• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI, MOTIVASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. RAJA JAYA NUSANTARA DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI, MOTIVASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. RAJA JAYA NUSANTARA DI SURABAYA."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN SUPERVISI, MOTIVASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA

MANAJERIAL PADA PT. RAJA JAYA NUSANTARA

DI SURABAYA

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Falkutas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasiaonl “Veteran” JawaTimur

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :

ARSONY GEMILANG 0213010132/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI, MOTIVASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL PADA PT. RAJA JAYA NUSANTARA

DI SURABAYA

Yang Diajukan

ARSONY GEMILANG 0213010132/FE/AK

Telah disetujui untuk ujian lisan oleh :

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Erna Sulistyowati, MM Tanggal : ………

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Tindakan Supervisi ... 11

2.2.1.1. Pengertian Supervisi ... 11

2.2.1.2. Aspek Tindakan Supervisi ... 12

2.2.1.3. Unsur Supervisi ... 15

2.2.2. Motivasi ... 16

2.2.2.1. Pengertian Motivasi ... 16

2.2.2.2. Prinsip-Prinsip Motivasi Kerja ... 20

2.2.2.3. Aspek Pola dan Tujuan Motivasi ... 21

2.2.3. Komitmen Organisasi ... 22

2.2.4. Budaya Organisasi ... 24

2.2.4.1. Pengertian Budaya Organisasi ... 24

2.2.4.2. Fungsi Budaya Organisasi ... 25

(4)

2.2.5. Kinerja Manajerial ... 28

2.2.5.1. Pengertian Kinerja Manajerial ... 28

2.2.5.2. Penilaian Kinerja ... 29

2.2.5.3. Manfaat Penilaian Kinerja ... 29

2.2.6. Pengaruh Tindakan Supervisi Terhadap Kinerja Manajerial ... 30

2.2.7. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial ... 31

2.2.8. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial ... 32

2.2.9. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial ... 32

2.3. Kerangka Pikir ... 33

2.4. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 38

3.2.1. Populasi ... 38

3.2.2. Sampel ... 39

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.3.1. Jenis Data ... 39

3.3.2. Sumber Data ... 40

3.4. Uji Kualitas Data ... 40

(5)

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 41

3.4.3. Uji Normalitas ... 41

3.4.4. Uji Asumsi Klasik ... 42

3.4.4.1. Uji Multikolinieritas ... 42

3.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas ... 42

3.4.4.3. Uji Autokorelasi ... 43

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 44

3.5.1. Regresi Linier Berganda ... 44

3.5.2. Pengujian Pengaruh Variabel Tindakan Supervisi, Motivasi, Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial ... 44

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. : Data Target dan Realisasi Pemasaran Kartu Kredit PT. Raja

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. : Proses Motivasi ... 18

Gambar 2.2. : Hirarki Kebutuhan dari Maslow ... 19

(8)

Pengaruh Tindakan Supervisi, Motivasi, Komitmen Organisasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Raja Jaya

Nusantara Di Surabaya.

Abstrak

ARSONY GEMILANG

Perekonomian Indonesia yang tidak menentu akhir–akhir ini mengakibatkan banyak perusahaan yang bergejolak ditambah dengan banyaknya bencana baik bencana alam maupun yang dikarenakan oleh manusia ditambah meningkatnya persaingan bisnis dan membuat dunia usaha semaikin terpuruk. Oleh karena itu manajemen perusahaan harus lebih jeli dan dapat bekerja lebih efisien dan efektif. Organisasi atau perusahaan merupakan satu kesatuan individu yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan. Anggaran merupakan salah satu faktor terpenting yang menjadi pertimbangan untuk meningkatkan kinerja manajemen perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu tujuan serta ketika perusahaan dalam kondisi persaingan ketat, dibutuhkan figur pimpinan yang dapat mengorganisir sumber daya perusahaan secara optimal. Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan suatu pendekatan yang efektif terhadap peningkatan motivasi manajer. Tujuan penelitan adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Tipe Personalitas dan Partisipasi Anggaran serta Sistem Penghargaan terhadap Kinerja Manajerial.

Penelitian ini menggunakan variabel Tipe Personalitas (X1), Partisipasi

penyusunan anggaran (X2) dan Sistem penghargaan (X3) serta variabel Kinerja

Manajerial (Y). Teknik pengukutan variabel yang digunakan adalah Semantic Differential yang tersusun dalam satu garis kontinum dengan jawaban sangat tidak mungkin disebelah kiri dan sangat mugkin disebelah kanan atau sebaliknya. Populasi pada penelitian ini adalah para manajer dengan jumlah keseluruhan 43 orang. Penarikan sampel dengan metode Simple Random Sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang sumbernya diperoleh dari PT. SPINDO. Metode pengumpulan data melalui wawancara, kuisioner dan observasi langsung.

Hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tipe personalitas, partisipasi penyusunan anggaran dan sistem penghargaan memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial. Sedangkan hipotesis yang menyatakan tipe personalitas dan partisipasi penganggaran serta sistem penghargaan mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial telah terbukti kebenarannya.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan yang terjadi di dunia bisnis yang cepat dan dinamis,

mengharuskan manajemen perusahaan mempunyai alat untuk membantu

mereka dalam merencanakan dan mengalokasikan sumber daya yang terbatas

agar perusahaan dapat bertahan serta berkembang. Peranan manajemen

dalam mengelola perusahaan sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas

operasi melalui tugas dan fungsinya yaitu membuat perencanaan dan

pengendalian aktivitas dan biaya serta tujuan yang telah ditetapkan.

Pengendalian aktivitas dilakukan oleh atasan melalui tindakan supervisi.

Supervisi merupakan tingkatan pertama dalam manajemen suatu organisasi

terutama dalam memberi dorongan kepada anggota kelompok kerja untuk

menyumbang sesuatu yang positif bagi pencapaian tujuan organisasi. Namun

apabila tindakan supervisi yang menyimpang dari ketentuan organisasi dapat

mengakibatkan dampak psikologis yang dialami oleh anggota organisasi

yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan secara

potensial bisa menurunkan motivasi kerja dan kinerja manajerial.

Karena pentingnya peran seorang supervisor dalam sebuah perusahaan

untuk mendorong tingkat produktifitas bawahannya. Sehingga dibutuhkan

seseorang yang memiliki keahlian dan catatan kerja yang baik daripada

(10)

Sedangkan pada penelitian Driscoll dan Beehr menunjukan perilaku

supervisor merupakan determinan penting dari kepuasan kerja, hal ini di

pengaruhi oleh kebingungan karyawan akan peran dan unsur ketidakpastian.

Seorang supervisor yang berorentasi pada pekerjaan, ikut dalam penentuan

tujuan yang akan dicapai, membantu memecahkan masalah, menyediakan

dukungan sosial dan material serta memberikan feedback atas kinerja

bawahan, akan membantu mengurangi kebingungan dan ketidakpastian yang

dialami bawahan.

Dengan berkurangnya kebingungan dan ketidakpastian dapat

menimbulkan motivasi para karyawan untuk melaksanakan suatu pekerjaan

atau tugas dengan baik. Selain itu motivasi merupakan faktor penting yang

dapat memberikan kontribusi positif terhadap keberhasilan kinerja

manajerial, karena apabila pekerja menyukai pekerjaannya, menganggap

pekerjaan mereka penuh tantangan, dan menyukai lingkungan kerja secara

umum, maka biasanya mereka akan berusaha maksimal untuk melaksanakan

pekerjaan dengan semangat dan penuh dedikasi.

