• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DI SURABAYA (Study deskriptif sikap perokok Surabaya terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada iklan,reklame, dan label bungkus rokok).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DI SURABAYA (Study deskriptif sikap perokok Surabaya terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada iklan,reklame, dan label bungkus rokok)."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA

MEROKOK DI SURABAYA

(

Study deskriptif sikap perokok Surabaya terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada iklan,reklame, dan label bungkus rokok)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP

UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

MAHARDIKA PUTRA S.

NPM. 0543010307

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

JUDUL PENELITIAN : SIKAP PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DI SURABAYA

Nama Mahasiswa : Mahardika Putra Sidharta

NPM : 0543010307

Jurusan : Ilmu komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian /seminar proposal

Pembimbing Utama

Dr.Catur Suratnoaji.Msi (NIP/NPT. 3 6804 94 0028 1)

DEKAN

(3)

SIKAP MAHASISWA PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DI SURABAYA

(Studi Deskriptif sikap Mahasiswa perokok terhadap pesan peringatan bahaya merokok di Surabaya)

Oleh :

MAHARDIKA PUTRA SIDHARTA 0543010307

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 31 Januari 2011

PEMBIMBING UTAMA TIM PENGUJI

1. Ketua

Drs. Catur Suratnoaji, M.Si NIP. 3 6804 94 0028 1

Ir. Didiek Trenggono.M.Si NIP. 19581 225199001 1001 2. Sekretaris

Drs. Catur Suratnoaji, M.Si NIP. 3 6804 94 0028 1 3. Anggota

Dra. Diva Clareta. M.Si NIP. 3 6601 94 0025 1 Mengetahui,

DEKAN

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pemberi nafas hidup pada

seluruh makhluk. Hanya kepadaNya-lah syukur dipanjatkan atas terselesaikannya

Skripsi ini. Sejujurnya penulis mengakui bahwa pendapat memang sulit adanya, tetapi

faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri, karena itu kebanggaan penulis bukan

hanya sampai di sini, tetapi penulis bangga telah berusaha untuk menundukkan diri

sendiri.

Hal ini bertujuan untuk dijadikan bahan acuan penulis dalam penyelesaian

Skripsi nantinya. Selama melakukan penulisan ini, tak lupa penulis menyampaikan

ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama melakukan

penulisan dan pengajuan skripsi ini.

Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati. M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Catur Suratno aji, Msi selaku dosen pembimbing skripsi penulis.

3. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

4. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, S.Sos., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi.

5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan dorongan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

3. Untuk kekasihq Crista Destaviani yang selalu mendampingi memberikan doa dan

semangatnya.

4. Teman-teman angkatan 2004 (Amang, cak cozy,. Nur Aini, Mika Prasetyawan) dan

2004 (Samid, Bendot, Galih, Jenggot, Kebo, Candra, Bueody, Yoyok, Delly,

ambon, Adit, Surya, Delly, Pak Rusdi, Pak Ashar, Pak Chamim, Yanto Messi, Pak

Alrbert ) yang selalu memberikan masukan kepada penulis selama bimbingan

skripsi maupun saat kuliah, dan terima kasih buat sahabat-sahabat terbaik lainnya

yang telah membantu dan memberi semangat guna kelancaran proses praktek

maupun penulisan laporan skripsi.

5. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis. Penulis menyadari

masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam penyusunan ini. Maka penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima Kasih.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini belum sempurna dan penuh

keterbatasan. Dengan harapan bahwa Insya Allah berguna bagi rekan-rekan di Program

Studi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan

untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, 29 Maret

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL...……….... ii

ABTRAKSI...iii

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ………...……….. vi

DAFTAR TABEL ………..ix

DAFTAR GAMBAR …..………..………….x

DAFTAR LAMPIRAN …..………..……...xi

BAB I PENDAHULUAN ……….…. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ……….……….… 1

1.2. Perumusan Masalah ……….…….…… 4

1.3. Tujuan Penelitian ……….………. 5

1.4. Kegunaan Penelitian ……….……... .6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….………..……… 11

2.1. Landasan Teori ……….…...7

(7)

2.4. Devinisi Mahasiswa ..……….……..…... ...14

2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Perokok………...15

2.6. Kerangka Berpikir ………..….…. ..17

BAB III METODE PENELITIAN ………... .19

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………..…….19

3.1.1. Sikap Mahasiswa UPN Veteran Surabaya………....19

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ……...……...…… .24

3.2.1. Populasi ………...…….….….…… .24

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel …..…..…….….…….. .27

3.3. Teknik Pengumpulan Data ……..………..………..……....28

BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Pesan Peringatan Bahaya Merokok…………....32

4.1.2 Kharateristik Responden……...………...36

4.1.3 Usia Responden………....36

4.1.4 Jenis Kelamin Responden………...37

4.1.5 Pendidikan Responden...37

(8)

4.2.1. Aspek Kognitif...41

4.2.2 Aspek Afektif...45

4.2.3. Aspek Konatif...48

4.4 Rekapitulasi Hasil Komponen Sikap (Kognitif,Afektif,Konaktif)...55

4.4.1 Rekapitulasi Sikap Kognitif...52

4.4.2 Rekapitulasi Sikap Afektif...54

4.4.3 Rekapitulasi Sikap Konaktif...55

4.4.4 Rekapitulasi sikap Keseluruhan...56

4.5. Rekapitulasi Tingkat Konsistensi Responden dalam memahami Pesan Peringatan Bahaya Merokok...59

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...60

5.2 Saran...61

DAFTAR PUSTAKA ………...64

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 7. Pengetahuan Responden...41

Tabel 8. Pemahaman Ressponden...43

Tabel 9. Pengetahuan Responden...44

Tabel 10. Sikap Responden...45

Tabel 11. Kecemasan Responden...47

Tabel 12. Tindakan Responden...48

Tabel 13. sikap Responden...49

Tabel 14 Respon Responden...50

(10)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1. Teori S – O – R ……….. 11

(11)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. jumlah Mahasiswa Surabaya...27

Tabel 2 sikap kognitif...41

Tabel 3 Tabel Afektif...45

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Kuesioner ……… 36

Lampiran 2. Surat Edaran yayasan………37

(13)

iii

ABSTRAKSI

MAHARDIKA PUTRA. S, SIKAP MAHASISWA PEROKOK TERHADAP PERINGATAN BAHAYA MEROKOK (Study Deskriptif sikap Mahasiswa Perokok Terhadap Pesan Peringatan Bahaya Merokok Di UPN Surabaya)

Penelitian ini didasarkan atas fenomena permasalahan meningkatnya jumlah perokok pada setiap tahunnya. Dan kematian pada tahun 2020 akan meningkat dua kali jika kebiasaan konsumsi rokok terus bertamabah pada setiap tahun. Usaha Pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah dengan membuat pesan peringatan bahaya merokok pada label bungkus rokok, spaanduk, dan iklan di televisi maupun di media cetak.akan tetapi, masih banyak para perokok yang mengabaikan pesan peringatan tersebut. Dan teteap memilih untuk merokok padahal secara pengetahuan mereka paham dari makna pesan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana sikap Mahasiswa perokok terhadap pesan peringatan bahaya merokok

Teori yang digunakan yaitu meliputi teori sikap, dan teori S-O-R, Teori Disonansi Kognitf.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan analisis tipe deskriptif. Untuk mengetahui sikap, digunakan pengukuran yang dinyatakan oleh total skor pernyataan responden mengenai sikap mahasiswa perokok terhadap pesan peringatan bahaya merokok. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dari populasi Mahasiswa Surabaya yang merokok. Dan terpilih 100 orang dan sampel diperoleh melalui claster random sampling dengan metode analisis data menggunakan distribusi frekuensi.

Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa Responden sebenarnya secara

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok,

perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang

masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal tersebut bisa dirasakan dalam

kehidupan sehari-hari, seperti di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum

maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang

yang sedang merokok. Sejauh ini, tembakau berada pada peringkat utama

penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia. Tembakau menyebabkan satu

dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta

kematian tahun 2006. Ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik. Kematian

pada tahun 2020 akan mendekati dua kali jumlah kematian saat ini jika kebiasaan

konsumsi rokok saat ini terus berlanjut.

Mayoritas Mahasiswa perokok menganggap merokok adalah lambang

kedewasaan, kejantanan, percaya diri dan gengsi. Pada remaja kalangan sosial

ekonomi bawah, merokok bisa menghilangkan kebosanan, menghindari stres di

rumah, dan 80 persen mengatakan merokok sebagai kompensasi terhadap rasa

rendah diri. Merokok pertama kali tidak enak, tetapi saat mengisap batang

keempat, mereka kemudian dapat jadi perokok aktif dalam jangka panjang.

http://kesehatan.kompas.com/read/2008/06/07/17531289/Jumlah.Perokok.Pe

(15)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003, tiap bungkus rokok

harus mencantumkan peringatan kesehatan tunggal dan tidak berganti-ganti yang

bunyinya “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan

gangguan kehamilan dan janin” . Setiap iklan rokok harus mengalokasikan

minimal 15 persen dari luasnya untuk peringatan kesehatan yang sama. Hal ini

berbeda dengan FCTC WHO yang mensyaratkan, peringatan kesehatan

menempati 30-50 persen dari permukaan lebar bungkus rokok, pesan tunggal dan

berganti-ganti, bisa berbentuk gambar. Menurut hasil studi PPK UI, meski lebih

dari 90 persen masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan pada bungkus

rokok, tapi 42,5 persen dari mereka tak percaya karena tidak melihat bukti.

Sebanyak 26 persen dari responden tidak termotivasi berhenti merokok, 26 persen

tak peduli karena terlanjur ketagihan, 20 persen mengatakan tulisan tidak jelas.

Mayoritas responden memilih peringatan kesehatan berbentuk gambar disertai

tulisan, 80 persen di antaranya mengusulkan luas gambar 50 persen dari sisi lebar

kemasan rokok.

http://perempuan.kompas.com/read/xml/2009/05/15/16505839/function.simpl

exm.

Akan tetapi, ketika perokok membaca pesan peringatan tentang bahaya

merokok pada label bungkus rokok. Para perokok mengabaikan pesan peringatan

tersebut, dan tetap memilih untuk merokok, Hal itu disebabkan karena telah

terjadi hubungan disonan (tidak harmonis) antara tingkat pengetahuan dengan

sikap yang diambil perokok tersebut. Karena telah terjadi perubahan daya tarik

(16)

diambil diantara banyak alternatif yang dirangking sesuai keinginan. Ketika Ia

belum diputuskan untuk dipilih, dan alternatif pilihan yang ditolak tampak

memang tidak sesuai dengan keinginan kita dibandingkan sebelum keputusan

untuk memilih diambil. (Brehm,1956).

Dari uraian diatas menarik perhatian penulis untuk meneliti

”Ketidaksesuaian antara tingkat pengetahuan dan sikap perokok terhadap pesan

peringatan bahaya merokok pada label bungkus rokok”. Peneliti memutuskan

memilih Mahasiswa Surabaya sebagai tempat objek penelitian, dikarenakan

Universitas Surabaya merupakan Universitas yang mendukung peraturan daerah

no 5 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok

(KTM), yang dikeluarkan atau diberlakukan pemerintah Surabaya pada hari kamis

22 Oktober 2009. dan dipublikasikan pada koran jawa pos pada tangga 21

Oktober 2009. Dalam isi perda tersebut menjelaskan ada 5 kawasan yang dilarang

untuk merokok, jika dilanggar akan dikenakan hukuman penjara selama tiga bulan

atau denda uang. Lima kawasan yang termasuk dalam KTR yakni, kawasan

belajar mengajar seperti sekolahan, sarana kesehatan seperti rumah sakit,

puskesmas maupun pelayanan kesehatan lainnya. Tempat bermain anak-anak,

tempat ibadah dan angkutan umum. Sedangkan tempat untuk perokok, akan

disediakan ruangan khusus seperti bilik-bilik atau ruangan khusus lainnya di

beberapa tempat seperti, perkantoran pemerintah atau swasta, terminal, mall dan

tempat umum lainnya.(Jawa pos 21 Oktober 2009)

Dukungan pihak Universitas Surabaya yaitu, dengan membuat pesan

(17)

melakukan pra penelitian, masih ada saja Mahasiswa yang mengabaikan pesan

larangan tersebut dan masih tetap memilih untuk merokok. Hal itulah yang

menarik perhatian peneliti untuk menjadikan mahasiswa Surabaya sebagai subyek

penelitian

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sikap Mahasiswa Surabaya terhadap pesan peringatan

larangan merokok”.

2. Faktor – faktor apa saja yang menentukan sikap mahasiswa Surabaya

terhadap pesan peringatan.bahaya merokok

1.3. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sikap Mahasiswa perokok

terhadap pesan peringatan terhadap bahaya merokok antara lain :

a. Untuk memahami sikap Mahasiswa perokok Surabaya terhadap pesan

peringatan bahaya merokok.

b. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang menentukan sikap

(18)

1

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian tentang ”Sikap mahasiswa perokok

terhadap pesan peringatan bahaya merokok, diharapkan dapat :

1. Secara teoritis

Bagi kepentingan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat

mengetahui Ketidaksesuaian suatu tingkat pengetahuan dan sikap

perokok dan penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi, sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai masukan atau tambahan referensi penelitian

komunikasi selanjutnya.

2. Secara praktis

Dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya,

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang

menyenangkan atau normal terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek.

Sikap relatif menetap, berbagai study menunjukan bahwa sikap kelompok

cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. ( Rahmat,2001:33 )

Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan

masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai

respon yang akan timbul dari reaksi individu. Respon yang terjadi sangat

evaluatif, berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh

proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap

stimulus dalam bentuk baik, buruk, positif dan negative, menyenangkan atau tidak

menyenangkan, suka tau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi terhadap objek sikap.( Rahmat,2001:40 )

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar.

Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu

bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan,

komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang.

(20)

Pada hakekatnya,sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai

efek, dimana efek tersebut ada 3 yaitu :

1. Efek kognitif

Yaitu sikap yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,

keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek

sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang

menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan

evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik

atau tidak baik terhadap lingkungannya.

2. Efek afektif

Sikap emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan

dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang

berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai

yang dimiliki.

3. Efek konatif

Sikap yang merupakan kecenderungn seseorang bertindak terhadap

lingkungan dengan ramah, sopan, bermusuhan, menentang,

melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.

( Djalaludin Rahmat, 2003 : 119 ).

2.2 Teori S-O-R

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi teori

(21)

sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, kognitif,

afektif, dan konatif. Teori S-O-R sebagai singkatan dari

Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan di antara dua unsur komunikasi yaitu

komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda,

lambang dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan

sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan

memberikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon

dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya

response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang

menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan

tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu

komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan

suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk

apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan ( stimulus ) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat

berupa tanda dan lambang.

2. Komunikan ( Organisme ) merupakan keadaan komunikan di saat

menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh

(22)

3. Efek (Response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan

konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya

komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan

pengetahuan bagi komunikan.

