• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Hakikat Kemampuan Mengucap Syair 1. Pengertian

Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh kembang mengkomunikasikan kebutuhannya, pikirannya dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempunyai makna unik.

Kemampuan mengucap syair merupakan salah satu aspek perkembangan bahasa anak melalui simbol-simbol bahasa, seperti yang diungkapkan oleh Hethington (dalam Moeslichatoen, 2004:18) bahwa: “akselerasi perkembangan bahasa anak terjadi sebagai hasil perkembangan fungsi simbolis”.

Selanjutnya dijelaskan pula bila pengembangan simbol bahasa telah berkembang, maka hal ini memungkinkan anak memperluas kemampuan memecahkan persoalan yang dihadapi dan memungkinkan anak belajar dari bahasa ucapan orang lain. Menurut Vygotsky (dalam Moeslichatoen, 2004:18)

“ada tiga tahap perkembangan bicara anak yang menentukan tingkat perkembangan berpikir dengan bahasa yakni tahap eksternal, egosentris, dan internal”.

Syair merupakan perkembangan bahasa yang melibatkan ketiga tahap tersebut, pada tahap eksternal anak memperoleh isi syair dari guru melalui bimbingan, latihan selanjutnya pada tahap egosentris anak mulai berlatih dengan

(2)

menghayati, mengekspresikan sesuai isi syair. Dan pada tahap internal, anak mulai berperan sesuai makna yang terkandung dalam syair tersebut tanpa bantuan guru.

Melalui syair pula diharapkan kemampuan berbicara anak dapat dilatih.

Sehubungan dengan hal ini Hildebrand (dalam Moeslichatoen, 2004:19) menjelaskan bahwa: “perkembangan bicara anak adalah untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal merupakan hal utama untuk menghasilkan bicara”. Kemampuan bicara anak juga akan meningkat melalui pengucapan suku kata yang berbeda-beda dan diucapkan secara jelas. Moeslichatoen (2004:19) mengemukakan: “pengucapan merupakan faktor penting dalam berbicara dan pemahaman. Kemampuan bicara akan lebih mantap lagi bila anak memberi arti kata-kata baru, menggabungkan kata-kata baru serta memberikan pernyataan dan pertanyaan”.

Pendapat ini apabila dihubungkan dengan kemampuan mengucapkan syair, maka terdapat hubungan yang berarti antara kalimat yang terdapat dalam syair dengan pembentukan kalimat berbicara. Bahkan dapat dijelaskan pula anak akan mengembangkan berbicara jika ia mempelajari kosa kata yaitu menguasai nama benda, mempunyai ide, melaksanakan tindakan dan mengikuti berbagai petunjuk. Mengucap syair, merupakan satu keterampilan memahami bahasa secara menyeluruh, dengan memperhatikan makna yang terkandung dalam syair.

Laura Lippton (2005:13) mengemukakan berpikir, membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan tidak bisa dipisahkan menjadi keterampilan- keterampilan tersendiri, memberikan pengalaman kontekstual yang

(3)

menghubungkan kehidupan anak TK dengan dunia di sekeliling mereka sangatlah penting. Komunikasi fungsional tentang topik-topik relevan mencakup informasi dan minat merupakan hal yang penting bagi pengembangan kemampuan anak TK.

2. Pentingnya Mengucap Syair pada Anak TK

Seefeldt dan Wasik (2008:73) mengemukakan bahwa: a) anak usia dini ingin tahu tentang bahasa dan semakin percaya kepada bahasa untuk memberitahukan keinginan dan kebutuhan mereka; b) bercakap-cakap merupakan kegiatan favorit anak-anak usia dini; c) anak-anak usia lima tahun menjadi semakin pintar dalam kemampuan mereka mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka dengan kata-kata; d) anak-anak senang bicara, mereka senang menggunakan bahasa untuk menggunakan bahasa dalam meragakan permainan dan cerita, melalui cara ini mereka dapat menunjukkan kemampuan berkomunikasi lengkap dengan nada tinggi – rendah suara dan perubahan kata kerja.

Pendapat Seefeldt dan Wasik pada prinsipnya mengacu pada pentingnya mengucap syair pada anak, disebabkan anak usia dini telah memiliki kemampuan berbahasa. Guru sebagai fasilitator dan motivator, hendaknya dapat membantu anak agar dapat mengucap syair, sebagai langkah awal dalam menghayati makna syair.

