• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 PENENTUAN BATAS CEKUNGAN AIR TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2.2 PENENTUAN BATAS CEKUNGAN AIR TANAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

2.2 PENENTUAN BATAS CEKUNGAN AIR TANAH

1. PENDAHULUAN

Pengelolaan air tanah yang terbaik didasarkan pada cekungan air tanah. Secara alamiah cekungan air tanah dibatasi oleh batas hidrogeologi yang dikontrol oleh kondisi geologi dan/atau hidrolika air tanah, serta pada umumnya tidak sama dengan batas wilayah pemerintahan. Oleh karena itu, berdasarkan pelamparannya, terdapat cekungan air tanah yang utuh di dalam kabupaten/kota, lintas kabupaten/kota, lintas provinsi, dan bahkan lintas negara.

Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawab di bidang pengelolaan air tanah, Pemerintah Daerah akan memerlukan informasi yang lebih rinci termasuk batas cekungan air tanah di wilayahynya,.

Guna membantu penarikan batas cekungan tersebut serta agar ada kesamaan persepsi dalam penentuan batas-batas dimaksud, diperlukan panduan teknis penentuan batas cekungan air tanah.

2. BATAS CEKUNGAN AIR TANAH

Cekungan air tanah dapat dibatasi oleh satu atau lebih batas hidrogeologi dengan kondisi hidraulik berbeda-beda. Menurut Bonstra dan de Ridder (1981), batas tersebut dibedakan menjadi empat tipe sebagai berikut ini (Gambar 1).

2.1 Batas Tanpa Aliran (Zero-flow Boundaries/Noflow Boundaries)

Batas tanpa aliran merupakan batas cekungan air tanah, pada batas tersebut tidak terjadi aliran air tanah atau alirannya tidak berarti jika dibandingkan dengan aliran pada akuifer utama.

Batas tanpa aliran dibedakan menjadi tiga tipe berikut ini.

a. Batas tanpa aliran eksternal (external zero-flow boundary), yaitu batas yang merupakan kontak/persinggungan antara akuifer dan bukan akuifer (akuiklud/akuifug) pada arah lateral/mendatar (sumbu x, y).

b. Batas tanpa aliran internal (internal zero-flow boundary), yaitu batas yang merupakan kontak antara akuifer dan bukan akuifer pada arah vertikal/tegak (sumbu z). Batas tersebut merupakan batas vertikal bagian bawah cekungan air tanah.

c. Batas pemisah air tanah (groundwater divide), yaitu batas pada arah lateral yang memisahkan dua aliran air tanah dengan arah berlawanan.

2.2 Batas Muka Air Permukaan (Head-controlled Boundaries)

Batas muka air permukaan merupakan batas cekungan air tanah, pada batas tersebut diketahui tekanan hidrauliknya. Batas tersebut dapat bersifat tetap atau berubah terhadap waktu.

(2)

Gambar 1 Tipe Batas Cekungan Air Tanah

(3)

Batas muka air permukaan dibedakan menjadi dua tipe berikut ini:

a. Batas muka air permukaan eksternal (external head-controlled boundary, B1), yaitu batas muka air permukaan yang bersifat tetap, misal muka air laut dan muka air danau. Batas tersebut ditetapkan sebgai batas lateral cekungan air tanah jika akuifer utama pada cekungan itu bersifat tak tertekan. Jika akuifer utma berupa akuifer tertekan, batas cekungan itu berada di daerah lepas pantai.

b. Batas muka air permukaan internal (internal head-controlled boundary, B2), yaitu batas muka air permukaan yang berubah terhadap waktu, misal sungai dan kanal, yang ditetapkan sebagai batas cekungan air tanah pada arah vertikal.

2.3 Batas Aliran Air Tanah (Flow-controlled Boundaries)

Batas aliran air tanah atau batas imbuhan air tanah (recharge boundary) merupakan batas cekungan air tanah, pada batas tersebut volume air tanah per satuan waktu yang masuk ke dalam cekungan tersebut berasal dari lapisan batuan yang tidak diketahui tekanan hidraulik dan atau keterusannya.

Berdasarkan arah alirannya, batas aliran air tanah dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut : Batas aliran air tanah masuk (inflow boundary, C1), yaitu batas cekungan air tanah dengan arah aliran

menuju kedalam cekungan tersebut.

Batas aliran air tanah ke luar (outflow boundary, C2), yaitu batas cekungan air tanah dengan arah aliran menuju keluar cekungan tersebut.

Batas aliran air tanah sebagaimana disebutkan pada angka 1 dan 2 di atas, ditetapkan sebagai batas cekungan air tanah pada arah lateral.

