• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIAYA KEMACETAN AKIBAT ADANYA PASAR BADUNG DI JALAN COKROAMINOTO, DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BIAYA KEMACETAN AKIBAT ADANYA PASAR BADUNG DI JALAN COKROAMINOTO, DENPASAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA KEMACETAN AKIBAT ADANYA PASAR BADUNG DI JALAN COKROAMINOTO, DENPASAR

I Wayan Suarka 1 , I Wayan Suweda 2 dan Dewa Ketut Sudarsana 3

1,2,3 Program Studi Teknik Sipil Universitas Udayana

Email: wayan.suarka75@gmail.com 1

ABSTRAK

Sejak kasus kebakaran Pasar Badung yang terjadi pada tanggal 29 Februari 2016, Pemerintah Kota Denpasar memutuskan untuk merenovasi total Pasar Badung serta merelokasi Pasar Badung ke lahan bekas Tiara Grosir di Jalan Cokroaminoto Denpasar. Minimnya lahan yang disediakan membuat pedagang dan pembeli memanfaatkan badan Jalan Cokroaminoto sebagai parkir yang menyebabkan seringnya terjadi kemacetan.

Dalam perhitungan biaya kemacetan akibat adanya Pasar Badung di Jalan Cokroaminoto hanya menghitung kerugian biaya operasional kendaraan (BOK) dan nilai waktu. Perhitungan BOK menggunakan metode yang dikembangkan Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 2005 yaitu Pedoman Teknik Nomor: Pd.T-15-2005-B tentang pedoman perhitungan biaya operasi kendaraan untuk biaya tidak tetap. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1). Kinerja Ruas Jalan Cokroaminoto saat adanya Pasar Badung adalah: Kapasitas 2.454 smp/jam pada masing-masing jam puncak. Derajat kejenuhan untuk jam puncak pagi 0,967, siang 0,904 dan sore 0,909. Kecepatan kendaraan ringan pada jam puncak pagi, siang dan sore adalah 12,61 km/jam, 12,58 km/jam dan 13,48 km/jam. Tingkat pelayanan untuk masing-masing jam puncak adalah pada tingkat pelayanan F. 2).

Kinerja Ruas Jalan Cokroaminoto tanpa adanya Pasar Badung adalah: Kapasitas 3.140 smp/jam pada masing- masing jam puncak. Derajat kejenuhan untuk jam puncak pagi 0,686, siang 0,673 dan sore 0,666. Kecepatan kendaraan ringan pada jam puncak pagi, siang dan sore masing-masing adalah 34,50 km/jam, 35,00 km/jam dan 35,20 km/jam. Tingkat pelayanan untuk masing-masing jam puncak adalah pada tingkat pelayanan C. 3). Biaya kemacetan lalu lintas akibat adanya Pasar Badung di Jalan Cokroaminoto sebesar Rp. 31.463.186,60 per 12 jam pengamatan terdiri dari BOK sebesar Rp. 1.981.053,29 dan nilai waktu sebesar Rp 29.482.133,31.

Kata kunci: kinerja ruas jalan, biaya kemacetan, nilai waktu

ANALYSIS OF CONGESTION COSTS DUE TO THE BADUNG MARKET ON COKROAMINOTO STREET, DENPASAR

ABSTRACT

The fire that occurred at the Badung Market on 29 February 2016 caused the Government of Denpasar Municipality to renovate and relocate it to the area where Tiara Grosir used to be located at Cokroaminoto Street Denpasar. The limited space has forced both the buyers and traders to park their vehicles along the street as a result traffic jam. The costs arising from the traffic jam resulting from the relocation of Badung Market to Cokroaminoto Street which were calculated in the current study were only limited to the operating financial loss of vehicles biaya operasional kendaraan (BOK) and the value of time. The BOK was calculated using the method developed by the Departement of Public Works proposed in 2005, namely the Technical Guidance No.

Pd.T-15-2005-B of 2005 concerning the Guidance to Calculating the Running Operating Costs of Vehicles. The conclusions which can be drawn from the study are: 1). The Performance of Parts of Cokroaminoto Street resulting from the activities at Badung Market are as follows: the capacity is 2,454 smp/hour at each peak hours.

The level of saturation is 0.967 during the morning peak hour, 0.904 and 0.909 during the noon and afternoon peak hours. The speed of light vehicles during the morning, noon and afternoon peak hour is 12.61 km/hour, 12.58 km/hour and 13.48 km/hour. The level of service during each peak hours is F. 2). The Performance of Parts of Cokroaminoto Street when there are no activities at Badung Market: the capacity is 3,140 smp/hour at each peak hour. The level of saturation is 0.686 during the morning peak hour, 0.673 and 0.666 during the noon and afternoon peak hours. The speed of light vehicles during the morning, noon and afternoon peak hour is 34.50 km/hour, 35.00 km/hour and 35.20 km/hour. The level of service during each peak hours is C. 3). The costs arising from the traffic jam resulting from the relocation of Badung Market at Cokroaminoto Street is Rp.

