• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

MODUL PERKULIAHAN

MODUL PERKULIAHAN

MODUL PERKULIAHAN

Psikologi

Psikologi

Psikologi

Psikologi

K

K

K

Kepribadian I

epribadian I

epribadian I

epribadian I

Psikologi Kepribadian I

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Psikologi

0

0

0

03

3

3

3

61101 Agustini, M.Psi., Psikolog

Abstract

Kompetensi

Dalam perkuliahan ini akan

didiskusikan pembahasan mengenai pandangan dasar tentang manusia berdasarkan teori psikoanalisa dan dinamika kepribadiannya. Struktur kepribadian Freud.

Mampu memahami dasar teori kepribadian psikoanalisa dan konsep-konsep penting yang terkait.

(2)

Latar Belakang

Pendahuluan

Teori psikoanalisis adalah salah satu teori kepribadian yang paling berpengaruh, tidak hanya pada bidang psikologi tetapi pada ilmu-ilmu lain termasuk antropologi dan sosiologi. Istilah psikoanalisa muncul pada tahun 1896 yang artinya adalah upaya untuk mempengaruhi proses-proses psikologis dengan cara psikologis (Gunarsa, 1992). Pembahasan mengenai teori psikoanalisis tidak dapat dipisahkan dengan tokoh yang membangun teori ini yaitu Sigmun Freud. Pengalaman subjektif Sigmund Freud sangat berkonstribusi pada lahirnya konsep kepribadian dalam psikoanalisis.

Manusia dalam Pandangan Sigmund Freud

Dalam pandangan Sigmund Freud, manusia sangat dipengaruhi oleh masa lalu. Oleh karena itu, perilaku dan permasalahan yang muncul pada setiap individu merupakan implikasi proses yang terjadi sebelumnya, terutama pada umur 1 sampai dengan 5 tahun. Freud memiliki pandangan yang suram terhadap kehidupan manusia. Baginya, manusia merupakan korban dari proses yang terjadi sebelumnya, tidak memiliki kemerdekaan untuk memilih dan hanya pelaksana dari takdir yang telah ditetapkan.

Konsep Utama Psikoanalisis Klasik

Teori psikoanalisis memiliki beberapa konsep-konsep utama yang khas dan berbeda dengan teori-teori kepribadian yang lain. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut: Insting

a. Pengertian Insting

Insting adalah elemen dasar dari kepribadian, kekuatan yang memotivasi atau drive yang menentukan arah dari sebuah perilaku. Insting merupakan bentuk energi yang ditransformasi dari energi fisiologis yang menghubungkan antara kebutuhan jasmani dan keinginan pikiran (mind wishes).

Salah satu insting utama adalah lapar dan haus. Lapar adalah hal pertama yang dirasakan oleh tubuh yang akan membangkitkan kebutuhan fisiologis. Pikiran akan mentransformasi energi jasmaniah menjadi sebuah keinginan. Keinginan ini merupakan

(3)

represantasi mental dari kebutuhan fisiologis atau merupakan insting atau dorongan yang dapat memotivasi orang untuk berperilaku guna memenuhi kebutuhan tersebut. Orang yang lapar akan berusaha untuk memuaskan kebutuhannya dengan mencari makanan. Insting tersebut bukan hanya merupakan keadaan tubuh (bodily state), melainkan kebutuhan jasmani yang ditranformasi menjadi keadaan mental sebagai sebuah keinginan (wish). Ketika tubuh menyatakan kebutuhan, individu mengalami perasaan tertekan atau merasakan ketegangan dan insting akan memuaskan kebutuhan tersebut untuk menurunkan ketegangan. Inilah teori Freud disebut juga dengan pendekatan homeostatik karena akan memotivasi individu untuk memulihkan dan menjaga keseimbangan fisiologis dan menjaga tubuh supaya terbebas dari ketegangan.

