• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proceeding Seminar Nasional Thermofluid VI Yogyakarta, 29 April 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proceeding Seminar Nasional Thermofluid VI Yogyakarta, 29 April 2014"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penambahan Inlet Disturbance Body Terhadap Karakteristik

Aliran Melintasi Silinder Sirkular Tersusun Tandem

(The Influence of Inlet Disturbance Body on the Flow Characteristics Passing Through

Circular Cylinder in Tandem Arrangement)

Aida Annisa Amin Daman, Wawan Aries Widodo

Laboratorium Mekanika dan Mesin-Mesin Fluida, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: aianinda@gmail.com

Abstract

The objective of this present study is to investigate experimentally the effects of installing Inlet Disturbance Body (IDB) on the flow characteristics passing through circular cylinders with varying the distance of two main cylinders. Experiments were conducted in a wind tunnel with test section of 0.125 m height, 0.125 m width and 1.8 m length. The Reynolds number based on hydraulic diameter was 1.56x105. The Inlet Disturbance Body (IDB) of 4 mm in diameter was used on upstream cylinder of diameter 25 mm. The angular position of Inlet Disturbance Body (IDB) was 30°. The spacing ratio variation of two main cylinders (L/D) was 1.5 and 4. Bubble separation occurred in upstream cylinder with IDB, therefore the separation point was at 115° while the separation point of upstream cylinder without IDB was at 90°. The separation points of upstream cylinder were almost independent at spacing ratio. The effect of upstream cylinder’s wake on downstream cylinder was strong at L/D 1.5 but it was reduced at L/D 4.

Keywords: inlet disturbance body, circular cylinder, tandem arrangement

1. Pendahuluan

Penelitian mengenai aliran melintasi silinder sirkular telah banyak dilakukan dan menarik untuk dikembangkan. Beberapa penelitian dilakukan untuk mereduksi gaya drag pada silinder sirkular yaitu dengan cara menambah kekasaran permukaan silinder dan memberi silinder pengganggu pada sisi upstream. Penelitian mengenai pengurangan gaya drag pada silinder sirkular tunggal dengan menggunakan kawat pengganggu dilakukan oleh Lee, dkk [1]. Variasi diameter pengganggu yang digunakan d/D 0.133 sampai 0.267. Hasil penelitian menunjukkan koefisien drag silinder sirkular utama berkurang sebesar 29% ketika menggunakan diameter kawat pengganggu d = 7 mm (d/D = 0.233). Hidayat [2] melakukan penelitian dengan penambahan IDB pada sisi upstream silinder sirkular tunggal. Variasi blockage ratio (D/H) yaitu 10%, 20%, dan 30%. Sudut IDB divariasikan mulai 200 hingga 600. Dari ketiga variasi blockage ratio, diperoleh koefisien drag terendah pada variasi sudut IDB 300. Penelitian mengenai silinder tersusun tandem dengan kawat pengganggu dilakukan oleh

Alam, dkk [3]. Penelitian memvariasikan jarak antar

silinder upstream dan silinder downstream serta memvariasikan sudut kawat pengganggu terhadap silinder upstream. Blockage ratio dari test section yaitu 8,1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudut optimum untuk mengurangi gaya drag yaitu 300 dan terjadi bistable flow pada rasio jarak 3 untuk tanpa kawat pengganggu dan 2,6 dengan kawat pengganggu.

Sedangkan Weidman [4] meneliti tentang pengaruh blockage ratio (D/H) terhadap koefisien drag silinder. Hasil penelitian menunjukkan makin tinggi nilai blockage ratio, nilai koefisien drag makin meningkat.

Dari beberapa penelitian tersebut, muncul permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan IDB pada sudut 300 terhadap karakteristik aliran melalui dua silinder sirkular tersusun secara tandem. Hasil penelitian membandingkan distribusi koefisien tekanan susunan silinder tandem tanpa IDB dengan distribusi koefisien tekanan susunan silinder tandem pada IDB 300. Selain itu diperoleh juga profil kecepatan di daerah wake silinder downstream dan nilai koefisien drag masing-masing silinder utama.

