• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR DASAR KEPROTOKOLAN. Frans Dellian, SSTP, M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DASAR DASAR KEPROTOKOLAN. Frans Dellian, SSTP, M.Si"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Frans Dellian, SSTP, M.Si

DASAR DASAR KEPROTOKOLAN

(2)

DEFINISI KEPROTOKOLAN

• Serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang

meliputi tata tempat, tata Upacara, dan Tata

Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau

kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat. (Pasal 1, butir 1, UU No.9 Tahun 2010)

2

(3)

3

TERHADAP SESEORANG SESUAI DENGAN KEDUDUKANNYA DALAM 1.

NEGARA, PEMERINTAHAN, ATAU DI MASYARAKAT, DAPAT MENJAGA KEHORMATAN DAN MENUMBUHKAN KEWIBAWAAN SBG “CERMIN KUALITAS SESEORANG” YANG MERUPAKAN HAK ASASI MANUSIA

YANG HARUS DIJUNJUNG TINGGI.

PARADIGMA KEPROTOKOLAN

2.

TERHADAP LAMBANG KEHORMATAN NKRI YANG SELARAS DENGAN KEDUDUKANNYA SEBAGAI LAMBANG KEDAULATAN

NEGARA, SBG PARAMETER BANGSA YANG BERADAB DEMI TEGAK UTUH DAN LESTARINYA NEGARA KESATUAN R.I.

PENGHORMATAN DAN PERLAKUAN

(4)

Aturan mengenai urutan tempat bagi pejabat negara, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat tertentu dalam

acara kenegaraan atau acara resmi

Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau acara

resmi

Aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Subyek

Keprotokolan (pejabat negara, pejabat pemerintahan dan tokoh masyarakat tertentu) dalam acara

kenegaraan atau acara resmi

TATA TEMPAT

TATA UPACARA

TATA

PENGHORMATAN

RUANG LINGKUP KEPROTOKOLAN

NEXT

(5)

PENGATURAN KEPROTOKOLAN BERTUJUAN UNTUK:

• Memberikan penghormatan kepada pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan negara asing dan/ atau organisasi internasional serta tokoh masyarakat tertentu, dan/atau tamu negara sesuai dengan kedudukan dalam negara,

pemerintahan dan masyarakat

• Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar berjalan tertib, rapi, lancar dan teratur sesuai dengan

ketentuan dan kebiasaan yang berlaku

• Menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antarbangsa

5

(6)

PENTINGNYA PROTOKOL

1. Kegiatan Protokol untuk individu 2. Kegiatan Protokol dalam keluarga

3. Kegiatan Protokol dalam masyarakat

4. Kegiatan Protokol dalam hubungan antar bangsa

6

(7)

7

TATA TEMPAT/URUTAN (PRÉSÉANCE)

• Tata tempat disusun menurut tempat upacara.

• Urutan Menteri Negara sesuai urutan tentang Pembentukan Kabinet.

• Tata Tempat antar Pegawai Negeri Sipil diatur menurut senioritas dengan memberikan tata urutan sesuai jabatan.

• Mantan Pejabat Negara setingkat lebih rendah.

• Pasangan (isteri/suami) seorang Pejabat Negara

setingkat dengan Pejabat tersebut.

(8)

KLASIFIKASI PRESEANCE

PRESEANCE PEJABAT NEGARA, PEJABAT, PEMERINTAH DAN TOKOH MASYARAKAT TERTENTU DIBAGI DALAM KLASIFIKASI:

1. PRESEANCE NEGARA/NASIONAL (Pasal 9) 2. PRESEANCE PROVINSI (Pasal 10)

3. PRESEANCE KABUPATEN/KOTA (Pasal 11)

9

(9)

9

TATA TEMPAT DI IBUKOTA NEGARA BERDASARKAN UU KEPROTOKOLAN RI (Pasal 9)

a. Presiden Republik Indonesia;

b. Wakil Presiden Republik Indonesia;

c. Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, d. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;

e. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;

f. Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia;

g. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;

h. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia;

i. Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia;

j. Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia;

k. Perintis pergerakan kebangsaan/kemerdekaan;

l. Duta Besar/Kepala Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional;

m. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Wakil Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah, Gubernur

Bank Indonesia, Ketua Komisi Pemilihan Umum; Wakil Ketua Badan

Pemeriksa Keuangan, Wakil Ketua Mahkamah Agung, Wakil Ketua

Mahkamah Konstitusi, dan Wakil Ketua Komisi Yudisial;

(10)

