• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA HUKUM URUTAN TERBALIK PADA INVERS GRUP DARI PERKALIAN DUA MATRIKS ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BEBERAPA HUKUM URUTAN TERBALIK PADA INVERS GRUP DARI PERKALIAN DUA MATRIKS ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA HUKUM URUTAN TERBALIK PADA INVERS GRUP DARI PERKALIAN DUA MATRIKS

Elvina1∗, Asli Sirait2, Musraini M.2

1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

2 Dosen Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia

elvina.math@gmail.com

ABSTRACT

This paper discusses some equivalent conditions for reverse order law of group inverses of product of two matrices. Several sufficient conditions which enable both (AB)#= B(1,2)A(1,2) and (AB)#= B(1,2)A(1,2) hold are also given.

Keywords: group inverses, reverse order law ABSTRAK

Dalam artikel ini dibahas kondisi yang setara pada hukum urutan terbalik pada invers grup dari perkalian dua matriks. Kondisi yang diberikan adalah (AB)#= B(1,2)A(1,2) dan (AB)#= B(1,2)A(1,2).

Kata kunci: invers grup, hukum urutan terbalik

1. PENDAHULUAN

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Secara umum suatu matriks mempunyai invers apabila matriks tersebut merupakan matriks persegi dan nonsingular. Dalam perkembangannya dibutuhkan generalized inverses untuk mengetahui invers suatu matriks jika matriks tersebut singular. Ada beberapa jenis generalized inverses diantaranya invers kiri dan invers kanan (invers satu sisi), invers drazin, invers grup dan invers Bott-Duffin [1].

Invers matriks mempunyai beberapa sifat salah satunya, invers hasil perkalian matriks adalah perkalian dari invers matriks dalam urutan terbalik. De Pierro, A. R. dan Wei, M. [8] telah mengembangkan konsep hukum urutan terbalik pada generalized inverses terhadap perkalian matriks, serta Shinozaki, N. dan Sibuya, M.

[10] telah mempelajari lebih lanjut tentang hukum urutan terbalik.

Selanjutnya artikel ini merupakan penjabaran dari artikel yang ditulis oleh Cao, C. G, Zhang, X. dan Tang, X. [5] yang dibahas mengenai kondisi yang setara pada hukum urutan terbalik pada invers grup dari perkalian dua matriks. Berkaitan

(2)

dengan kondisi yang setara, dalam artikel ini kondisi yang diberikan yaitu (AB)#= B(1,2)A(1,2) dan (BA)# = A(1,2)B(1,2) [5].

2. INVERS GRUP

Pada bagian ini diberikan beberapa definisi dan lema yang digunakan untuk pem- bahasan selanjutnya.

Definisi 1 [3, h. 165] Misalkan A adalah matriks m × n, maka subruang Rm yang direntang oleh vektor-vektor kolom A dinamakan ruang kolom (column space) A. Ruang solusi dari sistem persamaan yang homogen Ax = 0, yang merupakan subruang dari Rn, disebut ruang nul (null space) dari A. Ruang kolom dan ruang nul dari A selanjutnya dilambangkan dengan R(A) dan N (A).

Definisi 2 [3, h. 169] Dimensi ruang baris dan ruang kolom matriks A dinamakan dengan rank A dan dinyatakan dengan rank(A).

Definisi 3 [5] Untuk sebarang matriks A ∈ Cm×n, persamaan matriks:

AA#A = A, (1)

A#AA# = A#, (2)

AA# = A#A. (3)

A{1, 2} menunjukkan himpunan semua matriks yang memenuhi persamaan (1) dan (2) dan dilambangkan dengan A(1,2). Sedangkan A# adalah invers grup dari A jika A#memenuhi persamaan (1)-(3). Jika A#ada maka A#adalah tunggal dan m = n.

Definisi 4 [3, h. 426] Jika A adalah matriks kompleks, maka transpose konjugat dari A dilambangkan dengan A, didefinisikan dengan

A = ¯AT.

