berbeda dengan
FCTC WHO yang mensyaratkan, peringatan kesehatan menempati 30-50 persen dari
permukaan lebar bungkus rokok, pesan tunggal dan berganti-ganti, bisa berbentuk
gambar. Menurut hasil studi PPK UI, meski lebih dari 90 persen masyarakat pernah
membaca peringatan kesehatan pada bungkus rokok, tapi 42,5 persen dari mereka tak
percaya karena tidak melihat bukti. Sebanyak 26 persen dari responden tidak
termotivasi berhenti merokok, 26 persen tak peduli karena terlanjur ketagihan, 20
luas gambar 50 persen dari sisi lebar kemasan rokok. Maka dari itu, menurut Rita,
hasil studi persepsi masyarakat yang menghendaki peringatan kesehatan berbentuk
gambar dan tulisan serta menempati 50 persen permukaan lebar bungkus rokok
seharusnya jadi rujukan untuk mengubah pasal terkait PP No 19 Tahun 2003.
Penerapan aturan peringatan kesehatan berbentuk gambar pada bungkus rokok
merupakan cara cerdas mengendalikan dampak rokok bagi kesehatan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003, tiap bungkus rokok
harus mencantumkan peringatan kesehatan tunggal dan tidak berganti-ganti yang
bunyinya “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan
gangguan kehamilan dan janin” . Setiap iklan rokok harus mengalokasikan minimal
15 persen dari luasnya untuk peringatan kesehatan yang sama. Hal ini berbeda
dengan FCTC WHO yang mensyaratkan, peringatan kesehatan menempati 30-50
persen dari permukaan lebar bungkus rokok, pesan tunggal dan berganti-ganti, bisa
berbentuk gambar. Menurut hasil studi PPK UI, meski lebih dari 90 persen
masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan pada bungkus rokok, tapi 42,5
persen dari mereka tak percaya karena tidak melihat bukti. Sebanyak 26 persen dari
responden tidak termotivasi berhenti merokok, 26 persen tak peduli karena terlanjur
ketagihan, 20 persen mengatakan tulisan tidak jelas. Mayoritas responden memilih
http://perempuan.kompas.com/read/xml/2009/05/15/16505839/function.simplex
m
4.1.2. Kharateristik Responden
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai usia, jenis kelamin,
dan pendidikan responden.
4.1.3 Usia Responden
Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah Mahasiswa
Surabaya laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil kuesioner yang didata, maka
diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia dari responden adalah sebagai
berikut :
Tabel 1
Usia Responden
No. Usia Jumlah Prosentase
1. 17 – 22 tahun 53 53 %
2. 23 – 25 Tahun 47 47 %
Total 100 100 %
Sumber : kuesioner responden no.I
Berdasarkan dari tabel 1 dapat diketahui bahwa responden paling banyak
paling terkecil yaitu sebanyak 4,6 % responden berada pada interval usia 23 hingga
27 tahun. Yaitu sebanyak 47 %
4.1.4 Jenis Kelamin Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui prosentase jenis kelamin dari responden
dilihat dari tabel 2.
Tabel 2
Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 Laki-laki 91 86 %
2 Perempuan 9 14 %
Total 100 100%
Sumber : Kuesioner identitas responden no II
Dari tabel 2 diketahui bahwa responden laki-laki berjumlah 91 orang dan perempuan
berjumlah 9 orang, dapat dilihat bahwa antara responden laki-laki dan perempuan
sangat berbeda jauh prosentasenya, responden laki-laki lebih banyak 100%.
4.1.5 Pendidikan Responden
Dari 100 responden ada berbagai macam latar belakang pendidikan, antara
Tabel 3
Pendidikan Terakhir Responden
No Pendidikan terakhir Jumlah %
1 SMA 40 40%
2 SMEA/SMK 23 23 %
3 STM 37 37 %
Total 100 100 %
Sumber : Kuesioner identitas responden no III
dari tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki pendidikan
terakhir SMA sebanyak 40 %, SMEA/SMK sebanyak 23 %, dan STM sebanyak 37 %
pada usia ini responden mampu membaca berita,dan sudah mulai bisa menganalisa
sebuah pesan, karena mereka tentunya sudah mulai berbeda cara pola pikir mereka
pada saat duduk di bangku SMA dengan di bangku perkuliahan.