2.4 Batas Muka Air Tanah Bebas (Free Surface Boundary, D)

Batas muka air tanah bebas merupakan batas cekungan air tanah, pada batas tersebut diketahui tekanan hidrauliknya sebesar tekanan udara luar. Muka air tanah bebas, atau disebut muka preatik, merupakan batas vertikal bagian atas cekungan air tanah.

3. Tata Cara Penentuan Batas Cekungan Air Tanah

Penentuan batas cekungan air tanah dilakukan melalui identifikasi tipe batas cekungan air tanah, yakni batas hidraulik yang dikontrol oleh kondisi geologi dan hidrogeologi wilayah maupun setempat.

Oleh karena itu, di suatu wilayah kabupaten/kota atau provinsi, kadangkala tidak ditemukan setiap sisi batas cekungan air tanah yang dikaji karena berada di wilayah administrasi lainnya. Dalam kondisi seperti itu, penentuan batas cekungan air tanah perlu dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi antar kabupaten/kota, provinsi, atau antar negara yang tercakup di dalam cekungan tersebut. Gambar 2, adalah sebuah contoh cekungan air tanah yang terlampar lintas batas kabupaten/kota.

Penentuan batas cekungan air tanah meliputi batas pada arah lateral dan vertikal.

3.1 Batas Lateral Cekungan Air Tanah

Penentuan batas lateral dilakukan untuk mengetahui keberadaan cekungan air tanah yang mencakup satu wilayah kabupaten/kota, lintas kabupaten/kota, lintas provinsi, atau lintas batas negara.

Penentuan batas lateral cekungan air tanah dilakukan sebagai berikut.

a. Batas Tanpa Aliran Eksternal (Tipe Batas A1) Batas tanpa aliran eksternal ditentukan berdasarkan :

1) Peta geologi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, untuk melakukan pengelompokan formasi batuan atau satuan batuan menjadi satuan hidrogeologi, yakni

(4)

akuifer atau bukan akuifer, dan memperoleh informasi tentang struktur geologi terutama sesar (fault), lipatan (fold), dan kekar (joint).

2) Peta hidrogeologi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, untuk memperoleh informasi tentang satuan hidrogeologi (akuifer dan non akuifer).

Berdasarkan informasi seperti disebutkan pada angka 1) dan 2) di atas, batas tanpa aliran eksternal adalah bidang kontak antara akuifer dan bukan akuifer. Batas itu dapat berupa bidang sesar, keselarasan (conformity), atau ketidakselarasan (unconformity).

b. Batas Pemisah Air Tanah (Tipe Batas A3) Batas pemisah air tanah ditentukan berdasarkan :

1) Peta geologi dan peta hidrogeologi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, untuk memperoleh informasi tentang satuan hidrogeologi.

2) Peta topografi/peta rupa bumi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, untuk menentukan batas pemisah air permukaan (surface water divide).

Gambar 3 Contoh Cekungan Air Tanah Lintas Kabupaten / Kota

Berdasarkan informasi seperti disebutkan pada angka 1) dan 2) di atas, batas pemisah air tanah terletak berimpit dengan batas pemisah air permukaan pada suatu akuifer utama, yang memisahkan dua aliran air tanah dengan arah berlawanan.

c. Batas Muka Air Permukaan Eksternal (Tipe Batas B1) Batas muka air permukaan eksternal ditentukan berdasarkan :

1) Peta topografi/peta rupa bumi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, untuk memperoleh informasi tentang lokasi dan kedudukan muka air permukaan yang bersifat tetap, misal muka air laut dan danau.

2) Peta geologi dan peta hidrogeologi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, untuk memperoleh informasi tentang satuan hidrogeologi.

3) Hasil analisis data hidrogeologi bawah permukaan dari kegitan pengeboran dan atau pendugaan geofisika, untuk memperoleh informasi jenis akuifer dan sebarannya.

Berdasarkan informasi sebagaimana disebutkan pada angka 1), 2) dan 3) dapat ditentukan 1) batas muka air permukaan eksternal adalah muka air laut di sepanjang garis pantai yang

berbatasan dengan akuifer utama dan muka air danau yang berbatasan dengan akuifer utama.

