INTISARI
Dandang gendis [Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau] merupakan tanaman famili Acanthaceae. Beberapa penyakit yang disebabkan bakteri dapat diobati dengan daun dandang gendis misalnya disentri, diare, buang air besar berlendir dan radang usus. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun dandang gendis yang diduga mempunyai potensi antibakteri adalah senyawa fenolik, saponin, alkaloid, terpenoid, flavonoid dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun dandang gendis memiliki potensi antibakteri terhadap E. coli.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap E. coli dilakukan dengan metode difusi.
Hasil uji potensi antibakteri dengan metode difusi menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun dandang gendis tidak memiliki potensi antibakteri.
Kata kunci : potensi antibakteri, daun dandang gendis, E. coli, metode difusi.
ABSTRACT
Dandang gendis [Clinachantus nutans (Burm.f.) Lindau] is a plant of Acanthaceae. The diseases that caused by bacteria can be cured with dandang gendis leaves for example diarrhea, dysentry, treatment.The constituent that is considered to responsible for its antibacterial potency are its fenolic compound, saponins, alkaloids, terpenoids, flavonoids and essential oil. This research aimed to to know if that extract has antibacterial potency to E. coli or not
This research is purely experimental with one way randomized completely design. The extract tested for its antibacterial potency by using diffusion method
The result of antibacterial potency testing by using diffusion method showed that ethanol extract of dandang gendis’s has noantibacterial potency.
Keywords : antibacterial potency, dandang gendis leaves, E. coli , diffusion method.
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS [Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau]
TERHADAP Escherichia coli
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Progam Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Agustina Wira Paribasa NIM : 028114146
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS [Clinacanthus nutans (Burm.f) Lindau] TERHADAP Escherichia coli
Yang diajukan oleh : Agustina Wira Paribasa
NIM : 028114146
telah disetujui oleh :
Pembimbing
(Yohanes Dwi Atmaka, M.Si.) Tanggal :
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu.
Jangan kecut dan tawar hati sebab Tuhan Allahmu menyertaimu Kemanapun engkau pergi
(Yosua 1:9)
Jangan ingatkan ketakutanmu, tetapi ingatlah harapan dan impianmu
Jangan pikirkan frustasimu, tetapi pikirkan potensi yang belum kau penuhi
Jangan khawatir dengan dirimu sendiri dengan apa yang kau coba tapi gagal,
tapi dengan apa yang masih mungkin kau lakukan.
( Paus Yohanes XXIII) Meskipun setiap hari aku berdoa selama bertahun-tahun penuh cemas dan derita,
Meskipun berkat belum datang juga, aku percaya bahwa Tuhan mendengar , Aku tau Tuhan pasti menjawab segala doa.
Kadang-kadang Ia menjawab dengan kata ”tidak”
karena mungkin apa yang kudoakan itu tidak merupakan yang terbaik untukku atau Dia sedang memproses, membentukku menjadi sesuatu yang indah
sampai rencana Tuhan bagiku terlaksana
Walaupun keadaan memang begitu aku tetap berharap pada Tuhan. (Mother Teresa)
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kesempurnaan cintakasih
Bapak dan Mamak terkasih
Abang-abangku Mimik, Erik dan Iyan yang kusayangi
Nek babahku tercinta
Almamaterku
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga atas segala berkat, kekuatan, penyertaan dan kasihNya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS [Clinacanthus nutans (Burm.f) Lindau] TERHADAP Escherichia coli.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dalam hal doa, tenaga, waktu, materi, dukungan, semangat, kritik dan saran serta bimbingan dan pengarahan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapakku A. R. Simon, S.Sos. dan Mamakku Saula Herman yang tercinta, terima kasih atas segala perhatian, dukungan baik moril maupun materil, doa, cinta dan kasih sayang yang tak pernah berhenti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma.
3. Bapak Yohanes Dwi Atmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dengan sabar, menguji dan memberi banyak masukan kepada penulis.
4. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen penguji yang bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis.
5. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis.
6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberi semangat serta masukan kepada penulis. 7. Abang-abangku tersayang Mimik, Erik, Iyan terimakasih untuk kasih
sayang, dukungan dan doa untukku
8. Dada’ - dada’ku semuanya terima kasih untuk kasih sayang, dukungan dan doa untukku.
9. Nek babahku tersayang untuk cinta yang tulus dan doa yang terus-menerus.
10. Sepupu andalan tersayang Tina, Iib, Geo, Tomas, Da’ Maman dan sepupu-sepupuku di Kalbar makasih ya untuk doa, keceriaan, kebersamaan, dan kasih sayang yang tulus.
