• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengolah hasil-hasil dari lingkungannya tersebut, yang kemudian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengolah hasil-hasil dari lingkungannya tersebut, yang kemudian"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak dapat terlepas dari pemanfaatan lingkungannya. Untuk itu manusia selalu berusaha untuk mengelola dan mengolah hasil-hasil dari lingkungannya tersebut, yang kemudian mendorong manusia untuk menciptakan suatu alat dan teknologi yang memudahkannya dalam kegiatan tersebut.

Mineral merupakan salah satu sumberdaya yang dapat dimanfaatkan manusia yang berasal dari lingkungannya, mineral juga merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, penyebarannya tidak merata dan memiliki ketergantungan antara sumberdaya yang satu dengan sumberdaya yang lainnya.

Salah satu cara pemanfaatan sumberdaya mineral dapat dilakukan dengan menambang. Penambangan mineral memiliki dimensi politik, sosial, ekonomi dan internasional yang membuat keberadaannya menjadi suatu daya tarik tersendiri dan dapat digunakan untuk memacu perkembangan wilayah yang bersangkutan.

Menurut Katili (1983), adanya berbagai proyek sumberdaya alam berukuran besar di daerah diharapkan akan memainkan peranan penting dalam stabilitas ekonomi karena kegiatan ini diharapkan akan melahirkan efek ganda (multiplier effect) pada kegiatan ekonomi lainnya. Dengan adanya pertambangan, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya melalui adanya kesempatan

(2)

sumberdaya tersebut. Kegiatan pertambangan ini dapat menimbulkan berbagai dampak dalam kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik maupun kondisi fisik lingkungan pertambangan tersebut.

Pengembangan sumberdaya alam ini tidak hanya menstimulasi pertumbuhan ekonomi daerah, namun dapat juga membawa pengaruh yang besar terhadap cara hidup dan struktur masyarakatnya. Keterkaitan pengelolaan sumberdaya alam dengan manusia sebagai subyek sekaligus obyek pembangunan ini sangatlah erat, karena pengelolaan sumberdaya tersebut membutuhkan tenaga yang terdidik, terlatih dan terampil dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam tersebut untuk pembangunan. Untuk keterpaduan antara pembangunan pertambangan dengan pembangunan daerah dan pembangunan di sektor lainnya, diperlukan suatu perencanaan yang matang dan memperhatikan aspek-aspek ekonomi, investasi dan permodalan, masalah IPTEK, SDM, dan lingkungan. Secara umum perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan keterbatasan dan pembatasan yanga ada guna mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif (Djoko Sujarto, 1985).

Berdasarkan UU No 5 Tahun 1974, pemerintah pusat menguasai dan mengontrol hampir semua sumber pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumberdaya alam (SDA) di sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya, selama itu daerah-daerah yang kaya sumberdaya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak (Yafiz, 1999). Juga pinjaman dan bantuan luar negeri,

(3)

penanaman modal asing (PMA), dan tata niaga di dalam negeri diataur sepenuhnya oleh pemerintah pusat sehingga hasil yang diterima daerah lebih rendah daripada potensi ekonominya (Basri, 1994; Sondakh, 1999). Namun setelah diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 dan disempurnakan dengan UU No. 32 Tahun 2004, maka daerah berwenang untuk mengelola sumberdaya alam yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan adanya perimbangan keuangan terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh daerah tersebut dengan pusat. Ketentuan ini memberikan suatu pemahaman bahwa daerah memiliki hak sekaligus kewenangan dalam pemanfaatan sumberdaya yang ada secara optimal bagi kepentingan masyarakat.