31,463,186.60 per 12 hours of observation, made up of Rp. 1,981,053.29 for BOK and Rp. 29,482,133.31 for the value of time.

Keywords: performance of parts of street, congestion costs, value of time

(2)

1. PENDAHULUAN

Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali dengan luas wilayah 127,78 km 2 dan jumlah penduduk 914.300 jiwa pada tahun 2017 (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2018). Sebagai salah satu kota besar, Denpasar memiliki permasalahan-permasalahan wilayah yang sangat krusial seperti permasalahan transportasi. Layaknya kota-kota besar lainnya di Indonesia, permasalahan transportasi di Denpasar semakin hari semakin meningkat, sejalan dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan besarnya urbanisasi. Pesatnya tingkat pertumbuhan kepemilikan kendaraan, serta sistem angkutan umum yang kurang memadai sangat potensial menunjang permasalahan yang ada.

Akibat terus bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya, kebutuhan akan prasarana dan sarana transportasi juga akan terus meningkat. Begitu pula pertumbuhan lahan bisnis yang ada di pinggir jalan juga terus meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya perkantoran maupun pertokoan yang berjejer di pinggir jalan namun tidak diimbangi dengan penyediaan lahan parkir bagi para konsumennya. Hal ini mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan kebutuhan akan ruang parkir (demand) dengan fasilitas parkir yang disediakan oleh setiap kantor dan pertokoan (supply) dan berdampak pada penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir (On Street Parking).

Menurut Nariendra dan Hernawan (2014), kegiatan on-street parking dapat memberikan manfaat bagi pertokoan berupa nilai pembelanjaan potensial (opportunity value), dan keuntungan dari nilai pembelanjaan itu (opportunity profit), tetapi juga dapat mengganggu arus lalu lintas di sekitarnya. Akibatnya muncul external cost berupa pemborosan biaya transportasi (Biaya Operasi Kendaraan dan Nilai Waktu) yang juga disebut dengan biaya kemacetan.

Salah satu titik kemacetan yang diakibatkan oleh adanya parkir yang menggunakan badan jalan (on street parking) terjadi di ruas Jalan Cokroaminoto, Denpasar. Setelah kasus kebakaran Pasar Badung yang terjadi pada hari senin tanggal 29 Februari 2016, Pemerintah Kota Denpasar akhirnya memutuskan untuk merenovasi total Pasar Badung. Agar para pedagang masih tetap bisa berjualan maka dilaksanakan relokasi Pasar Badung ke lahan bekas Tiara Grosir di Jalan Cokroaminoto Denpasar. Minimnya lahan yang disediakan membuat pedagang dan pembeli memarkirkan kendaraannya di luar lahan relokasi yang disediakan dengan memanfaatkan badan Jalan Cokroaminoto sebagai parkir. Kawasan yang mulanya merupakan salah satu jalan yang mempunyai arus lalu lintas yang cukup padat, semakin hari bertambah macet terutama menjelang jam-jam orang untuk berangkat atau pulang dari bekerja maupun sekolah.

Dalam perhitungan biaya kemacetan ini, Perhitungan biaya operasional kendaraan menggunakan metode terbaru yang dikembangkan Departemen Pekerjaan Umum pada Tahun 2005 yaitu Pedoman Teknik Nomor:

Pd.T-15-2005-B tentang Pedoman Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan untuk biaya tidak tetap (running cost).

Dengan harapan perhitungan BOK yang didapatkan mendekati nilai biaya kemacetan yang sebenarnya. Karena hal itulah, penelitian tentang analisis biaya kemacetan akibat adanya Pasar Badung di Jalan Cokroaminoto, Denpasar perlu dilakukan dan nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi permasalahan lalu lintas pada Jalan Cokroaminoto, Denpasar.

2. BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN

Pada umumnya masyarakat berpergian menggunakan alat transportasi pribadi dan mencari tempat terdekat dari tujuannya untuk memarkir kendaraan. Jika tempat parkir terlalu jauh dari tujuan maka orang akan beralih ketempat lainnya. Tujuan utama agar lokasi parkir sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan dengan jarak berjalan yang pada umumnya masih dianggap dekat yaitu sekitar 300-400 meter (Tamin, 2000). Hal ini mengakibatkan banyak kendaraan parkir tidak pada tempatnya, seperti parkir dibadan jalan.

Adapun ketentuan-ketentuan teknis pada metode ini yang berlaku untuk perhitungan biaya operasi kendaraan adalah:

2.1 Biaya konsumsi bahan bakar (BiBBMi) Biaya konsumsi bahan bakar minyak

BiBBM i = KBBM i x HBBM j (1) Dimana:

BiBBMi = biaya konsumsi bahan bakar untuk jenis kendaraan i, dalam rupiah/km ; KBBMi = konsumsi bahan bakar untuk jenis kendaraan i, dalam liter/km ;

HBBMj = harga bahan bakar minyak untuk jenis BBM j, dalam rupiah/liter ; dan

i = jenis kendaraan sedan (SD), utiliti (UT), bus kecil (BL), bus besar (BR), truk ringan (TR), truk

sedang (TS) atau truk berat (TB).

