• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health Organization (WHO), terdapat lebih kurang 34 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus HIV pada akhir tahun 2011.

Di Asia Selatan dan Tenggara, terdapat kurang lebih 5 juta orang dengan HIV/AIDS. Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan estimasi peningkatan incidence rate infeksi HIV lebih dari 25%. Mengingat program skrining di Indonesia belum berjalan baik, maka keadaan di Indonesia menunjukkan fenomena gunung es. Pada tahun 2011, diperkirakan terdapat 380.000 orang terinfeksi HIV di Indonesia.1

Walaupun insidensi anak dengan HIV mengalami penurunan sebesar 70%

dalam 15 tahun terakhir, masih terdapat 1,8 juta anak yang terinfeksi HIV di seluruh dunia pada tahun 2015. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak. Setiap hari didapatkan 400 anak terinfeksi HIV dan 290 meninggal karena AIDS.2 Di Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mencatat ditemukannya peningkatan kasus infeksi HIV pada anak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di wilayah Asia Pasifik, terdapat 22.000 anak yang terinfeksi HIV, dimana 30% anak meninggal pada usia 1 tahun, sedangkan 50% anak meninggal sebelum usia 2 tahun.3

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pada anak terinfeksi HIV, yaitu: mencegah penularan HIV dari ibu ke anak, skrining HIV pada anak yang terpajan HIV, dan pemberian terapi antiretroviral (ARV) pada anak yang terdiagnosis HIV. Walaupun ARV tidak dapat mengeradikasi virus HIV, namun pemberian ARV dilaporkan dapat menurunkan mortalitas anak dengan HIV, dari 5,3% menjadi 0,7% per tahunnya.4 Penelitian di negara Asia dan Afrika yang melibatkan 14 negara melaporkan

(2)

bahwa dari 586 anak dengan HIV yang mendapat ARV, 82% anak dapat bertahan hidup sampai usia 2 tahun.5

Anak terinfeksi HIV memerlukan terapi sepanjang hidup, sehingga pemantauan akan kepatuhan minum obat dan efek samping obat menjadi sangat penting. Selain itu, anak dengan infeksi HIV mempunyai berbagai permasalahan yang meliputi masalah nutrisi, infeksi oportunistik, efek samping ARV, imunisasi, gangguan tumbuh kembang,dan psikososial. Oleh karena itu, dalam menangani kasus HIV dibutuhkan tatalaksana yang komprehensif.

Pasien yang akan kami amati adalah anak laki-laki berumur 2 tahun dengan infeksi HIV stadium 3, global developmental delay, dan stunted. Saat terdiagnosis 6 bulan yang lalu, pasien mengalami gizi buruk tipe marasmik, diare berkepanjangan, oral thrush, dan kandidiasis kutis. Ibu pasien juga terinfeksi HIV, sehingga keduanya rutin kontrol di RSUP Dr. Sardjito sebulan sekali.

Selama 6 bulan terapi anti retro viral (ARV), pasien masih mengalami infeksi oportunistik berupa pneumonia, diare, dan otitis media kronis. Pasien juga masih mengalami keterlambatan perkembangan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pemantauan dan intervensi, agar berbagai komorbid dan komplikasi pasien selama pengobatan yang mungkin timbul dapat segera ditangani, sehingga pasien dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.

B. DESKRIPSI KASUS SINGKAT IDENTITAS PASIEN

Nama : An. CNA

Tanggal Lahir : 28 November 2011 Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Sidomulyo, Dukuh Lor, Purworejo No. CM : 1.63.71.xx Tanggal diperiksa : 16 Januari 2014 Usia saat ini : 2 tahun 1 bulan

Nama Ayah : Bp. S Usia : 30 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Supir Nama Ibu : Ny. S Usia : 28 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta

(3)

Seorang anak laki-laki usia 2 tahun dengan diagnosis infeksi HIV stadium III, global developmental delay, dan severely stunted datang ke Poliklinik Infeksi dan Penyakit Tropis RSUP Dr. Sardjito. Anak mulai terdiagnosis menderita infeksi HIV sejak bulan Mei 2013 saat anak berusia 1 tahun 6 bulan di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta. Dasar diagnosis infeksi HIV pada pasien adalah hasil Rapid test HIV positif yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan antibodi HIV (ELISA).

Keluhan awal adalah anak sering demam naik turun disertai batuk pilek yang hilang timbul. Anak juga sering berak cair dengan ampas, 3-4 kali sehari, ada lendir, namun tidak ada darah, dengan jumlah lebih kurang 10-15 ml sekali buang air, disertai dengan demam tinggi. Anak juga sering mengalami sariawan dan muncul putih-putih di bagian dalam mulut. Berat badan anak juga turun sebanyak 800 gram selama 4 bulan terakhir. Anak diperiksakan ke RSUD Purworejo, dirawat selama 1 minggu, didiagnosis sebagai gizi buruk tipe marasmik, anemia, dan suspek infeksi HIV, yang selanjutnya dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito.

Anak dibawa periksa ke RSUP DR Sardjito pada bulan Mei 2013, saat anak berusia 1 tahun 6 bulan. Hari masuk rumah sakit anak masih mengalami demam, diare persisten, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak sangat kurus, terdapat limfadenopati multipel, hepatomegali, oral thrush, dan kandidiasis kutis. Dari anamnesis tambahan, diketahui bahwa pasien adalah anak pertama dari suami kedua ibu. Ayah pasien memiliki riwayat berganti-ganti pasangan. Saat hamil, status HIV ibu tidak diketahui. Anak lahir melalui persalinan normal dan mendapat ASI saja selama empat bulan.