Pada dasarnya Indonesia memiliki sumberdaya yang luar biasa karena dikaruniai sumberdaya alam yang melimpah. Dengan UU No 22 dan 25, potensi yang ada itu seharusnya dapat mendorong pembangunan di daerah, termasuk menciptakan lapangan kerja dan nilai tambah yang tinggi. Daerah yang kuat dapat dikembangkan dengan baik dan berkelanjutan, sedangkan daerah yang lemah atau miskin sumberdaya alam dapat dibantu dan dipacu pertumbuhannya. Ekonomi daerah akan dapat berjalan apabila daerah itu dapat mengoptimalkan kegiatannya untuk mensejahterakan masyarakatnya. Namun harus diakui bahwa dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, terjadi berbagai permasalahan yang menimbulkan konflik antara pusat-daerah, antar daerah, pemerintah vs masyarakat, antar lembaga pemerintah, pemerintah vs dunia usaha, masyarakat vs dunia usaha.

(4)

Permasalahan ini terjadi karena perbedaan persepsi dalam hal Kewenangan, Kepentingan, dan Keinginan.

Sektor pertambangan merupakan salah satu faktor penunjang yang vital bagi pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Muara Enim, dengan sumberdaya alamnya yang melimpah dan didukung suasana ekonomi dan pemerintah yang kondusif, maka tidaklah mengherankan apabila sektor pertambangan ini memegang peranan yang sangat besar dalam menyumbang Pendapatan asli Daerah (PAD) Muara Enim. Sektor pertambangan menyumbang 32,05% pada tahun 2002 dan 32,07% pada tahun 2004 dalam Struktur ekonomi Kabupaten Muara Enim, dan menyumbang sekitar 61% dari total PDRB.

Sektor energi dan sumberdaya mineral di Indonesia sampai dengan saat ini masih memberikan kontribusi yang tinggi terhadap proses pembangunan nasional.

Kontribusi yang diberikan oleh sektor ini tidak hanya dalam bentuk sumbangan devisa terhadap negara, tetapi juga dapat dilihat dari multiplier effect yang telah diciptakan oleh industri-industri migas maupun pertambangan di daerah-daerah.

Salah satu multiplier effect yang disumbangkan oleh kegiatan pertambangan dan industri yang bergerak di sektor energi dan sumberdaya mineral yang akan menjadi objek penelitian yaitu PT Bukit Asam adalah melalui program Pembangunan Masyarakat. Program-program Pembangunan Masyarakat yang dilaksanakan oleh industri pertambangan tersebut selain merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR), juga dalam kerangka mempersiapkan life after mining/operation bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya.

(5)

Dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan Program ini mencapai 1% dari laba bersih perusahaan atau sekitar Rp. 4 Miliar dan disalurkan kepada masyarakat melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTBA, untuk mendorong perkembangan wilayah dengan penambahan fasilitas dan membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Dengan adanya kegiatan pertambangan batu bara oleh PTBA dan adanya program Pembangunan Masyarakat yang memiliki keberpihakan pada masyarakat ini, diharapkan tercipta kehidupan masyarakat yang memiliki kesejahteraan dan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik dan mandiri. Namun sampai saat ini belum terlihat adanya perubahan yang signifikan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar daerah tambang pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Muara Enim pada umumnya. Pertambangan yang diusahakan PTBA tersebut dirasakan banyak orang menempa masyarakat bermental buruh dan tergantung pada kegiatan tersebut, disamping masih kurangnya struktur dan infrastruktur yang dapat menunjang perekonomian masyarakat dan perkembangan suatu wilayah. Hal ini sungguh ironis karena terlihat kesenjangan antara penduduk asli dengan penduduk yang bekerja pada perusahaan tambang tersebut, begitu pula jika kita amati bagaimana ketersediaan sarana dan pra-sarana yang berada di sekitar permukiman pekerja tambang “level atas” dengan pekerja “level bawah”

dan masyarakat biasa.

(6)

Berkaitan dengan uraian yang telah dipaparkan tersebut dan dari studi pendahuluan di daerah penelitian, timbul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap program Pembangunan Masyarakat PTBA ?

2. Bagaimana dampak program Pembangunan Masyarakat PTBA terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas memerlukan jawaban yang pencarian dan pengkajiannya merupakan suatu pemandu pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan peneliti di daerah penelitian. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam menetapkan kebijakan pembangunan khususnya yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan suatu wilayah.

