• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modifikasi Pergelangan Kaki Prosthetik Berbasis Ergonomi Total Meningkatkan Efisiensi Berjalan Dan Kualitas Hidup Amputee Transtibial Di Solo – Jawa Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modifikasi Pergelangan Kaki Prosthetik Berbasis Ergonomi Total Meningkatkan Efisiensi Berjalan Dan Kualitas Hidup Amputee Transtibial Di Solo – Jawa Tengah."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

DISERTASI

MODIFIKASI PERGELANGAN KAKI PROSTHETIK

BERBASIS ERGONOMI TOTAL MENINGKATKAN EFISIENSI

BERJALAN DAN KUALITAS HIDUP

AMPUTEE

TRANSTIBIAL

DI SOLO – JAWA TENGAH

LOBES HERDIMAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

DISERTASI

MODIFIKASI PERGELANGAN KAKI PROSTHETIK

BERBASIS ERGONOMI TOTAL MENINGKATKAN EFISIENSI

BERJALAN DAN KUALITAS HIDUP

AMPUTEE

TRANSTIBIAL

DI SOLO – JAWA TENGAH

LOBES HERDIMAN

NIM 1290271008

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

MODIFIKASI PERGELANGAN KAKI PROSTHETIK

BERBASIS ERGONOMI TOTAL MENINGKATKAN EFISIENSI

BERJALAN DAN KUALITAS HIDUP

AMPUTEE

TRANSTIBIAL

DI SOLO – JAWA TENGAH

Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor

pada Program Doktor, Program Studi Ilmu Kedokteran, Konsentrasi Ergonomi Fisiologi Kerja

Program Pascasarjana Universitas Udayana

LOBES HERDIMAN

NIM 1290271008

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN PROMOTOR/KOPROMOTOR DISERTASI INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL : 3 Pebruari 2016

Promotor,

Prof. Dr. dr. Nyoman Adiputra, MOH. PFK. NIP: 19471211 197602 1 001

Kopromotor I, Kopromotor II,

Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF. Prof. Drs. I.B. Adnyana Manuaba, HonF.ErgS., FIPS. NIP: 19501231 198003 1 015 NIP: 130 100 451

Ketua Program Studi Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana Universitas Udayana

(5)

Disertasi Ini Telah Diuji dan Dinilai pada Ujian Tertutup Pada Tanggal : 20 Oktober 2015

Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No : 3121/UN14.4.10/PK/2015 Tanggal : 25 September 2015

Ketua : Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana, PFK., M.Erg. Anggota

1. Prof. Dr. dr. Nyoman Adiputra, MOH., PFK. 2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF.

3. Prof. Drs. I.B. Adnyana Manuaba, HonF.ErgS., FIPS. 4. Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes.

(6)

v

SURAT PERNYATAAN

BUKAN KARYA PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Ir. Lobes Herdiman, MT.

NIM : 1290271008

Program Studi : Ilmu Kedokteran Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar - Bali

Konsentrasi : Ergonomi – Fisiologi Kerja

Alamat : Perum. Josroyo Indah A26 RT 03/ XV Jaten Karanganyar - Jawa Tengah (57771)

Telp. / HP. : (0271) 632110

Dalam rangka menempuh pendidikan Program Doktor saya menyatakan bahwa Disertasi ini bebas dari plagiat atau hasil jiplakan sebagian atau seluruhnya dari karya seseorang. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya unsur plagiat maka gelar yang telah saya sandang bersedia untuk dicabut sebagaimana mestinya, sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan benar dan penuh kesadaran dengan segala konsekuensinya.

Denpasar, 3 Pebruari 2016

Yang membuat pernyataan,

Ir. Lobes Herdiman, MT. NIM. 1290271008 Materai

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Allah SWT karena berkat karunia-Nya dapat menyelesaikan penelitian disertasi Program Doktor pada Program Studi Ilmu Kedokteran Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penelitian ini berjudul “Modifikasi Pergelangan Kaki Prosthetik Berbasis Ergonomi Total Meningkatkan Efisiensi Berjalan dan Kualitas

Hidup Amputee Transtibial di Solo - Jawa Tengah” yang diperuntukan bagi

penyandang disabilitas kaki.

Penelitian ini diusulkan sejak dari Semester IV Tahun Anggaran 2013-2014 pada Program Studi Ilmu Kedokteran dengan Konsentrasi Ergonomi - Fisiologi Kerja. Penelitian disusun dari awal studi doktor di bidang ergonomi dengan selalu memperhatikan semua masukan. Gaya selingkung penulisan mengikuti tata cara menurut “Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis dan Disertasi” yang dikeluarkan oleh Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar – Bali pada tahun 2010.

(8)

vii

penelitian yang diajukan sebelumnya. Akhirnya, dilanjutkan pada tahap ujian Seminar Kelayakan Naskah Disertasi (SKND), ujian Tertutup dan ujian Terbuka.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. dr. N. Adiputra, M.OH., PFK., Sp.Erg. sebagai Promotor, Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF., Sp.Erg. sebagai KoPromotor I dan Pembimbing Akademik, Prof. Drs. I.B. Adnyana Manuaba, HonF.ErgS., FIPS. sebagai KoPromotor II. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Tim penguji Desertasi yang terdiri dari Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana, PFK., M.Erg., Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes., Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Putra Manuaba, M.Phil., Prof. Dr. Drs. I Nyoman Artayasa, M.Kes., dan Prof Dr. Ir. I Wayan Surata, M.Erg. yang telah memberikan semua masukan, arahan, sanggahan, koreksi dan saran selama proses bimbingan dan pengujian yang mulai dari ujian kualifikasi sampai ujian tertutup.

(9)

viii

Tidak lupa penulis juga ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT(K) sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Doktor. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro. selaku Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran S3 dan Dr. dr. Tjokorda Gde Bagus Mahadewa, M.Kes, Sp.BS, M.Sc. selaku Sekretaris Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Program Doktor Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terima kasih kepada Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si. dan Dr. dr. I Dewa Made Sukrama, M.Si., Sp.MK.(K) selaku mantan Ketua dan Sekretaris Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Program Doktor Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi lanjut S3 di Program Doktor pada program Pascasarjana Universitas Udayana.

(10)

ix

Heri dalam membuat pergelangan kaki berikut kaki prosthetik, Kardi Martini, Amd.Fis., Agus Wibisono, Dwi Samto, ST., Esha Darwinsa, ST. dan Yanuarita Nurliana Sari, ST. atas segala bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Produk (P3). Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bagian Kerja Sama dan Bagian Keuangan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta selama mengikuti studi lanjut S3 dalam me-ringankan beban finansial selama proses masa pendidikan Program Doktor pada program Pascasarjana Universitas Udayana.

Penulis juga sampaikan terima kasih kepada istri tercinta Dina Widianti, SE. serta ananda Lily Desianti Permatasari dan Tiara Nur Fitri yang memberikan semangat, motivasi dan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan Disertasi ini. Mohon maaf atas kekurangan, kesalahan dan ketidakpampuan selama proses bimbingan dan pengujian yang tidak disengaja dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya.

(11)

x

Modifikasi Pergelangan Kaki Prosthetik Berbasis Ergonomi Total Meningkatkan Efisiensi Berjalan dan Kualitas Hidup AmputeeTranstibial

di Solo – Jawa Tengah

ABSTRAK

Amputasi menyebabkan mobilitas dan kelincahan seseorang menjadi terbatas. Imobilitas ini dapat dibantu dengan menggunakan kaki prosthetik. Hingga saat ini kaki prosthetik yang digunakan amputee masih eksoskeletal, padahal kaki prosthetik ini terdapat kekurangan, di mana energi yang diperlukan tubuh lebih besar dari kapasitas tubuh hingga membuat kualitas hidup menjadi rendah. Selama dipakai untuk berjalan antara kaki prosthetik dan kaki normal terlihat masih belum simetris membuat efisiensi berjalan menjadi rendah. Pendekatan ergonomi total diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini dengan melibatkan ahli prosthetik, bahan, rehabilitasi dan amputee. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan efisiensi berjalan dan kualitas hidup bagi amputee.

Rancangan penelitian menggunakan cross over design. Penelitian ini melibatkan 14 amputee transtibial dengan panjang stump kaki berbeda. Pengujian berjalan dengan cara bolak balik di permukaan datar pada jarak 80 meter dengan kecepatan berjalan sekitar 1,2 m/s, waktu pengujian sekitar 6 menit. Waktu istirahat antar set selama 3 menit dan diberikan asupan nutrisi. Kelompok I memakai kaki prosthetik eksoskeletal. Kelompok II memakai kaki prosthetik endoskeletal dengan pergelangan kaki. Data awal dilakukan uji normalitas (Shapiro-Wilk) dan uji homogenitas (Levene’s test) dengan tingkat signifikansi α = 0,05. Pengujian data setiap kelompok untuk periode berbeda dengan tingkat signifikansi α = 0,05 meliputi uji komparabilitas, uji periode, uji residu. Uji beda terhadap perlakuan pada tingkat signifikansi α = 0,05.

