• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

Sri Hery Susilowati

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161

Abstract

The objectives of this study are (a) to analyze the role of agro industry sector on national economy and agriculture household income, and (b) to identify the sequence of influence transmitting from agro industry sector to other sectors, labor and household. The analysis uses the Social Accounting Matrix (SAM) model. The agro industry sector is disaggregated into food and non food industry. The results show that the agro industry sector have a higher role on the national output and the value added as well as the labor creation compare to the primary agriculture sector. However, the agro industry sector has not showed a better role to increase the income of agriculture household as well as non agriculture household. The most direct influence of the food agro industry development is transmitted to the agriculture labor, meanwhile the most direct influence of the non food agro industry development is transmitted to the non agriculture labor. Considering the indirect influence, the non agriculture labor and household will receive a higher total impact of the agro industry development compared to the agriculture labor and household.

Key words : agro industry, SAM, multiplier effect.

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional dan pendapatan rumah tangga pertanian. Analisis juga dilakukan untuk mengetahui tahapan transmisi pengaruh yang dipancarkan dari sektor agroindustri menuju sektor lainnya, tenaga kerja dan rumah tangga. Analisis menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Sektor agroindustri didisagregasi ke dalam agroindustri makanan dan nonmakanan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor agroindustri memiliki peran yang lebih besar dalam meningkatkan output, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja dibandingkan sektor pertanian primer. Namun pengembangan sektor agroindustri belum mampu meningkatkan pendapatan golongan rumah tangga buruh tani dan petani sebaik pendapatan yang diterima oleh rumah tangga nonpertanian. Pengaruh langsung terbesar dari pengembangan agroindustri makanan akan diterimakan ke tenaga kerja pertanian, sedangkan pengaruh langsung terbesar dari pengembangan agroindustri nonmakanan diterimakan ke tenaga kerja nonpertanian. Namun dengan memperhitungkan pengaruh tidak langsung dari masing-masing agroindustri makanan dan nonmakanan, dampak pengembangan sektor agroindustri akan lebih besar di terima oleh tenaga kerja dan rumah tangga nonpertanian dari pada tenaga kerja dan rumah tangga pertanian.

Kata kunci : agroindustri, Sistem Neraca Sosial Ekonomi Pertanian, efek pengganda PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Permasalahan

Proses industrialisasi telah mengakibat- kan perubahan peran sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia, yang ditunjukkan me- lalui penurunan proporsi output sektor pertani- an terhadap output nasional. Pangsa sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domes- tik Bruto (PDB) nasional telah turun dari sekitar 47,6 persen pada tahun 1970 menjadi hanya 15,4 persen pada tahun 2004. Sebaliknya pangsa sektor nonpertanian meningkat dari sekitar 52,4 persen menjadi 84,6 persen. Pe-

nyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pun mengalami serupa. Selama periode 1982-2004 penyerapan tenaga kerja sektor pertanian se- cara konsisten terus mengalami penurunan, yaitu dari 54,7 persen menjadi 19,8 persen (BPS, 2005). Menurunnya peran sektor pertani- an dalam perekonomian nasional juga dapat dilihat dari menurunnya pangsa sektor pertani- an dalam struktur ekspor Indonesia. Pangsa ekspor sektor pertanian pada tahun 1970 sebe- sar 66 persen, pada tahun 1980 turun menjadi hanya 13,6 persen sementara ekspor sektor industri naik dari sekitar 4 persen pada tahun 1980 menjadi sekitar 42 persen pada tahun 1990. Pangsa ekspor sektor industri semakin

(2)

meningkat mencapai rata-rata 69,4 persen pa- da tahun 2004 sementara pangsa ekspor sek- tor pertanian hanya 3,4 persen (BPS, 2005).

Penurunan peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional tersebut merupakan konsekuensi logis dari suatu transformasi per- ekonomian dari sektor pertanian ke sektor in- dustri. Namun penurunan peran tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja mengingat sumber- daya nasional adalah di sektor pertanian dan sumber penghidupan sebagian besar rumah tangga saat ini masih bergantung di sektor per- tanian. Dari sisi pertumbuhan, proses industria- lisasi tersebut telah berhasil meningkatkan per- tumbuhan nasional mencapai sekitar 7 persen per tahun. Namun di sisi lain juga menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya: (a) me- ningkatnya konversi lahan pertanian produktif sehingga proporsi petani gurem (luas garapan

< 0,50 ha) meningkat menjadi 13,7 juta KK pada tahun 2003, (b) persentase penduduk miskin yang masih cukup tinggi, sekitar 16,7 persen pada tahun 2004 dimana sekitar 65 persen berada di sektor pertanian dan perdesa- an, (c) kesenjangan produktivitas sektor pertanian masih cukup tinggi, sekitar 33 persen dari produktivitas nasional.

Berdasarkan argumentasi di atas, in- dustrialisasi pertanian, melalui pengembangan sektor agroindustri, dapat dipandang sebagai transisi yang paling tepat dalam menjembatani proses transformasi ekonomi di Indonesia.

Peran sektor pertanian dalam PDB dengan demikian tidak dilihat dari produk primer yang dihasilkan saja, melainkan harus dikaitkan dengan industri pengolahan dan pemasaran yang diciptakan dan perannya dalam menarik dan mendorong pembangunan khususnya di perdesaan.

Bersama-sama dengan sektor pertani- an primer, sektor agroindustri akan dapat dija- dikan sebagai sumber pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan mengurangi kemiskinan. Ketangguhan industri yang berba- sis pertanian telah terbukti pada masa krisis.

