• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN MENGEKSPORASI PENGALAMAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN MENGEKSPORASI PENGALAMAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

MENGEKSPORASI PENGALAMAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK

Hanri Eko Saputro

Teacher of Junior High School 2 Rembang Central Java, Indonesian Jl. Padaran, Kec. Rembang, Rembang Regency, Jawa Tengah 59219

Email: hanriekosaputro@yahoo.com

Abstract

The result of the optimal learning of Islamic Religious Education would be a major capital for student’s practice in the daily life. On the other hand the presentation of teaching religious education tends to be assessed indoctrinative and did not meaningful. So that, the result of learning is very low, especially on Shalat Jamak Qashar matter. The average mark is only 72.06, the percentage of completeness is 34.71%, the students who are actively involved in learning is only 42.29%, and no students who expressed very interested in this way.

This research try to explore the last students experiences by contructivistic learning.

The result indicates that an increase in student learning outcomes, the average mark to be 85.28, the percentage of completeness to be 100%, and the students who are actively involved in learning to be 99%. Besides, the majority of students, in the interview, also stated that learning with contructivistic learning is very interesting.

Keywords: Results of learning, the ability to explore, konstruktivistik

Abstrak

Hasil belajar pendidikan Agama Islam yang optimal akan menjadi modal utama untuk berlatih siswa dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain presentasi mengajar pendidikan agama cenderung akan dinilai indoktrinasi dan tidak bermakna.

Sehingga, hasil belajar sangat rendah, terutama pada Shalat Qashar JAMAK. Nilai Rata-rata hanya 72,06, persentase kelengkapan adalah 34,71%, siswa yang terlibat secara aktif dalam pembelajaran hanya 42,29%, dan tidak ada siswa yang menyatakan sangat tertarik dengan cara ini.

Penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi siswa pengalaman terakhir dengan pembelajaran konstruktivis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa, tanda-rata menjadi 85,28, persentase kelengkapan untuk menjadi 100%, dan siswa yang terlibat secara aktif dalam pembelajaran menjadi 99%. Selain itu, sebagian besar siswa, dalam wawancara, juga menyatakan bahwa pembelajaran dengan pembelajaran konstruktivis sangat menarik.

Kata Kunci: Hasil belajar, kemampuan mengeksplorasi, konstruktivistik

PENDAHULUAN

Para ahli maupun praktisi pendidikan seringkali masih mengeksplorasi tujuan pokok

dari proses pendidikan sehingga lahirlah beragam paradigma baru seputar pendidikan.

(2)

Namun demikian, dalam kerangka negara hukum, dimana pendidikan juga berada dalam naungannya, tujuan pendidikan harus diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia secara integral. Hal ini sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan UU Sisdiknas tersebut, salah satu ciri manusia berkualitas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian, salah satu ciri kompetensi keluaran pendidikan di Indonesia adalah ketangguhan dalam iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia.

Pendidikan agama di sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia. Hal ini disebabkan karena dalam struktur kurikulum, pendidikan agama merupakan kelompok mata pelajaran agama dan budi pekerti (akhlak mulia). Di sisi lain, pendidikan agama khususnya pendidikan agama Islam menemui banyak tantangan dan kritik. Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata. Pembelajaran agama Islam tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama saja, tetapi juga mengarahkan siswa agar memiliki kualitas iman, takwa, dan akhlak mulia. Dengan demikian, materi pendidikan agama meliputi pengetahuan tentang agama dan bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari mereka harus memiliki akhlak yang mulia di mana pun mereka berada dan dalam aktivitas apapun.

Materi Shalat Jamak dan Qashar merupakan salah satu materi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam aspek ibadah. Ketika materi ini disajikan dengan pendekatan ceramah dan memberi tugas untuk mengerjakan soal-soal latihan yang ada di LKS, ternyata hasil belajarnya rendah. Rata-ratanya hanya 72,06 dan persentase ketuntasan hanya 34,71%.

Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan, persentase siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran hanya 42,29%.

