• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUKMAWATI Nomor Induk Mahasiswa:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUKMAWATI Nomor Induk Mahasiswa:"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SMP KELAS VIII DI KABUPATEN MAROS

Tesis

oleh

SUKMAWATI

Nomor Induk Mahasiswa: 105040906414

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(2)

TESIS

PENGARUH KEPEMIMPINAN GURU DAN MOTIVASI SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA

SMP KELAS VIII DI KABUPATEN MAROS

DISUSUN OLEH SUKMAWATI NIM. 105040906414

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. M. Ide Said D. M., M. Pd. Dr. Sitti Aida Azis, M. Pd.

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi Magister Bahasa Indonesia,

Prof. Dr. H. M. Ide Said D. M., M. Pd. Dr. A. Rahman Rahim, M.

Hum.

(3)

Judul : Pengaruh Kepemimpinan Guru dan Motivasi Siswa terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Maros Nama : Sukmawati

NIM : 105040906414

Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia Penguji pada Seminar Hasil pada tanggal 21 Juni 2016 dan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti proses ujian tutup dengan beberapa perbaikan.

1. Prof. Dr. H. M. Ide Said D. M., M. Pd.

...………

( Pembimbing I )

2. Dr. Sitti Aida Azis, M. Pd.

………

( Pembimbing II )

3. Dr. Salam, M. Pd.

……….

( Penguji I )

4. Dr. A. Rahman Rahim, M. Hum.

……….

( Penguji II )

(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sukmawati

NIM : 105040906414

Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Juni 2016 Yang menyatakan,

Sukmawati

(5)

Sukmawati. 2016. Pengaruh Kepemimpinan Guru dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Maros. (Dibimbing oleh M. Ide Said D. M. dan Sitti Aida Aziz.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Pengaruh Kepemimpinan Guru dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP Kelas VIII di Kabupaten Maros.

Jenis penelitian ini adalah penelitian Ex-Post Facto. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 5 Mandai, SMP Negeri 4 Bantimurung, dan SMP Negeri 3 Camba. Sampel berjumlah 99 orang dengan pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling area dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap daerah /wilayah geografis yang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian angket kepemimpinan guru dan angket untuk mengukur motivasi belajar siswa.

Data di analisis secara deskriptif dan inferensial (menggunakan statistik uji-t dengan bantuan program SPSS versi 20,0) pada taraf tidak signifikansi lebih besar dari 5% atau d = 0,05. Hasil analisis diperoleh nilai F = 2.965 signifikasi pada taraf 5 persen, karena nilai P = 0,000

< 0,05, R = 0,058 dan t = 2,232 untuk kepemimpinan guru dan 0.638

untuk motivasi belajar. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan guru dan

motivasi siswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil

belajar bahasa Indonesia siswa di SMP Negeri 5 Mandai, SMP Negeri 4

Bantimurung, dan SMP Negeri 3 Camba.

(6)

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERBAIKAN TESIS iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 11

A. Kepemimpinan 11

B. Motivasi Belajar 25

C. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 31

D. Kerangka Pikir 41

E. Hipotesis 42

(7)

A. Jenis dan Desain Penelitian 43

B. Definisi Operasional Variabel 44

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 45

D. Populasi dan Sampel Penelitian 45

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumentasi Penelitian 46

F. Teknik Analisis Data 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50 A. Analisis Deskriptif Variabel Kepemimpinan Guru,

Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar 50

1. Kepemimpinan Guru 51

2. Motivasi Belajar 52

3. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 54

4. Hasil Pengujian Hipotesis 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian 66

BAB V PENUTUP 72

A. Simpulan 72

B. Saran 73

DAFTAR PUSTAKA 75

RIWAYAT HIDUP 77

LAMPIRAN 79

(8)

Nomor Halaman

3.1 Empat Aspek Keterampilan Berbahasa 34

3.2 Kategori Hasil Belajar Kognitif Siswa 49

4.1 Deskripsi Persepsi Kepemimpinan Guru 51

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi

terhadap Kepemimpinan Guru 52

4.3 Deskripsi Motivasi Belajar 52

4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Motivasi Belajar Siswa 53

4.5 Deskripsi Hasil Belajar Siswa 54

4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar

Bahasa Indonesiai Siswa SMP di Kabupaten Maros 55 4.7 Hasil Analisis Varians Kepemimpinan Guru dan Motivasi

Belajar terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP

di Kabupaten Maros 58

4.8 Hasil Uji–t untuk Variabel Kepemimpinan Guru Mengajar dan

Motivasi Belajar 58

4.9 Hasil Analisis Varians Motivasi Belajar Siswa

terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP

di Kabupaten Maros 61

4.10 Hasil Uji-t terhadap Kepemimpinan Guru 61 4.11 Hasil Analisis Varians Motivasi Belajar Siswa terhadap

Hasil Belajar Siswa SMP di Kabupaten Maros 63

(9)

4.12 Hasil Uji-t untuk Variabel Motivasi Hasil Belajar Siswa 64

xi

(10)

Nomor Halaman

2.1 Kerangka Pikir Penelitian 42

2.2 Desain Penelitian 43

xii

(11)

Nomor Halaman

LAMPIRAN A. INSTRUMEN PENILAIAN

A.1 Angket Kepemimpinan Guru 80

A.2 Angket Motivasi Belajar 86

A.3 Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia 89 LAMPIRAN B. ANALISIS DATA

B. 1 Daftar Nilai Kepemimpinan Guru dan Motivasi Belajar 91

B.2 Analisis Statistik Deskriptif dan Inferensial 107

Kepemimpinan Guru

B.3 Analisis Statistik Deskriptif dan Inferensial Motivasi Belajar 110

B.4 Analisis Statistik Deskriptif dan Inferensial Hasil Belajar 113

LAMPIRAN C. DOKUMENTASI

LAMPIRAN D. PERSURATAN

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diperjelas dalam visi dan misi pendidikan nasional yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan fitrahnya, yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan yang mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan berdaya saing di era global (Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, 2002).