Freud percaya bahwa manusia selalu mendapatkan sejumlah tekanan instingtif tertentu, yang secara terus-menerus harus menurunkannya. Sangat tidak mungkin untuk menghindari tekanan atau menghindari kebutuhan fisiologis, karena insting selalu mempengaruhi perilaku manusia.

b. Jenis-Jenis Insting

Freud mengelompokkan insting ke dalam dua kategori, yaitu insting hidup dan insting mati. Insting hidup disediakan agar individu dan spesies dapat bertahan hidup melalui cara tertentu untuk memuaskan kebutuhan akan makanan, udara, dan seks. Insting ini berorientasi kepada pertumbuhan dan perkembangan. Energi psikis yang dimanifestasikan dari insting hidup disebut libido. Libido dapat dilekatkan atau dimanifestasikan pada berbagai objek. Dalam konsep Freud disebut dengan cathexis.

Menurut Freud, bagian dari insting hidup yang dianggap sangat penting dalam kepribadian adalah seks. Seks dapat diterjemahkan dalam arti yang lebih luas, tidak hanya merujuk kepada sesuatu yang bersifat erotik, tetapi termasuk semua perilaku dan pikiran yang dapat menyenangkan. Freud menganggap seks sebagai motivasi utama dalam hidup. Keinginan erotis muncul dari zona erogenous tubuh yaitu: mulut, anus, dan organ seks. Menurut Freud pada dasarnya manusia dipenuhi oleh kebutuhan mencari kesenangan. Berlawanan dengan insting hidup, Freud membuat postulat mengenai insting mati yang bersumber dari biologi. Freud menyatakan bahwa bukti nyata dari seluruh kehidupan adalah kematian, kembali kepada asal dan menjadi benda mati. Freud menyatakan bahwa orang secara tidak sadar menginginkan kematian. Salah satu komponen dari insting mati adalah dorongan agresif. Agresif digambarkan sebagai keinginan untuk mati dengan melawan objek

(4)

lain di luar dirinya. Dorongan agresif memaksa kita untuk merusak, mengalahkan, dan membunuh. Agresif merupakan bagian yang memaksa dari aspek manusiawi, seperti seks.

Tingkatan Kepribadian

Freud membagi kepribadian ke dalam tiga tingkatan, yaitu: kesadaran (conscious), prasadar (preconscious), dan ketidaksadaran (unconscious).

a. Kesadaran (Conscious)

Kesadaran berkaitan dengan makna dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sensasi dan pengalaman yang membuat kita menyadari setiap peristiwa yang kita alami. Kesadaran merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memiliki kesadaran penuh. Melalui kesadarannya, individu mengetahui siapa dia, sedang apa dia, sedang dimana dia, apa yang terjadi di sekitarnya, dan bagaimana dia memperoleh yang diinginkannya. Menurut Freud, kesadaran merupakan aspek yang sangat terbatas dalam kepribadian karena hanya menempati porsi yang kecil dari pemikiran, perasaan, dan ingatan yang berada dalam tingkat kesadaran pada setiap waktunya. Freud menggambarkan pikiran itu seperti gunung es. Kesadaran berada dalam porsi yang paling atas, sedangkan yang muncul di permukaan air hanya merupakan bagian ujung gunung es. b. Prasadar (Preconscious)

Prasadar merupakan lapisan jiwa di bawah kesadaran dan berada di tengah antara sadar dan tidak sadar. Prasadar sebagai penampungan dari ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara cepat, dapat diingat kembali apabila diusahakan. Misalnya: kita lupa seseorang yang baru saja ditemui. Pada kesempatan lain tiba-tiba orang tersebut menyapa dan kita masih samar mengingat namanya meski ada perasaan pernah bertemu dengan orang tersebut. Untuk mengingat nama orang tersebut diperlukan sedikit kosentrasi dan asosiasi tertentu.

c. Ketidaksadaran (Unconscious)

Ketidaksadaran merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental dan berada dibawah permukaan air. Disamping itu, ketidaksadaran juga merupakan fokus utama dalam teori psikoanalisis yang berisi insting-insting atau pengalaman tidak menyenangkan yang di tekan (repress). Meskipun tidak sepenuhnya individu menyadari keberadaan insting-insting tersebut, namun insting tersebut aktif bekerja untuk memperoleh kepuasan.