Uji komparabilitas menunjukkan bahwa p > 0,05 artinya tidak berbeda bermakna pada Kelompok I dan Kelompok II antar Periode I dan Periode II. Uji periode dan uji residu menunjukkan bahwa p > 0,05 artinya tidak berbeda bermakna pada Kelompok I memakai kaki prosthetik eksoskeletal kemudian endoskeletal dan Kelompok II memakai kaki prosthetik endoskeletal kemudian eksoskeletal. Uji beda pada perlakuan menunjukkan bahwa p < 0,05 artinya ada berbeda bermakna antar Periode I dan Periode II. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya kenaikan efisiensi berjalan dilihat dari peningkatan keseimbangan berjalan (59,54%) dan peningkatan efisiensi gait (21,29%). Kenaikan kualitas hidup dilihat dari peningkatan kenyamanan berjalan (30.0%) dan peningkatan kepuasan (22,60%), penurunan denyut nadi (40,31%), keluhan muskuloskeletal (21,13%) dan kelelahan (21,26%).

Modifikasi pergelangan kaki pada prosthetik endoskeletal untuk berjalan dipermukaan datar dengan ciri gerakan multi axis energi store-return dapat meningkatkan efisiensi berjalan dan kualitas hidup bagi amputee transtibial di Solo Jawa Tengah.

(12)

xi

Modification Of Prosthetic Ankle Based on Total Ergonomic Increase Walk Efficient and Quality of Life for Transtibial Amputee

In Solo - Central Java Provinces

ABSTRACT

Amputation causes a person's mobility and agility to be limited. This immobility can be helped by using prosthetic foot. Until now used prosthetic foot for amputee still exoskeletal, whereas the use of prosthetic foot there is weakness, which the energy the body needs is greater than the capacity of the body to make the quality of life is low. As long as used to walk pattern between the intact foot and prosthetic foot asymmetrical looks make walk efficient becomes low. Total ergonomic approach is needed to resolve this issue by involving experts prosthetic, material, rehabilitation, and amputee. The purpose of this research is how to increase the walk efficient and quality of life for amputee.

The study design using the cross-over design. The study involved 14 transtibial amputee with different stump leg length. Walk testing by way of back and forth on a flat surface at a distance of 80 meters with walking speed of about 1.2 m/s, the test time of about 6 minutes. Rest between sets for 3 minutes and nutrition intake. Group I wear exoskeletal prosthetic foot without ankle. Group II wear endoskeletal prosthetic foot with ankle. Preliminary data normality test (Shapiro-Wilk) and homogeneity (Levene's test) with significance of level α = 0.05. The test data of each group to different periods with significance of level α = 0.05 includes comparability test, period test, carry over effect. Different test to the treatment at significance of level α = 0.05.

Comparability test showed that p > 0.05 means no significant difference in Group I and Group II between Period I and Period II. Test of period and carry over effect showed that p > 0.05 means no significant difference in Group I is wear exoskeletal prosthetic foot then endoskeletal and Group II is wear endo-skeletal prosthetic foot then exoendo-skeletal. In the treatment of comparison test showed that p < 0.05 means there is a significant difference between Period I and Period II. The results of study showed that increase in the walk efficient seen from increase in the walk balance was 59.54% and improved gait efficient was 21.29%. The increase in quality of life seen from increased comfort of walk was 30.0% and increased satisfaction was 22.60%, decreased pulse rate was 40.31%, musculo-skeletal complains was 21.13%, and fatigue was 21.26%.

Modification of the prosthetic ankle on below knee leg prostheses to walk on flat surface of characterized by multi-axis motion and energy store-return can improve the walk efficient and the quality of life for transtibial amputee in Solo, Central Java.

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN BUKAN KARYA PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

2.1 Amputee Transtibial Dalam Efisiensi Berjalan dan Kualitas Hidup ... 10

2.1.1 Efisiensi berjalan ... 11

2.1.2 Kualitas hidup (quality of life) ... 16

2.2 Sikap Berjalan ... 28

2.2.1 Nutrisi sebagai sumber energi ... 29

2.2.2 Istirahat dan kudapan (snack) ... 29

2.3 Amputasi Ekstremitas Bawah ... 30

2.4 Anthropometri Pada Amputee Transtibial ... 32

(14)

xiii

2.6 Implementasi Pendekatan Ergonomi Total Pada Pergelangan Kaki Prosthetik

... 37

2.7 Pendekatan Ergonomi Total Kaki Prosthetik Endoskeletal .... 39

2.8 Lingkungan Dalam Ruangan ... 44

2.8.1 Mikroklimat dalam ruangan ... 44

2.8.2 Intensitas penerangan dalam ruangan ... 44

2.8.3 Kecepatan angin dalam ruangan ... 45

2.9 Analisis Umur Ekonomis Produk ... 45

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 51

4.3 Populasi dan Sampel ... 51

4.3.1 Populasi ... 51

4.3.2 Kriteria sampel (eligibility criteria) ... 52

4.4 Besar Sampel (Sample Size) ... 52

4.5 Teknik Penentuan Sampel ... 54

4.6 Variabel Penelitian ... 54

4.6.1 Indentifikasi dan klasifikasi variabel ... 54

4.6.2 Definisi operasional variabel ... 55

4.7 Instrumen Penelitian ... 61

4.10 Pengolahan Dan Analisis Data ... 68

(15)

xiv

BAB V HASIL PENELITIAN ... 74

5.1 Subjek Penelitian ... 74

5.2 Karakteristik Subjek Penelitian ... 74

5.3 Kondisi Lingkungan ... 75

5.4 Analisis Gait Penggunaan Kaki Prosthetik Bawah Lutut ... 76

5.5 Efsiensi Berjalan Pada Amputee Transtibial ... 78

5.5.1 Keseimbangan berjalan ... 78

5.5.2 Efisiensi gait ... 80

5.6 Kualitas Hidup Pada Amputee Transtibial... 83

5.6.1 Kenyamanan ... 83

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 98

6.1.1 Umur ... 98

6.1.2 Berat badan dan tinggi badan ... 99

6.1.3 Indeks masa tubuh (IMT) ... 100

6.1.4 Tinggi lutut posisi duduk ... 101

6.1.5 Panjang stump kaki ... 102

6.1.6 Berat kaki prosthetik bawah lutut ... 102

6.1.7 Pengalaman memakai kaki prosthetik bawah lutut ... 103

6.2 Lingkungan Di Ruang Pengujian ... 104

6.3 Asupan Nutrisi dan Gizi Sebelum Pengujian ... 106

6.4 Keseimbangan Berjalan Amputee Di Permukaan Datar ... 107

6.5 Efisiensi GaitAmputee Berjalan Di Permukaan Datar ... 109

6.6 Kenyamanan Berjalan Menggunakan Kaki Prosthetik ... 110

6.7 Kepuasan Memakai Kaki Prosthetik ... 112

6.8 Beban Kerja Saat Amputee Berjalan Di Permukaan Datar ... 113

6.9 Keluhan Muskuloskeletal Amputee Setelah Berjalan ... 116

(16)

xv

6.11 Analisis Umur Ekonomis Kaki Prosthetik Bawah Lutut ... 120

6.12 Analisis Manfaat Modifikasi Pergelangan Kaki Prosthetik .... 121

6.13 Kelemahan Penelitian ... 122

6.14 Kebaharuan Penelitian (Novelty) ... 123

BAB VIISIMPULAN DAN SARAN... 126

7.1 Simpulan ... 126

7.2 Saran ... 127

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pemodelan distribusi berat tubuh ... 12

Tabel 2.2 Klasifikasi tingkat kenyamanan berdasarkan total skor individu ... 17

Tabel 2.3 Klasifikasi tingkat kepuasan berdasarkan total skor individu ... 18

Tabel 2.4 Tingkat beban kerja menurut keluaran energi ... 21

Tabel 2.5 Klasifikasi beban kerja berdasarkan beban kardiovaskular ... 22

Tabel 2.6 Klasifikasi tingkat resiko otot skelatal berdasarkan total skor individu ... 24

Tabel 2.7 Klasifikasi tingkat kelelahan subjektif berdasarkan total skor individu ... 27

Tabel 2.8 Perhitungan nilai persentil ... 33

Tabel 4.1 Hasil perhitungan jumlah sampel ... 53

Tabel 5.1 Karakteristik amputee transtibial ... 75

Tabel 5.2 Kondisi Lingkungan di Ruang Analisis Gerakan ... 76

Tabel 5.3 Panjang langkah telapak kaki kiri dan kanan, panjang stride, fase stance dan fase swing ... 77

