• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Notoadmodjo, 2007, pp.10).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2005, pp.50-51), pengetahuan mempunyai 6 tingkat sebagai berikut:

a. Tahu (Know)

Tahu dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan di mana dapat

menginterprestasikan secara benar.

(2)

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya (riil).

d. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan pada suatu kemampuan dalam melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari pada manusia

itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon

seseorang terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makan serta lingkungan. Maka promosi

kesehatan adalah intervensi terhadap faktor perilaku (konsep green), yang

didalamnya juga dilakukan intervensi pemberian penyuluhan untuk

meningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007. pp.16-21).

(3)

Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor utama yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut:

a. Faktor yang mempermudah (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.

b. Faktor pemungkin (Enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, dll.

Termasuk fasilitas kesehatan meliputi Puskesmas, Polindes, Dokter, Bidan yang hakekatnya memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.

c. Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.

4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Pendidikan

Yaitu bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju cita- cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi (Wawan & Dewi, 2010, p.16).

(4)

b. Pekerjaan

Keburukan yang harus di lakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya.

c. Umur

Menurut Elisabeth BH yang di kutip oleh Nursalam (2003) semakin cukup umur, semakin tinggi tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

d. Pengalaman

Pengetahuan dapat berasal dari pengalaman, baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman yang berasal dari orang lain, Pengalaman di anggap pengetahuan yang paling benar.

e. Ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga yang status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila di banding dengan keluarga yang status ekonominya rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk dalam kebutuhan sekunder.

f. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat berpengaruh dalam perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

(5)

g. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

h. Paparan Media Massa dan Informasi

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik sebagai alat informasi yang di terima oleh masyarakat. Sehingga masyarakat yang lebih banyak mendapatkan informasi dari media massa seperti televisi, radio, majalah, koran, dan lainnya akan memperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih banyak dari pada yang tidak pernah terpapar media sama sekali (Notoatmodjo, 2005, p.39).

Menurut Notoatmodjo (2003, pp.11) dalam Wawan & Dewi (2010, p.14- 15) beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu sebagai berikut:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan 1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini sudah di pakai oleh orang-orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Cara coba salah ini digunakan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka terus di coba dengan kemungkinan yang lain hingga maslah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan (Otoritas)

Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal maupun non formal, para ahli

(6)

agama, pemegang pemerintahan dan yang lainnya yang di anggap orang mempunyai otoritas, tanpa menguji dulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi juga dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan yaitu dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah di peroleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih populer di sebut metodologi penelitian. Dan pada saat ini disebut dengan penelitian ilmiah.

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2010, p.18) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interprestasi dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu seperti:

a. Baik : Hasil presentase 76 %-100%

b. Cukup : Hasil presentase 56 %-75 %

c. Kurang : Hasil presentase <56 %

(7)

B. Penyuluhan 1. Pengertian

Menurut Azwar, Asrul di kutip oleh Setiawan (2010, p.122) penyuluhan kesehatan adalah kegiatan penambahan pengetahuan yang dilakukan dengan penyebaran pesan dan melakukan keyakinan atas pentingnya kesehatan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, mengerti, tetapi dapat berbuat sesuatu dan mengetahui apa yang harus dilakukan.

Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik.

Penyuluhan merupakan suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang atau individu, di mana yang seorang menjadi penyuluh berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah yang dihadapi pada waktu yang akan datang (Machfoedz, Sutrisno and Santosa , 2005, p.46-47).

Menurut Notoatmodjo (2005, p.284) penyuluhan kesehatan adalah

suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan pada

masyarakat, kelompok, atau individu dengan harapan mendapatkan

pengetahuan tentang kesehatan.

(8)

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan menurut Setiawan and Saryono (2010, p.124) yaitu:

a. Mengubah sikap dan perilaku individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam bidang kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dan bermanfaat di mata masyarakat.

b. Terbentuk perilaku sehat dan status kesehatan yang optimal pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental maupun sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3. Sasaran Penyuluhan a. Individu

Yaitu individu yang mempunyai permasalahan dengan keperawatan dan kesehatan yang dapat dilakukan di Rumah sakit, klinik, Puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.

b. Keluarga

Yaitu keluarga binaan yang mempunyai permasalahan kesehatan yang tergolong dalam resiko tinggi antara lain:

1) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular

2) Keluarga yang pendidikan dan keadaan sosial ekonominya rendah

3) Keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk

4) Keluarga yang kondisi gizinya buruk

(9)

5) Keluarga yang anggota keluarganya banyak untuk tidak memenuhi kemampuan hidup yang tidak sesuai kapasitas keluarga.

c. Kelompok

Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam pemberian penyuluhan masyarakat, salah satunya adalah kelompok ibu hamil.

d. Masyarakat

Dari masyarakat yang mendapatkan penyuluhan kesehatan, yaitu:

1) Masyarakat di bawah binaan puskesmas 2) Masyarakat dengan sosial ekonomi rendah 3) Masyarakat pedesaan

4) Masyarakat yang datang ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu yang diberikan pendidikan penyuluhan secara masal.