Keadaan tersebut tidak akan tercapai apabila tidak dibarengi dengan

komitmen karyawan terhadap perusahaan, dimana komitmen karyawan

merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu

organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan

dalam organisasi itu selain dengan adanya komitmen organisasional

menunjukkan suatu daya tarik dari seseorang dalam mengidentifikasikan

(11)

organisasional akan menimbulkan rasa ikut memiliki bagi pekerja terhadap

organisasi. Dengan komitmen organisasional, yang berorientasi pada

profesional yang mendasari timbulnya komitmen profesional akan

berpengaruh terhadap kinerja manajerial (Hariyanti, 2002: 688).

Kinerja manajerial adalah kemampuan manajer dalam menggunakan

pengetahuan, perilaku dan bakat dalam melaksanakan tugasnya yang

meliputi: perencanaan, evaluasi, koordinasi, investigasi, pengawasan,

negosiasi dan perwakilan. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu

bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi,

profesionalisme, motivasi dan juga komitmennya terhadap bidang yang

ditekuninya (Mulyadi, 2001:416).

PT. Raja Jaya Nusantara adalah salah satu perusahaan yang bergerak

di bidang pemasaran kartu kredit. Dengan semakin banyak perusahaan

sejenis yang berkembang pesat dewasa ini mengakibatkan persaingan bisnis

di bidang ini yang semakin meningkat. Hal tersebut menuntut perusahaan

untuk benar-benar melakukan berbagai bentuk kegiatan efisiensi pada

perusahaan tanpa mengabaikan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan

oleh pemerintah.

Untuk dapat mengukur keberhasilan bisnis perusahaan dapat diketahui

melalui kinerja manajerial, yang dalam hal ini dibutuhkan tindakan supervisi

yang mencukupi dan dapat dipercaya sebagai acuan kerja selama periode

(12)

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak manajerial PT. Raja Jaya

Nusantara untuk mencapai target pemasaran yang telah ditetapkan oleh

manajemen, namun masih saja target pemasaran tersebut tidak dapat dicapai.

Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

Data Target dan Realisasi Pemasaran Kartu Kredit PT. Raja Jaya Nusantara

Tahun 2001 sampai 2006

Target Realisasi

No Tahun Approval yang di Approval

(%)

Sumber: PT. Raja Jaya Nusantara

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa selama tahun 2001 hingga

tahun 2006 target nasabah yang telah ditetapkan oleh pihak pimpinan

PT. Raja Jaya Nusantara tidak pernah dapat tercapai, dari 2001 target

sebanyak 11.040 nasabah hanya tercapai 6.258 nasabah dari 7.235 aplikasi

yang masuk, demikian juga halnya dengan tahun-tahun berikutnya,

sedangkan pada tahun 2006 dengan target kartu kredit yang di-approval

sebanyak 45.900 nasabah, hanya terdapat 25.125 aplikasi yang masuk

dengan jumlah yang diapproval hanya sebanyak 15.625 nasabah atau hanya

sebesar 62,19% dari aplikasi yang masuk.

Tidak tercapainya target pemasaran menunjukkan bahwa kinerja

(13)

melakukan berbagai kebijakan untuk dapat meningkatkan motivasi dari para

karyawan baik itu bagian marketing maupun bagian-bagian yang lain, serta

dari jajaran manajerial sampai kepada bawahannya. Berbagai kebijakan

tersebut antara lain adalah dengan pemberian uang transport, uang hadir, dan

bonus apabila melebihi target. Namun meskipun demikian target perusahaan

masih belum dapat tercapai juga. Oleh karena itu perusahaan harus dapat

mengidentifikasikan berbagai bentuk kelemahan atau permasalahan yang

ada didalam perusahaan seperti, kurangnya tindakan supervisi yang

dilakukan oleh manajemen, motivasi yang masih rendah dari para karyawan,

komitmen organisasi yang ada, budaya organisasi yang ada dilingkungan

perusahaan sebagai faktor pendorong untuk peningkatan kinerja.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka judul dari penelitian

ini adalah Pengaruh Tindakan Supervisi, Motivasi, Komitmen

Organisasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial Pada

PT. Raja Jaya Nusantara Di Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan

masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Apakah tindakan supervisi, motivasi, komitmen organisasi dan budaya

organisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT.

(14)

2. Manakah dari tindakan supervisi, motivasi, komitmen organisasi dan

budaya organisasi mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja

manajerial pada PT. Raja Jaya Nusantara di Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji secara empiris tindakan supervisi, motivasi, komitmen

organisasi dan budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap

kinerja manajerial pada PT. Raja Jaya Nusantara di Surabaya.

2. Mengetahui diantara variabel tindakan supervisi, motivasi, komitmen

organisasi dan budaya organisasi yang memiliki pengaruh paling

dominan terhadap kinerja manajerial pada PT. Raja Jaya Nusantara di

Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti.

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dengan menerapkan

ilmu yang didapat dibangku kuliah pada kenyataan yang terjadi di dalam

(15)

2. Bagi Manajer.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

kepada manajer beserta karyawan dalam peningkatan kinerja manajerial.

3. Bagi Akademisi.

Dipergunakan sebagai referensi penelitian dengan materi yang

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang

dapat dipakai sebagai bahan pengkajian untuk penelitian ini adalah :

1. Kamal dan Na’im (2000 )

a. Judul :

Pengaruh Perselisihan Dalam Gaya Evaluasi Kinerja Anggaran

Terhadap Kinerja : Tekanan Kerja dan Kepuasan Kerja Sebagai

Variabel Mediasi”.

b. Permasalahan masalah:

1. Bagaimana pengaruh perselisihan dalam gaya evaluasi kinerja

anggaran terhadap tekanan kerja dan kepuasan kerja.

2. Bagaimana hubungan perselisihan dalam gaya evaluasi kinerja

berbasis anggaran dengan kinerja dimediasi oleh tekanan kerja dan

kepuasan kerja.

c. Hipotesis yang dikemukakan :

1.Ketika perselisihan antara gaya evaluasi kinerja berbasis anggaran

menurut persepsi atasan dan menurut preferensi bawahan

(17)

2.Ketika perselisihan antara gaya evaluasi kinerja berbasis anggaran

menurut persepsi atasan dan menurut preferensi bawahan

meningkat, maka kepuasan kerja akan menurun.

3.Tekanan kerja memediasi hubungan antara perselisihan dalam gaya

evaluasi kinerja berbasis anggaran dengan kinerja.

4.Kepuasan kerja memediasi hubungan antara perselisihan dalam gaya

evaluasi kinerja berbasis anggaran dengan kinerja.

d. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah :

1. Bahwa perselisihan dalam gaya evaluasi kinerja anggaran dengan

tekanan kerja secara signifikan mempengaruhi kinerja manajerial

pada hipotesa 1A.

2. Bahwa perselisihan dalam gaya evaluasi kinerja anggaran dengan

kepuasan kerja secara signifikan mempengaruhi kinerja manajerial

pada hipotesa 1B.

3. Bahwa hubungan tekanan kerja sebagai variabel mediasi dengan

kinerja manajerial tidak signifikan pada hipotesa 2A.

4. Bahwa hubungan kepuasan kerja sebagai variabel mediasi dengan

kinerja manajerial signifikan pada hipotesa 2B.

2. Tjahjaning Poerwanti (2002)

a. Judul :

Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja

manajerial: budaya organisasi dan motivasi sebagai variabel

(18)

b. Perumusan Masalahan:

1.Apakah partisipasi dalam penyusunan anggarn akan meningkatkan

kinerja manajerial.

2.Apakah tingkat kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran

dan budaya organisasi akan lebih meningkatkan kinerja manajerial

3.Apakah tingkat kesesuaian antara partisipasi dalam penyusunan

anggaran dan motivasi akan lebih meningkatkan kinerja manajerial

c. Hipotesis

1. Diduga partisipasi dalam penyusunan anggarn akan meningkatkan

kinerja manajerial.

2. Diduga tingkat kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran

dan budaya organisasi akan lebih meningkatkan kinerja

manajerial.