( Effendi, 2003:255 )

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian,

pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek maka sangat

tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori

dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut.

Response ( Perubahan Sikap )

a. Kognitif b. Afektif c. Konatif Organisme

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Stimulus

(23)

Menurut gambar ini model di atas menunjukan bahwa stimulus atau pesan

yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa pesan ” Merokok

Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi Dan Gangguan

Kehamilan Dan Janin ” pada label rokok. Mungkin diterima atau mungkin saja

terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus

atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya

komunikan tersebut mengerti dari pesan yang yang telah disampaikan. Dan proses

terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang

menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. ( Effendy, 2003:256 ).

2.3 Teori Disonansi

Teori Disonansi beranggapan bahwa dua elemen pengetahuan ”

merupakan hubungan yang disonan (tdak harmonis) apabila, dengan

mempertimbangkan dua elemen itu sebdiri, pen gamatan satu elemen akan

mengikuti elemen satunya’’ (Festiger,1957, 165) Sebagaimana teori-teori

konsisten lainnya, teori ini berpendapat bahwa disonansi, ’’ karena secara

psikologis tidak nyaman, maka maka akan memotivasi seseorang ubtuk berusaha

mengurangi disonansi dan mencapai harmoni/keselarasan’’ dan ’’ selain

upaya-upaya itu orang juga akan mengurangi secara aktif menolak situasi-situasi dan

informasiyang sekitarnya akan meningkatkan disonansi.

Dalam disonansi kognitif elemen-elemen yang dipermasalahkan mungkin

adalah (1) tidak relevan satu sama lain, (2) kosisten satu sama lain (Festinger,

(24)

dalam istilah Festinger, harmoni). Hubungan tidak selalu dikaitkan secara logis

dengan konsistensi atau inkonsistensi. Beberapa konsekuensi yang mulai menarik

muncul dari teori disonansi, khususnya di bidang-bidang pengambilan keputusan

dan permainan peran(role playing). fokus buku ini adalah pada cara manusia

menggunakan informasi, dan teori disonansi penting sekali dalam hal itu. Karena

terjadi ketidaksesuaian antara pengetahuan dan perilaku. Dalam arti Dia tahu

bahwa merokok itu berbahaya, tetapi orang tersebut tetap merokok

Dalam pengambilan keputusan, disonansi diprediksi akan muncul karena

alternatif pilihan yang ditolak berisi fitur-fitur yang akan mengakibatkan ia

diterima, dan alternatif pilihan yang Ia pilih berisi fitur-fitur yang akan

mengakibatkan Ia ditolak Dengan kata lain, semakin sulit sebuah keputusan, maka

akan semakin besar disonansi setelah keputusan diambil ( disonansi

pasca-keputusan). Selain itu, semakin besar disonansi setelah keputusan itu maka

semakin besar pula disonansi pasca-keputusan. Seperti halnya dengan

permasalahan yang diteliti oleh peneliti yaitu ” Ketidak sesuaian tingkat

pengetahuan dengan sikap perokok terhadap pesan larangan pada label bungkus

rokok. Karena para perokok sebenarnya paham dengan isi pesan larangan

tersebut. Akan tetapi perokok tersebut tetap mengambil keputusan untuk tetap

merokok.

Karena terdapat bukti perubahan daya tarik alternatif pilihan setelah

keputusan diambil, dengan kata lain, setelah setelah keputusan yang diambil

diantara banyak alternatif pilihan yang dirangking sesuai dengan keinginan

(25)

yang ditolak tampak memang tidak sesuai dengan keinginan kita dibandingkan

sebelum keputusan untuk memilih diambil (Brehm,1956, 166). Jadi keputusan

yang diambil perokok untuk tetap merokok, dikarenakan pesan peringatan bahaya

merokok pada label bungkus rokok tidak sesuai dengan apa yang di inginkan

perokok tersebut. Sehingga Ia mengabaikan pesan tersebut dan tetap merokok.

Teori merumuskan bahwa ketika seseorang ditempatkan pada pada sebuah

situasi di mana dia harus berperilaku di depan umum yang bertentangan dengan

sikapnya pribadi, maka dia mengalami disonansi dari pengetahuan tentang fakta

tersebut. Situasi semacam itu sering terjadisebagai akibat dari kelompok untuk

menyesuaikan terhadap sebuah norma yang tidak terlalu di setujuinya.

Apabila seseorang menunjukkan tindakan di depan umum yang tidak

konsisten dengan sikapnya sendiri, diprediksikan akan terjadi disonansi. Satu cara

mengatasi disonansi antara tingkat pengetahuan dan sikap perokok terhadap pesan

peringatan bahaya merokok pada label bumgkus rokok, adalah mengubah sikap

diri untuk disesuaikan dengan perilaku publik. Apabila ada janji penghargaan atau

ancaman hukuman yang cukup besar, seseorang dapat selalu merasionalisasi

perilaku publik yang tidak cocok dengan keyakinan atau sikapnya.( misalnya saya

melakukannnya demi uang” atau ” siapa pun akan melakukan hal yang sama kalau

diancam seperti itu ”).

2.4 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah suatu proses penerima stumuli dari

(26)

83). Tingkat pengetahuan tersebut adalah pengungkapan pengetahuan . pembaca

tentang sebuah informasi yang mengarah pada sebuah informasi yang mereka

inginkan. (Heckman,1992:42).

Tingkat pengetahuan adalah ukuran tinggi rendahnya tentang sesuatu,

misalnya derajat kelas, taraf pendidikan dan pengetahuan. Dalam kamus besar

Bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dari dari kata ”tahu” dimana arti

pengetahuan itu sendiri adalah segala apa yang diketahui atau akan diketahui

berkenan dengan sesuatu hal. (Purwa Darminta, 1882:214).

Definisi tingkat pengetahuan mengacu pada apakah seseorang cukup

intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu, sehingga Ia dapat secara jelas

menindak lanjuti dengan informasi yang telah diketahuinya. Sikap atau pendapat

seseorang terhadap suatu masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki

oleh seseorang mengenai masalah tersebut (Eriyanto,1999 :239). Dalam

penggunaan kata-kata baik itu tertulis, tanda ataupun simbol maupun lisan

tersebut dengan verbal. Indikator untuk tingkat pengetahuan adalah melalui

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, dimana nantinya jawaban

responden tersebut didiberikan skor sehingga dapat diketahui tinggi,rendah dan

sedang daripada tingkat pengetahuan tersebut.

2.5 Definisi Mahasiswa.

Menurut UU RI No 20 tahun 2003 sisdiknas Bab VI bagian ke empat

(27)

untuk siswa / murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam

pembelanjarannya. Sedangkan secara harfiyah, ” Maha ” yang berarti tinggi dan ”

Siswa ” yang berarti subyek pembelajar ( menurut Bobbi de porter ), jadi dari segi

bahasa ” Mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang

belajar di perguruan tinggi/Universitas.

Namun jika kita hanya memakai ” Mahasiswa ” sebagai subyek

pembelajar saja, amatlah sempit pemikiran kita, sebab meski Ia (baca :

Mahasiswa) dikat oleh suatu devinisi study, akan tetapi mengalami perluasan

makna mengenai eksistensi dan pesan yang dimainkan dirinya. Kemudian pada

perkembangan selanjutnya, ” Mahasiswa ” tidak lagi diartikam hanya sebatas

subyek pembelajar (study), akan tetapi ikut mengisi devinisi learning. Mahasiswa

adalah seorang seorang pembelajar yang tidak hanya duduk dibangku kuliah

kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal

dirumah untuk menghadapi ujian semester, ” Mahasiswa ” dituntut untuk menjadi

seorang ikon-ikon pembaharu dan pelopor-pelopor peruangan yang respect dan

tanggap terhadap isu-isu sosial yang negatif mengenai bangsa dan negara.

http:// sajak-rakyat.blogspot.com/2009/01/redevinisi arti-mahasiswa.html

2.6 Faktor-faktor yang menentukan sikap mahasiswa perokok terhadap

pesan peringatan bahaya merokok.