Tabel 5.4 Hasil uji beda pada keseimbangan berjalan ... 80

Tabel 5.5 Hasil uji beda pada efisiensi gait... 82

Tabel 5.6 Hasil uji beda pada kenyamanan ... 85

Tabel 5.7 Hasil uji beda pada kepuasan ... 87

Tabel 5.8 Hasil uji beda pada denyut nadi ... 89

Tabel 5.9 Hasil uji beda pada keluhan muskuloskeletal ... 92

Tabel 5.10 Skor keluhan muskuloskeletal subjek sebelum berjalan ... 93

Tabel 5.11 Skor keluhan muskuloskeletal subjek sesudah berjalan ... 94

Tabel 5.12 Hasil uji beda pada kelelahan ... 96

Tabel 5.13 Kelelahan amputee berjalan berdasarkan tiga kategori ... 97

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pusat gravitasi (CoG) pada tubuh ... 10

Gambar 2.2 Siklus Berjalan Amputasi Bawah Lutut ... 13

Gambar 2.3 Nordic body map pada amputeetranstibial ... 25

Gambar 2.4 Kelainan sikap berjalan pada amputee transtibial ... 28

Gambar 2.5 Level Amputasi Ekstremitas Bawah ... 30

Gambar 2.6 Kurva distribusi normal ... 33

Gambar 2.7 Pengukuran anthropometri pada amputee transtibial ... 34

Gambar 2.8 Implementasi pendekatan ergonomi total ... 38

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian ... 48

Gambar 4.1 Rancangan penelitian cross over design ... 50

Gambar 4.2 Hubungan antar variabel penelitian ... 55

Gambar 4.3 Alur penelitian ... 63

Gambar 5.1 Gait cycle terhadap analisis gerakan berjalan ... 78

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... lam. 1 Lampiran 1.2 Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) ... lam. 2 Lampiran 1.3 Informed Consent

[Surat Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)]

... lam. 3

Lampiran 1.4 Penjelasan Kegiatan Penelitian ... lam. 4 Lampiran 1.5 Surat Persetujuan Keikutsertaan Uji Gait Analisis ... lam. 6 Lampiran 1.6 Biodata Subjek Penelitian ... lam. 7 Lampiran 1.7 Pengukuran Anthropometri Amputee Transtibial ... lam. 8 Lampiran 1.8 Pengukuran Kondisi Iklim Laboratorium ... lam. 9 Lampiran 2.1 Kuesioner Kenyamanan Penggunaan Produk

[QuestionPro Product Consultant Questionnaire]

... lam. 10

Lampiran 2.2 Kuesioner Kepuasan Pengguna

[Questionnaire for User Interaction Satisfaction (QUIS)]

.. lam. 12

Lampiran 2.3 Pengukuran Denyut Nadi Pada Arteri Radialis Tangan Kiri [Berjalan Di Bidang Datar]

... lam. 14

Lampiran 2.4a Kuesioner Nordic Body Map (NBM) [Pengukuran Keluhan Muskuloskeletal]

... lam. 15

Lampiran 2.4b Kuesioner Nordic Body Map (NBM) [Pengukuran Keluhan Muskuloskeletal]

... lam. 16

Lampiran 2.5 Kuesioner 30 Items Penilaian Kelelahan Subjektif [Pengukuran Kelelahan Subjektif Secara Umum]

... lam. 18

Lampiran 3.1 Peralatan Penelitian... lam. 20 Lampiran 3.2 Spesifikasi Pergelangan Kaki Prosthetik ... lam. 21 Lampiran 3.3 Pelaksanaan Focus Group Discustion (FGD) ... lam. 24 Lampiran 3.4 Pembuatan Kaki Prosthetik ... lam. 25 Lampiran 3.5 Subjek Penelitian ... lam. 26 Lampiran 4.1 Karakteristik Berat Kaki Prosthetik Bawah Lutut ... lam. 27 Lampiran 4.2 Data Kondisi Lingkungan ... lam. 32 Lampiran 4.3 Data Panjang Langkah Telapak Kaki Kiri dan

Kanan, Panjang Stride

... lam. 33

(20)

xix

(21)

xx

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH A

ADL : Activities of Daily Living

ASHRAE : American Society of Heating, Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers

B

BBRSBD : Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa B/C : Benefit per Cost

BCR : Benefit Cost Ratio BEP : Break Event Point C

CBM : Center Body Mass

CCD : Camera Cencored Device

CESR : Controlled Energy Store and Return COG : Center of Gravity

COM : Center of Mass CONV : Conventional D

DM : Diabetes Millitus DNI : Denyut Nadi Istirahat DNK : Denyut Nadi Kerja DNMaks : Denyut Nadi Maksimum E

EMG : Electromyography

ENASE : Efisien, Nyaman, Aman, Sehat, Efisien ESR : Energy Store Return

ESAR : Energy Store and Return F

FAO : Food and Agriculture Organization FGD : Focus Group Discussion

(22)

xxi G

GC : Gait Cycle

GDI : Gait Deviation Index GGI : Gillet Gait Index GPS : Gait Profile Score H

HC : Heel Contact HD : High Definition HO : Heel Off I

IBM : International Business Machines

ICSID : International Council of Societies of Industrial Design IEA : International Ergonomics Association

IFRC : Industrial Fatigue Research Committee IMT : Indeks Masa Tubuh

IRR : Internal Rate of Return ISBB : Indeks Suhu Basah dan Bola

ISPO : International Society for Prosthetics and Orthotics J

JAIH : Japan Association Industrial Health K

KH : Knee Joint Height

KN : Kaki Normal

KP : Kaki Prosthetik KS : Distance Knee Joint - Stump Top

KT : Kemampuan Tubuh

KTP : Kartu Tanda Penduduk Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan L

(23)

xxii

LPKN : Lingkar Pergelangan Kaki Normal LSB : Lingkar Stump Bawah

M

MA : Multi Axis

MAP : Movement Analysis Profile MF : Mid Foot

MPSS : MagneticProstheticSuspension System N

NAL : Non Amputated Leg NBM : Nordic Body Map

NK : Nadi Kerja

NPV : Net Present Value NVAS : NonVascular P

P3 : Perencanaan dan Perancangan Produk

PEQ : Prosthetic Evaluation Questionnaire-Mobility Scale Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan

PL : Prosthetic Leg PO : PushOff PRES : Prescribed

PSP : Persetujuan Setelah Penjelasan PTB : Patellar Tendon Bearing

PTB-SC : Patellar Tendon Bearing - Supra Condylar RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

Q

QUIS : Questionnaire for User Interaction Satisfaction R

RA : Random Alokasi

RH : Relative Humidity

RI : Republik Indonesia RM : Repitition Maximal

(24)

xxiii

RS : Random Sampling

RSI : Repetitive Strain Injuries RSO : Rumah Sakit Orthopedi S

S : Sampel

SACH : Solid Ankle Cushion Heel

SB : Simpang Baku

SBL : Sebelum

SHIP : Sistemik – Holistik – Interdisipliner – Partisipatori SPPS : Statistical Package for The Social Sciences

SSD : Sesudah

ST : Straight Line Trunk StEn : Stored Energy T

TH : Trochanter Height

TO : Toe Off

TT : Tuntutan Tugas

TTG : Teknologi Tepat Guna TRH : Trochanter Residual Height V

VAS : Vascular W

(25)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas hidup seorang amputee berhubungan secara langsung dengan ke-mampuan mobilitas, berkurangnya keke-mampuan berjalan, dan berkurangnya percaya diri pada lingkungan sosial. Pencapaian kualitas hidup merupakan kemampuan setiap individu amputee agar mampu kesejahteraan dirinya sendiri. Guna mencapai harapan ini, amputee memerlukan bantuan berupa alat bantu aktivitas seperti kaki prosthetik dan proses rehabilitasi berjalan untuk menopang agar dapat bekerja dan hidup secara layak. Keberhasilan kaki prosthetik ini akan menambah rasa percaya diri dan mem-berikan dampak positif dengan meningkatnya kualitas hidup pada amputee.

Pasca amputasi kaki tentunya banyak menimbulkan masalah dalam kemam-puannya berpindah tempat atau dikenal dengan imobilitas fisik. Berjalan mengguna-kan kaki prosthetik untuk mengatasi imobilitas memerlumengguna-kan penyesuaian agar pola berjalan menjadi efisien. Semakin efisien saat berjalan memakai kaki prosthetik me-nunjukkan akan semakin baik pola berjalan dihasilkan, sehingga mendekati pola ber-jalan secara normal. Penampilan fisik dengan pola berber-jalan yang baru di setiap akti-vitas, terutama tidak adanya pengaruh dari luka atau nyeri pada bekas amputasi. Mobilitas fisik amputee menjadi berubah dan kembali belajar untuk berjalan, menye-suaikan aktivitas terhadap lingkungan agar mengakomodasi dirinya selama memakai kaki prosthetik. Mengubah cara pandang pada dirinya dalam memakai kaki prosthe-tik sebagai usaha untuk mengurangi dampak langsung secara jangka panjang.