Definisi 5 [3, h. 426] Sebuah matriks persegi A dengan entri-entrinya bilangan kompleks disebut uniter jika A1 = A.

Definisi 6 [7] Misalkan matriks A berukuran m×n dan matriks B berukuran p×q.

Direct sum dari A dan B ditulis A ⊕ B, yang artinya matriks (m + p) × (n + q) dalam bentuk

 A O O B

 , dimana O adalah matriks nol.

Lema 7 [5] Misalkan A ∈ Cn×n kemudian A# ada jika dan hanya jika rank(A) = rank(A2).

Bukti: dapat dilihat pada [9].

(3)

Lema 8 [5] Misalkan A ∈ Cn×n dan A# ada, maka terdapat matriks yang mempunyai invers P ∈ Cn×n dan D ∈ Cr×r sehingga

A= P (D ⊕ O)P1 dan A# = P (D1⊕ O)P1. Bukti: dapat dilihat pada [6, h. 122].

Teorema 9 [2] Diberikan matriks A berukuran m × n yang mempunyai rank r dan nilai singularnya adalah σ1 ≥ σ2 ≥ · · · ≥ σr. Jika terdapat matriks U, Σ dan V maka matriks A dapat difaktorkan dalam bentuk :

A= U ΣV, dimana U dan V adalah matriks uniter, Σ =  Σ1 O

O O



, dengan Σ1 adalah matriks diagonal yang entrinya adalah nilai singular dari matriks A.

Bukti: dapat dilihat pada [2].

Selanjutnya diberikan product singular value decomposition (PSVD) dari dua matriks, pada lema berikut.

Lema 10 [8] Misalkan A ∈ Cm×n dan B ∈ Cn×p. Maka ada dua matriks uniter U ∈ Cm×m, V ∈ Cp×p dan matriks nonsingular W ∈ Cn×n sehingga

A= U ΣAW1, B = W ΣBV (4) dengan

ΣA= Ir1 0

0 0



=

 Ir1

2 0 0 0

0 Ir1r12 0 0

0 0 0 0

ΣB =

S1 0 0 0 0 0 0 S2 0 0 0 0

r1 = rankA. r2 = r21+ r22 = rankB, (5)

dengan S1 dan S2 adalah matriks diagonal persegi positif (ketika r2i >0) atau nol (ketika r2i = 0) dimana i = 1, 2.

Bukti: dapat dilihat pada [8].

Lema 11 [8] Misalkan A ∈ Cm×n, B ∈ Cn×p dan PSVD pada persamaan (4) dan (5). Terdapat A(1,2) ∈ A{1, 2}, B(1,2) ∈ B{1, 2} dan (AB)(1,2) ∈ (AB){1, 2} sehingga

A(1,2) = W Y U,

Y =

I 0 Y13

0 I Y23

Y31 Y32 Y31Y13+ Y32Y23 Y41 Y42 Y41Y13+ Y42Y23

, (6)

(4)

B(1,2)= V ZW1, Z =

S11 Z12 0 Z14

0 Z22 S21 Z24

Z31 Z31S1Z12+ Z33S2Z22 Z33 Z31S1Z14+ Z33S2Z24

, (7)

(AB)(1,2) = V GU, G=

S11 G12 G13 G21 G21S1G12 G21S1G13 G31 G31S1G12 G31S1G13

, (8)

dengan Yij, Zij dan Gij adalah sebarang submatriks yang sesuai, S1 dan S2 adalah matriks dari product singular value decomposition (PSVD) pada persamaan (5).

Bukti: dapat dilihat pada [8].

Akibat 12 [10] Misalkan (AB)(1,2), terdapat G2 ∈ B{1, 2} dan G1 ∈ A{1, 2} se- hingga G2G1 ∈ (AB)(1,2).

Bukti: dapat dilihat pada [10].

