• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

I.1. Permasalahan

I.1.1 Latar Belakang

Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat sebagai hari ibadah.1 Namun secara keseluruhan hari Minggu yang sudah menjadi hari libur internasional dan merupakan hari ibadah bagi umat kristen. Dasar teologis yang dikemukakan banyak ahli untuk praktek peribadahan hari Minggu ini diringkaskan oleh Bacchiocchi sebagai peringatan hari kebangkitan Yesus Kristus, inagurasi terhadap hari penciptaan dan harapan eskatologis tentang dunia baru melalui simbolisasi hari kedelapan.2 Dengan dasar tersebut, maka sampai saat ini hari Minggu menjadi hari ibadah bagi Umat Kristen. Artinya setiap hari Minggu orang-orang Kristen akan mengunjungi gereja-gereja untuk melaksanakan ibadah.

Secara ideal setiap gereja (jemaat) mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan itu dapat dilihat dari jumlah anggota terdaftar di suatu gereja tetapi juga dapat dilihat dari jumlah pengunjung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan termasuk pada kebaktian hari minggu. Terkait dengan pengunjung kebaktian hari Minggu pada gereja- gereja, ada beberapa kemungkinan yang biasa terjadi. Ada gereja yang kecenderungan pengunjung kebaktian hari Minggunya mengalami penurunan. Ada gereja yang terlihat seperti stagnan, dimana dalam beberapa tahun pengunjung kebaktian hari Minggunya terlihat tetap. Tetapi ada juga gereja yang mengalami perkembangan.

1 Kelompok ini adalah kelompok Advent Hari Ketujuh yang biasa disebut Sabbatarianisme, karena menekankan hari Sabat sebagai hari ibadah orang Kristen. Berkembang pada abad-abad pertengahan terutama di Inggris. Dikutip dari tulisan Pdt. Ferdy Suleeman, Th.M, “Hari Minggu Sebagai Hari Ibadah Kristen”, dalam Jurnal Penuntun Vol. 5. No. 18 Tahun 2002, p. 123.

2 Dikutip dari Rewah Auriani Handayani, S. Th., “Bedah Buku: Praktek Dan Dasar Hari Minggu Sebagai Hari Ibadah”, dalam Jurnal Penuntun vol.5 NO.18, 2002, p.244-245

(2)

Salah satu gereja yang pengunjung kebaktian hari Minggunya terlihat mengalami perkembangan signifikan adalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gejayan Yogyakarta.

Walaupun jemaat ini masih relatif muda karena baru menjadi jemaat dewasa yang mandiri sejak tanggal 3 Maret 2000, namun saat ini sudah menyelenggarakan tujuh kali kebaktian hari Minggu. Kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan dimulai pada tahun 1993 (saat menjadi Pos PI Gejayan GKI Ngupasan) dengan satu kali kebaktian yang dihadiri rata-rata 80 orang. Pada waktu jemaat ini ditingkatkan menjadi jemaat dewasa tahun 2000, kebaktian sudah dilaksanakan empat kali dengan rata-rata pengunjung 1000 orang. Saat ini, setelah enam tahun menjadi jemaat dewasa, GKI Gejayan telah menyelenggarakan tujuh kali kebaktian yaitu hari Sabtu jam 16.00 WIB, hari Minggu jam 06.30 WIB, 09.00 WIB, 11.00 WIB, 16.00 WIB, 18.30 WIB dan sekali kebaktian di Pos PI Hotel Quality jam 09.15 WIB dengan rata-rata dihadiri pengunjung sekitar 35993 orang pada bulan Oktober 2006. Ini menunjukkan bahwa pengunjung kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan mengalami pertumbuhan yang pesat. Kalau dibandingkan dengan jumlah anggota jemaat yang terdaftar yaitu 7574 orang, maka jumlah pengunjung jemaat pada kebaktian hari Minggu menjadi sangat tinggi. Dari kenyataan ini maka menarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi warga jemaat sehingga memilih GKI Gejayan sebagai tempat beribadah pada hari Minggu.