(3)

2.2 Biaya konsumsi oli (BO i )

Biaya konsumsi pelumas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BO i = KO i x HO j (2) Dimana:

BO i = biaya konsumsi pelumas untuk jenis kendaraan i, dalam rupiah/km ; KO i = konsumsi pelumas untuk jenis kendaraan i, dalam liter/km ;

HO j = harga pelumas untuk jenis oli j, dalam rupiah/liter ; dan j = jenis oli.

2.3 Biaya konsumsi suku cadang (BP i )

Biaya konsumsi suku cadang dihitung dengan persamaan:

BP i = P i x HKB i /1000000 (3) Dimana:

BP i = biaya pemeliharaan untuk jenis kendaraan i, (Rp/km) ;

HKB i = harga kendaraan baru rata-rata untuk jenis kendaraan i, (Rp) ; dan P i = nilai relatif biaya suku cadang terhadap harga kendaraan jenis i.

2.4 Biaya upah tenaga pemeliharaan (BU i )

Biaya upah perbaikan kendaraan untuk masing-masing jenis kendaraan dihitung dengan persamaan:

BU i = JP i x UTP/1000 (4) Dimana:

BU i = biaya upah perbaikan (Rp/km) ;

JP i = jumlah jam pemeliharaan kendaraan (jam/1000km) ; dan UTP = upah tenaga pemeliharaan kendaraan (Rp/jam).

2.5 Biaya konsumsi ban (BB i )

Biaya konsumsi ban kendaraan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

BB i = KB i x HB j /1000 (5) Dimana:

BB i = biaya konsumsi ban kendaraan untuk jenis kendaraan i, dalam rupiah/km ; KB i = konsumsi ban kendaraan untuk jenis kendaraan i, dalam EBB/1000km ; HB j = harga ban baru kendaraan jenis j, dalam rupiah/ban baru ; dan

j = jenis ban.

2.6 Nilai waktu

Nilai waktu (NW) merupakan sejumlah uang yang disediakan oleh seseorang untuk dikeluarkan atau dihemat untuk menghemat satu unit waktu perjalanan (Tamin, 2008 dalam Kresnanto, 2016). Bertambahnya waktu perjalanan merupakan suatu kerugian dalam segi biaya dan waktu yang dialami oleh para pengguna jalan.

bertambahnya waktu perjalanan akibat menurunnya kinerja ruas jalan dapat dinilai ke dalam nilai waktu dengan satuan rupiah/jam. Bertambahnya waktu perjalanan ini dapat disebabkan oleh kemacetan ruas jalan sebagai akibat dari tingginya hambatan samping dan kepadatan lalu lintas yang jenuh. Salah satu cara untuk menghitung nilai ini dengan menggambarkan nilai waktu sebagai biaya peluang (opportunity cost) yang dikeluarkan akibat hilangnya kesempatan produktif karena bertambahnya waktu perjalanan.

Metode yang digunakan dalam menghitung nilai waktu perjalanan adalah metode pendapatan (income approach). Metode ini tergolong sangat sederhana karena hanya mempunyai dua faktor, yaitu produk domestik regional bruto (PDRB) per orang dan jumlah waktu kerja dalam setahun per orang yang diasumsikan bahwa waktu itulah yang menghasilkan PDRB.

Perhitungan nilai waktu perjalanan dihitung berdasarkan persamaan berikut ini:

λ = PDRB/Orang

waktu kerja tahunan (6) Dimana:

λ = nilai waktu perjalanan; dan

PDRB = produk domestik regional bruto.

(4)

3. METODE PENELITIAN

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis biaya kemacetan akibat adanya Pasar Badung di Jalan Cokroaminoto adalah: Penelitian dimulai dengan identifikasi masalah yang dilakukan untuk merumuskan masalah yang menjadi tujuan dari penelitian. Mengidentifikasi dan membatasi permasalahan secara tepat, agar penelitian yang dilakukan mempunyai arah yang jelas. Permasalah ini nantinya ditunjang dengan tinjauan pustaka yaitu teori-teori dari buku-buku, studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Setelah diketahui kebutuhan data dan teknik pengumpulan data, dilanjutkan dengan survei pengumpulan data sekunder dan data primer. Rancangan penelitian dibuat terlebih dahulu, agar survei yang dilakukan mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan dari penelitian. Sebelum melaksanakan survei yang sebenarnya, perlu adanya survei percobaan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Apabila survei percobaan yang dilakukan belum maksimal, perlu adanya perbaikan rancangan penelitian agar bisa diaplikasikan di lapangan berupa survei yang sebenarnya. Analisis data pertama yang dilakukan adalah menghitung kinerja ruas jalan dengan dan tanpa adanya parkir di badan jalan. Untuk kecepatan kendaraan dengan adanya parkir di badan jalan akan di dapat dari hasil survei di lapangan, sedangkan kecepatan kendaraan pada saat tidak adanya parkir di badan jalan akan di dapat dari grafik. Dari masing-masing kecepatan yang diperoleh saat tanpa dan adanya parkir akan berpengaruh terhadap biaya operasional kendaraan dan nilai waktu. Pengaruh itu akan menyebabkan adanya perbedaan biaya perjalanan dengan dan tanpa adanya parkir di badan Jalan Cokroaminoto. Langkah terakhir dilakukan adalah menyimpulkan hasil yang di dapat sesuai dengan tujuan awal dari penelitian. Diagram alir sebagai berikut:

