• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Stres Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Stres Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Stres Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula

Rony Utomo*, Erna Kurnikasari **

*PPDGS Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universltas Padjadjaran

** Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Konsep tentang stres yang banyak digunakan saat ini adaiah konsep

transaksional, yaitu adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan

individu, yang akan memicu terjadinya perubahan-perubahan pada tubuh, balk

fisik maupun psikologisnya. Reaksi tubuh yang terjadi ini merupakan bentuk

mekanisme pertahanan tubuh untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang

akan mengganggu kelangsungan hidupnya. Reaksi ini tidak boleh berlangsung

lama atau terus-menerus karena akan dapat menyebabkan terjadinya gangguan

atau kerusakan, baik pada fisik maupun kejiwaannya. Salah satu gangguan yang

dapat terjadi akibat stres yang berkepanjangan ini adaiah terjadinya gangguan

pada sendi temporomandibula. Gangguan ini merupakan gangguan fungsional,

dimana terjadi peningkatan gaya fungsional (parafungsi) otot pengunyahan

melampaui fungsi normalnya, sebagai bagian dari meningkatnya aktifitas otot-otot

lainnya pada tubuh untuk menghadapi stres. Dapat disimpulkan bahwa stres dapat

menyebabkan terjadinya gangguan pada sendi temporomandibula.

Kata Kunci: Stres, hiperaktifitas otot pengunyahan, gangguan sendi

temporomandibula.

ABSTRACT

Conception about stres which used many in this time is concept of

transactional that is existence of imbalance between need and ability of

individual, to trigger the happening of changes at physical and also

psychological. Reaction of body that happened this represent mechanism form

defence of body to face all kind of threat to bother the continuity of its life. This

reaction may not take place longer or continuously because will be able to cause

the happening of trouble or damage at physical and also psychological. One of

(2)

temporomandibular. This trouble represent functional trouble where happened

the increasing of functional forces of mastication muscle more than the normal

function, as part of the increasing activity of other muscles at body to face stres. It

has been concluded that stres can cause the happening of trouble at joint of

temporomandibula

Key words: Stres, mastication muscle hyperactivity, temporomandibular joint disorder.

PENDAHULUAN

Pada saat ini pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan, teknologi dan

tingkat kehidupan disekeliling kita telah maju dengan pesat, sehingga

menimbulkan peningkatan kebutuhan atau tuntutan secara cepat, diikuti pula

dengan ketatnya persaingan, ancaman, hambatan dan tantangan untuk

memperoleh atau mencapai kehidupan yang lebih layak. Akan tetapi pertumbuhan

dan perkembangan yang pesat ini tidak selalu dapat diikuti oleh semua lapisan

masyarakat. Pada kondisi ini akan timbul suatu ketidakseimbangan antara besar

dan tingginya kebutuhan atau tuntutan yang dialami oleh individu dengan

kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai atau mengatasi kebutuhan atau

tuntutannya tersebut. Kondisi ini akan menimbulkan ketegangan pada individu

tersebut.

Kondisi ini bila berlangsung lama dan terus-menerus akan dapat

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun

kesehatan psikologisnya. Salah satu bentuk gangguan kesehatan yang dapat

dialami adalah gangguan atau erusakan k yang terjadi pada sendi

temporomandibula dan daerah sekitarnya.

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa gangguan

pada sendi temporomandibula dan daerah sekitarnya dapat disebabkan oleh stres

(3)