Sektor agroindustri tidak banyak terpengaruh oleh krisis dan dengan cepat mengalami pemu- lihan. Pentingnya peran sektor agroindustri bukan hanya dilihat dari ketangguhannya da- lam menghadapai krisis ekonomi namun juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain. Keterkaitan tersebut tidak hanya keterkait- an produk, tetapi juga melaui media keterkaitan

lain, yaitu keterkaitan konsumsi, investasi dan tenaga kerja (Rangarajan, 1982; Haggblade et al., 1991). Hal ini berimplikasi melalui pengem- bangan sektor agroindustri, akan tercipta ke- sempatan kerja dan sumber pendapatan ma- syarakat, sehingga rumah tangga petani tidak hanya menggantungkan sumber penghidupan mereka pada sebidang tanah yang semakin menyempit, namun secara luas mampu men- dukung pertumbuhan produktivitas. Kesemua itu akan berdampak positif bagi pengurangan kemiskinan yang sebagian besar berada di sektor pertanian.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan per- masalahan yang diuraikan, tujuan penelitian adalah:

1. Menganalisis peran sektor agroindustri da- lam perekonomian nasional, khususnya dalam menciptakan output, nilai tambah, penyerapan tenaga kerja serta perannya dalam mendorong peningkatan pendapat- an sektor-sektor lainnya.

2. Menganalisis peran sektor agroindustri da- lam meningkatkan pendapatan rumah tangga, khususnya rumah tangga pertanian dan perdesaan.

3. Menganalisis transmisi pengaruh dari sektor agroindustri ke sektor lainnya serta ke rumah tangga pertanian dan perdesaan.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Analisis

Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model SNSE atau SAM (Social Accounting Matrix Model), yaitu model yang dapat untuk menjelaskan keterkaitan aspek- aspek ekonomi dan sosial secara terpadu.

Pengganda neraca SNSE dapat menunjukkan perubahan pendapatan yang terjadi pada variabel endogen tertentu apabila ada injeksi atau stimulus ekonomi pada neraca eksogen (Bautista et al., 1999).

Pengganda neraca SNSE dapat ditulis dalam persamaan matriks sebagai:

T = Ma X ... (1) dimana Ma = (I – A)-1 disebut sebagai matriks pengganda neraca (accounting multiplier) dan

(3)

(I – A)-1 disebut sebagai matriks kebalikan Leontief. Model tersebut menjelaskan bahwa pendapatan neraca endogen (yaitu neraca faktor produksi, neraca institusi dan neraca sektor produksi) yang dinyatakan dalam notasi T, akan berubah sebesar Ma unit akibat adanya perubahan neraca eksogen, dinyatakan dalam notasi X sebesar satu unit. Besarnya Ma diten- tukan oleh besaran koefisien multiplier pada matriks (I – A)-1. Analisis pengganda neraca dapat memperlihatkan keterkaitan sektor-sektor ekonomi dan informasi mengenai pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat.

Pengganda neraca Ma dapat didekom- posisi menjadi beberapa komponen. Pyatt dan Round (1985) dalam Daryanto (2000) mela- kukan dekomposisi pengganda neraca Ma ke dalam beberapa komponen. Dekomposisi dila- kukan untuk melihat proses perubahan neraca endogen akibat dari perubahan neraca ekso- gen. Terdapat tiga komponen hasil dekompo- sisi matriks neraca pengganda Ma yang diru- muskan dalam bentuk aditif sebagai berikut:

Ma = I + (Ma.1 – I) + (Ma.2 – I) Ma.1 + (Ma.3 – I) Ma.2Ma.1 ... (2) dimana:

I = (injeksi awal) Ma 1 –I = pengganda transfer (Ma2 –I) Ma1 = pengganda open loop (Ma3 –I) Ma2 Ma1 = pengganda close loop

Bentuk pertama dari persamaan (2) adalah matriks Identitas (I) yang menggambar- kan dampak awal injeksi neraca eksogen terha- dap neraca endogen. Bentuk kedua, ketiga dan keempat adalah matriks hasil dekomposisi matriks pengganda neraca, yaitu: (a) penggan- da transfer, (b) pengganda open loop, dan (c) pengganda cloose loop. Makna ekonomi dari komponen pengganda neraca tersebut sebagi berikut. Pengganda transfer menunjukkan dam- pak yang terjadi di dalam suatu neraca dimana stimulus ekonomi awal diberikan. Misalnya sti- mulus ekonomi awal diberikan terhadap neraca sektor produksi, maka pengganda transfer akan bekerja pada neraca sektor produksi atau akan menimbulkan dampak bagi dirinya sendiri (own effect). Pengganda open loop menunjuk- kan dampak yang terjadi terhadap neraca lain sebagai akibat adanya stimulus ekonomi awal yang diberikan pada neraca tertentu atau akan menimbulkan dampak silang (cross effect).

Misalnya stimulus ekonomi awal yang diberikan kepada neraca sektor produksi menyebabkan kenaikan output sektor produksi yang selanjut- nya kenaikan output tersebut akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja sehingga berakibat pada kenaikan pendapatan tenaga kerja. Se- mentara kebutuhan terhadap tenaga kerja dipenuhi oleh rumah tangga. Hal ini berarti, dengan adanya stimulus ekonomi terhadap neraca sektor produksi akan memberikan dam- pak pendapatan bagi tenaga kerja dan institusi rumah tangga. Sedangkan pengganda close loop menunjukkan pengaruh stimulus dari suatu neraca yang dipancarkan ke neraca lain kemudian kembali pada neraca semula.

Jenis dan Sumber Data

Data utama yang digunakan adalah data SNSE (Sistem Neraca Sosial Ekonomi) atau SAM (Social Accounting Matrix). SNSE diterbitkan setiap 5 tahun sekali. Dalam peneli- tian ini digunakan Neraca SNSE terbaru yang telah dipublikasikan oleh oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu neraca SNSE tahun 2003, merupakan updating dari neraca SNSE tahun 2000. Sedangkan neraca SNSE 2005 sampai kajian ini ditulis belum dipublikasikan oleh BPS.