Hal ini tentu menjadi masalah yang serius karena dikhawatirkan materi Shalat Jamak

dan Qashar ini hanya terlewati begitu saja, tanpa kesan, tidak bermakna, dan tidak

mendapatkan hasil belajar yang optimal pada diri siswa. Sebagaimana kita ketahui, materi

Shalat Jamak dan Qashar memegang peranan yang cukup penting karena hampir setiap

orang pernah melakukan perjalanan jarak jauh yang memerlukan pemahaman tentang

pelaksanaan shalat jamak dan qashar.

(3)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis sebagai guru PAI tertarik untuk mengadakan penelitian guna memperbaiki pembelajaran PAI khususnya pada materi pokok Shalat Jamak dan Qashar.

Penulis melakukan perubahan dalam pendekatan, model pembelajaran maupun media pembelajaran melalui model pembelajaran konstruktivistik dengan melakukan eksplorasi pengalaman yang relevan dengan materi, brainstorming, dan dengan permainan menggunakan alat peraga jam dinding dari kayu triplek. Dengan adanya perubahan ini, diharapkan motivasi belajar siswa akan meningkat, berkesan, bermakna, dan hasil belajar pun menjadi optimal.

LANDASAN TEORI

1. Hakekat Belajar dan Hasil Belajar

Sudjana menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan hasil belajar diperoleh individu melalui latihan dan pengalaman.

1

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran materi Shalat Jamak dan Qashar untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP, yaitu 3.11. Memahami ketentuan shalat jamak dan qashar; dan 4.11.

Mempraktikkan shalat jamak dan qashar.

2. Hakikat Pendidikan Agama

Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan memberikan penjelasan mengenai hakikat pendidikan agama sebagai berikut.

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan siswa dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

3. Model Konstruktivistik

Model pembelajaran kostruktivistik adalah model pembelajaran yang diarahkan pada bagaimana pengetahuan itu dibentuk dan bagaimana pengetahuan itu dianggap banar. Pengetahuan dibentuk oleh pengamat dari abstaksi terhadap pengalamannya,

1 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2000), hlm. 5.

(4)

baik fisik maupun mental.

2

Pengetahuan yang dibentuk ini digunakan untuk menghadapi persoalan siswa.

Proses pembelajaran kontruktivistik bertujuan untuk membangun pengetahuan dari pengalaman yang telah ada. Menurut Von Galserfeld

3

, dalam proses ini dibutuhkan beberapa kemampuan :

1) Kemampuan mengingat dan mengungkap kembali pengalaman

2) Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan tentang persamaan dan perbedaan.

3) Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lainnya.

Sedangkan peranan guru dalam pembelajaran konstruktivistik

4

adalah:

1) Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan

2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.

3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.

4. Media Pembelajaran

Akhmad Sudradjat menyatakan bahwa Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “Medium”. Secara harfiah berarti “Perantara” atau

“Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.

Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video, dan sebagainya. Sedangkan National Education Associaton mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar termasuk teknologi perangkat keras.

Brown dalam Akhmad Sudradjat mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang menggunakan alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke- 20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan alat audio yang melahirkan alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

2 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivistik dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hlm. 79.

3 Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rinekacipta, 2005), hlm. 57.

4 Asri Budiningsih, Belajar Dan... 2005, hlm. 59.

(5)

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa.

5. Visualisasi Jam Dinding Triplek

Visualisasi merupakan pengungkapan suatu gagasan atau pesan dalam bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya.

5

Kemudian pengalaman perjalanan siswa dalam waktu yang lama diwujudkan dalam bentuk performance jam dinding yang terbuat dari triplek sehingga mudah dilihat dan diingat. Dengan demikian, para siswa lebih mampu dan kritis dalam menilai permasalahan yang dialami oleh dirinya sendiri atau teman-temannya, kemudian dicarikan solusi yang efektif.

6. Kontribusi Alat Peraga

Dalam menerima pengalaman atau keterampilan baru, siswa menggunakan alat sensor berupa pendengaran, penglihatan, dan gerakan. Pembelajaran yang menggunakan alat peraga diharapkan mampu memberikan pengalaman dan keterampilan baru sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

No Pendekatan Intensitas sensori yang digunakan Pendegaran Penglihatan Gerakan

1 Visualisasi Media R T R

2 Eksplorasi T R R

3 Permainan dengan Alat Peraga

S S T

Tabrel 1. Penggunaan sensori pendengaran, penglihatan, dan gerakan Keteangan : T : Tinggi S : Sedang R : Rendah

Hasil belajar sangat ditentukan oleh intensitas penggunaan sensori siswa. Edgar Dale menggambarkan persentase penerimaan siswa tersebut dalam Cone of Learning berikut ini :

5 Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), hlm. 104

(6)

Untuk dapat meningkatkan intensitas penggunaan sensori siswa sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang didesain oleh guru.