Lema 13 [4] Misalkan A, B ∈ Cn×n. Jika

rank(A) = r, rank(B) = rank(AB) = rank(BA),

maka terdapat matriks-matriks yang mempunyai invers P, Q ∈ Cn×n sehingga A = P Ir 0

0 0



Q, B = Q1

 B1 B1X Y B1 Y B1X

 P1, dengan B1 ∈ Cr×r, X ∈ Cr×(n−r) dan Y ∈ C(n−r)×r.

Bukti: dapat dilihat pada [4].

3. HUKUM URUTAN TERBALIK PADA (AB)#= B#A#.

Sebelum membahas hukum urutan terbalik pada (AB)#= B#A#, terlebih dahulu akan dibahas lema yang diperlukan yaitu

Lema 14 [5] Misalkan B1 ∈ Cr×r dan B = B1 B2

O O



∈ Cn×n, maka

1. Jika B# ada, maka B# = B1# (B1#)2B2

O O

 .

2. B# ada jika dan hanya jika B1# ada dan R(B2) ⊂ R(B1);

Bukti:

(5)

1. Untuk menunjukkan B# =  B1# (B1#)2B2

O O



adalah invers grup dari B = B1 B2

O O



maka harus memenuhi Definisi 3, sebagai berikut:

(a) BT = B1 B2

O O

  B#1 (B1#)2B2

O O



BT = B1B1# B1B1#B1#B2

O O



BT = B1B1# B1#B2

O O



T B = B1# (B1#)2B2

O O

  B1 B2

O O



T B = B1#B1 B1#B2

O O

 . Jadi, BT = T B.

(b) BT B = B1# (B1#)2B2

O O

  B1 B2

O O



BT B = B1B#1 B1 B1B1#B2

O O



BT B = B1 B2

O O

 . Jadi, BT B = B.

(c) T BT = B#1 B1 B#1 B2

O O

  B1# (B1#)2B2

O O



T BT = B#1 BB1# B1#B1(B1#)2B2

O O



T BT = B#1 (B1#)2B2

O O

 . Jadi, T BT = T .

Karena Definisi 3 terpenuhi maka T adalah invers grup dari B dan B# ada.

2. ⇐ Misalkan T =  B1# (B1#)2B2

O O



mengikuti dari keberadaan B1#. Untuk menunjukkan B# ada maka harus memenuhi Definisi 3, berdasarkan pembuk- tian 1 terbukti bahwa Definisi 3 terpenuhi, maka B# ada.

⇒ B# ada, maka rank(B) = rank(B2). Untuk sebarang x1 ∈ Cr, x2 ∈ Cn−r dan y1 ∈ Cr, y2 ∈ Cn−r sehingga

 B1 B2

O O

  x1

x2



= B12 B1B2

O O

  y1 y2

 .

Maka B1x1 = B12y2 artinya rank(B1) =rank(B21), maka B#1 ada.

(6)

Untuk menunjukkan R(B2) ⊂ R(B1) adalah dengan cara menunjukkan (I − B1B1#)B2 = O. Berdasarkan Lema 8 maka terdapat matriks yang mempunyai invers P ∈ Cn×n dan D ∈ Cr×r sehingga B1 = P (D1⊕ O)P1 dan misalkan B2 = P M1 M2

M3 M4



P1,maka

(I − B1B#1 )B2 =

 1 O O 1



− P D O O O



P1P D1 O

O O

 P1



P M1 M2 M3 M4

 P1

=

 1 O O 1



− P

 I O O O

 P1



P M1 M2 M3 M4

 P1

=P O O O I



P1P  M1 M2 M3 M4

 P1 (I − B1B#1 )B2 =P

 O O

M3 M4

 P1.

Untuk menunjukkan (I − B1B1#)B2 = O, perlu dibuktikan M3 = 0 dan M4 = 0, selanjutnya

B = B1 B2

O O



= P O O O



D O M1 M2 O O M3 M4

O O O O

O O O O

 P1 O

O O

 .