Berdasarkan pada latar belakang penelitian dan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul ” Dampak Program Pembangunan Masyarakat PTBA Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim”.

(7)

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang penelitian dan perumusan masalah serta keterbatasan yang ada, maka secara rinci dan operasional tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap program Pembangunan Masyarakat PTBA

2. Mengetahui dampak program Pembangunan Masyarakat PTBA terhadap kondisi Sosial Ekonomi masyarakat di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan dan manfaat sebagai berikut :

1. Diharapkan dapat memberi pengetahuan mengenai pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pengelolaan Sumberdaya tambang di daerah dan sejauh mana kegiatan tersebut mempengaruhi perkembangan wilayah tersebut.

2. Diharapkan dapat menjadi masukan kepada pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam pemanfaatan sumberdaya khususnya kegiatan pertambangan dan penggalian untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus sebagai masukan bagi manajemen PTBA (persero)Tbk. dalam memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pelayanan dan pendapatan masyarakat di sekitar perusahaan.

(8)

3. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pengembangan penelitian sejenis di kemudian hari.

4. Sebagai salah satu persyaratan akademis dalam menyelesaikan program sarjana S-1 Geografi, pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

1.4. Tinjauan Pustaka

1.4.1. Geografi dan Pembangunan Wilayah

Geografi pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi beserta isinya serta hubungan antara keduanya. Didalam kajiannya geografi membicarakan fenomena alam dan non alam (manusia) yang dikaji dalam lingkup keruangan (Sujali, 1989).

Bintarto (1986), mengemukakan geografi mempelajari hubungan kausal gejala muka bumi baik fisik atau makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Inilah yang mencerminkan pembahasan pokok penelitian dari sudut pandang geografi yang mempermasalahkan hal-hal yang bersumber pada hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya yang merupakan objek dari penelitian.

Cristanto (1992) mengemukakan bahwa perencanaan pengembangan wilayah sebagai suatu kegiatan perencanaan objeknya adalah wilayah, mempunyai sifat integratif dan komprehensif. Integratif karena berkaitan dengan tipe-tipe perencanaan pembangunan pedesaan. Sementara komprehensif karena perencanaannya meliputi aspek sosial, ekonomi, fisik dan teknik dari objek

(9)

perencanaan yaitu wilayah. Sifat komprehensif inilah yang selanjutnya menuntut dikembangkannya suatu kerjasama interdisiplin ilmu yang terkait didalamnya.

Pengembangan wilayah perlu dikaitkan dengan pengembangan pembangunan sektoral sehingga potensi wilayah dapat dimanfaatkan untuk perkembangan daerah yang sekaligus pula akan meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Pengembangan wilayah ini dilakukan melalui pengenalan potensi-potensi wilayah sehingga setiap wilayah berkembang sesuai dengan spesialisasi potensinya (Sumadibyo, 1994).

Untuk kepentingan penelitian geografi atas masalah-masalah pembangunan dapat dibedakan menjadi tiga macam :

1. Analisis ekologikal, menganalisis hubungan manusia dan lingkungan.

2. Analisis khorologikal, menganalisis distribusi dan diferensiasi keruangan dalam suatu wilayah.

3. Analisis organisasi keruangan, menganalisis terjadinya pola-pola tertentu di dalam suatu ruang (penekanan pada organisasi gejala-gejala didalam ruang, seperti jaringan transportasi, pusat pelayanan dan hirarki kota) (Hiedrink dan Murtomo, 1988 dalam Rahma Hayati).

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan khorologikal karena akan menganalisis distribusi keruangan dari adanya kegiatan pertambangan / penggalian dan dampakya terhadap masyarakat sekitar dalam aspek sosial ekonomi dan diferensiasi pada ISEW (Index of Sustainable Economic Welfare) masyarakat.