Puji Santosa menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang baik adalah:

1) mengundang rasa ingin tahu siswa;

2) menantang siswa untuk belajar;

3) mengaktifkan mental, fisik dan psikis siswa;

4) memudahkan guru;

5) mengembangkan kreatifitas siswa;

6) mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

6

Ciri pembelajaran yang baik tersebut juga dapat diterapkan dalam mata pelajaran PAI khususnya dalam materi Shalat Jamak dan Qashar. Siswa lebih suka membangun pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai melalui berbagai aktivitas. Siswa akan termotivasi jika guru merancang strategi yang melibatkan siswa untuk melakukan permainan yang dapat meningkatkan kompetensinya. Inilah potret pembelajaran yang menyenangkan. Nurhadi menyatakan bahwa hasil pembelajaran juga dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh melalui sharing antara teman.

7

Guru juga dapat merancang strategi pembelajaran melalui kelompok, baik kelompok besar maupun kecil. Merancang pembelajaran PAI yang melibatkan kelompok menjadikan siswa mampu berkomunikasi dengan sesama temannya untuk saling bertanya, mencari menemukan jawaban, membangun pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai seperti nilai kebersamaan.

Pembelajaran materi Shalat Jamak dan Qashar model konstruktivistik diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa. Materi Shalat Jamak dan Qashar yang berkaitan dengan pengalaman siswa masa lampau dapat disajikan dengan lebih kongkrit melalui model konstruktivistik ini. Setelah siswa mengkonstruksi pengetahuan dan pemahamannya dilanjukan dengan permainan alat peraga. Permainan ini diharapkan mampu meningkatkan daya serap siswa karena melibatkan aktivias kinestetik siswa serta didesain agar siswa melakukan sharing bersama siswa yang lain.

7. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pada awalnya guru melaksakan pembelajaran materi pokok Shalat Jamak dan Qashar dengan pendekatan konvensional. Guru menjelaskan materi dan siswa

6 Puji Santosa , Materi dan Pembelajaran Bahasa SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 15.

7 Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), hlm. 47.

(7)

mendengarkan serta mencatat. Setelah dilakukan penilaian ternyata hasil belajar siswa rendah, rata-ratanya hanya 72 dan persentase siswa yang tuntas hanya 38,46%.

Guru kemudian melakukan tindakan yang terdiri dari 3 siklus, yaitu:

1. Pada siklus I guru mengeksplorasi pengalaman perjalanan siswa di kendaraan pada masa lampau yang memakan waktu lebih dari setengah hari. Agar siswa lebih jelas, guru juga menjelaskan materi dan siswa diharapkan bertanya kritis. Proses pembelajaran dalam siklus I ini bertujuan agar siswa mengingat pengalamannya dan tertarik dengan materi pembelajaran.

2. Pada siklus II guru melakukan brainstorming dengan model diskusi dan mengambil alternatif jawaban yang benar. Proses pembelajaran dalam siklus II ini bertujuan agar keaktifan siswa lebih meningkat.

3. Pada siklus III guru melakukan kolaborasi dengan permainan alat peraga jam dinding dari triplek. Strategi pembelajaran pada siklus III ini bertujuan agar siswa terlibat lebih aktif dalam pembelajaran.

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian

METODE PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.7 SMP Negeri 2 Rembang Jawa Tengah. Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan tes kognitif, observasi, dan wawancara. Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut.

1. Hasil tes kognitif dibuat Rata-rata dan dianalisis secara deskriptif. Hasil tes juga dianalisis untuk mengetahui persentase siswa yang mencapai batas ketuntasan/

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

(8)

2. Hasil pengamatan peneliti dianalisis secara deskriptif tentang berbagai kejadian dalam proses pembelajaran.

a. Dinyatakan sangat aktif jika 81-100% siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

b. Dinyatakan aktif jika 61-80% siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

c.Dinyatakan cukup aktif jika 41-60% siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

d. Dinyatakan kurang aktif jika terdapat kurang dari 21-40% siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran.

e. Dinyatakan tidak aktif jika hanya terdapat 1-20% siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran.