3. Diduga tingkat kesesuaian antara partisipasi dalam penyusunan

anggaran dan motivasi akan lebih meningkatkan kinerja

manajerial

d. Kesimpulan

1.Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan partisipasi

penyusunan anggaran tidak mempunyai pengaruh secara langsung

terhadap kinerja manajerial.

2.Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa budaya

organisasi orientasi pada orang mempunyai kesesuaian yang tinggi

(19)

terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja

manajerial

3.Pengujian hipotesis ketiga menunjukan penolakan terhadap

hupotesis tersebut . motivasi mempunyai tingkat kesesuaian yang

rendah sebagai variabel moderating (tidak mempunyai pengaruh

moderating) terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran

dan kinerja manajerial.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan peneliti sekarang antara lain:

No Nama Variabel Tahun Teknik Analisis

1 Kamal dan Naim

Perselisihan gaya evaluasi kinerja, tekanan kerja, kepuasan kerja, kinerj

2000 Path Analysis

2 Poerwanti Partisipasi anggaran,

kinerja manajerial, budaya organisasi, motivasi

2002 Regresi Linier Berganda

3 Gemilang Tindakan supervisi,

motivasi, komitmen organisasi, budaya organisasi, kinerja manajerial

2007 Regresi Linier Berganda

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Tindakan Supervisi

2.2.1.1. Pengertian Supervisi

Menurut Davis dan Newstrom (1996:6), istilah supervisor

sebenarnya berasal dari bahasa latin “supervisor” yang berarti memeriksa

atau mengawasi. Dalam bahasa Indonesia disebut istilah penyelia yang

(20)

melihat atau mengawasi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, penyelia

diartikan sebagai pengawas, supervisori atau manajer yang bertanggung

jawab atas pekerjaan secara tepat dan efisien sesuai dengan tugas yang

ditentukan oleh atasannya. Dari keterangan diatas maka tindakan supervisi

adalah tindakan yang dilakukan oleh pengawas, supervisori atau manajer

yang bertanggung jawab atas pekerjaan secara tepat dan efisien sesuai

dengan tugas yang ditentukan oleh atasannya

Supervisi merupakan tingkatan pertama dalam manajemen suatu

organisasi terutama dalam memberi dorongan kepada anggota kelompok

kerja untuk menyumbang sesuatu yang positif bagi pencapaian tujuan

organisasi. Ini berarti seorang supervisor tidak hanya sebagai pengawas

saja tetapi juga harus memperhatikan bagimana menciptakan hubungan

yang baik antara tugas yang satu dengan tugas yang lain.

Kedudukan seorang supervisor dalam sebuah perusahaan adalah

sangat besar peranannya untuk mendorong tingkat produktifitas

bawahannya. Sehingga dibutuhkan seseorang yang memiliki keahlian dan

catatan kerja yang baik daripada karyawan yang lain dalam

mengembangkan tugas supervisi.

2.2.1.2. Aspek Tindakan Supervisi

Di Amerika Serikat, AECC (Accounting Education Change

Commission) yang dikutip dari Nurahma dan Indriantoro (2000,103)

(21)

adalah AECC Recommendations for Supervisors of Early Work Experience

yang berisi tentang sejumlah rekomendasi AECC kepada supervisor

akuntan pemula untuk melaksanakan supervisi dengan tepat khususnya

dalam tiga aspek utama tindakan supervisi sebagaimana yang disarankan

AECC. Rincian saran-saran pelaksanaan supervisi tersebut adalah:

(Nurahma dan Indriantoro, 2000: 104).

1. Supervisi hendaknya menunjukkan sikap kepemimpinan dan

mentoring yang kuat. Rincian aktivitas yang disarankan oleh AECC

adalah:

a. Supervisi sering memberikan feedback yang jujur, terbuka dan

interaktif kepada akuntan pemula dibawah supervisinya.

b. Supervisi memperhatikan pesan-pesan tidak langsung dari akuntan

pemula dan jika yang disampaikan adalah ketidakpuasan, secara

langsung supervisi menanyakan keadaan dan penyebabnya.

c. Supervisor meningkatkan konseling dan mentoring, misalnya

dengan memberikan pujian terhadap kinerja yang baik,

memperlakukan akuntan pemula sebagai profesional, membantu

akuntan pemula untuk mengenali peluang kerja masa datang dan

memperdulikan minat serta rencana akuntan pemula.

d. Supervisor dituntut mampu menjadi panutan sebagai profesional di

bidangnya, mampu menumbuhkan kebanggaan akan profesi dan

mampu menunjukkan kepada klien dan masyarakat akan peran

(22)

2. Supervisor hendaknya menciptakan kondisi kerja yang mendorong

tercapainya kesuksesan. Rincian aktivitas yang disarankan AECC

adalah:

a. Menumbuhkan sikap mental pada akuntan pemula untuk bekerja

dengan benar sejak awal dan menciptakan kondisi yang

memungkinkan hal itu terjadi.

Hal tersebut bisa dilaksanakan dengan menjelaskan suatu

penugasan kepada akuntan pemula secara gamblang,

mengalokasikan waktu yang cukup dalam penugasan yang rumit

sehingga bisa terselesaikan dengan baik, menampung semua

keluhan akan hambatan yang dihadapi termasuk diantaranya

hambatan budgeter dan menjelaskan bagaimana suatu bagian

penugasan sesuai dengan penugasan keseluruhan serta senantiasa

mengawasi akuntan pemula sampai penugasan selesai.

b. Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan

tingkat kemampuan akuntan pemula.

c. Meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan.

3. Supervisor hendaknya memberikan penugasan yang menantang dan

menstimulasi terselesainya tugas. Rincian aktivitas yang disarankan

AECC adalah:

a. Supervisor mendelegasikan tanggung jawab sesuai kemampuan dan

(23)

b. Memaksimalkan kesempatan akuntan pemula untuk meggunakan

kemampuan verbal, baik lisan maupun tulisan, berpikir kritis dan

menggunakan teknik analitis serta membantu akuntan pemula untuk

meningkatkan kemampuan tersebut.

2.2.1.3. Unsur Supervisi

Supervisi mencakup pengerahan usaha asisten dalam mencapai

tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur

supervisi adalah: (IAI, 2000: 311.5),

1. Memberikan instruksi kepada asisten. Para asisten harus diberitahu

tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur yang mereka laksanakan.

2. Me-review pekerjaan yang dilaksanakan. Pekerjaan yang dilaksanakan

oleh asisten harus di-review untuk menentukan apakah pekerjaan

tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan auditor harus

menilainya apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan

dalam laporan auditor.

Menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor

akuntan. Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan

asistennya harus menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat

perbedaan pendapat mengenai masalah akuntansi dan auditing diantara

(24)

2.2.2. Motivasi

2.2.2.1. Pengertian Motivasi

Pengertian motivasi menurut Fuad (2000:97), adalah proses

pemberian motif (penggerak) kepada karyawan untuk dapat bekerja

sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien

dan efektif.

Memberikan motivasi tidak berarti dapat mengganti kedudukan

perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian, tetapi justru saling

mengisi. Jadi, dalam memberikan motivasi, manajer harus

mempengaruhi sikap bawahan agar mereka bersedia menjalankan

tugas-tugasnya selaras dengan tujuan organisasi.

Menurut Fillippo (1987:117), mengatakan bahwa motivasi adalah

suatu ketrampilan dalam memadukan kepentingan karyawan dan

kepentingan organisasi sehingga keinginan karyawan dipuaskan

bersamaan dengan tercapainya sasaran organisasi.

Menurut Dessler (1986:328), menyatakan bahwa motivasi

merupakan hal yang sederhana karena orang-orang pada dasarnya

terdorong untuk berperilaku dalam cara-cara tertentu yang dirasakan

mengarah kepada perolehan ganjaran.