Selain menggunakan neraca SNSE, pe- nelitian ini juga menggunakan data-data pen- dukung, antara lain Tabel Input-Output, Statis- tik Industri serta data-data lain yang relevan.

Data pendukung dipergunakan untuk melaku- kan disagregasi sektor agroindustri ke agro- industri makanan dan non makanan. Sebagian besar data yang digunakan bersumber dari BPS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Sektor Agroindustri Dalam Perekonomian Nasional

Analisis peran sektor agroindustri da- lam perekonomian nasional difokuskan pada nilai pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja dan keterkaitan antar sektor serta peran- nya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga. Apabila upah tenaga kerja diasumsikan merupakan suatu konstanta yang bersifat kons- tan dalam satu titik waktu, maka nilai tambah tenaga kerja dapat dijadikan sebagai proxy penyerapan tenaga kerja nasional, sementara

(4)

peran sektor agroindustri dalam meningkatkan pendapatan sektor lain dapat diproksi melalui pengganda keterkaitan sektor, khususnya ke- terkaitan ke belakang.

Makna dari nilai pengganda sektor agroindustri adalah sebagai berikut. Apabila diberikan stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah ke sektor agroindustri, akan meningkat- kan total output, nilai tambah tenaga kerja ataupun penerimaan sektor lain secara nasio- nal sebesar masing-masing nilai pengganda- nya dengan satuan yang sama.

Tabel 1 menyajikan nilai pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja dan peng- ganda keterkaitan sektor. Sektor yang dianali- sis difokuskan pada sektor agroindustri makan- an dan non makanan dan sektor pertanian primer. Hasil analisis menunjukkan sektor agro- industri non makanan memiliki nilai penganda output lebih tinggi dibandingkan agroindustri makanan dan sektor pertanian primer. Demi- kian pula perannya dalam meningkatkan PDB nasional melalui nilai tambah yang dihasilkan serta pendapatan sektor-sektor lain yang ditun- jukkan melalui pengganda keterkaitan sektor.

Untuk pengganda nilai tambah, besaran peng- ganda nilai tambah agroindustri makanan sebe-

sar 2,41. Dengan apabila permintaan akhir agroindustri makanan meningkat 1 milyar ru- piah, maka PDB nasional secara agregat di- perkirakan akan meningkat sebesar 2,41 milyar rupiah. Nilai tersebut berasal dari penerimaan tenaga kerja 1,61 milyar rupiah selebihnya dari penerimaan modal. Namun sebaliknya, dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor agro- industri makanan memiliki peran lebih besar dibandingkan agroindustri non makanan.

Peran sektor pertanian primer sendiri dalam meningkatkan pertumbuhan output mau- pun penyerapan tenaga kerja lebih rendah dibandingkan dengan sektor agroindustri. Hasil analisis ini membuktikan bahwa pengemba- ngan sektor agroindustri akan meningkatkan kinerja sektor pertanian secara umum, yaitu akan menghasilkan peningkatan output, PDB serta penyerapan tenaga kerja nasional serta mendorong peningkatan pendapatan sektor- sektor lain lebih besar dibandingkan dengan pengembangan sektor pertanian primer.

Peran Sektor Agroindustri dalam Pendapatan Rumah Tangga Petani

Berbeda dengan nilai pengganda out- put, nilai tambah maupun tenaga kerja yang

Tabel 1. Pengganda Output dan Tenaga Kerja Menurut Sektor

Sektor Output Nilai tambah Tenaga kerja Keterkaitan

Sektor Pertanian Primer

Pertanian tan pangan 6,05 2,86 2,06 4,65

Peternakan dan hasilnya 6,74 2,67 1,72 5,29

Perikanan 1,63 0,33 0,19 0,58

Kehutanan & perburuan 4,98 2,11 1,23 3,95

Pertanian tan. Lainnya 6,34 2,79 1,87 5,12

Agroindustri Makanan

Ind mak sektor Peternakan 6,09 2,31 1,53 5,05

Ind mak sektor Tan pangan 6,24 2,41 1,58 5,10

Ind mak sektor Perikanan 6,34 2,39 1,55 5,25

Ind mak sektor Perkebunan 5,96 2,24 1,46 4,36

Industri minuman 6,22 2,47 1,67 5,19

Industri rokok 6,34 2,64 1,85 5,32

Agroindustri Non Makanan

Industri kapuk 6,57 2,38 1,44 5,57

Ind kulit samakan, olahan 6,66 2,50 1,42 5,65

Ind kayu lapis, barang dr kayu,

bambu dan rotan 7,02 2,69 1,56 5,89

Ind bubur kertas 6,78 2,47 1,41 5,72

Ind karet remah & asap 6,67 2,83 1,85 5,60

Agroindustri makanan 6,20 2,41 1,61 5,05

Agroindustri non makanan 6,74 2,57 1,53 5,69

Pertanian Primer 5,15 2,15 1,41 3,92

(5)

selalu lebih besar dari satu, pengganda penda- patan rumah tangga menghasilkan nilai lebih kecil dari satu (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan produksi sektor agroindustri akan menghasilkan dampak ter- hadap peningkatan pendapatan sektor produk- si maupun tenaga kerja lebih besar dibanding- kan pengaruh yang ditransmisikan ke rumah tangga.