3. Hasil wawancara dianalisis secara deskripsi.

a. Dinyatakan sangat menarik jika lebih dari 50% siswa menyatakan sangat tertarik.

b. Dinyatakan cukup menarik jika lebih dari 50% siswa menyatakan cukup tertarik.

c.Dinyatakan kurang menarik jika lebih dari 50% siswa menyatakan kurang tertarik.

d. Dinyatakan tidak menarik jika lebih dari 50% siswa menyatakan tidak tertarik.

Penelitian ini menggunakan 3 siklus. Langkah-langkah dalam tiap siklus terdiri atas:

1. Perencanaan/persiapan (Planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan beberapa kegiatan seperti mencari referensi yang berkaitan dengan Shalat Jamak dan Qashar, model pembelajaran kontruktivistik, dan media/alat peraga pembelajaran, dan eksplorasi pengalaman.

Referensi tersebut diperoleh peneliti dari buku-buku yang relevan maupun dari internet.

Pada tahapan ini penulis juga melakukan kegiatan-kegiatan berikut.

a. Pembuatan jadwal penelitian.

b. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Pencarian bahan pembelajaran Shalat Jamak dan Qashar.

d. Pembuatan lembar tugas siswa yang berisi tugas dan kegiatan siswa. Lembar tugas ini diharapkan mampu mengarahkan fokus perhatian siswa.

e. Mempersiapkan alat peraga jam dinding dari triplek yang digunakan untuk melakukan permainan. Pemainan ini diharapkan mampu menjadikan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

f. Pembuatan instrumen penilaian.

g. Pembuatan lembar pengamatan.

h. Pembuatan daftar pertanyaan untuk wawancara.

i. Pembuatan catatan harian untuk merekam informasi yang diperoleh selama tindakan.

2. Tindakan (Acting)

(9)

Tindakan penelitian dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan eksplorasi pengalaman masa lampau siswa dalam menguasai materi Shalat Jamak dan Qashar. Kegiatan ini dilakukan di ruang kelas.

Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran yang menggunakan alat peraga jam dinding triplek, peneliti memilih tempat di mushola. Hal ini dilakukan agar mobilitas dan aktivitas siswa tidak terganggu oleh meja dan kursi.

3. Observasi

Obervasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa.

Kegiatan ini dilakukan di setiap siklus. Dalam tahap ini yang diamati antara lain : a. Jalannya proses pembelajaran

b. Situasi lingkungan dan subjek penelitian pada waktu proses pembelajaran.

c. Tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui kekurangan, kelemahan, dan kelebihan terhadap kegiatan pembelajaran selama penelitian.

Setelah mengetahui keberhasilan dan kendala yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, peneliti akan melakukan penyempurnaan tindakan, modifikasi, dan inovasi pada siklus-siklus berikutnya. Peneliti berusaha agar hasil belajar materi Shalat Jamak dan Qashar sampai pada hasil yang optimal.

Prosedur penelitian ini secara sederhana dapat digambarkan melalui bagan berikut ini :

Gambar 3 : Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

(10)

Indikator keberhasilan dari model belajar konstruktivistik untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan eksplorasi siswa sebagai berikut.

1. Terjadi peningkatan Rata-rata nilai penguasaan materi dari 72,30 menjadi 86,15.

2. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar mencapai titik optimal (100%).

3. Persentase siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di atas 99%.

4. Hasil wawancara, lebih dari 50% menyatakan sangat tertarik terhadap pembelajaran Shalat Jamak dan Qashar melalui model pembelajaran konstruktivistik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Kondisi Awal

Pada awalnya peneliti melakukan pembelajaran materi Shalat Jamak dan Qashar dengan menggunakan pendekatan ceramah di dalam kelas. Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan penilaian formatif serta melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa.

Hasil penilaian dan observasi tersebut tergambar dalam tabel 2 di bawah ini.