I.1.2 Permasalahan

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa jumlah warga jemaat yang hadir pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan sangat tinggi. Mereka yang hadir ini di antaranya adalah anggota jemaat yang terdaftar sebagai anggota jemaat, baik anggota sidi maupun anggota baptis, tetapi juga para simpatisan yang aktif atau sekedar sebagai pengunjung kebaktian biasa. Kenyataan itu tentu menimbulkan suatu pertanyaan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi atau menarik sehingga warga jemaat hadir dalam kebaktian- kebaktian yang dilaksanakan oleh GKI Gejayan.

3 Lih. Diagram 1 di hal. 25.

4 Data ini diperoleh dari Buku Daftar Anggota GKI Gejayan yaitu jumlah seluruh anggota yang pernah terdaftar sebagai anggota jemaat dikurangi jumlah anggota yang atestasi keluar dan meninggal dunia. (841 – (60+24) = 757).

(3)

Ada berbagai kemungkinan yang dapat diduga sebagai faktor yang mempengaruhi tingginya kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Faktor- faktor itu antara lain : (1) letak strategis, yaitu perkembangan kota Yogyakarta yang cenderung ke daerah Utara dimana GKI Gejayan ada dan letaknya yang berdekatan dengan lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas-universitas besar dan sekolah- sekolah yang ada di Yogyakarta; (2) corak ibadah/ liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan yang menggunakan empat versi kebaktian sehingga setiap orang dapat memilih beribadah sesuai dengan corak ibadah yang disukainya; (3) pembangunan jemaat yang integral seperti dikemukakan oleh Jan Hendrik yaitu iklim, kepemimpinan, struktur, tujuan dan konsepsi identitas5 yang telah di lakukan di GKI Gejayan; (4) citra GKI Gejayan sebagai gereja kaum muda; atau faktor yang lainnya. Faktor-faktor di atas diduga berpengaruh terhadap tingkat kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Untuk membuktikan pengaruh faktor-faktor itu maka akan dilakukan penelitian agar dapat diketahui sejauh mana faktor-faktor itu berpengaruh pada kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu.

Karena menyadari bahwa tidak mungkin meneliti secara menyeluruh semua faktor itu dalam sebuah skripsi, maka dalam pembahasan ini penulis hanya akan membahas tentang pengaruh faktor liturgi terhadap kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Sehubungan dengan pembahasan itu, maka akan dibahas masalah di sekitar liturgi GKI dan juga liturgi yang dipakai pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan.

Juga akan dibahas tentang pengelolaan empat versi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan.

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan memperhatikan kategori liturgi6 menurut James F. White dalam pelaksanaanya; dan

5 Jan Hendriks, Jemaat Vital dan Menarik, 2002, p. 27 – 188.

6 Kategori liturgi adalah istilah yang dipakai James F.White untuk menjelaskan bentuk-bentuk lahiriah dan kelihatan yang mengitari ibadah atau liturgi Kristen. Ibadah Kristen telah menggunakan bentuk-bentuk itu secara tetap dalam ibadahnya. Bentuk-bentuk lahiriah dan kelihatan yang dimaksud yaitu umat, iman, waktu, ruang, doa, khotbah dan musik. Sebenarnya sakramen juga merupakan bentuk yang termasuk dalam ibadah Kristen, tetapi karena sakramen bukan menjadi fokus utama sebagian besar ibadah Protestan, maka sakramen tidak dimasukkan dalam bahasan ini.

(4)

2. Sejauh manakah liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan berpengaruh terhadap kehadiran warga jemaat. Di sini liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan akan dinilai berdasarkan tujuh kategori liturgi protestan menurut James F.

White.