Karena matriks B persegi dan matriks P dapat dibalik maka matriks P da-

pat mendiagonalkan matriks B, sehingga B ∼

D O M1 O O O O M4

O O O O

O O O O

. Karena

B# ada dan M3 = O, maka diperoleh C# =  O M4

O O

#

. Jelas, C2 = O.

Sehingga C = C2C#= O dan M3 = 0, M4 = 0.

Teorema 15 [5] Misalkan A, B ∈ Cn×n, A# dan B# ada, maka kondisi berikut setara:

1. (AB)# ada dan (AB)#= B#A#.

2. R(AB) = R(BA) dan N (AB) = N (BA).

3. Terdapat matriks yang mempunyai invers P ∈ Cn×n sehingga (A= P (A1⊕ . . . ⊕ At)P1

B = P (B1⊕ . . . ⊕ Bt)P1,

(7)

dengan Ai = O dan Bi = O atau Ai dan Bi adalah matriks yang mempunyai invers dengan orde di Ai dan Bi adalah sama untuk semua i, dan AjBj = 0 untuk setiap j ≥ 2.

Bukti: 1 ⇒ 2 Karena (AB)#ada berdasarkan Lema 7 maka R(AB) = R(ABAB) dan (AB)#= B#A# sehingga

R(AB) = R(ABAB) = R(BABA) = R(BA).

Menggunakan cara yang sama, maka diperoleh N (AB) = N (BA).

1 ⇒ 3 Menggunakan induksi pada n. Jika n = 1 buktinya benar. Andaikan lema benar ketika n < k, dimana k ≥ 2, akan dibuktikan bahwa benar ketika n = k.

Tanpa menghilangkan bentuk umum, diasumsikan 0 < rank(A) < n. Karena A# ada maka berdasarkan Lema 8 terdapat matriks yang mempunyai invers P1 ∈ Cn×n dan D ∈ Cr×r sehingga

A = P1(D ⊕ O)P11, A#= P1(D1⊕ O)P11 (9) dimana r = rank(A). Misalkan

B = P1

 B1 B2 B3 B4



P11, B#= P1

 C1 C2 C3 C4



P11, (10) dimana B1, C1 ∈ Cr×r, sehingga

AB = P1

 DB1 DB2

O O



P11, B#A#= P1

 C1D1 O C3D1 O

 P11. Dari Lema 14 dan (AB)#= B#A#, diperoleh

 (DB1)# [(DB1)#]2DB2

O O



= C1D1 O C3D1 O

 , sehingga

[(DB1)#]2DB2 = O (11)

dan

C3 = O. (12)

Selanjutnya mengikuti Lema 8 dan (AB)# ada maka R(DB2) ⊂ R(DB1). Se- hingga DB2 = DB1X untuk matrik X berukuran r × (n − r) yaitu B2 = B1X.

Mengganti B2 dengan B1X di (11), diperoleh [(DB1)#]2DB1X = O. Dari (DB1)2[(DB1)#]2DB1X = O. Yaitu DB1X = O dengan menerapkan definisi dari invers grup. Sehingga

B2 = D1(DB2) = D1(DB1X) = O. (13) Menggabungkan persamaan (10), (12) dan (13), diperoleh

 B1 O B3 B4



= B = (B#)# = C#= C1 C2 O C4

#

.

(8)

Bentuk polinomial dari  C1 C2 O C4



dapat ditulis sebagai  C1 C2 O C4

#

[6, h. 130] . Oleh karena itu B3 = O, sehingga,

A= P1(D ⊕ O)P1, B = P1(B1⊕ B4)P1. (14) Dengan menggunakan (AB)# = B#A# diperoleh

(DB1)#= B1#D1, (OB4)# = B#4 O.

Dengan hipotesis induksi, maka 3 terpenuhi.

