A I
PENDAHULUAN
1.1 Latar elakang
ahun 2013, prevalensi penduduk Indonesia yang
didiagnosis uberculosis Paru (B Paru) sebanyak 0,4% dari
jumlah penduduk Indonesia. Lima provinsi dengan B paru tertinggi
di Indonesia adalah Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta
(0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat (0,4%)
(Riskesdas, 2013).Prevalensi B Paru cenderung meningkat pada
masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan tidak
bekerja. Selain itu, faktor usia juga ikut mempengaruhi
meningkatnya prevalensi penderita B Paru. Semakin bertambah
usia, semakin rentan seseorang terkena B Paru (Riskesdas,
2013).
otal penderita B Paru yang didiagnosis, hanya sebanyak
44% penderita yang mengikuti program pengobatan B Paru
(konsumsi obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol selama
6 bulan) (Riskesdas 2013). Lima provinsi dengan jumlah pasien B
Paru yang menggunakan obat program terbanyak adalah DKI
Sulawesi Barat (54,2%), dan Jawa engah (50,4%) (Riskesdas
2013).
Prevalensi B Paru di Sulawei engah tahun 2013,
dikelompokkan berdasarkan diagnosis dan Gejala B Paru.
Berdasarkan diagnosis, sebanyak 0,2% penduduk didiagnosis B
paru. Sedangkan berdasarkan gejala B Paru, sebanyak 4,9%
menunjukkan gejala batuk 2 minggu dan 3,7% menunjukkan gejala
batuk darah (Riskesdas, 2013). Sedangkan jumlah pasien
diagnosis B Paru di Desa omata, Kecamatan Mori Atas,
Kabupaten Morowali tahun 2011 sebanyak 6 orang dan tahun 2012
sebanyak 4 orang (Data Puskesmas omata, 2013). erjadi
penurunan jumlah penderita B Paru selama 1 tahun terakhir.
Infeksi kuman mycobacterium tuberculosis pada paru-paru
membawa beberapa perubahan fisik, diantaranya peningkatan suhu
tubuh, anoreksia, penurunan berat badan, badan lemah dan
berkeringat pada malam hari, sehingga kapasitas kerjanya
menurun.Sedangkan perubahan psikis yang muncul adalah
penderita B paru menjadi lebih irritable/ mudah marah, dan
merasa tidak mampu melakukan tugas.
Perubahan fisik dan psikis yang dialami oleh penderita B
sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri (KBBI, 2008). Konsep
diri atau self concept (Stuart, et al., 1998) merupakan semua ide,
pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya.
Konsep diri meliputi lima aspek, yaitu gambaran diri (body
image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self
role) dan identitas diri (self identity) (Keliat, 1992). Hubungan antara
aspek yang satu dengan aspek yang lain saling berkaitan. Harga
diri rendah merupakan salah satu dari rentang respon maladaptive
pada rentang respon konsep diri (Stuart, et all., 1998). Dikatakan
oleh arwoto, dkk., (2003) bahwa individu yang memiliki konsep diri
yang baik/sehat akan memiliki keseimbangan dalam kehidupannya.
.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian, maka
pertanyaan ilmiah yang muncul sebagai fokus dalam penelitian ini
1.3 Signifikansi dan Keunikan Penelitian
Penelitian tentang konsep diri pada penderita B Paru
belum pernah dilakukan di Kecamatan Mori Atas kabupaten
Morowali, Sulawesi engah.
Meskipun jumlah penderita B Paru di Sulawesi engah
tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lain di
Indonesia, namun penelitian semacam ini perlu dilakukan agar
penderita B Paru yang ada di Sulawesi engah tetap memiliki
konsep diri yang baik.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep diri
penderita B Paru, yang meliputi gambaran diri (body image), ideal
diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role) dan
identitas diri (self identity).
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan, sumber
yang lebih komprehensif pada penderita B Paru.Dalam perawatan
pasien B Paru, selain perawatan fisik, perawat diharapkan juga
memperhatikan aspek psikologi pasien, sehingga penderita B
Paru memiliki konsep diri yang positif.
1.5.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penderita B Paru
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan
pengetahuan dan tambahan informasi bagi penderita B
paru dalam merespon penyakit yang sedang dialami
khususnya untuk penyakit B paru, sehinga penderita bisa
memahami bahwa memiliki konsep diri yang positif, bisa
mengurangi tekanan psikologis negatif yang menambah
rasa sakit yang dirasakan oleh pasien.
b. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan
pengetahuan dan tambahan informasi bagi keluarga
penderita B paru bahwa pentingnya dukungan keluarga
untuk memberikan dukungan yang positif tentang konsep
c. Bagi enaga Medis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan
pengetahuan dan tambahan informasi bagi tenaga medis
khususnya perawat untuk memberikan dukungan yang