2. Metode dan Peralatan

Penelitian ini dilakukan pada windtunnel dengan dimensi 125 mm x 125 mm x 1800 mm. Bilangan Reynolds berdasar diameter hidraulik (ReDH) yaitu

(2)

Gambar 1. Skema penelitian Pada permukaan midspan silinder utama (upstream

maupun downstream) terdapat pressure tap mengelilingi permukaan silinder dengan rentang jarak sebesar 5°. Hal ini bertujuan untuk memperoleh nilai tekanan pada permukaan silinder yang selanjutnya diolah menjadi distribusi koefisien tekanan (Cp). Nilai koefisien tekanan (Cp) diperoleh melalui persamaan berikut :

(

)

2 2 1 ∞ ∞ − = p p U Cp c ρ (1)

dimana pc merupakan tekanan permukaan silinder, p҄

merupakan tekanan aliran freestream, sedangkan 2

2 1

U

ρ merupakan tekanan dinamik aliran freestream.

Sedangkan untuk memperoleh profil kecepatan pada daerah wake silinder downstream digunakan pitot static tube yang diletakkan pada jarak 4D dari sumbu silinder downstream. Data lain yang diperoleh yaitu koefisien drag (Cd)yang merupakan integrasi dari nilai

koefisien tekanan (Cp), sebagai berikut :

( ) ( )

θ θ θ π d C Cd p cos 2 12 0∫ = (2)

persamaan tersebut dapat diselesaikan menggunakan metode numerik Simpson 1/3 segmen berganda, yaitu :

( ) ( )

( )

( ) 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 3 2 1 rata rata Tinggi n i n j n j i o lebar n x f x f x f x f a b I − − = − =

+

+ + − ≅ 3 2 4 ) ( 1 5 , 3 , 1 2 6 , 4 , 2 (3) dimana • b = 2 dan a = 0ί • f(x0) = Cp(0)cos(0) • f(xn) = Cp(2

π

) cos (2

π

) • n = jumlah data

• f(xi) adalah perkalian dari fungsi data gasal dimana

i = 1,3,5 …n-1.

• f(xj) adalah perkalian dari fungsi data genap dimana

j = 2,4,6 …..n-2.

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil yang diperoleh berupa distribusi koefisien tekanan Cp dan distribusi profil kecepatan dibelakang susunan silinder tandem. Berikut hasil dan

pembahasan pada masing-masing tipe susunan silinder tandem.

3.1 Distribusi Koefisien Tekanan Silinder Upstream Distribusi koefisien tekanan permukaan untuk silinder upstream (gambar 2a) dan silinder upstream (gambar 2b) menunjukkan tren grafik yang hampir sama untuk variasi jarak L/D. Titik stagnasi pada kedua susunan tandem dan pada dua variasi jarak, tepat berada pada sudut 0°. Untuk gambar 2a yaitu distribusi koefisien tekanan permukaan untuk silinder upstream, setelah titik stagnasi aliran langsung mengalami percepatan yang ditandai dengan menurunnya grafik koefisien tekanan secara ekstrem hingga aliran memiliki kecepatan maksimum yang ditandai dengan nilai distribusi koefisien tekanan paling rendah. Pada upper side, aliran mengalami kecepatan maksimum pada sudut sekitar 65°-70°, sedangkan pada lower side, aliran mengalami kecepatan maksimum pada sudut 290°-295°.

Kemudian aliran mengalami perlambatan akibat adanya adverse pressure yang ditandai peningkatan tekanan. Pada satu titik, aliran tidak mampu lagi melawan adverse pressure dan gesekan sehingga terjadi separasi yang ditandai dengan nilai koefisien tekanan mulai steady pada sudut 90° untuk upper side dan 270° untuk lower side. Perbedaan dari masing-masing variasi jarak terlihat pada base pressure. Nilai base pressure terendah pada jarak L/D 1,5 dan nilai tertinggi pada jarak L/D 4.

Sedangkan untuk gambar 2b yaitu distribusi koefisien tekanan silinder upstream pada konfigurasi tandem dengan IDB 30°, setelah titik stagnasi aliran mengalami percepatan yang tidak terlalu signifikan seperti pada gambar 2a. Hal ini disebabkan adanya celah antara IDB dan permukaan silinder, sehingga aliran mengalami hambatan.

(3)

utama dan IDB sehingga jarak tersempit bukan lagi antara silinder upstream dan IDB melainkan antara boundary layer silinder upstream dan IDB setelah celah tersebut.

Setelah mencapai kecepatan maksimum, aliran mulai mengalami perlambatan kemudian terjadi separasi. Namun adanya momentum aliran yang lebih besar dari momentum aliran yang terseparasi dan adanya pengaruh wake dari IDB, menyebabkan shear layer yang terlepas mengalami re-attachment pada permukaan silinder upstream yang ditandai dengan adanya peak. Kemudian aliran mengikuti kontur permukaan silinder kembali yang ditandai penurunan tekanan dan terjadi separasi pada sudut 115° pada upper side dan sudut 235° untuk lower side.