3 ⇒ 1 Menggunakan persamaan (14), diperoleh

(AB)#= (P (D ⊕ O)P1P(B1⊕ B4)P1)#

= (P (DB1⊕ OB4)P1)#

= P (B1#D1⊕ B4#O)P1

= P (B1#⊕ B4#)P1P(D1⊕ O)P1 (AB)#= B#A#,

maka 1 terpenuhi.

2 ⇒ 3 Menggunakan induksi pada n. Jika n = 1 buktiya benar. Andaikan lema benar ketika n < k, dimana k ≥ 2, dibuktikan benar ketika n = k. Misalkan 0 < rank(A) < n. Tanpa menghilangkan bentuk umum, diasumsikan bahwa (9) dan (10) terpenuhi. Menggunakan R(AB) = R(BA) diperoleh

R DB1 DB2

O O



= R B1D O B3D O

 ,

dan karena B3D = O, sehingga B3 = O. Selanjutnya dengan menerapkan N(AB) = N (BA), diperoleh

N DB1 DB2

O O



= N (B1D⊕ O).

Diketahui  O y



∈ N (B1D⊕ O) untuk setiap y ∈ Cn−r, diperoleh

 O y



∈ N DB1 DB2

O O



∀ y ∈ Cn−r, karena DB2y = O, maka B2 = O.

Sehingga (14) terpenuhi. Menerapkan 2, diperoleh R(DB1) = R(B1D), N(DB1) = N (B1D), R(OB4) = R(B4O). Dengan induksi hipotesis, maka 3 ter- penuhi.

(9)

3 ⇒ 2 Berdasarkan persamaan (14), diperoleh

R(AB) = R(P1(D ⊕ O)P1P1(B1⊕ B4)P1)

= R(P (DB1⊕ OB4)P1)

= R(P (B1D⊕ B4O)P1)

= R(P (B1⊕ B4)P1P1(D ⊕ O)P1) R(AB) = R(BA).

Menggunakan cara yang sama diperoleh N (AB) = N (BA), maka 2 terpenuhi.

4. HUKUM URUTAN TERBALIK PADA (AB)#= B(1,2)A(1,2)

Pada bagian ini matriks A dan B menjadi matriks yang masing-masing beruku- ran m × n dan n × m. Sebelum membahas hukum urutan terbalik pada (AB)#= B(1,2)A(1,2), terlebih dahulu akan dibahas lema yang diperlukan, yaitu Lema 16 [5] Misalkan A ∈ Cm×n dan B ∈ Cn×p, maka diperoleh

(AB){1, 2} ⊆ B{1, 2}A{1, 2}.

Bukti: Lema ini dibuktikan dengan menerapkan product singular value decom- position (PSVD) dari A dan B. Misalkan PSVD adalah A dan B pada persamaan (4) dan (5). Perhatikan bahwa (AB){1, 2} ⊆ B{1, 2}A{1, 2} jika dan hanya jika untuk setiap G pada (8), diberikan Y dan Z pada (6) dan (7), sehingga ZY = G.

Selanjutnya substitusi dari ZY = G, diperoleh

Y41 = (I − Z14+Z14)Y41, Z12 = G12− Z14Y42, Y31 = S2(G21− Z24Y41), Z22 = G21S1G12− S21Y32− Z24Y42,

Y13 = S1(G13− Z12Y23− Z14(Y41Y13+ Y42Y23)) = S1(G13− G12Y23), Z31 = G31− Z33Y31− (Z31S1Z14+ Z33S2Z24)Y41= G31− Z33S2G21.

(15) Kemudian untuk setiap pilihan submatriks Gij dari G di persamaan (8), dapat memilih

Z14 = 0, Z24= 0, Z33= 0, Y23 = 0, Y32= 0, Y41 = 0, Y42= 0, (16) menggabungkan persamaan (16) dengan persamaan (15), sehingga merubah matriks Y, Z pada persamaan (6) dan (7) menjadi bentuk

Y =

I 0 S1G13

0 I 0

S2G21 0 S2G21S1G13

0 0 0

, Z =

S11 G12 0 0 0 G21S1G12 S21 0 G31 G31S1G12 0 0

(10)

sehingga ZY = G. Jadi untuk setiap (AB)(1,2) = V GU terdapat (AB)(1,2)∈ B{1, 2}A{1, 2}.