Identifikasi Masalah

Studi Terdahulu Permasalahan

Tinjauan Pustaka

 Pembatasan Masalah

 Identifikasi Kebutuhan Data

Data Primer Pengumpulan Data

Data Sekunder

Rancangan Penelitian

Survei Percobaan Apakah dapat

diaplikasikan?

Tidak

Ya

a. Data Inventarisasi Parkir b. Data Geometrik Jalan c. Data Kecepatan Tempuh d. Data Hambatan Samping e. Data Volume Lalu Lintas a. Data Jumlah Penduduk

b. PDRB Denpasar c. Data Harga Mobil Baru d. Data Harga Ban e. Data Harga Oli

Analisis Data

Kinerja ruas jalan dengan adanya parkir di badan jalan akibat dari Pasar Badung

a.Kapasitas b. Kecepatan c. Derajat Kejenuhan d. Tingkat Pelayanan

Kinerja ruas jalan tanpa adanya parkir di badan jalan apabila tidak adanya Pasar Badung a.Kapasitas

b. Kecepatan c. Derajat Kejenuhan d. Tingkat Pelayanan

A B

(5)

Gambar 1. Langkah penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data geometrik jalan

Data geometrik jalan merupakan data tentang situasi atau kondisi jalan itu sendiri. Pengamatan kondisi geometrik jalan dilakukan pada segmen jalan yang menjadi objek penelitian. Berikut ini ditampilkan data kondisi geometrik Jalan Cokroaminoto pada Tabel 1.

Tabel 1. Data geometrik jalan Nama Ruas

Jalan

Tipe Jalan

Panjang Jalan

(m)

Lebar Jalan (m)

Bahu Jalan (m)

Lebar Kereb (m)

Trotoar (m)

Median (m) Jalan

Cokroaminoto

Dua Lajur

Dua Arah 4.810 9,5 0,80 0,15 1,2 -

4.2 Analisis kinerja ruas jalan dengan adanya Pasar Badung

Data yang digunakan dalam menganalisis kinerja ruas jalan dengan adanya Pasar Badung adalah data sekunder dan keseluruhan data primer yang diperoleh dari lapangan. Dari data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil berupa kapasitas, kecepatan, derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan jalan.

4.2.1 Data hambatan samping

Pada ruas Jalan Cokroaminoto didapat frekuensi kejadian hambatan samping pada jam puncak volume lalu lintas pagi adalah 870, jam puncak siang adalah 542 dan di jam puncak sore adalah 650 kejadian per jam.

4.2.2 Volume lalu lintas

Dari hasil analisis ruas Jalan Cokroaminoto tersebut, untuk jam puncak pagi terjadi pada pukul 07.00-08.00 Wita, untuk jam puncak siang terjadi pada pukul 10.45-11.45 Wita dan jam puncak sore pada pukul 16.15-17.15 Wita.

Biaya operasional kendaraan

Waktu tempuh akibat adanya parkir

di badan jalan

Biaya operasional kendaraan

Waktu tempuh tanpa adanya parkir di

badan jalan

Biaya perjalanan dengan adanya parkir di badan jalan

Biaya perjalanan tanpa adanya parkir di badan jalan

Biaya kemacetan

Kesimpulan dan saran Kecepatan dengan adanya parkir di badan jalan

akibat dari Pasar Badung

Kecepatan tanpa adanya parkir di badan jalan apabila tidak ada pemindahan Pasar Badung

A B

(6)

Tabel 2. Volume lalu lintas pada ruas Jalan Cokroaminoto dengan adanya Pasar Badung Jam

Puncak Waku Volume Lalu Lintas

(kend/jam)

Volume Lalu Lintas (smp/jam)

Pagi 07.00-08.00 6.545 2.372,3

Siang 10.45-11.45 4.880 2.217,9

Sore 16.15-17.15 5.809 2.230,7

4.2.3 Kapasitas jalan

Menentukan nilai kapasitas Jalan Cokroaminoto dengan menggunakan persamaan berikut ini:

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Dari data diatas maka didapat hasil perhitungan kapasitas Jalan Cokroaminoto pada masing-masing jam puncak volume lalu lintas dengan adanya Pasar Badung adalah 2.454 smp/jam.