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang

dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif

dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat

melibatkan dua pihak, yaitu siswa sebagai pebelajar dan guru sebagai

fasilitator. Menurut Utami (2003:1) meskipun fasilitas pendidikan lengkap dan

canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas,

maka mustahil akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran yang

(17)

maksimal. Guru sebagai pelaksana pendidikan nasional merupakan faktor kunci. Peningkatan prestasi belajar siswa akan dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, proses pembelajaran di kelas harus berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna. Kegiatan pembelajaran yang terpenting adalah terjadinya proses belajar (learning process). Sebab sesuatu dikatakan hasil belajar kalau memenuhi beberapa ciri berikut : (1) belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memiliki pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen (retensi) betul-betul disadari sepenuhnya, (2) hasil belajar diperoleh siswa melalui proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instant, namun bertahap (sequensial).

Sikap guru terhadap proses pembelajaran, akan mewarnai perilaku

guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Sedangkan mengajar merupakan

tugas utama seorang guru yang wajib berdampak positif untuk dirinya dan

siswa, baik guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, maupun sebagai

pencipta lingkungan belajar. Proses pembelajaran itu merupakan proses

interaksi akademis antara guru dan siswa di tempat, pada waktu dengan isi

yang diatur sedemikian rupa oleh sekolah dengan aspek-aspek pokok yang

terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kelancaran proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah banyak ditentukan oleh sikap dan

perilaku guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Pengaruh guru terhadap

(18)

kepemimpinan di sekolah diperkirakan berpengaruh pula terhadap bagaimana perilaku memimpin siswa dengan motivasi belajar.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan manajemen sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Nurkolis (2005:152) setidaknya ada empat alasan kenapa diperlukan figur pemimpin, yaitu: 1) banyak orang memerlukan figur pemimpin, 2) dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, 3) sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, dan 4) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan.

Kepemimpinan yang baik tentunya sangat berdampak pada tercapai atau tidaknya tujuan organisasi karena pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerja organisasi yang dipimpinnya.

Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan merupakan bagian dari kepemimpinan. Konsep kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan, dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa dalam upaya meningkatkan

mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas guru. Untuk

itu, upaya awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah

kualitas guru, motivasi siswa, dan prestasi belajar siswa. Kualifikasi

pendidikan guru sesuai dengan prasyarat minimal yang ditentukan oleh

syarat-syarat seorang guru yang profesional. Guru profesional yang

dimaksud adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang

(19)

dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik.

Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh guru yang memunyai kepemimpinan yang tinggi, karena guru merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum. Guru yang memunyai kepemimpinan yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah

variabel guru. Guru memunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap

kualitas pembelajaran, karena gurulah yang bertanggung jawab terhadap

proses pembelajaran di kelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di

sekolah. Faktor guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas

pembelajaran adalah kepemimpinan guru. Kepemimpinan guru merupakan

faktor yang dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Artinya kalau

guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran memunyai kepemimpinan

yang bagus, akan mampu meningkatkan sikap dan motivasi belajar siswa

yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga

sebaliknya. Kepemimpinan guru yang berpengaruh terhadap motivasi belajar

siswa adalah kepemimpinan guru dalam kelas. Meningkatnya kualitas

pembelajaran, akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat

(20)

dipahami karena guru yang memunyai kepemimpinan bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan pelajaran dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan baik, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, mampu membimbing, dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan memiliki semangat dalam belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti, dan merasa mudah memahami materi yang disajikan oleh guru sehingga hasil belajar menjadi lebih baik.

Kepemimpinan dipandang sebagai hasil perkalian antara kemampuan dan motivasi. Kemampuan menunjuk pada kecakapan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu. Orang akan mengerjakan tugas yang terbaik jika memiliki kemauan dan keinginan untuk melaksanakan tugas itu dengan baik. Berdasarkan ungkapan tersebut di atas berarti kepemimpinan guru berkaitan dengan kompetensi guru, artinya untuk memiliki kepemimpinan yang baik guru harus didukung dengan kompetensi yang baik. Tanpa memiliki kompetensi yang baik seorang guru tidak akan mungkin dapat memiliki kepemimpinan yang baik. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik belum tentu memiliki kepemimpinan yang baik. Dunia kerja guru yang sebenarnya adalah membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Pengaruh kepemimpinan para guru di sekolah merupakan upaya guru

secara keseluruhan akan memunyai pengaruh terhadap hasil belajar para

siswa. Makin kuat para guru berbagi kepercayaan mengenai kemampuan

(21)

instruksional, makin baik prestasi akademik para siswa. Oleh karena itu, jika menghadapi hambatan, orang yang memunyai kemampuan diri kolektif lebih mungkin akan terus untuk menyelesaikan problem.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, guru di SMP Negeri 3 Camba didominasi oleh guru senior yang sudah memiliki banyak pengalaman mengajar di sekolah. Fasilitas penunjang pembelajaran yang ada juga sudah terbilang lengkap seperti LCD, perpustakaan, laptop dan laboratorium tetapi hanya laptop dan perpustakaan yang sering digunakan itu pun hanya guru-guru tertentu saja yang berinisiatif untuk menggunakan laptop dan perpustakaan. Guru -guru kebanyakan masih melakukan kegiatan belajar di dalam kelas dengan menggunakan metode ceramah.