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi motivasi menurut Fuad

(2000 : 97) adalah:

a. Kebutuhan pribadi

(25)

c. Cara untuk mewujudkan kebutuhan, tujuan dan persepsi tersebut.

Apabila pekerja menyukai pekerjaannya, menganggap pekerjaan

mereka penuh tantangan, dan menyukai lingkungan kerja secara umum,

maka biasanya mereka akan berusaha maksimal untuk melaksanakan

pekerjaan dengan semangat dan penuh dedikasi. Untuk maksud tersebut,

ada dua jenis motivasi yang dapat ditanamkan menurut Fuad (2000:97),

yaitu:

a. Motivasi positif

Yaitu proses mempengaruhi orang lain dengan memberikan tambahan

tingkat kepuasan tertentu, misalnya memberikan promosi, tambahan

penghasilan, menciptakan kondisi kerja yang nyaman, dan sebagainya.

b. Motivasi negatif

Yaitu proses mempengaruhi orang lain dengan memberikan ancaman

atau mendorong seseorang untuk melakukan dengan terpaksa,

misalnya memberikan ancaman dengan menurunkan pangkat,

pemotongan gaji, atau dipecat dari jabatannya.

Pimpinan dapat mengkombinasikan penggunaan motivasi positif

maupun negatif dalam memberikan dorongan pada bawahan. Dalam hal

ini, proporsi tertentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang

dihadapi.

Menurut Riyadi (2000:114), motivasi kerja didefinisikan sebagai

derajat sampai dimana seorang individu ingin dan berusaha untuk

(26)

Swasta (1995:153) merupakan motif intern yang menyebabkan orang

berperilaku seperti yang mereka lakukan. Karyawan dapat dimotivasi

untuk bergabung dalam sebuah kelompok kerja jika mereka merasa

bahwa kebutuhan pribadinya dapat lebih terpenuhi, kebutuhan akan

menimbulkan motif yang selanjutnya mengarah pada perilaku untuk

memenuhi kebutuhan tersebut seperti ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.1. Proses Motivasi

Kebutuhan

Motif Perilaku untuk memenuhi

kebutuhan

Kepuasan dari kebutuhan

Sumber: Swasta dan Sukotjo, 1995, Pengantar Bisnis Modern (Pengantar

Ekonomi Perusahaan Modern), Edisi ke-3, Penerbit Liberty,

Yogyakarta, Halaman 153.

Kebutuhan karyawan beserta jenjangnya dapat ditentukan atas

dasar Abraham H. Maslow (seorang ahli prikolog) tentang kebutuhan

manusia. Teori motivasi dari Maslow menekankan dua ide dasar yaitu:

a. Orang mempunyai banyak kebutuhan, tetapi hanya

kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi saja yang dapat mempengaruhi

perilaku manusia.

b. Kebutuhan manusia dikelompokkan dalam sebuah hirarki

kepentingan, jika satu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan lain yang

(27)

Hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow dapat dilihat

pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.2.

Hirarki Kebutuhan dari Maslow

Sumber: Swasta dan Sukotjo, 1995, Pengantar Bisnis Modern (Pengantar

Ekonomi Perusahaan Modern), Edisi ke-3, Penerbit Liberty,

Yogyakarta, Halaman 154.

Kebutuhan Fisiologi Kebutuhan Perlindungan

Kebutuhan Sosial Kebutuhan Harga Diri

Perwujudan Diri

Dalam Mangkunegara (2002:94) Maslow mengemukakan bahwa

hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum,

perlidungan fisik, bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan

kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang

paling dasar.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari

ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima

oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk

mencintai dan dicintai.

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan

(28)

Kebutuhan untuk mengaktulisasi diri, yaitu kebutuhan untuk

menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk

berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan

kritik terhadap sesuatu.

2.2.2.2. Prinsip-Prinsip Motivasi Kerja

Prinsip-prinsip dalam motivasi kerja pegawai digolongkan menjadi

lima golongan partisipasi (Mangkunegara, 2002 :100), yaitu :

1. Prinsip Partisipan

Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai memberikan kesempatan ikut

berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai pemimpin.

2. Prinsip Komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan

dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai

lebih mudah dimotivasi kerjanya.

3. Prinsip Mengakui Andil Bawahan

Prinsip mengakui bahwa bawahan atau pegawai mempunyai andil

dalam usaha pencapaian kerja.

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang

Pemimpin yang memberikan wewenang kepada pegawai bawahan

untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan

(29)

menjadi termotivasi untuik mencapai tujuan yang diharapkan

pemimpin.

5. Prinsip Memberikan Perhatian

Pemimpin memberi perhatian terhadap apa yang diajukan pegawai

bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja sesuai dengan apa yang

diharapkan pemimpin.

2.2.2.3. Aspek, Pola dan Tujuan Motivasi

Hasibuan (1999:96) mengemukakan bahwa aspek motivasi

dikenal sebagai “aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis.

Dimana aspek aktif atau dinamis menyatakan bahwa motivasi tampak

sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan

sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan

yang diinginkan. Sedangkan aspek pasif atau statis menyatakan bahwa

motivasi tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai

perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber

daya manusia itu kearah tujuan yang diinginkan.

Dr. David Mc. Clelland dalam Hasibuan (1999:97)

mengemukakan pola motivasi sebagai berikut :

1. Achievement Motivation, adalah suatu keinginan untuk mengatasi

atau mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan dan

(30)

2. Affiliation Motivation, adalah dorongan untuk melakukan

hubungan-hubungan dengan orang lain.

3. Competence Motivation, adalah dorongan untuk berprestasi baik

dengan melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi.

4. Power Motivation, adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu

keadaan dan adanya kecenderungan mengambil resiko

Sedangkan tujuan pemberian motivasi diantaranya adalah :

1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan

3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan

4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan

5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi

karyawan.

6. Mengefektifkan pengadaan karyawan

7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

8. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan

9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan

10.Mempertingi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya

11.Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

2.2.3. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu

(31)

menyangkut tiga sikap yaitu rasa mengidentifikasi dengan tujuan

organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan

kepada organisasi (Ferris dan Aranya, 1983) dalam Trisnaningsih

(2003:200). Kalbers dan Fogarty (1995) dalam Trisnaningsih (2003:200)

menggunakan dua pandangan tentang komitmen organisasional yaitu

affective dan continuence. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa

komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu pandangan

profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen

organisasi continuence berhubungan secara positif dengan pengalaman

dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial.

Menurut Kreitner dan Kinicki (2003:274), komitmen organisasi

mencerminkan bagaimana seorang individu mengidentifikasikan dirinya

dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya.

Sedangkan menurut Robbins (2001:140), komitmen pada

organisasi merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak

pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara

keanggotaan dalam organisasi itu.

Dari beberapa definisi mengenai komitmen organisasi diatas maka

dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi cenderung didefinisikan

sebagai suatu perpaduan antara sikap rasa mengidentifikasi dengan tujuan

organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan

kepada organisasi sehingga karyawan tersebut berniat memelihara

(32)

2.2.4. Budaya Organisasi

2.2.4.1. Pengertian Budaya Organisasi

Beberapa definisi tentang budaya organisasi diberikan oleh

beberapa ahli diantaranya adalah Williams (2001:76) menyatakan bahwa

budaya organisasi adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap yang berlaku

diantara para anggota organisasi. Budaya organisasi seringkali diciptakan

oleh pendiri perusahaan, kemudian dipertahankan dengan cara

memberitahukan riwayat organisasi dan merayakan kepahlawanan

organisasi.