(10)

1.4.2. Corporate Social Responsibility

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCD), definisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Dalam melakukan usahanya, perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga kewajiban yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Dalam keadaan bersaing ketat memperebutkan pasar demi mengejar keuntungan semaksimal mungkin, tentu mudah terjadi pelanggaran etika, yaitu pelanggaran asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah dasar moral, diantaranya : 1. Kewajiban berbuat baik (beneficence)

2. Kewajiban tidak berbuat sesuatu yang menimbulkan kerugian (nonmaleficence)

3. Menghormati otonomi manusia (respect for person) 4. Berlaku adil (justice, fairness).

Untuk itulah diperlukan tatakelola perusahaan yang baik, atau yang lebih dikenal dengan Good Corporate Governance (GCG), agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk.

(11)

Terdapat lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu :

1. Transparency (Keterbukaan Informasi)

Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholder-nya.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Bentuk pertanggungjawaban perusahaanadalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini,diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawab selain kepada shareholder juga kepada stakeholder lainnya.

(12)

4. Independency (Kemandirian)

Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan.

1.4.3. Pembangunan Masyarakat

Salah satu cara memahami pengertian suatu konsep adalah dengan cara mengetahui definisinya. Sehubungan dengan hal tersebut, ternyata Pembangunan Masyarakat (PM) mempunyai definisi yang sangat banyak, bahkan hampir setiap negara mempunyai definisinya masing-masing terhadap PM. Menurut PBB, PM adalah suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional.

Menurut Christenson dan Robinson (1989), PM adalah suatu proses dimana masyarakat yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial dengan ataupun tanpa intervensi) untuk

(13)

mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural dan atau lingkungan mereka. Secara umum Pembangunan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Program Pembangunan Masyarakat memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumberdaya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu: sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan. Sasaran pertama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation), kesemuanya berjalan secara simultan.

Dipandang dari terminologi yang digunakan, konsep PM juga sering dikatakan mengandung potensi kontradiksi. Hal ini disebabkan karena dalam konsep community terkandung tiga elemen penting, yaitu lokalitas (local ecology), kehidupan sosial yang terorganisasi dan solidaritas sosial. Di lain pihak, dalam konsep development terkandung unsur perubahan kondisi sosial ekonomi. Unsur- unsur yang terkandung dalam kedua konsep tersebut dapat berjalan seiring dan

(14)

Saling mendukung adalah perubahan kehidupan ekonomi dalam suatu masyarakat dapat mengakibatkan melemahnya solidaritas sosial.

1.4.4. Penelitian Sebelumnya

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang juga mengkaji mengenai Pembangunan Masyarakat dibeberapa perusahaan dan dampaknya bagi masyarakat. Penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu selain mengkaji dinamika program Pembangunan Masyarakat dalam hubungannya dengan status otonomi daerah, dikaji juga dampaknya dengan menggunakan variabel ISEW. Berikut tabel 1.1. yang merinci beberapa penelitian yang memiliki kesamaan fokus penelitian dalam kajian Pembangunan Masyarakat.

(15)

Judul Tujuan Peneliti &

tahun

Metode Hasil

Kajian Program Pembangunan Masyarakat PT.

Exspan Nusantara di Kabupaten Musi Banyuasin

- Mengetahui dan mempelajari efektifitas Program Pembangunan Masyarakat PT.

Exspan Nusantara sebagai mitra Pemerintah di Kabupaten Musi banyuasin

Herman Mayori (2000)

Deskriptif Kualitatif

Program yang ada belum dapat menunjukkan Program

Pembangunan Masyarakat yang sesungguhnya, karena:

- Sebagian besar bantuan dana ari perusahaan

- Konstruksi fisik sebagian besar dikerjakan oleh kontraktor dari luar

- Prosentase bantuan ekonomi sangat kecil

- Masyarakat belum mempunyai kontrol langsung terhadap program yang ada

Evaluasi Dampak Program

Pembangunan Masyarakat PT.