A1 KABUPATEN_1

KABUPATEN_3 KOTA_4

KABUPATEN_ 2

A3 B1

A1

C1 Batas L ateral C ekun gan Ai r Ta nah

A1 : ba ta s tan pa al ira n eksterna l A3 : ba ta s p emisah air tana h B1 : ba ta s muka a ir pe rmukaan e kste rnal C1 : b atas ali ran a ir tanah ma suk

Batas ceku nga n air tana h Batas kab upa te n/kota Da erah i mbuh an ai r ta nah Da erah l epa san ai r ta nah

Ara h ali ran a ir tana h

(5)

2) Batas sebagaimana disebut pada angka 1) merupakan batas lateral cekungan air tanah jika akuier utama berupa akuifer tertekan, batas lateral cekungan itu berada di daerah lepas pantai.

d. Batas Aliran Air Tanah (Tipe Batas C1 dan C2)

Batas aliran air tanah masuk ke dalam cekungan air tanah (tipe batas C1) dan batas aliran air tanah ke luar dari cekungan air tanah (tipe batas C2) ditentukan berdasarkan :

1) Peta geologi dan peta hidrogeologi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, untuk memperoleh informasi tentang satuan hidrogeologi dan parameter akuifer terutama keterusan (T) dan koefisien kelulusan (k).

2) Peta curah hujan tahunan rata-rata skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, sebagai data masukan untuk penghitungan jumlah imbuhan air tanah di dalam cekungan (Total-Q).

3) Peta aliran air tanah skala lebih besar atau sama dengan 1:100.000, untuk menentukan arah aliran air tanah dan penghitungan jumlah aliran air tanah yang masuk kedalam cekungan (Qin) atau jumlah aliran air tanah yang keluar dari cekungan (Qout).

Berdasarkan informasi seperti disebutkan pada angka 1), 2), dan 3) di atas, batas aliran air tanah ditentukan sebagai berikut :

1) Jika Qin/Total-Q dan Qout/Total-Q cukup berarti, di lokasi yang dikaji (tipe batas C1 dan C2) merupakan batas aliran air tanah masuk dan batas aliran air tanah keluar, artinya Qin dan Qout

perlu diperhitungkan dalam evaluasi potensi cekungan air tanah yang bersangkutan.

2) Jika Qin/Total-Q dan Qout/Total-Q tidak berarti, Qin dan Qout dapat diabaikan. Artinya, tipe batas C1 dan C2 dapat ditentukan sebagai batas tanpa aliran eksternal atau sebagai tipe batas A1.

3.2 Batas Vertikal Cekungan Air Tanah

Penentuan batas vertikal dilakukan untuk mengetahui batas, sebaran, dan dimensi cekungan air tanah pada arah vertikal.

Penentuan batas vertikal cekungan air tanah dilakukan sebagai berikut.

a. Batas Tanpa Aliran Internal (Tipe Batas A2)

Batas tanpa aliran internal ditentukan berdasarkan peta geologi dan peta hidrogeologi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, hasil analisis pendugaan geofisika, dan penampang litologi dari hasil kegiatan pengeboran, untuk memperoleh informasi tentang sebaran dan dimensi akuifer dan bukan akuifer secara vertikal.

Berdasarkan informasi seperti disebutkan di atas, batas tanpa aliran internal adalah bidang kontak antara akuifer dan bukan akuifer yang mengalasinya atau yang berfungsi sebagai dasar akuifer (aquifer basement). Batas itu dapat berupa bidang keselarasan atau ketidakselarasan.

b. Batas Muka Air Permukaan Internal (Tipe Batas B2) Batas muka air permukaan internal ditentukan berdasarkan :

1) Peta geologi dan peta hidrogeologi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, hasil analisis pendugaan geofisika, dan penampang litologi dari hasil kegiatan pengeboran, untuk memperoleh informasi tentang ketebalan akuifer di bawah kanal atau sungai (d) dan ketebalan maksimum akuifer utama (d3-maks dan d4-maks) yang berada di kedua sisi kanal atau sungai (Akuifer-3 dan Akuifer-4).

2) Peta topografi skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, untuk memperoleh informasi lokasi dan sebaran kanal dan sungai.

3) Hasil analisis data pengukuran atau rekaman kedudukan muka air kanal dan muka air sungai, untuk memperoleh informasi tentang kedudukan muka air kanal dan muka air

(6)

Berdasarkan informasi seperti pada angka 1), 2) dan 3) di atas, batas muka air permukaan internal ditentukan sebagai berikut.

1) Jika d/d3-maks > 5% dan d/d4-maks > 5%, tipe batas B2 merupakan batas vertikal bagian atas cekungan air tanah, artinya Akuifer-3 dan Akuifer-4 berada dalam satu cekungan air tanah.

2) Jika d/d3-maks  5% dan d/d4-maks  5%, tipe batas B2 merupakan batas lateral cekungan air tanah, artinya Akuifer-3 dan Akuifer-4 berada pada cekungan air tanah yang berbeda.

3) Jika d/d3-maks > 5% dan d/d4-maks < 5%, tipe batas B2 merupakan batas lateral cekungan air tanah dari Akuifer-4.