TINJAUAN PUSTAKA

Banyak konsep stres yang telah diajukan oleh para ahli psikologi,

diantaranya yang terkenal adalah Hans Selye tahun 1956, yang mendefinisikan

stres sebagai jawaban (respon) tubuh terhadap rangsangan (stimulus).1,2

Sementara Lazarus tahun 1966 dan Cox tahun 1978 melihat stres sebagai stimulus

itu sendiri, sedangkan reaksi tubuh menghadapi rangsangan ini disebut sebagai

ketegangan (sfrain).1,3 Konsep lain yang juga sering digunakan adalah konsep

transaksional yang dikembangkan oleh Jane Cranwell-Ward, tahun 1987, yang

memandang stres tidak hanya sebagai jawaban atau rangsangan saja, melainkan

juga sebagai hubungan antara seseorang atau individu dengan pengaruh

lingkungan yang berada di luar kemampuannya untuk beradaptasi atau

mengatasinya. Secara lebih sederhana konsep ini menggambarkan adanya

ketidakseimbangan antara kebutuhan atau tuntutan individu dengan kemampuan

yang dimiliki individu untuk memenuhi kebutuhan atau tuntutan tersebut.3 Baik

sebagai respon, stimulus ataupun sebagai ketidakseimbangan antara kebutuhan

dan kemampuan individu, stres ini akan menyebabkan terjadinya perubahan, baik

pada fisik maupun psikologis individu.

Perubahan pada fisik lebih cenderung untuk mempersiapkan tubuh

menghadapi ancaman, sedangkan perubahan pada psikologis lebih untuk

menentukan langkah apa yang akan dilakukan. Oleh Canon tahun 1928, langkah

tersebut dapat berupa reaksi melawan atau lari (fight or flight respone).4,5

Perubahan yang terjadi pada tubuh oleh Selye tahun 1956 disebut sebagai

GAS (General Adaptation Syndrome), adalah perubahan yang terjadi pada tingkat

sel, jaringan dan organ pada tubuh individu untuk menyiapkan otot tubuh sebagai

organ yang paling berperan untuk mempertahankan diri.1,2 Akan tetapi menurut

Holmes dan Rahe tahun 1967, reaksi ini tidak boleh berlangsung lama atau

terus-menerus karena akan dapat menyebabkan terjadinya gangguan atau kerusakan,

baik pada fisik maupun kejiwaannya.6,7

Salah satu gangguan yang dapat terjadi akibat stres yang berkepanjangan ini

(4)

Schwart, 1995.8 Sementara Witzig menyatakan bahwa penyebab terbesar dari

gangguan sendi temporomandibula adalah karena maloklusi.9

Sendi temporomandibula adalah organ yang menghubungkan kranium

dengan mandibula secara tidak kaku. Merupakan bagian dari sistem

stomatognatik, yaitu suatu sistim yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya

fungsi pengunyahan, bicara dan penelanan. Sistim stomatognatik terdiri dari tiga

organ utama, yaitu sendi temporomandibula sendiri, otot pengunyahan dan

gigi-gigi termasuk susunannnya. Ketiga organ utama ini berfungsi secara harmonis,

dikoordinasikan oleh sistim syaraf pusat.10,11

Gangguan atau kerusakan yang terjadi pada salah satu organ, dapat

menyebabkan terganggunya keharmonisan sistim ini dan menyebabkan gangguan

dan kerusakan lebih lanjut dari organ-organ sistim stomatognatik. Organ yang

terlebih dahulu mengalami gangguan atau kerusakan adalah organ yang

kondisinya paling lemah.12

Gangguan sendi temporomandibula dapat disebabkan oleh dua hal. Yang

pertama adalah accidental trauma, yaitu trauma langsung pada daerah sendi

(kecelakaan, terbentur, infeksi dll), dan kedua adalah continual micro-trauma,

yaitu trauma kecil (gaya merusak pada tingkat rendah) yang berlangsung

terus-menerus pada daerah sendi.10 Termasuk dalam kategori ini adalah stress yang

berlangsung lama, akan menimbulkan mikrotrauma ,yang dapat menyebabkan

terjadinya gangguan send! temporomandibula.13 Mekanisme pengaruh stres

terhadap terjadinya gangguan sendi temporomandibula telah dijelaskan oleh

Mongini, Sarnat dan Okeson.8,11,12

Pengaruh stres terhadap terjadinya gangguan sendi temporomandibula pada

umumnya dapat digambarkan sebagai berikut, stres psikologis yang terjadi pada

individu akan menyebabkan terjadinya perubahan pada tubuh yang pada dasarnya

adalah mempersiapkan otot tubuh (termasuk otot temporomandibula) untuk

menghadapi segala bentuk ancaman atau beban yang melebihi kemampuan

normalnya. Perubahan pada otot tersebut berupa adanya peningkatan aktivitas otot

(hiperaktifitas). Keadaan hiperaktifitas yang berlangsung lama atau terus-menerus

