• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh Hasny Ainun Zainina NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh Hasny Ainun Zainina NIM"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Hasny Ainun Zainina NIM. 11150150000011

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Hasny Ainun Zainina Tempat/Tgl.Lahir : Tangerang, 15 April 1997

NIM : 11150150000011

Jurusan / Prodi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Judul Skripsi : Kesetaraan dan Ketidakadilan Gender Pada

Pedagang Perempuan Pasar (Studi Kasus di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten)

Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si 2. Drs. Rusli Ishaq, M.Pd

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 09 Maret 2020 Mahasiswa Ybs

Hasny Ainun Zainina NIM. 11150150000011

(3)
(4)

(STUDI KASUS DI PASAR ANYAR KELURAHAN SUKA ASIH KECAMATAN TANGERANG KOTA TANGERANG PROVINSI

BANTEN) Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Hasny Ainun Zainina NIM. 11150150000011

Mengesahkan,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M. Si Drs. Rusli Ishaq, M.Pd NIP. 19670828 199303 2 006 NIP. 19650219 201411 1 001

(5)

Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten) yang disusun oleh Hasny Ainun Zainina, NIM. 11150150000011, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, 09 Maret 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M. Si Drs. Rusli Ishaq, M.Pd NIP. 19670828 199303 2 006 NIP. 19650219 201411 1 001

(6)

i ABSTRAK

Hasny Ainun Zainina (NIM: 11150150000011). Kesetaraan dan Ketidakadilan Gender pada Pedagang Perempuan Pasar (Studi Kasus di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten)

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui bentuk-bentuk kesetaraan gender pada pedagang perempuan pasar, (2) untuk mengetahui bentuk-bentuk ketidakadilan gender pada pedagang perempuan pasar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data adalah observasi non partisipasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) Kesetaraan gender pada pedagang perempuan pasar sudah terwujud karena porsi yang diambil perempuan dalam menjalankan kegiatan ekonomi di Pasar Anyar lebih besar dari suami. (2) Adapun ketidakadilan gender yang dialami oleh pedagang perempuan di Pasar Anyar ini disebabkan adanya beban kerja ganda. Pembagian kerja dalam rumah tangga pedagang perempuan pasar menempatkan perempuan pada kegiatan reproduktif dan produktif.

Kata Kunci: Kesetaran dan Ketidakadilan Gender, Pedagang Perempuan, Pasar.

(7)

ii ABSTRACT

Hasny Ainun Zainina (NIM: 11150150000011). Gender Equality and Injustice for Women Traders in the Market (Case Study in Anyar Market, Suka Asih Village, Tangerang District, Tangerang City, Banten Province)

The purposes of this research are: (1) to find out forms of gender equality women traders in the market, (2) to find out forms of gender injustice women traders in the market. This study uses qualitative research methods with data collection methods are non-participation observation, interviews and documentation.

Based on the research results, it can be concluded that: (1) Gender equality women traders in the market has been realized because the portion taken by women in running out economic activities in the Anyar Market is greater than their husbands. (2) The gender inequality experienced by women traders in the Anyar Market is by the work load doubles. The division of work in household of women traders put women in reproductive and productive activities.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena segala rahmat dan karunia-Nya penulis data menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kebijakan dan tuntunan berkehidupan di dunia. Sehingga kita dapat melihat indahnya masa kini.

Selama penyelesaian skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Andri Noor Ardiansyah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis selama awal perkuliahan dari awal semester sampai akhir semester.

4. Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si dan Drs. Rusli Ishaq, M.Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk terus membantu dalam membimbing sampai selesainya penulisan skripsi ini. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut ilmu di bangku perkuliahan. Semoga ilmu yang bapak dan ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

6. Kedua orang tua saya yang saya cintai, Ayah dan Ibu yang selalu memberikan motivasi dan doa yang tak henti-hentinya serta selalu mendukung saya dalam mengerjakan skripsi. Kakak dan Adik saya yang telah memberikan dukungan dan doa dalam mengerjakan skripsi ini.

(9)

iv

7. Kesbangpol Kota Tangerang, PD. Pasar Kota Tangerang dan Pengelola Pasar Anyar Kota Tangerang yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kakak-kakak yang penulis sayangi, Yayu Hardiyanti, Fauziah Karimah, Fatma Hanivah, Ike Retno Septyastuti dan Zefi Khomara yang selalu membantu baik berupa moril ataupun materiil dalam penulisan skripsi ini. 9. Teman-teman yang sangat saya sayangi sejak awal perkuliahan, Adieb

Achmad, Bagas Arlangga, Maulidya Cahya Fatiha, Ika Wahyu Riani, Diana Sa’adah, Septya Savina Zahra dan Dinda Adhiana Mansur, yang selalu memberikan keceriaan dan momen-momen bahagia yang tak terlupakan selama masa perkuliahan.

10. Sahabat-sahabat saya sejak SMP, Mega Amelia Rulyanti, Silvi Asti Rizkitania, Yuli Maulidya Fauziah, dan Endro Putra yang selalu memberikan motivasi serta semangat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat, yang memberikan pengalaman berorganisasi selama penulis berkuliah.

12. Keluarga Distrik IPS, yang telah memberikan pengalaman dan cerita hingga sekarang.

13. Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang merupakan awal penulis berorganisasi dan mendapatkan ilmu di luar perkuliahan.

14. Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran di sela-sela waktu perkuliahan.

15. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu untuk membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan.

Jakarta, 09 Maret 2020

(10)

v DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Teori Struktural Fungsional ... 9

2. Gender ... 10

3. Pedagang ... 25

(11)

vi

5. Pasar ... 28

B. Penelitian Relevan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Latar Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian... 40

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 43

1. Pengumpulan Data ... 43

2. Pengolahan Data... 49

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 50

F. Analisis Data ... 51

1. Pengumpulan Data ... 51

2. Reduksi Data ... 51

3. Penyajian Data ... 51

4. Menarik Kesimpulan/Verifikasi ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 53

1. Profil Pasar Anyar ... 53

2. Visi dan Misi PD Pasar Kota Tangerang ... 53

3. Sejarah Singkat PD Pasar Kota Tangerang ... 54

4. Landasan Hukum dan Operasional ... 55

5. Tugas Pokok dan Fungsi ... 56

6. Struktur Organisasi ... 57

7. Profile Pasar Anyar Kota Tangerang ... 58

(12)

vii

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

1. Kondisi Lokasi dan Geografis Pasar Anyar Kota Tangerang .... 61

2. Kondisi Tempat dan Lingkungan Pasar Anyar Kota Tangerang 62 3. Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) pada Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten ... 64

4. Ketidakadilan Gender pada Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten ... 72

C. Pembahasan ... 84

1. Bentuk-bentuk Kesetaraan Gender pada Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten ... 84

2. Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender pada Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kota Tangerang ... 86

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Implikasi ... 90

C. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbedaan antara Seks dan Gender ... 12

Tabel 2. 2 Karakteristik Laki-laki dan Perempuan Menurut Konstruksi Gender . 13 Tabel 2. 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan ... 36