Dari Lema 16, diketahui jika (AB)# ada maka A(1,2) dan B(1,2) ada sehingga (AB)# = B(1,2)A(1,2). Berikut ini adalah kondisi yang memenuhi (AB)#= B(1,2)A(1,2) dan (BA)#= A(1,2)B(1,2).

Teorema 17 [5] Jika rank(B) = rank(AB), dan (AB)# ada, maka (BA)# ada dan terdapat G1 ∈ A{1, 2} dan G2 ∈ B{1, 2} sehingga (BA)# = G1G2 dan (AB)#= G2G1.

Bukti: Berdasarkan Lema 13 A = M N = P

 Ir O

O O



Q, untuk P dan Q nonsingular, dimana M = P  Ir

O



dan N = Ir O  Q, sehingga

AB = P

 B1 B2

O O



P1, dimana B1 ∈ Cr×r.

Menurut Lema 14 karena (AB)# ada, maka B1# ada dan B2 = B1X. Diperoleh AB = Q1

 B1 B1X Y B1 Y B1X

 P1, dari Definisi 13 rank(B) = rank(AB). Selanjutnya

B = Q1 Ir

Y



B1 Ir X  P1 = NrB1Ml,

dengan Nr = Q1 Ir

Y



, Ml =  Ir X  P1. Sehingga diperoleh AB = M N NrB1Ml = M B1Ml, BA = NrB1MlM N = NrB1N, dan (AB)# = M B1#Ml, (BA)# = NrB1#N. Misalkan G1 = NrMl dan G2 = M B1#N. Maka G2G1 = M B1#Ml = (AB)# dan G1G2 = NrB1#N = (BA)#.

Teorema 18 [5] Jika rank(A) = rank(AB) dan (AB)# ada, maka (BA)# ada dan terdapat G1 ∈ A{1, 2} dan G2 ∈ B{1, 2} sehingga (BA)# = G1G2 dan (AB)#= G2G1.

Bukti: Untuk membuktikan (BA)# ada, perlu dibuktikan N (BA) = N ((BA)2).

Untuk x ∈ N ((BA)2), diperoleh x ∈ N (A(BA)2). Dari keberadaan (AB)# diperoleh Ax ∈ N ((AB)2) = N (AB). Karena rank(A) = rank(AB) dapat ditulis Ax = ABy untuk setiap y ∈ Cm. Berarti ABy ∈ N (AB). Oleh karena itu y ∈ N ((AB)2) = N (AB), yakni ABy = 0, dengan demikian Ax = 0, jadi BAx = 0.

Selanjutnya, x ∈ N (BA). Maka diperoleh N (BA) = N ((BA)2).

Adapun mengikuti rank(BA) ≥ rankAB) dari rank(AB) = rank((AB)2), dan rank(BA) ≤ rank(AB) dari rank(BA) = rank((BA)2). Jadi rank(AB) = rank(BA), sehingga rank(A) = rank(BA).

(11)

Berdasarkan Teorema 17 diketahui A = M N = P  Ir O O O



Q, untuk P dan Q nonsingular. Karena rank(A) = rank(BA), maka diperoleh A = M N dan BA = NrB1MlM N = NrB1N, AB = M N NrB1Ml = M B1Ml dan (BA)# = NrB1#N, (AB)# = M B1#Ml. Misalkan G2 = M B1#N dan G1 = NrMl. G1G2 = NrB1#N = (BA)# dan G2G1 = M B#1 Ml= (AB)#.