(a)

(b)

Gambar 2. Grafik distribusi koefisien tekanan silinder pada konfigurasi tandem (a) tanpa IDB ; (b) dengan

IDB 30°; L/D 4 ; L/D 1.5 (eksperimen, ReDh 1.56x105)

3.2 Distribusi Koefisien Tekanan susunan silinder tandem dengan IDB 300

Distribusi koefisien tekanan pada kontur permukaan silinder downstream untuk susunan silinder tandem tanpa IDB (gambar 3a) bernilai negatif untuk semua variasi jarak antar silinder. Hal ini menunjukkan bahwa silinder downstream masih

terlingkupi wake silinder upstream. Menurut Alam,

dkk [3] adanya peak pada upper side dan lower side

menandakan bahwa shear layer silinder upstream mengalami re-attachment pada permukaan silinder downstream kemudian shear layer terbagi menjadi backward shear layer (BSL) yang mengalir ke arah downstream dan forward shear layer (FSL) yang mengalir ke arah upstream.

Titik re-attachment pada rasio jarak L/D 1.5 terjadi pada sudut 80 untuk upper side, dan 280 untuk lower side. Untuk rasio jarak L/D 4, titik re-attachment terjadi lebih awal daripada pada rasio jarak yang dekat.

(a)

(b)

Gambar 3. Grafik distribusi tekanan silinder pada konfigurasi tandem (a) tanpa IDB ; (b) dengan IDB

30°; L/D 4; L/D 1.5 (eksperimen, ReDh 1.56x10

5

)

(4)

grafik menandakan bahwa shear layer yang terpisah dari silinder upstream mengalami re-attachment pada permukaan silinder downstream. Pengaruh wake silinder upstream terhadap silinder downstream mulai berkurang pada jarak antar silinder L/D 4 yang ditandai tren grafik mulai mendekati tren koefisien tekanan silinder tunggal. Titik attachment berada pada titik 0°, kemudian aliran mengalami percepatan hingga mencapai kecepatan maksimum pada sudut 90°. Setelah mencapai kecepatan maksimum, aliran fluida mengalami perlambatan dan mengalami separasi pada sudut 135°.

Dari kedua grafik tersebut terlihat bahwa interaksi wake silinder upstream terhadap silinder downstream makin berkurang seiring bertambahnya rasio jarak L/D. Hal ini disebabkan oleh momentum dan energi shear layer yang terlepas dari silinder upstream makin berkurang seiring bertambahnya jarak, sehingga momentum aliran freestream semakin kuat mendorong shear layer tersebut sehingga dapat attach lebih awal pada permukaan silinder downstream.

3.3 Profil Kecepatan pada Daerah Wake Silinder Downstream

Pembahasan selanjutnya mengenai distribusi profil kecepatan pada jarak 4D dari sumbu silinder downstream (gambar 4). Berdasar profil kecepatan, dapat diketahui pula lebar wake yang terjadi pada susunan tersebut. Hasil distribusi profil kecepatan menunjukkan bahwa konfigurasi silinder tandem tanpa IDB (gambar 4a) maupun konfigurasi silinder tandem dengan IDB 30° (gambar 4b) pada jarak L/D 4 terjadi defisit momentum yang terbesar ditandai dengan nilai U/Umaks yang paling rendah daripada L/D 1.5. Hal ini disebabkan karena aliran yang melintasi silinder downstream hampir sama dengan karakteristik aliran melintasi silinder tunggal sehingga wake yang terjadi merupakan wake dari silinder dowstream. Sedangkan pada jarak L/D 1.5, wake yang terjadi dari silinder upstream melingkupi silinder downstream sehingga defisit momentum yang terjadi lebih kecil.

Konfigurasi tandem dengan rasio jarak L/D 4 juga memiliki wake yang lebih lebar daripada wake pada L/D 1.5. Hal ini dapat dilihat dari distribusi koefisien tekanan silinder downstream (gambar 3) bahwa separasi aliran BSL pada rasio jarak L/D 1.5 lebih tertunda ke arah downstream sehingga wake yang terjadi lebih sempit.