(26)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 2

Amputasi pada anggota gerak menjadikan seseorang dengan penyandang disabilitas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan World Bank (2011) menyatakan bahwa jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 10 juta jiwa atau 6% populasi dari penduduk. Kementerian Sosial RI (2011) menyatakan bahwa jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 3,11% (6,7 juta jiwa), tahun 2012 jumlah Tunadaksa sebanyak 1.652.741 jiwa. Susenas (2013) menyatakan bahwa penyandang disabilitas sebesar 2,45% dari jumlah penduduk. Kementerian Kesehatan RI (2014) menyatakan bahwa penyandang disabilitas terbanyak yang mengalami keterbatasan berjalan atau naik tangga sebesar 10,26%. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penyandang disabilitas pada laki-laki lebih banyak sebesar 57,96%.

(27)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 3

Pada saat ini kaki prosthetik pasca amputasi bagi amputee transtibial berupa kaki prosthetik eksoskeletal. Bahannya berupa pelat aluminium dengan proses cold forging, polyesteresin-fiber dengan proses pencetakan, dan polypropiline dengan proses thermosetting. Kelemahan kaki prosthetik eksoskeletal secara biomekanika maupun fisiologi dengan timbulnya efek faal dan efek sistem muskuloskeletal seperti terjadi keluhan otot skeletal, kelelahan dan meningkatnya denyut nadi. Penelitian kaki prosthetik eksoskeletal bawah lutut oleh Herdiman et al. (2010a) dilihat dari keseimbangan berjalan bahwa kelenturan kaki prosthetik masih rendah dan kenya-manan masih kurang, kelenturan gerakan hanya mengandalkan bahan telapak kaki; Herdiman dan Damayanti (2011) menujukkan bahwa penambahan korset di bagian

socket yang diikatkan pada paha yang bertujuan untuk kestabilan dan keseimbangan berjalan; hasilnya adanya gangguan muskuloskeletal dan kelelahan.

(28)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 4

Pada awalnya tidak mudah seorang amputee menggerakan kaki saat bangkit, berdiri, berjalan yang dimungkinkan hilangnya beberapa urutan majemuknya. Sikap berjalan yang salah dengan postur tubuh selalu membungkuk, kepala menunduk dan ke dua tangan selalu hiperekstensi bertujuan dapat mendorong tubuhnya ke depan. Kejadian ini selalu dilakukan berulang-ulang dan berakhir dengan sikap tubuh tidak fisiologis atau tidak ergonomis. Pada jangka panjang beresiko munculnya nyeri pinggang dan keluhan otot lainnya. Akhirnya seorang amputee setelah umur 36 tahun lebih memilih memakai kursi roda akibat munculnya keluhan. Akibatnya mobilitas pada amputee menjadi terbatas untuk beraktivitas dan kualitas hidup menjadi rendah.

Identifikasi penggunaan kaki prosthetik pada amputee berdasarkan delapan aspek ergonomi ditemukan beberapa hal yaitu berapa lama pemakaian kaki pros-thetik dalam sehari, kebutuhan waktu istirahat sewaktu berjalan, asupan makanan sebagai suplai energi tubuh. Temperatur lingkungan berkontribusi secara langsung saat amputee berjalan bila temperatur dan kelembaban naik diluar dari batas yang ditoleransi tubuh. Oleh sebab itu, pemberian istirahat dan asupan nutrisi dapat mem-bantu dan menjaga tubuh senantiasa bugar dari pengaruh peubahan temperatur.

(29)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 5

artinya masih adanya ketidaknyamanan dari pengguna dengan skor rendah dan kepuasan (65,83 ± 2,86) artinya masih adanya ketidakpuasan pengguna dengan skor tinggi. Peningkatan pada denyut nadi kerja (97,55 ± 16,84) dpm artinya tingkat beban kerja untuk berjalan 80 meter pada kategori ringan, keluhan muskuloskeletal (69,17 ± 5,08) dengan skor rendah tetapi memerlukan tindakan perbaikan segera dan kelelahan (54,17 ± 4,12) dengan skor sedang dan memerlukan tindakan perbaikan.

Pentingnya penelitian ini dalam meningkatkan performansi kaki prosthetik dengan modifikasi pergelangan kaki membuat kaki prosthetik agar lebih fungsional dengan tetap mengutamakan aspek kosmetik dari estetika. Masalah ini perlu disele-saikan dengan ergonomi dengan pendekatan ergonomi total menghubungkan pen-dekatan SHIP dan menerapkan teknologi tepat guna (TTG) dengan berkelanjutan dan konsisten (Manuaba, 2003a). Modifikasi pergelangan kaki pada prosthetik bawah lutut berbasis ergonomi total bertujuan merangkum semua masukan dari ahli pros-thetik, bahan, rehabilitasi, dan amputee pada forum focus group discussion (FGD). Aspek task; pergelangan kaki prosthetik endoskeletal dengan teknologi tepat guna yang di desain multi axis energi store-return. Aspek organisasi dan lingkungan; kemampuan tubuh pada amputee dapat menyesuaikan kondisi lingkungan.

(30)

ling-UNI VERSI TAS UDAYANA | 6

kungan dan mengikuti trend. Keberlanjutan pengembangan desain ini dilakukan terus menerus yang memperhatikan aspek task, kebutuhan amputee; aspek organisasi dan lingkungan, aktivitas amputee dengan lingkungan disekitarnya.

Grandjean (2000), prinsip fitting the task to the human menserasikan amputee

mulai dari masa proses rehabilitasi, kaki prosthetik, bahan, teknologi, cara berjalan dengan lingkungan, kebolehan dan keterbatasan agar dihasilkan efisiensi berjalan dan kualitas hidup yang setinggi-tingginya. Keserasian kaki prosthetik dan amputee

menciptakan kondisi dan suasana berjalan dalam beraktivitas dengan efisien, nya-man, anya-man, sehat dan efektif (ENASE). Kualitas hidup amputee dapat meningkat dengan memberikan kenyamanan dan kepuasan untuk semua aktivitas. Amputee saat berjalan memakai kaki prosthetik tidak menimbulkan masalah yang signifikan terhadap beban kardiovascular, keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan membuat hidup menjadi lebih produktif dalam mencapai aktivitas dari semua kehidupannya.

Berdasarkan uraian di atas, perlunya diteliti mengenai modifikasi pergelangan kaki pada prosthetik endoskeletal dengan kemampuan multi axis energi store-return

melalui pendekatan ergonomi total. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan efisiensi berjalan dengan indikator peningkatan keseimbangan berjalan dan efisiensi

(31)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah penelitian ini yaitu : 1. Apakah modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi

total dapat meningkatkan efisiensi berjalan yang dilihat dari peningkatan ke-seimbangan berjalan amputeetranstibial ?

2. Apakah modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan efisiensi berjalan yang dilihat dari peningkatan efisiensi

gaitamputeetranstibial ?

3. Apakah modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari peningkatan kenyama-nan berjalan amputeetranstibial ?

4. Apakah modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari peningkatan kepuasan

amputeetranstibial ?

5. Apakah modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari penurunan beban kerja

amputeetranstibial ?

6. Apakah modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal amputeetranstibial ?

7. Apakah modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari penurunan kelelahan

(32)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 8

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal bawah lutut berbasis ergonomi total dalam meningkat-kan efisiensi berjalan dan kualitas hidup pada amputeetranstibial.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian berbasis ergonomi total ini yang bertujuan untuk mengetahui hal-hal adalah sebagai berikut :

1. Modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan efisiensi berjalan yang dilihat dari peningkatan keseimba-ngan berjalan amputeetranstibial.

2. Modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan efisiensi berjalan yang dilihat dari peningkatan efisiensi gait amputeetranstibial.

3. Modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari peningkatan kenyamanan berjalan amputeetranstibial.

4. Modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari peningkatan kepuasan ampu-teetranstibial.

5. Modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari penurunan beban kerja

(33)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 9

6. Modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari penurunan keluhan muskulo-skeletal amputeetranstibial.

7. Modifikasi pergelangan kaki prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dapat meningkatkan kualitas hidup yang dilihat dari penurunan kelelahan ampu-teetranstibial.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian yang berbasis ergonomi total ini sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini memberikan manfaat untuk mengembalikan rasa percaya diri

dengan meningkatkan keseimbangan berjalan, efisiensi gait; kenyamanan, kepuasan, dan menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan. 2. Hasil penelitian ini dengan menerapkan teknologi tepat guna (TTG) melalui

pendekatan SHIP dalam modifikasi pergelangan kaki pada prosthetik endoskele-tal dapat meningkatkan teknologi pada produk kaki prosthetik.

1.4.2 Manfaat Akademis

Manfaat secara akademik dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan ilmiah mengenai

modifikasi pergelangan kaki pada prosthetik endoskeletal berbasis ergonomi total dengan penerapan teknologi tepat guna (TTG) melalui pendekatan SHIP.