10

n. Menteri, pejabat setingkat menteri, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah republik Indonesia, serta Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia;

o. Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia;

p. Pemimpin Partai Politik yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia;

q. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan RI, Ketua Mudan dan Hakim Agung Mahkamah Agung RI, Hakim Mahkamah Konstitusi RI dan anggota Komisi Yudisial RI;

r. Pemimpin lembaga negara yang ditetapkan sebagai pejabat negara, pemimpin lembaga negara lainnya yang ditetapkan dengan undang-undang, Deputi

Gubernur Senior dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, serta Wakil ketua Badan Penyelenggara Pemilihan Umum;

s. Gubernur Kepala Daerah;

t. Pemilik Tanda jasa dan tanda kehormatan tertentu;

(11)

11

u. Pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, Wakil menteri, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara TNI, Wakil

Kepala Kepolisian Negara RI, Wakil jaksa Agung RI, Wakil Gubernur, Ketua DPRD provinsi, Pejabat eseslon I atau yang disetarakan;

v. Bupati/Walikota dan Ketua DPRD Kabupaten/Kota;

w. Pimpinan tertinggi representasi organisasi keagamaan tingkat nasional yang

secara faktual diakui keberadaannya oleh pemerintah dan masyarakat.

(12)

Pasal 10

(1) Tata Tempat dalam Acara Resmi di provinsi ditentukan dengan urutan:

a. gubernur;

b. wakil gubernur;

c. mantan gubernur dan mantan wakil gubernur;

d. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi atau nama lainnya;

e. kepala perwakilan konsuler negara asing di daerah;

f. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi atau nama lainnya;

g. sekretaris daerah, panglima/komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan, kepala kepolisian, ketua pengadilan tinggi semua badan peradilan, dan kepala kejaksaan tinggi di provinsi;

h. pemimpin partai politik di provinsi yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi;

i. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi atau nama lainnya, anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh dan anggota Majelis Rakyat Papua;

j. bupati/walikota;

(13)

k. Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan di daerah, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah, ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah;

l. pemuka agama, pemuka adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu tingkat provinsi;

m. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;

n. wakil bupati/wakil walikota dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;

o. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;

p. asisten sekretaris daerah provinsi, kepala dinas tingkat provinsi, kepala kantor instansi vertikal di provinsi, kepala badan provinsi, dan pejabat eselon II; dan

q. kepala bagian pemerintah daerah provinsi dan pejabat eselon III.

(14)

Pasal 11

(1) Tata Tempat dalam Acara Resmi di kabupaten/kota ditentukan dengan urutan:

a. bupati/walikota;

b. wakil bupati/wakil walikota;

c. mantan bupati/walikota dan mantan wakil bupati/wakil walikota;

d. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau nama lainnya;

e. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau nama lainnya;

f. sekretaris daerah, komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan, kepala kepolisian, ketua pengadilan semua

badan peradilan, dan kepala kejaksaan negeri di kabupaten/kota;

g. pemimpin partai politik di kabupaten/kota yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;

h. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau nama lainnya;

(15)

i. pemuka agama, pemuka adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu tingkat kabupaten/kota;

j. asisten sekretaris daerah kabupaten/kota, kepala badan tingkat kabupaten/kota, kepala dinas tingkat kabupaten/kota, dan pejabat

eselon II, kepala kantor perwakilan Bank Indonesia di tingkat kabupaten, ketua komisi pemilihan umum kabupaten/kota;

k. kepala instansi vertikal tingkat kabupaten/kota, kepala unit pelaksana teknis instansi vertikal, komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan di kecamatan, dan kepala

kepolisian di kecamatan;

l. kepala bagian pemerintah daerah kabupaten/kota, camat, dan pejabat eselon III;dan

m. lurah/kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dan pejabat eselon IV.

(16)

• ORANG YANG BERHAK MENDAPAT TATA URUTAN PERTAMA/PALING TINGGI ADALAH MEREKA YANG MEMPUNYAI URUTAN PALING

DEPAN/MENDAHULUI.

• JIKA BERJAJAR, YANG BERADA DI SEBELAH KANAN DARI ORANG YANG MENDAPAT URUTAN TATA TEMPAT PALING UTAMA, DIANGGAP LEBIH TINGGI/MENDAHULUI ORANG YANG DUDUK DI SEBELAH KIRINYA.

• JIKA MENGHADAP MEJA, TEMPAT UTAMA ADALAH YANG MENGHADAP KE PINTU KELUAR DAN TEMPAT TERAKHIR ADALAH TEMPAT YANG PALING DEKAT DENGAN PINTU KELUAR.