Dalam konsep psikoanalisis terdapat asumsi yang mendasari teori psikoanalisis, yaitu asumsi determinisme psikis dan asumsi motivasi tak sadar. Asumsi determinisme psikis

(5)

meyakini bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud dan hal tersebut semuanya sudah ditentukan secara alami. Sementara itu, asumsi motivasi tak sadar meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku ditentukan oleh motif tak sadar.

Struktur Kepribadian

Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki suatu struktur yang terdiri dari id, ego, dan super ego. Struktur kepribadian tersebut akan salaing berinteraksi dan akan menentukan perilaku seseorang.

a. Id

Id merupakan komponen kepribadian yang primitif dan instingtif. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle). Prinsip ini pada dasarnya merupakan cara untuk mereduksi (menurunkan) ketegangan. Prinsip kesenangan merujuk kepada pencapaian kepuasan segera dari dorongan biologis. Dalam penjelasan Freud, id merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan kegiatan psikis manusia karena berisi insting-insting baik insting hidup (eros) yang menggerakkan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan biologis (seperti: makan, minum, tidur, hubungan seks, dll) dan juga insting kematian (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku agresif. Id bersifat primitif dan tidak logis atau tidak rasional. Untuk menurunkan ketegangan atau menghilangkan kondisi tidak menyenangkan, id menempuh dua cara yaitu: melalui refleks proses primer yang merupakan reaksi-reaksi mekanis bersifat bawaan, misalnya: berkedip, menangis, dan bersin. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan membentuk fantasi tentang objek atau kegiatan yang diinginkan, misalnya apabila kita lapar, kita akan membayangkan makanan. Apabila kita merindukan seseorang, kita dapat mengkhayalkan bertemu orang tersebut. Kehadiran objek yang diinginkan dalam bentuk hayalan merupakan pengalaman halusinasi. Misal yang tepat untuk menggambarkan ini adalah mimpi. Bagi Freud, mimpi merupakan usaha untuk memenuhi keinginan atau dorongan yang tidak terpenuhi secara nyata.

b. Ego

Ego merupakan aspek psikologi kepribadian. Ego menjadi eksekutif dari kepribadian. Selain itu, ego juga membuat keputusan mengenai insting-insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana cara memuaskannya. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality principle). Ego berperan sebagai mediator antara id (keinginan untuk mencapai kepuasan) dan kondisi lingkungan atau dunia

(6)

nyata. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah ketegangan sampai mendapatkan objek yang dapat memenuhi kepuasan atau dorongan dari id.

Ego mempunyai keinginan memaksimalkan pencapaian kepuasan, melalui proses sekunder. Artinya dilakukan melalui proses berpikir yang realistis dan rasional serta berorientasi pada pemecahan masalah. Proses sekunder meliputi persepsi, memori, dan belajar. Melalui proses sekunder, ego merencanakan cara untuk memuaskan doronga dan menguji rencana tersebut. Orang yang lapar akan merencanakan untuk mencari makanan, kemudian memastikan keberedaan tempat makan. Kegiatan ini disebut denga pengujian realitas (reality testing) untuk memastikan bahwa cara untuk memuaskan kebutuhan berada di alam nyata, tidak lagi bersifat khayalan. Dalam proses ini, ego bersifat pragmatis dan kurang memperhatikan aturan atau norma namun berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang dengan cara menunda kesenangan atau kepuasan sesaat. Ego merupakan eksekutif dari kepribadian yang membuat keputusan tentang insting.

c. Super Ego

Super ego merupakan aspek sosial dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik buruk dan benar salah. Melalui pengalaman hidup mulai dari masa kanak-kanak, individu sudah menerima informasi mengenai tingkah laku yang baik dan buruk, atau benar dan salah yang merupakan standar atau norma dalam masyarakat. Selanjutnya individu menginternalisasi (menyerap) menjadi aturan dalam dirnya dan menjadi standar atas tingkah lakunya sendiri. Pelanggaran atas standar ini akan menyebabkannya menerima sangsi dari dalam diri berupa penyelasan dan rasa berdosa.