Tabel 3. 1 Kegiatan Penelitian ... 39

Tabel 3. 2 Pedoman Observasi ... 43

Tabel 3. 3 Instrumen Wawancara... 45

Tabel 4. 1 Bagan Kepengurusan ... 57

Tabel 4. 2 Bagan Kepengurusan PD Pasar Kota Tangerang ... 57

Tabel 4. 3 Luas Bangunan Pasar Anyar ... 58

Tabel 4. 4 Jumlah Sarana Dagang ... 58

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian ... 38

Gambar 4. 1 Logo PD. Pasar Kota Tangerang ... 53

Gambar 4. 2 Denah Kios Pasar Lantai 1 ... 60

Gambar 4. 3 Denah Kios Pasar Lantai 2 ... 61

Gambar 4. 4 Bangunan Pasar Anyar ... 62

Gambar 4. 5 Kios Pedagang ... 63

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Observasi

Lampiran 2 Hasil Observasi Lampiran 3 Instrumen Wawancara Lampiran 4 Hasil Wawancara

Lampiran 5 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 7 Lembar Pernyataan Uji Referensi Lampiran 8 Lembar Uji Referensi

Lampiran 9 Dokumentasi Biodata

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persoalan yang kini sering dihadapi bangsa Indonesia, adalah persoalan tentang perempuan karena perempuan merupakan salah satu topik yang menarik untuk di kaji, karena selain melihat realitas kehidupan sosial perempuan juga melihat posisi dalam peran dan fungsinya. Peran dan fungsi perempuan berbeda dengan laki-laki baik secara fisik maupun psikisnya. Isu mengenai kiprah perempuan di sektor publik nampaknya tidak pernah sepi dari perbincangan. Hal ini dikarenakan permasalahan sosial yang belum imbang.

Secara kodrat, memang diakui adanya perbedaan (distinction), bukan pembedaan (discrimination) antara laki-laki dengan perempuan, misalnya dalam aspek biologis, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang selanjutnya bersifat komplementer, saling mengisi dan melengkapi. Oleh karena itu, terbentuknya perbedaan-perbedaan ini dikarenakan oleh banyak hal, di antaranya dibentuk, disosialisasi, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial atau kultural.

Karena proses sosialisasi dan rekonstruksi berlangsung secara mapan dan lama, akhirnya menjadi sulit dibedakan apakah sifat-sifat gender itu, seperti kaum perempuan lemah lembut dan kaum laki-laki kuat perkasa, dikontruksi atau dibentuk oleh masyarakat atau kodrat biologis yang ditetapkan oleh Tuhan. Namun, dengan menggunakan pedoman bahwa setiap sifat biasanya melekat pada jenis kelamin tertentu dan sepanjang sifat tersebut bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil konstruksi masyarakat, dan sama sekali bukanlah kodrat.1

Kata Gender dalam bahasa Indonesia dipinjam dari bahasa Inggris. Menurut Musdah Mulia, “Gender adalah seperangkat sikap, peran, tanggung

1 Mansour Fakih, Analisis Gender & Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(17)

jawab, fungsi, hak dan perilaku yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan akibat bentukan budaya atau lingkungan masyarakat tempat manusia itu tumbuh dan dibesarkan.”2 Pengertian gender tidak sekedar merujuk pada perbedaan biologis semata, tetapi juga perbedaan perilaku, sifat, dan ciri-ciri khas yang dimiliki laki-laki atau perempuan. Lebih jauh, istilah gender menunjuk pada peranan dan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Konstruksi gender sepenuhnya didasarkan atas kreasi atau ciptaan masyarakat.3 Konsep gender selalu berubah akibat perubahan waktu dan tempat sesuai dengan tingkat kesadaran kemanusiaan masyarakat.

Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Masalah itu akan muncul ketika perbedaan gender melahirkan berbagai ketidakadilan, terutama bagi kaum perempuan. Untuk memahami bagaimana keadilan gender menyebabkan ketidakadilan gender perlu dilihat manifestasinya. Menurut Mansour Fakih, “Manifestasi ketidakadilan gender tidak bisa dipisah-pisahkan, karena saling berkaitan dan saling mempengaruhi secara dialektis. Manifestasi ketidakadilan dapat dilihat dalam berbagai bentuk, seperti marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan (violence), dan beban kerja.”4 Fenomena ketidakadilan yang ada dalam masyarakat juga dapat dipahami sebagai sebuah pranata sosial sebab perbedaan peran mengenai sifat, tingkah laku perempuan dan laki-laki direduksi menjadi tatanan norma yang bersifat mengikat dan dianggap sesuatu yang wajar serta tak perlu dipermasalahkan keberadaannya.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia telah mengusung program Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) untuk menghapus segala bentuk diskriminasi baik terhadap

2 Siti Musdah Mulia, Keadilan dan Kesetaraan Gender Persepktif Islam, (Jakarta: Tim

Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama, Departemen Agama, 2001), h. 73

3 Musdah Mulia, Indahnya Islam Menyuarakan Kesetaraan & Keadilan Gender,

(Yogyakarta: Nauvan Pustaka, 2014), h. 66

(18)

perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dalam pembangunan.

Keadilan gender adalah proses yang adil bagi perempuaan dan laki-laki, untuk menjamin agar proses itu adil bagi peranannya masing-masing. Keadilan gender antara perempuan dan laki-laki adalah proses yang mengantarkan menuju kesetaraan. Kesetaraan gender adalah keadaan dimana perempuan dan laki-laki dapat menikmati status dan kondisi yang sama dan potensi yang sama untuk berkontribusi dalam pembangunan. Dengan kata lain kesetaraan gender adalah penilaian yang sama oleh masyarakat terhadap persamaan dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam peran yang mereka lakukan.

Perempuan dikaitkan dengan pemberdayaan telah mengalami perkembangan yang baik, dimana perempuan ketika waktu dulu hanya diposisikan pada tempat yang terbatas. Perempuan juga disimbolkan dengan kemampuan kerja, profesi, pendidikan dan lain sebagainya selalu berada dibelakang kaum laki-laki. Perempuan dan laki-laki memiliki derajat yang sama begitu juga untuk profesi kerja, yang dulu perempuan hanya berkutat pada sektor domestik, sekarang ada yang di sektor publik.

Saat ini keterlibatan perempuan di sektor publik sudah banyak dijumpai. Masyarakat memandang positif aktivitas perempuan di sektor publik. Karena selain merupakan manifestasi persamaan hak laki-laki dan perempuan, tetapi juga dapat memberikan keuntungan finansial bagi keluarga juga kontribusi besar terhadap kesejahteraan keluarga, khususnya bidang ekonomi. Walaupun masih sedikit perempuan yang menduduki jabatan atau struktural tinggi dalam sebuah perusahaan, sebagai besar hanya bekerja sebagai buruh/ asisten rumah tangga/ berdagang. Keadaan seperti itu

(19)

membuat perempuan memiliki peran ganda, yakni peran domestik yang mengurus rumah tangga dan peran publik yang bertugas di luar rumah atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh keluarga.