Dengan mengelompokkan rumah tang- ga ke dalam 6 golongan rumah tangga nilai pengganda pendapatan rumah tangga berkisar 0,1 sampai 0,9. Sektor agroindustri, baik agro- industri makanan maupun non makanan secara umum menghasilkan pengganda pendapatan rumah tangga lebih besar dibandingkan sektor pertanian primer. Dengan demikian pengemba- ngan sektor agroindustri akan menghasilkan peningkatan pendapatan rumah tangga lebih besar dibandingkan pengembangan yang dila- kukan ke sektor lain.

Namun bagi rumah tangga petani mau- pun buruh tani, berdasarkan nilai pengganda pendapatan, pertanian primer tetap merupakan sektor yang paling berperan dalam meningkat- kan pendapatan mereka, meskipun perbedaan nilai pengganda antara sektor sektor pertanian primer dan agroindustri tidak terlampau besar.

Dengan demikian pengembangan agroindustri dewasa ini belum mampu menghasilkan pe- ningkatan pendapatan secara nyata bagi ru- mah tangga petani dan buruh tani. Jika diberi- kan stimulus ekonomi di sektor agroindustri, maka pendapatan terbesar akan diterima oleh rumah tangga nonpertanian golongan rendah baik di kota dan di desa, misalnya para peda- gang, buruh angkut serta rumah tangga peker- ja jasa golongan rendah lain. Sedangkan ru- mah tangga buruh tani dan petani adalah golongan yang justru memperoleh pendapatan terkecil. Hal ini berimplikasi bahwa pengemba-

Tabel 2. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga menurut Sektor dan Golongan Rumah Tangga

Nilai Pengganda Pendapatan Rumah Tangga

Sektor Buruh

Tani

Petani Kecil

Petani Luas

NP Rendah

Desa

NP Atas Desa

NP Rendah

Kota

NP Atas Kota Pertanian Primer

Pertanian Tanaman angan 0,26 0,38 0,33 0,61 0,26 0,74 0,29

Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,22 0,28 0,25 0,55 0,22 0,80 0,31

Perikanan 0,03 0,03 0,03 0,06 0,02 0,10 0,04

Kehutanan dan Perburuan 0,16 0,18 0,17 0,43 0,16 0,67 0,26

Pertanian Tanaman Lainnya 0,23 0,32 0,28 0,59 0,24 0,79 0,31 Agroindustri Makanan

Ind mak sektor peternakan 0,18 0,22 0,20 0,48 0,18 0,74 0,28 Ind mak sektor tan pangan 0,18 0,22 0,21 0,50 0,19 0,77 0,29 Ind mak sektor perikanan 0,18 0,23 0,21 0,50 0,19 0,75 0,29 Ind mak sektor perkebunan 0,17 0,21 0,20 0,47 0,18 0,71 0,27

Industri minuman 0,18 0,22 0,20 0,52 0,19 0,82 0,31

Industri rokok 0,18 0,20 0,19 0,56 0,19 0,94 0,35

Agroindustri Non Makanan

Industri Kapuk 0,16 0,17 0,17 0,48 0,17 0,84 0,31

Industri kulit samakan dan olahan 0,16 0,18 0,18 0,49 0,17 0,86 0,32 Industri kayu lapis, bambu & rotan 0,18 0,19 0,19 0,53 0,19 0,94 0,35

Industri bubur kertas 0,16 0,18 0,18 0,49 0,17 0,86 0,32

Industri karet remah , karet asap 0,18 0,20 0,19 0,57 0,19 1,05 0,39

Agroindustri Makanan 0,18 0,22 0,20 0,50 0,19 0,79 0,30

Agroindustri non Makanan 0,17 0,19 0,18 0,51 0,18 0,91 0,34

Sektor Primer 0,18 0,24 0,21 0,45 0,18 0,62 0,24

Catatan: NP Rendah Desa = Non Pertanian golongan rendah di desa; NP Atas Desa = Non Pertanian golongan atas di desa;

NP Rendah Kota = Non Pertanian golongan rendah di kota; NP Atas Kota = Non Pertanian golongan atas di kota.

(6)

ngan sektor agroindustri lebih banyak meli- batkan tenaga kerja di sektor nonpertanian dengan pelaku terutama rumah tangga golo- ngan rendah dibandingkan rumah tangga bu- ruh tani dan petani yang berperan dalam pe- nyediaan bahan baku industri. Fenomena di lapang yang mendukung hasil analisis di atas adalah pengembangan agroindustri yang ber- sifat vertikal oleh perusahaan agroindustri se- hingga peran petani dan buruh tani sekitar dalam penyediaan bahan baku relatif kecil.

Pada umumnya alasan perusahaan melakukan pengembangan vertikal adalah terkait dengan jaminan kualitas dan kontinyuitas pasokan ba- han baku industri. Dengan demikian manfaat pengembangan agroindustri kurang mengalir ke rumah tangga petani dan buruh tani.

Hasil senada untuk sektor pertanian primer. Nilai pengganda pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani lebih kecil di- bandingkan pengganda pendapatan rumah tangga nonpertanian, terutama rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota. Artinya pengembangan sektor pertanian primer, seperti halnya sektor agroindustri, lebih banyak meng- hasilkan pendapatan bagi rumah tangga non- pertanian daripada rumah tangga petani dan buruh tani

Lebih lanjut, meskipun peran sektor agroindustri dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani lebih kecil dibandingkan sektor pertanian primer, namun apabila dibedakan antara sektor agroindustri makanan dan non makanan, pengembangan sektor agroindustri makanan akan menghasil- kan peningkatan pendapatan buruh tani dan petani lebih besar dibandingkan pengemba- ngan sektor agroindustri nonmakanan. Sebalik- nya bagi golongan rumah tangga nonpertanian, pengembangan sektor agroindustri nonmakan- an akan berdampak meningkatkan pendapatan lebih besar dibandingkan pengembangan sek- tor agroindustri makanan. Hal ini berimplikasi bahwa pengembangan sektor agroindustri ma- kanan lebih banyak berorientasi di sektor perta- nian dan perdesaan sehingga memberikan manfaat yang lebih besar kepada petani dan buruh tani dibandingkan agroindustri nonma- kanan, sementara agroindustri nonmakanan lebih banyak berorientasi di sektor nonpertani- an dan di kota sehingga manfaat yang diha- silkan lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga nonpertanian di kota.