Super ego mulai berkembang usia 3 sampai dengan 5 tahun. Pada usia ini anak-anak memperoleh hadiah (rewards) atas kepatuhannya dan mendapatkan hukuman atas pembangkangannya. Keduanya akan mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan keinginan atau ketentuan (orangtua). Tingkah laku yang salah (artinya tidak sesuai ketentuan norma) akan mendapatkan hukuman. Proses ini akan menumbuhkan kata hati (conscience) anak, sedangkan perintah untuk berbuat baik (tingkah laku sesuai aturan) akan mendapatkan hadiah (rewards), mungkin berupa pujian. Peristiwa ini akan membentuk ego ideal anak. Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal ini disebut introjeksi. Introjeksi dapat diartikan sebagai proses penerimaan anak terhadap norma-norma dan kode moral dari orangtua.

Kata hati dan ego ideal adalah komponen yang membentuk super ego dalam struktur kepribadian. Kata hati akan berfungsi sebagai hakim dalam diri individu. Apabila melakukan

(7)

kesalahan, maka kata hati akan menghukumnya dengan membuatnya merasa bersalah (guilty feeling). Sementara itu, ego ideal juga berfungsi sebagai pemberi hadiah. Apabila individu berbuat baik, maka membuatnya merasa bangga akan dirinya . Terbentuknya super ego dalam diri individu berarti telah terbentuk kemampuan untuk mengontrol dirinya sendiri dan melepaskan kontrol orangtua.

Super ego memiliki beberapa fungsi:

1. Meintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif. 2. Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realitis dengan tujuan moral. 3. Mengejar kesempurnaan.

Ketiga komponen dalam struktur kepribadian tersebut merupakan suatu sistem kepribadian yang bekerja sebagai suatu sistem yang dikoordinasikan oleh ego.

Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan (anxiety) adalah perasaan yang kita rasakan pada saat cemas. Cemas tidak sama dengat takut. Dalam konsep Freud, kecemasan adalah ketakutan tanpa objek yang jelas, seringkali tidak dapat menunjukkan sumber kecemasan, tidak dapat di jelaskan secara spesifik. Bagi Freud, kecemasan merupakan bagian penting dalam teori kepribadian dan memasukkannya ke dalam dasar perkembangan perilaku neurotik dan psikotik.

Apabila seseorang tidak mengatasi kecemasannya, maka akan berada dalam situasi yang berbahaya dan dapat menyebabkan efek traumatik. Menurut Freud, dalam kondisi ini seseorang tanpa memandang usia akan jatuh pada situasi tidak berdaya, seperti halnya pengalaman pada saat dilahirkan. Dalam kehidupan orang dewasa ketidakberdayaan dan kekanak-kanakan (infantile) akan kembali muncul pada saat ego terancam.

2. Jenis-Jenis Kecemasan

Menurut Freud ada tiga jenis kecemasan, Yaitu: kecemasan nyata (reality anxiety), kecemasan neurotik, dan kecemasan moral.

a. Kecemasan nyata atau kecemasan objektif

Ketakutan terhadap bahaya yang terlihat dan yang ada dalam dunia nyata. Misal: takut dengan ular, harimau, bencana alam. Kecemasan realistis menyediakan tujuan positif karena akan menuntun perilaku kita untuk menghindari atau melindungi dari bahaya yang

(8)

ada. Kecemasan akan mereda apabila objek cemas sudah tidak ada. Ketakutan objektif dapat juga berubah ekstrim, misalnya orang yang tidak bisa melihat cahaya karena takut api. Pada dasarnya ketakutan semacam ini bersifat realistis, tetapi porsi ketakutannya melebihi kondisi normal.