No Indikator Kemampuan

Rata-rata

Persentase siswa yang

tuntas

Persentase partisipasi siswa

dalam pembelajaran 1 Kemampuan

memahami materi

72,30 38,46 %

42,29 % 2 Kemampuan

menerapkan

71,92 30,76 %

Rata-rata 72,06 34,71

KKM 80 80

Tabel 2. Hasil penilaian dan pengamatan pada kondisi awal

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dinyatakan bahwa partisipasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI materi Shalat Jamak dan Qashar dengan pendekatan ceramah sangat rendah. Rendahnya partisipasi tersebut menyebabkan hasil pembelajaran rendah.

Pada indikator kemampuan 1 hanya terdapat 38,46% siswa yang tuntas dan 61,54%

yang belum tuntas. Rata-ratanya juga rendah, yakni 72,30. Pada indikator kemampuan 2 hanya terdapat 30,76% siswa yang tuntas dan masih terdapat 69,24% yang belum tuntas.

Rata-ratanya juga rendah, yakni 71,92. Sementara hasil observasi dan wawancara

menyatakan mayoritas siswa kurang/tidak tertarik (57,71%).

(11)

Hasil belajar yang demikian membuat penulis berusaha untuk mencari solusi agar pembelajaran lebih menarik dan mampu memancing perhatian siswa. Penulis mempunyai ide untuk menyajikan dengan model pembelajaran konstruktivistik.

2. Deskripsi Tindakan dan Hasil Siklus I a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Pembuatan RPP (lesson plan)

b. Mencari bahan-bahan Pembelajaran yang relevan b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini guru mengeksplorasi pengalaman perjalanan siswa di kendaraan pada masa lampau yang memakan waktu lebih dari setengah hari. Agar siswa lebih jelas, guru juga menjelaskan materi dan siswa diharapkan bertanya kritis.

Proses pembelajaran ini bertujuan agar siswa mengingat pengalamannya dan tertarik dengan materi pembelajaran.

c. Hasil Pengamatan

Setelah pembelajaran, peneliti kembali melakukan tes dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran. Adapun hasil pembelajaran tergambar dalam tabel 3 berikut ini :

No Indikator Kemampuan

Rata-rata

Persentase siswa yang

tuntas

Persentase partisipasi siswa dalam pembelajaran 1 Kemampuan

memahami materi

79,23 61,53 %

49,99 % 2 Kemampuan

menerapkan

78,65 53,84 %

Rata-rata 78,58 57,73

KKM 80 80

Tabel 3. Hasil penilaian dan pengamatan pada siklus I

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dinyatakan bahwa partisipasi aktif siswa

dalam mengikuti pembelajaran PAI kurang aktif (49,99%). Kenaikan persentase

partisipasi keaktifan siswa tersebut disebabkan oleh faktor ketertarikan mereka

terhadap model pembelajaran gaya baru. Namun bisa jadi ketertarikan itu sifatnya

hanya temporer. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada awalnya mereka begitu

antusias, namun semakin lama para siswa tersebut merasa agak jenuh. Walaupun

demikian, meningkatnya perhatian siswa karena ini telah berhasil menaikkan hasil

belajar.

(12)

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 61,53% siswa yang tuntas dari kondisi awal 38,46% (kenaikan 23,07%). Dengan demikian masih terdapat 38,47% yang belum tuntas. Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 72,30 menjadi 79,23.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 53,84% siswa yang tuntas dari kondisi awal 30,76% (kenaikan 23,08%). Dengan demikian masih terdapat 46,16% yang belum tuntas. Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 71,92 menjadi 78,65.

Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas siswa kurang/tidak tertarik (50,01%) dan sebagian besar yang lain menyatakan cukup tertarik (49,99%).

d. Refleksi

Setelah melakukan pengamatan pada tindakan siklus I, peneliti merasa bahwa model seperti tersebut memang berpengaruh dalam menarik perhatian siswa. Namun masih terdapat beberapa kelemahan sepanjang pengamatan peneliti. Kelemahan yang dimaksud antara lain :

a. Perhatian siswa terhadap pem-belajaran sifatnya hanya temporer. Semakin lama perhatian siswa semakin berkurang (tidak fokus).

b. Terdapat beberapa siswa yang tidak terfokus pada materi. Ada yang hanya ngobrol sendiri, dan ada pula yang usil dengan teman di depannya.