(a)

(b)

Gambar 4. Grafik distribusi profil kecepatan di belakang konfigurasi silinder pada konfigurasi tandem

(a) tanpa IDB ; (b) dengan IDB 30°; L/D 4 ; L/D 1.5 (eksperimen, ReDh 1.56x10

5

) 3.4 Perbandingan Distribusi Koefisien Tekanan

susunan silinder tandem tanpa IDB dan susunan silinder tandem dengan IDB 300 pada L/D 1.5 dan L/D 4

Distribusi koefisien tekanan dua susunan silinder tandem pada L/D 1.5 (gambar 5a), menunjukkan bahwa aliran pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° yang paling awal mengalami kecepatan maksimum yaitu pada sudut 35°, sedangkan konfigurasi tandem tanpa IDB terjadi pada sudut 60°. Untuk letak titik separasi yang terjadi paling awal pada konfigurasi tandem tanpa IDB pada sudut 85°, dan separasi yang paling tertunda terjadi pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° sekitar sudut 115°. Hal ini karena hanya pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° aliran mengalami re-attachment pada kontur silinder upstream, sehingga aliran kembali memiliki energi untuk melawan adverse pressure.

(5)

konfigurasi tandem dengan IDB 30°, sedangkan distribusi koefisien tekanan konfigurasi tandem tanpa IDB bernilai lebih rendah daripada distribusi koefisien tekanan konfigurasi tandem dengan IDB 30°. Titik re-attachment konfigurasi tandem dengan IDB 30° berada pada sudut 65°, sedangkan untuk konfigurasi tandem tanpa IDB pada sudut 75°. Hal ini menunjukkan bahwa wake silinder upstream konfigurasi tandem dengan IDB 30° lebih sempit dibandingkan wake silinder upstream konfigurasi tandem tanpa IDB karena separasi aliran pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° lebih tertunda ke arah downstream. Hal ini kemudian membuat shear layer yang terlepas pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° tidak terlalu terbuka dan momentum shear layer lebih rendah daripada momentum shear layer silinder upstream konfigurasi tandem tanpa IDB.

(a)

(b)

Gambar 5. Distribusi koefisien tekanan silinder (a) upstream, (b) downstream L/D 1.5 pada konfigurasi

no IDB ; IDB 30° (eksperimen, ReDh

1.56x105)

Gambar 6a menunjukkan tren yang sama dengan gambar 5a. Aliran pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° yang paling awal mengalami kecepatan maksimum yaitu pada sudut 35°, sedangkan konfigurasi tandem tanpa IDB terjadi pada sudut 60°. Untuk letak titik separasi yang terjadi paling awal pada

konfigurasi tandem tanpa IDB pada sudut 90°, dan separasi yang paling tertunda terjadi pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° sekitar sudut 110°.

Sedangkan untuk silinder downstream pada L/D 4 (gambar 6b), terlihat bahwa tren grafik konfigurasi tandem tanpa IDB mulai mendekati tren distribusi koefisien tekanan silinder tunggal namun titik re-attachment belum tepat pada sudut 0° melainkan pada sudut 30°. Nilai distribusi koefisien tekanan konfigurasi tandem tanpa IDB masih berada dibawah nol. Tren grafik yang sudah menyerupai tren silinder tunggal dengan titik attachment tepat pada sudut 0° ditunjukkan pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° dan nilai distribusi koefisien tekanan merupakan yang tertinggi yaitu 0.13. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh wake silinder upstream terhadap silinder downstream susunan silinder tandem dengan IDB 30° sudah mulai berkurang pada rasio jarak (L/D) 4.

(a)

(b)

Gambar 6. Distribusi koefisien tekanan silinder (a) upstream, (b) downstream L/D 4 pada konfigurasi no IDB ; IDB 30° (eksperimen, ReDh

1.56x105) 3.5 Nilai Koefisien Pressure Drag

(6)

pressure drag silinder (tabel 1). Koefisien pressure drag silinder upstream maupun silinder downstream diperoleh dari persamaan 3. Dari tabel 1, untuk silinder upstream terlihat koefisien pressure drag (Cdp)

tertinggi terjadi pada konfigurasi tandem tanpa IDB dengan rasio jarak L/D 1.5 dan yang terendah pada pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° dengan L/D 1.5.

Sedangkan untuk silinder downstream distribusi Cdp konfigurasi tandem tanpa IDB cenderung lebih

rendah daripada konfigurasi tandem dengan IDB 30°. Nilai yang paling tinggi ditunjukkan silinder downstream konfigurasi tandem dengan IDB 30°. Hal ini disebabkan distribusi koefisien tekanan pada konfigurasi ini yang mendekati tren silinder tunggal yang ditunjukkan gambar 6b. Penambahan IDB pada sudut 30° dapat mereduksi gaya drag silinder upstream secara optimal, namun gaya drag silinder downstream lebih tinggi daripada gaya drag silinder downstream pada konfigurasi tandem tanpa IDB.