Sedangkan menurut Robbins (1994:479) budaya organisasi

sendiri tidak pernah kekurangan definisi. Budaya organisasi dijelaskan,

misalnya sebagai nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi,

falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan

pelanggan, cara pekerjaan dilakukan ditempat itu dan asumsi dan

kepercayaan dasar yang terdapat diantara anggota organisasi. Dan budaya

organisasi menurut Ndraha (1997:102) adalah potret atau rekaman hasil

proses budaya yang berlangsung di dalam suatu organisasi atau

perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan

nilai-nilai yang ada, yang diciptakan dalam suatu kelompok yang akan

membantu untuk menjelaskan aspek-aspek kehidupan yang tersembunyi

dan rumit, yang merupakan nilai yang diterima bersama. Makin banyak

(33)

komitmen mereka terhadap nilai-nilai tersebut yang berarti makin

kuatnya budaya yang tercipta. Hal ini menunjukkan bahwa

anggota-anggota organisasi tersebut memiliki budaya yang kuat sehingga dapat

bekerja untuk organisasi.

2.2.4.2. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Ndraha (1997:45) fungsi budaya pada umumnya sukar

dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi,

karena budaya merupakan gejala sosial. Beberapa fungsi budaya

diantaranya:

1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat. Identitas ini terbentuk

oleh berbagai faktor seperti sejarah, kondisi dan sisi geografis,

sistem-sistem sosial, politik dan ekonomi, dan perubahan nilai-nilai didalam

masyarakat.

2. Sebagai pengikat suatu masyarakat. Kebersamaan (sharing) adalah

faktor pengikat yang kuat seluruh anggota masyarakat.

3. Sebagai sumber. Budaya merupakan sumber inspirasi, kebanggaan,

dan sumber daya. Budaya dapat menjadi komoditi ekonomi, misalnya

wisata budaya.

4. Sebagai kekuatan penggerak. Karena jika budaya terbentuk melalui

proses belajar-mengajar (learning process) maka budaya itu dinamis,

resilient, tidak statis dan tidak kaku.

(34)

6. Sebagai pola perilaku. Budaya beisi norma tingkah laku dan

menggariskan batas-batas toleransi sosial.

7. Sebagai warisan. Budaya disosialisasikan dan diajarkan kepada

generasi berikutnya.

8. Sebagai substitusi (pengganti) formalisasi.

9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perusahaan.

10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara

sehingga terbentuk nation-state.

2.2.4.3. Karakteristik Utama Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1994:480) terdapat sepuluh karakteristik utama

dari budaya organisasi serta indikatornya, yaitu:

1. Inisiatif individu diantaranya adalah Tingkat tanggung jawab,

Kebebasan serta Independensi

2. Toleransi Risiko yaitu sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk

bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko dalam hal

pengembangan pekerjaan.

3. Arahan yaitu sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan

jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi.

4. Integrasi yaitu tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi

(35)

5. Dukungan manajemen yaitu tingkat sejauh mana para manajer

memberi komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap

bawahan mereka.

6. Pengendalian yaitu jumlah pengaturan dan pengawasan langsung

yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku

pegawai

7. Identitas yaitu tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi

dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan

kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian profesional.

8. Sistem imbalan yaitu tingkat sejauh mana alokasi imbalan (misal:

kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas kriteria prestasi pegawai

sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.

9. Toleransi konflik yaitu tingkat sejauh mana para pegawai didorong

untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.

10.Pola komunikasi yaitu tingkat sejauh mana komunikasi organisasi

dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

Kesepuluh karakteristik tersebut mencakup dimensi struktural maupun

prilaku. Kebanyakan dimensi tersebut berkaitan erat dengan desain

(36)

2.2.5. Kinerja Manajerial

2.2.5.1. Pengertian Kinerja Manajerial

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual

performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya (Mangkunegara 2002:67)

Menurut Riyadi (2000:141), kinerja manajerial adalah kinerja

manajer dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang meliputi :

perencanaan, investigasi, pengkoordinasiaan, evaluasi, pengawasan staff,

dan perwakilan (representasi).

Menurut Mahoney (1998) dalam Kristy, (2001:23), kinerja

manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam

kegiatan-kegiatan manajerial yang dapat meningkatkan keefektifan

organisasional.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

kinerja manajerial adalah penilaian perilaku manajer dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

(37)

2.2.5.2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001:419), adalah penentuan

secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi

dan personelnya, berdasarkan sasaran,standar, dan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya. Oleh karena organisasi pada dasarnya

dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja

sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam

melaksanakan peran yang mereka mainkan didalam organisasi.

Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel

dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku

yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil

yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa

kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam

organisasi.

2.2.5.3. Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh organisasi untuk :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

pemotivasian personel-personel secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

(38)

3. Mengidentifikasi kebutuhan latihan dan pengembangan personel

untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan

personel.

4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan

2.2.6. Pengaruh Tindakan Supervisi Terhadap Kinerja Manajerial

Teori yang melandasi pengaruh tindakan supervisi terhadap kinerja

manajerial adalah teori kemungkinan (contingency theory) yang terdapat

dalam buku Anthony, et al (2003:49) bahwa ada tiga pendekatan yang

digunakan manajemen untuk mengendalikan organisasi salah satunya

adalah pendekatan tradisional, yang menekankan pada pengorganisasian,

perencanaan dan pengendalian.

Menurut Nurahma dan Indriantoro (2000:102) yang menganalisis

tindakan supervisi dan kepuasan kerja akuntan pemula menunjukkan hasil

bahwa semakin baik pelaksanaan tindakan supervisi seperti yang

disarankan AECC, maka tingkat kepuasan kerja akan semakin tinggi.

Dengan demikian tindakan supervisi mempunyai hubungan yang erat

dengan kepuasan kerja. Semakin baik pelaksanaan tindakan supervisi

maka akan semakin tinggi kepuasan kerja dan juga sebaliknya apabila

tindakan supervisi tidak tetap maka akuntan pemula tidak mendapati

kepuasan kerja.

Berdasarkan keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

(39)

organisasi dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada

pengorganisasian, perencanaan dan pengendalian, sehingga semakin baik

pelaksanaan tindakan supervisi maka akan semakin tinggi kinerja

manajerial dan juga sebaliknya

2.2.7. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial

Teori yang melandasi pengaruh motivasi terhadap kinerja manajerial

adalah teori motivasi/teori hygiene oleh Frederick Herzberg dalam

Hasibuan (1999:77) yang menyatakan bahwa satu kelompok dari faktor,

motivator, memberikan motivasi tingkat tinggi kelompok lain dari faktor

hygiene atau faktor perawatan/maintenance dapat menyebabkan

ketidakpuasan terhadap pekerjaan. Hanya motivator yang menyebabkan

tenaga kerja mengerahkan segala tenaga dan kemudian mendapat

produktivitas yang lebih tinggi dan teori ini menyarankan kepada para

manager memanfaatkan motivator ini sebagai alat untuk meningkatkan

kinerja .

Teori diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Riyadi

(2000) yang menunjukkan motivasi sebagai variabel moderating

mempengaruhi secara signifikan hubungan partisipasi penyusunan

anggaran terhadap kinerja manajerial.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu dapat disumpulkan

bahwa motivator yang menyebabkan tenaga kerja mengerahkan segala

(40)

ini menyarankan kepada para manager memanfaatkan motivator ini

sebagai alat untuk meningkatkan kinerja.

2.2.8. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial

Teori Y yang dipelopori oleh Douglas McGregor (1957) ini

diantaranya menyatakan bahwa orang-orang akan mengarahkan dan

mengendalikan diri sendiri untuk pencapaian tujuan apabila mereka

merasa terikat dengan tujuan itu. Dalam kondisi yang sesuai mereka

belajar menerima dan mencari tanggung jawab (Davis dan Newstrom,

1996:163).