Pada tanggal 31 Mei 2013, anak menjalani pemeriksaan serologis HIV dengan hasil reaktif. Kadar CD4+ sebanyak 256 sel/uL dengan prosentase CD4+

6% yang menunjukkan adanya imunodefisiensi berat. Pada bulan Juni 2013, ibu juga terdiagnosis HIV dan langsung diberikan ARV. Ayah pasien tidak dapat diperiksa HIV, karena sudah berpisah dan tidak berkomunikasi lagi dengan ibu dan pasien. Diagnosis akhir saat pasien pulang adalah 1) Infeksi HIV stadium III, 2) Gizi buruk tipe marasmik, 3) Diare persisten e.c E.coli membaik, 4) Global developmental delay (GDD), 5) Kandidiasis kutis.

(4)

Pasien mendapat terapi ARV dan rutin kontrol sebulan sekali dengan kesan kepatuhan obat baik. Dibanding sebelum pemberian ARV, kondisi klinis pasien membaik. Namun, pasien pernah dirawat inap lagi 3 kali, karena diare dengan dehidrasi tak berat, PCP (Pneumocystis carinii pneumonia), pneumonia bakterialis, dan otitis media supuratif kronis.

Berat badan anak saat awal pengamatan adalah 11 kg, tinggi badan 79 cm, dan status gizi severely stunted. Anak juga mengalami gangguan perkembangan.

Tes Denver II menunjukkan motorik kasar terdapat 1 caution dan 3 delay, motorik halus terdapat 1 caution dan1 delay, personal sosial terdapat 1 caution tapi tidak ada delay. Sedangkan, pada aspek bahasa terdapat 2 caution dan 3 delay, sehingga disimpulkan sebagai global developmental delay.

Daftar masalah aktif pada pasien saat awal pengamatan adalah: Infeksi HIV stadium 3, severely stunted, global developmental delay, imunisasi belum lengkap sesuai rekomendasi IDAI, risiko infeksi oportunistik dan rehospitalisasi, dan sosial ekonomi kurang. Obat yang dikonsumsi pasien adalah stavudin 1 mg/kg/12 jam, lamivudine 4 mg/kg/12 jam, nevirapine 160 mg/m2/12 jam, dan kotrimoxazol (trimetoprim 4 mg/kg/hari).

C. TUJUAN

Tujuan pengamatan kasus longitudinal ini adalah untuk dapat melakukan pemantauan dan intervensi secara holistik dan berkesinambungan pada anak dengan infeksi HIV, mengenali permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul selama pengobatan HIV, serta melakukan manajemen yang terpadu untuk mencegah terjadinya morbiditas yang lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup anak.

D. MANFAAT 1. Bagi pasien

Dengan dilakukan penanganan secara komprehensif dan pemantauan berkala secara rutin, diharapkan permasalahan yang mungkin timbul terkait infeksi HIV dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan intervensi awal

(5)

yang tepat untuk mencegah morbiditas dan komplikasi yang mungkin timbul.

Pemantauan dan intervensi secara berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

2. Bagi keluarga

Manfaat bagi keluarga adalah agar mendapatkan informasi yang tepat, menerima kondisi penyakit anak secara lebih baik, dan ikut berperan dalam memonitor adanya tanda komplikasi, infeksi oportunistik, serta efek samping selama pengobatan pasien untuk mencapai kualitas hidup anak yang lebih baik.

3. Bagi peneliti

Manfaat untuk peserta PPDS antara lain agar dapat memahami perjalanan klinis anak-anak dengan HIV yang telah mendapat ARV dan dapat melakukan tatalaksana HIV yang berkesinambungan dengan pendekatan yang sistematis.

4. Bagi Rumah Sakit

Tatalaksana pasien HIV yang menyeluruh dan berkesinambungan serta melibatkan beberapa bagian terkait diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

Referensi

Dokumen terkait

Model Sistem cerdas penyortir apel berdasarkan warna dan ukuran dengan menggunakan sensor TCS3200 dan LDR yang berbasis arduino uno ini masih perlu pengembangan

Pada pelaksanaannya banyak dijumpai material yang memiliki berat kering volume yang lebih besar dari spesifikasi proyek yaitu 1,8 kg/³, dan dari adanya material yang

Sistem non- terminating [1-3] 10 15 Mampu memahami dalam percobaan optimasi dan implementasi  Ketepatan mengoptimalkan model  Ketepatan menjalankan percobaan

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)

Penelitian ini menunjukkan bahwa sorbitol merupakan sumber karbon tambahan yang bersifat non-represif, yaitu dapat meningkatkan pertumbuhan dan tidak menghambat ekspresi

Pengumpulan data dalam penelitian analisis lirik lagu pada Album Mantra-. Mantra Karya Kunto Aji yang terdiri dari 9 lagu akan dianalisis lirik

Kehancuran kerajaan Islam terakhir, Dinasti Ahmar di Granada, Spanyol yang terjadi tahun 1492 M, disebabkan oleh penyerahan kekuasan Islam kepada kerajaan

Oleh karena itu dengan melihat besarnya kepentingan monitoring dan evaluasi bagi penjaminan kualitas dan akuntabilitas publik terhadap kegiatan penelitian dan