Pada sektor publik, peluang kerja yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sektor formal dan sektor infromal. Pada sektor informal setiap orang dapat masuk dan berkecimpung didalamnya, karena bidang ini tidak terlalu banyak menuntut persyaratan. Ciri-ciri dari sektor informal menurut Criss Manning ialah, sektor ini sangat mudah dimasuki karena tidak memerlukan keterampilan yang tinggi, bersandar pada sumber daya lokal, bergerak dalam lingkup operasi skala kecil, dan berbentuk usaha sendiri sehingga mudah diatur sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Sedangkan pada sektor formal berlaku sebaliknya.5

Merujuk pada Undang-undang (UU) Ketenagakerjaan No. 13/2003, pekerja informal mengacu pada orang yang bekerja tanpa relasi kerja, yang berarti tidak ada perjanjiaan yang mengatur elemen-elemen kerja, upah dan kekuasaan. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi secara umum mendefinisikan sektor informal sebagai semua bisnis komersial dan non-komersial (atau aktivitas ekonomi) yang tidak terdaftar, yang tidak memiliki struktur organisasi formal dan secara umum memiliki ciri-ciri: dimiliki oleh keluarga, kegiatan berskala kecil, padat karya, menggunakan teknologi yang diadaptasi dan bergantung pada sumber daya lokal.6

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) keadaan ketenagakerjaan Indonesia Februari 2018 jumlahnya meningkat, jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibanding Februari 2017. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 69,20 persen, meningkat 0,18

5

Criss Manning, Urbanisasi Pengangguran dan Sektor Informal di Kota. (Jakarta: Gramedia, 1985), h. 75

6 Tauvik Muhamad, Ekonomi Informal di Indonesia: Ukuran, Komposisi dan Evolusi,

(20)

persen dibanding tahun 2017. Kenaikan TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Februari 2018, TPAK laki-laki sebesar 83,01 persen sedangkan perempuan hanya sebesar 55,44 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan kondisi 2017, TPAK perempuan meningkat sebesar 0,40 persen sedangkan laki-laki menurun 0,04 persen.

Data tentang pekerja perempuan di sektor informal di Indonesia yang dihimpun oleh Oey menunjukkan terjadinya penurunan pada kategori perempuan pengusaha dari 163.000 tahun 1971 menjadi 103.000 tahun 1980, dan buruh perempuan dari 560.000 tahun 1971 menjadi 552.000 tahun 1980. Kondisi tersebut diduga, karena banyak perempuan yang beralih menjadi pedagang kecil (small trader) seperti: pedagang kaki lima, penjaja keliling, dan berjualan di pasar. Pada tahun 1982 tercatat dari seluruh angkatan kerja perempuan, sekitar 82% atau 21 juta bekerja di sektor informal. Banyaknya perempuan yang memasuki sektor informal antara lain disebabkan tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak mampu bersaing dalam memperebutkan lapangan kerja sektor formal atau sektor industri serta tidak dimilikinya keterampilan khusus.7 Kegiatan sektor informal juga sudah lama digeluti oleh kaum perempuan, termasuk ibu-ibu rumah tangga, baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan. Jumlah kaum perempuan yang terlibat di sektor informal khususnya pada kegiatan pedagang kecil (small trader) dari tahun ke tahun menunjukkan angka-angka yang terus meningkat.

Pasar Anyar merupakan pusat aktivitas dari warga Kecamatan Tangerang maupun luar wilayah tersebut. Keterlibatan dan aktivitas perempuan yang merupakan pedagang di pasar ini menjadi menarik,

7 Triyono dan Septiana Wijayanti, “Pola Kegiatan Perempuan Pedagang Sayur Di Pasar

Gabus Jatinom Kabupaten Klaten”, Jurnal Magistra No. 101 Th. XXIX September 2017 ISSN 0215-9511, h. 44

(21)

mengingat mereka juga masih memiliki aktivitas lain di luar pekerjaan rumah mereka. Perempuan sebagai pedagang telah menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam hal profesi, karena perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk memenuhi kebutuhan keluarga bukan hanya urusan pekerjaan rumah tangga saja.

Namun dalam realisasinya, banyak masalah yang terjadi dimasyarakat adalah dalam hal pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan karena kurang paham dengan konsep gender dalam rumah tangga pun dalam masyarakat. Konsep gender disini, untuk mewujudkan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sehingga dapat saling membantu dalam tugas-tugas domestik rumah tangga, juga menepikan adanya perempuan yang tidak mau memperdayakan diri atau bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Karena sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebagai manusia harus bisa bertanggung jawab pada diri sendiri dan masyarakat.

Kondisi ketimpangan gender harus ditangani dengan serius, bila tidak maka akan timbul ketidakadilan yang menimpa manusia, baik laki-laki dan perempuan karena kesetaraan gender merupakan isu bagi semua orang. Menfokuskan isu gender dengan memberikan peluang kepada perempuan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan berdagang, akan berpengaruh bukan saja terhadap kinerja suatu usaha, tetapi juga memberdayakan perempuan dan menimbulkan rasa kepemilikan atas suatu sumber usaha. Akses yang lebih baik terhadap sumberdaya juga memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi produktif maupun dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan berdagang. Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Kesetaraan dan Ketidakadilan Gender pada Pedagang Perempuan Pasar (Studi Kasus di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten)”

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Tingginya tingkat partisipasi perempuan dalam kegiatan sector informal. 2. Adanya ketimpangan peran dan fungsi laki-laki dan perempuan.

3. Adanya pembagian kerja yang kurang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, untuk memfokuskan kajian dalam penelitian ini sehingga mempermudah proses pengambilan data dan pelaporan hasil penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah pada penelitian ini. Oleh karena itu untuk lebih fokus dalam penelitian ini penulis memberikan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk Kesetaraan Gender pada Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten.

2. Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender pada Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk-bentuk kesetaraan gender pada pedagang perempuan di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten?

(23)

2. Bagaimana bentuk-bentuk ketidakadilan gender pada pedagang perempuan pasar di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesetaraan gender yang terjadi pada pedagang perempuan pasar di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terjadi pada pedagang perempuan pasar di Pasar Anyar Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Provinsi Banten.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi pada khususnya tentang konsep gender dan kesetaraan serta ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat menambah wawasan dan pengetahuan terkait hal yang diteliti, juga sebagai bentuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam wacana keilmuan kepada masyarakat tentang kesetaraan dan

(24)

ketidakadilan gender yang terjadi pada kaum laki-laki dan perempuan.

c. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi pemerintah mengenai kesetaraan dan keadilan gender dalam pedagang sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam beberapa program pemerintah dan penentuan kebijakan sehingga terjadi kesetaraan gender.