Selanjutnya Suyadi (2009:130) menjelaskan: a) melatih jiwa seni anak, memikat perhatian pendengar, dan yang lebih penting adalah menumbuhkan rasa percaya diri pada anak dengan olah vokal kata-katanya; b) merangsang pembelajaran literacy anak, yaitu menyusun kata-kata bersajak.

(4)

3. Faktor-faktor Mempengaruhi Kemampuan Mengucapkan Syair

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi kemampuan mengucap syair pada anak TK, antara lain sebagai berikut:

a) Keberanian

Anak yang memiliki keberanian pada setiap proses pembelajaran, dapat diramalkan akan memiliki prestasi yang nbaik pada jenjang pendidikan berikutya.

Hal ini disebabkan pembelajaran di TK menuntut anak lebih aktif dan kreatif, seperti yang dikemukakan Triyon (dalam Moeslichatoen, 2004:4) bahwa: “tugas- tugas perkembangan masa kanak-kanak awal yang harus dijalani anak TK antara lain: a) berkembang menjadi pribadi yang mandiri, b) belajar menguasai kata-kata baru, c) mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan”.

Mengucap syair melibatkan keberanian anak dalam mengekspresikan makna syair. Bagi anak yang memiliki potensi untuk dikembangkan, mengucap syair merupakan hal yang mudah. Di samping itu, perhatian orang tua untuk memfasilitasi dan memotivasi anak sangat diharapkan. Sebaliknya apabila kemampuan dasar anak kurang, keterlibatan orang tua juga sangat minim akan sangat mempengaruhi sikap berani anak.

2) Penguasaan Kosa Kata

Anak yang kurang dilatih berkomunikasi ataupun bercakap-cakap memiliki kosakata yang terbatas. Mengucap syair memerlukan pengucapan kosa kata yang tepat dan termasuk bahasa lisan. Rosmala (2005:15) mengemukakan:

“bahwa perkembangan bahasa anak TK tidak hanya berupa bicara, dapat

(5)

diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan sendiri”. Bentuk bahasa ada empat macam bahasa lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, pantonim dan seni. Melalui kegiatan mengucap syair anak dapat dibimbing untuk mengucap kosa kata yang tepat, dapat berkspresi sesuai dengan makna syair.

3) Sikap Orang Tua

Mengenal, mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, ceria, penuh cerita. Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak yang namun dalam kepemilikannya banyak bergantung pada peranan orang tua.

Ahmad (2007: 8) mengemukakan bahwa: “peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak kita, agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka”. Setiap orang tua yang dimaksud adalah bagaimana orang tua dapat membantu anak sehingga memiliki kemandirian dalam belajar, mengembangkan potensi sehingga dapat melakukan aktivitas dalam belajar, termasuk mengucap syair. Rosmala (2005:17) menjelaskan bahwa: “perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun, antara lain: berbicara lancar dengan kalimat sederhana, bercerita tentang kejadian di sekitarnya secara sederhana, bercerita tentang gambar yang dibuat sendiri”.

Kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak tersebut merupakan dasar dalam pengembangan kemampuan mengucap syair yang perlu diketahui orang tua. Orang tua yang banyak memahami perkembangan anak, akan memberi dampak positif terutama dalam peningkatan hasil belajar.

(6)

4. Mengucap Syair Merupakan Salah Satu Upaya Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak

Perkembangan berbicara pada anak usia dini sebagian besar diperoleh anak melalui interaksi, percakapan maupun dialog dengan orang dewasa, serta dalam pengucapan syair. Melalui kegiatan mengucap syair, melatih anak untuk mengenal kata ataupun kalimat dalam bentuk sederhana. Anak usia dini pada dasarnya memiliki potensi dalam berbicara. Hal ini ditegaskan oleh Musten (dalam Soetjiningsih, 2012:207) bahwa anak pada usia dini, pembicaraan mereka lebih lama dan kompleks, dapat mengatakan dua ide dalam satu kalimat, kata-kata saling berhubungan, serta lebih menyerupai pembicaraan orang dewasa.