Teori tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nouri

dan Parker (1998) dalam Hariyati dan Nazir menggunakan konsep

organisasi afektif dihubungkan dengan kinerja manajerial menunjukan

hubungan yang positif. Komitmen organisasi yang kuat sebagai

penerimaan terhadap tujuan organisasi dan kemajuan mengerahkan usaha

atas nama organisasi akan meningkatkan kinerja manajerial.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan

akan mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri untuk pencapaian

tujuan apabila mereka merasa terikat dengan tujuan organisasi.

2.2.9. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial

Teori yang melandasi penagaruh budaya organisasi terhadap

(41)

oleh Victor Vroom dan Phillip Yetton pada tahun 1973 dalam (Hasibuan

(1999:81) bahwa perilaku dan peran serta kepemimpinan dalam

pembuatan keputusan. Menyadari bahwa struktur tugas memiliki unit-unit

yang bervariasi terhadap aktivitas rutin dan non rutin.

Teori diatas didukung oleh penelitin yang dilakukan Meschi dan

roger (1995) dalam Poerwanti bahwa budaya organisasi merupakan

serangkaian asumsi, keyakinan, nilai dan persepsi dari para anggota

dimana perilaku para anggota harus disesuaikan untuk memahami struktur

tugas. Model tersebut bersifat normatif yang memberikan sederetan aturan

yang harus diikuti dalam menetapkan bentuk dan jumlah peran serta pada

pembuatan keputusan, sebagaimana yang ditetapkan oleh jenis situasi yang

berbeda.

Kesimpulan dari keterangan diatas adalah perilaku dan peran serta

kepemimpinan dalam pembuatan keputusan harus disesuaikan dengan

serangkaian asumsi, keyakinan, nilai dan persepsi dari para anggota

dimana perilaku para anggota harus disesuaikan untuk memahami struktur

tugas.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori diatas maka dapat

dibuat premis-premis sebagai berikut :

Premis 1 : Teori kemungkinan bahwa ada tiga pendekatan yang

(42)

satunya adalah pendekatan tradisional, yang menekankan

pada pengorganisasian, perencanaan dan pengendalian.

(Anthony et, al, 2003:49 )

Premis 2 : Teori hygiene yang menyatakan bahwa satu kelompok dari

faktor, motivator, memberikan motivasi tingkat tinggi

kelompok lain dari faktor hygiene atau faktor

perawatan/maintenance dapat menyebabkan ketidakpuasan

terhadap pekerjaan .

Premis 3 : Teori Y bahwa orang-orang akan mengarahkan dan

mengendalikan diri sendiri untuk pencapaian tujuan apabila

mereka merasa terikat dengan tujuan itu. Dalam kondisi

yang sesuai mereka belajar menerima dan mencari tanggung

jawab (Davis dan Newstrom, 1996:163)

Premis 4 : Teori leader-participation bahwa perilaku dan peran serta

kepemimpinan dalam pembuatan keputusan. Menyadari

bahwa struktur tugas memiliki unit-unit yang bervariasi

terhadap aktivitas rutin dan non rutin. (Victor Vroom dan

Phillip Yetton, 1973)

Berdasarkan penelitian terdahulu, landasan teori dan premis-premis

yang ada maka kerangka pikir yang diajukan dalam penelitian ini adalah

(43)

Tindakan Supervisi (X1)

Motivasi (X2)

Komitmen Organisasi (X3)

Kinerja Manajerial (Y)

Uji Regresi Linear Berganda Budaya Organisasi (X4)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir tersebut maka

hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah :

1. Bahwa tindakan supervisi, motivasi, komitmen organisasi dan budaya

organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial

pada PT. Raja Jaya Nusantara di Surabaya.

(Premis 1,2,3 dan 4)

2. Bahwa motivasi mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Variabel bebas terdiri dari :

a. Tindakan Supervisi (X1)

Adalah tindakan yang dilakukan oleh pengawas, supervisori atau

manajer yang bertanggung jawab atas pekerjaan secara tepat dan efisien

sesuai dengan tugas yang ditentukan oleh atasannya. Untuk mengukur

tindakan supervisi digunakan instrumen yang terdiri dari empat item

pertanyaan (Putra:2002). Skala yang digunakan dalam penelitian ini

adalah semantic differential scale, yang terukur dalam skala tujuh point

dengan pola sebagai berikut (Riduwan,2003:18) :

Sangat tidak setuju

Sangat setuju

1 2 3 4 5 6 7

b. Motivasi (X2 )

Adalah proses pemberian motif (penggerak) kepada karyawan untuk

dapat bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat tercapai

secara efisien dan efektif. Untuk mengukur variabel ini menggunakan

metode yang dikembangkan oleh Mitchell (1982), dalam jurnal Riyadi

(2000). Pengukuran nilai motivasi kerja dapat dilakukan dengan

mengikuti langkah yang disarankan Lawler et. Al. (1997). Skala

(45)

skala interval yaitu Semantic differential scale. Skala ini tersusun dalam

satu garis kontinum dengan jawaban sangat positifnya terletak di

sebelah kanan dan jawaban sangat negatifnya di sebelah kiri atau

sebaliknya (Riduwan,2003:18).

Sangat tidak setuju

Sangat setuju

1 2 3 4 5 6 7

c. Komitmen Organisasi (X3)

merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada

suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara

keanggotaan dalam organisasi itu. Untuk mengukur komitmen

organisasional digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Meyer

dan Allen (1984) dalam Trisnaningsih (2003:473) dengan

menggunakan skala interval. Instrumen ini terdiri dari komitmen

organisasi afektif (enam item). Skala yang digunakan dalam penelitian

ini adalah semantic differential scale, yang terukur dalam skala tujuh

point dengan pola sebagai berikut (Ridwan, 2003:18):

Sangat tidak setuju

Sangat setuju

1 2 3 4 5 6 7

d. Budaya Organisasi (X4)

adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap yang berlaku diantara para

anggota organisasi. Pengukuran variabel dilakukan dengan

(46)

(1999:116). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah semantic

differential scale, yang terukur dalam skala tujuh point dengan satu

garis kontinum dengan jawaban sangat positifnya terletak di sebelah

kanan dan jawaban sangat negatifnya di sebelah kiri atau

sebaliknya.pola sebagai berikut (Riduwan,2003:18) :

Sangat tidak setuju

Sangat setuju

1 2 3 4 5 6 7

2. Variabel terikat yaitu kinerja manajerial

adalah kinerja manajer dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang meliputi :

perencanaan, investigasi, pengkoordinasiaan, evaluasi, pengawasan staff,

dan perwakilan (representasi). Untuk mengukur variabel ini menggunakan

metode yang dikembangkan oleh Mahoney (1965), dalam jurnal Riyadi

(2000). Dalam pengukuran kinerja manajer digunakan skala tujuh poin,

dengan perincian skala rendah (poin 1) menunjukkan kinerja manajer yang

rendah, sedangkan skore tinggi (poin 7) menunjukkan kinerja manajerial

yang tinggi (Riduwan,2003:18).

Sangat tidak setuju

Sangat setuju

1 2 3 4 5 6 7

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

(47)

yang dipilih dalam penelitian ini adalah para manajer di tingkat middle dan

low PT. Raja Jaya Nusantara yang berjumlah 21 orang

3.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai

ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu

sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi,

(Sumarsono, 2002:44).

Teknik penentuan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian sensus, dimana jumlah sampel sama dengan jumlah subyek

yang diambil secara keseluruhan sehingga jumlah sampel sebesar 21 orang

dengan perincian manajer middle sebanyak 6 dan manajer low 15 orang

supervisor.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data primer yaitu

data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian, dalam hal ini adalah

data yang berupa jawaban dari kuesioner yang diisi para responden. Hasil

pengukuran data yang bersifat langsung dari sumber data ini selanjutnya

akan menjadi dasar analisis data yang digunakan untuk melakukan

(48)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang diambil peneliti dalam penelitian ini berasal dari

obyek yang diteliti yaitu PT. Raja Jaya Nusantara. Adapun teknik

pengumpulan datanya dengan menggunakan cara:

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung

dengan petugas, staf ahli yang dapat memberikan penjelasan serta

keterangan mengenai masalah yang diteliti.

2. Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penelitian dengan cara

menyebarkan daftar pertanyaan yang kemudian diisi oleh responden

dengan batas waktu yang ditetapkan oleh peneliti.

3. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara

langsung terhadap obyek yang akan diteliti, hal ini sangat membantu

dalam suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis

data yang dilakukan dengan metode ilmiah yang hasilnya dapat

memberikan suatu kesimpulan yang sangat berguna bagi semua pihak.

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur

(49)

ukur tersebut itu dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang

diperoleh pada masing-masing butir-butir pertanyaan dengan skor total

yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan.

Apabila korelasi antara skor total dengan skor masing-masing

pertanyaan signifikan (ditunjukkan dengan taraf signifikan < 0,05), maka

dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas

(Sumarsono, 2002:31).

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah pengujian yang dimaksudkan untuk

menunjukkan sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah alat ukur yang

digunakan cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang

ingin diukur. Pengukuran reliabilitas menggunakan nilai cronbach Alpha,

suatu kuesioner dikatakan reliabel bila memiliki nilai cronbach Alpha

lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2002:133).

3.4.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data

mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data

tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode

diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro

(50)

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah :

 Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

 Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka

distribusi adalah normal.

3.4.4. Uji Asumsi Klasik

3.4.4.1. Uji Multikolinieritas

Uji asumsi multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya

hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam suatu model

regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

multikolinieritas yaitu dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation

Factor (VIF). VIF ini dapat dihitung dengan rumus :

Tolerance 1 VIF

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang

tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai tolerance yang

umum dipakai adalah 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10, maka

tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2002:57).

3.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas

(51)

Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dimana nilai

probabilitas yang diperoleh harus lebih besar dari 0,05. Rumus Rank

spearman adalah :

di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-1.

N = Banyaknya data

3.4.4.3. Uji Autokolerasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data

observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau

data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional)” (Gujarati,

1999:201). Identifikasi ada atau tidaknya gejala auto korelasi data dites

dengan menghitung nilai Dulbin Watson.

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di

bawah ini.

Gambar 3.1 Kurva Durbin Watson

Sumber : Gujarati, 1999:201

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

(52)

3.5. Uji Hipotesis

3.5.1. Regresi Linear Berganda

Teknik analisis yang digunakan adalah digunakan teknik analisis

regresi linier berganda, dengan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = b0 + b1x1 + b2x2 + b3 x3+ b4 x4 +e …………. (Sudjana, 2001: 69)

Keterangan :

b0 = konstanta

b1,b 2,b3,b4 = koefisien regresi

X1 = Tindakan Supervisi

X2 = Motivasi

X3 = Komitmen Organisasi

X4 = Budaya Organisasi

Y = Kinerja Manajerial

e = variabel pengganggu

3.5.2. Uji kecocokan model

Pengujian kesesuaian model untuk model regresi yang digunakan

dengan variabel X1,X2,X3 dan X4 terhadap Y digunakan uji F dengan

prosedur sebagai berikut:

1) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat

bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

2) Dengan F hitung sebesar : R2 /(k – 1) F hit =

(53)

Keterangan :

F hi t= F hasil perhitungan

R2 = koefisien regresi

k = jumlah variabel

n = jumlah sampel

3.5.3. Pengujian Pengaruh Variabel Tindakan Supervisi, Motivasi,

Komitmen Organisasi, Budaya Organsasi Terhadap Kinerja

Manajerial

Penelitian yang digunakan adalah sensus, karena itu seluruh

anggota populasi dijadikan sampel. Pada penelitian sensus, hipotesis tidak

diterjemahkan ke dalam hipotesis statistik. (Sugiyono, 2003:61)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas

terhadap variabel terikat dapat dilakukan dengan cara melihat nilai R2 atau

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan

JADI Group, adalah sebuah nama di bidang Agency Pemasaran dan

Marketing Communication yang sudah berdiri sejak tahun 1996. Dengan

pengalaman yang sudah begitu lama, membuat nama JADI Group adalah

sebuah jaminan untuk meraih keberhasilan bersama Anda.

JADI Group pada awalnya bergerak di bidang Desain Graphic,

meningkat dalam bidang Advertising dan setelah berjalan beberapa tahun

memperluas bidang usahanya yaitu jasa Pemasaran Kartu Kredit dan telah

dipercaya sebagai Agen Pemasaran Langsung dari TOB dari Dinner’s

Club International serta Standard Chartered Bank, MBf MasterCard, GE

Ekstra MasterCard, ANZ Panin Card Center, terakhir bekerjasama dengan

Bank Danamon pada tahun 2001 yang lalu.

JADI Group adalah himpunan dari beberapa perusahaan yaitu PT.

Inaben bergerak dalam bidang pemasaran Kartu Kredit ANZ Panin Bank,

PT. Sumanira Rekagraha Ciptatama bergerak dalam bidang pemasaran

Kartu Kredit Mandiri, PT. Raja Jaya Nusantara bergerak dalam bidang

pemasaran Kartu Kredit ABN AMRO Bank, PT. Trimitra Tunggal Abadi

bergerak dalam bidang pemasaran Kartu Kredit Niaga serta PT. Jadi

(55)

Jaringan pemasaran perusahaan awalnya beroperasi di Jakarta,

Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek), dan sejak tahun 1998 kami

telah melebarkan sayap ke daerah Jawa Barat dengan berpusat di kota

Bandung, Jawa Tengah di kota Semarang dan Yogyakarta, Jawa Timur

berpusat di Surabaya, Bali di kota Denpasar dan Kupang, Pulau Sumatera

di kota Medan, Pekanbaru dan Palembang, Pulau Kalimantan di kota

Samarinda, Banjarmasin dan Palangkaraya, terakhir di Pulau Sulawesi di

kota Makassar, Manado, Palu dan Kendari.

4.1.2. Misi Perusahaan

Keberadaan JADI Group dalam usaha Agency Pemasaran dan

Marketing Communication adalah untuk membantu klien dalam mengatasi

konstelasi teknis seperti :

a. Strategi Demografis

b. Strategi Supervisi dan penetapan target

c. Strategi Pemasaran

d. Strategi Promosi & Advertising

e. Desain Sistem Pelaporan / Reporting

f. Kontrol atas sistem pelaporan / Controlling

g. HRD Management dengan jumlah personil yang besar

h. Penyediaan tenaga kerja / Recruitment

(56)

4.1.3. Visi Perusahaan

Sebagai suatu unit bisnis, JADI Group mempunyai visi sebagai

berikut :

a. Menjalin kerja sama dengan klien perusahaan

b. Sebagai partner aktif dalam usaha memajukan dan pencapaian target

perusahaan klien.

c. Memberi solusi tuntas atas permasalahan sales & marketing perusahaan

klien.

d. Menerapkan suatu kerjasama yang saling menguntungkan dengan klien

untuk mencapai hasil yang optimal

4.1.4. Jaringan Usaha JADI Group

A. PT. Inaben

Klien Utama : ANZ Panin Bank – Credit Card

Bentuk Kerjasama : Pemasaran Langsung (Direct Sales / DS)

Wilayah Operasional :

1. Jakarta (Kantor Pusat), Gedung Ratu Plaza Lt. 27, Jl. Jendral

Sudirman Kav 9 Senayan.

2. Surabaya, Plaza BRI Tower Lantai 8 Suite 801B Jl. Basuki

Rahmad No. 122

3. Bandung, Jl. Sasak Gantung No. 28

Asset Marketing :  200 orang tenaga Direct Sales.

(57)

Bentuk Kerja sama : Pemasaran Task Force Sales (Paying

Agent)

Wilayah Operasional : Denpasar, Balikpapan, Makassar, Bandung

Medan, Palembang.

C. PT. Trimitra Tunggal Abadi

Klien Utama : Bank Niaga – Kartu Kredit

Bentuk Kerja sama : Pemasaran Langsung (Direct Sales / DS)

Wilayah Operasional : Surabaya

D. PT. Raja Jaya Nusantara

Klien Utama : ABN AMRO Bank – Credit Card

Bentuk Kerja sama : Pemasaran Langsung (Direct Sales / DS)

Wilayah Operasional : Surabaya, Solo, Jogja, Makasar, Bandung

E. PT. Jadi Adpro

Klien Utama : Semen Gresik, Citraland, Dll.

Bentuk Kerja sama : Bidang Desain Graphic, Advertising dan

Promotion

Wilayah Operasional : Menurut kebutuhan Klien (seluruh wilayah

Indonesia)

Kantor Pusat : Jl. Ngagel Jaya Selatan No. 69, Surabaya

4.1.5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan tugas dan

tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam usahanya mencapai

(58)

Jaya Nusantara adalah berbentuk garis atau lini dimana kekuasaan dan

tanggung jawab terletak pada pimpinan tertinggi mengalir melalui garis

lurus kepada bawahan atau bagian yang paling rendah.

4.1.6. Deskripsi Tugas

a. Direktur :

Sebagai pimpinan perusahaan dalam mengelola secara keseluruhan

tugas dan fungsi perusahaan dalam hubungannya dengan ABN Amro

sebagai Card Centre. Bertanggung jawab pada Komisaris Group.

b. General Manager Area :

Mengorganisasi dan menjalankan tugas operasional perusahaan dalam

(59)

c. Agency Manager :

Sebagai wakil dari perusahaan untuk berhubungan dengan Card Centre

wilayah setempat. Menginformasikan semua kebijaksanaan perusahaan

pada Card Centre dan karyawan perusahaan di wilayahnya demikian

juga sebaliknya.

d. HRD Manager :

Menjalankan tugas yang berhubungan dengan Sumber Daya Manusia

dan tugas di luar bidang pemasaran yang berhubungan dengan

perusahaan

e. Finance Manager :

Menjalankan tugas di bidang keuangan perusahaan seperti pembayaran,

penagihan dan laporan keuangan perusahaan

f. Asisten Sales Manager (ASM)

Membantu tugas Sales Manager dari Card Centre untuk pekerjaan

pemasaran dan berkoordinasi dengan Agency Manager untuk

kepentingan perusahaan

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Variabel Tindakan Supervisi (X1)

Tindakan supervisi adalah tindakan yang dilakukan oleh pengawas,

supervisori atau manajer yang bertanggung jawab atas pekerjaan secara

tepat dan efisien sesuai dengan tugas yang ditentukan oleh atasannya.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 21 orang manajer di

(60)

jawaban responden mengenai variabel tindakan supervisi yang terangkum

dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1.

Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Tindakan Supervisi(X1)

Skor Jawaban

2 Kondisi kerja yang diciptakan supervisor untuk mendorong tercapainya kesuksesan pekerjaan

0 0 0 0 1 4,8 4 19,0 6 28,6 7 33,3 3 14,3 21 100

3 Saya merasa puas dengan syarat yang ditentukan oleh perusahaan tempat saya bekerja untuk kenaikan jabatan

0 0 0 0 0 0 3 14,3 9 42,9 6 28,6 3 14,3 21 100

4 Untuk jabatan yang di level bawah akan terjadi ketidakpastian dan kebosanan karena pekerjaan mereka kurang menantang dan tanggung jawab terlalu kecil

0 0 0 0 1 4,8 2 9,5 7 33,3 7 33,3 4 19,0 21 100

Total 0 0 2 14 28 25 15

Sumber : Lampiran 2.1

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini cenderung setuju dengan pernyataan yang

diajukan mengenai tindakan supervisi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

banyaknya responden yang memilih jawaban dengan skor 5 dengan total

jawaban sebanyak 28.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa para manajer di

tingkat middle dan low PT. Raja Jaya Nusantara yang menjadi responden

dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka merasa puas dengan

kepemimpinan supervisor mereka, selain itu para responden tersebut juga

menyatakan bahwa kondisi kerja yang diciptakan oleh supervisor mereka

cukup dapat mendorong tercapainya kesuksesan mereka dalam bekerja

(61)

di level bawah akan terjadi ketidakpastian dan kebosanan karena pekerjaan

mereka kurang menantang dan tanggung jawab terlalu kecil.

4.2.2. Deskripsi Variabel Motivasi (X2)

Motivasi adalah proses pemberian motif (penggerak) kepada

karyawan untuk dapat bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi

dapat tercapai secara efisien dan efektif.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 21 orang manajer di

tingkat middle dan low PT. Raja Jaya Nusantara, didapatkan rekapitulasi

jawaban responden mengenai variabel motivasi yang terangkum dalam

tabel berikut ini :

Tabel 4.2.

Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Motivasi(X2)

Skor Jawaban 1 Apakah dengan semua fasilitas

yang ada di perusahaan Bapak / Ibu (misalnya pelayanan mekanan dan minuman, pelayanan kesehatan, serta pengadaan kamar kecil) dapat meningkatkan motivasi kerja

0 0 0 0 0 0 6 28,6 4 19,0 5 23,8 6 28,6 21 100

2 Apakah pemberian bonus, tunjangan tahunan dan kenaikan gaji perusahaan Bapak / Ibu mempengaruhi motivasi kerja

0 0 0 0 2 9,5 4 19,0 6 28,6 7 33,3 2 9,5 21 100

3 Apakah pemberian penghargaan atas ide dapat mempengaruhi motivasi kerja

0 0 0 0 2 9,5 4 19,0 14 66,7 1 4,8 0 0 21 100

4 Apakah Bapak / Ibu akan bekerja dengan sebaik-baiknya karena Bapak / Ibu merasa ikut bertanggung jawab memajukan perusahaan

0 0 0 0 1 4,8 3 14,3 8 38,1 7 33,3 2 9,5 21 100

Total 0 0 5 17 32 20 10

Sumber : Lampiran 2.1

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini cenderung setuju dengan pernyataan yang

Gambar

Tabel 1.1.
Gambar 3.1. : Kurva Durbin Watson .............................................................
Tabel 1.1 Data Target dan Realisasi Pemasaran Kartu Kredit
Gambar 2.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating.

Dalam hasil penelitian Suhartini (2007) bahwa budaya organisasi sebagai variabel moderating tidak berpengaruh secara signifikan terhadap interaksi TQM dengan

1) Dari hasil penelitian motivasi dan budaya organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi. Agar komitmen organisasi semakin meningkat melalui motivasi

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan komitmen organisasi, budaya organisasi dan kepemimpinan transformasional secara simultan berpengaruh positif terhadap tata kelola

Kemudian hasil dari hipotesis kedua menunjukkan thitung -1.481 dengan tingkat signifikan 0.147 yang berarti struktur organisasi tidak mempunyai pengaruh moderating terhadap

ketiga variabel yang mendapat skor tertinggi yaitu variabel budaya organisasi dengan indikator Orientasi terhadap tim terhadap tingkat kebersamaan dengan pernyataan

hipotesis alternatif yang diajukan diterima, semua variabel independen yaitu total quality management, budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi

Berdasarkan hasil analisis data di atas, variabel budaya organisasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja guru, ini membuktikan bahwa hipotesis kedua terbukti, bahwa