Sebagian siswa di SMP Negeri 3 Camba cenderung jenuh dan kurang memperhatikan di dalam proses belajar mengajar ketika guru mengajar dengan berbagai alasan, ada yang beralasan gurunya membosankan terlalu serius dan monoton dalam mengajar. Siswa lebih memperhatikan atau fokus dalam proses belajar mengajar ketika yang mengajar guru yang lebih bervariasi dalam mengajar dan membuat suasana di dalam kelas lebih menyenangkan seperti diajak belajar di perpustakaan dan berdiskusi dengan teman.

Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui wawancara dengan sebagian siswa di SMP Negeri 3 Camba terdapat gejala problematik sebagai berikut:

1. Ada beberapa guru yang kreatif dan ada beberapa guru yang kurang

(22)

kreatif. Ketika yang mengajar guru yang kurang kreatif, siswa cenderung bosan karena guru hanya fokus dalam menyampaikan materi. Ketika yang mengajar guru kreatif, siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran karena proses pembelajaran tidak hanya berlangsung didalam kelas tetapi juga diluar kelas seperti di perpustakaan.

2. Ada beberapa guru yang dapat mengelola kelas dengan baik dan proses pembelajaran lebih menyenangkan, ada juga beberapa guru yang kurang bisa mengelola kelas dengan baik dan proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang menyenangkan.

3. Ada beberapa guru yang dalam mengajar bisa menyampaikan materi dengan baik kepada siswa sehingga siswa dapat mengerti apa materi yang diajarkan tetapi ada juga beberapa guru yang dalam menyampaikan materi kurang bisa diterima oleh siswa sehingga siswa kurang mengerti apa materi yang disampaikan.

Banyaknya materi pembelajaran yang harus dikuasai siswa dalam

waktu yang terbatas menjadikan mata pelajaran ini merupakan mata

pelajaran yang berbasis hafalan tanpa memahami substansi dan konsep

secara utuh. Pada pembelajaran bahasa Indonesia, sangat dibutuhkan suatu

kegiatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah, karena tidak

semua materi pelajaran yang disajikan dapat langsung dipahami jika hanya

disampaikan melalui ceramah. Pada proses pemecahan masalah inilah

dituntut kemampuan guru dalam memimpin sebuah proses pembelajaran.

(23)

Berkaitan dengan kenyataan yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

Oleh karena itu, faktor penyebab kesulitan siswa khususnya yang mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia perlu diteliti secara sistematis, sehingga karakteristik siswa yang diduga memunyai pengaruh terhadap hasil belajar bahasa Indonesia dapat ditelusuri secara lebih saksama.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan guru dan motivasi siswa terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Maros.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada bagian pendahuluan, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kepemimpinan guru terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Maros ?

2. Bagaimana pengaruh motivasi siswa terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Maros ?

3. Bagaimana pengaruh kepemimpinan guru dan motivasi siswa

terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP di

Kabupaten Maros ?

(24)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan pengaruh kepemimpinan guru terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Maros.

2. Mendeskripsikan pengaruh motivasi siswa terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Maros

3. Mendeskripsikan pengaruh kepemimpinan guru dan motivasi siswa terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Maros

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan : 1. Manfaat Teoretis

a. Mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan terkait dengan kepemimpinan guru dan pengembangan motivasi belajar siswa.

b. Memberikan gambaran pengaruh kepemimpinan guru dan motivasi belajar siswa SMP di Kabupaten Maros.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan bagi siswa dalam upaya peningkatan proses hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Maros.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru, khususnya guru bahasa

Indonesia tentang variabel terhadap hasil belajar bahasa Indonesia

(25)

sehingga guru dapat memotivasi dan mengarahkan siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki dan memperbaiki kebiasaan belajarnya.

c. Menambah wawasan pembaca dan sebagai bahan referensi bagi

peneliti lain pada kajian yang relevan.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Sagala (2009:114) menyatakan bahwa kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, maksudnya adalah orang yang dikenal dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisir visinya.

Soekanto (2001:318) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin atau leader untuk mempengaruhi orang yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya. Sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.

Danim (2004:10) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah setiap

tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi

dan memberi arahan kepada individu atau kelompok lainnya yang tergabung

dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan

sebelumnya.

(27)

Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi seseorang atau kelompok sehingga sasaran yang dicita-citakan dapat tercapai.

2. Syarat-Syarat Kepemimpinan

Kartono (2006:36) mengungkapkan bahwa konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu sebagai berikut:

a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas, dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “Mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Dari pengertian di atas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:

a. Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi.

b. Dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses

(28)

mempengaruhi bawahan oleh pemimpin.

c. Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.