I.2. Alasan Pemilihan Judul

I.2.1. Rumusan Judul

Berkaitan dengan permasalahan yang sudah dikemukakan diatas, maka penulis akan membahasnya dibawah judul :

”Pengaruh Liturgi Terhadap Tingkat Kehadiran Warga Jemaat Pada Kebaktian Hari Minggu di GKI Gejayan.”

Dengan judul ini diharapkan dapat membantu penulis memberi arah pembahasan skripsi ini secara sistematis.

Di dalam kalimat judul ini ada dua istilah yang perlu dijelaskan Yang pertama adalah istilah liturgi mempunyai arti yang sangat luas. Pada pembahasan ini pemakaian kata liturgi diartikan sebagai persekutuan orang Kristen yang beribadah kepada Allah. Menurut G. Riemer,

Istilah ini selain sudah menjadi istilah teknis dalam ilmu Teologi yang merujuk kepada berkumpulnya jemaat untuk beribadah, tata kebaktian dan sebagainya, juga gereja masa kini biasa menamakan ibadahnya suatu ”liturgi”; kebiasaan ini terdapat pada banyak gereja7.

Istilah ini juga dikatakan White, dekat dengan bahasa Inggris modern liturgy8 atau peribadahan.Liturgi dalam pengertian ini

7 G. Riemer, Cermin Injil, Edisi 2, 2002, p. 13.

8 James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, 2002, p. 13.

(5)

adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang demi manfaat orang lain. Dengan kata lain, liturgi adalah contoh sejati dari imamat semua orang percaya yang didalamnya seluruh komunitas imamat Kristen mengambil bagian. Menyebut suatu ibadah bermakna

”liturgis” adalah untuk mengindikasikan bahwa kegiatan itu adalah sedemikaian rupa sehingga semua orang yang beribadah itu ambil bagian secara aktif dalam menyajikan ibadah mereka bersama-sama9.

Jadi pengertian liturgi dalam bahasan ini sama dengan ibadah secara keseluruhan.

Yang kedua adalah istilah kebaktian. Kebaktian disini diartikan sebagai perkumpulan orang Kristen yang beribadah. Jadi kebaktian merupakan wahana dimana ibadah atau liturgi sedang dilaksanakan oleh warga jemaat yang berkumpul.

I.2.2. Alasan Pemilihan Judul

Alasan mengapa judul ini dibahas adalah karena fakta kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu mengalami pertumbuhan yang signifikan beberapa tahun ini. Salah satu hal yang diduga sebagai faktor yang berpengaruh adalah karena kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan dilakukan dengan empat versi yaitu : kebaktian umum biasa (dilaksanakan pada kebaktian hari Minggu jam 06.00 WIB, 09.00 WIB dan 09.15 WIB di Pos PI Hotel Quality), kebaktian inovatif (dilaksanakan pada kebaktian hari Sabtu jam 16.00 WIB), kebaktian ekspresif (dilaksanakan pada kebaktian hari Minggu jam 11.00 WIB), dan kebaktian impresif (dilaksanakan pada kebaktian hari Minggu jam 16.00 WIB dan 18.30 WIB). Selain itu pemakaian liturgi GKI yang diputuskan pada Persidangan Majelis Sinode GKI XIV di Bali yang resminya akan diberlakukan disemua aras GKI mulai Minggu Advent I tahun 2006, namun sudah dipakai pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan sejak bulan Pebruari 2006 dengan berbagai penyesuaian di jemaat. Karena fakta ini maka tentu masalah ini menarik untuk diteliti. Penelitian terhadap masalah ini selain menarik, juga belum pernah dilakukan, sehingga merupakan bahasan yang baru apalagi dengan melihat menggunakan tujuh kategori liturgi menurut James F. White.