4. Materi atau Pesan dalam Penyuluhan Kesehatan

Menurut Effendy (2003) dalam Machfoedz (2005, p.58) materi

atau pesan yang disampaikan pada sasaran hendaknya disesuaikan

dengan kebutuhan kesehatan individu, keluarga, masyarakat sehingga

materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Untuk

mempermudah pemahaman dan menarik perhatian sasaran sebaiknya

materi yang disampaikan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti

oleh sasaran.

(10)

5. Metode Penyuluhan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007, PP.57-61) dalam menyampaikan penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat selalu di pakai komunikasi dua arah yang dapat memperjelas permasalahan yang dihadapi. Adapun metode penyuluhan kesehatan sebagai berikut:

a. Perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar yang digunakan dalam pendekatan individual tersebut berbeda karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda sehubung dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan tersebut yaitu:

1) Bimbingan dan Penyuluhan

Cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.

Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat di bantu untuk diselesaikan. Akhirnya klien dengan sukarela dan penuh kesadaran dapat menerima perubahan perilaku tersebut.

2) Wawancara

Wawancara antara petugas kesehatan dan klien untuk menggali

informasi apakah sasaran dapat tertarik atau menerima

perubahan perilaku yang terjadi, apabila belum maka perlu

dilakukan penyuluhan lebih mendalam lagi.

(11)

b. Metode Penyuluhan Kelompok

Dalam metode ini harus di ingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Metode penyuluhan ini akan berbeda ketika penyuluhan pada kelompok besar dan pada kelompok kecil. Metode ini mencakup:

1) Kelompok besar, apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode ini seperti ceramah, baik sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah harus menguasai materi yang akan disampaikan dan menyiapkan materi serta peralatan, ceramah ini dilakukan dengan cara berdiri di depan atau pertengahan peserta, suara hendaknya cukup keras dan jelas. Selain ceramah juga terdapat metode lain yaitu seminar, metode ini cocok untuk sasaran besar dengan kelompok berpendidikan menengah keatas, seminar ini penyajian dari seorang ahli tentang suatu topik yang sedang hangat di masyarakat.

2) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang, metode ini cocok seperti diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, dan lainnya.

c. Metode Penyuluhan Masa

Penyampain informasi ini ditujukan pada orang banyak atau

masyarakat yang bersifat massa atau public. Sasaran ini bersifat

umum tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan,

(12)

status ekonomi, tingkat pendidikan dan lainnya. Pada umumnya metode pendekatan ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa seperti tulisan di majalah atau koran, bill board yang di pasang di pinggir jalan, spanduk, leaflet, poster dan lain sebagainya.

6. Alat Bantu Penyuluhan

Alat bantu pendidikan adalah semua sarana atau upaya untuk menyampaikan pesan atau informasi kesehatan yang ingin disampaikan pada responden, baik melalui media cetak maupun elektronika, sehingga dapat menambah pengetahuannya dan dapat merubah perilakunya kearah positif terhadap kesehataan (Notoatmodjo, 2005, p.290-291).

a. Tujuan media promosi kesehatan

1) Media yang diberikan dapat mempermudah penyampaian informasi

2) Dapat menghindari kesalahan persepsi 3) Dapat memperjelas informasi

4) Dapat mempermudah pengertian

5) Mengurangi komunikasi yang salah atau tidak benar

6) Dapat menyampaikan objek yang tidak dapat di lihat dengan mata

7) Memperlancar komunikasi.

b. Macam alat bantu

Secara garis besar terdapat 3 macam alat bantu, yaitu sebagai

berikut:

(13)

1) Alat bantu lihat (visual aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk merangsang indra mata/penglihatan pada waktu terjadi komunikasi.

2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk merangsang alat pendengaran pada proses penyampaian informasi. Misalnya: piring hitam, radio, pita suara, dan lainnya.