(25)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Teori Struktural Fungsional

Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori struktural fungsional yang diutarakan oleh Talcott Parsons. Isi teori tersebut adalah bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan di mana di dalamnya terdapat bagian-bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Maksud dari teori ini adalah mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di suatu masyarakat dan menjelaskan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut dalam masyarakat. Teori struktural-fungsional merupakan teori sosiologi yang dapat diterapkan dalam melihat institusi keluarga.

Teori ini mengakui adanya segala keberagamaan dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat yang menentukan posisi seseorang dalam sebuah sistem. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi pasti ada yang menjadi ketua umum, ada yang menjadi sekretaris juga bendahara dan ada yang menjadi anggota biasa. Perbedaan fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, bukan untuk kepentingan individu. Struktur dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya, norma dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat.8

8

Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, (Bandung: Mizan, 1999), h. 56

(26)

Menurut para penganutnya, teori struktural-fungsional tetap relevan diterapkan dalam masyarakat modern. Talcott Parsons dan Bales menilai bahwa pembagian peran secara seksual adalah suatu yang wajar,9

dengan pembagian kerja yang seimbang, hubungan suami-istri bisa berjalan dengan baik. Jika terjadi penyimpangan atau tumpang tindih antar fungsi, maka sistem kebutuhan keluarga akan mengalami ketidakseimbangan. Keseimbangan akan terwujud bila tradisi peran gender senantiasa mengacu kepada posisi semula.

Teori ini banyak mendapat kecaman dari kaum feminis, karena dianggap membenarkan praktik yang selalu mengaitkan peran sosial dengan jenis kelamin. Laki-laki diposisikan dalam urusan publik dan perempuan diposisikan dalam urusan domestik. Meskipun teori ini banyak memperoleh kritikan dan kecaman, teori ini masih tetap bertahan karena didukung oleh masyarakat industri. Yang memperkuat berlakunya teori ini adalah karena masyarakat modern-kapitalis, menurut Michel Foucault dan Heidi Hartman10

, cenderung mengakomodasi sistem pembagian kerja berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Akibatnya, posisi perempuan akan tetap lebih rendah dan dalam posisi marginal, sedang posisi laki-laki lebih tinggi dan menduduki posisi sentral.

2. Gender

Kata gender berasal dari bahasa latin “genus” yang berarti jenis atau tipe. Sebenarnya, arti ini kurang tepat. Kalau dilihat dalam kamus, tidak secara jelas dibedakan pengertian sex dan gender. Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Sedangkan gender, yakni suatu sifat yang

9 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:

Paramadina, 1999), h. 53

(27)

melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.11

a. Pengertian Gender

Menurut Mansour Fakih, gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Hal ini menitik beratkan pada perbedaan sebagai sesuatu yang sesungguhnya bukanlah kodrat atau ketentuan Tuhan. Melainkan dibentuk antara manusia jenis laki-laki dan perempuan melalui proses sosial dan kultural yang sangat panjang.12 Menurut Musdah Mulia, pengertian gender tidak sekedar

merujuk pada perbedaan biologis semata, tetapi juga perbedaan perilaku, sifat dan ciri-ciri khas yang dimiliki, juga pada peranan dan hubungan antara laki-laki dan perempuan.13

Gender, pada umumnya bersifat lokal didasarkan atas kreasi atau ciptaan masyarakat dan terikat waktu yang diberlakukan bagi laki-laki dan perempuan yang berada dalam keadaan serta kondisi yang membatasi bahkan mencegah mereka untuk berkata, berbuat atau berpikir tentang hal yang sama.

Gender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja seksual tersebut ada yang secara ketat diterapkan, ada pula yang longgar, tergantung lingkungan budayanya. Gender dalam pengertian ini adalah sebagai bentuk ciptaan atau rekayasa masyarakat yang tidak bersifat kodrati. Gender dapat pula diartikan pembagian peran, kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan yang dianggap pantas menurut tradisi, adat istiadat, corak budaya, ajaran agama dan norma-norma yang berlaku. Kadangkala

11 Mansour Fakih, op.cit., h. 7-9 12 Ibid., h. 8-9

(28)

peran sosial tersebut dibakukan oleh masyarakat, sehingga tidak ada kesempatan bagi perempuan atau laki-laki untuk berganti peranan.

Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tertentu. Oleh karena itu, konsep jenis kelamin digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan unsur biologis dan anatomi tubuh.14

Untuk mengetahui lebih jelas tentang perbedaan antara seks (jenis kelamin) dan gender, berikut akan disajikan bagannya.15

Tabel 2. 1

Perbedaan antara Seks dan Gender

Seks Gender

Biologis Kultur, adat-istiadat

Pemberian Tuhan (kodrat) Bentukan setelah lahir

Diajarkan melalui sosialisasi internalisasi

Kodrat (alami) Konstruksi sosial

Tidak dapat diubah Dapat diubah (dinamis) Peran seks:

Laki-laki: Produksi

Perempuan: Reproduksi (haid, hamil, melahirkan, menyusui, dan lain-lain)

Peran gender:

Memasak, mencuci, merawat anak dan orang tua, mendidik anak, bekerja di luar rumah, menjadi tenaga profesional, dan sebagainya.

14 J. Dwi Naroko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi

Keempat, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 333-334

(29)

Oleh karena itu gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia perempuan dan laki-laki. Perbedaan biologis dalam hal reproduksi antara perempuan dan laki-laki memang membawa konsekuensi fungsi reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; laki-laki membuahi dengan spermatozoa). Jenis kelamin biologis inilah merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan dan berlaku sepanjang zaman.

Perhatikan matriks di bawah ini sebagai pembeda dan penjelas konsep seks dan gender, yang dalam masyarakat seringkali terdapat kerancuan bahkan pencampuradukan, baik pada aspek teoretis maupun praksis implikasinya.16

Tabel 2. 2

Karakteristik Laki-laki dan Perempuan Menurut Konstruksi Sosial

Laki-laki Perempuan Keterangan Catatan

Tegas Lemah lembut Gender Seks:

Tidak dapat dipertukarkan

Gender: Bisa

dipertukarkan Memiliki jakala Memiliki

vagina

Seks

Memiliki penis Memiliki alat menyusui

Seks

Rasional Emosional Gender

Pengambil keputusan

Konco wingking

Gender

Kepala keluarga Ibu rumah tangga

Gender

16 Umi Sumbulah, Spektrum Gender: Kilasan Inklusi Gender di Perguruan Tinggi,

(30)

Pencari nafkah tambahan Pencari nafkah tambahan Gender Berwawasan jauh ke depan Tidak berwawasan jauh ke depan Gender

Namun demikian, kebudayaan yang dimotori oleh budaya patriarki menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi indikator kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung pada pembatasan hak, akses, partisipasi, kontrol dan menikmati manfaat dari sumberdaya dan informasi. Akhirnya tuntutan peran, tugas, kedudukan dan kewajiban yang pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sangat bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya. Ada sebagian masyarakat yang sangat kaku membatasi peran yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, tetapi ada juga sebagian masyarakat yang fleksibel dalam memperbolehkan laki-laki dan perempuan melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Konsep Gender dalam Islam