b. Kecemasan neurotik

Bentuk kecemasan yang mengganggu kesehatan mental. Kecemasan neurotik berbasis pada masa kanak-kanak. Dalam suatu konflik antara penundaan instingtif dan realitas, anak seringkali dihukum atas ekspresi seksual yang terlalu terbuka atau karena memiliki dorongan agresif atau keinginan untuk menunda impuls id tertentu yang akan menyebabkan kecemasan. Kecemasan neurotik adalah ketakutan yang tidak disadari atas keberadaan hukuman terhadap impulsifitas dari perilaku yang di dominasi id. Ketakutan bukan merupakan insting, melainkan hasil dari penundaan insting. Konflik terjadi antara id, ego, dan sumber asalnya yang memiliki basis realitas.

c. Kecemasan moral

Kecemasan yang merupakan hasil dari konflik antara id dan super ego. Pada intinya, kecemasan moral merupakan ketakutan seseorang terhadap conscience nya. Pada saat tertentu, orang di motivasi untuk menampilkan impuls instingtif tetapi disisi lain ada kode moral. Dalam situasi ini superego akan membalas dengan menyebabkan perasaan bersalah atau malu. Kecemasan moral menunjukkan bahwa super ego berfungsi dengan baik. Seseorang yang memiliki kekuatan untuk menghambat concience akan mengalami konflik hebat dibandingkan dengan orang yang kurang memiliki seperangkat penuntun moral yang keras. Sama dengan kecemasan neurotik kecemasan moral juga berbasis realitas Anak 3. Mekanisme Pertahanan Melawan Kecemasan

Kecemasan adalah tanda adanya bahaya dan merupakan ancaman terhadap ego, oleh karena itu harus dilawan dan hindari. Ego harus meredakan konflik antara kebutuhan id dan kecaman dari masyarakat atau dari super ego. Menurut Freud, konflik akan selalu ada karena insting selalu memaksa untuk dipuaskan. Sementara itu larangan-larangan dari masyarakat selalu akan membatasi upaya untuk mencapai pemuasan tersebut. Freud percaya bahwa pertahanan merupakan sebuah keharusan. Seluruh perilaku di dorong oleh insting. Karenanya, seluruh perilaku bertahan adalah cara untuk melawan kecemasan. Intensitas pertempuran dalam kepribadian mungkin fluktuatif tetapi tidak pernah berhenti. Freud meyakini bahwa mekanisme pertahanan dimiliki setiap orang tetapi mungkin hanya sedikit yang digunakan karena mekanisme pertahanan diri bersifat tumpang tindih.

(9)

Meskipun mekanisme pertahanan diri memiliki variasi yang spesifik, tetapi secara umum dibagi menjadi dua karakteristik: pertama menyangkal kenyataan dan kedua mendistorsi (menyimpangkan) kenyataan dan bekerja di alam tak sadar. Kita tidak sadar mengenai keberadaannya artinya dalam tingkatan kesadaran kita akan mendistorsi bayangan yang tidak nyata dari dunia dan diri kita.

1) Represi

Represi adalah memindahkan sesuatu ingatan dengan cara di sengaja dari kesadaran ke alam tidak sadar. Ingatan yang dilupakan adalah sesuatu yang membuat kita tidak nyaman dan merasa sakit. Represi adalah jenis mekanisme pertahanan diri yang paling utama dan sering dipergunakan.

2) Penyangkalan atau Denial

Penyangkalan merupakan mekanisme pertahanan diri yang berkaitan dengan represi dan melibatkan penyangkalan terhadap keberadaan beberapa ancaman atau kejadian traumatik yang di alami. Misalnya: orang mengalami sakit parah mungkin akan menyangkal akan segera meninggal.