3) Alat bantu lihat dengar, alat bantu ini lebih di kenal dengan Audi Visual Aids (AVA), seperti televisi, radio kaset dan lainnya.

c. Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan

Sangat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1) Faktor penyuluh

a) Kurangnya persiapan

b) Kurangnya materi yang akan disampaikan c) Penampilan penyuluh yang kurang pada sasaran

d) Bahasa yang digunakan kurang di mengerti oleh sasaran e) Penyampaian yang monoton sehingga sasaran kurang

mendengarkan dan tidak tertarik pada informasi yang

disampaikan.

(14)

2) Faktor sasaran

a) Tingkat pendidikan yang terlalu rendah sehingga sulit menangkap informasi yang telah disampaikan

b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah

c) Kepercayaan dan adat istiadat yang sulit untuk di rubah d) Kondisi lingkungan dan tempat sasaran yang tidak

mungkin di capai dan di ubah perilakunya.

3) Faktor waktu penyuluhan

a) Waktu penyuluhan tidak sesuai yang diinginkan oleh sasaran

b) Tempat penyuluhan sangat ramai

c) Jumlah sasaran yang sangat banyak sehingga sulit untuk menenagkan suasana saat penyuluhan

d) Alat peraga yang di pakai sulit di terima oleh sasaran e) Bahasa yang diucapkan sulit di terima oleh sasaran.

C. Masa Nifas 1. Pengertian

Masa nifas (Puerperium) yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra- hamil.

Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Saifudin, Andriaansz, and

Wiknjosastro, 2005, p.238).

(15)

Masa nifas (Puerpurium) adalah masa setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, Nmun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraeni, Yetti, 2010, pp.1).

Menurut Wiknjosastro, Hanifa (2006, p.122) masa nifas (Puerperium) di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas ini kira-kira 6 minggu.

2. Tahap Masa Nifas

Menurut Saleha (2009, pp.3), tahapan-tahapan yang terjadi pada masa nifas yaitu sebagai berikut:

a. Puerpurium Dini

Kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Dalam agama islam di anggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerpurium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote Puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Waktu untuk sehat sempurna biasanya berminggu-minggu, bulanan,

bahkan bisa tahunan.

(16)

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Involusi

Merupakan proses pengerutan uterus dimana uterus kembali kekondisi sebelumnya yaitu sebelum hamil dengan berat kira-kira 60 gram. Proses ini di mulai segera setelah plasenta lahir karena kontraksi otot-otot polos uterus. Proses involusi uterus pada akhir kala 3 persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus berada pada promotorium sakralis. Berat uterus waktu ini sama dengan berat uterus saat hamil 16 minggu yaitu 1000 gram (Wulandari, 2009, p.73).

Perubahan uterus masa nifas, menurut Anggraini, Yetti (2010, pp.37).

Involusi uteri Tinggi fundus uteri

Berat uterus

Diamet- er uterus

Palpasi Cervix Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/ lunak

7 hari (minggu)

Pertengahan antara pusat dan shympisis

500 gr 7,5 cm 2 cm

14 hari (minggu2)

Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm

6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

2) Lokhea

Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri

dan vagina selama masa nifas. Lokhea mempuyai bau yang khas

yang beda dengan bau menstruasi. Lokhea di mulai sebagai

suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-

(17)

jam pertama setelah melahirkan. Jumlah rata-rata pengeluaran lokhea adalah kira-kira 240-270 ml. Berikut ini adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada wanita masa nifas (Saleha, 2009, pp.55-56) yaitu:

a) Lokhea rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium. Ini berlangsung sampai 2- 3 hari paska persalinan.

b) Lokhea sanguilenta berwarna merah kecoklatan, berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 setelah melahirkan.

c) Lokhea serosa cairan berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan plasenta. Lendir ini keluar pada hari ke-7 hingga hari ke-14 postpartum.

d) Lokhea alba atau putih, mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati. Ini berlangsung selama 2-6 minggu setelah melahirkan.

3) Cerviks

Serviks mengalami involusi bersama dengan uterus. Warna

servik menjadi merah kehitaman karena penuh oleh pembuluh

darah. Serviks berbentuk seperti corong karena disebabkan oleh

korpus uteri yang berkontraksi. Setelah bayi lahir servik masih

(18)

dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke-6 postpartum serviks menutup.

4) Vulva dan vagina

Pada saat persalinan mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan, tetapi dalam 6-8 minggu secara berangsur dapat kembali semula.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Setelah melahirkan biasanya ibu mengalami konstipasi, karena disebabkan pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapatkan tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan banyak pada waktu proses persalinan membuat dehidrasi, kurang makan, haemorroid, dan laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur maka diberikan diit makanan yang banyak mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Tapi bila 2-3 hari belum berhasil maka bisa diberikan huknah gliserin spuit atau obat pelancar lainnya (Ambarwati and Wulandari, 2009, p.80).