Islam datang dengan tugas-tugas syariat yang dibebankan kepada laki-laki dan perempuan, dan ia menengahkan hukum-hukumnya yang menangani berbagai tindakan dan tugas masing-masing. Jadi kedatangan Islam di dunia tidak lain kecuali untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk ketidakadilan. Praktik ketidakadilan dengan menggunakan dalil agama adalah alasan yang dicari-cari. Berbicara tentang konsep gender dalam Islam ditemukan dalam Q.S. Al-Hujurat, ayat 13 yang berbunyi :

(31)

﴾٣١﴿ ٌيِبَخ ٌميِلَع ََّللَّٱ َّنِإ ۚ ْمُكٓىَقْ تَأ َِّللَّٱ َدنِع ْمُكَمَرْكَأ َّنِإ ۚ ۟اأوُ فَراَعَ تِل َلِئأاَبَ قَو

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat/ 49: 13)

Ayat di atas memberi petunjuk bahwa tampak jelas dari segi penciptaan, antara manusia yang satu dan manusia lainnya tidak ada perbedaan, termasuk di dalamnya antara perempuan dan laki-laki, meskipun berasal dari bangsa atau suku yang berlainan.

Islam telah memberikan hak-hak kepada perempuan seperti yang diberikan kepada laki-laki dan membebankan kewajiban-kewajiban kepadanya sebagaimana yang dibebankan kepada laki-laki, kecuali beberapa hal yang khas bagi perempuan atau bagi laki-laki karena adanya dalil-dalil syara’. Islam mewajibkan kepada perempuan untuk mengemban da’wah dan menuntut ilmu pengetahuan yang menjadi keperluannya didalam menjalankan tugas-tugas hidupnya. Islam mengizinkan jual-beli, sewa-menyewa, dan akad perwakilan; selain itu Islam melarang perempuan berdusta, menipu dan berkhianat sebagaimana diwajibkannya atau diperbolehkannya serta dilarangnya semua itu atas laki-laki.

Secara lebih jelas, hubungan antar jenis kelamin atau prinsip gender dalam Islam ditegaskan dalam ayat:

َينِقِداَّصلاَو ِتاَتِناَقْلاَو َينِتِناَقْلاَو ِتاَنِمْؤُمْلاَو َينِنِمْؤُمْلاَو ِتاَمِلْسُمْلاَو َينِمِلْسُمْلا َّنِإ

ِّدَصَتُمْلاَو َينِقِّدَصَتُمْلاَو ِتاَعِشاَْلْاَو َينِعِشاَْلْاَو ِتاَرِباَّصلاَو َنيِرِباَّصلاَو ِتاَقِداَّصلاَو

اًيِثَك ََّللَّا َنيِرِكاَّذلاَو ِتاَظِفاَْلْاَو ْمُهَجوُرُ ف َينِظِفاَْلْاَو ِتاَمِئاَّصلاَو َينِمِئاَّصلاَو ِتاَق

اًميِظَع اًرْجَأَو ًةَرِفْغَم ْمَُلَ َُّللَّا َّدَعَأ ِتاَرِكاَّذلاَو

(32)

“Laki-laki dan perempuan yang berserah diri kepada Allah, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki-laki-laki dan perempuan yang tulus, laki-laki dan perempuan yang jujur, laki-laki dan perempuan yang bersabar, laki-laki dan perempuan yang takut kepada Allah, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang menutup aurat mereka, laki-laki dan perempuan yang berzikir kepada Allah, untuk mereka Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S Al-Ahzab/33 : 35)

Ayat di atas secara bersama-sama dan melihatnya secara tepat sesuai dengan dimensi waktu, jelas bahwa laki-laki dan perempuan dalam pandangan Islam memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang sama pada peringkat religius, serta kewajiban yang sejajar pada peringkat fungsi sosial bahwa sesungguhnya perempuan itu mitra sejajar laki-laki. Meskipun secara biologis keduanya; laki-laki dan perempuan berbeda sebagaimana dinyatakan juga dalam Al-Qur’an, namun perbedaan jasmani itu tidak seharusnya dijadikan alasan untuk berlaku diskriminatif terhadap perempuan.

Perbedaan jenis kelamin jangan menjadi dasar untuk menempatkan perempuan pada posisi subordinat dan laki-laki pada posisi superordinat. Perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan seharusnya menuntun manusia pada kesadaran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan, dengan perbedaan itu diharapkan keduanya saling membantu, saling mengasihi satu sama lain. Karena itu keduanya harus bekerja sama, sehingga terwujud masyarakat yang damai menuju kepada kehidupan abadi di akhirat nanti.

Realitas sosiologis di masyarakat, perempuan seringkali diperlakukan tidak setara dengan laki-laki. Sebagai manusia, perempuan juga diakui memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk meningkatkan kualitas dirinya melalui peningkatan ilmu dan takwa. Namun, kondisi ketimpangan ini muncul karena masyarakat sudah

(33)

terlalu lama terkungkung oleh nilai-nilai patriarki dan nilai-nilai bias gender dalam melihat relasi antara laki-laki dan perempuan. Pandangan patriarki, laki-laki dan perempuan adalah dua jenis makhluk yang berbeda sehingga keduanya dibuatkan pemisah ruang; laki-laki menempati sektor publik, sedangkan perempuan cukup di sektor domestik. Posisi perempuan hanyalah merupakan subordinasi dari laki-laki.17

Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu.

Perjuangan kaum perempuan untuk mencapai kesetaraan dengan kaum laki-laki sebagaimana diajarkan Al-Qur’an masih panjang dan memerlukan dukungan dari semua pihak termasuk kaum laki-laki. Di hadapan Allah SWT, laki-laki dan perempuan sebagai manusia mempunyai derajat yang sama. Tetapi, masalahnya terletak pada implementasi ajaran Al-Qur’an tersebut. Faktor lingkungan, budaya dan tradisi patriarki yang masih melekat di masyarakat yang menentukan status kaum perempuan dan ketimpangan gender tersebut, dalam kondisi seperti inilah perlu dilakukan adanya pemberdayaan perempuan juga penyadaran hak dan status mereka dalam Islam. Penyadaran juga perlu dilakukan terhadap kaum laki-laki agar keistimewaan yang mereka rasakan karena budaya patriarki dapat berkurang, sehingga kesejajaran akan tercapai jiwa perempuan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliknya.

c. Peranan Gender

Peran gender adalah peran laki-laki dan perempuan yang dirumuskan oleh masyarakat berdasarkan polarisasi stereotipe seksual maskulinitas-feminitas. Secara fungsional pembagian peran diperlukan untuk menjaga keseimbangan masyarakat. Sedangkan

(34)

secara kritis pembagian peran dapat dipandang sebagai usaha superordinate untuk mempertahankan posisinya.