Koba Tin Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka

- Mengetahui Dampak Program Pembangunan Masyarakat PT. Koba Tin

- Mendeskripsikan faktoor-faktor yang mempengaruhi dampak Program Pembangunan Masyarakat PT. Koba Tin

Suparman Effendi (2003)

Deskriptif Kualitatif

- Berdampak Positif, antara lain : Peningkatan pemasaran hasil usaha, kegiatan keagamaan, penghasilan dan intensitas usaha masyarakat

- Berdampak Negatif, yaitu tidak semua program bantuan usaha berhasil, faktor yang

mempengaruhinya adalah kondisi fisik desa, usia dan

(16)

Program Pembangunan Masyarakat (Pembangunan Masyarakat) PT.

Adaro-Pama Indonesia di

Kabupaten Tabalong

- Mendeskripsikan alasan perusahaan melakukan Program Pembangunan

Masyarakat

- Mendeskripsikan dan mengkaji proses penyusunan dan pengesahan/pengangga ran Program-program Pembangunan

Masyarakat tersebut - Mengidentifikasi

faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perumusan usulan Program Pembangunan Masyarakat

Syawalludin Noor (2003)

Deskriptif Kualitatif

- Pembentukan Program Pembangunan Masyarakat murni dari inisiatif perusahaan - Faktor-faktor yang

mempengaruhi perumusan usulan Program Pembangunan Masyarakat :

i. Eksternal : Potensi dan kondisi ekologis dan sosial budaya masyarakat,

kebutuhan masyarakat, keterkaitan program, nilai program

ii. Internal : Dampak yang ditimbulkan oleh operasional

kemampuan/ketersediaan dana perusahaan

Evaluasi Program Pembangunan Masyarakat PT.

Kaltim Prima Coal Kabupaten Kutai Timur

- Mengevaluasi

efektivitas Program Pembangunan

Masyarakat PT. KPC - Mengkaji manfaat

Program Pembangunan Masyarakat PT. KPC bagi masyarakat

- Mengkaji manfaat Program Pembangunan

Nani Nuraini (2006)

Deskriptif Kualitatif Kuantitatif

- Tercapainya efektivitas Program Pembangunan Masyarakat PT. KPC karena adanya respon pemerintah, serta adanya konsistensi peran/fungsi masing-masing pihak didalam implementasi program

- Manfaat Program dirasakan secara langsung oleh target

(17)

Masyarakat PT. KPC terhadap lingkup tugas Pemerintah Daerah

group, dan secara tidak langsung program tersebut telah berkontribusi terhadap lingkup tugas Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Dampak Program

Pembangunan Masyarakat PTBA Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan

- Menganalisis dampak Program Pembangunan Masyarakat PTBA terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat

- Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap program Pembangunan

Masyarakat PTBA

Agusti Abdillah (2008)

Deskriptif Kualitatif

Hasil yang diharapkan : - Dampak Program

Pembangunan Masyarakat PTBA terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

- Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Masyarakat PTBA

(18)

1.5. Kerangka Pemikiran

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 yang mewajibkan setiap BUMN untuk melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Keterlibatan PTBA sebagai Persero Terbuka dalam melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dilandasi kepada kepedulian dan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility).

Dalam Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-236/MBU/@003 pada Bab III Pasal 8 Ayat 1.a, 2.a dan 3.a dikatakan bahwa besarnya dana untuk program kemitraan yang berasal dari penyisihan laba perusahaan setelah pajak adalah sebesar 1% sampai dengan 3%, sedangkan dana untuk program Bina Lingkungan maksimal sebesar 1%, yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang saham (RUPS).

Dengan pengalokasian dana yang cukup besar untuk pelaksanaan Program Pembangunan Masyarakat ini, PTBA akan memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap wilayah dan masyarakat setempat.

Dampak tersebut berupa dampak demografi (perpindahan penduduk dan penyerapan tenaga kerja), sosial (kesehatan dan pendidikan) dan ekonomi (perubahan mata pencaharian dan pendapatan).