Notoatmojo (1993) menjelaskan perilaku manusia merupakan hasil dari

pengalaman hasil dari berbagai pengalaman dan interaksi manusia dengan

(28)

kongkrit. Prilaku baru bisa terjadi apabila ada rangsangan tertentu pula. Oleh

jarena itu dapat dijelaskan , perilakubadalah merupakan respon individu terhadap

sttimulasi yang berasal dari luar maupun dari dalam individu.

Lawrence green dalam Notoatmojo 1993) menyebutkan bahwa perilaku

terbentuk dari tiga faktor yuaitu :

a. Faktor Predisposisi.

Faktor predisposisi antara lain: pengetahuan tentang rokok dan

bahayanya, penyakit-penyakit akibat rokok, jenis-jenis rokok dan

batasan perokok pasif, sikap terhadap orang yang merokok,

kepercayaan (berhubungan dengan agama dan pandangan tentang

rokok), dan keyakinan akan kebenaran informasi yang ada.

b. Faktor Pemungkin.

Adanya peluang merokok lebih besar karena mudahnya orang

untuk mendapatkan rokok.

c. Faktor Pendorong.

Sikap atau perilaku guru, orang tua, teman dan model yang ada di

televisi terhadap rokok dapat menjadi faktor pendorong orang

untuk merokok (Notoadmojo,1993:16).

Sedangkan menurut para ahli dari WHO, perilaku seseorang dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu :

a. Tough and Feeling (pemikiran dan perasaan)

Pemikiran dan perasaan ini meliputi pengetahuan sikap, persepsi,

(29)

b. Personal References (orang penting sebagai referensi)

Orang penting ini sering disebut dengan kelompok referensi

(reference group), seperti misalnya ulama, guru, kepala adat,

pendeta dan sebagainya. Orang penting ini sering kali membentuk

opini dari pengikutnya dan dapat menjadi contoh bagi seseorang

dalam melakukan suatu tindakan tertentu.

c. Resource (Sumber-sumber).

Sumber-sumber ini meliputi dana, fasilitas, waktu, tenaga dan

sebagainya. Adanya sumber daya ini biasa berpengaruh secara

positif atau negatif terhadap tindakan seseorang.

d. Kultur Budaya. Budaya suatu masyarakat seringkali secara patuh

akan di ikuti oleh anggota Masyarakat tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa menurut WHO, perilaku keehatan seseorang

masyarakat ditentukan atau fungsi dari pemikiran dan perasaan, adanya orang lain

yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber daya atau fasilitas yang dapat

mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat (dalam Sulistyowati Muji,

2001:8).

2.6 Kerangka Berpikir

Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok,

perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang

(30)

kehidupan sehari-hari, seperti di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum

maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang

yang sedang merokok. Padahal Pemerintah sudah mencamtumkan pesan

peringatan “Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi

dan Gangguan Kehamilan dan Janin” pada label bungkus rokok. Mereka tetap saja

merokok dan mengabaikan pesan peringatan bahaya merokok tersebut. Sehingga

penulis menyimpulkan adanya ketidaksesuaian antara tingkat pengetahuan dan

sikap perokok terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada label bungkus

rokok. Karena sebenarnya dengan membaca isi pesan peringatan bahaya merokok,

langsung mengambil sikap untuk berhenti merokok, bukan tetap merokok.

Hal itu disebabkan karena telah terjadi hubungan disonan (tidak

harmonis) antara tingkat pengetahuan dengan sikap yang diambil perokok

tersebut. Karena telah terjadi perubahan daya tarik alternatif pilihan setelah

keputusan diambil. Dengan kata lain, setelah keputusan diambil diantara banyak

alternatif yang dirangking sesuai keinginan. Ketika Ia belum diputuskan untuk

dipilih, dan alternatif pilihan yang ditolak tampak memang tidak sesuai dengan

keinginan kita dibandingkan sebelum keputusan untuk memilih diambil

(Brehm,1956).

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus

sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan

komunikan. Komunikator memberikan pasan berupa tanda, lambang, dan gambar

kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan

(31)

maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan

memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai

akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan

konatif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan

suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Rahmat, 2005:35). Dan definisi dari

efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan

tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu

komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan

suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk

apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

Seperti bagan dibawah ini.

Sikap Mahasiswa

Gambar 2 : Bagan kerangka Berpikir Sikap Mahasiswa Surabaya.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti ketidaksesuaian tingkat

(32)

pada label bungkus rokok, karena stimuli dalam hal ini pesan akan diterima bila

ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek

dalam penelitian ini. Selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya

akan terjadi perubahan sikap oleh khalayak tersebut. Sikap yang muncul bisa

berbagai ragam yaitu sikap mematuhi pesan peringatan bahaya merokok atau

sebaliknya. Karena terjadi ketidaksesuaian antara pengetahuan dengan sikap.

Maksudnya adalah bisa saja perokok itu paham tentang bahaya merokok setelah

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional di sini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari

variabel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan,

meringkaskan para Mahasiswa UPN yang merokok yang menjadi obyek

penelitian itu kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran

tentang kondisi , situasi ataupun variabel tertentu (bungin, 2001:48).

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap Mahasiswa UPN tentang

pesan larangan merokok pada bungkus rokok. Untuk lebih mudah pengukurannya,

maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1 Sikap Mahasiswa UPN Terhadap Pesan Bahaya Merokok .

Sikap adalah kecenderungan untuk memberikan reaksi yang

menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu obyek atau sebuah

kumpulan obyek. Sikap relatif menetap, berbagai studi menunjukan bahwa sikap

kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. (Rahmat,

2001:39).

Sikap Mahasiswa Surabaya dapat dibedakan dalam 3 hal yaitu komponen

(34)

1. Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi

yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap dalam hal ini adalah sikap

Mahasiswa Surabaya, tentang pesan label bungkus rokok, yaitu :

a. Mengetahui bahwa pesan peringatan bahaya merokok

b. Memahami bahwa merokok bisa menyebabkan kanker, serangan

jantung, dan impotensi dan ganguan kehamilan dan janin.

c. Mengetahui apa gunanya pesan peringatan bahaya merokok,

2. Komponen afektif yaitu berhubungan dengan perasaan seperti khawatir,

ketakutan dan kecemasan seseorang mengenai obyek sikap dalam hal ini

adalah sikap Mahasiswa Surabaya, tentang pesan label bungkus rokok,

yaitu :

a. Merasa cemas dengan pesan peringatan bahaya merokok

b. Merasa tertarik untuk mengingat terus pesan peringatan bahaya

merokok.

3. Komponen konatif yaitu kecenderungan perubahan sikap atau perilaku

seseorang tentang penhimbauan melelui label bungkus rokok, yaitu :

a. Renponden Menerima pesan peringatan bahaya merokok untuk

menjaga kesehatan.

b. Adanya kecenderungan untuk menghindari informasi yang

bertentangan dengan keputusan responden untuk tetap merokok.