4.2.4 Derajat kejenuhan

Menghitung derajat kejenuhan dengan menggunakan persamaan berikut ini:

DS = Q/C

Hasil perhitungan derajat kejenuhan pada masing masing jam puncak volume lalu lintas dengan adanya Pasar Badung dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan derajat kejenuhan dengan adanya Pasar Badung Jam

Puncak Waktu Volume lalu lintas (Q) (smp/jam)

Kapasitas (C) (smp/jam)

Derajat Kejenuhan (DS)

Pagi 07.00-08.00 2.372,3 2.454 0,967

Siang 10.45-11.45 2.217,9 2.454 0,904

Sore 16.15-17.15 2.230,7 2.454 0,909

4.2.5 Kecepatan

Perhitungan kecepatan yang dipakai saat adanya on street parking adalah kecepatan yang didapat dari hasil survei yaitu kecepatan rata-rata ruang. Adapun kecepatan yang di dapat saat survei adalah 12,61 km/jam pada jam puncak pagi, 12,58 km/jam pada jam puncak siang dan 13,48 km/jam pada jam puncak sore.

4.2.6 Tingkat pelayanan

Dengan diketahuinya derajat kejenuhan dan kecepatan kendaraan ringan pada masing-masing jam puncak maka dengan menggunakan gambar didapat tingkat pelayanan pada ruas Jalan Cokroaminoto dengan adanya parkir di pinggir jalan yang diakibatkan adanya Pasar Badung terletak pada level F untuk masing-masing jam puncak.

4.3 Analisis kinerja ruas jalan tanpa adanya Pasar Badung

Dalam analisis ini akan ditentukan kinerja ruas jalan Cokroaminoto tanpa adanya parkir dipinggir jalan yang disebabkan oleh adanya Pasar Badung. Hasil dari analisis ini akan dibandingkan dengan kinerja ruas jalan dengan adanya parkir pinggir jalan pada ruas Jalan Cokroaminoto.

4.3.1 Data hambatan samping

Dalam perhitungan kinerja ruas jalan tanpa adanya Pasar Badung, volume hambatan samping yang di dapat

dari hasil survei saat adanya Pasar Badung dikurangi dengan jumlah hambatan samping yang ditimbulkan oleh

aktivitas Pasar Badung. Hambatan samping pada jam puncak volume lalu lintas pagi adalah 181, jam puncak

siang adalah 126 dan di jam puncak sore adalah 137 kejadian per jam. Kelas hambatan samping pada jam puncak

volume lalu lintas di pagi, siang dan sore hari adalah rendah (L).

(7)

4.3.2 Volume lalu lintas

Dalam perhitungan kinerja ruas jalan tanpa adanya on street parking, volume lalu-lintas yang di dapat dari hasil survei volume lalu-lintas saat ada parkir pinggir jalan dikurangi dengan jumlah kendaraan yang keluar masuk dari sisi jalan dan parkir pinggir jalan yang ditimbulkan oleh aktivitas Pasar Badung. Dari hasil analisis diperoleh bahwa pada ruas Jalan Cokroaminoto, jam puncak pagi terjadi pada pukul 09.30-10.30, jam puncak siang terjadi antara pukul 10.45-11.45 dan jam puncak sore terjadi pada pukul 15.00-16.00. Komposisi lalu lintas pada masing-masing jam puncak di ruas Jalan Cokroaminoto tanpa adanya Pasar Badung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Volume lalu lintas tanpa adanya Pasar Badung Jam

Puncak Waku Volume Lalu Lintas

(kend/jam)

Volume Lalu Lintas (smp/jam)

Pagi 09.30-10.30 4.814 2.154,8

Siang 10.45-11.45 4.631 2.112,2

Sore 15.00-16.00 4.896 2.092,8

4.3.3 Kapasitas jalan

Besarnya kapasitas juga akan berubah bila pengaruh kegiatan disisi jalan diabaikan karena terdapat faktor yang berubah dalam perhitungan kapasitas yaitu faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping, dan faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur. Untuk menentukan nilai kapasitas jalan menggunakan persamaan berikut ini:

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Dari data diatas maka didapat hasil perhitungan kapasitas Jalan Cokroaminoto pada masing-masing jam puncak volume lalu lintas dengan tanpa adanya Pasar Badung adalah 3.140 smp/jam.

4.3.4 Derajat kejenuhan

Setelah kapasitas sesungguhnya ditentukan, kemudian dapat dihitung besarnya derajat kejenuhan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

DS= Q/C

Hasil perhitungan derajat kejenuhan pada masing masing jam puncak volume lalu lintas ditampilkan pada Tabel 5

Tabel 5. Perhitungan derajat kejenuhan tanpa adanya Pasar Badung Jam

Puncak Waktu Volume lalu lintas (V) (smp/jam)

Kapasitas (C) (smp/jam)

Derajat Kejenuhan (DS)

Pagi 09.30-10.30 2.154,8 3.140 0,686

Siang 10.45-11.45 2.112,2 3.140 0,673

Sore 15.00-16.00 2.092,8 3.140 0,666

4.3.5 Kecepatan

Karena kecepatan tanpa adanya parkir pinggir jalan tidak dilakukan survei lapangan, maka kecepatan yang dipakai pada kinerja ruas Jalan tanpa adanya Pasar Badung dicari melalui grafik kendaraan ringan.