Tabel 1. Nilai Koefisien Pressure Drag Silinder Upstream dan Downstream

Susunan silinder tandem Rasio Jarak (L/D) Nilai Cdp Upstream Downstream Tanpa IDB 1.5 0.95 -0.417 4 0.78 0.22 IDB 30° 1.5 0.408 -0.08 4 0.41 0.41 4. Kesimpulan

Berdasar data yang telah diperoleh secara eksperimen mengenai pengaruh penambahan IDB dan variasi rasio jarak antar silinder, dapat disimpulkan bahwa :

1. penambahan IDB pada sudut 30° di depan silinder upstream, dapat menunda separasi aliran disebabkan terjadinya bubble separation pada silinder upstream. Hal ini juga mengakibatkan nilai koefisien drag silinder upstream pada konfigurasi ini rendah yaitu 0.41.

2. separasi aliran silinder upstream pada konfigurasi tandem dengan IDB 30° yang lebih tertunda mengakibatkan nilai koefisien drag silinder downstream lebih tinggi daripada silinder downstream pada konfigurasi silinder tandem tanpa IDB. 3. Interaksi wake silinder upstream terhadap

silinder downstream makin berkurang seiring bertambahnya rasio jarak L/D.

Daftar Pustaka

[1] Lee, Sang-Joon., Sang-Ik Lee, Cheol-Woo Park, 2004, Reducing the drag on a circular cylinder by upstream installation of a small control rod, Fluid Dynamics Research 34, 233-250.

[2] Hidayat, N, 2013, Studi Eksperimen Reduksi Gaya Hambat pada Silinder Sirkular dan Reduksi Pressure Drop pada Saluran Sempit Berpenampang Bujur Sangkar dengan Menggunakan Batang Pengganggu Berbentuk Silinder Sirkular, Thesis Konversi Energi, Teknik Mesin, ITS, Surabaya.

[3] Alam, M. M., H. Sakamoto, M. Moriya. 2003. Reduction of fluid forces acting on a single circular cylinder and two circular cylinders by using tripping rods, Journal of Fluids and Structures 18, 347-366.

Gambar

Gambar 1. Skema penelitian  Pada permukaan midspan silinder utama (upstream
Gambar 2. Grafik distribusi koefisien tekanan silinder  pada konfigurasi tandem (a) tanpa IDB ; (b) dengan
grafik  menandakan bahwa shear layer yang terpisah  dari silinder upstream  mengalami  re-attachment  pada  permukaan silinder downstream
Gambar 6a menunjukkan tren yang sama dengan  gambar 5a.  Aliran pada konfigurasi tandem dengan  IDB  30° yang paling awal mengalami kecepatan  maksimum yaitu pada sudut 35°, sedangkan  konfigurasi tandem tanpa IDB  terjadi pada sudut 60°
+2

Referensi

Dokumen terkait

Mycobacterium tuberculosis (basil tahan asam, BTA) dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen pada pasien batuk ≥ 2 minggu di Puskesmas Wenang, Puskesmas Ranotana, dan Puskesmas Sario

Model turbulen k-ω SST bisa digunakan untuk memprediksi proses perpindahan panas pada aliran yang melintasi silinder sirkular tunggal dan tandem dengan hasil yang cukup

Namun demikian, pada pengamatan untuk panen ketiga, kembali menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya pengaruh formula pestisida nabati terhadap penekanan intensitas

Bentuk ungkapan kasar kata majemuk beso cakap yang dituturkan oleh B kepada A dalam keadaan marah, karena si A terlalu banyak bicara yang tidak jelas sehingga si B

Dalam kesempatan ini juga, dengan menghayati bahwa kehidupan dan pertumbuhan jemaat di GKI Kemang Pratama adalah tanggung jawab kita bersama, marilah dalam rasa syukur

Penulis menggunakan teknik laser cut pada selembar kain dengan motif yang terinspirasi dari bentuk pada ragam hias batik.. Bagi penulis, penggunaan teknik laser cut yang

Pada permulaan proses penghasilan projek, perbincangan dilakukan dan mendapati alat ini memerlukan penambahan komponen untuk memudah kan proses menekan bebola