Asta Brata (dalam Soekanto, 2001:322) menyatakan kepemimpinan yang akan berhasil, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Indra-brata, yang memberikan kesenangan jasmani.

b. Yama-brata, yang menunjukkan pada keahlian dalam kepastian hukum.

c. Surya-brata, yang menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja persuasion.

d. Caci-brata, yang memberikan kesenangan rohaniah.

e. Bayu-brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk turut merasakan kesukaran-kesukaran pengikut- pengikutnya.

f. Dhana-brata, menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati.

g. Paca-brata, yang menunjukkan kelebihan di dalam ilmu pengetahuan, kepandaian dan keterampilan.

h. Agni-brata, yaitu sifat memberikan semangat kepada anak buah.

3. Sifat-Sifat Kepemimpinan

Purwanto (2005:55) mengemukakan bahwa ada 6 sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Rendah Hati dan Sederhana

Seorang pemimpin pendidikan hendaknya jangan memunyai sikap

sombong atau merasa lebih mengetahui daripada yang lain. Hendaknya lebih

(29)

banyak mendengarkan dan bertanya daripada berkata dan menyuruh.

Kelebihan pengetahuan dan kelebihan kesanggupan yang dimiliki hendaknya dipergunakan untuk membantu yang lain atau anak buah, bukan untuk dipamerkan dan dijadikan kebanggaan.

b. Bersifat Suka Menolong

Pemimpin hendaknya selalu siap sedia untuk membantu anggota- anggotanya tanpa diminta bantuannya. Akan tetapi, bantuan yang diberikan jangan sampai dirasakan sebagai paksaan sehingga orang yang memerlukan bantuan itu justru menolaknya meskipun sangat memerlukannya. Demikian pula seseorang pemimpin hendaknya selalu bersedia untuk mendengarkan kesulitan-kesulitan yang disampaikan oleh anggota-anggotanya meskipun mungkin tidak akan dapat menolongnya. Hal ini sangat penting untuk mempertebal kepercayaan anggota-anggotanya bahwa benar-benar tempat perlindungan dan pembimbing mereka.

c. Sabar dan Memiliki Kestabilan Emosi

Seorang pemimpin pendidikan hendaklah memiliki sifat sabar. Jangan

lekas merasa kecewa dan memperlihatkan kekecewaannya dalam

menghadapi kegagalan atau kesukaran, dan sebaliknya, jangan lekas

merasa bangga dan sombong jika kelompoknya berhasil. Sifat ini akan

memberikan perasaan aman kepada anggota-anggotanya. Mereka tidak

merasa dipaksa, ditekan, atau selalu dikejar-kejar dalam menjalankan

tugasnya. Mereka bebas membicarakan persoalan-persoalan di antara

mereka sendiri dan dengan pemimpinnya.

(30)

d. Percaya pada Diri Sendiri

Seorang pemimpin hendaknya menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada anggota-anggota; percaya bahwa mereka akan dapat melaksakan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya, yang dipimpin harus merasa pula bahwa mereka mendapat kepercayaan sepenuhnya untuk melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepada mereka. Kepercayaan pemimpin seperti itu hanya timbul atau ada pada diri seorang pemimpin yang memunyai kepercayaan sepenuhnya kepada diri seorang pemimpin yang memunyai kepercayaan sepenuhnya kepada diri sendiri; percaya pada kesanggupan sendiri. Percaya kepada kemampuan dan kesanggupan sendiri tidak memerlukan pengawasan atas diri untuk melakukan apa yang telah diterima sebagai tugas dan tidak merasa perlu untuk selalu mengawasi anggota-anggota kelompok.

e. Jujur, Adil, dan dapat Dipercaya

Sikap percaya kepada diri sendiri pada anggota-anggota kelompok dapat timbul karena adanya kepercayaan mereka terhadap pemimpinnya.

Karena mereka menaruh kepercayaan kepada pemimpin, maka akan menjalankan semua kewajiban dengan rasa patuh dan bertanggung jawab.

Untuk menimbulkan sikap patuh yang demikian, pemimpin harus patuh pula

pada diri sendiri, selalu menepati janji, tidak lekas mengubah haluan, hati-hati

dalam mengambil putusan dan teliti dalam melaksanakannya, berani

mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri, dan sebagainya. Dengan kata

(31)

lain pemimpin hendaknya jujur, adil, dan dapat dipercaya. Pemimpin hendaklah konsekuen terhadap orang lain dan terhadap diri sendiri selalu berusaha agar sikap dan tindakan tidak bertentangan dengan perkataan, menjaga satu kata dengan perbuatan.

4. Pengertian Pemimpin

Kartono (1992:33) menyatakan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Fairchild (dalam Kartono, 1992:34) mengemukakan bahwa pemimpin dalam arti luas ialah seorang yang memimpin, dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisir atau mengontrol usaha orang lain, atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi.

Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing- memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasif dan akseptansi atau penerimaan secara sukarela oleh para pengikut.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pemimpin adalah seseorang yang memunyai kemampuan atau kecakapan

lebih unggul daripada yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi orang lain

demi tercapainya suatu tujuan.