Kalimat dalam syair seperti: “di sekolahku terdapat taman yang indah”, anak akan mengucap syair dengan baik sesuai petunjuk guru, bahkan dengan mimic dan gaya yang khas dari anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soetjiningsih (2012:209) bahwa berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental, yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Jika anak telah menguasai kata-kata, kalimat dan tata bahasa, maka mereka akan dapat berkomunikasi secara lebih efektif. Dan makin kuta keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka makin kuta juga motivasi anak untuk belajar berbicara.

Mengucap syair dengan menggunakan teknik fading, sangat membantu anak dalam berbicara. Bantuan guru secara bertahap, yakni latihan mengucap syair bait demi bait, pada prinsipnya memotivasi anak dalam memahami makna kalimat yang terkandung dalam syair.

(7)

2.1.2 Hakikat Teknik Fading 1. Pengertian Fading

Yusuf (2003:9) mengemukakan fading adalah salah satu teknik yang digunakan dalam membentuk tingkah laku dengan jalan mula-mula memberikan promf (bantuan) penuh kepada siswa untuk melakukan tingkah laku yang diharapkan, kemudian secara bertahap bantuan itu makin dikurangi, sehingga akhirnya siswa mampu melakukan tingkah laku yang diharapkan itu tanpa bantuan guru atau orang lain.

Menurut Martin (1983:133) “Fading is the gradual change of the stimulus controlling a responce, so that responce eventually occurs to a partially changed or completely new stimulus” Dengan ini Martin berpendapat bahwa fading merupakan perubahan stimulus secara berangsur-angsur untuk mengontrol sebuah respon sehingga respon tersebut menimbulkan perubahan sebagai stimulus ataupun secara menyeluruh menjadi stimulus yang baru.

Deitz dan Malone (1985), menjelaskan fading sebagai perubahan gradual pada percobaan suksetif dari sebuah stimulus yang mengontrol sebuah respon sehingga pada akhirnya respon akan muncul meskipun stimulus berubah atau baru sama sekali (dalam martin & fear 2003). Fading banyak digunakan pada situasi belajar dalam program untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental, individu autis, dan untuk anak usia dini, misalnya untuk mengajarkan meniru bentuk, menggambar lingkaran, garis, angka dan abjad. Teknik ini dapat pula digunakan untuk mengembangkan keterampilan verbal yng cukup kompleks seperti mengajarkan anak autis berusia 8 tahun menghitung benda . Dalam melakukan

(8)

teknik ini perlu diingat bahwa perilaku yang ingin dibentuk harus spesifik dan tahapannya terus meningkat sehingga efek belajar menjadi lebih efisien dan cenderung menetap. Selain itu, perubahan pada stimulus yang diberikan dapat diatue sedemikian rupa sehingga tahapan tidak melompat jauh.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dikatakan pula bahwa fading merupakan prosedur yang digunakan untuk mempertahankan tingkah laku asli ketika stimulus berubah. Dalam hal ini pada penerapan teknik fading terutama peralihan tahap-tahap stimulus perlu dilakukan secara berhati-hati agar perilaku yang diharapkan itu benar-benar dikuasai oleh siswa, sehingga perubahan stimulus tidak mudah untuk mempengaruhinya. Kesalahan dalam penghentian stimulus pada waktu yang kurang tepat akan menyebabkan respon-respon yang tidak diharapkan. Untuk itu stimulus yang digunakan hendaklah diatur sedemikian rupa, dimana dalam pelaksanaan kegiatan perlu ditentukan stimulus apa yang akan digunakan, bagaimana menggunakan stimulus dan berapa lama waktu memberikannya.

Selanjutnya, reinforcement apa yang sesuai serta bagaimana teknik pemberiannya agar tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam hal ini yang menjadi tujuan adalah pemberian reinforcement sebagai penghargaan terhadap keberhasilan yang ditunjukkan oleh siswa. Dengan demikian motivasi siswa untuk lebih cepat menguasai perilaku yang diharapkan akan semakin besar pula.