Bagi pemilik modal, yang dalam anali- sis ini diwakili oleh rumah tangga golongan atas, pengembangan sektor agroindustri akan berdampak lebih besar dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga golongan atas di kota dibandingkan rumah tangga golongan atas di desa. Hasil analisis tersebut menunjuk- kan bahwa akses terhadap pengembangan sektor agroindustri, baik agroindustri makanan maupun non makanan lebih banyak dinikmati oleh pemilik modal dari ataupun rumah tangga golongan atas di kota dibandingkan pemilik modal dan rumah tangga golongan atas di desa.

Dengan hasil di atas dapat dikatakan bahwa pengembangan sector pertanian dan agroindustri di Indonesia belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Manfaat pe- ngembangan sektor pertanian primer dan agro- industri belum sampai secara maksimal ke rumah tangga pertanian. Buruh tani menerima manfaat paling kecil dibandingkan kelompok rumah tangga lain, dan rumah tangga golongan atas di kota menerima pendapatan lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga golongan atas di pedesaan maupun petani dan buruh tani.

Tahapan Transmisi Pengaruh yang Dipancarkan dari Sektor Agroindustri ke Rumah Tangga Petani

Nilai-nilai pengganda yang telah diurai- kan pada dasarnya mencerminkan pengaruh total akibat perubahan neraca eksogen ter- hadap neraca endogen. Pengaruh tersebut sebetulnya melalui beberapa tahapan sehingga nilai pengganda dapat didekomposisi menjadi beberapa komponen. Dekomposisi dilakukan untuk melihat proses perubahan neraca endo- gen akibat dari perubahan neraca eksogen.

Dekomposisi pengganda agroindustri makanan dan nonmakanan diuraikan sebagai berikut.

Agroindustri Makanan

Hasil analisis dekomposisi pada in- dustri makanan secara umum menunjukkan pola yang sama, yaitu sektor pertanian primer tanaman pangan menerima pengaruh langsung (ditunjukkan melalui pengganda open loop) terbesar dibandingkan sektor pertanian primer lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan

(7)

antara industri makanan dengan sektor per- tanian primer tanaman pangan lebih erat dibandingkan dengan sektor pertanian primer lainnya. Sebagai konsekuensi lebih lanjut dari hal tersebut, tenaga kerja pertanian di desa akan menerima pengaruh langsung paling besar dengan adanya peningkatan output sek- tor tanaman pangan. Namun karena industri makanan sebagian besar berada di perkotaan dan melibatkan banyak aktivitas non pertanian, seperti pengangkutan, pengemasan dan seba- gainya, maka pengaruh secara tidak langsung (ditunjukkan melalui pengganda close loop) terhadap pendapatan tenaga kerja nonperta- nian di kota justru lebih besar, sehingga penga- ruh total (ditunjukkan melalui koefisien peng- ganda total) terbesar adalah pada tenaga kerja non pertanian. Dampak lebih lanjut dari pening- katan pendapatan tenaga kerja nonpertanian di kota tersebut adalah peningkatan pendapatan rumah tangga nonpertanian golongan rendah di kota yang lebih besar daripada pendapatan yang diterima rumah tangga buruh tani dan petani.

Dekomposisi pengganda industri ma- kanan sektor tanaman pangan yang ditampil-

kan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa stimu- lus ekonomi yang diberikan ke industri ma- kanan sektor tanaman pangan sebesar 1 milyar rupiah (melalui peningkatan pengeluaran pe- merintah, investasi maupun ekspor) akan menghasilkan peningkatan output industri ma- kanan sektor tanaman pangan itu sendiri sebe- sar 1,01 milyar rupiah. Selain menghasilkan peningkatan output pada industri itu sendiri, secara langsung juga akan menghasilkan peningkatan output bagi sektor-sektor lain dengan total peningkatan sebesar 2,12 milyar rupiah. Dalam hal ini sektor pertanian tanaman pangan sebagai pemasok bahan baku mem- peroleh peningkatan output sebesar 0,26 milyar rupiah. Angka tersebut merupakan angka ter- besar diantara sektor pertanian primer lainnya.

Dengan memperhitungkan pengganda close loop (pengaruh setelah stimulus ekonomi mela- lui neraca lain dan kembali ke neraca semula), stimulus ekonomi ke neraca industri makanan sektor tanaman pangan sebesar 1 milyar akan menghasilkan pengaruh total peningkatan pen- dapatan sektor pertanian tanaman pangan sebesar 0,53 milyar rupiah, dimana 0,27 milyar merupakan pengaruh dari pengganda close loop.