(34)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Amputee Transtibial Dalam Efisiensi Berjalan dan Kualitas Hidup

Efisiensi berjalan dapat dicapai dengan sikap berjalan alamiah, saat tubuh

didorong maju ke depan dengan mempergunakan energi yang dikeluarkan tubuh

sekecil-kecilnya (Swartz, 2010). Efisiensi berjalan dipengaruhi pusat gravitasi (CoG)

tubuh yang terletak tepat di depan segmen sakral ke dua sekitar kira-kira 5 cm.

Gambar 2.1 Pusat Gravitasi (CoG) Pada Tubuh (Sumber: Swartz, 2010)

Sikap berjalan bagian dari efisiensi berjalan, disebabkan perpindahan pusat

gravitasi (CoG) tubuh terhadap jarak. Sikap berjalan kurang alamiah yang terus

menerus membuat berjalan menjadi tidak efisien. Peningkatan energi yang signifikan

memberikan konstribusi terhadap ketidakmampuan fisik seseorang. Semakin efisien

seseorang berjalan dapat memberikan kontribusi pada kualitas hidup dengan

mening-katnya kenyamanan, penerimaan yang terbuka, merasa puas, penurunan terhadap

beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan. Membangun aspek non fisik dari

kesehatan dan kesejahteraan membuat hidup menjadi lebih mudah dan lebih aktif.

(35)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 11

Efisien tidaknya seorang amputee pada saat memakai kaki prosthetik sebagai

alat bantu untuk berjalan dapat diukur dari keseimbangan berjalan dan efisiensi gait.

Kualitas hidup seorang amputee dapat dilihat dari kenyamanan, kepuasan, beban

kerja sewaktu berjalan, adanya keluhan muskuloskeletal dan timbulnya kelelahan.

2.1.1 Efisiensi Berjalan

Efisiensi berjalan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan

keseim-bangan dan kestabilan postur melalui aktivitas motorik yang tidak dapat dipisahkan

dari faktor lingkungan dan sistem tubuh yang berperan dalam membentuk

keseimba-ngan (Carroll dan Edelstein, 2006). Tujuan efisiensi gait agar tubuh dapat

memper-tahankan koordinasi dari kedua kaki dalam menopang tubuh melawan gravitasi dan

faktor eksternal lain pada pusat massa tubuh agar tetap seimbang pada bidang tumpu,

menstabilisasi bagian tubuh lain ketika bagian anggota gerak tubuh lain bergerak.

1. Keseimbangan berjalan

Keseimbangan diartikan kemampuan seseorang untuk mengendalikan kondisi

equilibrium baik statis maupun dinamis (Thomson, 2008). Keseimbangan (

equilibri-um) gerak merupakan karakteristik keadaan di mana terjadi keseimbangan gaya dan

momen (torsi) pada gerak tubuh manusia. Hall (2011) menjelaskan bahwa terdapat

tiga kondisi tubuh untuk mencapai kondisi equilibrium statis sebagai berikut :

a. Jumlah total gaya vertikal yang terjadi pada tubuh sama dengan nol (0).

b. Jumlah total gaya horisontal yang terjadi pada tubuh sama dengan nol (0).

c. Jumlah total momen (torsi) harus sama dengan nol (0).

∑Fx= 0; ∑Fy= 0; ∑M= 0... (1)

(36)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 12

Definisi dari gaya sebagai hasil perkalian massa (m) dengan percepatan (a).

Satuan gaya berdasarkan sistem metrik adalah Newton (N).

F = m x a …... (2)

dengan; F = gaya (N) m = massa (kg) a = percepatan (m/s2)

Panjang segmen tubuh (link) berotasi di sekitar sambungan dan mekanika

yang mengikuti hukum Newton. Dempster dalam Chaffin et al. (2006) menjelaskan

penentuan center of mass (CoM) setiap link didasarkan pada persentase yang

di-standarisasi dalam model pusat massa. Webb Associaties dalam Chaffin et al. (2006)

menjelaskan model distribusi berat tubuh untuk gaya mekanik pada segmen tubuh

diperlukan untuk mengimbangi gaya-gaya yang terjadi pada pusat massa tubuh.

Tabel 2.1

Pemodelan Distribusi Berat Tubuh Group Segment (%) of

Total Body Weight

Individual Segment (%) of Group Segment Body Weight Head dan neck 8,40% a. Head 73,80%

(Sumber: Webb Associaties dalam Chaffin et al., 2006)

Fase berjalan untuk amputasi bawah lutut terdiri dari fase kontak tumit (heel

(37)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 13

satu kaki (midstance) kaki siap mengayun ke depan, tumit hilang kontak (heel off),

jari kaki depan hilang kontak (toe off) dan gerakan maksimum gaya di lutut (swing

off) (Prinsen et al., 2011).

Gambar 2.2 Siklus Berjalan Amputasi Bawah Lutut

O’Sullivan dan Schmitz (2007), keseimbangan berjalan adalah kemampuan

tubuh dalam keadaan statik atau dinamik menggunakan aktivitas otot yang minimal

untuk mempertahankan pusat gravitasi (CoG) pada bidang tumpu pada saat posisi

berdiri tegak diberbagai posisi. Biomekanika statis model Dempster menjelaskan

bahwa center of gravity (CoG) terhadap berat tubuh (W) memberikan reaksi ke atas

yang berupa gaya normal (FN) (Herdiman et al., 2006; Fromuth dan Parkinson, 2008;

Lu dan Mao Jiun; 2008; Winter, 2009) dapat dijelaskan pada Lampiran 5.1 yaitu :

+

= i i s s

N

N xr Wr W r

F

) (

)

( 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 s s

N

N xr W xr W xr W xr W xr W xr W xr W xr

(38)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 14

dengan;

FN : Gaya normal yang terjadi pada kaki sewaktu berjalan (N)

rN : Panjang stride antara tumit kaki depan dan tumit kaki belakang (cm)

Wi : Berat segmen kaki normal (kg) ri: Panjang kaki normal (cm)

Ws : Berat segmen stump kaki (kg) rs: Panjang stump kaki (cm)

W1 : Berat segmen tubuh bagian atas (kg) r1: Panjang step kaki ke depan (cm)

W2 : Berat segmen thigh kaki normal (kg) r2: Panjang thigh kaki normal (cm)

W3 : Berat segmen shank kaki normal (kg) r3: Panjang shank kaki normal (cm)

W4 : Berat segmen thigh kaki prosthetik (kg) r4: Panjang thigh kaki prosthetik (cm)

W5 : Berat segmen shank kaki prosthetik (kg) r5: Panjang shank kaki prosthetik (cm)

W6 : Berat segmen foot kaki normal (kg) r6: Panjang foot kaki normal (cm)

Ws : Berat segmen stump kaki (kg) rs: Panjang stump kaki (cm)

Keseimbangan berjalan diukur berdasarkan gaya pada setiap fase berjalan

yang dimulai saat sebelum bergerak, mengayunkan kaki, melangkah dan kembali ke

dua kaki ke posisi semula (Whittle, 2007; Perry dan Burnfield, 2010). Keseimbangan

berjalan di mana posisi tubuh ketika kaki normal dengan kaki prosthetik berjalan

yang dapat dilihat kesimetrisan gerakannya yang dihitung dari sudut persendian

dalam 1 siklus gait mulai dari fase heel contact sampai pada fase swing off.

Keseimbangan Berjalan = Kaki Normal (KN) – Kaki Prosthetik (KP)...(4)

Semakin kecil perbedaan dari selisih kaki normal dengan kaki prosthetik

artinya semakin seimbang menempatkan berat tubuh sewaktu berjalan secara

propor-sional. Sebaliknya, semakin besar selisih kaki normal dengan kaki prosthetik artinya

(39)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 15

2. Efisiensi gait

Sikap berjalan seseorang tergantung bagaimana cara memindahkan berat

tubuh antara setengah langkah pertama dan setengah langkah ke dua (Hafner et al.,

2002). Setengah langkah pertama, pusat berat tubuh naik sedikit pada setengah

langkah, gerak dapat laju melambat; energi kinetik turun. Ketika gerak laju

me-lambat, energi kinetik berubah menjadi energi potensial, terus meningkat seiring

menurunnya energi kinetik. Pemakaian kaki prosthetik membuat seorang amputee

menyesuaikan dalam berjalan hingga muncul cara jalan yang hemat energi, sedikit

tenaga dengan beban kardiovaskular menjadi lebih ringan dan lebih lama.

Oliveira et al. (2009), secara umum cara amputee berjalan tidak efisien,

hanya memanfaatkan 35% energi yang diambil dan 65% energi hilang untuk

meng-gerakkan otot yang tidak perlu. Efisiensi gait berpengaruh pada kontraksi otot pada

saat perpindahan berat tubuh secara dinamis yang bersifat ritmik. Kontraksi otot dan

relaksi otot bertukar secara bergantian maka aliran darah tidak cepat terganggu dan

memperlambat munculnya rasa sakit pada otot. Efisiensi gait merupakan

perbandi-ngan kaki normal deperbandi-ngan kaki prosthetik dan dinyatakan dalam persentase yang

dicapai dalam penggunaan gaya dorong yang terbatas.