11. Sahabat-sahabatku : Nita, Novi, Mey, Tanti, Kak Onsha, Kak Eny, Rendeng sekeluarga, Bertha, Hen, Puri, Shanty, Fretty, Meta, Ciput, Kak Erni, Kak Mery, Kak Veron, Kak Siska, Kak Ochy, Kak Priska, Amoy,
Bang Wanto, Bebe, Bang Joe, Fifi, Linda, Kris, Kak Ken, Kak Beny trimakasih untuk doa, semangat, kebersamaan dan keceriaan kita.
12. Teman-teman seperjuanganku: Yuni, Kristin, Fifi, Sintha, Ayu, Mita 03 terimakasih untuk doa, kerjasama, dukungannya.
13. Seluruh laboran dari lantai satu sampai empat, terutama Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Andri dan Mas Otok yang telah banyak membantu selama penelitian sampai skripsi dapat diselesaikan.
14. Teman-teman kelompok praktikum F angkatan 2002 atas kebersamaan, kerjasama dan dukungannya.
15. Teman-teman kelas C angkatan 2002 untuk kebersamaan dan dukungannya.
16. Teman-teman KKN : Lia, Kate, Sari, Sunu, Una’, Mas Agung, Cipluk, Anggi, Fani terimakasih untuk pelajaran hidup yang berharga, canda tawa dan kebersamaan kita.
17. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dari awal sampai skripsi ini bisa selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang berguna demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Tuhan selalu memberkati semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Yogyakarta, Januari 2007 Penulis
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Januari 2007 Penulis
(Agustina Wira Paribasa)
INTISARI
Dandang gendis [Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau] merupakan tanaman famili Acanthaceae. Beberapa penyakit yang disebabkan bakteri dapat diobati dengan daun dandang gendis misalnya disentri, diare, buang air besar berlendir dan radang usus. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun dandang gendis yang diduga mempunyai potensi antibakteri adalah senyawa fenolik, saponin, alkaloid, terpenoid, flavonoid dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun dandang gendis memiliki potensi antibakteri terhadap E. coli.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap E. coli dilakukan dengan metode difusi.
Hasil uji potensi antibakteri dengan metode difusi menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun dandang gendis tidak memiliki potensi antibakteri.
Kata kunci : potensi antibakteri, daun dandang gendis, E. coli, metode difusi.
ABSTRACT
Dandang gendis [Clinachantus nutans (Burm.f.) Lindau] is a plant of Acanthaceae. The diseases that caused by bacteria can be cured with dandang gendis leaves for example diarrhea, dysentry, treatment.The constituent that is considered to responsible for its antibacterial potency are its fenolic compound, saponins, alkaloids, terpenoids, flavonoids and essential oil. This research aimed to to know if that extract has antibacterial potency to E. coli or not
This research is purely experimental with one way randomized completely design. The extract tested for its antibacterial potency by using diffusion method
The result of antibacterial potency testing by using diffusion method showed that ethanol extract of dandang gendis’s has noantibacterial potency.
Keywords : antibacterial potency, dandang gendis leaves, E. coli , diffusion method.
3. Kandungan Kimia... 4. Khasiat dan kegunaan... B. Penyarian... C. Ekstrak... D. Kromatogarafi Lapis Tipis (KLT)... E Media... F. Sterilisasi... G. Metode Pengujian Potensi Antibakteri... H. Escherichia coli... I. Antibakteri... J. Keterangan empiris... BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... A. Jenis dan Rancangan Penelitian... B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 1. Variabel Penelitian... 2. Definisi Operasional... C. Bahan dan Alat Penelitian...
1. Bahan... 2. Alat... D. Tata Cara Penelitian... 1. Identifikasi tanaman... 2. Pengumpulan bahan, pengeringan dan pembuatan serbuk... 3. Uji indeks buih untuk saponin...
4. Pembuatan ekstrak etanol... 5. Identifikasi kualitatif senyawa ekstrak etanol daun dandang gendis dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)... 6. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis
terhadap Escherichia coli dengan metode difusi... E. Analisis Hasil... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... A. Identifikasi Tanaman... B. Pengumpulan Bahan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk... C. Uji Indeks Buih Untuk Saponin... D. Pembuatan Ekstrak Etanol... E. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Etanol Daun dandang
gendis dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)... F. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dandang gendis
DAFTAR TABEL
Tabel I. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun dandang
gendis... 20 Tabel II. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan saponin dengan metode KLT... 28 Tabel III. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan alkaloid dengan metode KLT... 29 Tabel IV. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan senyawa fenolik dengan metode KLT... 30 Tabel V. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan terpenoid dengan metode KLT... 32 Tabel VI. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan flavonoid dengan metode KLT... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi... 39
Lampiran 2. Foto Tanaman Dandang Gendis [ Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau]... 40 Lampiran 3. Foto Daun Dandang Gendis [ Clinacanthus nutans (Burm.f.)