Tabel 3. Dekomposisi Pengganda Industri Makanan Sektor Tanaman Pangan

Koefisien pengganda Stimulus awal Dampak thd neraca lain Stimulus

awal Transfer Open loop

Close

loop Total

TK pertanian di desa - 0 0,24 0,26 0,50

TK pertanian di kota - 0 0,03 0,04 0,08

TK nonpertanian di desa - 0 0,11 0,21 0,32

TK nonpertanian di kota - 0 0,18 0,51 0,69

RT buruh tani - 0 0,07 0,11 0,18

RT petani kecil - 0 0,09 0,13 0,22

RT petani luas - 0 0,08 0,13 0,21

RT nonpert. gol rendah di desa - 0 0,18 0,32 0,50

RT nonpert. gol atas di desa - 0 0,07 0,12 0,19

RT nonpert. gol rendah di kota - 0 0,21 0,56 0,77

RT nonpert. gol atas di kota - 0 0,08 0,21 0,29

Pertanian tan pangan - 0,26 0 0,27 0,53

Peternakan dan hasilnya - 0,04 0 0,16 0,20

Perikanan - 0,16 0 0,23 0,39

Kehutanan dan perburuan - 0,00 0 0,02 0,03

Pertanian tanaman lain - 0,12 0 0,10 0,22

Ind mak sektor tan pangan 1 1,01 0 0,12 2,14

Industri ringan & lainnya - 0,04 0 0,47 0,51

Industri berat - 0,05 0 0,44 0,49

Industri makanan sektor tanaman pangan

Restoran dan perhotelan - 0,004 0 0,21 0,22

Total sektor produksi 2,12 0 4,12 6,24

(8)

Pembahasan terhadap sektor-sektor lain yang juga memperoleh pendapatan di- fokuskan kepada industri ringan dan industri berat serta restoran dan perhotelan karena ketiga sektor tersebut dipandang memiliki kait- an yang erat dengan agroindustri. Stimulus ekonomi ke industri makanan sektor tanaman pangan sebesar 1 milyar rupiah secara lang- sung (melalui pengganda transfer) akan meng- hasilkan output sektor industri ringan dan berat masing-masing sebesar 0,04 milyar rupiah dan 0,05 milyar rupiah. Sedangkan sektor restoran dan perhotelan yang diharapkan banyak terkait dengan penggunaan output industri makanan, hanya menerima output sebesar 0,004 milyar rupiah. Namun kontribusi pengganda close loop dalam meningkatkan output ketiga sektor tersebut jauh lebih besar sehingga total pengaruh yang diterima ketiga sektor tersebut (yang ditunjukkan melalui pengganda total) masing-masing sebesar 0,49 milyar rupiah dan 0,47 milyar rupiah masing-masing untuk indus- tri ringan dan industri berat serta 0,21 milyar rupiah untuk restoran dan perhotelan.

Stimulus ekonomi ke industri makanan sektor tanaman pangan juga menghasilkan pengaruh silang atau peningkatan pendapatan bagi neraca lain yaitu neraca tenaga kerja dan rumah tangga yang dicerminkan melalui nilai pengganda open loop. Stimulus ekonomi 1 milyar rupiah ke industri makanan sektor ta- naman pangan akan menghasilkan penda- patan tenaga kerja pertanian di desa terbesar dibandingkan tenaga kerja lain, yaitu sebesar 0,24 milyar rupiah. Nilai tersebut merupakan angka terbesar untuk pengganda open loop neraca tenaga kerja. Hal ini berarti bahwa dampak secara langsung peningkatan output industri makanan sektor tanaman pangan terhadap tenaga kerja betul-betul dinikmati oleh tenaga kerja pertanian. Namun dengan mem- perhitungkan pengganda close loop, pengaruh total pendapatan tenaga kerja terbesar bukan lagi untuk tenaga kerja pertanian di desa melainkan untuk tenaga kerja nonpertanian di kota dengan total nilai pengganda sebesar 0,69. Hal ini dimungkinkan mengingat lokasi industri sebagian besar berada di perkotaan dan dalam proses produksi melibatkan banyak tenaga kerja nonpertanian.

Konsekuensi lebih lanjut adalah penda- patan yang diperoleh rumah tangga golongan rendah di kota juga menunjukkan angka ter- tinggi dengan total pendapatan sebesar 0,77

milyar rupiah. Angka tersebut ditunjukkan mela- lui besaran pengganda total dimana kontribusi pengganda open loop sebesar 0,21 dan peng- ganda close loop sebesar 0,56.

Agroindustri Nonmakanan

Secara umum hasil analisis dekom- posisi pengganda agroindustri nonmakanan juga menunjukkan pola yang hampir sama, yaitu stimulus ekonomi yang ditujukan ke agro- industri nonmakanan, selain akan menghasil- kan pengaruh langsung (melalui pengganda transfer) ke industri itu sendiri juga menghasil- kan pengaruh ke sektor lain. Sektor produksi yang menerima pengaruh paling besar adalah industri berat dan industri ringan lainnya.

Sedangkan untuk sektor pertanian primer, meskipun pengaruh secara langsung yang diterima relatif kecil, namun menunjukkan pola sesuai dengan yang diharapkan, yaitu penga- ruh terbesar diterima oleh subsektor kehutanan dan perburuan serta subsektor pertanian tana- man lainnya sebagai pemasok bahan baku bagi agroindustri non makanan. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa agroindustri non makanan memiliki keterkaitan yang lebih kuat dengan sektor industri ringan (sebagai industri hilir) dan industri berat (industri mesin dan peralatan lain yang digunakan untuk proses produksi) dibandingkan dengan sektor pertani- an primer sebagai pemasok bahan baku. Pola yang sama seperti di atas terkecuali untuk agroindustri kulit samakan dan olahan, karena subsektor peternakan dan subsektor kehu- tanan dan perburuan sebagai pemasok bahan baku, justru menerima pengaruh langsung terkecil. Hal ini diduga karena penggunaan bahan baku dan bahan antara industri kulit lebih banyak berasal dari impor sehingga pengaruh langsung terhadap sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku relatif kecil.