Teorema 19 [5] Jika rank(A) = rank(BA) dan rank(B) = rank(AB), maka 1. (AB)# dan (BA)# ada,

2. Terdapat G1 ∈ A{1, 2} dan G2 ∈ B{1, 2} sehingga (BA)# = G1G2 dan (AB)# = G2G1.

Bukti:

1. Berdasarkan Teorema 17 hanya perlu membuktikan (AB)# ada, karena rank(A) = rank(BA) dan rank(B) = rank(AB), diperoleh N (A) = N (BA) dan N(B) = N (AB). Untuk setiap x ∈ N ((AB)2), diperoleh ABx ∈ N (AB) = N (B). Ini memperlihatkan Bx ∈ N (BA) = N (A), oleh karena itu x ∈ N (AB). Diperoleh N (AB) = N ((AB)2) jadi (AB)# ada.

2. Berdasarkan Teorema 17 dan 18 terbukti bahwa untuk rank(A) = rank(BA) dan rank(B) = rank(AB), terdapat G1 ∈ A{1, 2} dan G2 ∈ B{1, 2} sehingga (BA)# = G1G2 dan (AB)# = G2G1.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adetunde, I. A. 2009. Application of Generalized Inverse of A Matrix to Models Not of Full Rank. Researcher, 1(2): 41–53.

[2] Ahmad, I. H. & Ratnasari, L. 2010. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Menggunakan Analisis SVD. Jurnal Matematika, 13(1): 40–45.

[3] Anton, H. 1987. Aljabar Linear Elementer Edisi Kelima. Terj. dari Elementary Linear Algebra, Fifth Edition, oleh Silaban, Ph. D. & Susila, I. N. Penerbit Erlangga, Jakarta.

[4] Bu, C. G, Zhao, J. & Zhang, K. 2009. Some Results on Group Inverses of Block Matrices Over Skew Fields. Electronic Journal of Linear Algebra, 18:117–125.

[5] Cao, C. G, Zhang, X. & Tang, X. M. 2004. Reverse Order Law of Group Inverses of Products of Two Matrices. Applied Math. and Computation, 158: 489–495.

[6] Campbell, S. L. & Meyer, C. D. 1979. Generalized Inverses of Linear Transfor- mations. Pitman, London.

(12)

[7] Cwoo. 2013. Direct Sum of Matrices. http://www.planetmath.org/direct- sumofmatrices, 15 Oktober 2014. pk : 11.17.

[8] De Pierro, A. R. & Wei, M. 1998. Reverse Order Law for Reflexive Generalized Inverses of Products of Matrices. Linear Algebra and Its Applications, 277:

299–311.

[9] Erdelyi, I. 1967. On the Matrix Equation Journal of Mathematical Analysis and Applications,17: 119–132.

[10] Shinozaki, N. & Sibuya, M. 1979. Further Results on the Reverse Order Law.

Linear Algebra and Its Applications,27: 9–16.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam menyelesaikan soal barisan bilangan riil: (1) Kesulitan mentransfer

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran beberapa bahan silikat dan pupuk P dalam memperbaiki sifat kimia tanah Andisol dan pertumbuhan tanaman. Bahan tanah

Berat badan Spodoptera litura pengamatan 1-6 hari pada perlakuan isolat Beauveria bassiana dan Metharizium anisopliae……… Berat badan Spodoptera litura pengamatan 7-13

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan yaitu tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Prosedur Suction Dengan Prilaku

Karawaci Tangerang TOYOTA INNOVA V 2005 Silver Manual Pa- jak Pnjang Istimewa An.. Jatirah- ayu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jam ke-4 isi lambung pada larva umur 10 hari sudah mulai kosong, sedangkan pada benih ikan klon isi lambung akan kosong setelah 11 jam 37

Hal ini mengandung makna bahwa siswa merasa model INSTAD sesuai diterapkan untuk materi sistem koordinasi manusia, sehingga timbul keinginan untuk menerapkannya

Dalam keadaan ini, laju inbreeding yang meningkat dalam populasi dapat diduga secara kasar dari jumlah jantan yang digunakan sebagai pejantan dan jumlah betina