(32)

5. Ciri-Ciri Seorang Pemimpin yang Berhasil

De Bono (dalam Munandar, 2001:174) menyatakan bahwa ada empat macam faktor (dua ciri pribadi dan dua lainnya merupakan faktor di luar dirinya) yang menentukan keberhasilan seseorang atau sekelompok orang.

Kedua ciri pribadi adalah sebagai berikut:

a. A little madness, orang yang tahu dengan pasti dan jelas apa yang ia inginkan dan memiliki dorongan yang sangat kuat untuk mencapai tujuan.

b. Very talented, orang yang memunyai bakat yang sangat menonjol di bidang tertentu.

Kedua faktor lainnya adalah sebagai berikut:

a. Rapid growth fiedl. Orang yang bekerja dalam bidang yang berkembang sangat cepat memunyai peluang lebih banyak untuk berhasil, daripada orang yang bekerja di bidang yang tidak dapat berkembang dengan cepat.

b. Luck. Ada orang yang kebetulan berada di tempat pada saat yang tepat untuk melakukan usahanya. Ada orang lain yang selalu kesulitan dalam memulai usahanya.

6. Kepemimpinan Guru

a. Pengertian Kepemimpinan Guru

Istilah kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang artinya bimbing

atau tuntun kemudian lahirlah kata memimpin yang artinya membimbing atau

menuntun dan kata pemimpin yang artinya orang yang berfungsi memimpin,

membimbing atau menuntun.

(33)

G.R. Terry (dalam Thoha, 1996:227) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi.

Pendapat di atas menekankan bahwa kepemimpinan mencakup kegiatan mempengaruhi orang lain agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hal senada dikemukakan oleh Handayaningrat (1993:64) bahwa:

Kepemimpinan adalah sebagai suatu proses di mana pimpinan digambarkan akan memberi perintah/ pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memiliki dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Syamsi (1994:138) mengemukakan bahwa :

Kepemimpinan adalah suatu seni tentang cara untuk mempengaruhi orang lain kemudian mengarahkan keinginan, kemampuan dan kegiatan mereka untuk mencapai tujuan si pemimpin.

Jadi kepemimpinan pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan berkaitan dengan kegiatan mempelopori, membimbing, mengatur, menggerakkan dan mengontrol atau pengawasan.

Keberhasilan seorang pemimpin tergantung kepada kemampuannya untuk mempengaruhi. Dengan kata lain, kepemimpinan dapat diartikan sebagai komunikasi langsung atau tidak langsung, dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan dengan hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang memiliki kemampuan

tersebut.

(34)

Untuk memperjelas tentang pengertian pemimpin dapat dilihat pendapat berikut:

Kartono (1992:33) mengemukakan bahwa:

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan atau kelebihan khusus kelebihan di suatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Faichid (Kartono, 1992: 33) mengemukakan bahwa:

Pemimpin adalah seseorang yang memimpin, dengan memprakarsi tingkah laku sosial dalam mengatur, menunjukkan, mengorganisir, atau mengontrol usaha / upaya orang lain, atau melalui prestise, kekuasaan, atau posisi (pengertian luas).Pemimpin ialah seseorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas secara persuasifnya dan akseptesisnya / penerimaan secara rela oleh pengikutnya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seorang yang memunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain sekaligus mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin yang dimaksud dalam kajian ini adalah guru-guru di sekolah yang harus berperan dalam upaya pembentukan moralitas siswa.

Menurut Nawawi (1985:123), guru diartikan sebagai orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.

Berdasarkan pendapat di atas, pada hakikatnya guru merupakan

orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang memiliki

kualifikasi sebagai guru. Pekerjaan sebagai guru sebenarnya tidak bisa

(35)

dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru.

Orang yang pandai berbicara sekalipun belum dapat disebut sebagai guru.

Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.

Dengan demikian, kepemimpinan guru merupakan kemampuan guru dalam mengarahkan siswa di sekolah yang di dukung oleh kemampuan yang dimiliki oleh guru.

b. Tugas-Tugas Guru

Ada beberapa prinsip umum yang harus dipengang oleh guru Bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya. Menurut Nasution (dalam Wirawan, 2014) prinsip-prinsip umum yang harus dipengang oleh guru bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut:

1) Guru yang baik memahami dan menghormati siswa.

2) Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya.

3) Guru hendaknya menyesuaikan bahan pelajaran yang diberikan dengan kemampuan siswa.

4) Guru hendaknya menyesuaikan metode mengajar dengan pelajarannya.

5) Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam belajar.

(36)

6) Guru yang baik memberikan pengertian, bukan hanya dengan kata- kata belaka. Hal ini untuk menghindari verbalisme pada murid.

7) Guru menghubungkan pelajaran pada kehidupan siswa.

8) Guru terikat dengan texs book.

9) Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan, melainkan senantiasa membentuk kepribadian siswanya.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUTGD), guru ditetapkan sebagai suatu profesi sejajar dengan profesi lainnya , seperti: hakim, dokter, dan insinyur. Di samping itu, ditentukan kewajiban profesionalnya dan hak-hak dijamin oleh undang-undang. UUTDG menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Untuk menjadi guru minimal harus memunyai empat kompetensi.

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru dalam melaksanakan tugasnya.