(9)

2. Faktor Penunjang Efektivitas Fading

Faktor yang mempengaruhi efektifitas fading menurut Seniati (2009:75) antara lain :

a. Memilih stimulus Akhir yang diharapkan

Stimulus akhir nantinya diharapkan dapat memunculkan tingkah laku tertentu pada akhir prosedu fading, sehingga harus dipilih secara hati-hati adalah penting untuk memilih stimulus akhir yang memungkinkan bertahannya kemunculan tingkah laku pada situasi alami. Hal yang seringkali salah dilakukan oleh pemberi modifikasi perilaku adalah berhenti pada stimulus akhir yang tidak mencerminkan situasi sehari-hari, misalnya, ketika melatih anak untuk mengucapkan namanya sendiri, stimulus akhir akhir yang dipilih adalah memberikan bantuan dengan menyebutkan nama anak secara berbisik , padahal dalam kehidupan sehari-hari, orang yang bertanyan kepada anak tersebut tidak akan memberi bantuan dengan berbisik.

b. Memilih Stimulus Pertama

Di awal program fading, adalah penting untuk memilih stimulus pertama yang reliable untuk memunculkan tingkah laku target. Stimulus dapat berupa prompt yang diperkenalkan kepada klien untuk mengontrol tingkah laku target selama awal program belajar, yang secara berangsur-angsur dieliminasi setelah tingkah laku target sudah menguat. Terdapat beerapa jenis prompt yang dapat digunakan. Pertama adalah physical prompt, yaitu dengan menyentuh klien untuk membantunya mempelajari tingkah laku

(10)

baru. Kedua adalah gestural prompt berupa gerakan tertentu tanpa menyentuh klien, misalnya menunjuk kepada jawaban yang benar atau tempqat yang tepat. Ketiga adalah modeling prompt yaitu petunjuk atau pemicu verbal, misalnya orang tua yang mengatakan kepada anaknya untuk mengeluarkan baju hangat melalui kepala ketika mengajarkannya berpakaian. Adapula environmental prompt,yaitu perubahan lingkungan untuk memicu munculnya perilaku, misalnya menempelkan foto diri yang bertubuh langsing dipintu kulkas ketika ingin menurunkan berat badan dan menghindari makanan ringan.

Menurut Seniati (2009:77), untuk mengaflikasikan fading secara efektif, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, menentukan stimulus akhir yang diinginkan secara jelas dan spesifik beserta tingkah laku apa yang fitargetkan muncul. Kedua, menentukan reinforcer yang sesuai

Menurut Martin (1983:46) ada beberapa faktor penunjang efektivitas fading yang perlu dipahami guru dalam menerapkan teknik fading, meliputi:

1) Pemilihan target perilaku yang akan dikontrol oleh stimulus

Dalam menerapkan teknik fading, kegiatan ini merupakan langkah awal dalam suatu pengubahan tingkah laku. Misalnya, dalam proses pembelajuaran anak diharapkan dapat mengucap syair dengan baik. Yang menjadi target adalah perilaku dalam kegiatan ini adalah kemampuan anak mengucap syair, sedangkan yang menjadi stimulus adalah reinforcer guru terhadap anak dalam kegiatan mengucap syair sesuai tema pembelajaran.

(11)

2) Pemilihan stimulus awal untuk mengendalikan tingkah laku

Kegiatan ini ada hubungannya dengan kondisi anak dalam peralihan langkah pemberian stimulus. Misalnya membantu anak mengucap syair, diawali dengan guru memberikan contoh mengucap syair secara keseluruhan, baik tentang vokal, lafal, maupun ekspresi yang diharapkan. Akan tetapi guru juga harus memperhatikan saat yang tepat untuk mengubah stimulus supaya setiap langkah peralihan yang dilakukan guru bisa berjalan dengan baik.

3) Pemilihan langkah-langkah fading

Setelah diberikan target perilaku yang diharapkan dan stimulus awal yang digunakan, maka selanjutnya guru menyusun langkah-langkah penerapan fading mulai dari stimulus awal sampai dengan stimulus akhir dalam usaha mencapai perilaku yang diharapkan. Jadi, misalnya sebagai stimulus awal guru meminta anak-anak untuk mengucap syair bersama-sama dengan guru. Apabila respon yang diinginkan sudah nampak, maka stimulus dapat dihilangkan secara perlahan- lahan. Namun pengurangan stimulus atau bantuan ini hendaknya dilakukan dengan hati-hati karena penghilangan bantuan terlalu cepat atau terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik atau tidak diinginkan. Anak merasa bosan, pembelajaran menjadi tidak menarik, dan akhirnya segala yang telah dilakukan guru tidak berhasil atau tidak mencapai maksud dan sasaran yang diharapkan.