9 James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, 2002, p. 14.

(6)

Penulis juga menyadari bahwa pengetahuan tentang liturgi sangatlah penting karena liturgi merupakan salah satu hal yang sentral dalam kehidupan bergereja sehingga masalah ini penting untuk dibahas. Pembahasan masalah ini juga akan membantu penulis mempersiapkan diri menjadi seorang pelayan di gereja nantinya dan bagi pihak lain yang mau meningkatkan pelayanan di jemaatnya dalam hal liturgi.

I.3. Metode Penulisan

I.3.1. Metode Penulisan

Karena penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif maka penulisannya akan dilakukan dengan memaparkan data berupa diagram dan tabel frekuensi. Data pada diagram dan tabel frekuensi akan dijelaskan dengan menerangkan permasalahan yang ada pada angka presentase yang menonjol. Setelah itu akan diberi penafsiran terhadap data itu sehingga penjelasan mengapa persentase itu tinggi dapat diketahui.

Teknis analisis data yang digunakan adalah deskriptif, yaitu dengan memakai data yang diolah dari angket yang berhasil dikumpulkan selama penelitian dilakukan, kemudian dianalisis dengan metode persentase. Penyajian data dalam bentuk persentase selanjutnya di deskripsikan dan diambil kesimpulan sesuai dengan hasil interpretasinya terhadap masing-masing komponen dan indikator berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Dengan analisis terhadap kecenderungan persentase yang tinggi maka kesimpulan dapat diambil.10

I. 3. 2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah warga jemaat GKI Gejayan Yogyakarta. Warga Jemaat yang dimaksud adalah mereka yang datang pada setiap kebaktian yang dilaksanakan di GKI Gejayan pada hari Sabtu/Minggu yaitu pada hari Sabtu jam 16.00WIB, dan hari Minggu jam 06.30WIB, 09.00WIB, 11.00WIB, 16.00 WIB, 18.30 WIB serta jam

10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (ed.rev.V), 2002, pp. 10 – 11; 30;

212.

(7)

09.15 WIB di Pos Kebaktian Quality Hotel. Karena yang dimaksud dengan warga jemaat dalam penelitian ini adalah mereka yang datang dalam kebaktian hari Sabtu/Minggu, maka mereka adalah anggota baptisan, anggota sidi11 dan simpatisan.12

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :

a. Data sekunder yang dimiliki oleh jemaat, berupa dokumen-dokumen, warta jemaat, daftar anggota, daftar kehadiran warga jemaat dalam setiap kebaktian hari Sabtu/Minggu dan dokumen lain yang dimiliki oleh GKI Gejayan berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

b. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh penulis yang dilakukan dengan penyebaran kuisioner dan wawancara. Data ini akan dikumpulkan selama penelitian dilaksanakan.

I.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, akan dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

Pertama, untuk mendapatkan data sekunder berupa daftar anggota jemaat, daftar kehadiran warga jemaat sebelum dan selama penelitian dilaksanakan, sejarah dan liturgi, dilakukan dengan studi literatur dan statistik dari data yang dimiliki oleh GKI Gejayan, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah atau data yang ingin diketahui.

Untuk mendapatkan data primer, maka dilakukan dengan 2 (dua) cara. Pertama, dengan penyebaran kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diisi oleh responden. Responden merupakan sampel dari seluruh populasi. Sampel ini didapatkan dengan teknik random13 (dipilih secara acak). Jumlah sampel yang diperlukan adalah 5 % dari populasi. Karena jumlah pengunjung rata-rata pada tahun 2006 sekitar 2962 orang, maka sampel yang dibutuhkan adalah 5/100 x 2962

11 Tata Gereja GKI, Tata Dasar pasal 8, ayat 1.b.

12 Tata Gereja GKI, Tata laksana Bab XIX pasal 65, p.100. (Mereka yang aktif atau hadir dalam kegiatan- kegiatan jemaat termasuk kebatian hari Minggu, tetapi bukan anggota jemaat yang terdaftar di dalam buku keanggotaan serta tidak memiliki nomor induk anggota GKI Gejayan).