PEDOMAN UMUM TATA

TEMPAT

(17)

TATA URUTAN MEMBERIKAN SAMBUTAN

Urutan dalam memberikan sambutan dalam acara resmi

adalah dimulai dari yang terendah tingkat kedudukan /

jabatannya dan yang terakhir yang tertinggi / paling utama.

(18)

PEMASANGAN LAMBANG KEHORMATAN

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

(PSL 20 AYAT (2) PP NOMOR 62 TH 1990, PSL 55 (1) UU NO. 24 TH 2009)

RAPAT PARIPURNA ISTIMEWA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN REGENCY

PELANTIKAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI REGENCY PERIODE TAHUN 2011 - 2016

REGEN 6 PEBRUARI 2011

RI 1 RI 2

(19)

PEMASANGAN LAMBANG KEHORMATAN

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

(PSL 55 AYAT (2) UU NO. 24 TH 2009)

RI 1 RI 2

(20)

PADA POSISI BERJAJAR PADA GARIS YANG SAMA, TEMPAT YANG TERHORMAT ADALAH DI TEMPAT PALING TENGAH, DAN DI TEMPAT SEBELAH KANAN LUAR, ATAU

DENGAN RUMUS POSISI SEBELAH KANAN LEBIH TERHORMAT DARI POSISI SEBELAH KIRI.

KURSI BARIS UTAMA

(1) (2) (3) (4) (5) DST DST (5) (4) (3) (2) (1)

(3) (1) (2) (4) (2) (1) (3)

ATAU

DST (5) (4) (3) (2) (1) (1) (2) (3) (4) (5) DST

A

B

KURSI BARIS

UTAMA

(21)

2 1

4 3

1 2 5

4 3 2 3

4

6 1

STAGE

RI-1 BACK DROP RI-2

FORMAT 1 “THEATHER” PEMBESUP; RI-1/RI-2

(22)

3 1

5 2 4 1 2 3 4

3 2

4 1

FORMAT 2 “THEATHER” PEMBESUP; SELAIN RI-1/RI-2

STAGE

RI-1 BACK DROP RI-2

(23)

S

5 2 1 3

3 1

2

5 3

1 2 4 4

6 PA

FORMAT 3;

CLASS ROOM

RI-1 BACK DROP RI-2

(24)

S

5 1 2 4

3 1

2

5 3

1 2

4

4 6

PA FORMAT 3;

CLASS ROOM

3

RI-1 BACK DROP RI-2

(25)

RI-1

LN

RI-2 BACK DROP

TUAN RUMAH

TAMU

FORMAT 4. BENTUK; BERHADAP-HADAPAN

1 2

2 1

(26)

RI-1

LN

RI-2 BACK DROP

FORMAT 5; BENTUK L FORM

(27)

PENANDATANGANAN NOTA KESEPAHAMAN (MOU) MENTERI RI DAN MENTERI ASING

MENTERI ASING MENTERI NEGARA

MASS MEDIA

RI-1

LN

RI-2 BACK DROP

(28)

PENANDATANGANAN NOTA KESEPAHAMAN (MOU) PEMDA DENGAN PIHAK ASING DI DAERAH

TAMU ASING GUBERNUR

MASS MEDIA

RI-1

LN

RI-2 BACK DROP

(29)

JAMUAN SANTAP MALAM

ACARA KUNJUNGAN RESMI TAMU NEGARA DI DAERAH

1

MAIN TABLE

2 3

TUAN RMH T. TAMU

STAGE

5 4

ISTERI T RUMAH ISTERI TUAN TAMU PENDAMPING TR ROMB UT TAMU

ISTERI PEJ

PENDAMPING TR ISTERI ROMB UT TAMU

(30)

JAMUAN SANTAP MALAM ACARA KUNJUNGAN RESMI

1

MAIN TABLE

2 3

TUAN RMH T. TAMU

STAGE

5 4

ISTERI T RUMAH ISTERI TUAN TAMU PENDAMPING TR ROMB UT TAMU

ISTERI PEJ

PENDAMPING TR ISTERI ROMB UT TAMU

(31)

BEBERAPA PEDOMAN UMUM TENTANG TATA TEMPAT

Dalam hal naik kendaraan, seseorang yang mendapat tata urutan paling utama, akan mendapat perlakuan sebagai berikut:

- naik ke pesawat terbang paling akhir, sedangkan turun paling awal;

- naik dan turun kapal laut paling dahulu;

- naik dan turun mobil atau kereta api paling dahulu, dan ditempatkan pada tempat duduk yang paling kanan.