4.1.6 Deskripsi Mahasiswa Yang Merokok
Dari hasil penyebaran kuesinoner mengenai Mahasiswa yang merokok atau
Tabel 4
Mahasiswa Surabaya Yang Merokok
No. Mahasiswa Yang Merokok atau Perokok Jumlah Prosentase
1. Ya 100 100 %
2. Tidak 0 0 %
Total 100 100 %
Sumber : kuesinoner pertanyaan no. 1
Berdasarkan tabel 4 di atas seluruh responden yaitu sebanyak 100 Mahasiswa
yang merokok atau perokok..
Tabel 5
Jumlah Rokok Yang dihabiskan Dalam Sehari
No. Jumlah Rokok Yang Dihabiskan Dalam Sehari
Berdasarkan tabel 5 di atas seluruh responden yang merokok 7 sampai 10
batang sebanyak 16 %, sedangkan yang merokok 11 sampai 15 batang sebanyak 27
%, dan yang merokok 1 bungkus sampai 3 bungkus sebannyak 57 %. Sehingga
Tabel 6
Mahasiswa Perokok Yang Membaca Pesan Peringatan Bahaya Merokok
No. Terpaan Pesan Jumlah Prosentase
1. Pernah membaca 100 100 %
2. Tidak pernah membaca 0 0 %
Total 100 100 %
Sumber : kuesinoner pertanyaan no. 3
Berdasarkan tabel 6 di atas seluruh responden yang membaca pesan
peringatan bahaya merokok sebanyak 100% dan yang dan yang tidak pernah
membaca pesan peringatan bahaya merokok adalah 0 %
4.2 Sikap Mahasiswa Surabaya Setelah membaca Pesan Peringatan bahaya
Merokok Yang Tercantum Pada Label Bungkus, Reklame, dan iklan
rokok.
Untuk mengetahui Sikap Setelah membaca pesan peringatan bahaya merokok
yang tercantum pada Reklame, Iklan, dan label bungkus rokok Dilakukan
pemahaman terhadap sikap Mahasiswa Surabaya dalam menanggapi pesan
peringatan bahaya merokok yang tercantum pada Reklame, Iklan, dan label bungkus
rokok. Sikap Mahasiswa Surabaya ini terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan konatif
4.2.1 Aspek Kognitif
Aspek Kognitif merupakan sikap yang tersusun atas dasar pengetahuan atau
informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.
Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalistis
dan logika. Untuk melihat hasil jawaban kuesioner pada aspek kognitif, maka dapat
diperoleh jawaban responden yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
4.2.1.1Pengetahuan responden terhadap peringatan bahaya merokok pada
Reklame, Iklan, Dan Label Bungkus Rokok.
Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase pengetahuan Mahasiswa
Surabaya sebagai responden yang mengetahui isi pesan himbauan dari pemerintah
mengenai pesan peringatan bahaya merokok yang dicantumkan pada iklan, Reklame,
dan label bungkus rokok dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan “peringatan
bahaya merokok” dapat diketahui pada tabel 7
Tabel 7
Pengaetahuan Responden Tentang pesan Peringatan Bahaya merokok Pada
Iklan, Reklame, dan label bungkus Rokok
Dari tabel 7 diketahui bahwa secara umum, kebanyakan responden
memberikan pernyataan dukungan terhadap pesan peringatan bahaya merokok.
Responden sebesar 7 % menyatakan sangat tahu dan sebanyak 93 % menyatakan tahu
terhadap pesan peringatan bahaya merokok yang tercantum pada iklan, Reklame, dan
label bungkus rokok . Hal ini menunjukkan bahwa mereka mengetahui himbauan dari
Pemerintah mengenai pesan peringatan “ MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN
KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGUAN
KEHAMILAN DAN JANIN “dicantumkan pada iklan, Reklame, dan label Bungkus
rokok. Dari data diatas menunjukan tidak ada responden yang menyatakan tidak
setuju serta sangat tidak setuju, hal ini karena mayoritas responden mengetahui pesan
himbauan Pemerintah mengenai bahaya merokok yang tercantum pada iklan,
reklame, dan label bungkus rokok
4.2.1.2 Pemahaman Responden bahwa merokok dapat menyebabkan kanker,
serangan jantung, impotensi dan ganguan kehamilan dan janin.
Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari pemahaman Mahasiswa
Surabaya sebagai responden yang memahami isi pesan himbauan dari pemerintah
mengenai pesan peringatan bahaya merokok yang dicantumkan pada iklan, Reklame,
dan label bungkus rokok dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan “peringatan
Tabel 8
Pemahaman Responden bahwa merokok dapat menyebabkan, kanker,
serangan jantung, impotensi, dan ganguan kehamilan dan janin
No Pemahaman Responden terhadap isi pesan bahaya
merokok
Sumber: kuesioner no. 6
Dari tabel 8 diketahui bahwa secara umum, kebanyakan responden memberikan
pernyataan setuju. Responden sebesar 4 % menyatakan sangat paham dan sebanyak
96 % Responden yang menyatakan paham. Hal ini menunjukkan bahwa mereka
memahami isi pesan himbauan Pemerintah mengenai bahaya merokok. Dari data
diatas menunjukan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju serta sangat
tidak setuju, hal ini responden telah membaca pesan peringatan bahaya peringatan
bahaya merokok yang di cantumkan pada iklan, reklame dan label bungkus rokok
sehingga responden tersebut memahami isi pesan himbauan dari pemerintah yang
4.2.1.3Pengatahuan responden terhadap kegunaan pesan peringatan bahaya
merokok
Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap 100 Mahasiswa
Surabaya sebagai responden tentang kegunaan pesan peringatan bahaya merokok
tersebut dicantumkan, dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan “peringatan
bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada tabel 9.
Tabel 9
Pengetahuan responden Tentang Kegunaan Pesan Peringatan Bahaya Merokok
Di Cantumkan
No Pengetahuan responden tentang kegunaan pesan
tersebut dicantumkan
Jumlah Prosentase
1 Mengetahui kegunaan pesan peringatan bahaya merokok
100 100%
2 Tidak mengetahui kegunaan pesan peringatan bahaya
merokok
0 % 0 %
Total 100 100%
Sumber : Kuesioner no.7
Dari tabel 9 diketahui bahwa sebesar 100 % responden menyatakan
mengetahui kegunaan pesan peringatan bahaya merokok Dari data di atas, tidak ada
responden yang tidak mengetahui kegunaan pesan pringatan bahaya mrokok
kegunaan himbauan pemerintah mengenai peringatan bahaya merokok yang
dicantumkan pada iklan, reklame , dan label bungkus rokok.
4.2.2 Aspek Afektif
Aspek afektif merupakan perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan
nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai-nilai yang dimiliki.Untuk melihat hasil jawaban
kuesioner pada aspek afektif, maka dapat diperoleh jawaban responden yang dapat
dijabarkan dalam tabel berikut :
4.2.2.1 Sikap responden terhadap pesan peringatan bahaya merokok
Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap afektif Mahasiswa
Surabaya sebagai responden tentang program tujuan pemerintah membuat pesan
peringatan bahaya merokok, dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan
“peringatan bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada tabel 1
Tabel 10
4.2.2.2 Sikap Responden Tentang pesan bahaya merokok
No Sikap Jumlah Prosentase
1 Sangat Senang 11 11 %
2 Senang 41 41 %
3 Tidak Senang 9 9 %
Sumber : Kuesioner no.8
Dari tabel 10 diketahui bahwa sebanyak 11 % responden menyatakan sangat
senang dan sebanyak 41 % menyatakan senang. Menurut mereka yang memberikan
pernyataan mendukung ini karena setelah mereka memahami isi pesan peringatan
bahaya merokok tersebut, mereka menjadi khawatir dengan kesehatannya terganggu
akibat merokok. Dan mudah terkena penyakit seperti yang ada pada pesan peringatan
tersebut. Sedangkan 9 % responden yang menyatakan tidak senang dan 39 %
menyatakan sangat tidak senang karena mereka sudah terlanjur kecanduan rokok jadi
susah untuk meninggalkan kebiasaan merokok.