100

Gerak otot statis pada tubuh pada pengerahan tenaga 50% dari kekuatan

maksimum otot bekerja selama 1 menit (Miller, 2010). Efisiensi gait yang rendah

menyebabkan kenaikan energi yang tidak sebanding peningkatan energi kinetik,

(40)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 16

2.1.2 Kualitas Hidup (Quality Of Life)

Kualitas hidup pasca amputasi menggambarkan dari pertimbangan dimensi

fungsi fisik, psikologis dan sosial (Kuijer dan de Ridder, 2003). Kualitas hidup

amputee adalah kemampuan amputee yang berfungsi secara fisik, emosi dan sosial

pada lingkungannya yang konsisten dengan harapannya (Grant dan Higgins, 2003).

Fungsi fisik minimal mempunyai kemandirian dan kemampuan untuk memenuhi

peranan dalam kehidupan. Fungsi emosional minimal dengan kesehatan mental dan

mempunyai kemampuan kognitif untuk memenuhi peranan emosional dalam

ke-hidupan. Fungsi sosial yang secara individu minimal dengan dukungan sosial yang

tersedia untuk memenuhi peranan harapan sosial dalam kehidupan.

World Health Organization (2001), mendefinisikan kualitas hidup adalah

sehat secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya ada atau tidaknya penyakit pada

seseorang secara kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran kualitas hidup dapat dilihat

dari kesejahteraan fisik terdiri dari mobilitas, kenyamanan, kesehatan, dan kebugaran

(Guberina et al., 2005). Kualitas hidup pada amputee dapat diukur dari interaksi

Tuntutan Tugas (TT) terhadap Kemampuan Tubuh (KT) selama aktivitas dari suatu

kegiatan (Brown, 2003; Felce dan Perry, 2003; Siporin dan Lysack, 2004) yaitu :

1. Kualitas hidup dicapai adanya keseimbangan saat berjalan; apabila TT = KT.

2. Kualitas hidup terjadi understress berupa ketidaknyamanan dan ketidakpuasan

yang pada akhirnya merasa tidak produktif dalam hidup; apabila TT < KT.

3. Kualitas hidup terjadi overstress dengan bertambahnya beban kerja sewaktu

ber-jalan, keluhan muskuloskeletal, kelelahan, rasa sakit pada stump dan cidera; hal

(41)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 17

1. Kenyamanan

International Council of Societies of Industrial Design atau ICSID (2002)

menyatakan bahwa kenyamanan manusia mencakup kenyamanan inderawi (sensing

conformity); kenyamanan fisik (ergonomic), dan kenyamanan nilai pada makna

produk (product semantics). Kenyamanan adalah upaya mempertahankan kondisi

perubahan yang fluktuaktif berupa energi panas, dingin, bising, getaran, dan bebas

dari ikatan mobilitas informasi dan produk berguna di kondisi aktual (Bubb, 2006).

Kenyamanan amputee transtibial dipengaruhi dimensi produk dan teknologi untuk

terwujud sikap berjalan dengan punggung tidak membungkuk, kepala menunduk,

lengan tidak hiperekstensi dan tidak menimbulkan kontraksi otot yang dipaksakan.

Desain penilaian pada kuesioner kenyamanan berjalan menggunakan 4 skala

likert diperoleh untuk skor terendah sebesar 20 (Sangat Tidak Nyaman) dan skor

tertinggi sebesar 80 (Sangat Nyaman) dapat dijelaskan pada Lampiran 2.1.

Tabel 2.2

Klasifikasi Tingkat Kenyamanan Berdasarkan Total Skor Individu Tingkat

Penilaian

Total Skor Individu

Nilai

Kenyamanan Tindakan Perbaikan

1 20 - 35 Rendah Diperlukan perbaikan segera mungkin

2 36 - 50 Sedang Diperlukan tindakan perbaikan segera

3 51 - 65 Tinggi Diperlukan tindakan perbaikan

4 66 - 80 Sangat Tinggi Tidak diperlukan tindakan perbaikan

Produk yang akan dihasilkan mempunyai tingkat kenyamanan yang tinggi

selalu berhubungan dengan data anthropometri mengenai ukuran, bentuk anggota

tubuh berdasarkan usia, jenis kelamin, suku, bangsa (etnis), posisi dan dimensi tubuh

(42)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 18

ukuran sesuai rancangan dengan prinsip “tailor made” yang memenuhi syarat

fittnes for use” bagi pengguna sebagai pemakai(Sanders dan McCormick, 1992).

2. Kepuasan

Kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin ”satis” artinya cukup baik,

memadai dan ”facio” artinya melakukan atau membuat. Kepuasaan dapat diartikan

sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono, 2008).

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau

hasil yang dirasakan dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari

perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah

harapan, maka pengguna menjadi kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan,

peng-guna menjadi sangat puas. Harapan pengpeng-guna yang dibentuk oleh pengalaman masa

lampau dan terciptanya kepuasan memberikan manfaat yang salah satunya hubungan

dari hasil produk yang dibuat dan penggunanya menjadi erat.

Desain penilaian pada kuesioner kepuasan memakai produk menggunakan

4 skala likert diperoleh untuk skor terendah sebesar 20 (Tidak Puas) dan skor

ter-tinggi sebesar 80 (Sangat Puas) dapat dijelaskan pada Lampiran 2.2.

Tabel 2.3

Klasifikasi Tingkat Kepuasan Produk Berdasarkan Total Skor Individu Tingkat

Penilaian

Total Skor Individu

Nilai Kepuasan

Produk Tindakan Perbaikan

1 20 - 35 Rendah Diperlukan perbaikan segera mungkin

2 36 - 50 Sedang Diperlukan tindakan perbaikan segera

3 51 - 65 Tinggi Diperlukan tindakan perbaikan

(43)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 19

Kepuasan pengguna yang berasal dari perbandingan kesannya terhadap

kinerja aktual pada suatu produk dengan harapan dan evaluasi pada pengalaman

menggunakan suatu produk. Resistansi pengguna ditunjukkan dengan loyalitas

ter-hadap produk yang digunakan. Kepuasan tinggi menciptakan kelekatan emosional

terhadap produk yang akan menimbulkan loyalitas berkelanjutan (Kotler dan Kevin,

2009). Pengguna melakukan proses evaluasi terhadap pemakaian yang selanjutnya

merasakan puas atau tidak puas. Pengguna memberikan respon sebagai evaluasinya

terhadap kesenjangan antara harapannya dengan kinerja produk. Griffin (2003),

kepuasan pengguna merupakan sikap penilaian secara individu atau kelompok yang

merespon secara emosional dan evaluatif pasca pemilihan setelah seleksi pemakaian

dan pengalaman menggunakan produk tersebut.

3. Beban kerja

Munculnya beban kerja yang diterima amputee sebagai akibat atas respon

sewaktu berjalan dalam menggunakan kaki prosthetik yang ditunjukkan dengan

adanya peningkatan denyut nadi (Miao et al., 2006). Beban kerja sewaktu berjalan

sangat dipengaruhi oleh faktor somatik (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh); faktor

somatipe (kondisi kesehatan, gizi); faktor psikis (motivasi, persepsi, keinginan,

emosi, kepuasan, percaya diri) yang berdampak pada kualitas hidup. Schlick et al.

(2013), beban kerja bagi amputee transtibial dihitung dari denyut nadi kerja yang

dipakai sebagai dasar untuk menentukan seberapa besar penurunan beban kerja.

Nadi Kerja (NK) = Denyut Nadi KerjaDenyut Nadi Istirahat ……...(6)

Pemakaian kaki prosthetik merupakan perpaduan beban kerja secara fisik dan

(44)

diseta-UNI VERSI TAS UDAYANA | 20

rakan sebagai beban kardiovascular dalam aktivitas berjalan dari keadaan yang

me-ngakibatkan adanya beban yang diterima tubuh meskipun kegiatan ini terlihat mudah

dan sederhana (Rodahl, 2003; Adiputra, 2004) adalah sebagai berikut :

1. Beban eksternal(stressor) adalah beban yang berasal dari luar tubuh berupa tugas

(task), organisasi dan lingkungan. Tugas yang bersifat fisik seperti sarana,

kon-disi, sikap, dan mental seperti kompleksitas atau tingkat emosi. Organisasi

men-cakup waktu, proses dan sistem. Lingkungan seperti lingkungan, panas, intensitas

penerangan, kelembaban dan lain-lain.

2. Beban internal (strain) adalah beban yang berasal dalam tubuh yang berkaitan

erat dengan adanya keinginan, kepuasan dan lain-lain.