Meskipun secara umum stimulus eko- nomi ke agroindustri nonmakanan tersebut menghasilkan pengaruh langsung terbesar kepada subsektor terkait pemasok bahan baku, namun bukan berarti pengaruh total yang diterima oleh subsektor tersebut juga menun- jukkan angka terbesar. Sebab apabila dilihat pengaruh tidak langsung (melalui pengganda close loop), pengaruh terbesar justru diterima oleh subsektor tanaman pangan Hal ini bisa terjadi karena industri nonmakanan melibatkan

(9)

aktivitas tenaga kerja (sebagai faktor produksi) maupun institusi rumah tangga yang banyak terkait dengan subsektor tanaman pangan.

Selanjutnya dilihat dari pengaruh total, (yang ditunjukkan melalui koefisien pengganda total) stimulus ekonomi ke agroindustri non- makanan, pengaruh terbesar akan diterima oleh tenaga kerja nonpertanian di kota. Demi- kian pula pengaruh langsung terbesar melalui pengganda open loop mengarah ke tenaga kerja nonpertanian di kota. Dengan koefisien pengganda total pada tenaga kerja non- pertanian di kota yang menunjukkan nilai ter- besar, konsekuensi lebih lanjut adalah peng- ganda total rumah tangga nonpertanian (teruta- ma golongan rendah) di kota juga terbesar.

Dengan kata lain rumah tangga yang paling banyak menerima peningkatan pendapatan adalah rumah tangga nonpertanian golongan rendah di kota. Sementara rumah tangga buruh tani dan petani justru menerima pendapatan yang terkecil, baik melalui pengganda silang (open loop) maupun pengganda tidak langsung (close loop).

Tabel 4 menyajikan dekomposisi peng- ganda industri kapuk Stimulus ekonomi ke industri kapuk akan menghasilkan pengaruh

langsung kepada industri kapuk yang dicermin- kan melalui pengganda transfer sebesar 1,00 dan pengganda close loop sebesar 0,0007.

Besaran pengganda close loop tersebut lebih kecil dibandingkan dengan pengganda yang sama pada sektor lain. Stimulus ekonomi pada industri kapuk tersebut juga akan menghasilkan peningkatan output pada sektor-sektor lain secara langsung melalui pengganda transfer.

Industri berat memiliki pengganda transfer pa- ling besar dibandingkan sektor lain, kemudian diikuti oleh industri ringan. Sedangkan sektor pertanian primer mempunyai pengganda transfer lebih kecil. Hal ini berarti peningkatan output pada industri kapuk menghasilkan dam- pak peningkatan output yang lebih besar bagi industri berat dan industri ringan (industri hilir pengguna bahan baku kapuk) dibandingkan dengan dampak terhadap sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku. Dampak yang lebih besar bagi industri berat menun- jukkan industri kapuk bersifat padat modal yang dicerminkan melalui penggunaan mesin-mesin yang termasuk dalam industri berat. Dengan demikian peningkatan output industri kapuk akan mendorong peningkatan output industri berat. Hal yang sama bagi industri ringan, yang menunjukkan bahwa industri kapuk erat

Tabel 4. Dekomposisi Pengganda Industri Kapuk

Koefisien pengganda Stimulus

awal Dampak thd neraca lain Stimulus

awal Transfer Open loop

Close

loop Total

TK pertanian di desa - 0 0,04 0,26 0,30

TK pertanian di kota - 0 0,01 0,04 0,05

TK nonpertanian di desa - 0 0,12 0,21 0,34

TK nonpertanian di kota - 0 0,24 0,51 0,76

RT buruh tani - 0 0,05 0,11 0,16

RT petani kecil - 0 0,04 0,13 0,17

RT petani luas - 0 0,05 0,12 0,17

RT nonpert. gol rendah di desa - 0 0,16 0,32 0,48

RT nonpert. gol atas di desa - 0 0,05 0,12 0,17

RT nonpert. gol rendah di kota - 0 0,28 0,56 0,84

RT nonpert. gol atas di kota - 0 0,10 0,21 0,31

Pertanian tan pangan - 0,02 0 0,27 0,28

Peternakan dan hasilnya - 0,01 0 0,15 0,16

Perikanan - 0,07 0 0,23 0,30

Kehutanan dan perburuan - 0,04 0 0,02 0,07

Pertanian tanaman lain - 0,06 0 0,10 0,16

Industri kapuk 1 1,00 0 0,00 2,00

Industri ringan & lainnya - 0,19 0 0,46 0,65

Industri berat - 0,21 0 0,44 0,65

Industri kapuk

Perdagangan, pergudangan - 0,12 0 0,10 0,22

Total sektor produksi 2,35 0 4,11 6,57

(10)

kaitannya dengan industri ringan yang meng- gunakan kapuk sebagai bahan baku industri.

Stimulus ekonomi pada industri kapuk tersebut juga akan menghasilkan dampak silang yang ditunjukkan melalui pengganda open loop ter- hadap faktor produksi tenaga kerja nonperta- nian di kota yang paling besar. Artinya pening- katan produksi industri kapuk akan banyak melibatkan tenaga kerja nonpertanian di kota.

Hal yang sama untuk pengganda close loop.

Dengan hasil tersebut maka rumah tangga yang paling banyak menerima penda- patan adalah rumah tangga nonpertanian (ter- utama golongan rendah) di kota yang ditunjuk- kan melalui pengganda open loop sebesar 0,24 dan pengganda close loop sebesar 0,51.

Sedangkan rumah tangga buruh tani dan peta- ni merupakan golongan rumah tangga yang memperoleh dampak peningkatan pendapatan yang paling kecil. Pengaruh langsung yang di- terima hanya sebesar 0,05 dan 0,04 selebihnya berasal dari pengaruh tidak langsung.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Kesimpulan

Sektor agroindustri dewasa ini memiliki peran yang lebih besar dalam meningkatkan output, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja dibandingkan sektor pertanian primer meskipun tidak menunjukkan perbedaan yang begitu besar. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, agroindustri makanan memiliki peran yang lebih tinggi dibandingkan agroindustri nonmakanan. Sebaliknya dalam hal pening- katan output dan nilai tambah, agroindustri non makanan memiliki peran yang lebih besar.