4.2.2.3Kecemasan Responden terhadap pesan peringatan bahaya merokok
Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari 100 Mahasiswa Surabaya
sebagai responden mengenai perasaan cemas atau tidak cemas setelah membaca dan
memahami isi pesan peringatan bahaya merokok, dengan memperhatikan dan
mengerti isi pesan “peringatan bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat
Tabel 11
Kecemasan Responden tentang pesan peringatan bahaya merokok
No Kecemasan Responden setelah membaca pesan
Sumber : Kuesioner no.9
Dari tabel 11 diketahui bahwa sebanyak 7 % responden menyatakan sangat
cemas dan sebanyak 21 % menyatakan cemas. Menurut mereka yang memberikan
pernyataan mendukung ini karena setelah mereka memahami isi pesan peringatan
bahaya merokok tersebut, mereka menjadi khawatir dengan kesehatannya terganggu
akibat merokok. Dan mudah terkena penyakit seperti yang ada pada pesan peringatan
tersebut. Sedangkan 15 % responden yang menyatakan tidak cemas dan 57 %
menyatakan sangat tidak cemas karena mereka merasa sudah menyeimbangkan
dengan berolahraga secara teratur
4.2.2.4Tindakan Responden mengurangi kecemasan terhadap pesan bahaya
merokok,
Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap 100 Mahasiswa
pesan “peringatan bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada
tabel 12
Tabel 12
Tindakan Responden dalam mengurangi kecemasan
No Tindakan Jumlah Prosentase
1 Mencari informasi lain 51 51 %
2 Tidak mencari informasi lain 49 49 %
Total 100 100%
Sumber : Kuesioner no.10
Dari tabel 13 diketahui bahwa sebanyak 51 % responden mengambil tindakan
mencari informasi lainnya. Karena menurut mereka yang mengambil tindakan ini,
lebih baik mencari informasi - informasi yang mendukung mereka untuk tetap
merokok tanpa mengganggu kesehatan. Sedangkan 49% responden yang tidak
mencari informasi lainnya, dan mereka ingin memperhatikan pesan tersebut tanpa
mencari informasi yang laen, karena mereka takut kesehatannya terganggu.
4.2.3 Aspek Konatif
Konatif merupakan kecenderungan responden untuk melakukan sebuah
tindakan responden setelah membaca pesan himbauan Pemerintah mengenai pesan
tersebut. Akan tetapi respon dalam memahami isi pesan tersebut berbeda-beda.
Dalam hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
4.2.3.1 Aspek (Konatif) Responden Terhadap Pesan Bahaya Merokok.
Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari 100 Mahasiswa
Surabaya sebagai responden yang mau memperhatikan maupun tidak memperhatikan
pesan peringatan bahaya merokok, dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan
“peringatan bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada tabel
14
Tabel 14
Aspek (Konatif) Responden Terhadap Pesan Bahaya Merokok
No Keterangan Jumlah Prosentase
1 Menerima dan memperhatikan pesan bahaya
merokok
28 28 %
2 Mengabaikan Pesan
peringatan bahaya merokok
72 72 %
Total 100 100%
Sumber : Kuesioner no.12
Berdasarkan jawaban-jawaban dari tabel 14 dapat diketahui bahwa sebanyak
28 % responden yang menyatakan menerima dan memperhatikan pesan bahaya
responden menyatakan tidak setuju sebanyak 72 % sedangkan sebanyak menyatakan
tidak mau memperhatikan dan tidak memperhatikan pesan tersebut, karena mereka
susah meninggalkan kebiasaan merokok, sehingga lebih memilih untuk mengabaikan
pesan larangan merokok yang tercantum pada pada iklan, reklame, dan label bungkus
rokok.
4.2.3.2 Respom Responden Terhadap Pesan Bahaya Merokok
Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari 100 Mahasiswa
Surabaya sebagai responden yang menyatakan berhenti mrokok untuk menghindari
terkena penyakit yang tercantum pada pesan pemerintah tentang peringatan bahaya
merokok, dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan “peringatan bahaya
merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada tabel 15
Tabel 15
Respon Responden Yang menyatakan berhenti merokok akibat terpaan pesan
bahaya merokok.
No Respon Responden setelah memahami isi pesan bahaya
merokok
Jumlah Prosentase
1 Berhenti merokok 28 28 %
2 Tetap merokok 72 72 %
Total 100 100%
Sumber : Kuesioner no.12