(5)

Kekejangan otot inilah yang kemudian akan memicu terjadinya

perubahan-perubahan pada pola pengunyahan, disharmoni hubungan gigi-gigi rahang atas

dan rahang bawah, ketidakseimbangan distribusi beban atau pembebanan yang

berlebihan pada sendi, yang bila berlangsung lama atau terus-menerus akan

menyebabkan terjadinya gangguan bahkan kerusakan iebih lanjut pada sendi

temporomandibula dan atau daerah sekitarnya.8

Deteksi terhadap adanya gangguan pada sendi temporomandibula dilakukan

melalui anamnesa terhadap keluhan yang dirasakan oleh penderita, pemeriksaan

klinis terhadap gejala-gejala yang muncul serta pemeriksaan radiologi dan

pemeriksaan penunjang lainnya untuk melihat keadaan sendi dan faktor-faktor

lain yang dapat menyebabkan munculnya keluhan.

PEMBAHASAN

Dari telaah pustaka tersebut di atas tampak bahwa reaksi tubuh terhadap

stres adalah merupakan salah satu bentuk sistim pertahanan tubuh terhadap hal-hal

yang akan mengancam kelangsungan hidup individu, yang dapat berupa ancaman,

tekanan, kelebihan beban atau adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan atau

tuntutan dengan kemampuan yang dimiliki oleh individu. Reaksi tubuh yang

timbul dari reaksi ini berupa perubahan yang terjadi pada fisik dan psikologisnya.

Perubahan yang terjadi pada psikologisnya Iebih berupa menentukan keputusan

yang akan diambil, melawan, mengatasi atau menghindari stres yang terjadi.

Sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada tubuh terhadap adanya stres, pada

dasarnya adalah mempersiapkan otot-otot tubuh untuk menerima beban yang

melampuai kemampuan fungsi normalnya atau untuk mengatasi ancaman yang

terjadi yang akan mengganggu kelangsungan hidupnya.

Perubahan pada otot berupa hiperaktifitas otot tubuh, yang mampu

menghasilkan tenaga atau energi di atas kebutuhan atau fungsi normalnya. Bila

gaya berlebih yang dihasilkan oleh hiperaktifitas otot ini masih dapat ditahan atau

ditolerir oleh tubuh, maka akan terjadi proses adaptasi atau remodeling, yaitu

terjadinya perubahan pada organ tersebut agar mampu dan tidak rusak ketika

(6)

Perubahan yang terjadi biasanya berupa hipertrophi atau pembesaran

jaringan lunak, penebalan atau penipisan jaringan keras/tulang. Jika proses

hiperaktifitas otot tetap berlangsung, baik karena belum teratasinya stres yang

dialami oleh individu atau terbentuknya suatu kebiasaan buruk oral, maka akan

terjadi ketegangan otot dan apabila hal ini terus berlangsung akan menyebabkan

kelelahan otot. Kelelahan otot akan menurunkan ambang toleransi jaringan atau

organ, sehingga bahkan gaya normal sekalipun akan dapat menyebabkan terjadi

kerusakan pada jaringan tersebut.

Mengetahui dengan tepat penyebab terjadinya gangguan send!

temporomandibula melalui pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara

seksama akan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi penentuan jenis

perawatan yang akan dilakukan serta hasil perawatan yang lebih paripurna.