1) Kompetensi Profesional

Guru perlu memunyai kompetensi profesional. Kompetensi ini

diatur dalam pasal 7 dan 8 UUTGD. Guru merupakan profesi khusus yang

(37)

dilaksanakan dengan mengacu kepada prinsip sebagai berikut:

a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

i) Memiliki organisasi profesi yang memunyai wewenang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

j) Kompetensi profesional diperoleh melalui pendidikan formal di universitas

dan program pengembangan sumber daya manusia. Untuk pendidikan

formal keguruan untuk semua level pendidikan dasar diperlukan guru

minimal tamatan Diploma IV atau Sarjana S1. Para guru juga harus

mengikuti berbagai program pengembangan sumber daya manusia sesuai

dengan mata pelajaran yang diampunya. Misalnya, untuk guru bahasa

Indonesia mengikuti berbagai pelatihan bahasa Indonesia berupa metode

pembelajaran maupun materi ajar.

(38)

2) Kompetensi Pedagogik

Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi ini antara lain meliputi kemampuan:

a) Menguasai kurikulum dan satuan pembelajaran mata pelajaran yang diampunya.

b) Mendeskripsikan tujuan pembelajaran.

c) Memilih materi untuk proses pembelajaran setiap temu muka dengan para siswa di kelas, laboratorium, perpustakaan, dan di lapangan olah raga.

d) Mampu mengorganisir materi dalam proses pembelajaran.

e) Menguasai berbagai metode pembelajaran dan penggunaannya dalam mengajar.

f) Menentukan sumber belajar/ alat peraga dan media teknologi pembelajaran.

g) Menyusun perangkat penilaian hasil belajar.

h) Menentukan teknik penilaian dan evaluasi hasil pembelajaran.

i) Memanajemeni waktu untuk proses pembelajaran.

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah suatu konsep yang kompleks dan multi

dimensial yang terdiri dari sosial, emosional (mempengaruhi peraturan),

kognitif (informasi, keterampilan untuk memproses dan memperoleh,

pembuatan perspektif), dan perilaku (keterampilan percakapan, perilaku

prososial), keterampilan dan motivasi dan ekspektansi (perkembangan moral,

kemampuan diri) kebutuhan adaptasi sosial yang berhasil. Kompetensi sosial

(39)

juga merefleksikan suatu kemampuan untuk mengambil perspektif mengenai situasi belajar dari pengalaman masa lalu, dan menerapkan pembelajaran tersebut terhadap perubahan dalam interaksi sosial.

Dalam dunia pendidikan, kompetensi sosial guru merupakan kompetensi guru dalam kaitan lingkungan internal dan lingkungan eksternal suatu sekolah. Karakteristik kompetensi sosial guru sebagai berikut

a) Megetahui dan memahami para pemangku kepentingan yang ada di lingkungan internal dan lingkungan ekternal dan berupaya untuk berinteraksi dengan mereka.

b) Memunyai kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi serta memanfaatkan para pemangku kepentingan untuk mendukung proses pembelajaran yang ia laksanakan di kelasnya.

c) Memunyai kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan semua pemangku kepentingan sekolah, dan dengan para anggota profesi guru dan profesi lainnya.

d) Bersifat inklusif, bersikap dan bertindak objektif tidak diskriminatif berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, gender, status social.

e) Sebagai pegawai yang dapat dipindahtugaskan guru harus mampu cepat beradaptasi di tempat tugas baru di seluruh Indonesia.

4) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian guru merupakan pribadi yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya tujuan program pembelajaran di sekolah.

Agar program pembelajaran berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

(40)

guru harus memunyai kompetensi kepribadian tertentu. Karakteristik guru yang memunyai kompetensi kepribadian tersebut antara lain:

a) Memahami dan menerapkan filsafat moral Pancasila dalam proses pembelajaran dan kehidupan sehari-hari di rumah, di sokolah, dan di masyarakat.

b) Menghormati dan menerapkan norma-norma agama, hukum, moral, etika dan budaya Indonesia.

c) Menunjukkan pribadi yang berintegritas tinggi, berakhlak mulia, dapat diteladani oleh para siswa dan masyarakat.

d) Mencintai dan mendedikasikan hidupnya kepada layanan pendidikan, kepada para anak didiknya, bekerja keras, dan berdisiplin untuk mengubah dan memberikan nilai tambah kepada mereka.

e) Merasa terpanggil dan bangga kepada profesinya sebagai guru dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengembangkan profesinya.

f) Memunyai etos kerja tinggi sebagai pendidik, belajar sepanjang hayat, dan berdisiplin.

g) Menjunjung tinggi profesi, kode etik profesi, dan organisasi profesi guru.

B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang

(41)

menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan, sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Uno, 2008).

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak memunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

2. Macam-Macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah

karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar (Uno, 2008).

(42)

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1997) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah antara lain :

1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa. 2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.

3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah. 4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya. 5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

b. Motivasi ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya (Uno, 2008).

Sedangkan menurut Djamarah (2002), motivasi ekstrinsik

adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah

(43)

motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:

1) Kompetisi (persaingan), guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.

2) Membuat tujuan sementara atau dekat), pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.

3) Tujuan yang jelas, motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu perbuatan.

4) Kesempurnaan untuk sukses, kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya.

Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan

kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha

mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.

(44)

5) Minat yang besar, motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.