Tabel 6. Derajat kejenuhan dan kecepatan kendaraan ringan pada setiap jam puncak Jam Puncak Derajat Kejenuhan (DS) Kecepatan Kendaraan Ringan

Pagi 0,686 34,5

Siang 0,673 35,0

Sore 0,666 35,2

4.3.6 Tingkat pelayanan

Dengan diketahuinya derajat kejenuhan dan kecepatan kendaraan ringan pada masing-masing jam puncak

maka dengan menggunakan gambar didapat tingkat pelayanan pada ruas Jalan Cokroaminoto tanpa adanya

parkir di pinggir jalan yang diakibatkan adanya Pasar Badung terletak pada level C untuk masing-masing jam

puncak.

(8)

4.4 Perhitungan biaya operasi kendaraan (BOK)

Data-data yang diperlukan dalam perhitungan biaya opersional kendaraan (BOK) untuk biaya tidak tetap dengan metode yang dikembangkan Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 2005 meliputi: harga kendaraan representasi wilayah studi, harga bahan bakar minyak, harga pelumas dan harga ban kendaraan.

a) Harga kendaraan representasi wilayah studi

Tabel 7. Tipe dan harga kendaraan representasi wilayah studi No Jenis

Kendaraan

Merk dan Model Kendaraan

Kapasitas mesin

(cc)

Harga Kendaraan

(rupiah)

1 Sedan Toyota Avanza Veloz 1.5 M/T (4 ban) 1.496 238.700.000

2 Utiliti Suzuki Carry 1.5 PU Flat Deck (4 ban) 1.493 135.350.000

3 Bus kecil Hino Dutro Bus 130 MDBL (6 ban) 4.009 311.350.000

4 Bus besar Mercedes Benz OH 1626 Automatic (6 ban) 6.374 1.170.133.000 5 Truk ringan Mitsubishi FE 73 110 PS Tangki/Dump (6 ban) 3.908 316.900.000 6 Truk sedang Mitsubishi FM 517 HS 220 PS (6 ban) 7.545 586.690.000 7 Truk berat Mitsubishi FN 527 ML (6x4) M/T 220 PS (10 ban) 7.545 849.200.000 b) Harga bahan bakar

Data harga bahan bakar minyak untuk masing-masing jenis kendaraan dapat diperoleh dari Unit Pemasaran Dalam Negeri (UPDN) - Pertamina. Untuk perhitungan biaya konsumsi bahan bakar kendaraan, jenis bahan bakar minyak yang digunakan adalah premium untuk jenis kendaraan sedan dan utiliti, dan solar untuk jenis kendaraan bis kecil, bis besar, truk ringan, truk sedang dan truk berat. Berdasarkan survei yang telah dilakukan di dapatkan harga premium adalah 6.550 rupiah per liter, sedangkan harga solar adalah 5.150 rupiah per liternya.

c) Harga pelumas kendaraan

Harga pelumas kendaraan, untuk setiap tipe kenderaan jenis Fastron diesel SAE 15W-40 Rp. 55.500 kecuali tipe Sedan dengan Pelumas Toyota motor oil SAE 10W-40 seharga RP. 56.250,- dan Utility Rp. 87.350.

d) Harga ekonomis ban kendaraan

Tabel 8. Harga ban kendaraan tahun 2018

No Jenis Kendaraan Merk Ban Kendaraan Harga Ban

(rupiah/ban)

1 Sedan Bridgestone Ecopia EP 150 610.000

2 Utiliti Dunlop 16R-13 8PR 530.000

3 Bus kecil Bridgestone 7.50-16 14PR 1.350.000

4 Bus besar Bridgestone TBR R150 11 R22.5 16PR 4.981.000

5 Truk ringan Dunlop Dr2 7.00-16 14 PR 1.300.000

6 Truk sedang Dunlop Plm/Iug 10-20 16 PR 3.880.000

7 Truk berat Dunlop Plm/Iug 10-20 16 PR 3.880.000

Dari hasil perhitungan maka didapat selisih biaya operasi kendaraan dengan dan tanpa adanya Pasar Badung dapat dilihat sepert pada tabel berikut:

Tabel 9. Perhitungan selisih BOK dengan dan tanpa adanya Pasar Badung Waktu

BOK Dengan Adanya Pasar Badung

(rupiah)

BOK Tanpa Adanya Pasar Badung

(rupiah)

Selisih BOK (rupiah)