13 Drs. H. Nursal Luth dan Drs. Daniel Fernandez, MA, Panduan Belajar Sosiologi 2, , 1996, p.196.

(8)

= 148,10. Karena pada bulan tertentu kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan mengalami peningkatan yang tinggi misalnya bulan Oktober 2006 bisa mencapai 3599 orang maka sampel yang dibutuhkan diusahakan lebih dari 150 responden. Dengan jumlah sampel ini dapat dianggap mewakili populasi dengan asumsi bahwa warga jemaat yang hadir beribadah pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan adalah relatif homogen karena warga jemaat adalah sama. Jadi walau sampel yang relatif sedikit namun sudah dianggap dapat mewakil populasi.

Kedua, untuk memperoleh informasi tentang siapa yang terlibat dalam rangkaian liturgi hari Minggu, siapa yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya maka akan dilakukan wawancara kepada beberapa orang yang dianggap mengetahui hal itu.

I. 3. 4. Teknik Analisa Data dan Pengolahan Data

Karena penelitian ini ingin melihat bagaimana liturgi di GKI Gejayan menarik warga jemaat hadir dalam kebaktian hari Minggu, maka teknik analisa yang digunakan adalah gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif karena menyajikan data hasil penelitian berupa diagram dan tabel frekuensi dari hasil kuisioner tentang kategori-kategori liturgi pada kebaktian Hari Sabtu/Minggu di GKI Gejayan. Tetapi juga kuantitatif karena memaparkan hasil studi literatur dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden yang dianggap mengetahui permasalahan yang dibahas. Dari Analisa yang dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif penulis akan membuat refleksi teologis dengan menggunakan kategori liturgi James F. White sebagai alat untuk mendialogkan hasil penelitian ini. Yang terakhir akan ditarik suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Pengolahan data kuantitatif pada tabel frekuensi dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama adalah membuat tabel frekuensi dari pertanyaan semi terbuka yaitu pertanyaan nomor 1 sampai nomor 13 pada kuisioner, dilakukan dengan menghitung frekuensi jawaban responden ke dalam pilihan yang sudah disediakan

(9)

termasuk jawaban yang berasal dari responden sendiri, kemudian menghitung persentase setiap pilihan itu. Cara yang kedua adalah membuat penilaian terhadap pilihan jawaban responden yang ada pada nomor 14 sampai nomor 49 kuisioner.

Penilaian ini menggunakan kriteria penilaian sederhana. Pada setiap pertanyaan telah disediakan jawaban berdasarkan ”Skala Lima”. Cara pengukurannya ialah dengan menghadapkan seorang responden dengan pertanyaan di dalam kuisioner

dan responden memberikan jawaban ”Sangat…….”,

”Membantu/Menarik/Mempengaruhi”, ”Cukup…..……”, ”Kurang……… ”,

”Tidak……..”. Jawaban tersebut diberi skor 5, 4, 3, 2, 1. Sehingga pemberian skor dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Skala Lima Skor

1. Sangat (membantu/menarik/mempengaruhi) 5 2. Membantu/Menarik/Mempengaruhi 4 3. Cukup (membantu/menarik/mempengaruhi) 3 4. Kurang (membantu/menarik/mempengaruhi) 2 5. Tidak (membantu/menarik/mempengaruhi) 1

Untuk memudahkan pemberian nilai pada skor rata-rata ”Skala Lima”, dibuat beberapa kategori, yaitu :

Kategori Skala Lima Kualitas Pernyataan

4,21 – 5,00 Sangat (membantu/menarik/mempengaruhi) 3,41 – 4,20 Membantu/Menarik/Mempegaruhi

2,61 – 3,40 Cukup (membantu/menarik/mempengaruhi) 1,81 – 2,60 Kurang (membantu/menarik/mempengaruhi) 1,00 – 1,80 Tidak (membantu/menarik/mempengaruhi)

(10)

Untuk menghitung nilai setiap pertanyaan digunakan rumus :

( 5 x a ) + ( 4 x b ) + ( 3 x c ) + ( 2 x d ) + ( 1 x e ) N

Keterangan :

- a,b,c,d,e adalah jumlah frekuensi setiap kategori jawaban - N adalah jumlah sampel.