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Pada saat masa nifas sering mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi dan adanya odema kandung kemih selama proses persalinan.

Urine biasanya berlebih (poliurie) antara hari ke-2 dan ke-5,

diakibatkan oleh retensi air dalam kehamilan. Fungsi ginjal kembali

normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan,

(19)

diperlukan kira-kira 2 sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali keadaan sebelum hamil (Anggraini, Yetti, 2010, pp.422-43).

d. Perubahan Tanda-tanda Vital 1) Suhu Badan

Dalam 24 jam pertama pada masa nifas suhu badan akan naik 37,5

0

C–38

0

C karena kehilangan cairan dan kelelahan saat melahirkan. Tapi suhu akan kembali normal seperti semula. Bila kenaikan melebihi 38

0

C maka curigai adanya infeksi atau sepsis nifas.

2) Nadi

Setelah melahirkan denyut nadi akan lebih cepat, nadi yang melebihi 100 kali per-menit adalah abnormal bisa disebabkan karena infeksi yang tertunda. Denyut nadi orang dewasa normal berkisar antara 60-80 kali per menit.

3) Tekanan Darah

Tekanan darah tidak berubah, kemungkinan rendah karena perdarahan. Tekanan darah yang tinggi saat masa nifas menandakan terjadinya pre-eklamsi postpartum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan berkaitan erat dengan suhu dan denyut nadi.

Apabila denyut nadi dan suhu tidak normal maka pernafasan

mengikuti. Bila pernafasan pada postpartum cepat (>30 X per

(20)

menit) maka curigai adanya tanda-tanda syok (Ambarwati dan Wulandari, 2009, p.84-85).

e. Proses Laktasi Menyusui

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Payudara adalah salah satu tanda pertumbuhan sekunder untuk mempertahankan hidup keturunannya, karena ASI merupakan makanan terbaik yang dibutuhkan oleh bayi, terutama pada bulan- bulan pertama kehidupan bayi. Menurut penelitian Cohen dkk, 1995 di Amerika menunjukkan bahwa 75% bayi yang di beri ASI jarang sakit di banding bayi yang di beri susu formula. Kolostrum merupakan cairan kental yang berwarna kekuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester ketiga kehamilan. Kolostrum juga merupakan cairan makanan yang baik bagi bayi. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan hingga bayi berusia 2 tahun secara baik dan benar anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Ambarwati, 2009, p.6).

4. Perubahan Adaptasi Psikologi pada Nifas

Perubahan psikologi masa nifas menurut Suherni, et al (2008, p.87-89)

yaitu:

(21)

a. Penyesuaian Psikologi 1) Fase taking in

Merupakan periode yang berlangsung dari hari pertama hingga kedua selesai melahirkan. Masa ini ibu fokus pada diri sendiri, merasa sangat kelelahan serta mudah tersinggung. Fase ini ibu perlu diperhatikan untuk peningkatan ekstra makanan untuk pemulihan.

2) Fase taking hold

Masa ini ibu merasakan sangat hawatir terhadap ketidak mampuan dan tanggung jawabnya dalam merawat bayinya. Fase ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.

3) Fase letting go

Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran baru menjadi seorang ibu yang berlansung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri dan keinginan merawat bayinya meningkat.

b. Depresi Postpartum

Adalah gangguan psikologis yang sering ditemui dalam masa nifas.

Tanda-tanda dari depresi postpartum seperti perasaan sedih dan

kecewa, sering menangis, gelisah, cemas, tidak bisa tidur, dan

memperlihatkan bahwa tidak bisa mengurus bayinya (Saleha, 2009,

p.63-69).

(22)

5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas a. Gizi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolisme. Kebutuhan nutrisi ibu masa nifas terutama bila menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses pemulihan dan memproduksi ASI untuk bayinya.

b. Ambulasi Dini

Yaitu kebijakan untuk sedini mungkin membimbing ibu bangun dari tempat tidur selekas mungkin untuk berjalan. Ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Ambulasi dini tidak dibenarkan bila ibu mengalami penyulit seperti anemia, penyakit jantung, penyakit paru, dan lain- lain (Setiawan, et al, 2009, p.105).

c. Kebersihan Diri

Ibu dalam masa nifas sangat rentan terhadap infeksi, seperti

perawatan perineum harus dibersihkan secara rutin dengan sabun

minimal satu kali sehari. Menyarankan ibu untuk cuci tangan

sebelum dan sesudah membersihkan perineum. Pembalut yang sudah

kotor hendaknya diganti paling sedikit 4 kali sehari. Perwatan

payudara juga harus diperhatikan terutama puting susu dan dengan

menggunakan BH yang menyokong payudara.