06.15-07.15 373.230,06 257.132,45 116.097,61

07.15-08.15 572.307,63 384.705,29 187.602,35

08.15-09.15 530.763,42 374.305,93 156.457,49

(9)

Tabel 9. Perhitungan selisih BOK dengan dan tanpa adanya Pasar Badung (lanjutan)

Waktu

BOK Dengan Adanya Pasar Badung

(rupiah)

BOK Tanpa Adanya Pasar Badung

(rupiah)

Selisih BOK (rupiah)

09.15-10.15 331.905,86 266.938,79 64.967,07

10.15-11.15 307.629,52 239.661,30 67.968,22

11.15-12.15 655.235,69 464.484,21 190.751,49

12.15-13.15 459.475,32 366.833,46 92.641,87

13.15-14.15 265.394,78 231.191,74 34.203,04

14.15-15.15 234.430,61 189.996,74 44.433,86

15.15-16.15 796.512,12 572.080,66 224.431,47

16.15-17.15 1.150.594,17 824.306,36 326.287,81

17.15-18.15 1.216.345,56 741.134,54 475.211,02

JUMLAH 6.893.824,75 4.912.771,46 1.981.053,29

4.5 Perhitungan nilai waktu

Tabel 10. Perhitungan selisih nilai waktu perjalanan dengan dan tanpa adanya Pasar Badung

Waktu

Nilai Waktu Perjalanan (rupiah) Dengan Adanya Pasar

badung

Tanpa Adanya Pasar Badung

Selisih

06.15-07.15 2.181.788,19 841.432,88 1.340.355,31

07.15-08.15 4.296.448,61 1.401.395,16 2.895.053,45

08.15-09.15 3.366.225,02 1.062.899,77 2.303.325,25

09.15-10.15 1.518.843,40 671.571,18 847.272,22

10.15-11.15 1.469.743,62 589.683,61 880.060,02

11.15-12.15 3.860.437,32 1.140.310,57 2.720.126,75

12.15-13.15 2.313.934,96 898.149,07 1.415.785,89

13.15-14.15 1.126.074,32 593.177,39 532.896,93

14.15-15.15 1.197.416,05 507.378,09 690.037,96

15.15-16.15 4.950.712,89 1.616.953,26 3.333.759,62

16.15-17.15 7.667.926,79 2.749.218,64 4.918.708,15

17.15-18.15 10.329.544,69 2.724.792,92 7.604.751,77

Jumlah 44.279.095,86 14.796.962,55 29.482.133,31

4.6 Perhitungan biaya kemacetan

Komponen biaya kemacetan yang dihitung adalah biaya operasional kendaraan dan nilai waktu. jadi

perhitungan biaya kemacetan didapat dari selisih biaya BOK dengan dan tanpa adanya Pasar Badung di tambah

dengan selisih nilai waktu perjalanan dengan dan tanpa adanya Pasar Badung. Perhitungan biaya kemacetan

yang diakibatkan oleh adanya Pasar Badung di Jalan Cokroaminoto selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11.

(10)

Tabel 11. Perhitungan biaya kemacetan dengan adanya Pasar Badung

Waktu

Biaya Kemacetan (rupiah)

BOK Nilai Waktu Total

06.15-07.15 116.097,61 1.340.355,31 1.456.452,92

07.15-08.15 187.602,35 2.895.053,45 3.082.655,79

08.15-09.15 156.457,49 2.303.325,25 2.459.782,74

09.15-10.15 64.967,07 847.272,22 912.239,29

10.15-11.15 67.968,22 880.060,02 948.028,24

11.15-12.15 190.751,49 2.720.126,75 2.910.878,24

12.15-13.15 92.641,87 1.415.785,89 1.508.427,76

13.15-14.15 34.203,04 532.896,93 567.099,97

14.15-15.15 44.433,86 690.037,96 734.471,82

15.15-16.15 224.431,47 3.333.759,62 3.558.191,09

16.15-17.15 326.287,81 4.918.708,15 5.244.995,96

17.15-18.15 475.211,02 7.604.751,77 8.079.962,79

Jumlah 1.981.053,29 29.482.133,31 31.463.186,60

5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan:

1. Kinerja Ruas Jalan Cokroaminoto saat adanya Pasar Badung adalah:

a) Kapasitas ruas Jalan Cokroaminoto adalah 2.454 smp/jam pada masing-masing jam puncak.

b) Derajat kejenuhan atau v/c ratio pada Jalan Cokroaminoto eksisting adalah 0,967 untuk jam puncak pagi, 0,904 dan 0,909 untuk jam puncak siang dan sore.

c) Kecepatan kendaraan ringan pada jam puncak pagi adalah 12,61 km/jam, jam puncak siang adalah 12,58 km/jam dan jam puncak sore 13,48 km/jam.

d) Tingkat pelayanan untuk masing-masing jam puncak adalah pada tingkat pelayanan F.