6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

3. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Telah disepakati oleh ahli pendidikan bahwa guru merupakan

kunci dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini dilihat dari segi nilai

lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya. Nilai lebih

ini dimiliki oleh guru terutama dalam ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

guru bidang studi pengajarannya. Namun demikian nilai lebih itu tidak

akan dapat diandalkan oleh guru, apabila ia tidak memiliki teknik-teknik

yang tepat untuk mentransferkan kepada siswa.

(45)

Donald (dalam Hamalik, 2003) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan perusahaan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

Pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Disamping itu kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi guru bahasa Indonesia bagaimana caranya mengajar dengan baik agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia.

Untuk merealisasikan keinginan tersebut, maka ada beberapa prinsip umum yang harus dipengang oleh guru bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya. Menurut Nasution (dalam Wirawan, 2014) prinsip- prinsip umum yang harus dipengang oleh guru bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya adalah antara lain :

a) Guru yang baik memahami dan menghormati siswa. b) Guru yang

baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya. c) Guru

(46)

hendaknya menyesuaikan bahan pelajaran yang diberikan dengan kemampuan siswa. d) Guru hendaknya menyesuaikan metode mengajar dengan pelajarannya. e) Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam belajar. f) Guru yang baik memberikan pengertian, bukan hanya dengan kata-kata belaka. Hal ini untuk menghindari verbalisme pada murid. g) Guru menghubungkan pelajaran pada kehidupan siswa. h) Guru terikat dengan texs book. i) Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan, melainkan senantiasa membentuk kepribadian siswanya.

Peranan guru bahasa Indonesia dalam mengajar bahasa Indonesia dapat dikatakan sangat dominan, begitu pula dalam meningkatkan motivasi belajar siswa tampaknya guru yang mengetahui akan kemampuan siswa- siswanya baik secara individual maupun secara kelompok, guru mengetahui persoalan-persoalan belajar dan mengajar, guru pula yang mengetahui kesulitan-kesuliatan siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia dan bagaimana cara memecahkannya.

C. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 1. Hasil Belajar

Istilah hasil belajar tersebut tersusun dari dua kata yakni dari kata

hasil dan belajar. menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil diartikan

sebagai sesuatu yang telah dicapai dari apa yang dilakukan atau apa yang

telah dikerjakan sebelumnya.

(47)

Hasil belajar menurut Gagne dan Driscoll (dalam Sopah, 2000), adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa akibat perbuatan belajar dan yang dapat diamati melalui penampilan siswa (Learner’s Performance).

Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Dick dan Reiser (dalam Sopah, 2000), mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang yang melakukannya. Hasil belajar bahasa Indonesia merupakan suatu puncak dari proses belajar, hasil belajar tersebut dapat terjadi karena adanya evaluasi yang dilakukan oleh guru. Jika dikaitkan dengan belajar Indonesia maka hasil belajar Indonesia merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam menekuni dan mempelajari Indonesia. Menurut Slameto (2003), hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Faktor internal adalah faktor jasmaniah, psikologis, dan faktor kelelahan (misalnya intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan) sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (dalam Sopah, 2000), mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, dan kualitas pembelajaran.

Hasil belajar yang nampak dari kemampuan yang diperoleh siswa,menurut

Gagne dapat dilihat dari lima kategori, yaitu: keterampilan intelektual

(48)

(intellectual skills), informasi verbal (verbal information), strategi kognitif (cognitif strategies), keterampilan motorik (motor skills), dan sikap (attitudes).

Dalam kegiatan belajar mengajar, keterampilan intelektual dapat dilihat ketika siswa menggunakan simbol untuk berinteraksi dengan lingkungan. Informasi verbal dapat dilihat ketika siswa menyatakan suatu konsep atau pengertian (Uno,2008).

Bloom dalam taksonominya tehadap hasil belajar (Taksonomi Bloom) mengkategorikan hasil belajar pada tiga ranah atau kawasan, yaitu (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2) ranah afektif (affective domain), dan (3) ranah Psikomotor (motor skill domain). Kawasan kognitif mengacu pada respon intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif mengacu pada respon sikap, sedangakan ranah psikomotor berhubungan dengan perbuatan fisik (action) (Uno, 2008).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan- kemampuan yang menjadi hasil belajar, diklasifikasikan dalam tiga kategori besar, yaitu :

a. Dimensi kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan intelektual seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep dan menganalisis.

b. Dimensi afektif mencakup pemilikan minat, sikap dan nilai-nilai yang

ditanamkan dalam proses belajar mengajar.

(49)

c. Dimensi psikomotor mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik.

Taksonomi pembelajaran sampai sekarang masih digunakan dan relevan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia. Taksonomi ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebagai pengetahuan yang menjadi aspek kompetensi. Perbedaan mendasar antara taksonomi revisi dengan taksonomi yang lama adalah dalam hal pemisahan antara dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses kognitif (cognitive processes).

1. Bahasa Indonesia

Keterampilan berbahasa (language skills) mencakup empat keterampilan, yaitu:

a. Keterampilan menyimak (listening skills) b. Keterampilan berbicara (speaking skills) c. Keterampilan membaca (reading skills) d. Keterampilan menulis (writing skills)

Keempat keterampilan berbahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa,

beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat.

Tabel 3.1. Empat Aspek Keterampilan Berbahasa

Ciri-ciri Lisan Tulisan

Reseptif Mendengarkan Membaca

Produktif Berbicara Menulis

(50)

Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, sudah belajar menyimak/ mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis.

Keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis pada umumnya dipelajari di sekolah. Keempat aspek keterampilan berbahasa berhubungan satu sama lain.

a. Keterampilan Menyimak (Listening Skills)

Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya.

Dalam menyimak jenis ini, saling bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, ada kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat.

Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu

mendengarkan radio, tv, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara

seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat

(51)

meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika berupaya untuk memahami apa yang didengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal berikut:

1) Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek.

2) Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target.

3) Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata.

4) Membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar.

5) Mengenal bentuk-bentuk kata khusus.

6) Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan.

7) Menebak makna dari konteks.

8) Mengenal kelas-kelas kata.

9) Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis.

10) Mengenal perangkat-perangkat kohesif .

11) Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek,

preposisi, dan unsur-unsur lainnya.

(52)

b. Keterampilan Berbicara (Speaking Skills)

Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif.

Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan untuk meminta klarifikasi, pengulangan atau dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang pembicara harus dapat:

1) Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.

2) Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat

sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan

pembicara.

(53)

3) Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.

4) Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar.

5) Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar.

6) Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama.

7) Berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.

c. Keterampilan Membaca (Reading Skills)

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembaca adalah:

1) Mengenal sistem tulisan yang digunakan.

2) Mengenal kosakata.

(54)

3) Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama.

4) Menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis.

5) Mengenal kelas kata gramatikal, yaitu kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

6) Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi.

7) Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis.

8) Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan.

9) Menggunakan perangkat kohesi, leksikal, dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan.

10) Menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama.

11) Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan.

12) Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan- tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide- ide utama atau melakukan studi secara mendalam.

d. Keterampilan Menulis (Writing Skills)

Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam

tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa

(55)

yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat;

melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, penulis perlu untuk:

1) Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan.

2) Memilih kata yang tepat.

3) Menggunakan bentuk kata dengan benar.

4) Mengurutkan kata-kata dengan benar.

5) Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.

6) Memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju.

7) Mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan.

8) Mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan.

9) Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh

pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi

mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk

ditulis. Dikutip dari : http://derianggraini.blogspot.com

(56)

D. Kerangka Pikir

Keberhasilan sebuah sekolah sangat erat hubungannya dengan kinerja dan kepemimpinan guru, bahkan dapat dikatakan bahwa kinerja guru merupakan salah satu indikator untuk mengetahui keberhasilan sekolah.

Kinerja guru dapat dikatakan berhasil apabila mampu melaksanakan tugas dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, seorang guru harus mampu menyeimbangkan antara kemampuan memimpin, manajemen, dan bidang pengajaran.

Oleh karena itu, kemampuan kepemimpinan dan memotivasi siswa dalam belajar menjadi bagian amat penting bagi seorang guru dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakan sumber-sumber daya pendidikan guna mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan, sehingga dengan kemampuan tersebut akan lebih mendorong terlaksananya penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan baik dan tepat pula.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Motivasi belajar yang besar cenderung menghasilkan hasil belajar yang tinggi, sebaliknya motivasi belajar yang kurang akan menghasilkan hasil belajar yang rendah, peningkatan minat belajar siswa diharapkan akan menghasilkan hasil belajar yang bermutu.

Untuk lebih jelasnya berikut dikemukakan kerangka pikir yang menjadi

dasar asumsi peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian sebagai berikut:

(57)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penulisan proposal ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan guru terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Maros.

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi siswa dengan hasil belajar bahasa Indonesia kelas VIII SMP di Kabupaten Maros

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan guru dan motivasi siswa terhadap hasil belajar bahasa Indonesia kelas VIII SMP di Kabupaten Maros

Pengembangan SDM

Mutu Kepemimpinan

Belajar Bahasa Indonesia

Temuan

Motivasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada tulisan ini bangunan direncanakan dengan material struktrur beton bertulang dengan metode sistim rangka penahan momen khusus (SRPMK) dengan konsep strong

Mahasiswa mengajukan formulir pengajuan proposal dan dosen pembimbing tugas akhir ke program studi yang dilengkapi dengan proposal tugas akhir yang telah disetujui oleh

Pada Gambar 5 terlihat bahwa kelembaban relatif udara lingkungan indirect evaporative cooler berkisar antara 42-55% dengan berbagai variasi kecepatan udara

Analisis Makna Idiomatik pada Kumpulan Puisi Perjalanan Penyair Sajak-sajak Kegelisahan Hidup karya Putu Oka Sukanta sebagai Alternatif Pembelajaran SMA Kelas

memungkinkan dua pelanggan yang berbeda untuk membeli item yang sama dari sebuah toko online dengan dua harga yang berbeda [11]. Model ini dicapai dengan mengkombinasi data

TABEL 5.1 O.a Wak tu Pelaksanaan Pengangkatan Material dengan Materi al Lift ... IO.bWaktu Pclaksanaan Pengangkatan Material dengan 2 Material Lifl ... I O.a Wak tu

Dari data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kecepatan 1000 rpm resistansinya sebesar 523,333 Ω, pada kecepatan putar 2000 rpm resistansinya sebesar 396,667 Ω, dan 3000

Strategi pengembangan kelembagaan manajemen rantai pasok komoditas buah tropika secara terpadu, paling tidak terdapat 10 aspek penting yang perlu dipertimbangkan: