• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2. Efisiensi gait

Sikap berjalan seseorang tergantung bagaimana cara memindahkan berat tubuh antara setengah langkah pertama dan setengah langkah ke dua (Hafner et al., 2002). Setengah langkah pertama, pusat berat tubuh naik sedikit pada setengah langkah, gerak dapat laju melambat; energi kinetik turun. Ketika gerak laju me-lambat, energi kinetik berubah menjadi energi potensial, terus meningkat seiring menurunnya energi kinetik. Pemakaian kaki prosthetik membuat seorang amputee menyesuaikan dalam berjalan hingga muncul cara jalan yang hemat energi, sedikit tenaga dengan beban kardiovaskular menjadi lebih ringan dan lebih lama.

Oliveira et al. (2009), secara umum cara amputee berjalan tidak efisien, hanya memanfaatkan 35% energi yang diambil dan 65% energi hilang untuk meng-gerakkan otot yang tidak perlu. Efisiensi gait berpengaruh pada kontraksi otot pada saat perpindahan berat tubuh secara dinamis yang bersifat ritmik. Kontraksi otot dan relaksi otot bertukar secara bergantian maka aliran darah tidak cepat terganggu dan memperlambat munculnya rasa sakit pada otot. Efisiensi gait merupakan perbandi-ngan kaki normal deperbandi-ngan kaki prosthetik dan dinyatakan dalam persentase yang dicapai dalam penggunaan gaya dorong yang terbatas.

100 (KN) Normal Kaki (KP) Prosthetik Kaki -(KN) Normal Kaki -1 (%) Gait Efisiensi x ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ = ……..(5)

Gerak otot statis pada tubuh pada pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot bekerja selama 1 menit (Miller, 2010). Efisiensi gait yang rendah menyebabkan kenaikan energi yang tidak sebanding peningkatan energi kinetik, tubuh tidak segera maju ke depan mengakibatkan kehilangan sejumlah energi.

UNI VERSI TAS UDAYANA | 16

2.1.2 Kualitas Hidup (Quality Of Life)

Kualitas hidup pasca amputasi menggambarkan dari pertimbangan dimensi fungsi fisik, psikologis dan sosial (Kuijer dan de Ridder, 2003). Kualitas hidup amputee adalah kemampuan amputee yang berfungsi secara fisik, emosi dan sosial pada lingkungannya yang konsisten dengan harapannya (Grant dan Higgins, 2003). Fungsi fisik minimal mempunyai kemandirian dan kemampuan untuk memenuhi peranan dalam kehidupan. Fungsi emosional minimal dengan kesehatan mental dan mempunyai kemampuan kognitif untuk memenuhi peranan emosional dalam ke-hidupan. Fungsi sosial yang secara individu minimal dengan dukungan sosial yang tersedia untuk memenuhi peranan harapan sosial dalam kehidupan.

World Health Organization (2001), mendefinisikan kualitas hidup adalah sehat secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya ada atau tidaknya penyakit pada seseorang secara kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran kualitas hidup dapat dilihat dari kesejahteraan fisik terdiri dari mobilitas, kenyamanan, kesehatan, dan kebugaran (Guberina et al., 2005). Kualitas hidup pada amputee dapat diukur dari interaksi Tuntutan Tugas (TT) terhadap Kemampuan Tubuh (KT) selama aktivitas dari suatu kegiatan (Brown, 2003; Felce dan Perry, 2003; Siporin dan Lysack, 2004) yaitu : 1. Kualitas hidup dicapai adanya keseimbangan saat berjalan; apabila TT = KT. 2. Kualitas hidup terjadi understress berupa ketidaknyamanan dan ketidakpuasan

yang pada akhirnya merasa tidak produktif dalam hidup; apabila TT < KT. 3. Kualitas hidup terjadi overstress dengan bertambahnya beban kerja sewaktu

ber-jalan, keluhan muskuloskeletal, kelelahan, rasa sakit pada stump dan cidera; hal ini terjadi apabila TT > KT.