(23)

d. Aktivitas Seksual

Coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu setelah melahirkan, atau bila perdarahan telah berhenti dan episiotomy telah sembuh.

e. Latihan Senam Nifas

Senam kegel akan membantu penyembuhan postpartum dengan cara membuat kontraksi-kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot dasar panggul. Beberapa manfaat dari senam kegel pada masa nifas yaitu mengencangkan otot-otot dasar panggul setelah melahirkan, menjadikan jahitan-jahitan lebih rapat, mempercepat penyembuhan, membantu melancarkan keluaran urin, membantu mengembalikan bentuk tubuh langsing seperti semula (Ambarwati and Wulandari, 2009, p.108-109).

f. Rencana KB

Pemilihan alat kontrasepsi dini setelah melahirkan harus dipertimbangkan secara matang antara suami istri. Apabila akan memakai kontrasepsi dan ibu menyusui bayinya hendaknya memakai kontrasepsi yang baik yang tidak mengganggu produksi ASI (Anggraeni, 2010, pp.62).

6. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas dan Penanganannya.

a. Patologi yang sering terjadi saat masa nifas menurut Saleha (2009,

pp.95) yaitu sebagai berikut:

(24)

1) Infeksi masa nifas

Infeksi nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalis setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Bakteri penyebab infeksi seperti, streptococcus haemolyticus aerobicus, stapylococcus aereus, E.Colli, clostridium welchii, clamidia dan gonococcus (saleha, 2009, pp.96-97). Gejala klinis dari infeksi nifas seperti, uterus agak membesar dan lembek, nyeri pada perabaan, suhu tubuh 39

0

C-40

0

C, nadi cepat dan menggigil, lokia banyak dan berbau, dan lainnya. Penatalaksanaannya infeksi dengan pemberian antibiotik dan masih diperlukan beberapa tindakan khusus untuk mempercepat penyembuhan infeksi tersebut (saleha, 2009, pp.99).

2) Perdarahan dalam masa nifas

Menurut Anggraeni (2010, pp.89-90) perdarahan ini bisa

terjadi segera setelah ibu melahirkan, terutama kemungkinan

sangat tinggi pada 2 jam pertama setelah melahirkan, tetapi tidak

menutup kemungkinan perdarahan bisa terjadi pada hari ke-2 atau

ke-3 setelah melahirkan. Penyebab dalam perdarahan masa nifas

seperti, sisa plasenta dan polip plasenta, endometritis puerpuralis,

sebab-sebab fungsional, perdarahan luka. Menurut Anggraeni

(2010, pp.90) perdarahan masa nifas terdapat 2 macam yaitu

perdarahan primer (early postpartum haemorrhage) atau

perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab utama

(25)

yaitu antonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir dan terbanyak pada 2 jam pertama. Sedangkan perdarahan ke-2 yaitu perdarahan sekunder (late postpartum haemorrhage) atau perdarahan masa nifas lambat yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama, disebabkan oleh robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

Penatalaksanaan dengan perlindungan antibiotik, rahim bisa di masase hingga rahim berkontraksi mengeras tidak lembek dan perdarahan kembali normal, sisa plasenta bisa dikeluarkan dengan tangan atau kuretase. Bila demam ditunggu hingga suhu turun kemudian rahim dibersihkan, tapi bila perdarahan sangat banyak rahim segera dibersihkan walaupun demam (saleha, 2009, pp.100).

3) Infeksi Saluran Kemih

Kejadian infeksi saluran kemih saat nifas ini masih relatif

tinggi, karena ini bisa dihubungkan dengan hipotoni kandung

kemih akibat trauma saat persalinan, pemeriksaan dalam yang

terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau katerisasi

yang sering. Gejala sistitis yang sering timbul pada infeksi ini

seperti nyeri saat berkemih, sering berkemih, dan tidak dapat

menahan untuk berkemih, dan gejala yang ditimbulkan dari

pielonefritis yaitu gejala lebih berat, demam, menggigil, serta

perasaan mual dan muntah. Penatalaksanaan yaitu pemberian

(26)

antibiotik yang terpilih meliputi, nitrofurantoin, sulfonamid, trimetoprim, sulfametoksazol atau sefalosporin. Pielonefritis membutuhkan penanganan lebih awal yaitu pemberian dosis awal antibiotik tinggi secara intravena.