KESIMPULAN

Pada individu yang mengalami tres s berkepanjangan, waspadai

kemungkinan terjadinya gangguan pada sendi temporomandibulanya disamping

bentuk gangguan kesehatan lainnya.

Diperlukan kerjasama lintas sektoral dengan disiplin ilmu kesehatan lainnya,

termasuk psikolog dan kesehatan jiwa bagi penderita gangguan sendi

temporomandibula, khususnya yang disebabkan oleh stres (tekanan emosional).

Agar perawatan yang diberikan kepada penderita dapat lebih paripurna.

Sudah tiba saatnya bagi sejawat dokter gigi untuk memberikan perhatian

pada sendi temporomandibula pasien yang datang berobat, baik dengan maupun

tanpa keluhan pada daerah sendi temporomandibula, melalui pemeriksaan yang

dilakukan secara seksama, untuk menghindari kerusakan yang lebih parah pada

daerah sendi temporomandibula dan daerah sekitarnya seperti otot pengunyahan

(7)

DAFTAR PUSTAKA

1. Goldberger L, Breznitz S. Handbook of Stress (Theoretical and Clinical

Aspects). New York: Macmillan Publish Co. 1982: 7, 136-143

2. Weinmann J. An Outline of Psychology as Applied to Medicine. Jhon Wright

& Sons Ltd. Bristol. 1984:61,62

3. Cox T. Stres. London: The Macmillan Press Ltd.. 1978:7-10,15-39

4. Atkinson et al. Psychology, 9th ed. USA: HBJ Inc. Al. 1987:459-64

5. Shore NA. Temporomandibular Joint Dysfunction and Occlusal

Equilibration. 2nd ed. Philadelphia: JB Lippincott Co. 1976:120-5

6. Makin PE, Lindley PA. Positive Stres Management. Alih Bahasa: Gatot.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1994: 8-10

7. Wibisono. Berdamai dengan Stres. Jakarta: Maj Parents Guide. 2004:2

8. Sarnat BG, Laskin DM. The Temporomandibular Joint: A Biological Basis

For Clinical Practice. Philadelphia: WB Saunders Co. 1992: 316-318;

329-341

9. Witzig JW, Spahl TJ. The Clinical Management of Basic Maxillofacial

Orthopedic Appliances. St Louis: Mosby Year Book. 1991:17

10.Moles RC. Ending Head and Neck Pain. Wisconsin USA: CGM

Publication/Racine. 1997:34-35

11.Mongini F. The Stomatognathic System, Chicago: Quintessence Publish Co.

Inc. Illinois. 1984:15,134-137

12.Okeson JP. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion. St

Louis: CV Mosby Year Book. 1993: 3,157-170

13.Pertes RA, Gross SG. Clinical Management of Temporomandibular Disorders

Referensi

Dokumen terkait

Google maps adalah jasa peta gratis dan online disediakan oleh Google yang dapat ditemukan di https://maps.google.com, serta Google Maps API merupakan suatu fitur aplikasi

Naiknya harga emas dunia menyebabkan negara importir emas seperti Indonesia banyak membutuhkan US Dollar untuk membayarnya , sehingga permintaan yang tinggi

Setiap anggota Dewan Komisaris yang secara pribadi dengan cara apapun baik secara langsung maupun secara tidak langsung mempunyai benturan kepentingan dalam suatu

outdoor Rapat divisi Ruang rapat Privat Indoor Melaporkan Adminitrasi Bangunan Utama Ruang Kerja Bangunan Utama. Servis

The e€ective transport eqn (55), in which the speci®c discharge and dispersion coecient are expres- sed in terms of some cell functions, is good for all forms of periodic

Besar kemungkinannya orang lain sudah pernah (bahkan berkali-kali) mengatakan bahwa anda sangat menguasai bidang tertentu. Hanya saja selama ini mungkin anda

Kustodian Sentral Efek Indonesia announces ISIN codes for the following securities :..

Based on the above description and inconsistency of the results of previous research, re-conducted research on the influence of liquidity, corporate social responsibility,