• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DI KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DI KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

DI KABUPATEN ENREKANG

Jumarni ludding1, Budi Setiawati2, Jaelan Usman3

1,2,3

Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip Unismuh Makassar e-mail: jumarniludding2@gmail.com

Abstract

This study aimed to find out the effectiveness of the Integrated Service Center for Women Empowerment and Child Protection. The method used qualitative descriptive research. Data collection techniques through interviews with 7 informants. Based on the author's view, the appointed informants had knowledge and considered potential in providing information about the effectiveness of the Integrated Service Center for Women Empowerment and Child Protection in Enrekang Regency. The results showed that the effectiveness of the Integrated Service Center for the Empowerment of Women and Children in handling violence against women and children in Semarang Regency was not effective yet. This could be proven by three aspects, namely the achievement of goals where there was a lack of socialization activities so that there were still many people who did not know the existence of P2TP2A, the integration aspect was less effective because P2TP2A did not communicate with external agencies and the adaptation aspect was less effective because of lack of facilities and infrastructure to support it. community service activities.

Keywords: Effectiveness, Integrated Services, Child Protection.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian kualitatif.Dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif.Peneliti mengunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan informan sebanyak 7 orang. Berdasarkan pandangan penulis bahwa informan yang telah ditunjuk mempunyai pengetahuan dan dianggap berpotensi dalam memberikan informasi tentang Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Enrekang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Semarang belum efektif. . Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tiga aspek yaitu pencapaian tujuan dimana kurangnya kegiatan sosialisasi sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan P2TP2A, aspek integrasi dikatakan kurang efektif sebab P2TP2A kurang melakukan komunikasi dengan instansi ekstenal serta aspek adaptasi dikatakan kurang efektif sebab kurangnya sarana dan prasarana dalam mendukung kegiatan pelayanan terhadap masyarakat.

Kata kunci: Efektivitas, Pelayanan Terpadu, Perlindungan Anak.

1. PENDAHULUAN

Kekerasan merupakan isu yang sangat kompleks baik di Negara maju maupun berkembang. Terlebih lagi fenomena tindakan kekerasa yang dialami perempuan dan anak saat ini cenderung dari tahun ketahun semakin meningkat. Kekerasan Seksual merupakan kejahatan yang telah ada sejak dahulu dan

sampai sekarang pun masih menjadi kejahatan yang menyelimuti keberadaan manusia di Indonesia. Kekerasan seksual merupakan bentuk kontak seksual atau bentuk lain yang tidak diinginkan secara seksual. Kekerasan seksual biasanya disertai dengan tekanan psikologis atau fisik (OBarnett et al., dalam Matlin, 2008).

(2)

Semakin ironis ketika yang menjadi korban Kekerasan Seksual tidak hanya orang dewasa, tetapi anak dibawah umur juga sering menjadi korban kekerasan ini. Anak sebagai generasi penerus pembangunan dan penerus cita- cita bagi kemajuan suatu bangsa ketika mengalami Kekerasan Seksual kemungkinan besar akan menyebabkan ia tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar.

Berbicara mengenai perlindungan dan hak anak, bangsa Indonesia sendiri sebenarnya telah menaruh perhatian khusus terhadap anak sejak tahun 1945 dalam Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 28B ayat 2, yang mengamanatkan bahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Selain itu, pemerintah juga meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui UU No. 10 Tahun 2012, yang mewajibkan negara untuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, baik dari sisi pencegahan maupun penanganan, termasuk memberi bantuan dan perlindungan bagi korban kekerasan (Pasal 19). Dan kemudian menerbitkan UU No. 23 Tahun 2002 yang diubah menjadi UU. No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa negara menyediakan pendekatan menyeluruh untuk perlindungan anak yang mengacu pada Konvensi Hak Anak (STRANAS PTKA2016-2020)

Mengacu pada beberapa peraturan perundangan yang telah ditetapkan di atas, lembaga atau instansi pemerintah yang mengurusi hal ini juga turut dirancangkan untuk mendukung terimplementasinya undang–undang tentang perlindungan anak tersebut. Misalnya saja seperti instansi pusat yakni Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, namun seiring dengan otonomi daerah serta reformasi pelayanan publik, lembaga–lembaga fungsional juga berdiri pada setiap daerah kabupaten/kota untuk mengurusi hal anak, yang tentunya dibawahi oleh kedua lembaga tersebut, dengan harapan bahwa lembaga/instansi pemerintah turunan yang ada dapat memberikan penanganan yang lebih cepat dan intens jika kelak berbagai masalah anak terjadi pada daerah yang bersangkutan.

Anak dapat berkembang dan tumbuh secara mental, fisik maupun sosial, maka anak harus mendapatkan perlindungan yang maksimal baik oleh perlindungan di dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan atau lingkungan sekolah maupun di lingkungan sosial bahkan di manapun seorang anak berinteraksi dalam kehidupannya. Namun sayangnya, anak yang seharusnya mendapatkan perlakuan baik pada kenyataannya seringkali anak mendapatkan perlakuan yang tidak sepatutnya misalnya penganiayaan, kekerasan seksual, perlakuan kasar, bahkan dibunuh baik yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya yaitu keluarga, di lingkungan tempat tinggal, di lingkungan sekolah atau di tempat tempat lain baik oleh orang yang dikenal maupun yang tidak dikenalnya. Anak yang menjadi korban kekerasan dalam kehidupannya ini menunjukkan bagaimana lemahnya posisi anak ketika mengalami kekerasan terhadap dirinya.Anak sangat rentan terhadap kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya, di ruang-ruang publik, bahkan di rumahnya sendiri.

Tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur menjadi perhatian publik, bukan hanya 1, tetapi lebih dari 10 korban kekerasan. Termasuk di Kabupaten Enrekang kekerasan terhadap anak dari tahun ketahun semakin meningkat, pada tahun 2017 kasus kekerasan di Kabupaten Enrekang mencapau 12 kasus kekerasan sedangka ditahun 2018 menurun menjadi 18 kasus kekerasan, tetapi pada tahun 2019 kekerasan di Kabupaten Enrekang maningkat menjadi 34 kasus kekerasan.

Kekerasan menjadi salah satu masalah serius di Kabupaten Enrekang dan ironisnya yang menjadi korban kekerasan yaitu anak di bawa umur yang akan berdampak buruk seperti gangguan mental, trauma yang berkepanjangan sehingga anak tidak menikmati masa kecilnya. Hal ini bertentangan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 7 Tahun 2018 Pasal 6 Tentang Perlindungan Perempuan Dan Anak menyebutkan bahwa:

“Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta

(3)

memperoleh perlindungan dari tindakan diskriminasi”

Sebagai organisasi pemerintah yang memiliki fungsi sebagai pelaksana urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dari tindakan kekerasan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang memiliki peran yang sangat berat dalam melaksanakan fungsinya, mengingat masih banyaknya kasus kekerasananak di Kabupaten Enrekang.

Banyaknya bentuk kasus kekerasan pada anak juga dipengaruhi oleh media sosial dan lingkungan pergaulan serta kelonggaran orang tua dalam mangawasi anaknya. Dalam hal ini Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) merupakan sebuah lembaga yang mewadai penyelenggaraan layanan terpadu meliputi penyediaan, pencegahan dan penyelenggaraan pelayanan terpadu bagi korban mencakup rehabilitas sosial, reintegrasi sosial, pelayanan rehabilitasi dan bantuan hukum serta pemantauan dan evaluasi. Ada beberapa upaya yang dilakukana lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak yaitu berupa sosialisasi kesetiap desa-desa yang ada di Kabupaten Enrekang mengenai kekerasan terhadap anak yang terjadi di Kabupaten Enrekang.

Sry selaku Ketua Komunitas Kounitas Pemerhati Perempuan dan Anak Massenrempulu mengemukakan salah satu yang menjadi masalah bagi anak sampai saat ini masih permasalahan yang sama yakni kekerasan, baik itu secara seksual ataupun fisik. Oleh karena itu, diperlukan langka kreatif untuk melakukan tindakan pencagahan terhadap kasus kekerasan terhadap anak.Dan juga untuk semua elemen khususnya orang tua agar lebih memperhatikan dan mengawasi anaknya, jangan terlalu mudah memberikan anak gadged yang justru membuat mereka tergantung terhadap hal itu sehingga dapat memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan pola pikir dan karakter anak.Karena pada saat ini bukan penanganan kasus yang harus selalu dilakukan tapi upaya pencegahan yang harus diutamakan.

(tribunnews 2019). Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Menurut Kosakata Bahasa Indonesia

Efektif adalah berhasil banyak, Hasil/akibat Jadi, efektivitas adalah keaktifan, daya guna untuk mencapai sesuatu yang dituju.

Efektifitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian yang efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya

Efektivitas organisasi menunjuk pada tingkat jauh suatu organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber daya yang ada. Selain itu, efektivitas organisasi juga menyangkut dua aspek yaitu tujuan organisasi dan pelaksanaan fungsi atau cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Efektivitas organisasi juga mencakup pengertian kemampuan dalam melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan, program, atau misi) suatu organisasi, produktivitas organisasi, dan tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara anggota organisasi (Syaroh & Widowati, 2018)

Mengukur efektivitas Menurut Duncan (dalam Steers, 1985:53) mengungkapkan ada 3 indikator dalam efektifitas sebagai berikut: 1.

Pencapaian tujuan Pencapaian tujuan adalah keseluruan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya.

2. Integrasi Pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. 3. Adaptasi Kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan program dengan keadaan dilapangan.Adaptasi terdari dari beberapa faktor yaitu peningkatan sarana, prasarana dan kemampuan.(Syaroh &

Widowati, 2018)

Adapun menurut Handoko berpendapat efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Siagian (2008:151) berpendapat bahwa efektivitas terkait penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya

(4)

atau dapat dikatakan apakah pelaksanaan sasuatu tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah ukuran dalam pelaksanaan tujuan secara tepat sesuai ketetapan sebelumnya.(Panguliman et al., 2018)

Beberapa pendapat diatas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, bahwa konsep efektivitas adalah suatu konsep yang bersifat mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan yang dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.

Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung padasituasi dan nilai- nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang (Krisdyawati &

Yuniningsih, 2019)

Menurut (Fauziyah, 2019) jenis-jenis kekerasan seksual yaitu: a. Perkosaan b.

Intimidasi seksual termasuk ancaman atau percobaan perkosaan, yaitu: Tindakan yang menyerang seksualitas untuk menimbulkan rasa takut atau penderitaan psikis pada perempuan korban. Intimidasi seksual bisa disampaikan secara langsung maupun tidak langsung melalui surat, sms, email, dan lain- lain. Ancaman atau percobaan perkosaan juga bagian dari intimidasi seksual.c. Pelecehan Seksual, yaitu: Tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun nonfisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas.

Termasuk menggunakan siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukan materi pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan dibagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah

kesehatan dan keselamatan, d. Eksploitasi seksual, yaitu: Tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang timpang atau penyalahgunaan kepercayaan, untuk tujuan kepuasan seksual, maupun untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk uang, sosial, politik dan lainya.

Perdagangan Perempuan untuk tujuan Seksual, e. Prostitusi Paksa, yaitu: Situasi dimana perempuan mengalami tipu daya, ancaman maupun kekerasan untuk menjadi pekerja seks. f. Perbudakan Seksual, g. Pemaksaan perkawinan, termasuk cerai gantun, h.

Pemaksaan Kehamilan, yaitu: Situasi ketika perempuan dipaksa dengan kekerasan maupun ancaman kekerasan untuk melanjutkan kehamilan yang tidak dia kehendaki. i.

Pemaksaan Aborsi, j. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi, k. Penyiksaan Seksual, l.

Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual, m. Praktik tradsi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan, yaitu: Kebiasaan masyarakat, kadang ditopang dengan alasan agama dan atau budaya, yang bernuansa seksual dan dapat menimbulkan cidera secara fisik, psikologis maupun seksual pada perempuan. Kebiasaan ini dapat pula dilakukan untuk mengontrol seksualitas perempuan dalam perspektif yang merendahkan perempuan

Dari sejumlah pendapat pakar, bahwa faktor penyebab kekerasan seksual setidak- tidaknya adalah sebagai berikut; a. Pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak mengahargai etika berpakaian yang menutup aurat, yang dapat merangsang pihak lain untukberbuat tidak senonoh dan jahat. b. Gaya hidup atau mode pergaulan diantara laki-laki dengan perempuan yang semakin bebeas, tdak atau kurang bias lagi membedakan antarayang seharusnya boleh dikerjakan dengan yang dilarang dalam hubungannya dengan kaedah akhlak mengenai hubungan laki-laki dengan perempuan, c. Rendahnya pengamalan dan pengamatan terhadap norma-normakeagamaan yang terjadi di tengah masyarakat. Nilai-nilai keagamaan yang semakin terkikis di masyarakat atau pola relasi horizontal yang cenderung makin meniadakan peran agama adalah sangat potensil untuk mendorong seorang berbuat jahat dan merugikan orang lain, d. Tingkat control masyarakat (social control), yang rendah, artinya berbagai perilakau yang diduga sebagai penyimpangan,

(5)

melanggar hukum dan norma keagamaan kurang mendapatkan responsi dan pengawasan dari unsur-unsur masyarakat, e. Putusn hakim yang terasa tidak adil, seperti putusan yang cukup ringan yang dijatuhkan pada pelaku.

Hal ini dimungkinkan dapat mendorong anggota-anggota masyarakat lainnya untuk berbuat keji dan jahat.Artinya mereka yang hendak berbuat jahat tidak merasa takut lagi dengansanksi hukum yang akan diterimanya, f.

Ketidak mampuan pelaku untuk mengendalikan emosi dan nafsu seksualmya.

Nafsu seksualnya dibiarkan mengembara dan menuntutnyadicarikan kompensasi pemuasnya, g. Keinginan pelaku untuk melakukan (melampiaskan) balas dendamterhaap sikap, ucapan (keputusan), dan perilaku korban yang menyakitidan merugikannya

Beberapa pendapat diatas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, bahwa konsep efektivitas adalah suatu konsep yang bersifat mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan yang dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.

2. METODE

Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran mengenai dinamika Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Enrekang yang terjadi secara obyektif, maka jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang berusa menemukan makna, menyelidiki proses, Memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok atau sitiasi.

Tipe penelitian yang digunakan yaitu tipe deskriptif (menggambarkan) dengan pendekatan kualitatif yaitu tipe penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, hal tersebut didasarkan karena penelitian ini menghasilkan data-data berupa kata-kata menurut informan, apa adanya sesui

dengan pertanyaan penelitiannya yang artinya memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah yang diteliti, mengidentifikasi dan menjelaskan data yang ada secara sistematis.

Tipe deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencata, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang terjadi.(Mardalis, 2010)

Adapun pihak-pihak yang menjadi informan yang dapat memberikan data sesuai dengan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut: 1). Sekertaris Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak.

2). Kepala Bidang Pengaduan dan Pendampingan. 3). Kepala Bidang Kesehatan Dan Konseling. 4). Ketua Komunitas Pemerhati Peremuan dan Anak Massenrempulu 5). Masyarakat yang ada di Kabupaten Enrekang.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Enrekang yang selanjutnya disingkat P2TP2A adalah Pusat Pelayanan Terpadu dan terintegrasi bagi Perempuan dan Anak Korban tindak Kekerasan meliputi pengaduan, Pendampingan, rujukan Kasus memerlukan penaganan medis, konseling psikologis, bantuan hukum, pemulangan dan reintegrasi.

P2TP2A berlokasi di Jl.Buttu Juppandang No 65, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Penaganan pengaduan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyelenggara layanan terpadu (P2TP2A) untuk menindaklanjuti laporan adanya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang diajukan oleh korban, keluarga dan masyarakat, P2TP2A dibentuk tahun 2018 melalui Surat Keputusan BupatiNomor : 463.05/250/Kep/IX/2020 Tentang Pembentukan Tim Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Enrekang Tahun 2018.

Tugas pokok Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Enrekang yaitu untuk menyelenggarakan yang menjadi urusan pemerintah dalam bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, kususnya

(6)

dalam hal pengaduan, Pendampingan, rujukan Kasus memerlukan penaganan medis, konseling psikologis, bantuan hukum, pemulangan dan reintegrasi. Untuk melaksanakan tugas pokok Pusat Pelayanan terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak memiliki fungsi sebagai berikut: a. Penaganan Pengaduan dan pendampingan perempuan dan korban kekerasan; b. Penyelenggaraan rujukan kasus yang memerlukan pelayanan kesehatan dan konseling bagi perempuan dan anak kornam kekerasan; c. Memfasilitasi rehabilitasi social bagi perempuan dan anak korban kekerasan; d. Penegakan dan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan; e. Pemulangan dan reintegrasi social bagi perempuan dan anak korban kekerasan; f. Memfasilitasi pemberdayaan perempuan dan anak korban kekerasan dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pengambilan keputuasan dalam rangka terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender

Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai- nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang

Kekerasan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak dimana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual.

Melihat kecenderungan yang terjadi, diprediksin jumlah kasus pencabulan dan kekerasan seksual pada anak terus meningkat.

Ini terjadi karena lingkungan atau dunia anak belum bertambah baik dan belum nyaman.