Meskipun sektor agroindustri memiliki peran yang besar dalam meningkatkan per- ekonomian nasional, namun pengembangan agroindustri belum mampu meningkatkan pen- dapatan golongan rumah tangga buruh tani dan petani. Manfaat pengembangan agro- industri lebih banyak mengalir ke rumah tangga non pertanian di kota, sebaliknya buruh tani dan petani menerima pendapatan terkecil.

Pengembangan sektor agroindustri makanan akan menghasilkan peningkatan pen- dapatan bagi golongan rumah tangga buruh tani dan petani lebih besar dibandingkan pe- ngembangan sektor agroindustri nonmakanan.

Sebaliknya bagi golongan rumah tangga non-

pertanian, pengembangan sektor agroindustri nonmakanan akan berdampak lebih besar da- lam meningkatkan pendapatan mereka.

Pengembangan sektor agroindustri makanan akan menghasilkan pengaruh lang- sung terbesar dipancarkan ke tenaga kerja pertanian di desa. Namun pengaruh tidak lang- sung yang dipancarkan ke tenaga kerja non- pertanian di kota jauh lebih besar sehingga dampak pengembangan sektor agroindustri makanan secara total lebih besar diterima oleh rumah tangga nonpertanian di kota. Sektor produksi yang menerima pengaruh terbesar dengan adanya pengembangan agroindustri makanan adalah sektor pertanian primer tana- man pangan.

Pengembangan sektor agroindustri non makanan akan menghasilkan pengaruh terbe- sar, baik pengaruh langsung maupun tidak langsung, ke tenaga kerja nonpertanian di kota.

Dengan demikian dampak pengembangan agroindustri nonmakanan akan lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga nonpertanian di kota. Pengaruh pengembangan agroindustri nonmakanan akan lebih mengarah ke industri ringan dan industri berat daripada ke sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku.

Implikasi Kebijakan

Agar proses industrialisasi di Indonesia sesuai dengan konsep pembangunan industri yang berbasis pertanian, maka pembangunan industri perlu diarahkan pada pengembangan agroindustri. Namun pembangunan sektor agroindustri perlu dilakukan secara simultan dengan pembangunan sektor pertanian primer sehingga kinerja sektor pertanian primer dapat memenuhi tuntutan bagi pengembangan sektor agroindustri di Indonesia.

Agar pengembangan agroindustri di- samping dapat meningkatkan perekonomian nasional juga meningkatkan pendapatan rumah tangga buruh tani maupun petani, maka peme- rintah perlu memfokuskan kebijakan yang dapat meningkatkan produktivitas sektor per- tanian primer dan mendorong pengembangan sektor agroindustri, khususnya sektor agro- industri berskala kecil dan menengah.

Dari sisi rumah tangga petani, agar ru- mah tangga petani dan buruh tani dapat me- ngambil manfaat secara maksimal dari pe-

(11)

ngembangan sektor pertanian maupun sektor agroindustri sehingga pendapatan mereka da- pat ditingkatkan, pemerintah perlu meningkat- kan ketrampilan maupun pendidikan, serta me- ningkatkan akses informasi dan akses modal bagi golongan rumah tangga buruh tani dan petani.

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2005. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Bautista, R.M., S. Robinson and M. El-Said.

1999. Alternative Industrial Develop- ment Path for Indonesia: SAM and CGE Analysis. TMD Discussion Paper

No. 42. International Food Policy Re- search Institute (IFPRI), Washington D.C.

Daryanto, A. 2000. Social Accounting Matrix Model for Development Analysis.

Mimbar Sosek, 14(3): 23-43.

Haggblade, S., S.J. Hamer and P.B.R. Hazell.

1991. Modelling Agricultural Growth Multipliers. American Journal of Agri- cultural Economics, 73 (2): 361-374.

Pyatt, G. and J. Round. 1985. Social Account- ing Matrices: A Basis for Planning. The World Bank, Washington D.C.

Rangarajan, C. 1982. Agricultural Growth and Industrial Performance in India. IFPRI.

Research Report 33. Washington D.C.

Referensi

Dokumen terkait

Akhirnya, bagi melihat perbezaan di antara kefahaman konsep cinta, pemikiran rasional dan akhlak percintaan berdasarkan latar belakang demografi, kajian ini mendapati

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang positif antara hasil belajar mata kuliah Micro Teaching terhadap kesiapan mahasiswa maka disarankan

60% Percaya bisa terjadi Pada Lingkungan Terdekat Tidak Tahu 11% Tidak Akan terjadi Pada Lingkungan Terdekat 29% INFOGRAFIS.. INFORMASI YANG

Aliran sungai dari hulu ketika pasang angkutan sedimen diendapkan di alur sungai ataupun muara sungai sedangkan aliran sungai ketika surut angkutan sedimen dibawa kembali

Pada aspek ini penilaian terhadap fasilitas yang telah tersedia dilihat dari bagaimana fasilitas yang aksesibel tersebut dapat dipergunakan bagi setiap orang termasuk

Penggunaan alasan dengan dalih melaksanakan Putusan Mahkamah Agung (MA) dalam kasus sengketa Tata Usaha Negara (TUN) tidaklah tepat, karena masalah pengangkatan dan

Artinya, aktivitas bermain atletik cocok diberikan bagi siswa sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuan biomotoriknya, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk

Pada HPLC (High Performance Liquid Chromatography), suatu sampel cair atau sampel padat yang larut dalam pelarut yang sesuai, dibawa melalui kolom kromatografi dengan fasa