Lindau]... 41 Lampiran 4. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Saponin
Deteksi Dengan Pereaksi Semprot Anisaldehid-asam sulfat 42 Lampiran 5. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Alkaloid
DeteksiUV 254 nm... 43 Lampiran 6. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Alkaloid
Deteksi UV 365 nm... 44 Lampiran 7. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Alkaloid
Deteksi Dengan Pereaksi Semprot Dragendorff... 45 Lampiran 8. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik
Deteksi UV 254 nm... 46
Lampiran 9. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik
Deteksi Dengan Pereaksi Semprot FeCl3... 47
Lampiran 10. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Terpenoid
Deteksi UV 254 nm... 48 Lampiran 11. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Terpenoid
Deteksi UV 365 nm... 49 Lampiran 12. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Terpenoid
Deteksi Dengan Pereaksi Semprot Vanilin-asam sulfat... 50 Lampiran 13. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Flavonoid
Deteksi UV 254 nm... 51 Lampiran 14. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Flavonoid
Deteksi UV 365 nm... 52 Lampiran 15. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Flavonoid
Deteksi Uap Amonia... 53
Lampiran 16. Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis [ Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau]
Dengan Metode Difusi... 54 Lampiran 17 Foto Uji Indeks Buih... 55
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai kurang lebih 30.000 spesies tanaman obat dengan 1000 spesies yang sudah diketahui memiliki zat aktif dan 800 spesies sudah menjadi ramuan dan telah menunjukkan khasiatnya sebagai obat suatu penyakit (Siswoyo, 2004). Daun dandang gendis berkhasiat sebagai obat diare, disentri, radang usus, buang air besar berlendir. Kandungan kimia daun dandang gendis yaitu saponin, polifenol (Anonim, 2005 b), alkaloid, minyak atsiri, terpenoid (Suharty, 2004), cerebrocides, monolinolenylgalactosylglycerol (Taylor and Tuntiwachwuttikul, 2004). Senyawa fenolik, saponin dan minyak atsiri, terpenoid, flavonoid dan alkaloid diduga mempunyai potensi antibakteri. Dalam masyarakat, sediaan yang digunakan adalah infus dan seduhan daun dandang gendis (Anonim, 2005 c). Penyari yang digunakan pada infus dan seduhan adalah air. Air dipertimbangkan sebagai penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah, tetapi penggunaan air sebagai penyari juga ada kerugiannya yaitu tidak selektif, sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak dan untuk pengeringan dibutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu sediaan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk ekstrak etanol daun dandang gendis. Etanol dipilih sebagai penyari untuk mendapatkan zat aktif yang terlarut dalam pelarut polar khususnya saponin, senyawa fenol, flavonoid. Selain itu etanol juga lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral, etanol dapat
2
bercampur dengan air dalam segala perbandingan dan panas yang dibutuhkan untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim, 1986).
Salah satu khasiat dari daun dandang gendis yaitu sebagai obat diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak penderitanya, khususnya di negara berkembang dengan insiden dan mortalitas yang tinggi. Penyebab diare yang terbanyak karena infeksi bakteri Escherichia coli. Pengobatan diare dengan tujuan untuk mengobati penyebabnya, misalnya memberantas bakteri dilakukan dengan antibiotika (Anonim, 1999). Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan bakteri uji E.coli.
Dalam usaha untuk mendapatkan bukti secara ilmiah tentang khasiat daun dandang gendis terutama sebagai obat diare yang disebabkan bakteri, maka perlu dilakukan penelitian ini.
1. Permasalahan
Permasalahan dari penelitian ini adalah :
Apakah ekstrak etanol daun dandang gendis mempunyai potensi antibakteri terhadap E. coli dengan metode difusi?
2. Keaslian penelitian
3
menghambat pertumbuhan E. coli. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini menggunakan ekstrak etanol, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suharty (2004) menggunakan ekstrak n-heksan.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis
Memberi informasi yang berguna bagi ilmu kefarmasian dalam hal penemuan obat baru dari bahan tumbuhan.
b. Manfaat praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun dandang gendis dapat dijadikan sebagai obat tradisional.
B. Tujuan Penelitian
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Dandang gendis 1. Keterangan botani
Dandang gendis merupakan tumbuhan yang termasuk dalam suku Acanthaceae dengan marga Clinacanthus dan jenis Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau (Anonim, 2006 a).
Sinonim dandang gendis : Beloperone fulgina Hassk dan Clinacanthus burmani Ness. Nama umum/nama dagangnya gendis. Di Jawa tumbuhan ini dikenal dengan nama gendis dan di daerah Sunda dikenal dengan nama Ki tajam (Anonim, 2006 a). Di Thailand dikenal dengan nama Payayor atau Phaya Yo (Anonim, 2005a).