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam mengucap syair menggunakan teknik fading dalam penelitian ini adalah :

a. Guru menjelaskan tema pembelajaran

(12)

b. Guru membacakan syair sesuai tema pembelajaran

c. Guru memberi contoh kepada anak cara mengucap syair secara keseluruhan sesuai lafal, vokal yang tepat serta ekspresi.

d. Sebagai stimulus awal guru meminta anak-anak untuk mengucap syair bersama-sama dengan guru.

e. Guru meminta anak untuk melakukan kegiatan mengucap syair secara individu didepan kelas.

f. Anak mulai menunjukkan respon dalam mengucap syair.

g. Apabila respon yang diinginkan sudah nampak, maka guru meghilangkan stimulus secara perlahan-lahan .

h. Guru memberi bantuan sepenuhnya kepada anak yang melakukan kegiatan mengucap syair.

i. Bantuan yang diberikan secara bertahap dikurangi, setelah anak mampu mengucap syair.

j. Guru memberi kesempatan kepada anak untuk mengucap syair tanpa bantuan guru.

k. Anak dapat mengucap syair secara baik diberi reinforcement.

3. Penerapan Teknik Fading Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengucap Syair.

Mengucap syair pada anak TK merupakan salah satu aspek dalam pengembangan bahasa, yang perlu ditumbuhkembangkan. Hal ini didasarkan pada pendapat Wasik (2008:76) anak usia lima tahun senang bicara, belajar kebiasaan bercakap-cakap, dan mendengarkan orang lain bicara. Pada usia ini, anak-anak

(13)

senang menggunakan bahasa untuk meragakan permainan dan cerita. Lewat cara ini mereka menunjukkan kemampuan mereka menggunakan model biasa dalam berkomunikasi, lengkap dengan nada, tinggi rendah suara dan perubahan kerja.

Penerapan teknik fading dalam hal ini menyangkut pemberi bantuan sepenuhnya kepada anak, yakni dengan cara memberi contoh mengucap syair secara keseluruhan baik mengenai lafal, vokal dan ekspresi. Selanjutnya bantuan tersebut dihilangkan secara bertahap, pada saat anak telah menunjukkan kemampuan dalam mengucap syair.

Melalui teknik fading, kemampuan mengucap syair dapat dibina, dibimbing, salah satu aspek yang diharapkan pada anak melalui mengucap syair yakni kemampuan berkomunikasi. Hal ini dijelaskan oleh Isjoni (2009:30) bahwa sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga mengikat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Anak-anak secara bertahap berubah dan melakukan ekspresi dengan berkomunikasi, yang juga berubah dari komunikasi melalui gerakan menjadi ujaran.

2.2 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoretis, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Jika guru menggunakan teknik fading, maka kemampuan mengucap syair pada anak TK Kartini Kelurahan Buliide Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo, dapat ditingkatkan”.

(14)

2.3 Indikator Kinerja

Indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini 85%

anak telah emiliki kemampuan dalam mengucap syair. Yakni terjadi peningkatan dari 10 orang anak (48%) menjadi 18 orang anak (86%) dari jumlah anak 21 orang.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengambil objek penelitian yang paling banyak terjadi kasus pembuangan sampah plastik yang terdapatdi Cidahu Sukabumi yaitu karena kurangnya tempat

Bab kedua, merupakan tinjauan umum terkait dengan strategi pengusaha tahu untuk menghadapi persaingan antar pengusaha, meliputi: pengertian strategi, persaingan,

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam usaha berneti merokok, seperti berkomitmen, menggantikan rokok dengan permen, mengalihkan rokok dengan beraktivitas dan

Seperti yang telah diuraikan pada Bab I tentang tujuan yang ada dalam penelitian yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII pada materi

Survey GPS untuk pemantauan penurunan muka tanah dengan menentukan koordinat secara teliti beberapa titik pada lokasi yang dipilih dilakukan secara periodik dengan interval

2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi kinerja operasional melalui pendekatan produksi dan aset dengan menggunakan metode DEA pada Bank Umum Nasional

Tipe penelitian yang digunakan bersifat penjelasan ( explanatory research ). Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive random sampling dengan sampel sebesar 100

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Karakteristik industri rumah tangga caping; 2) Proses pembuatan caping; 3) Peta persebaran pemasaran industri rumah tangga caping;