Rodahl (2003), menjelaskan perubahan rerata denyut nadi berhubungan linier

dengan pengambilan oksigen. Penilaian beban kerja dengan mengukur peningkatan

denyut nadi dilaksanakan saat bekerja atau selesai bekerja, menilai cardiovascular

strain menggunakan metode 10 denyut (Louhevaara dan Kilbom, 2005). Peningkatan

denyut nadi dengan pengukuran metode 10 denyut melalui denyut nadi palpasi (

stop-watch ditekan start saat denyutan satu dan ditekan stop pada denyutan ke sebelas).

(dpm)

Penilaian obyektif diukur melalui denyut nadi berdasarkan banyaknya

kon-traksi otot jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh (Johnson, 2007). Denyut

nadi keadaan normal adalah 70 denyut/menit dengan selang 50 - 100 denyut/menit.

Keluaran energi, denyut nadi kerja, konsumsi O2 yang dapat dibedakan berdasarkan

(45)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 21

Tabel 2.4

Tingkat Beban Kerja Terhadap Keluaran Energi

Kategori Beban Kerja

Denyut nadi ditentukan oleh usia dan jenis kelamin. Jantung yang sehat

kembali bekerja normal setelah 15 menit sesudah beraktivitas. Denyut nadi sebelum

dan sesudah bekerja menurut Kroemer (2008) adalah sebagai berikut :

1. Resting pulse, jumlah rerata denyut nadi sebelum memulai suatu pekerjaan.

2. Working pulse, jumlah rerata denyut nadi selama melakukan suatu pekerjaan.

3. Work pulse, selisih jumlah denyut nadi selama bekerja dan sebelum bekerja.

4. Total recovery pulse (recovery cost), jumlah denyut nadi mulai dari berhenti

bekerja sampai denyut nadi kembali normal. Muller dalam Grandjean (2000)

menjelaskan total recovery pulse adalah salah satu cara untuk mengukur

kelela-han (fatigue) dan pemulihan (recovery) secara objektif.

5. Total work pulse (cardiac cost), jumlah denyut nadi mulai dari awal pekerjaan

sampai dengan tingkat istirahat.

Riley (2005), cadangan kardiovaskular yang terbatas pada tubuh amputee,

tidak cukup untuk mentolerasi adanya peningkatan kebutuhan energi, bilamana

(46)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 22

Tabel 2.5

Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan Beban Kardiovaskular

%CVL Klasifikasi

Beban Kerja Keterangan

< 30% Ringan Tidak terjadi kelelahan (no particular

fatigue, no action required)

30% < CVL ≤ 60% Sedang Perlu perbaikan (attention level,

improvement measurement advised)

60% < CVL ≤ 80% Berat Kerja dalam waktu singkat (action

required on short term)

80% < CVL ≤ 100% Sangat Berat Perlu segera tindakan (immediate action required)

(Sumber: Louhevaara dan Kilbom, 2005)

Louhevaara dan Kilbom (2005), nilai denyut nadi setiap aktivitas merupakan

denyut nadi aktivitas atau beban kardiovaskuler yang dapat disetarakan sebagai

beban kerja pada aktivitas tersebut sebagai berikut :

1. Denyut Nadi Maksimum (DNMaks) = 220 – umur (untuk laki-laki) …...…..…(8)

= 200 – umur (untuk wanita) …...……...(9)

2. Denyut Nadi Kerja Maks/6jam eksperimen pengujian atau denyut nadi kerja

maks /6 jam (DNmaks/6jam) = 6/24 (Denyut Nadi Maks) - Denyut Nadi Istirahat

3. 100

Keluhan muskuloskeletal pada amputee selama aktivitas berjalan dengan

melibatkan bagian otot-otot skeletal dimulai fase heel contact (HC), flat foot (FF),

(47)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 23

Keluhan yang sering dirasakan setelah aktivitas berjalan munculnya rasa nyeri dan

keram di stump, pegal-pegal di kaki normal, nyeri di lutut kaki amputasi, nyeri di

pantat, dan nyeri di pinggang (Gailey et al., 2008; Herdiman et al., 2010b). Akibat

aktivitas ini anggota gerak bawah terus menjaga posisi tubuh agar tetap stabil.

Semakin banyak gerakan yang berlawanan dengan kaidah faal semakin banyak

ener-gi yang digunakan (Grandjean, 2000; Astrand et al., 2003; Kroemer, 2008).

Bentuk kelelahan otot disertai dengan sensasi nyeri pada otot dapat dideteksi

berupa keluhan pada otot-otot. Keluhan otot yang terjadi pada organ tubuh dapat

ditelusuri menggunakan alat ukur ergonomi yang digunakan sebagai berikut :

1. Electromyography (EMG). Alat ini fungsinya digunakan untuk mengevaluasi dan

mencatat aktivasi otot. Surata (2013) dalam penelitiannya menggunakan EMG

untuk analisis ergonomi yang membandingkan tegangan otot skeletal dengan

ber-bagai variasi posisi kerja, postur atau kegiatan dalam intervensi ergonomi.

2. Model fisik untuk mengetahui keluhan otot skeletal sewaktu beban kerja sewaktu

berjalan. Indikator dari beban kerja dari denyut nadi, konsumsi oksigen yang

dapat diketahui keluhan muskuloskeletal (Becker et al., 2007; Klodd et al, 2010).

3. Psikofisik tabel merupakan penilaian psikologi yang digunakan mengevaluasi

pemindahan material secara manual (Snook, 2005).

4. Pengukuran subjektif yaitu cara pengumpulan data menggunakan catatan harian,

wawancara dan kuesioner (David, 2005). Menilai keluhan muskuloskeletal dapat

menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). Kuesioner ini dipergunakan

dalam penelitian ergonomi karena biaya rendah, keterlibatan subjek sampel, dan

(48)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 24

Adiputra (2002), keluhan subjektif akibat kerja yang berhubungan dengan

reaksi individu terhadap pengalamannya. Metode subjektif untuk menilai keluhan

otot skeletal menggunakan Nordic Body Map yang menggunakan metode rating

maupun ranking (Tirtayasa et al., 2003). Prosedur mapping untuk menilai keluhan

otot skeletal dari keseluruhan dan istirahat melalui kuesioner pada skala 5 likert

(Corlett dan Wilson, 2005) dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6

Klasifikasi Tingkat Resiko Otot Skeletal Berdasarkan Total Skor Individu Tingkat

Keluhan

Total Skor Individu

Tingkat Resiko

Otot Skeletal Tindakan Perbaikan

1 26,0 – 46,7 Sangat Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan

2 46,8 – 67.5 Cukup Rendah Diperlukan adanya tindakan perbaikan

3 67,6 – 88,3 Rendah Diperlukan tindakan perbaikan segera

4 88,4 – 109,1 Tinggi Diperlukan tindakan perbaikan segera mungkin

5 109,2 – 130,0 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan menyeluruh segera mungkin

Metode penilaian ini merupakan kelanjutan upaya perbaikan sikap berjalan.

Desain penilaian pada kuesioner keluhan otot skeletal menggunakan 5 skala likert

dengan 28 pertanyaan. Penilaian skor Nordic Body Map pada kasus amputasi bawah

lutut pada kaki kanan dikurangi 2 pertanyaan (pertanyaan 25 dan 27), sama halnya

pada amputasi kaki kiri kurangi 2 pertanyaan (pertanyaan 24 dan 26) diperoleh untuk

skor terendah sebesar 26 (Tidak Terasa Sakit) dan skor tertinggi sebesar 130 (Sangat

Sakit) dapat dijelaskan pada penjelasan Lampiran 2.4a dan Lampiran 2.4b.

Hasil tingkat keparahan otot skeletal dievaluasi terhadap perlu atau tidaknya

tindakan perbaikan dari resiko otot skeletal yang mengalami gangguan. Munculnya

(49)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 25

disebabkan ketidakcocokan panjang dari ke dua tungkai kaki pada saat fitting

prosthetik (Gailey et al., 2008). Keluhan muskuloskeletal pada amputee transtibial

akibat keluhan otot sesuai Nordic Body Map yang dimodifikasi dengan otot trunkus

meliputi punggung, pinggang, bokong, pantat dan otot ekstremitas atas meliputi bahu

kiri, bahu kanan, seperti dijelaskan pada Lampiran 2.4a dan Lampiran 2.4b.

Gambar 2.3 Nordic Body Map

Otot ekstremitas bawah meliputi paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan,

betis kiri atau betis kanan, pergelangan kaki kiri atau pergelangan kaki kanan.

Friberg dalam Bateni et al. (2004) yang mengevaluasi sebanyak 113 subjek amputasi

di Filandia yang hasilnya 15% dari subjek dengan amputasi kaki mengenakan

pros-thetik sama panjang dengan kaki normal, 34% tidak dapat diterima dikarenakan

ke-tidakcocokan panjang kaki (> 20 mm) dan 79% tidak dapat diterima dikarenakan

panjang kaki prosthetik yang lebih pendek dari kaki normal. Ketidaksimetrian kaki

prosthetik yang menyebabkan masalah seperti scoliosis fungsional, gejala nyeri

(50)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 26

5. Kelelahan

Kroemer dan Grandjean (2000), kelelahan merupakan keadaan yang

tercer-min dari gejala perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motorik dan

res-pirasi, adanya perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi, penurunan

aktivitas yang akan mempengaruhi aktivitas fisik dan mental. Kelelahan umum yang

ditandai berupa tahapan rasa berkurangnya kesiapan mempergunakan energi. Pulat

(2002), menjelaskan bahwa gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan

sampai perasaan yang sangat melelahkan.