Kelemahan dalam siklus pertama ini membuat peneliti melakukan modifikasi lagi pembelajaran mendatang. Peneliti kemudian mengambil kesimpulan bahwa pada proses pembelajaran mendatang harus disertai lembar tugas yang relevan dan diskusi brainstorming agar membuat pehatian mereka terfokus pada materi pembelajaran.

3. Deskripsi Tindakan dan Hasil Siklus II a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Pembuatan RPP ( lesson plan) b. Menyusun lembar tugas siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus II ini pembelajaran menggunakan media membagi lembar TUGAS yang harus diselesaikan siswa di dalam proses pembelajaran.

c. Hasil Pengamatan

Setelah proses pembelajaran peneliti kembali melakukan tes dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.

Adapun hasil pembelajaran tergambar dalam tabel 4 berikut ini :

(13)

No Indikator Kemampuan

Rata-rata

Persentase siswa yang

tuntas

Persentase partisipasi siswa

dalam pembelajaran 1 Kemampuan

memahami materi

83,65 80,76 %

84,6 % 2 Kemampuan

menerapkan

81,53 73,03 %

Rata-rata 82,59 76,89

KKM 80 80

Tabel 4. Hasil penilaian dan pengamatan pada siklus II

Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dinyatakan bahwa partisipasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI materi Shalat Jamak dan Qashar sampai pada level aktif (84,6). Kenaikan persentase partisipasi siswa tersebut disebabkan oleh faktor ketertarikan mereka ditambah adanya fokus perhatian yang lebih intens terhadap materi.

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 80,76% siswa yang tuntas dari kondisi awal 61,53% (kenaikan 19,23%). Dengan demikian masih terdapat 19,23% yang belum tuntas. Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 79,23 menjadi 83,65.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 73,03% siswa yang tuntas dari kondisi awal 53,84% (kenaikan 19,19%). Dengan demikian masih terdapat 26,77% yang belum tuntas. Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 78,65 menjadi 81,53.

Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas siswa tertarik (84,6 %), sedangkan yang menyatakan kurang/tidak menarik hanya 16,4%.

d. Refleksi

Setelah melakukan pengamatan pada tindakan siklus II, peneliti merasa bahwa penggunaan media yang dikolaborasikan dengan lembar kerja ternyata membawa dampak yang sangat signifikan.

Berbeda dengan siklus I, pada siklus II ini agaknya mereka ingin lebih fokus dalam menyimpulkan dan menyelesaikan lembar kerja. Kesempatan ini digunakan untuk bertanya kepada guru maupun teman di sekelilingnya.

Meskipun demikian peneliti masih tertantang untuk melakukan inovasi kembali karena masih terdapat siswa yang belum tuntas. Peneliti ingin agar siswa berpartisipasi aktif baik perhatian, penglihatan, pendengaran, maupun aktivitas fisiknya (gerakan).

Peneliti kemudian bermaksud mengoptimalkan hasil belajar pada materi ini

dengan melakukan inovasi alat peraga dan model pembelajaran.

(14)

4. Deskripsi Hasil Siklus III a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Pembuatan RPP (lesson plan) b. Menyiapkan alat peraga.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus III ini pembelajaran menggunakan kolaborasi brainstorming dan alat peraga jam dinding dari triplek. Adapun tempat kegiatan yang dipilih oleh peneliti adalah di mushala. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mobilitas dan aktivitas siswa tidak terganggu dengan keberadaan bangku-bangku kelas.

Sebelum aktivitas dimulai peneliti membuat formasi duduk yang berbeda, yaitu siswa laki-laki berada di depan dan siswi putri berada di belakang, sedang duduknya membuat setengah lingkaran. Untuk memotivasi siswa, peneliti memberikan reward berupa skor bagi siswa yang lebih cepat dan tepat dalam menemukan menjawab dan membantu temannya yang belum tahu.

c. Hasil Pengamatan

Setelah pembelajaran peneliti kembali melakukan tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Adapun hasil pembelajaran tergambar dalam tabel 5 berikut ini :