Peranan gender adalah peranan yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai status, lingkungan, budaya dan struktur masyarakatnya. Peranan gender menurut Prasodjo et al18 mencakup:

1) Peranan Produktif

Peranan yang dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran atau upah secara tunai atau sejenisnya. Termasuk produksi pasar dengan suatu nilai tukar, dan produksi rumah tangga atau subsistem dengan nilai guna, tetapi juga suatu nilai tukar potensial. Contoh bekerja di sektor formal dan informal.

2) Peranan Reproduktif

Peranan yang berhubungan dengan tanggungjawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan keluarga. Contoh melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, mengambil air, memasak, mencuci, membersihkan rumah, memperbaiki baju, dan sebagainya.

3) Peranan Pengelolaan Masyarakat dan Politik

a. Peranan Pengelolaan Masyarakat atau Kegiatan Sosial Semua aktivitas yang dilakukan pada tingkat komunitas sebagai kepanjangan peranan reproduktif. Bersifat volunteer dan tanpa upah.

b. Pengelolaan Masyarakat Politik atau Kegiatan Politik Peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik. Biasanya

18

Prasodjo, dkk., Modul Mata Kuliah Gender dan Pembangunan, (Bogor: Departemen Komunikasi Pengembangan Masyarakat, IPB.

(35)

dibayar langsung atau tidak langsung dan dapat meningkatkan status.

Peran gender terbentuk melalui berbagai sistem nilai termasuk nilai-nilai adat, pendidikan, agama, politik, ekonomi dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda.

d. Relasi Gender dan Ketidakadilan Gender

Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang.19 Oleh

karena itu, terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya terbentuk, disosialisasikan, diperkuat dan juga dikonstruksi secara sosial maupun kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara.

Relasi gender merupakan kondisi dimana antara laki-laki dan perempuan didalam rumah tangga terdapat keserasian pola pembagian kerja yang tidak merugikan salah satu pihak. Relasi gender ada pada relasi keluarga antara suami dan istri dalam rumah tangga yang berdiri atas landasan sikap saling memahami, saling mengenal, saling bertanggung jawab dan bekerjasama, serta kesetiaan dan ketulusan cinta demi kemajuan sebuah keluarga.20

Menyadari betapa pentingnya relasi gender dalam upaya meningkatkan keadilan gender, dari relasi gender muncul peran-peran komunitas antara keduanya baik peran domestik maupun publik. Misalnya, merawat anak, mengerjakan pekerjaan rumah, mencari nafkah, pengambilan keputusan dan lain-lain.

19 Mansour Fakih, op.cit., h. 9

20 Argyo Pemartoto, Menyibak Sensitivitas Gender dalam Keluarga Difabel, (Surakarta:

(36)

Persoalan yang terjadi adalah perbedaan gender yang telah melahirkan berbagai bentuk ketidakdilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama pada kaum perempuan. Salah satu pangkal ketidakadilan terhadap perempuan bermuara dari stereotip yang cenderung merendahkan, yang ditujukan pada perempuan. Ketimpangan gender dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan antara kondisi normatif gender sebagaimana yang dicita-citakan dengan kondisi objektif sebagaimana adanya.

Mansour Fakih menyatakan bahwa ketidakadilan gender merupakan suatu sistem dan struktur yang menempatkan laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.21 Ketidakadilan

gender dapat dilihat melalui pelbagai manifestasi ketidakadilan yang ada di dalam kehidupan masyarakat, yaitu:

1) Marginalisasi Perempuan

Marginalisasi terhadap kaum perempuan terjadi secara multidimensional yang disebabkan oleh banyak hal, bisa berupa kebijakan pemerintah, tafsiran agama, keyakinan, tradisi dan kebiasaan atau bahkan asumsi ilmu pengetahuan.22

Proses marginalisasi, yang mengakibatkan kemiskinan banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan, yang disebabkan oleh berbagai kejadian, misalnya penggusuran, bencana alam atau proses eksploitasi. Marginalisasi kaum perempuan juga terjadi dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara. Misalnya banyak di antara suku-suku di Indonesia yang tidak memberikan hak kepada kaum perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali.

21 Mansour Fakih, op.cit., h. 12 22 Ibid., h. 14

(37)

Hal lain juga dapat dilihat dari kebijikan pemerintah yang menggunakan teknologi canggih sehingga menggantikan peran-peran perempuan di sektor yang selama ini ia bisa mengakses secara ekonomis.

2) Subordinasi pada Perempuan

Subordinasi terhadap perempuan karena adanya anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Subordinasi pada perempuan terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu.23

3) Stereotipe pada Perempuan

Stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Stereotipe adalah bentuk ketidakadilan. Salah satu jenis stereotipe itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Misalnya, penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenis, maka tiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotipe ini.

Pelabelan negatif tersebut dikemas dari mulai bentuknya yang sama sekali tidak ilmiah sampai yang terkesan ilmiah. Hali ini tidak saja mempersulit perempuan untuk berkreasi dan mengembangkan potensi diri, tetapi juga menyulitkan perempuan untuk keluar dari garis batas pencitraan negatifnya.

4) Kekerasan terhadap Perempuan

(38)

Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasaan ini disebut sebagai gender-related violence, yang pada dasarnya disebabkan oleh kekuasaan. Berbagai macam dan bentuk kejahatan yang dapat dikategorikan kekerasan gender ini, baik dilakukan di tingkat rumah tangga sampai di tingkat negara, bahkan tafsir agama.24

Kekerasan terhadap perempuan ini merupakan konsekuensi logis dari stereotipe terhadapnya. Perempuan adalah komunitas yang rentan dan potensial untuk berposisi sebagai korban dari kesalahan pencitraan terhadapnya atau kekerasan yang terjadi akibat bias gender yang dalam litelatur feminisme lazim dikenal sebagai gender-related violence, yang berbentuk pemerkosaan terhadap perempuan termasuk di dalamnya kekerasan dalam perkawinan (marital rape), aksi pemukulan dan serangan non-fisik dalam rumah tangga, penyiksaan yang mengarah pada organ alat kelamin (misalnya sirkumsisi), prostitusi, pornografi, pemaksaan sterilisasi dalam keluarga berencana dan kekerasan sesksual (sexual harassment).

Berikut bentuk kekerasan pada perempuan, menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA)25 :

a. Kekerasan fisik seperti memukul, menampar, menendang, mendorong, mencekram dengan keras pada tubuh pasangan dan serangkaian tindakan fisik yang lain.

b. Kekerasan emosional atau psikologis seperti mengancam, memanggil dengan sebutan yang mempermalukan pasangan menjelek-jelekan dan lainnya.

24 Ibid., h. 17-20 25

Kementerian PPPA, Perempuan Rentan Jadi Korban KDRT, Kenali Faktor

(39)

c. Kekerasan ekonomi seperti meminta pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidpunya seperti memanfaatkan atau menguras harta pasangan.

d. Kekerasan seksual seperti memeluk, mencium, meraba hingga memaksa untuk melakukan hubungan seksual dibawah ancaman.

e. Kekerasan pembatasan aktivitas oleh pasangan, kekerasan ini banyak menghantui perempuan dalam kehidupan rumah tangganya, seperti pasangan yang terlalu posesif, terlalu mengekang, menaruh curiga, selalu mengatur, hingga mudah marah dan suka mengancam.