3) Pembentukan Reaksi atau Reaction Formation

Bentuk pertahanan diri dilakukan dengan cara mengganti impuls yang menimbulkan kecemasa dengan impuls sebaliknya. Orang yang memiliki dorongan kuat akan impuls seksual, akan me-repress impuls tersebut dan menggantinya dengan perilaku yang lebih diterima secara sosial. Misal: orang yang merasa terancam dengan dorongan seksual secara terus-menerus akan menggantinya dengan menjadi penentang utama pornografi. Sebaliknya, orang yang merasa terganggu oleh impuls agresif yang ekstrem akan berubah menjadi melindungi dan bersahabat. Amarah diganti dengan kebajikan dan kebencian diganti dengan cinta. Dalam ketidaksadaran, orang menggunakan mekanisme tersebut. 4) Proyeksi

Bentuk mekanisme peratahan diri yang merubah kecemasan neurotik menjadi kecemasan realistis adalah dengan memindahkan impuls yang berada dari dalam (internal) menjadi objek yang berada diluar. Sehingga seolah-olah ancaman tersebut terproyeksi pada objek eksternal. Pemindahan ini dilakukan karena sumber asli kecemasan neurotik atau kecemaan moral adalah ketakutan terhadap hukuman dari luar. Kemarahan, agresif, dan impuls yang ada dalam diri kita menjadi seperti terlihat dan dimiliki orang lain. Misal: impuls yang muncul "saya membenci dai" diganti menjadi "dia membenci saya".

(10)

5) Regresi

Regresi merupakan kemunduran atau surut kembali kepada periode kehidupan sebelumnya. Periode tersebut adalah bagian dari tahapan psikoseksual yang lebih menyenangkan dan terbebas dari frustasi dan kecemasan terutama pada periode kanak-kanak. Individu yang regresif akan memanifestasikan perilakunya dalam bentuk kebergantungan dan kekanak-kanakan.

6) Rasionalisasi

Bentuk mekanisme pertahanan diri yang terjadi dengan menafsirkan ulang sebuah perilaku menjadi lebih rasional dan dapat diterima. Kita berusaha memaafkan atau membenarkan sebuah ancaman yang awalnya menyakitkan dengan cara memberikan penjelasan yang rasional. Misalnya: orang yang di pecat dari pekerjaannya akan membuat rasionalisasi bahwa pekerjaan tersebut tidak cocok untuknya.

7) Penggantian atau Displacement

Penggantian terjadi jika objek yang dapat memuaskan atau impuls id tidak tersedia akan menggantikannya dengan objek lain. Misalnya: anak yang marah terhadap orangtua atau orang dewasa yang marah terhadap atasannya, tetapi takut untuk mengekspresikan kemaran tersebut maka akan mengganti obek perilaku agresinya dari orangtua kepada adik atau kakaknya, sementara orang dewasa mengganti objek agresinya dengan memukul benda lain yang tidak dapat melawan. Objek pengganti adalah sesuatu yang tidak menjadi ancaman bagi dirinya, meskipun penggantian objek tidak akan meredakan ketegangan secara memuaskan, seperti halnya kalau langsung diarahkan kepada orangtua atau objek asli. Dalam situasi seperti ini, biasanya individu akan mencari cara baru untuk meredakan tekanan yang dialaminya.

8) Sublimasi

Sublimasi adaah bentuk pengalihan impuls id yang dilakukan dengan menyalurkannya ke dalam bentuk perilaku yang lebih terpuji dan dapat diterima oleh masyarakat. Misal: energi seksual dialihkan menjadi perilaku yang artistik yang kreatif.

(11)

Perkembangan Kepribadian

Freud mengembangkan teori mengenai perkembangan kepribadian yang merujuk pada perkembangan seksual, sehingga lebih dikenal dengan perkembangan psikoseksual. Menurutnya, tahap perkembangan psikoseksual terdiri atas berikut:

a. Tahap Oral (0 - 1 tahun)

Tahap oral terjadi pada awal kehidupan manusia, yaitu: usia 0 - 1 tahun. Pada tahapan ini, mulut menjadi sumber kenikmatan erotis karena libido didistribusikan ke daerah sekitar mulut. Perbuatan mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mencapai kepuasan. Pada tahap ini anak akan menikmati puting ibunya dan memasukkan benda ke dalam mulutnya, seperti mengisap jempol atau dot.