Dan mencari informasi yang mendukung keputusan responden

(35)

Untuk mengetahui sikap Mahasiswa Surabaya tentang penghimbaun

pada label bungkus rokok diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam

pernyataan untuk mengukur komponen kognitif, afektif, dan konatif dinyatakan

dalam jumlah skor. Yaitu :

Sangat setuju (SS) = skor 4

Setuju (S) = skor 3

Tidak Setuju (TS) = skor 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1

Pilihan jawaban hanya di golongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan

meniadakan jawaban “ragu-ragu” ( undecided ), alasannya menurut hadi (

1986:20) adalah sebagai berikut :

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bias diartikan belum bisa

memberikan jawaban ,netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki

arti ganda instrument

2. Tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini

tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah ( central

tendency ), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan

jawabannya.

3. Disediakannya jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data

penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring

responden.

Maka selanjutnya batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari

(36)

Interval = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah Jenjang yang diinginkan

Sikap Mahasiswa Surabaya tentang penghimbauan pada label bungkus

rokok Tanpa Rokok di kategorikan ke dalam 3 kategori yaitu positif, negatif ,

netral. Dikatakan positif jika Mahasiswa Surabaya tersebut melakukan sikap

mendukung yang berhubungan dengan penghimbauan pada label bungkus rokok.

Sementara dikatakan negatif jika Mahasisw Surabaya tersebut menyatakan tidak

setuju atau tidak mendukung terhadap penghimbauan pada label bungkus rokok.

Dan dikatakan netral jika Mahasiswa Surabaya tersebut, cenderung tidak

mengalami perubahan sikap atau tidak memberikan pandapatnya tentang

penghimbauan pada label bungkus rokok.

Jumlah pertanyaan pada setiap komponen sikap (kognitif, afektif, dan

konatif) adalah masing-masing 3 pertanyaan. Maka perhitungan pengukuran

intervalnya adalah sebagai berikut :

Skor terendah : 1 x 3 = 3

Skor tertinggi : 4 x 3 = 12

Lebar interval : 12 – 3 = 3 3

Batasan skor untuk setiap masing – masing sikap yaitu :

Skor Negatif : 3 – 5 (termasuk kategori negatif)

Skor Netral : 6 – 8 (termasuk kategori netral)

(37)

Pada keseluruhan aspek sikap (kognitif, afektif, konatif) penghitungannya

adalah sebagai berikut :

a. Skor tertinggi diperoleh dengan menjumlahkan skor tertinggi dari aspek

kognitif, afektif, dan konatif yaitu : 12 + 12 + 12 = 36

b. Skor terendah diperoleh dengam menjumlahkan skor terendah dari aspek

kognitif, afektif, dan konatif yaitu : 3 + 3 + 3 = 9

c. Lebar interval sebagai batas skor = 36 – 9 = 9 3

d. Jadi batasan skor secara keseluruhan Sikap Mahasiswa Surabaya terahadap

pesan peringatan bahaya adalah :

kategori negatif : 9 – 17 (bersikap mengabaikan pesan peringatan

bahaya merokok)

kategori netral : 18 – 26 (bersikap tidak mendukung dan tidak

menolak)

kategori positif : 27 – 36 (bersikap mendukung)

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Mahasiswa yang kuliah di

Surabaya.. Pemilihan Mahasiswa Surabaya, karena setelah peneliti melakukan pra

penelitian, peneliti melihat kurangnya kesadaran para Mahasiswa akan dampak

negatif merokok bagi kesehatan mereka seperti yang dihimbau oleh pemerintah

(Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi, Dan

(38)

merokok didalam ruang kampus. Jumlah populasi Mahasiswa Surabaya yang

sebanyak 51.178 Mahasiswa.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Mengingat responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar

luas di wilayah kota Surabaya, teknik penarikan sampel dilakukan adalah teknik

multistage cluster random sampling. Teknik ini digunakan jika populasi letaknya

tersebar secara geografis. Sedangkan untuk menentukan responden dilakukan

secara bertahap berdasarkan wilayah – wilayah yang ada :

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah penelitian di

kota Surabaya terdiri dari 5 wilayah, yaitu Surabaya Utara, Surabaya

Selatan, Surabaya Timur, Surabaya Barat, dan Surabaya Pusat.

Setelah dipilih secara acak (random), maka di dapat wilayah

Surabaya Selatan dan Surabaya Timur.

b. Tahap kedua, dilakukan pemilihan universitas – universitas yang

berada di wilayah Surabaya Selatan dan Surabaya Timur. Surabaya

Selatan terdiri atas Magister Manajemen Universitas Gajah Mada,

Universitas 45, Universitas Surabaya, Universitas Teknologi

Surabaya, Universitas Bhayangkara, Universitas Wijaya Kusuma,

Universitas Yos Sudarso, IAIN Sunan Ampel, UK Petra, Universitas

Merdeka Surabaya, IKIP Widya Dharma, Universitas Negeri

Surabaya, Univeritas PGRI Adi Buana, dan Universitas Pelita

(39)

Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya, STIKOM, STIE

Perbanas, STIESIA, Universitas Narotama, Universitas

Muhammadiyah Surabaya, ITS, ITATS, Universitas Darma

Cendika, Universitas Kartini, Universitas Hang Tuah, Universitas

Dr. Soetomo, Universitas Widya Kartika, Universitas WR.

Supratman, UNAIR kampus C, Universitas 17 Agustus Surabaya,

dan Universitas Putra Bangsa.

c. Kemudian tahap ketiga dipilih setiap wilayah di pilih masing-masing

dua universitas yang berada di wilayah Surabaya Selatan dan

Surabaya Timur secara acak. Surabaya Selatan dipilih yaitu

Universitas Bhayangkara, Universitas Surabaya, Sedangkan di

Surabaya Timur dipilih yaitu Universitas Pembangunan Nasional,

dan Universitas Airlangga.

Untuk memperoleh jumlah sampel yang diinginkan, maka dapat digunakan

rumus Yamane (Rahkmat, 1993:82) sebagai berikut :

n= N

Nd2+1

Keterangan :

n= Jumlah sampel yang diperlukan

N= Jumlah populasi

(40)

Dalam penelitian, presisi yang digunakan adalah 10 % dengan tingkat

kepercayaan 90 %. Maka dari populasi sebesar 472.856 mahasiswa, diperoleh

sampel sebesar :

n = 51.178

51.178. (0,1)2 + 1

= 472.856 51.178. (0,01) + 1

= 51.178 511,78 + 1

= 51.178 = 99,8 dibulatkan menjadi 100 512,78

Sehingga, sampel yang dijadikan responden untuk menjawab pertanyaan

yang ada pada angket atau kuisioner adalah sebanyak 100 orang responden yang

akan diperoleh secara proporsional di 6 universitas.

NO UNIVERSITAS JUMLAH

1 Universitas Bhayangkara (UBHARA) 7.580 orang

2 Universitas Surabaya (UBAYA) 12.000 orang

3 Universitas Airlangga (UNAIR) 24.143 orang

4 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim 7455 orang

Total 51.178 orang

(41)

Kemudian untuk menentukan jumlah sampel di setiap universitas dapat

ditentukan dengan rumus :

N1 = n1 x n

N

Keterangan :

N1 : Jumlah sampel dimasing – masing wilayah

n1 : Ukuran Stratum Ke-1

n : Jumlah sampel yang telah ditentukan

N : Jumlah Populasi

Jumlah sampel tiap universitas dapat dilihat dalam perhitungan menggunakan :

1. Universitas Bhayangkara :

7580 x 100 =14,8 dibulatkan menjadi 15 51.178

2. Universitas Surabaya :

12.000 x 100 = 23,4 dibulatkan menjadi 23 51.178

3. Universitas Airlangga

24.143 x 100 = 47,1 dibulatkan menjadi 47 51.178

4. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim :

(42)

Jadi, jumlah sampel pada setiap universitas yaitu :

NO UNIVERSITAS JUMLAH

1 Universitas Bhayangkara 15 Orang

2 Universitas Surabaya 23 Orang

3 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim 15 Orang

4 Universitas Airlangga 47 Orang

Total Keseluruhan Responden 100 Orang

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh

langsung dari responden melalui kuisioner untuk mendapatkan data primer. Yang

dimaksud data primer adalah data yang diperoleh dari responden yang diminta

memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam

kuisioner. Sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

buku-buku penunjang dan lembaga pemerintahan (Suyanto, 2005:55).