Pejabat penyambut (receiving line):

a) Pejabat penyambut menerima Tamu dari sebelah kanan;

b) Pejabat pelepas mengantar Tamu dari arah sebelah kiri.

Preseance bagi Para Duta Besar / Kepala Perwakilan Negara Asing disesuaikan berdasarkan tanggal penyerahan surat-surat kepercayaan kepada Presiden RI.

Catatan: Pengaturan tata tempat dapat pula mengacu pada situasi dan kondisi tempat,

sifat acara serta kepatutan.

(32)

RUMUSAN GANJIL

G

MEJA PERTEMUAN

(33)

RUMUSAN GENAP

MEJA PERTEMUAN

(34)

KUNJUNGAN KEHORMATAN (COURTESY CALL)

KEPALA NEGARA/PEMERINTAHAN

TAMU NEGARA PRES. RI

PENERJEMAH

DEL. ASING PENDAMPING

PRES. RI

BENDERA RI BENDERA ASING

(35)

KUNJUNGAN KEHORMATAN

PERDANA MENTERI FINLANDIA KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

(36)

KUNJUNGAN KEHORMATAN (COURTESY CALL)

TINGKAT MENTERI

MENTERI ASING MENTERI RI

PENERJEMAH

DEL. ASING PENDAMPING

MENTERI RI

CATATAN :

- DAPAT DIPASANG BENDERA RUANGAN DAN ATAU BENDERA MEJA KEDUA NEGARA

(37)

PERTEMUAN BILATERAL DUA NEGARA

DELEGASI RI DELEGASI ASING

CATATAN :

BENDERA RUANGAN BISA DIPASANG ATAU TIDAK DIPASANG

(38)

PERTEMUAN BILATERAL RI - ROK

(39)

WORKING DINNER/LUNCH

DELEGASI ASING DELEGASI RI

(40)

BREAKFAST MEETING RI-AS SEBELUM KTT G20 DI TORONTO

(41)

PENANDATANGANAN KERJASAMA (MEMORANDUM OF UNDERSTANDING)

PRESS

IN MC

MENTERI ASING MENTERI RI

DELEGASI ASING DELEGASI RI

(42)

PENANDATANGANAN MOU

(43)

PENANDATANGANAN MOU/ AGREEMENT

(44)

JAMUAN SANTAP MALAM

ACARA KUNJUNGAN RESMI TAMU NEGARA DI DAERAH

1

MAIN TABLE

3 2

GUBERNUR TN STAGE

5 4 6

7

ISTERI GUBERNUR ISTERI TN

MENTERI PENDAMPING MENTERI TN

ISTERI MENTERI

PENDAMPING ISTERI MENTERI TN

(45)

TATA UPACARA

~ adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau acara resmi

ACARA KENEGARAAN adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh panitia negara secara terpusat,

dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden, serta Pejabat Negara dan undangan lain.

ACARA RESMI adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga negara dalam

melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dan dihadiri

oleh Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintahan

serta undangan lain.

(46)

46

7 5 3 2 4 6

M UN 6 L DARI TIANG BN M UP 8 L DARI TIANG BN PAT POR 6 L DARI M UP PAT DANUP 10 L DARI

PATPOR PESUP 16 L DARI PAT DANUP

(47)

47

7 5 3 2 4 6

(48)

48

TATA PENGHORMATAN

48

~

Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat

Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, dan Tokoh Masyarakat

Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

Bentuk-Bentuk Tata Penghormatan:

1. Dalam bentuk preseance 2. Dalam bentuk rotation 3. Dalam bentuk perlakuan

4. Dengan menggunakan Bendera Kebangsaan

5. Dengan menggunakan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

6. Penghormatan jenazah

(49)

JAJAR KEHORMATAN

1.

Orang yg paling dihormati harus datang dr arah sebelah kanan dr pejabat yg menyambut.

2. Apabila orang yg paling dihormati adalah yg menyambut tamu, maka tamu akan datang dr sebelah kiri.

3. Tata urutan dlm jajar kehormatan untuk penerimaan yaitu orang yang paling utama adalah yg menjabat tangan / menyambut pertama kali dan seterusnya sesuai dgn urutannya.

4. Tata urutan dlm jajar kehormatan untuk pelepasan yaitu

orang yg paling utama adalah yg menjabat tangan /

melepas paling akhir.