Adapun dampak sosial ekonomi yang dianalisis berdasarkan komponen–

komponen yang telah ditetapkan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah memberikan arahan pelaksanaan Program Commuinity Development yang

(19)

diharapkan dapat dijadikan masukan dalam pembangunan di daerah penelitian.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut ini :

Profil Perusahaan PTBA

Corporate Social Responsibility PTBA

Teknologi Manajemen Pemanfaatan Sumberdaya

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Dana Pembangunan Masyarakat sebesar

!% Laba/tahun

Kemitraan dengan Masyarakat

Prioritas Tenaga Kerja Putra

Daerah

Tim Pengawas Independen

 Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat

 Pemanfaatan Dana Pembangunan Masyarakat

 Program yang dilaksanakan

(20)

1.6. Batasan Operasional

Evaluasi adalah analisis pengaruh dan dampak suatu proyek, kegiatan, program maupun kebijaksanaa, dibandingkan dengan rencana yang telah dirumuskan dan terutama dinyatakan dalam tujuan-tujuannya

Corporate Social Responsibility adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas

Pembangunan Masyarakat adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan yang dilakukan PTBA (persero) Tbk.

Dampak adalah setiap perubahan yang terjadi baik positif maupun negatif dalam lingkungan masyarakat akibat adanya program Pembangunan Masyarakat PTBA (persero) Tbk. terhadap masyarakat sekitar

Pertambangan adalah salah satu upaya dalam pemanfaatan sumberdaya alam dengan cara melakukan pencarian dan pembuktian, penggalian, pengolahan dan pemurnian, serta pemasarannya untuk dapat digunakan dalam industri selanjutnya

(21)

Potensi Pertambangan adalah kemampuan yang dimiliki pertambanagn, meliputi jenis, ketersediaan baik kualitas maupun kuantitas, dan distribusi bahan galian

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atas aspek fungsional

Pembangunan merupakan suatu proses menuju keadaan yang dianggap lebih baik dari keadaan sekarang dan sebelumnya, yang di dalamnya terdapat kegiatan perencanaan

Perencanaan adalah usaha yang secara sadar, terorganisasi dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu

Pengembangan Wilayah merupakan suatu tindakan untuk memanfaatkan sumberdaya dalam suatu wilayah secara optimal sesuai dengan fungsinya untuk kesejahteraan manusia

Tingkat kesejahteraan masyarakat adalah penghasilan atau dampak yang diperoleh dari kegiatan pembangunan, baik yang ditunjukkan oleh adanya kepemilikan tabungan, kepuasan terhadap hasil maupun proses pembangunan itu sendiri

Referensi

Dokumen terkait

(atur $aramita.. 5ingkatan hidu$ berguru dalam 7atur asrama adalah... =ang dimaksud masa berumah tangga dalam 7atur asrama disebut... Perkainan "ang berdasarkan saling

Amati lingkungan di sekitar sekolah, catatlah polutan-polutan yang kamu temui dalam tabel di bawah ini dan identifikasi apakah polutan tersebut merupakan

menyatakan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah kualitas dari proses pembelajaran dalam hal ini adalah dengan keberadaan Rintisan Sekolah

Banyaknya jumlah total bakteri selulolitik pada tanah kawasan mangrove Gunung Anyar Surabaya dan Bancaran Bangkalan dapat digunakan sebagai penentu jumlah selulosa yang

Jika data bervariasi (tidak stabil) maka akan mengalami kesulitan untuk menginterpretasi. Ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variable terikat juga tergantung pada

Penggantian fonem PAN */i/ dengan fonem /e/ pada kata di atas dapat disimpulkan bahwa fonem /i/ berada pada satu tempat artikulasi yang sama, yaitu vokal depan tinggi /i/

Kita akan membahas gelombang alfa dengan agak lebih detail di sini. Dalam mempraktekan Subjective Communication gelombang alfa sangatlah penting. Karena kontak pikiran dan komunikasi

• Suatu program AI yang berisi basis pengetahuan dan mesin inferensi • Seperti layaknya seorang pakar • Berfungsi sebagai konsultan. • Berfungsi