No Indikator Kemampuan

Rata-rata

Persentase siswa yang

tuntas

Persentase partisipasi siswa dalam pembelajaran 1 Kemampuan

memahami materi

86,15 100 %

99 %

2 Kemampuan menerapkan

84,42 100 %

Rata-rata 85,28 100%

KKM 80

Tabel 5. Hasil penilaian dan pengamatan pada siklus III

Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat dinyatakan bahwa partisipasi keaktifan siswa

dalam mengikuti pembelajaran PAI materi Shalat Jamak dan Qashar melalui model

konstruktivistik dengan menggunakan teknik brainstorming dan alat peraga jam

dinding dari triplek sampai pada level sangat aktif (99%). Kenaikan persentase

partisipasi siswa tersebut disebabkan oleh faktor ketertarikan ddan keterlibatan aktif

mereka terhadap pembelajaran yang berlangsung.

(15)

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 100% siswa yang tuntas dari kondisi awal 80,76% (kenaikan 19,34%). Dengan demikian tidak ada sama sekali siswa yang belum tuntas. Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 83,65 menjadi 86,15.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 100% siswa yang tuntas dari kondisi awal 73,03% (kenaikan 26,97%). Dengan demikian seluruh siswa dinyatakan tuntas.

Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 81,53 menjadi 85,28. Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas siswa sangat tertarik (99%).

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus III peneliti meyakini bahwa pembelajaran Shalat Jamak dan Qashar yang inovatif dan variatif sangat menarik perhatian siswa. Meskipun demikian masih terdapat sedikit kelemahan pada siklus III.

Kelemahan yang dimaksud adalah pada saat melakukan aktivitas dengan menggunakan alat peraga jam dinding dari triplek, terdapat sebagian kecil siswa yang usil kepada temannya. Kelemahan tersebut dapat diselesaikan dengan memberikan perhatian, sapaan maupun teguran kecil kepada mereka.

5. Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus

Berdasarkan uraian pembahasan pada siklus I, II, dan III maka hasil dari tindakan yang dilakukan peneliti dapat digambarkan dalam tabel 6 di bawah ini.

N o

Indikator Kemampuan

Rata-rata hasil penilaian Persentase siswa yang tuntas (%)

Persentase partisipasi aktif siswa (%)

KA I II III KA I II II

I

KA I II III

1 Kemampuan memahami materi

72,3 0

79,2 3

83,6 5

86,1 5

38,4 6

61,5 3

80,7 6

1 0 0

42,2 9

49,99 84 ,6

99

2 Kemampuan menerapkan

71,9 2

78,6 5

81,5 3

84,4 2

30,7 6

53,8 4

73,0 3

1 0 0

42,2 9

49,99 84 ,6

99

RATA-RATA 72,0 6

78,5 8

82,5 9

85,2 8

34,7 1

57,7 3

76,8 9

1 0 0

42,2 9

49,99 84 ,6

99

KKM 80 80 80 80 80 80 80

Tabel 6. Hasil penilaian dan pengamatan pada tiap siklus

Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI materi Shalat Jamak dan Qashar sebelum adanya tindakan sangat rendah. Rendahnya partisipasi tersebut menyebabkan hasil pembelajaran rendah.

Pada indikator kemampuan 1 hanya terdapat 38,46% siswa yang tuntas dan

61,54% yang belum tuntas. Rata-ratanya juga rendah, yakni 72,30.

(16)

Pada indikator kemampuan 2 hanya terdapat 30,76% siswa yang tuntas dan masih terdapat 69,24% yang belum tuntas. Rata-ratanya juga rendah, yakni 71,92. Sementara hasil observasi dan wawancara menyatakan mayoritas siswa kurang/tidak tertarik (57,71%).

Hasil belajar yang demikian membuat penulis berusaha untuk mencari solusi agar pembelajaran lebih menarik dan mampu memancing perhatian siswa. Penulis mempunyai ide untuk menyajikan dengan model pembelajaran konstruktivistik.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, partisipasi aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI kurang aktif (49,99%). Kenaikan persentase partisipasi keaktifan siswa tersebut disebabkan oleh faktor ketertarikan mereka terhadap model pembelajaran gaya baru. Namun bisa jadi ketertarikan itu sifatnya hanya temporer.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pada awalnya mereka begitu antusias, namun semakin lama para siswa tersebut merasa agak jenuh. Walaupun demikian, meningkatnya perhatian siswa karena ini telah berhasil menaikkan hasil belajar.

