Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Saat ini dunia telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Hal tersebut menyebabkan persaingan bisnis yang semakin ketat di bidang industri manufaktur. Untuk memenangkan persaingan tersebut, maka setiap perusahaan dituntut untuk melakukan proses improvement secara terus menerus. PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan penghasil tepung terbesar di Indonesia. PT. XYZ memiliki empat departemen yang bertanggung jawab terhadap kegiatan produksinya yaitu departemen Milling, departemen Flour Silo and Bulk Packing (FSBP), departemen Blending Silo Bulk Packing (BSBP), dan departemen Silo. Dari ke empat departemen tersebut, departemen Flour Silo and Bulk Packing (FSBP) merupakan salah satu departemen yang memiliki fungsi penting karena setelah tepung mengalami berbagai macam proses pengolahan, tepung akan dibawa ke departemen ini untuk ditampung dan dilakukan proses pengemasan hingga menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Departemen FSBP terdiri dari empat sub departemen. Struktur organisasi untuk departemen FSBP dapat dilihat pada gambar I.1
FSBP
FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING
FLOUR SILO AND BULK
BY PRODUCT PACKING FLOUR PACKING FLOUR SILO FLOUR BULK
Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP
Berikut merupakan penjabaran Job Description dari masing–masing subdepartemen di FSBP:
Flour Silo : merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengendalikan operasional flour silo sesuai dengan standar kualitas perusahaan untuk menjamin terlaksananya flexible manufacturing, flour blending system, dan silo management yang efektif
Flour Bulk Packing & Jumbo : merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengendalikan seluruh aktivitas loading flour bulk dan jumbo (kemasan 200 kg) sesuai dengan rencana target produksi atau pengemasan yang ditetapkan untuk menjamin konsistensi mutu, ketepatan dan kecepatan layanan serta efisiensi biaya.
Flour Packing : merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengendalikan seluruh aktivitas pengemasan sesuai dengan rencana target produksi atau pengemasan yang ditetapkan untuk menjamin konsistensi mutu, ketepatan dan kecepatan layanan serta efisiensi biaya.
By Product Packing : merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengendalikan seluruh aktivitas pengemasan by product (sisa dari proses produksi tepung) sesuai dengan rencana target produksi atau pengemasan atau pengemasan yang ditetapkan untuk menjamin konsistensi mutu, ketepatan dan kecepatan layanan serta efisiensi biaya.
Peralatan–peralatan yang digunakan pada departemen FSBP dapat dilihat pada tabel I.1.
Tabel I.1 Tabel peralatan yang digunakan di FSBP
No Nama Alat Fungsi
1 Blower Alat transportasi tepung dengan tenaga angin/udara yang ditiupkan dengan tekanan tinggi
2 Silo Wadah sebelum tepung di packing
3 Carrousel Mesin untuk pengemasan tepung ke dalam kantong
4 Mesin Jahit Alat untuk menjahit kantong yang telah diisi
Tabel I.1 Tabel Peralatan yang digunakan di FSBP Lanjutan
No Nama Alat Fungsi
5 Cyclone Alat pemisah udara dengan tepung
6 Airlock Alat pengunci udara
7 Screw Conveyor Alat transportasi yang menggunakan blade spiral yang digerakkan dengan motor
8 Bucket elevator Alat transportasi tepung secara vertikal dengan menggunakan mangkuk – mangkuk yang dikaitkan dengan belt
9 Extractor Alat transportasi dengan sistem conveyor spiral yang berfungsi mengeluarkan tepung dari dalam silo dengan rpm tertentu
10 Weigher Timbangan yang digunakan untuk
menimbang tepung yang akan dikeluarkan carrousel
11 Rebolt Shifter Alat pengayak tepung yang berasal dari torn bag dan gagal jahit
12 Chain conveyor Alat transportasi tepung secara horizontal dengan menggunakan dorongan rantai
Sumber : Operator FSBP
Secara garis besar alur proses pembuatan tepung yang terjadi pada departemen
FSBP ialah FSBP menerima produk siap kemas dari FAM yang dialirkan melalui
pipa sebanyak 4 line dengan alat berupa Chain Conveyor. Produk kemudian
dialirkan menuju Silo yaitu tempat penampungan tepung sementara yang terbagi
menjadi empat grup (A,B,C,D) dengan masing–masing grup terdiri dari 14 Silo
dimana tiap silonya mempunyai kapasitas 186 ton dan mesin Carrousel. Produk
kemudian dialirkan melalui 4 line chain conveyor menuju FSBP yang dijelaskan
dengan tabel 1.2.
Tabel I.2 Tabel aliran dari FAM menuju FSBP
No Jenis Line Kapasitas Muatan Grup tujuan 1 Line E 40 ton / jam Flour Silo A1 – A4
Flour Silo A dan B (genap)
2 Line F 90 ton / jam Flour Silo semua A dan B 3 Line G 180 ton / jam Flour Silo A dan B
(genap)
Flour Silo C dan D (ganjil)
4 Line H 180 ton / jam Flour Silo semua C dan D
Sumber : Operator FSBPSetelah tepung terigu sampai ke silo kemudian dikeluarkan melalui jalur Extractor
dengan menggunakan Screw Conveyor kemudian disatukan dalam Chain
Conveyor. Selanjutnya tepung dialirkan melalui Bucket Elevator lalu ke Rebolt
Shifter untuk mengalami proses pengayakan dari benda asing. Tepung selanjutnya
menuju Chain Conveyor kemudian ke Hopper lalu ke Carrousel yang memiliki 2
Weigher. Mesin Carrousel ini memiliki corong packer yang berfungsi menyedot
udara didalam karung sehingga karung dapat terisi tepung dengan optimal. Proses
akhir ialah penjahitan karung dengan menggunakan mesin jahit. Berikut
merupakan aliran proses dari tepung di departemen FSBP
MILL
FAM ( Feeding After Mill )
FLOUR SILO
SHIFTER SHIFTER
SEKSI BPP
TIMBANGAN CAROUSEL MESIN JAHIT
PACKING
TIMBANGAN CAROUSEL MESIN JAHIT Bulk System
Pelet Press
FPS ( Finish Product Store )
Delivery
IF,Pollard,Bran Tepung Terigu
Broken Bags Broken Bags
Gagal jahit
Gagal jahit Flour Packing
Gambar I. 2 Aliran proses tepung di departemen FSBP
Sebagai salah satu departemen yang memiliki pengaruh besar terhadap proses
produksi tepung sampai siap di pasarkan ke kosumen, departemen FSBP dituntut
untuk selalu meningkatkan efektivitas dari penggunaan mesin–mesin. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi sehingga target produk yang siap
dipasarkan dapat terpenuhi. Peningkatan utilitas dari mesin merupakan hal yang
sangat penting karena mesin merupakan salah satu aset atau investasi utama yang
dimilki perusahaan. Selain itu kelancaran kegiatan produksi juga bergantung pada
mesin. Apabila kinerja mesin tidak optimal maka akan berdampak langsung pada
kualitas produk dan produktivitas perusahaan. PT. XYZ telah menerapkan
kegiatan preventive maintenance. Akan tetapi pada kenyataannya, beberapa mesin
di departemen FSBP khususnya di Flour Packing masih sering mengalami corrective maintenance.
Mesin Carrousel dan mesin jahit merupakan mesin–mesin yang paling sering mengalami corrective maintenance. Kerusakan dari mesin Carrousel sangat berpengaruh terhadap proses packing karena proses packing akan terhenti jika mesin tersebut mengalami kerusakan. Data downtime dari mesin Carrousel dapat dilihat pada tabel I.3.
Tabel I.3 Downtime Mesin Carrousel 2012 Bulan Total Downtime ( hour )
Januari 208,75
Februari 22,63
Maret 19,38
April 15,25
Mei 8,78
Juni 25,83
Juli 11,33
Agustus 7,55
September 15,17
Oktober 15,58
November 21,72
Desember 21,46
Total Downtime 393,42
Sumber : Departemen Maintenance PT. XYZ
Selain itu performansi dari mesin Carrousel juga belum optimal sehingga menyebabkan jumlah output / produk yang dihasilkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan Theoritical output mesin yang dilihat berdasarkan nilai Theoritical Cycle Time untuk jumlah operating time yang sama. Perbandingannya dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel I.4 Performansi mesin berdasarkan output
Bulan Total Operating Time (hours) Theoritical Output (bags) Actual Output (bags)
Januari 8583 6694480 4372208
Februari 8028 6261458 4548780
Maret 9724 7584720 5636769
April 7846 6119490 4507445
Mei 7578 5910710 4455593
Juni 9994 7795450 5835398
Juli 10031 7824440 5933129
Agustus 6289 4905550 3715513
September 9279 7237880 5506755
Oktober 6858 5348850 4036394
Nopember 8885 6930378 5204885
Desember 8246 6431620 4747430
Sumber : Departemen Maintenance PT. XYZ
Kerusakan pada mesin jahit di Flour Packing juga menyebabkan kerugian berupa gagal jahit. Gagal jahit ini menyebabkan tepung harus mengalami reproses untuk di masukkan kembali kedalam Shifter. Hal tersebut menyebabkan kerugian dari segi waktu maupun produk (defect). Berikut merupakan data gagal jahit yang terjadi di Flour Packing yang ditunjukkan pada tabel I.5
Tabel I.5 Gagal Jahit Flour Packing 2012
Bulan Total Packing Total Gagal Jahit
January 4372208 1626
February 4548780 2356
Maret 5636769 2561
April 4507445 972
Mei 4455593 861
Juni 5835398 1150
Juli 5933129 1163
Agustus 3715513 1174
September 5506755 1373
Oktober 4036394 664
November 5204885 2526
Desember 4747430 1209
Total 58500299 17635
Sumber : Departemen Maintenance PT. XYZ