Peneliti akan mendampingi responden selama melakukan kegiatan

pengisian kuisioner. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan

munculnya pertanyaan dari responden yang tidak memahami kata-kata, arti dan

(43)

3.3.1 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan

ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam table frekuensi.

Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif,

sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis.

Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap :

a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk mencapai

hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak

dipergunakan, sehingga data yang diperoleh adalah data yang valid.

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan

jawaban.

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada

dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap variabel-variabel yang

ada (Rahmat, 2002:134)

Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:

F

P= X 100 N

Keterangan :

P = Presentase Responden

(44)

N = Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh presentase yang

diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan

disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpretasikan, maka proses ini

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Pesan Peringatan Bahaya Merokok

Peringatan kesehatan berbentuk gambar pada semua bungkus rokok ini

dinilai para pengambil kebijakan di sejumlah negara Asean merupakan cara efektif un

tuk mengurangi dampak buruk tembakau bagi kesehatan. Sebab, peringatan

kesehatan dalam bentuk tulisan dianggap kurang menciutkan nyali perokok terhadap

ancaman kesehatan karena merokok. Namun, di Indonesia yang merupakan negara

produsen rokok terbesar di Asia Tenggara, belum ada aturan yang mewajibkan

perusahaan rokok mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar pada

bungkus rokok produksinya. Indonesia juga satu-satunya negara di Asia yang belum

mengaksesi Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Temba kau WHO (Framework

Convention on Tobacco Control/FCTC) yang disepakati secara aklamasi dalam

Sidang Kesehatan Dunia, Mei 2003.

(46)

besar sumbangan industri rokok? Soewarta Kosen dari Litbang Departemen

Kesehatan pernah meneliti, tahun 2005 biaya akibat konsumsi tembakau Rp 167,1

trilyun meliputi biaya pembelian rokok, hilangnya produktivitas dan biaya pengobat

an penyakit terkait rokok. Jumlah itu 5,1 kali lebih tinggi dari pemasukan cukai tahun

yang sama sebesar Rp 32,6 trilyun.

Konsumsi rokok merupakan masalah global yang berakibat pada kesehatan

dan ekonomi rumah tangga, penduduk dan negara. M enurut Badan Kesehatan Dunia

(WHO), asap tembakau berbahaya terhadap perokok dan orang sekitarnya, dengan

kandungan lebih dari 4.000 bahan berbahaya seperti nikotin (pembunuh serangga), tar

(bahan aspal), karbon monoksida dan hidron sianida (gas beracun), dan arsen (racun

mematikan). Tembakau jadi faktor risiko utama pada 6 dari 8 penyebab kematian di

dunia yang mengancam miliaran pria, wanita dan anak-anak. Pada tahun 2030,

diperkirakan 80 persen kematian terkait tembakau terjadi di negara-negara

berkemban g. Merokok menyebabkan kanker dan penyakit kronis seperti stroke,

penyakit jantung koroner, pneumonia, asma dan gangguan pernapasan lain, gangguan

reproduksi serta kesuburan. Risiko kesehatan ini juga dialami mereka yang terpapar

asap rokok orang lain.

sedangkan RUU pengendalian tembakau masuk agenda pembahasan di

lembaga legislatif tahun ini. Berharap Pemerintah Indonesia segera meratifikasi

(47)

masalah tembakau ini. Setidaknya, memuat aturan yang mewajibkan perusahaan

rokok mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan pada semua

bungkus rokok yang beredar di Indonesia. Di banyak negara di Eropa yang sudah

lebih dulu menerapkan aturan ini, upaya itu terbukti efektif. Mengingat luasnya

wilayah Indonesia dan minimnya dana sosialisasi, penerapan aturan itu merupakan sa

rana informasi dan pendidikan bagi masyarakat luas yang efektif dan murah karena

biayanya tidak ditanggung pemerintah, kata Rita Damayanti, peneliti dari Pusat

Penelitian Kesehatan (PPK) Universitas Indonesia.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003, tiap bungkus rokok

harus mencantumkan peringatan kesehatan tunggal dan tidak berganti-ganti yang

bunyinya Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan

gangguan kehamilan dan janin . Setiap iklan rokok harus mengalokasikan minimal 1

5 persen dari luasnya untuk peringatan kesehatan yang sama. Hal ini berbeda dengan

FCTC WHO yang mensyaratkan, peringatan kesehatan menempati 30-50 persen dari

permukaan lebar bungkus rokok, pesan tunggal dan berganti-ganti, bisa berbentuk

gambar. Menurut hasil studi PPK UI, meski lebih dari 90 persen masyarakat pernah

membaca peringatan kesehatan pada bungkus rokok, tapi 42,5 persen dari mereka tak

percaya karena tidak melihat bukti. Sebanyak 26 persen dari responden tidak

termotivasi berhenti merokok, 26 persen tak peduli karena terlanjur ketagihan, 20

(48)

luas gambar 50 persen dari sisi lebar kemasan rokok. Maka dari itu, menurut Rita,

hasil studi persepsi masyarakat yang menghendaki peringatan kesehatan berbentuk

gambar dan tulisan serta menempati 50 persen permukaan lebar bungkus rokok

seharusnya jadi rujukan untuk mengubah pasal terkait PP No 19 Tahun 2003.

Penerapan aturan peringatan kesehatan berbentuk gambar pada bungkus rokok

merupakan cara cerdas mengendalikan dampak rokok bagi kesehatan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003, tiap bungkus rokok

harus mencantumkan peringatan kesehatan tunggal dan tidak berganti-ganti yang

bunyinya “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan

gangguan kehamilan dan janin” . Setiap iklan rokok harus mengalokasikan minimal

15 persen dari luasnya untuk peringatan kesehatan yang sama. Hal ini berbeda

dengan FCTC WHO yang mensyaratkan, peringatan kesehatan menempati 30-50

persen dari permukaan lebar bungkus rokok, pesan tunggal dan berganti-ganti, bisa

berbentuk gambar. Menurut hasil studi PPK UI, meski lebih dari 90 persen

masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan pada bungkus rokok, tapi 42,5

persen dari mereka tak percaya karena tidak melihat bukti. Sebanyak 26 persen dari

responden tidak termotivasi berhenti merokok, 26 persen tak peduli karena terlanjur

ketagihan, 20 persen mengatakan tulisan tidak jelas. Mayoritas responden memilih

(49)

http://perempuan.kompas.com/read/xml/2009/05/15/16505839/function.simplex

m

4.1.2. Kharateristik Responden

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai usia, jenis kelamin,

dan pendidikan responden.

4.1.3 Usia Responden

Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah Mahasiswa

Surabaya laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil kuesioner yang didata, maka

diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia dari responden adalah sebagai

berikut :

Tabel 1

Usia Responden

No. Usia Jumlah Prosentase

1. 17 – 22 tahun 53 53 %

2. 23 – 25 Tahun 47 47 %

Total 100 100 %

Sumber : kuesioner responden no.I

Berdasarkan dari tabel 1 dapat diketahui bahwa responden paling banyak

(50)

paling terkecil yaitu sebanyak 4,6 % responden berada pada interval usia 23 hingga

27 tahun. Yaitu sebanyak 47 %

4.1.4 Jenis Kelamin Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang yang terdiri dari

laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui prosentase jenis kelamin dari responden

dilihat dari tabel 2.