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 61,53% siswa yang tuntas dari kondisi awal 38,46% (kenaikan 23,07%). Dengan demikian masih terdapat 38,47% yang belum tuntas.

Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 72,30 menjadi 79,23.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 53,84% siswa yang tuntas dari kondisi awal 30,76% (kenaikan 23,08%). Dengan demikian masih terdapat 46,16% yang belum tuntas.

Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 71,92 menjadi 78,65. Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas siswa kurang/tidak tertarik (50,01%) dan sebagian besar yang lain menyatakan cukup tertarik (49,99%).

Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, partisipasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI materi Shalat Jamak dan Qashar sampai pada level aktif (84,6). Kenaikan persentase partisipasi siswa tersebut disebabkan oleh faktor ketertarikan mereka ditambah adanya fokus perhatian yang lebih intens terhadap materi.

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 80,76% siswa yang tuntas dari kondisi awal 61,53% (kenaikan 19,23%). Dengan demikian masih terdapat 19,23% yang belum tuntas. Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 79,23 menjadi 83,65.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 73,03% siswa yang tuntas dari kondisi awal 53,84% (kenaikan 19,19%). Dengan demikian masih terdapat 26,77% yang belum tuntas. Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 78,65 menjadi 81,53. Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas siswa tertarik (84,6 %), sedangkan yang menyatakan kurang/tidak menarik hanya 16,4%.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus III, partisipasi keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran PAI materi Shalat Jamak dan Qashar melalui model

(17)

konstruktivistik dengan menggunakan teknik brainstorming dan alat peraga jam dinding dari triplek sampai pada level sangat aktif (99%). Kenaikan persentase partisipasi siswa tersebut disebabkan oleh faktor ketertarikan ddan keterlibatan aktif mereka terhadap pembelajaran yang berlangsung.

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 100% siswa yang tuntas dari kondisi awal 80,76% (kenaikan 19,34%). Dengan demikian tidak ada sama sekali siswa yang belum tuntas. Rata-ratanya juga mengalami kenaikan dari 83,65 menjadi 86,15.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 100% siswa yang tuntas dari kondisi awal 73,03% (kenaikan 26,97%). Dengan demikian seluruh siswa dinyatakan tuntas. Rata- ratanya juga mengalami kenaikan dari 81,53 menjadi 85,28. Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas siswa sangat tertarik (99%).

PENUTUP

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kontruktivistik mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada akhir siklus III bahwa Rata-rata hasil penilaian mencapai 85,28. Pada akhir siklus III juga dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar mencapai angka optimal, yani 100%. Sedangkan pendapat siswa mengenai proses pembelajaran sampai akhir siklus III sebanyak 99%

menyatakan sangat menarik.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Al Jerrahi Tosun Bayrak, Asmaul Husna Makna dan Khasiat, Jakarta : Serambi, 2005

Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rinekacipta, 2005.

M Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1993,

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru, 2000.

Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2003.

Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual, Malang : Universitas Negeri Malang 2004.

Paul Suparno, Filsafat Konstruktivistik dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.,1997.

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

Santosa Puji, Materi dan Pembelajaran Bahasa SD, Jakarta : Universitas Terbuka, 2007.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Alasan yang kedua, untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan pendidikan dosen akuntansi terhadap tingkat kepuasan mahasiswa di program studi akuntansi Universitas

Aku sangat sibuk sekali dan aku merasa tidak tepat untuk bicara pada orang yang. dicintai

Peran buru tani perempuan disesuaikan dengan fitrah kaum hawa yang telaten dan teliti, pekerjaan yang dilakukan adalah menanam bibit, menyiangi rumput yang

Untuk mengetahui gambaran awal mengenai penelitian Ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa (Analisis Visual dan Makna Ornamen pada Bangunan Utama Masjid Agung Sang

Dan pada analisis varian menunjukkan menunjukkan karakter biomasa jumlah cabang produktif, jumlah polong pertanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji, indeks

Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan fisik Di Desa Sapobonto, dilakukan dengan tiga proses tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan

This study suggests that feedlot steers administered with rumen mechanical stimulator (RMS) brush: 1) did not improve performance of feedlot steer; 2) improved the

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 t ent ang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Ne- gara Republik Indonesia Nomor