(50)

LAMBANG-LAMBANG KEHORMATAN NEGARA

1. BENDERA MERAH PUTIH (PP. No. 40. Tahun 1958).

2. GAMBAR BURUNG GARUDA (PP. No. 66 Tahun 1951).

3. LAGU INDONESIA RAYA (PP. No. 44 Tahun 1958).

(51)

BENDERA MERAH PUTIH

 Ukuran panjang dibanding lebar = 3:2 (30:20, 80:60, dst)

 Tinggi tiang= 5,5 panjang bendera

 Tinggi maksimum= 17 meter

 Waktu pemasangan sejak matahari terbit sampai dengan

matahari terbenam (pukul 06.00 - 18.00 WIB)

(52)

GAMBAR BURUNG GARUDA

 Dipasang di gedung pemerintah.

 Untuk keperluan pembuatan paspor, lembaran negara, stempel presiden dan wakilpresiden, menteri, ketua DPR, lembaga tinggi negara, kepala daerah, notaris, dll.

 Mata uang.

 Meterai.

 Ijazah.

 Lencana delegasi negara.

 Barang-barang milik negara; Dll.

(53)

LAGU INDONESIA RAYA

DIPERDENGARKAN ATAU DINYANYIKAN UNTUK:

 Menghormati kepala negara dan wakil kepala negara.

 Mengiringi pengibaran Bendera Merah Putih dan pada saat upacara.

 Untuk menghormati tamu kepala negara asing.

 Sebagai pernyataan perasaan nasional.

 Dalam rangkaian pendidikan dan pengajaran.

(54)

K E G I A

T A N

UNDANGAN:

Undangan, Distribusi Undangan, Daftar Undangan, Konfirmasi Undangan.

TEMPAT ACARA:

Gedung/tenda, Holding Room, Toilet, Meja, Tempat Duduk, Jamuan, Asbak, Alur Masuk/Keluar.

ACARA:

Layout Tempat Acara, Panduan Kegiatan, Susunan Acara, Detil Acara, Gladi Acara.

TRANSPORTASI:

Nomor Polisi dan Kend. Mendagri, Kend. Rombongan, Pengawalan, Urutan Kendaraan, Konvoi, Kondisi Jalan/Jembatan, Rute.

AKOMODASI:

Kamar dan Kelengkapan (AC, telp, kran, kloset, handuk, alat mandi, sendal, sajadah, jadwal sholat, penunjuk kiblat, asbak, jamuan/snack).

Cek List Koordinasi

PERLENGKAPAN ACARA:

Sound System, Podium, Bendera Merah Putih, Lambang Garuda, Foto Presiden dan Wakil Presiden, AC, Meja, Kursi, Gong/Palu, Baki, Setting Card, Papan Nama, ATK.

PETUGAS:

Panitia Acara, MC, Dirigen, Pembaca Doa, Paduan Suara, Petugas Protokol (Penerima Tamu, Pengatur Tempat Duduk, Pembawa Baki).

BANDARA:

Holding Room, Toilet dan kelengkapannya, Tempat sholat dan kelengkapannya, Jamuan, Tempat Duduk, Asbak, Alur Masuk/Keluar.

(55)

THE PROTOCOL WARNING !!!

DALAM SUATU ACARA KENEGARAAN ATAU ACARA RESMI, JIKA PEJABAT NEGARA,

DAN PEJABAT PEMERINTAH TIDAK MEMPEROLEH PENGHORMATAN DAN

PERLAKUAN PROTOKOL SESUAI

KEDUDUKANNYA ADALAH MERUPAKAN PELANGGARAN DENGAN TUDUHAN

“PELECEHAN JABATAN”

(56)

SELAMAT BERTUGAS

Referensi

Dokumen terkait

kurang baik, hal itu bisa disebabkan karena campuran bahan pengikat pada pasir cetak basah yang kurang ataupun kadarnya yang berlebihan. Bahan pengikat dalam hal ini

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas kayu jati unggul terpadatkan setelah lebih dahulu diawetkan, dengan membandingkan nilai kerapatan dan

Visi Program Studi Ahwal Syaksiyah adalah “Unggul dalam Hukum Keluarga Islam di Jawa Timur pada tahun 2018”. Adapun misinya adalah: 1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran

(2) Dalam hal pejabat negara, pejabat pemerintah, pejabat penyelenggara pemerintahan daerah, tokoh masyarakat, dan perwakilan negara asing sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat

Tata Tempat adalah aturan tentang pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara asing dan/atau organisasi Internasional serta tokoh

Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau

[r]

Penelitian mengenai “Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process Dalam Seleksi Calon Karyawan Pada PT.Bank Syariah, data-data primer yang digunakan seperti kriteria–kriteria