5) Beban Kerja pada Perempuan

Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan.26 Oleh karena

itu, perempuan menerima beban ganda, selain harus bekerja domestik, mereka juga masih harus bekerja membantu mencari nafkah.

e. Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kesetaraan gender (gender equality) adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan untuk mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa pembatasan oleh stereotype, prasangka dan peran gender yang kaku.

Sedangkan, keadilan gender (gender equity) merupakan keadilan perlakuan bagi laki-laki dan perempuan berdasarkan pada

(40)

kebutuhan-kebutuhan mereka, mecakup setara atau perlakuan yang berbeda akan tetapi dalam koridor pertimbangan kesamaan dalam hak-hak, kewajiban, kesempatan-kesempatan dan manfaat.27 Dengan

keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, simbang dan harmonis. Kondisi ini dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki. Penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual dan situasional, bukan berdasarkan perhitungan secara matematis dan tidak bersifat universal.

Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dengan demikian mereka memiliki akses, partisipasi, kontrol serta manfaat (APKM). Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

Wujud kesetaraan dan keadilan gender adalah:

a) Akses: Kapasitas untuk menggunakan sumberdaya untuk sepenuhnya berpartisipasi secara aktif dan produktif (secara sosial, ekonomi dan politik) dalam masyarakat termasuk akses ke

27 Mugniesyah S. Gender, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Ekologi

(41)

sumberdaya, pelayanan, tenaga kerja dan pekerjaan, informasi dan manfaat.

b) Partisipasi: Perempuan dan laki-laki berpartisipasi yang sama dalam proses pengambilan keputusan atas penggunaan sumberdaya keluarga secara demokratis dan bila perlu melibatkan anak-anak baik laki-laki dan perempuan.

c) Kontrol: Perempuan dan laki-laki mempunyai control yang sama dalam penggunaan sumberdaya keluarga. Suami dan istri dapat memiliki property atas nama keluarga.

d) Manfaat: Semua aktivitas keluarga harus mempunyai manfaat yang sama bagi seluruh anggota keluarga.

3. Pedagang

Pengertian pedagang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang mencari nafkah dengan berdagang.28 Di dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan pengertian pedagang secara etimologi adalah orang yang berdagang atau bisa disebut juga saudagar. Pedagang ialah orang yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan produk atau barang yang tidak diproduksi sendiri untuk memperoleh keuntungan.29

Pedagang merupakan orang yang berusaha dibidang produksi dan berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Mereka adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hak atas orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya.

28 Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Online/daring (www.kbbi.web.id) . Diakses tanggal

10 Juli 2019 jam 00.18 WIB.

(42)

Dalam ekonomi, pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi: pedagang distributor (tunggal), pedagang partai besar, dan pedagang eceran. Sedangkan dalam pandangan sosiologi ekonomi menurut Drs. Damsar, MA membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari hasil perdagangan, pedagang dapat dikelompokkan menjadi:

1) Pedagang profesional yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas perdagangan merupakan pendapatan/ sumber usaha dana satu-satunya bagi ekonomi keluarga.

2) Pedagang semi-profesional yaitu pedagang yang mengakui aktivitas perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga. 3) Pedagang subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau barang

dari hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi keluarga. 4) Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan

karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu luang.

4. Perempuan

Dalam Ensiklopedia Islam, wanita atau perempuan berasal dari bahasa Arab al-Mar’ah, jamaknya an-Nisa sama dengan wanita, perempuan dewasa atau putri dewasa yaitu lawan jenis pria atau laki-laki. Hal ini senada diungkapkan oleh Nasaruddin Umar, kata an-Nisa berarti gender perempuan, sepadan dengan kata arab ar-Rijal yang berarti gender laki-laki. Dalam bahasa Inggris adalah woman (bentuk jamaknya women) lawan kata dari man. Sedangkan Kamus Besar Bahasa

(43)

Indonesia wanita diartikan sebagai seorang perempuan (lebih halus), atau kaum putri.30

Pengertian perempuan secara etimologis berasal dari empu yang berarti “tuan”, yaitu orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar.31 Namun menurut Zaitunah Subhan, kata perempuan berasal dari kata empu yang artinya dihargai. Lebih lanjut Zaitunah menjelaskan pergeseran istilah dari perempuan ke wanita. Karena wanita dianggap berasal dari bahasa sansekerta, dengan dasar kata Wan yang berarti nafsu, sehingga kata wanita mempunyai arti yang dinafsui atau merupakan objek seks.32

Memahami perempuan tidak terlepas dari persoalan fisik dan psikis. Dari sudut pandang fisik di dasarkan pada struktur biologis komposisi dan perkembangan unsur-unsur kimia tubuh. Sedangkan sudut pandang psikis perempuan didasarkan pada persifatan, maskulinitas atau feminitas. Perempuan dalam konteks psikis atau gender didefinisikan sebagai sifat yang melekat pada seseorang untuk menjadi feminim. Sedangkan perempuan dalam pengertian fisik merupakan salah satu jenis kelamin yang ditandai oleh alat reproduksi berupa rahim, sel telur dan payudara sehingga perempuan dapat hamil, melahirkan dan menyusui.

Wanita adalah kata yang kurang halus (kasar) dari Bahasa Indonesia untuk kata wanita dalam Bahasa Melayu. Kaum feminis Indonesia tidak suka menggunakan kata wanita, mereka lebih suka menggunakan kata perempuan. Adapun penyebutan wanita atau perempuan sama saja, yaitu jenis makhluk yang berjasa bagi spesiesnya secara biologis. Wanita atau perempuanlah yang memungkinkan manusia bisa bertambah banyak dan berganti generasi. Ironisnya

30 Hasan Muarif Ambary dan Nurcholis Madjid, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru

Van Hoeve, 1993), h. 89

31

Abdul Syani, Sosiologi: Sistematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 45

32 Zaitunah Subhan, Kekerasan Pada Perempuan Seri Pemberdayaan Perempuan, (Jakarta:

(44)

keunggulan secara biologis ini sering dilupakan lawan jenisnya yang cenderung memperalat mereka untuk dijadikan mesin reproduksi manusia.

Para ilmuwan seperti Plato, mengatakan bahwa perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-laki, tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.33

5. Pasar

a. Pengertian Pasar

Dalam bahasa Latin, pasar dapat ditelusuri melalui akar dari kata mercatu, yang bermakna berdagang atau tempat berdagang. Terdapat tiga makna yang berbeda di dalam pengertian tersebut: satu, pasar dalam artian secara fisik; dua, dimaksudkan sebagai tempat mengumpulkan; tiga, hak atau ketentuan yang legal tentang suatu pertemuan pada suatu market place.34

Pasar dalam pengertian ekonomi adalah situasi seseorang atau lebih pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kualitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua pihak antara pembeli dan penjual mendapat manfaat dari adanya transaksi. Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapat imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang.35

Dalam pengertian ini, maka pasar dapat dibedakan:

33

Murthada Muthahari, Hak-hak Wanita dalam Islam, (Jakarta: Lentera, 1995), h. 107

34 Damsar dan Indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi Edisi Kedua, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2009), h. 253

(45)

1) Pasar konkrit, yaitu tempat berkumpulnya pembeli dan penjual untuk memperjualbelikan barang-barang yang terdapat disana. 2) Pasar abstrak, yaitu tempat berkumpulnya penjual dan pembeli,

akan tetapi barang-barang yang akan diperjualbelikan biasanya tidak ada disana.36

Sedangkan sosiologi memandang pasar sebagai fenomena sosial yang kompleks dengan berbagai macam perangkatnya. Pasar dapat dipandang dari sudut yang beragam misalnya pasar merupakan suatu struktur yang padat dengan jaringan sosial atau yang penuh dengan konflik dan persaingan.37

Pasar mengatur kehidupan sosial, termasuk ekonomi, secara otomatis. Karena pencapaian kepentingan pribadi dan kesejahteraan individu akan membawa hasil yang terbaik, tidak hanya mereka sebagai pribadi tetapi juga kepada masyarakat keseluruhan. Dengan kata lain memenuhi kebutuhan pribadi adalah sama dengan memenuhi kebutuhan publik. Jadi, pasar adalah suatu tempat dimana terjadi proses tukar menukar barang dan proses itu berlangsung bila penjual dan pembeli sepakat memindahtangankan barang-barang yang diperjualbelikan sebagai bentuk transaksi.

b. Jenis-Jenis Pasar

1. Jenis Pasar Menurut Strukturnya

Berdasarkan strukturnya, macam-macam pasar dibagi menjadi dua yakni pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna.

a) Pasar Pesaingan Sempurna (Perfect Competition Market)

Pasar persaingan sempurna adalah suatu model pasar di mana terdiri dari banyak produsen dan konsumen, komoditi yang diperjualbelikan bersifat homogen, masing-masing produsen dan konsumen bebas (mudah) keluar masuk pasar,

36

Lukman dan Indoyama Nasarudin, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 13

(46)

tidak terdapat campur tangan pihak lain (termasuk pemerintah) mengatur pasar, faktor-faktor produksi bebas bergerak dengan sempurna dan baik produsen maupun konsumen benar-benar mempunyai informasi yang lengkap tentang kondisi pasar.38

Produsen dan konsumen dalam jumlah yang banyak dalam pasar persaingan sempurna, juga ditentukan oleh komoditi yang diperjualbelikan bersifat homogen maka baik produsen maupun konsumen secara individu tidak mampu memengaruhi pasar seperti dalam menetapkan harga. Dengan kondisi demikian, maka produsen dalam menetapkan harga komoditinya adalah berdasarkan harga pasar atau harga yang berlaku di pasar.

b) Pasar Monopoli Murni (Pure Monopoly Market)

Monopoli murni adalah suatu pasar yang hanya terdapat satu penjual saja yang menguasai pasar. Satu penjual yang menguasai pasar berarti penjual tersebut yang menentukan komoditinya, harga jual komoditinya, kebebasan memilih konsumen, waktu menjual, dan sebagainya.39 Tidak ada subtitusi untuk barang dan jasa yang ditawarkan monopolis. Dengan demikian, seorang penjual benar-benar tidak ada saingannya. c) Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar yang terdapat beberapa penjual dan masing-masing penjual dapat mempengaruhi harga pasar. Beberapa artinya lebih dari satu, misalnya dua, tiga, sepuluh atau lebih. Apabila hanya terdapat dua penjual saja, maka disebut Duopoli.40 Antara penjual satu dengan yang lainnya dapat saling mempengaruhi harga produk.

d) Pasar Persaingan Monopoli (Monopolistic Competition Market)

38

Syamri Syamsuddin dan Detri Karya, Mikroekonomi Untuk Manajemen, (Depok: Rajawali Pers, 2018) h. 182

39 Ibid., h. 212 - 213 40 Ibid., h. 238

(47)

Pasar persaingan monopoli adalah pasar yang terdapat banyak penjual dan masing-masing penjual dapat mempengaruhi harga dengan jalan dIferensiasi produk. Diferensiasi produk atau product differentiation adalah membedakan dua barang yang sebenarnya sama.41 Hal ini dapat terjadi jika karena suatu penjual yang menguasai sejenis produk, namun produk yang dihasilkan dalam keadaan yang berbeda. 2. Jenis Pasar Berdasarkan Wilayahnya

Berdasarkan wilayahnya, bentuk-bentuk pasar dibagi menjadi empat yakni pasar lokal, pasar daerah, pasar nasional dan pasar internasional.

a) Pasar Lokal

Pasar lokal adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang hanya meliputi tempat tertentu saja. Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar tersebut berupa Barang-barang keperluan sehari-hari.

b) Pasar Daerah

Pasar daerah adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang meliputi wilayah tertentu, bisa kota, kabupaten atau provinsi.

c) Pasar Nasional

Pasar nasional adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang meliputi wilayah negara.

d) Pasar Internasional

Pasar internasional adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli dari berbagai negara di seluruh dunia. 3. Jenis Pasar Berdasarkan Cara Pengelolaannya

a) Pasar Tradisional

Pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung.

(48)

Pasar tradisional sangat sederhana dan banyak dijumpai di kawasan desa atau pinggiran kota.

b) Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari yang sifatnya tahan lama.42 Pasar tradisional umumnya mengambil tempat di sepanjang jalan utama di daerah itu pada kedua sisinya.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang terkait dengan topik penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang berjudul “Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Usahatani Bawang Merah, Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah” oleh Arkaniyati. Peneliti merupakan Mahasiswa pada program Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian tersebut adalah penelitian untuk kelulusan jenjang S1 yang dilakukan pada tahun 2012 di Desa Sidakaton. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif.

Penelitian ini menggambarkan bahwa faktor sosial ekonomi berhubungan dengan kesetaraan dan keadilan gender, yaitu jenis kelamin dan usia. Perbedaan ini sangat mempengaruhi pengambilan keputusan yang didominasi oleh suami. Padahal istri juga memiliki hak dalam pengambilan keputusan karena pembagian kerja dalam rumah tangga dimana pengelolaan keuangan dipegang oleh permepuan (istri). Pelaksanaan peranan suami dan istri dalam kegiatan reproduktif, produktif (pengelolaan usahatani bawang merah) dan kegiatan sosial

42

Mokhammad, Jenis-jenis Pasar dan Macam-macam Pasar Beserta Contohnya, 2018, (www.haruspintar.com). Diakses tanggal 09 Juli 2019 jam 22.20 WIB.

Gambar

Gambar 3. 1  Lokasi Penelitian  Sumber : Google Maps, 2019
Tabel 3. 1  Kegiatan Penelitian
Tabel 3. 2  Pedoman Observasi

Referensi

Dokumen terkait