2. Deskripsi
Tumbuhan dandang gendis merupakan tanaman perdu tahunan dengan tinggi lebih kurang 2,5 m. Batang berkayu, tegak, beruas, dan berwarna hijau. Daun tunggal, berhadapan, bentuk lanset, panjang 8-12 cm, lebar 4-6 mm, bertulang menyirip, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di ketiak daun dan di ujung batang, mahkota bunga berbentuk tabung, panjang 2-3 cm berwarna merah muda. Buah kotak, bulat memanjang berwarna coklat. Biji kecil, berwarna hitam. Akar tunggang, berwarna putih kotor (Anonim, 2006 a).
5
1. Kandungan kimia
Daun dandang gendis mengandung saponin dan polifenol (Anonim, 2005 b), cerebrocides, monolinolenylgalactosylglycerol (Taylor and Tuntiwachwuttikul, 2004), alkaloid, flavonoid dan terpenoid (Suharty, 2004), alkaloid, saponin, flavonoid, senyawa fenol Diantini (2003). Menurut Soedibyo (1998), daun dandang gendis mengandung alkaloid, saponin, dan minyak atsiri. 4. Khasiat dan kegunaan
6
B. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida, glikosida, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat (Anonim, 1986). Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah selektivitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, aman dan ramah lingkungan (Sidik & Mudahan, 2000).
Cara penyarian dapat dibedakan menjadi : 1. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian (menyari simplisia dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit) yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Anonim, 1986). 2. Maserasi
7
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim,1986).
3. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut : serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan maserasi karena : (Anonim, 1986)
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
8
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim, 1986).
4. Penyarian berkesinambungan
Prinsip kerjanya yaitu cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap penyari mengembun karena diinginkan oleh pendingin balik. Embun turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu. Cairan akan menguap kembali berulang proses seperti di atas (Anonim, 1986).
C. Ekstrak
Ekstrak didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung campuran komponen kimia suatu simplisia yang larut dalam pelarut yang digunakan. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak dipilih pelarut yang baik (optimal) dapat melarutkan senyawa bioaktif. Kebijakan dan peraturan pemerintah membatasi cairan apa yang diperbolehkan dan mana yang dilarang. Pelarut yang diperbolehkan air, etanol serta campurannya. Metanol dihindari penggunaannya karena sifatnya yang toksik (Sidik & Mudahan, 2000).
9
etanol 20% keatas; dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan; pengeringan diperlukan waktu sebentar. Etanol dapat melarutkan alkaloid, glikosida, flavonoid, damar, klorofil, lemak, tanin dan saponin (Anonim,1986).
D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis adalah suatu cara pemisahan yang berdasarkan pada pembagian campuran senyawa-senyawa dalam 2 fase, fase gerak dan fase diam. Bahan penyerap disebut juga fase diam, fase stasioner atau fase tak bergerak sebab bahan ini memang tetap tinggal diam selama proses kromatografi, fase diam yang hendak digunakan untuk KLT adalah silika gel, alumina, selulosa dan lain-lain. Fase gerak adalah media angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut (Stahl, 1985).
Pemisahan komponen-komponen yang ada dapat digunakan bermacam-macam pelarut dari polar sampai non polar, misal : air, metanol, etanol, aseton, etil setat, dietil eter, kloroform, atau beberapa campuran (Stahl, 1985).
10
E. Media
Media merupakan bahan atau subsrat yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan. Media biasanya mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan mikroorganisme, yaitu sebagai sumber energi, sumber nitrogen, serta ion organik esensial dan kebutuhan lain seperti vitamin dan asam amino. Selain itu media juga harus mempunyai suhu dan pH yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme. Media sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan (Unus, 1985).
F. Sterilisasi
Bahan ataupun peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi, harus dalam keadaan steril. Artinya pada bahan atau peralatan tersebut tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang akan mengganggu atau merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan.
11
G. Metode Pengujian Potensi Antibakteri 1. Metode difusi
Prinsip metode difusi yaitu pengukuran potensi antimikroba berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan pertumbuhan mikroba karena berdifusinya obat dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz, Melnick, Adelberg, 1991). Metode difusi meliputi :
a. Cara Kirby Bauwer
Kapas lidi steril dicelupkan dalam suspensi bakteri atau jamur yang konsentrasi 108 CFU/ml, lalu ditekankan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah. Kemudian kapas lidi ditekankan pada permukaan media rata. Pada permukaan media diletakkan kertas cakram atau disk yang mengandung larutan antimikroba dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam (Edber, 1986).
b. Cara sumuran
Pada agar yang telah ditanami mikroba, dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu. Dan ke dalam sumuran diberi larutan uji dan diinkubasikan pada 37oC selama 18-24 jam (Edber, 1986).
c. Cara pour plate
12
2. Metode dilusi
Prinsip metode dilusi adalah obat atau senyawa antimikroba diencerkan sehingga diperoleh beberapa konsentrasi. Prosedur uji dilusi digunakan untuk mencari Kadar Hambat Minimal (KHM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh mikroba (Anonim, 1993). Pada dilusi masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi mikroba dalam media cair kemudian diamati pertumbuhan mikroba uji yang tampak berdasarkan kekeruhan media (Jawetz dkk.,1991).
H. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,5 µm x 3,0 µm gram negatif, bergerak atau tidak bergerak (Salle, 1961). E. coli adalah bakteri yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Tumbuh dengan mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar & Chan, 1988).
13
kolera. Enteroinvasive E. coli menyebabkan diare seperti disentri yang disebabkan oleh Shigella (Karsinah, Lucky, Suharto, Mardiastuti, 1994).
I. Antibakteri
Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Obat ini harus bersifat sangat toksik untuk bakteri, namun relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksik selektif yang absolut belum atau mungkin juga tidak akan diperoleh ( Sulistia, 1995).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibakteri bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) sedangkan kadar minimal untuk membunuh bakteri dikenal dengan istilah Kadar Bunuh Minimal (KBM) ( Sulistia, 1995).
J. Keterangan empiris
Penyakit diare kebanyakan disebabkan oleh E. coli. Daun dandang gendis berkhasiat untuk mengobati diare dan disentri. Kandungan kimia daun dandang gendis yang diduga memiliki potensi antibakteri adalah senyawa fenolik, saponin, minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, terpenoid.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas : ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% b/v.
b. Variabel tergantung : diameter zona hambat.
c. Variabel pengacau terkendali : media pertumbuhan mikroba uji (Nutrien
Agar), waktu inkubasi 24 jam, suhu inkubasi 37oC, kepadatan suspensi bakteri
uji setara dengan larutan standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml), umur tanaman
± 2 tahun, tempat tumbuh tanaman dandang gendis (Laboratorium Kebun
Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma), suhu pengeringan daun
dandang gendis dengan oven suhu ± 45oC.
2.Definisi operasional
a. Potensi antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk menghambat atau membunuh bakteri uji E. coli.
15
b. Ekstrak etanol daun dandang gendis adalah ekstrak yang diperoleh dengan
cara mengekstraksi daun dandang gendis dengan perkolasi menggunakan
larutan penyari etanol 70%.
c. Metode difusi merupakan metode difusi dengan cara sumuran yaitu pada agar
yang telah ditanami bakteri, dibuat sumuran. Ke dalam sumuran diberi larutan
uji dan diinkubasi pada 37ºC,18-24 jam.
d. Zona hambat adalah zona jernih yang tidak dijumpai pertumbuhan bakteri uji
E. coli dan zona yang masih terdapat bakteri uji E. coli dalam jumlah yang sedikit.
e. Daun dandang gendis diambil dari tanaman dandang gendis berumur 2 tahun
yang diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
f. Kultur murni E. coli dari Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan
a. Daun dandang gendis diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Kultur murni bakteri E. coli (ATCC 35218) diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
c. Medium Nutrien Agar (NA), larutan Mc Farland II (6.108 CFU/ml), paper
16
Merck), kloroform, metanol, butanol, asam asetat glasial, etil asetat, toluen,
p.a (Merck), pereaksi semprot Anisaldehid-asam sulfat, pereaksi semprot
vanilin-asam sulfat, pereaksi semprot FeCl3, pereaksi semprot Dragendorff,
uap amoniak, ekstrak etanol buah Lerak (Sapindi rarak Fructus), ekstrak
etanol Liquiritiae Radix, timol p.a (Merck), rutin p.a (Merck), skopolamin p.a
(Merck).
2. Alat
Perkolator, corong pisah (Pyrex), Beaker glass, cawan petri, tabung reaksi,
Erlenmeyer, flakon, pipet volume (Pyrex), jarum ose, sumuran no. 3, spreader,
Mikropipet (Ependrof-Netler-Hinz), Plastic wrap, incubator (Memmert, type BE
40, GmbH+CoKG-D91126, Swahaban FRG, Germany), autoklaf (Model KT-40,
ALP co, Lt, Hamurashi Tokyo, Japan), plat KLT, anisaldehid asam sulfat, lampu
UV, neraca analitik (Mettler PC 2000), Microbiologycal Safety Cabinet (MSC),
penyerbuk (Retsch bv), oven (Memmert, Germany), Rotary evaporator (Janke &
Kunkel, Ika-labotechnik, RVO5-ST).
D. Tata Cara Penelitian 1. Identifikasi tanaman
Identifikasi tanaman dandang gendis dilakukan secara makroskopis
dengan mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan yang dimiliki tanaman dandang
gendis menggunakan pustaka Anonim (2006 a) dan mencocokkan tanaman
dandang gendis dengan gambar tanaman dandang gendis yang tertera pada
17
2. Pengumpulan bahan, pengeringan dan pembuatan serbuk
Daun dandang gendis didapat dari kebun tanaman obat Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada saat panen diambil daun yang telah
tua dan dipilih daun yang telah membuka sempurna dan terletak dibagian cabang
atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Daun dandang gendis yang
telah dikumpulkan dicuci bersih, kemudian diletakkan pada nampan dan
diangin-anginkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 45οC sampai kering dengan ciri
daun mudah dipatahkan menggunakan tangan, setelah itu daun diserbuk dan
diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh 12/50.