Berbagai faktor menjadi penyebab anak rentang menjadi korban pencabulan, kekerasan seksual

Salah satunya permasalahan tindak kekerasan terhadap anak saat ini sering terjadi karena kurang maksimal penanganan dan kasus tindak kekerasan yang terjadi semakin bartambah, oleh karena itu melihat dari penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Duncan (dalam Steers, 1985:53) yaitu Pencapaian tujuan, Integrasi dan Adaptasi. Upaya penanganan sangat penting untuk pencegahan tindak kekerasan

terhadap anak dengan melakukan pencapaian tujuan, pencapaian tujuan yang dimaksud yaitu menyelesaikan kasus kekerasan terhadap anak dengan kurun waktu yang telah ditentukan, malakukan integrasi yaitu dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat-masyarakat, melakukan adaptasi yaitu penyesuaian terhadap masyarakat atau korban kekerasan dengan memberkan sarana prasarana agar korban tindak kekerasan medapatkan kenyamanan dan adanya perubaha di masa akan datang

Mencemati pandangan Duncan diatas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Duncan agar dapat diharapkan mengukur Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pembardayaan Perempuan dan Perlindugan Anak di Kabupaten Enrekang.

Pencapaian Tujuan

Tujuan sangat penting dirumuskan dengan jelas karena akan digunakan sebagai tolak ukur pembentukan organisasi pemerintah maupun swasta. Tujuan tersebut dapat melahirkan berbagai macam fungsi dan fungsi- fungsi tersebut dapat memperkuat organisasi dan memberikan fokus bagi kegiatan-kegiatan organisasi untuk mencapai hasil-hasil yang dikehendaki secara baik. Dalam hal ini keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya.

Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor..yaitu kurun waktu dan sasarn yang merupakan target kongkrit.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti menilai bahwa Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Enrekang dalam melakukan pencapaian tujuan belum efektif dimana P2TP2A dalam melakukan perencanaan sepetri melakukan kegiatan penjangkauan secara langsung terhadap korban, penyuluhan, sosialisasi, dan membentuk forum anak belum maksimal itu yang mengakibatkan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan P2TP2A, dan juga ada beberapa kecamata yang belum dilakukan forum anak

(7)

sampai saat ini, selain itu dalam melakukan pengontrolan sumber daya manusia masih banyak anggota P2TP2A yang kurang respon dalam melakukan pencegahan kekerasan anak di Kabupaten Enrekang.

Integritas

Integritas adalah pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, komunikasi yang terjalin antara anggota P2TP2A, dan kerja sama dengan organisasi atau lembaga yang terkait di kabupaten Enrekang.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara peneliti menilai Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Enrekang dalam melakukan integrasi masih belum baik dimana P2TP2A dalam melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisian, Dinas Pemberdayaan Perempuan, LSM yang ada di Kabupaten Enrekang dan sebagainya masih biasa terjadi diskomunikasi.

Dan untuk sosialisasi yang dilakukan oleh P2TP2A yang bekerja sama dengan instansi dan LSM di Kabupaten Enrekang salah satunya dari Komunitas Pemerhati Perempuan dan Anak Massenrempulu masih kurang maksimal dimana masih ada beberapa Kecamatan yang sampai saat ini belum di adakan sosialisasi, itu yang mengakibatkan beberapa masyarakat di Kabupaten Enrekang belum mengetahui adanya Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Kabupaten Enrekang.

Adaptasi

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan individu untuk menyelaraskan terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari peningkatan kemampuan dan sarana prasarana.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara peneliti menilai Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Enrekang dalam melakukan adaptasi masih kurang efektif, dimana dari pihak P2TP2A sudah melakukan pelayana terhadap korban sesuai dengan Standar Operasional yang ditetapkan oleh P2TP2A, namun kondisi sarana prasarana yang kurang memadai yang mengakibatkan kurang efektifnya pelayanan

yang dilakukan P2TP2A di Kabupaten Enrekang, dan juga kurangnya kesadaran masyarakat yang didasari ketidak tahuan dalam menyesuaikan lingkungan yang rentang terhadap masalah kekerasan menjadi faktor tidak efektivnya penyesuaian dalam upaya pencagahan kekerasan anak di Kabupaten Enrekang.

4. KESMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Pemberdayaan Anak di Kabupaten Enrekang maka dapat ditarik kesimpulan, dalam kasus pencegahan kekerasan terhadap anak di Kabupaten Enrekang belun Efektif. Hal ini dapat di buktikan dari fenomena pencapaian tujuan belum efektiv dimana masih ada beberapa kecamata yang belum pernah dilakukan penyuluhan dan sosialisasi itu yang mengakibatkan ada beberapa masyarakat yang belum mengetahui adanya P2TP2A dan juga ada beberapa Kecamatan yang belum pernah di bentu forum anak sampai saat ini.

Selanjutnya untuk fenomena integrasi masih belum efektif dimana dalam melakukan koordinasi antara pihak P2TP2A dengan instansi terkait dan LSM yang ada di Kabupaten Enrekang masih terjadi diskomunikasi sehingga kegiatan yang dilakukan P2TP2A seperti sosialisasi masih kurang dimana masih ada beberapa Kecamatan di Kabupaten Enrekang belum di adakan sosialisasi yang mengakibatkan masih ada beberapa masyarakat belum mengetahui adanya P2TP2A di Kabupaten Enrekang . Selanjutnya untuk adaptasi dari sisi pihak P2TP2A sudah memberikan pelayanan sesuai dengan Standar Operasional yang di tetapkan oleh P2TP2A namun kondisi sarana dan prasaran mempengaruhi pelayanan yang diberikan P2TP2A terhadap korban kekerasan di Kabupaten Enrekang.

5. REFERENSI

Fadilah, U., Jumiati, I. E., & Yulianti, R.

(2014). Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap

(8)

Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Fauziyah, E. (2019). Efektivitas Logotherapy Dalam Mengatasi Kecemasan Pada Remaja Akhir Korban Kekerasan Seksual (Studi di Kel. Sumur Pecung Kec. Serang Kota Serang). UIN SMH BANTEN.

Krisdyawati, A. R., & Yuniningsih, T. (2019).

Efektivitas Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Semarang dalam Penanganan kasus kekerasan terhadap Anak Di Kota Semarang. Journal of Public Policy and Management Review, 8(2), 239–264.

Mardalis, M (2010). metode penelitian suatu pendekatan proposal. bumi aksara.

Matlin, M.W. (2008). The Psychology of Woman. (6tn ed) United State of America:Thomson Wardsworth.

Moleong.2018. Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Na’mah, H. (2019). Efektivitas Undang- undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap pelaksanaan program Sakera Jempol (Sadari Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Dengan Jemput Bola) Kabupaten Pasuruan. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Panguliman, A. E. K., Kimbal, M., & Undap, G. (2018). Efektivitas Kerja Aparatur Sipil Negara Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik (Studi di Rumah sakit umum daerah Kabupaten Minahasa Selatan). JURNAL EKSEKUTIF, 1(1).

Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016-2020. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2017

Streers,Richard.1985. Efektivitas Organisasi.

Jakarta: Erlangga

Syaroh, D. M., & Widowati, N. (2018).

Efektivitas Pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2tp2a) Di Kabupaten Semarang (Studi Tentang Penanganan Pengaduan Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak). Journal of Public Policy and Management Review, 7(3), 228–245.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ekstrak etanol daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC) dapat menurunkan

Ketiga berkaitan dengan spiritualitas, wawasan dunia Kris- ten memperluas pemahaman tentang Allah dan Trinitas yang peran, natur dan eksistensinya memben- tuk

Kegiatan penelitian lontar ini be- gitu penting karena dapat menyelamatkan sebuah tradisi dari kepunahannya, yakni tradisi per- naskahan lontar (Sastra lontar) sebagai salah satu

Tabel 4.16 Hasil pengujian respon sistem terhadap perubahan

Pada tahap ini pelaksanaan dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai guru sekaligus praktis dalam pembelajaran dikelas dalam kolaborasi dengan guru kelas IV SD N citigeu

1) Sistem yang lama masih menggunakan pencatatan secara manual sedangkan yang baru sudah terkomputerisasi. 2) Sistem baru tidak bayak memakan tempat buat peletakan arsip / file

Ekstrak kasar enzim lipase kemudian diuji aktivitasnya dengan metode Titrimetri dan diukur kadar proteinnya dengan metode Lowry.. Uji aktivitas enzim lipase metode Titrimetri

Kerjasamanya bisa antar pustakawan maupun dengan sesama perpustakaan.” Lebih lanjut Epstein menyatakan bahwa “ide­ide kreatif tidak muncul begitu saja dari dalam otak kita, melainkan