b. Tahap Anal (1 - 3 tahun)

Dubur menjadi sumber kenikmatan erotis pada masa ini karena libido di distribusikan ke daerah sekitar anus. Pada saat anus anak penuh dengan ampas makanan akan memerlukan pemanasan. Peristiwa buang air besar (BAB) merupakan pencapaian kepuasan dan memberikan rasa nikmat. Peristiwa ini disebut dengan erotik anal.

c. Tahap Phalik (4 - 5 tahun)

Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau mulai senang memainkan alat kelaminnya sendiri, seperti memijit-mijit bahkan mungkin melakukan masturbasi. Pada tahap ini terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis terutama terkait dengan kehidupan psikososial keluarga atau perlakuan terhadap anak. Anak mulai berperilaku atau mementingkan diri sendiri atau lebih berorientasi kepada diri sendiri.

d. Tahap Latensi (6 - 12 tahun)

Disebut lantensi karena pada tahap ini merupakan tahap tenang, secara seksual. Segala sesuatu yang berhubungan dengan seks dihambat atau ditekan (repress). Periode ini merupakan masa tertahannya dorongan-dorongan seks dan agresif. Pada masa ini, anak mengembangkan kemampuan bersublimasi (mengalihkan dorongan yang tidak sesuai dengan sesuatu yang lebih konstruktif dan baik). Misal: dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah dan berolahraga. Anak sudah mulai mengembangkan relasi sosial melalui perhatian dan pertemanan. Pada masa ini, mereka tidak memiliki perhatian khusus tehadap jenis kelamin yang berbeda sehingga akan terjadi kelompok yang hanya terdiri dari satu jenis kelamin, anak laki-laki dengan anak laki-laki dan perempuan dengan perempuan.

Tahap ini merupakan masa perluasan kontak sosial dengan orang-orang diluar keluarganya. Dengan demikian proses identifikasi juga mengalami perluasan, yang semula objek identifikasinya adalah orangtua akan meluas kepada guru atau tokoh sejarah. e.

(12)

Tahap Genital (12 tahun atau 13 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai masuk periode remaja yang di tandai dengan kematangan organ reproduksi. Pada masa ini insting seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif mencintai orang lain atau mulai mengembangkan motif altruisme (keinginan untuk memerhatikan orang lain). Motif-motif tersebut mendorong anak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok. Masa ini ditandai dengan proses pengalihan perhatian dari mencari kepuasan atau kenikmatan sendiri, kepada kehidupan sosial orang dewasa yang berorientasi kepada kenyataan.

(13)

Daftar Pustaka

Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7th ed.) USA: MC Graw Hill.

Referensi

Dokumen terkait

Pada fase ini, Bulan berada pada arah yang sama terhadap Matahari, dan bagian Bulan yang terkena pancaran sinar Matahari adalah yang membelakangi Bumi dimana

Hasil uji t yang dilakukan oleh peneliti, menyatakan bahwa kesadaran merek dengan dimediasi citra restoran berpengaruh signifikan terha- dap niat pembelian Resto Seafood

Hambatan dalam melaksanakan UU No.2 Tahun 1960 dan Hukum Islam dalam Kerjasama Pertanian adalah sebagai berikut tidak ada sosialisasi dari pihak manapun terkait hukum

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif yaitu, penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data sekunder. Penelitian hukum normatif

Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa PBL dalam diskusi membantu mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan, tetapi banyak mahasiswa yang merasa pembelajaran

Didalam IDE Arduino terdapat library yang beberapa sudah ada menjadi dasar tersimpan di sistem, namun jika ada perangkat alat lainnya yang belum ada library , maka

8 Za kat yan g diberikan melalui pembiayaan mikro kepada satu penerima zakat dalam jumlah tertentu dimaksudkan untuk memberika n kese mpatan kepada mereka untuk

Motor servo adalah sebuah motor dengan sistem closed feedback di mana posisi dari motor akan diinformasikan kembali ke rangkaian kontrol yang ada di dalam