4) Masalah dalam Pemberian ASI

Masalah menyusui pada umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas. Berikut ini masalah-masalah yang terjadi dalam pemberian ASI, yaitu:

a) Putting susu lecet

Menurut Saleha (2009, pp.102-103) sebanyak 57% ibu menyusui menderita kelecetan pada putting. Ini disebabkan salah satunya kesalahan dalam tehnik menyusui yaitu bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh mulut bayi, biasanya bayi hanya menyusu pada putting susu saja, sedangkan ASI hanya sedikit yang dihisap karena gusi bayi tidak menekan sinus latiferus dan putting akan nyeri/lecet.

Pencegahannya, sebaiknya posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai kekalang payudara dan menggunakan kedua payudara secara bergantian dalam menyusu.

b) Payudara bengkak

Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui

dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem

(27)

duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.

Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ke-3 atau ke- 4. Payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri yang kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan let down. Payudara ini sulit disusui oleh bayi karena kalang payudara lebih menonojol besar, kulit payudara lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan nyeri.

Yang harus dilakukan sebaiknya melakukan perawatan payudara pascapersalinan secara teratur.

c) Mastitis

Adalah radang pada payudara, payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.

Gejala yang ditimbulkan biasanya bengkak, payudara keras dan berbenjol-benjol, nyeri, kemerahan pada lokal atau seluruh payudara, panas badan dan lainnya.

d) Abses payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan atau komplikasi dari mastitis, hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara semakin meluas. Gejala yang timbul yaitu ibu tampak lebih parah, payudara lebih merah dan mengkilap, dan benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu di insisi untuk mengeluarkan nanah tersebut.

Penatalaksanaan pada abses dengan tehnik menyusu yang

(28)

benar, kompres payudara dengan air panas dan dingin, terus

menyusu pada mastitis, rujuk, pada pengeluaran nanah bisa

diberikan antibiotik. Bila terjadi abses sebaiknya menyusui

dihentikan tetapi ASI tetap dikeluarkan (Saleha, 2009,

pp.109-110).

(29)

D. Kerangka Teori

Keterangan : yang di teliti

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian upaya peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang masa nifas.

Sumber : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) Promosi kesehatan

Pemberdayaan masyarakat

Training Reinforcing factor (sikap dan perilaku petugas kesehatan,

peraturan UU, meliputi Tokoh

Agama, Tokoh Masyarakat, dll ) Enabling factor

(Ketersediaan sumber- sumber/fasilitas kesehatan, seperti

Puskesmas, Polindes, Bidan Praktek Swasta,

Dokter, dll)

Komunikasi ( penyuluhan ) Predisposing factor 1. Sikap

2. Kepercayaan 3. Pengetahuan 4. Tradisi/nilai

Perilaku

Kesehatan

(30)

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 : Kerangka konsep

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan Ibu hamil tentang masa nifas sebelum dan sesudah di beri penyuluhan.

Variabel Bebas:

Penyuluhan tentang masa nifas

Variabel Terikat:

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Masa Nifas

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem kontrol ini menggunakan metode logika fuzzy agar mendapatkan kendali yang meminimalisir tingkat error posisi dan mempersingkat waktu respon serta kalman

Dari sini bisa dilihat bawasannya pemerintahan kota tidak lagi berkuasa atas reboisasi hutan mangrove di pesisir pantai timur hanya 100 meter (syarat minimal). Selain itu,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pemberian bakteri heterotrof komersil C (Bacillus subtilis 1 x 10 12 cfu dan Bacillus licheniformis 1 x 10 12 cfu) dapat

Dalam pelaksanaan bidang bimbingan konseling ada namanya Bidang bimbingan pribadi, Bidang bimbingan belajar, Bidang bimbingan sosial dan Bidang bimbingan karir

Bahan Bakar Nabati dari nyamplung ( Calophyllum inophyllum Linn dapat digunakan sebagai subsitusi minyak tanah ( biokerosene ) dan substitusi minyak solar ( biodiesel ).

Rumah makan dan restoran tanpa grading atau belum laik sehat adalah rumah makan dan restoran yang belum memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi kesehatan baik persyaratan

Dengan mengamati gambar dan berdiskusi, siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri reklame yang ada di sekitar secara tepat.. Dengan mengamati gambar dan berdiskusi, siswa mampu