Tahap selanjutnya adalah melihat pengaruh liturgi terhadap kehadiran warga jemaat dengan kerangka berfikir sebagai berikut: Liturgi kebaktian hari Minggu dapat mempengaruhi tingkat kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu jika setiap kategori liturgi dirasakan membantu, menarik dan mempengaruhi warga jemaat. Semakin tinggi kategori-kategori liturgi dirasakan oleh warga jemaat akan semakin berpengaruh terhadap kehadiran mereka pada kebaktian hari Minggu. Dan sebaliknya, semakin rendah kategori liturgi dirasakan oleh warga jemaat akan semakin tidak berpengaruh terhadap kehadiran warga jemaat. Mengenai kategori liturgi James F. White yang berkaitan dengan kerangka berfikir ini akan dibahas pada bab II.

I.4. Sistematika Penulisan

Setelah penelitian ini selesai maka akan dibuat laporan dalam bentuk skripsi dengan komposisi sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, Alasan pemilihan judul yang terdiri atas rumusan judul dan alasan pemilihan judul. Juga akan dikemukakan tentang metode penulisan yang terdiri atas metode penulisan dan metode pengumpulan data. Yang terakhir adalah sisematika penulisan.

(11)

Bab II. Dimensi-Dimensi Ibadah Menurut Pandangan James F. White

Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tujuh kategori liturgi protestan menurut James F. White yang digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini.

Masing-masing kategori akan dijelaskan secara singkat.

Bab III. Liturgi dan Pengunjung Kebaktian Hari Minggu di GKI Gejayan

Dalam bab ini akan di bahas sekilas tentang sejarah liturgi GKI dan juga liturgi GKI yang baru. Juga akan membahas liturgi kebaktian hari Minggu yang dipakai pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan dan empat versi kebaktian yang dilaksanakan di GKI Gejayan.

Bab IV. Pengaruh Liturgi terhadap Kehadiran Warga Jemaat pada Kebaktian Hari Minggu di GKI Gejayan

Pada bagian ini akan berisi tentang hasil penelitian yang dipaparkan dengan tabel frekuensi dan juga penilaian warga jemaat terhadap liturgi yang ada pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan.

Bab V. Penutup

Pada bagian ini akan dilakukan refleksi teologis dan juga berisi kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Melalui (Grup WA, Telegram, Google Classroom, Zoom, Microsoft , Telegram, link dll) guru Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan &

Untuk menguji hipotesa 2 dari perhitungan tabel frekuensi yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan industri yang meliputi bahan baku, pemasaran,

menganalisis, memproses dan mengorganisasikan data tersebut.. Peserta didik menyusun perkiraan dari hasil analisis yang dilakukan. Sampaikan poin-poin pembelajaran utama yang

Dengan menggunakan data perubahan kadar Mg 2+ dalam air yang telah melewati unggun zeolit dapat diketahui kapasitas tukar kation (KTK) untuk ion Mg 2+ , kapasitas

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah virus Covid-19 adalah dengan menerapkan perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di mana dalam penerapannya

Naskah artikel harus dimulai dengan judul, abstrak, dan kata kunci dan teks utama harus terdiri dari: Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan, dan Kesimpulan; diikuti

Berdasarkan hal-hal yang telah penulis uraikan dalam pembahasan mengenai kesesuaian penetapan tersangka korupsi oleh KPK tanpa bukti permulaan yang cukup dengan asas due of

Dari output regresi berganda didapat bahwa kompetensi dan kepuasan kerja berhubungan tidak signifikan dengan kinerja tenaga kependidikan di UMTS Ini menunjukkan