Tabel 2

Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 91 86 %

2 Perempuan 9 14 %

Total 100 100%

Sumber : Kuesioner identitas responden no II

Dari tabel 2 diketahui bahwa responden laki-laki berjumlah 91 orang dan perempuan

berjumlah 9 orang, dapat dilihat bahwa antara responden laki-laki dan perempuan

sangat berbeda jauh prosentasenya, responden laki-laki lebih banyak 100%.

4.1.5 Pendidikan Responden

Dari 100 responden ada berbagai macam latar belakang pendidikan, antara

(51)

Tabel 3

Pendidikan Terakhir Responden

No Pendidikan terakhir Jumlah %

1 SMA 40 40%

2 SMEA/SMK 23 23 %

3 STM 37 37 %

Total 100 100 %

Sumber : Kuesioner identitas responden no III

dari tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki pendidikan

terakhir SMA sebanyak 40 %, SMEA/SMK sebanyak 23 %, dan STM sebanyak 37 %

pada usia ini responden mampu membaca berita,dan sudah mulai bisa menganalisa

sebuah pesan, karena mereka tentunya sudah mulai berbeda cara pola pikir mereka

pada saat duduk di bangku SMA dengan di bangku perkuliahan.

4.1.6 Deskripsi Mahasiswa Yang Merokok

Dari hasil penyebaran kuesinoner mengenai Mahasiswa yang merokok atau

(52)

Tabel 4

Mahasiswa Surabaya Yang Merokok

No. Mahasiswa Yang Merokok atau Perokok Jumlah Prosentase

1. Ya 100 100 %

2. Tidak 0 0 %

Total 100 100 %

Sumber : kuesinoner pertanyaan no. 1

Berdasarkan tabel 4 di atas seluruh responden yaitu sebanyak 100 Mahasiswa

yang merokok atau perokok..

Tabel 5

Jumlah Rokok Yang dihabiskan Dalam Sehari

No. Jumlah Rokok Yang Dihabiskan Dalam Sehari

Berdasarkan tabel 5 di atas seluruh responden yang merokok 7 sampai 10

batang sebanyak 16 %, sedangkan yang merokok 11 sampai 15 batang sebanyak 27

%, dan yang merokok 1 bungkus sampai 3 bungkus sebannyak 57 %. Sehingga

(53)

Tabel 6

Mahasiswa Perokok Yang Membaca Pesan Peringatan Bahaya Merokok

No. Terpaan Pesan Jumlah Prosentase

1. Pernah membaca 100 100 %

2. Tidak pernah membaca 0 0 %

Total 100 100 %

Sumber : kuesinoner pertanyaan no. 3

Berdasarkan tabel 6 di atas seluruh responden yang membaca pesan

peringatan bahaya merokok sebanyak 100% dan yang dan yang tidak pernah

membaca pesan peringatan bahaya merokok adalah 0 %

4.2 Sikap Mahasiswa Surabaya Setelah membaca Pesan Peringatan bahaya

Merokok Yang Tercantum Pada Label Bungkus, Reklame, dan iklan

rokok.

Untuk mengetahui Sikap Setelah membaca pesan peringatan bahaya merokok

yang tercantum pada Reklame, Iklan, dan label bungkus rokok Dilakukan

pemahaman terhadap sikap Mahasiswa Surabaya dalam menanggapi pesan

peringatan bahaya merokok yang tercantum pada Reklame, Iklan, dan label bungkus

rokok. Sikap Mahasiswa Surabaya ini terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan konatif

(54)

4.2.1 Aspek Kognitif

Aspek Kognitif merupakan sikap yang tersusun atas dasar pengetahuan atau

informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.

Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalistis

dan logika. Untuk melihat hasil jawaban kuesioner pada aspek kognitif, maka dapat

diperoleh jawaban responden yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

4.2.1.1Pengetahuan responden terhadap peringatan bahaya merokok pada

Reklame, Iklan, Dan Label Bungkus Rokok.

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase pengetahuan Mahasiswa

Surabaya sebagai responden yang mengetahui isi pesan himbauan dari pemerintah

mengenai pesan peringatan bahaya merokok yang dicantumkan pada iklan, Reklame,

dan label bungkus rokok dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan “peringatan

bahaya merokok” dapat diketahui pada tabel 7

Tabel 7

Pengaetahuan Responden Tentang pesan Peringatan Bahaya merokok Pada

Iklan, Reklame, dan label bungkus Rokok

(55)

Dari tabel 7 diketahui bahwa secara umum, kebanyakan responden

memberikan pernyataan dukungan terhadap pesan peringatan bahaya merokok.

Responden sebesar 7 % menyatakan sangat tahu dan sebanyak 93 % menyatakan tahu

terhadap pesan peringatan bahaya merokok yang tercantum pada iklan, Reklame, dan

label bungkus rokok . Hal ini menunjukkan bahwa mereka mengetahui himbauan dari

Pemerintah mengenai pesan peringatan “ MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN

KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGUAN

KEHAMILAN DAN JANIN “dicantumkan pada iklan, Reklame, dan label Bungkus

rokok. Dari data diatas menunjukan tidak ada responden yang menyatakan tidak

setuju serta sangat tidak setuju, hal ini karena mayoritas responden mengetahui pesan

himbauan Pemerintah mengenai bahaya merokok yang tercantum pada iklan,

reklame, dan label bungkus rokok

4.2.1.2 Pemahaman Responden bahwa merokok dapat menyebabkan kanker,

serangan jantung, impotensi dan ganguan kehamilan dan janin.

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari pemahaman Mahasiswa

Surabaya sebagai responden yang memahami isi pesan himbauan dari pemerintah

mengenai pesan peringatan bahaya merokok yang dicantumkan pada iklan, Reklame,

dan label bungkus rokok dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan “peringatan

(56)

Tabel 8

Pemahaman Responden bahwa merokok dapat menyebabkan, kanker,

serangan jantung, impotensi, dan ganguan kehamilan dan janin

No Pemahaman Responden terhadap isi pesan bahaya

merokok

Sumber: kuesioner no. 6

Dari tabel 8 diketahui bahwa secara umum, kebanyakan responden memberikan

pernyataan setuju. Responden sebesar 4 % menyatakan sangat paham dan sebanyak

96 % Responden yang menyatakan paham. Hal ini menunjukkan bahwa mereka

memahami isi pesan himbauan Pemerintah mengenai bahaya merokok. Dari data

diatas menunjukan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju serta sangat

tidak setuju, hal ini responden telah membaca pesan peringatan bahaya peringatan

bahaya merokok yang di cantumkan pada iklan, reklame dan label bungkus rokok

sehingga responden tersebut memahami isi pesan himbauan dari pemerintah yang

(57)

4.2.1.3Pengatahuan responden terhadap kegunaan pesan peringatan bahaya

merokok

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap 100 Mahasiswa

Surabaya sebagai responden tentang kegunaan pesan peringatan bahaya merokok

tersebut dicantumkan, dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan “peringatan

bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada tabel 9.