3. Uji indeks buih untuk saponin
Sebanyak 0,5 g serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat
selama 10 detik. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuk buih mantap
selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan
1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (Anonim, 1995). 4. Pembuatan ekstrak etanol
Sebanyak 100 g serbuk kering daun dandang gendis dibasahi dengan
etanol 70 % 1 cm diatas permukaan serbuk selama 24 jam, kemudian dimasukkan
ke dalam perkolator sambil dipadatkan dengan batang pengaduk. Pada bagian
ujung perkolator disumbat dengan kapas dan kertas saring. Diatas perkolator
dipasang corong pisah untuk cairan penyari. Kran perkolator dibuka sampai cairan
menetes dengan kecepatan 1 ml/menit. Cairan penyari ditambah berulang-ulang
18
Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan dengan vacum rotary evaporator.
Hasil yang diperoleh ditimbang dan disimpan pada botol gelas dalam eksikator.
5. Identifikasi kualitatif senyawa ekstrak etanol daun dandang gendis dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)
a. Uji KLT saponin
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254. Fase gerak yang
digunakan adalah kloroform, metanol (95 : 5) yaitu fase gerak yang digunakan
untuk mengidentifikasi saponin. Ekstrak etanol daun dandang gendis dan
pembanding yaitu ekstrak buah lerak ditotolkan pada lempeng KLT menggunakan
pipa kapiler berukuran 5µl dengan konsentrasi 10 %. Langkah selanjutnya adalah
pengelusian lempeng dengan jarak rambat 10 cm. Setelah elusi selesai, bercak
dideteksi dengan pereaksi anisaldehid - asam sulfat dan diamati secara visibel.
Bercak berwarna violet - biru setelah disemprot anisaldehid - asam sulfat
menujukkan adanya senyawa saponin. Harga Rf bercak pembanding juga
dibandingkan dengan Rf pembanding, apabila memiliki harga yang hampir serupa
maka bahan uji mengandung senyawa saponin.
b. Uji KLT alkaloid
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak yang
digunakan adalah etil asetat, metanol, air (70:20:10). Sebagai pembanding
digunakan skopolamin. Sampel dan pembanding ditotolkan bersama-sama pada
lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi
dibawah sinar UV 254 nm dan UV 365 nm, kemudian dideteksi dengan pereaksi
19
tampak pemadaman bercak. Beberapa alkaloid pada sinar UV 365 nm akan
berfluoresensi biru atau kuning. Dengan pereaksi semprot Dragendorff, alkaloid
akan tampak coklat atau orange. Harga Rf pembanding juga dibandingkan dengan
harga Rf sampel.
c. Uji KLT senyawa fenolik
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak yang
digunakan adalah toluen, etil asetat, metanol (70:20:10). Pembanding yang
digunakan yaitu timol. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT,
kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm) dan dikeringkan. Deteksi dilakukan
dibawah sinar UV 254 nm dan pereaksi semprot FeCl3. Terjadi pemadaman
bercak pada sinar UV 254 nm. Deteksi dengan pereaksi semprot FeCl3 akan
memberikan warna merah hitam, merah coklat, biru, merah muda dampai hijau
kebiruan bila mengandung senyawa fenolik. Harga Rf pembanding dibandingkan
dengan harga Rf sampel.
d. Uji KLT terpenoid
Fase diam yang digunakan silika gel GF 254 dan fase gerak yang
digunakan yaitu toluen, etil asetat (93:7). Pembanding yang digunakan yaitu
ekstrak etanol Liquiritae Radix. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng
KLT kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dengan
sinar UV 254 nm, sinar UV 365 nm dan dengan pereaksi semprot vanilin-asam
sulfat dan dipanaskan pada suhu 100oC selama 10 menit. Pada sinar UV 254 nm
akan terjadi pemadaman, pada sinar UV 365 nm kebanyakan terpenoid
20
setelah disemprot dengan pereaksi vanilin-asam sulfat (dipanaskan pada suhu
100oC selama 10 menit) akan tampak warna merah-ungu, coklat-merah, biru-hijau
biru dan biru-abu-abu Harga Rf bercak pembanding dibandingkan dengan harga
Rf bercak sampel.
e. Uji KLT flavonoid
Fase diam yang digunakan yaitu selulosa dan fase gerak yang digunakan
adalah butanol, asam asetat glasial, air (4:1:5). Pembanding yang digunakan
adalah rutin. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT kemudian
dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dengan UV 254 nm, bila
mengandung flavonoid akan berwarna hijau kekuningan, deteksi juga dilakukan
pada UV 365 nm yang apabila mengandung flavonoid akan menghasilkan warna
lembayung tua (ungu tua). Deteksi dengan uap amonia akan menghasilkan warna
kuning apabila mengandung flavonoid. Kemudian harga Rf pembanding
dibandingkan dengan harga Rf sampel.
6. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap Escherichia coli dengan metode difusi
a. Pembuatan konsentrasi larutan uji
Tabel I. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun dandang gendis
21
Sebagai kontrol negatif digunakan DMSO dan kontrol positif ampicilin
(125mg/5ml)
b. Pembuatan suspensi bakteri uji E. coli
Beberapa ose biakan murni bakteri uji diinokulasikan pada 10 ml aquadest
steril, dihomogenkan dengan vortex, kemudian disesuaikan kekeruhannya dengan
larutan standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml). Suspensi bakteri yang diperoleh
telah siap diinokulasikan ke dalam media nutrien agar yang steril.
c. Pembiakan suspensi E. coli secara pour platting
Suspensi bakteri uji sebanyak 1 ml diinokulasikan ke dalam 25 ml nutrien
agar dalam Erlenmeyer steril lalu digoyang agar homogen. Media yang telah
berisi bakteri kemudian dituang dalam petri steril lalu digoyang kembali supaya
homogen.
d. Pengujian potensi antibakteri
Pengujian potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis
dilakukan dengan metode difusi secara sumuran. Ke dalam media padat yang
telah berisi bakteri dibuat sumuran berdiameter 6 mm. Setelah itu, ditetesi dengan
seri konsentrasi senyawa uji sebanyak 20 µl, sebagai kontrol positif digunakan
ampicilin dan kontrol negatif digunakan DMSO masing-masing sebanyak 20 µl,
lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Diukur diameter zona hambatnya
22
E. Analisis Hasil
Analisis hasil dilakukan secara deskriptif. Potensi antibakteri ekstrak etanol daun
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Tanaman
Daun dandang gendis diambil dari kebun obat Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta diidentifikasi secara makroskopis di
Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta menurut acuan Anonim (2006 a) dan Anonim (2006 b). Dari hasil
identifikasi yang dilakukan berdasarkan kedua acuan tersebut, tanaman dandang
gendis yang digunakan dalam penelitian ini diketahui memiliki nama ilmiah
Clinacanthus nutans (Burm. F.) Lindau (lampiran 1).
B.Pengumpulan Bahan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk
Daun dandang gendis diambil dari tanaman dandang gendis diperoleh
dari kebun tanaman obat Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta yang berumur sekitar 2 tahun. Pada saat panen diambil daun yang
telah tua dan dipilih daun yang telah membuka sempurna dan terletak dibagian
cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna hal ini dimaksudkan
agar kandungan senyawa aktif dari daun dandang gendis dalam jumlah yang
terbesar. Daun dandang gendis yang telah dikumpulkan dicuci bersih. Pencucian
dilakukan dengan air mengalir untuk menghilangkan pengotor yang melekat pada
daun dandang gendis. Setelah bersih, daun diletakkan pada nampan dan
diangin-anginkan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 45οC karena dengan oven
24
suhu, kelembaban dan aliran udaranya dapat diatur. Pengeringan dilakukan
sampai keadaan daun mudah dipatahkan menggunakan tangan. Pengeringan
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan bahan tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik maka penurunan mutu atau perusakan simplisia
dapat dicegah. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan mikroorganisme lainnya. Enzim
tertentu dalam sel masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah
sel mati dan selama kadar air simplisia lebih dari 10 %.
Daun yang sudah kering kemudian diserbuk. Penyerbukan dilakukan
untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas permukaan yang kontak dengan
pelarut semakin besar, dengan demikian dalam proses penyarian kandungan zat
aktif yang terlarut lebih banyak. Pengayakan dilakukan dengan menggunakan
penyerbuk (Retsch bv) dan diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh
12/50. Tujuan dari pengayakan untuk memperoleh derajat kehalusan serbuk yang
optimal sehingga proses penyarian dapat berlangsung dengan baik.
C. Uji Indeks Buih Untuk Saponin
Pada uji indeks buih diperoleh buih yang mantap dengan tinggi buih 1,8
cm setelah dibiarkan selama 10 menit dan buih tidak hilang pada penambahan 1
tetes asam klorida 2 N. Hal tersebut menunjukkan bahwa daun dandang gendis
mengandung saponin. Hasil uji indeks buih yang diperoleh tersebut sudah sesuai
25
dapat menurunkan tegangan permukaan air. Seperti sabun, saponin mempunyai
molekul besar yang mengandung gugus lipofilik (hidrofobik) dan hidrofilik.
Dengan adanya air, gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus
lipofil akan menjauhi air. Hal ini mengakibatkan penurunan tegangan permukaan
air yang dapat menimbulkan buih.