UNI VERSI TAS UDAYANA | 17

1. Kenyamanan

International Council of Societies of Industrial Design atau ICSID (2002) menyatakan bahwa kenyamanan manusia mencakup kenyamanan inderawi (sensing conformity); kenyamanan fisik (ergonomic), dan kenyamanan nilai pada makna produk (product semantics). Kenyamanan adalah upaya mempertahankan kondisi perubahan yang fluktuaktif berupa energi panas, dingin, bising, getaran, dan bebas dari ikatan mobilitas informasi dan produk berguna di kondisi aktual (Bubb, 2006). Kenyamanan amputee transtibial dipengaruhi dimensi produk dan teknologi untuk terwujud sikap berjalan dengan punggung tidak membungkuk, kepala menunduk, lengan tidak hiperekstensi dan tidak menimbulkan kontraksi otot yang dipaksakan.

Desain penilaian pada kuesioner kenyamanan berjalan menggunakan 4 skala likert diperoleh untuk skor terendah sebesar 20 (Sangat Tidak Nyaman) dan skor tertinggi sebesar 80 (Sangat Nyaman) dapat dijelaskan pada Lampiran 2.1.

Tabel 2.2

Klasifikasi Tingkat Kenyamanan Berdasarkan Total Skor Individu Tingkat

Penilaian

Total Skor Individu

Nilai

Kenyamanan Tindakan Perbaikan

1 20 - 35 Rendah Diperlukan perbaikan segera mungkin 2 36 - 50 Sedang Diperlukan tindakan perbaikan segera 3 51 - 65 Tinggi Diperlukan tindakan perbaikan

4 66 - 80 Sangat Tinggi Tidak diperlukan tindakan perbaikan

Produk yang akan dihasilkan mempunyai tingkat kenyamanan yang tinggi selalu berhubungan dengan data anthropometri mengenai ukuran, bentuk anggota tubuh berdasarkan usia, jenis kelamin, suku, bangsa (etnis), posisi dan dimensi tubuh dalam persentil yang diakomodasikan dengan penetapan atas rancangan dari dimensi

UNI VERSI TAS UDAYANA | 18

ukuran sesuai rancangan dengan prinsip “tailor made” yang memenuhi syarat “fittnes for use” bagi pengguna sebagai pemakai(Sanders dan McCormick, 1992).

2. Kepuasan

Kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin ”satis” artinya cukup baik, memadai dan ”facio” artinya melakukan atau membuat. Kepuasaan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono, 2008). Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pengguna menjadi kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, peng-guna menjadi sangat puas. Harapan pengpeng-guna yang dibentuk oleh pengalaman masa lampau dan terciptanya kepuasan memberikan manfaat yang salah satunya hubungan dari hasil produk yang dibuat dan penggunanya menjadi erat.

Desain penilaian pada kuesioner kepuasan memakai produk menggunakan 4 skala likert diperoleh untuk skor terendah sebesar 20 (Tidak Puas) dan skor ter-tinggi sebesar 80 (Sangat Puas) dapat dijelaskan pada Lampiran 2.2.

Tabel 2.3

Klasifikasi Tingkat Kepuasan Produk Berdasarkan Total Skor Individu Tingkat

Penilaian

Total Skor Individu

Nilai Kepuasan

Produk Tindakan Perbaikan

1 20 - 35 Rendah Diperlukan perbaikan segera mungkin 2 36 - 50 Sedang Diperlukan tindakan perbaikan segera 3 51 - 65 Tinggi Diperlukan tindakan perbaikan

UNI VERSI TAS UDAYANA | 19

Kepuasan pengguna yang berasal dari perbandingan kesannya terhadap kinerja aktual pada suatu produk dengan harapan dan evaluasi pada pengalaman menggunakan suatu produk. Resistansi pengguna ditunjukkan dengan loyalitas ter-hadap produk yang digunakan. Kepuasan tinggi menciptakan kelekatan emosional terhadap produk yang akan menimbulkan loyalitas berkelanjutan (Kotler dan Kevin, 2009). Pengguna melakukan proses evaluasi terhadap pemakaian yang selanjutnya merasakan puas atau tidak puas. Pengguna memberikan respon sebagai evaluasinya terhadap kesenjangan antara harapannya dengan kinerja produk. Griffin (2003), kepuasan pengguna merupakan sikap penilaian secara individu atau kelompok yang merespon secara emosional dan evaluatif pasca pemilihan setelah seleksi pemakaian dan pengalaman menggunakan produk tersebut.

Dokumen terkait