Tabel 9

Pengetahuan responden Tentang Kegunaan Pesan Peringatan Bahaya Merokok

Di Cantumkan

No Pengetahuan responden tentang kegunaan pesan

tersebut dicantumkan

Jumlah Prosentase

1 Mengetahui kegunaan pesan peringatan bahaya merokok

100 100%

2 Tidak mengetahui kegunaan pesan peringatan bahaya

merokok

0 % 0 %

Total 100 100%

Sumber : Kuesioner no.7

Dari tabel 9 diketahui bahwa sebesar 100 % responden menyatakan

mengetahui kegunaan pesan peringatan bahaya merokok Dari data di atas, tidak ada

responden yang tidak mengetahui kegunaan pesan pringatan bahaya mrokok

(58)

kegunaan himbauan pemerintah mengenai peringatan bahaya merokok yang

dicantumkan pada iklan, reklame , dan label bungkus rokok.

4.2.2 Aspek Afektif

Aspek afektif merupakan perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa

senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan

nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai-nilai yang dimiliki.Untuk melihat hasil jawaban

kuesioner pada aspek afektif, maka dapat diperoleh jawaban responden yang dapat

dijabarkan dalam tabel berikut :

4.2.2.1 Sikap responden terhadap pesan peringatan bahaya merokok

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap afektif Mahasiswa

Surabaya sebagai responden tentang program tujuan pemerintah membuat pesan

peringatan bahaya merokok, dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan

“peringatan bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada tabel 1

Tabel 10

4.2.2.2 Sikap Responden Tentang pesan bahaya merokok

No Sikap Jumlah Prosentase

1 Sangat Senang 11 11 %

2 Senang 41 41 %

3 Tidak Senang 9 9 %

(59)

Sumber : Kuesioner no.8

Dari tabel 10 diketahui bahwa sebanyak 11 % responden menyatakan sangat

senang dan sebanyak 41 % menyatakan senang. Menurut mereka yang memberikan

pernyataan mendukung ini karena setelah mereka memahami isi pesan peringatan

bahaya merokok tersebut, mereka menjadi khawatir dengan kesehatannya terganggu

akibat merokok. Dan mudah terkena penyakit seperti yang ada pada pesan peringatan

tersebut. Sedangkan 9 % responden yang menyatakan tidak senang dan 39 %

menyatakan sangat tidak senang karena mereka sudah terlanjur kecanduan rokok jadi

susah untuk meninggalkan kebiasaan merokok.

4.2.2.3Kecemasan Responden terhadap pesan peringatan bahaya merokok

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari 100 Mahasiswa Surabaya

sebagai responden mengenai perasaan cemas atau tidak cemas setelah membaca dan

memahami isi pesan peringatan bahaya merokok, dengan memperhatikan dan

mengerti isi pesan “peringatan bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat

(60)

Tabel 11

Kecemasan Responden tentang pesan peringatan bahaya merokok

No Kecemasan Responden setelah membaca pesan

Sumber : Kuesioner no.9

Dari tabel 11 diketahui bahwa sebanyak 7 % responden menyatakan sangat

cemas dan sebanyak 21 % menyatakan cemas. Menurut mereka yang memberikan

pernyataan mendukung ini karena setelah mereka memahami isi pesan peringatan

bahaya merokok tersebut, mereka menjadi khawatir dengan kesehatannya terganggu

akibat merokok. Dan mudah terkena penyakit seperti yang ada pada pesan peringatan

tersebut. Sedangkan 15 % responden yang menyatakan tidak cemas dan 57 %

menyatakan sangat tidak cemas karena mereka merasa sudah menyeimbangkan

dengan berolahraga secara teratur

4.2.2.4Tindakan Responden mengurangi kecemasan terhadap pesan bahaya

merokok,

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap 100 Mahasiswa

(61)

pesan “peringatan bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada

tabel 12

Tabel 12

Tindakan Responden dalam mengurangi kecemasan

No Tindakan Jumlah Prosentase

1 Mencari informasi lain 51 51 %

2 Tidak mencari informasi lain 49 49 %

Total 100 100%

Sumber : Kuesioner no.10

Dari tabel 13 diketahui bahwa sebanyak 51 % responden mengambil tindakan

mencari informasi lainnya. Karena menurut mereka yang mengambil tindakan ini,

lebih baik mencari informasi - informasi yang mendukung mereka untuk tetap

merokok tanpa mengganggu kesehatan. Sedangkan 49% responden yang tidak

mencari informasi lainnya, dan mereka ingin memperhatikan pesan tersebut tanpa

mencari informasi yang laen, karena mereka takut kesehatannya terganggu.

4.2.3 Aspek Konatif

Konatif merupakan kecenderungan responden untuk melakukan sebuah

tindakan responden setelah membaca pesan himbauan Pemerintah mengenai pesan

(62)

tersebut. Akan tetapi respon dalam memahami isi pesan tersebut berbeda-beda.

Dalam hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

4.2.3.1 Aspek (Konatif) Responden Terhadap Pesan Bahaya Merokok.

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari 100 Mahasiswa

Surabaya sebagai responden yang mau memperhatikan maupun tidak memperhatikan

pesan peringatan bahaya merokok, dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan

“peringatan bahaya merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada tabel

14

Tabel 14

Aspek (Konatif) Responden Terhadap Pesan Bahaya Merokok

No Keterangan Jumlah Prosentase

1 Menerima dan memperhatikan pesan bahaya

merokok

28 28 %

2 Mengabaikan Pesan

peringatan bahaya merokok

72 72 %

Total 100 100%

Sumber : Kuesioner no.12

Berdasarkan jawaban-jawaban dari tabel 14 dapat diketahui bahwa sebanyak

28 % responden yang menyatakan menerima dan memperhatikan pesan bahaya

(63)

responden menyatakan tidak setuju sebanyak 72 % sedangkan sebanyak menyatakan

tidak mau memperhatikan dan tidak memperhatikan pesan tersebut, karena mereka

susah meninggalkan kebiasaan merokok, sehingga lebih memilih untuk mengabaikan

pesan larangan merokok yang tercantum pada pada iklan, reklame, dan label bungkus

rokok.

4.2.3.2 Respom Responden Terhadap Pesan Bahaya Merokok

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari 100 Mahasiswa

Surabaya sebagai responden yang menyatakan berhenti mrokok untuk menghindari

terkena penyakit yang tercantum pada pesan pemerintah tentang peringatan bahaya

merokok, dengan memperhatikan dan mengerti isi pesan “peringatan bahaya

merokok” pada setiap produk rokok, dapat diketahui pada tabel 15

Tabel 15

Respon Responden Yang menyatakan berhenti merokok akibat terpaan pesan

bahaya merokok.

No Respon Responden setelah memahami isi pesan bahaya

merokok

Jumlah Prosentase

1 Berhenti merokok 28 28 %

2 Tetap merokok 72 72 %

Total 100 100%

Sumber : Kuesioner no.12

Gambar

Tabel 7. Pengetahuan Responden............................................................................41
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir ………………………………………... 20
Tabel 1. jumlah Mahasiswa Surabaya.....................................................................27
Gambar 1 : Model Teori S-O-R ( Effendy, 2003 : 255 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, Summa dan Lubow (2002), Cordier dan Gross (2009), serta Asianto (2014) menyatakan bahwa strategi selling option jika dilakukan dengan cara yang benar

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung

Faridatul Lailia, Mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2015 yang berjudul “Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengasuhan

(6) Pengambilalihan kewenangan Perizinan Berusaha oleh menteri teknis atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, dilakukan

pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang..

Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen dan juga untuk mengetahui mana kualitas pelayanan mana yang dominan

Data primer yang dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan kedua dan ketiga, adalah data yang terkait dengan kebijakan DPPKAD Kabupaten Semarang, yang tekait dengan

Grafik Peringkat Provinsi Bali menurut Angka Melek Huruf dalam skala Nasional Tahun 2013. Sumber : Paparan BPS