4) Jika d/d3-maks < 5% dan d/d4-maks > 5%, tipe batas B2 merupakan batas lateral cekungan air tanah dari Akuifer-3.

c. Batas Muka Air Tanah Bebas (Tipe Batas D)

Batas muka air tanah bebas ditentutkan berdasarkan peta muka air tanah bebas skala lebih besar atau sama dengan 1:250.000, untuk memperoleh informasi tentang kedudukan muka air tanah.

Berdasarkan informasi seperti disebutkan di atas, batas muka air tanah bebas adalah bidang yang merupakan tempat kedudukan muka air tanah tersebut.

4. PENAMAAN CEKUNGAN AIR TANAH

Suatu cekungan air tanah perlu ditentukan namanya untuk memudahkan identifikasi pengelolaan air tanah pada cekungan yang bersangkutan.

Tata cara penamaan cekungan air tanah adalah sebagai berikut :

a. Nama cekungan air tanah maksimum terdiri atas dua nama lokasi geografi, yakni nama ibu kota provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, nama danau, rawa, sungai, pulau, teluk, dan bukit.

b. Jika dalam suatu cekungan air tanah dijumpai satu lokasi ibu kota provinsi, nama cekungan air tanah adalah nama ibu kota provinsi tersebut. Misal : Cekungan Air tanah (CAT) Jakarta.

c. Jika dalam suatu cekungan air tanah dijumpai satu lokasi ibu kota provinsi dan lebih dari satu ibu kota kabupaten/kota, nama cekungan air tanah adalah nama ibu kota provinsi dan nama ibu kota kabupaten/kota yang mempunyai peringkat luas cakupan dominan. Misal : CAT Serang- Tangerang.

d. Jika dalam suatu cekungan air tanah dijumpai satu lokasi ibu kota kabupaten/kota, nama cekungan air tanah adalah nama ibu kota kabupaten/kota tersebut. Misal : CAT Bogor.

e. Jika dalam suatu cekungan air tanah dijumpai lebih dari satu lokasi ibu kota kabupaten/kota, nama cekungan air tanah adalah dua nama ibu kota kabupaten/kota dengan urut-urutan sesuai dengan peringkat luas cakupannya. Misal CAT Magelang-Temanggung.

f. Jika dalam suatu cekungan air tanah tidak dijumpai lokasi ibu kota provinsi dan atau kabupaten/kota, atau cekungan tersebut terlampar mencakup beberapa lokasi ibu kota provinsi dan atau kabupaten/kota dalam suatu wilayah sungai, nama cekungan air tanah adalah nama geografi/hidrologi yang lebih dikenal seperti nama ibu kota kecamatan, pulau, bukit, teluk, danau, rawa, dan sungai/wilayah sungai. Misal CAT Rawa Danau dan CAT Brantas.

Gambar

Gambar 1  Tipe Batas Cekungan Air Tanah
Gambar 3 Contoh Cekungan Air Tanah Lintas Kabupaten / Kota

Referensi

Dokumen terkait

Peta bentuklahan kemudian di tumpang susun ( overlay ) dengan peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan dan peta tanah dengan skala masing-masing 1 : 50.000 akan diperoleh

Penyusunan laporan meliputi hasil kegiatan di lapangan berupa peta geologi dengan skala 1 : 12.500, serta hasil analisis kestabilan lereng berupa laporan

Sementara itu berdasarkan stratigrafi akuifer hasil pendugaan geolistrik menunjukkan bahwa akuifer bebas dengan material berupa pasir dan kerikil dapat dijumpai

Hasil pendugaan keterdapatan air tanah pada lintasan geolistrik G-2 di desa Nagsri, berada pada lapisan yang sama dengan pengukuran geolistrik di titik G-1 di desa Bendan yaitu

Sementara itu berdasarkan stratigrafi akuifer hasil pendugaan geolistrik menunjukkan bahwa akuifer bebas dengan material berupa pasir dan kerikil dapat dijumpai

Perbandingan parameter parameter yang didapat dari model dan input yang dipakai dalam simulasi dapat dilihat dalam Tabel 1 Gambar 1 dan 2 menunjukkan perbandingan antara data

Hasil simulasi kondisi tunak yang cukup baik tersebut ditunjukkan oleh perbedaan antara per- mukaan air tanah hasil simulasi dan permukaan air tanah hasil pengukuran pada Layer

Bila dilihat pada Peta Geologi Gunung Bromo, anomali pola aliran sungai tersebut diakibatkan oleh adanya endapan ignimbrit hasil letusan besar yang membentuk kipas