2. Kinerja Ruas Jalan Cokroaminoto tanpa adanya Pasar Badung adalah:

a) Kapasitas ruas Jalan Cokroaminoto adalah 3.140 smp/jam pada masing-masing jam puncak

b) Derajat kejenuhan atau v/c ratio pada Jalan Cokroaminoto adalah 0,686 untuk jam puncak pagi, 0,673 dan 0,666 untuk jam puncak siang dan sore.

c) Kecepatan kendaraan ringan pada jam puncak pagi adalah 34,50 km/jam, jam puncak siang adalah 35,00 km/jam dan jam puncak sore 35,20 km/jam.

d) Tingkat pelayanan untuk masing-masing jam puncak adalah pada tingkat pelayanan C.

3. Biaya kemacetan lalu lintas akibat adanya Pasar Badung di Jalan Cokroaminoto Denpasar sebesar Rp.

31.463.186,60 per 12 jam pengamatan. Biaya kemacetan ini terdiri dari biaya operasional kendaraan sebesar Rp. 1.981.053,29 dan nilai waktu sebesar Rp 29.482.133,31.

5.2 Saran

Sesuai dengan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang bisa penulis berikan antara lain:

1. Pengerjaan Pasar Badung yang baru agar dikerjakan tepat waktu sehingga pemindahan Pasar Badung dari Jalan Cokroaminoto ke Jalan Gajah Mada bisa segera dilaksanakan untuk mengurangi kerugian akibat biaya kemacetan.

2. Sehubungan dengan survei yang dilakukan menggunakan kamera CCTV yang kurang baik digunakan pada keadaan yang gelap maka survei dilakukan sampai pukul 18.15 wita. Namun kecepatan kendaraan ringan pada saat akhir survei masih mengalami penurunan, dimana seharusnya survei dilanjutkan sehingga dampak siang dan malam dapat diakomodasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, I. (1998). Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir. Jakarta: Direktorat Jendral Perhubungan Darat.

Badan Pusat Statistik Kota Denpasar (2018). Denpasar Dalam Angka 2018, BPS Denpasar.

(11)

Departemen Pekerjaan Umum (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Dirjen Bina Marga.

Departemen Pekerjaan Umum (2005). Pedoman Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan untuk biaya tidak tetap (running cost).

Kresnanto, N. C.( 2015). On Street Parking Dan Kerugian Transportasi. Volume: 5 Nomor 2. Jurnal Teknik.

Kresnanto, N. C. (2016). Analisis Perbandingan BOK dan Nilai Waktu Beberapa Jenis Moda Perkotaan.

Universitas Janabadra, Yogyakarta.

LAPI-ITB. (1997). Perhitungan Besar Keuntungan Biaya Operasional Kendaraan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Lupitasari, N. dan Mudjanarko, S. W. (2015). “Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jl. Soekarno Hatta-Jl.

Panglima Sudirman Kota probolinggo”, Jurnal Spirit Pro Patria, Vol. 1 (1).

Nariendra, P. W. dan Hernawan, H. (2014). Dampak Parkir Sisi jalan Di satu Kawasan Niaga di Bandung.

Bandung.

Patmadjaja, H. dan Setiawan, R. (2003). ”Pengaruh kegiatan Perparkiran Di Badan Jalan Terhadap Kinerja Ruas Jalan”, Dimensi Teknik Sipil, Vol. 5 (2).

Santoso (1997). Manajemen Lalu-lintas Perkotaan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Sriastuti, D. A. N. (2015). Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Sebagai Dasar Penentuan Tarif Angkutan Umum Penumpang (AUP). Universitas Warmadewa, Denpasar.

Tamin, O. Z. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Edisi Ke Dua. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Transportation Research Board (1994). Highway Capacity Manual Special Report 209. Washington, D.C.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama dari dilaksanakannya pemeriksaan pajak adalah untuk menumbuhkan perilaku kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan (tax compliance)

Oleh sebab itu, berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka fokus penelitian ini adalah: Berdasarkan judul penelitian “Kepemimpinan Camat dalam

UNAIR NEWS – Mahasiswa S1 Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga berhasil membuat bahan pengganti massa tulang yang hilang karena

Hal ini sesuai dengan penelitian pada usia lanjut (usia lebih dari 75 tahun) menunjukkan 65% sudah ditemukan adanya perubahan dari struktur otak, yang pada akhirnya

Di dunia yang terbagi ke dalam dua sistim, satu-satunya prinsip yang tepat dan masuk akal tentang hubungan-hubungan internasional adalah prinsip koeksistensi secara damai di

Analisis keeratan hubungan, responden yang mempunyai pengetahuan tinggi mempunyai peluang melakukan deteksi dini resiko tinggi kehamilan 8 kali dibandingkan responden yang

Pembagian harta warisan adat masyarakat desa Lubuk Rukam dilakukan setelah pewaris meninggal dunia dan telah berlangsung secara turun temurun untuk mendapatkan solusi terbaik

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketika seorang wanita dewasa muda pasca melahirkan memiliki body image yang positif maka self esteem pun akan tinggi, dan