Kelelahan pada amputee saat berjalan ditimbulkan dalam penggunaan kaki

prosthetik. Kelelahan adalah suatu pola pada keadaan yang secara umum terjadi pada

setiap individu yang tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya (Sutalaksana et al.,

2006). Kelelahan subjektif adalah kelelahan akibat beban aktivitas dari interaksi

dengan kegiatan, rancangan tempat kerja, peralatan kerja, sikap kerja atau postur

(Suardana, 2001; Bridger, 2008). Kelelahan menunjukkan berbeda-beda, tetapi

semuanya berakibat pengurangan kapasitas dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 2011).

Istilah "kelelahan" yang digunakan sebagai deskripsi operasional dari

ke-adaan sementara dalam mengurangi kemampuan untuk melanjutkan kontraksi otot

atau pekerjaan fisik (Kroemer et al., 2010). Kelelahan tergantung pada besarnya dan

durasi usaha dibandingkan dengan kemampuan otot yang terlibat, pelatihan fisik dan

pengembangan keterampilan yang dapat menanggulangi masalah subjektif ini, efektif

sampai batas tertentu. Pendekatan ergonomi yang tepat dengan merancang apapun

untuk persyaratan pekerjaan yang menimbulkan kelelahan sebagai penyelesaiannya

(51)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 27

Kelelahan subjektif dengan 30 pertanyaan IFRC (Industrial Fatigue Research

Committee) Jepang dengan skala 4 likert (Sudo dan Ohtsuka, 2002). Pertanyaan

1 sampai 10 menunjukkan melemahnya kegiatan, pertanyaan 11 sampai 20

menun-jukkan melemahnya motivasi, dan pertanyaan 21 sampai 30 memberikan gambaran

kelelahan fisik. Penilaian kuesioner kelelahan dilakukan dengan skoring maka setiap

skor harus mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami

respon-den. Desain penilaian pada kuesioner kelelahan subjektif menggunakan 4 skala likert

diperoleh untuk skor terendah sebesar 30 (Sangat Tidak Merasa) dan skor tertinggi

sebesar 120 (Sangat Merasa) dapat dijelaskan pada Lampiran 2.5.

Tabel 2.7

Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif Berdasarkan Total Skor Individu

Tingkat

Kelelahan Tindakan Perbaikan

1 30 - 52,5 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan

2 53,5 - 75 Sedang Diperlukan tindakan perbaikan

3 76 - 97,5 Tinggi Diperlukan tindakan perbaikan segera

4 98,5 - 120 Sangat tinggi Diperlukan tindakan menyeluruh segera mungkin

Stanton (2005), berkurangnya frekuensi akan menurunkan kekuatan dan

kon-traksi otot dan gerakan menjadi lambat. Pada kerja otot statis, pengerahan tenaga

50% dari kekuatan maksimum otot dapat bekerja selama 1 menit. Pengerahan tenaga

< 20% kerja fisik yang berlangsung cukup lama. Pengerahan otot statis 15% - 20%

dengan pembebanan sepanjang hari menyebabkan kelelahan dan nyeri. Suma'mur

(2011), kelelahan yang memerlukan tindakan segera, kerja otot statis mengalami

(52)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 28

darah tidak cepat terganggu, rasa sakit pada otot tidak cepat timbul. Pembebanan otot

dalam waktu cukup lama dan berulang-ulang mengakibatkan repetitve strain injuries

(RSI) menimbulkan rasa nyeri pada otot dan tendon (Wilson dan Perez, 2004).

2.2 Sikap Berjalan

Sikap berjalan dengan postur tubuh yang benar penting bagi penampilan diri

yang memungkinkan gerakan yang baik, luwes, tidak kaku dan enak dipandang

(Sunarno, 2006). Postur tubuh yang benar ini dapat memperbaiki bentuk tubuh,

membantu mencegah cepat terjadinya kelelahan, menyenangkan dan menyehatkan.

Gambar 2.4 Kelainan Sikap Berjalan Pada Amputee Transtibial (Sumber: Toro et al., 2003)

Sikap berjalan ini memungkinkan gerakan menjadi efeisien dengan tenaga

otot yang dikeluarkan seminimal mungkin. Sebaliknya, sikap berjalan dengan

lang-kah jalan seperti di seret-seret pertanda adanya gangguan berjalan pada seseorang.

Fenton (2008), ada 3 langkah dalam cara berjalan yang efisien saat melangkah yaitu :

1. Berdiri tegak dengan bahu tidak terkulai, otot di pinggang tidak buncit, jangan

melakukan gerakan mengayun berlebihan di bagian belakang tubuh.

2. Fokus pada langkah, bukan langkah panjang dan biarkan secara alamiah untuk

melangkah lebih nyaman. Petunjuk: hitung berapa langkah selama 20 detik.

(53)

UNI VERSI TAS UDAYANA | 29

Kelainan alat gerak didefinisikan sebagai kelainan komponen alat gerak yang

terdiri dari otot, tulang, syaraf, pembuluh darah dan kelainan pola gerak akibat

kelainan yang dapat terjadi akibat amputasi atau bawaan atau trauma (Kupriyanova

et al., 2014). Kelainan alat gerak akibat tindakan operasi amputasi, fungsí kaki

menjadi terhambat untuk melakukan mobilitas dalam kegiatan sehari-hari atau

activities of daily living (ADL). Segala usaha berupa latihan dan rehabilitasi

ber-tujuan mengubah, memperbaiki dan membentuk pola berjalan mendekati normal.

2.2.1 Nutrisi sebagai sumber energi

Semakin besar usaha yang dilakukan otot pada aktivitas maka lebih banyak

energi dibutuhkan (Manuaba, 2005a). Semakin banyak aktivitas manual dilakukan

akan semakin besar kebutuhan energi yang harus dipenuhi. Manusia dapat

beraktivi-tas apapun sepanjang persediaan makanan dalam tubuh cukup. Nutrisi sebagai

sum-ber energi yang harus diperhatikan selama sum-beraktivitas, bila energi sum-berkurang pada

amputee akan berdampak dengan melambatnya ritme langkah berjalan atau masih

berjalan tetapi sudah tidak efisien lagi. Manusia dalam beraktivitas memerlukan yaitu

(a) makanan (gula, protein, lemak) sebagai sumber energi, (b) bahan pelindung

(vita-min, garam, mineral, besi, jodium), dan (c) cairan sebagai pendinginan. Status nutrisi

bagi amputee dalam aktivitasnya merupakan faktor yang penting untuk proses

pe-nyembuhan luka dan penggunaan prosthetik yang tepat (Deé dan Lelovics, 2012).

2.2.2 Kudapan (snack) dan istirahat

Snack bagi amputee dalam beraktivitas perlu padat kalori yang disebabkan

Gambar

Gambar 2.1 Pusat Gravitasi (CoG) Pada Tubuh (Sumber: Swartz, 2010)
Tabel 2.1 Pemodelan Distribusi Berat Tubuh
Gambar 2.2  Siklus Berjalan Amputasi Bawah Lutut
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Informasi yang diberikan dirancang hanya sebagai panduan untuk penanganan, penggunaan, pemrosesan, penyimpanan, pengangkutan, pembuangan, dan pelepasan secara aman dan tidak

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengambarkan kemampuan membaca ekstensif siswa Kelas VIII SMP

Pengukuran aktivitas antioksidan hasil degradasi lignin dilakukan dengan metode TBA yakni mengukur absorbansi senyawa senyawa kompleks yang terbentuk dari reaksi

Penelitian ini menggunakan metode empiris (pendekatan) ACI dan dalam program pemodelan rancang campur beton atau mix design agregat ringan ini dibantu dengan

Activity Diagram Melihat Nilai untuk menjelaskan alur melihat nilai yang di lakukan oleh user guru kelas, setelah melakukan penambahan nilai, guru tersebut dapat melihat hasil dari

menjalankan strategi komunikasi pemasaran hotel Kartika graha yaitu SDM yang masih kurang seperti teknisi driver yang masih kurang sehingga sering bentrok dengan dapartement

Di Desa Sekabuk Kecamatan Sadaniang Kabupaten Pontianak, masyarakat secara tradisional mengobati berbagai macam penyakit dengan menggunakan tumbuhan yang ada disekitarnya sebagai

Agar pembelajaran terprogram tipe Crowder tersebut dapat lebih efektif diterapkan, maka hendaknya bahan pembelajaran yang terprogram disusun menurut langkah-langkah