D. Pembuatan Ekstrak Etanol
Ekstraksi daun dandang gendis dilakukan dengan perkolasi. Perkolasi
adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk yang telah dibasahi. Sebelum dilakukan perkolasi serbuk perlu dibasahi
terlebih dahulu agar penyarian dapat berjalan dengan baik, maka udara yang
terdapat dalam pori-pori harus dihilangkan dan diganti dengan cairan penyari.
Selain itu pembasahan serbuk juga dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam
simplisia sehingga seluruh sel serbuk mengembang dan cairan penyari dapat
menembus sel dengan sempurna. Prinsip perkolasi yaitu serbuk ditempatkan
dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel – sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Keuntungan metode perkolasi adalah aliran cairan penyari
menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
26
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan
pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan
perbedaan konsentrasi. Makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar daya
dorong untuk melanjutkan pemindahan massa maka penyarian akan semakin
cepat.
Penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk yang bersentuhan
dengan cairan penyari semakin luas, sehingga semakin halus serbuk semakin baik
penyariannya. Derajat halus serbuk daun dandang gendis mengikuti derajat halus
serbuk simplisia yaitu 4/18. Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor
pengayak artinya menunjukkan jumlah lubang tiap cm dihitung searah dengan
panjang kawat.
Pada penelitian ini digunakan pengayak dengan no mesh yang artinya
menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm. Ayakan yang seharunya digunakan
adalah pengayak 10/45 yaitu hasil konversi 4/18 dikalikan 2,54 cm, tetapi karena
keterbatasan alat maka digunakan pengayak dengan nomor mesh 12/50. Serbuk
hasil pengayakan menggunakan pengayak no mesh 12/50 lebih halus
dibandingkan jika menggunakan pengayak 10/45. Serbuk yang terlalu halus dapat
mengganggu jalannya penyarian karena dapat menyebabkan penyumbatan
sehingga cairan penyari tidak dapat turun melalui serbuk disebabkan ruang antar
sel berkurang. Selain itu serbuk yang terlalu halus juga dapat melalui penyaring
sehingga tercampur ke dalam ekstrak membentuk suspensi yang sulit dipisahkan
partikel-27
partikel halus tadi. Penyarian serbuk daun dandang gendis berjalan dengan lancar
dan kesulitan tersebut diatas tidak terjadi.
E. Identifikasi Kualitatif SenyawaEkstrak Etanol Daun Dandang Gendis Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
a. Uji KLT saponin
Identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis dilakukan
dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Analisis dengan KLT
mempunyai beberapa keuntungan yaitu waktu yang dibutuhkan singkat, dapat
memberikan pemisahan yang baik, penanganannya sederhana, cuplikan dan
pelarut yang digunakan sedikit. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF
254 sedangkan fase gerak yang digunakan adalah kloroform, metanol (95 : 5)
yaitu fase gerak yang digunakan untuk mengidentifikasi saponin. Ekstrak etanol
daun dandang gendis dan pembanding yaitu ekstrak etanol buah lerak ditotolkan
pada lempeng KLT menggunakan pipa kapiler berukuran 5µl dengan konsentrasi
10 %. Setelah penotolan, lempeng KLT kemudian dielusi dalam bejana yang
jenuh akan uap dari fase gerak. Tujuan penjenuhan bejana adalah agar perambatan
dapat berlangsung optimal. Pengembangan dilakukan sampai pada jarak rambat
10 cm, setelah itu lempeng diangkat dan diangin-anginkan.
Pengamatan dilakukan dengan pereaksi semprot anisaldehid asam sulfat
(tabel II). Pada lempeng kromatografi yang disemprot dengan pereaksi
anisaldehid asam sulfat kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 110οC
28
Tabel II. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan saponin dengan metode KLT
Deteksi
Adanya saponin ditunjukkan dengan menggunakan pereaksi anisaldehid
asam sulfat. Setelah disemprot anisaldehid-asam sulfat maka bercak akan
berwarna biru sampai biru violet dan beberapa waktu akan menjadi kuning.
Berdasarkan hasil uji KLT yang dilakukan setelah disemprot anisaldehid asam
sulfat muncul bercak ungu kehitaman pada sampel uji maupun pembanding
dengan harga Rf 0,45. Hasil tersebut menunjukkan adanya saponin dalam daun
dandang gendis (Lampiran 4).
b. Uji KLT alkaloid
Pada deteksi senyawa alkaloid digunakan fase diam silika gel GF 254
yang bersifat polar dan fase gerak etil asetat, metanol, air, (70:20:10) yang
29
UV 254 nm menunjukkan adanya pemadaman bercak pada sampel maupun pada
pembanding. Pada UV 365 nm terjadi fluoresensi kuning pada sampel tetapi tidak
pada pembanding. Menurut Wagner, Bladt, and Zgainski (1984) dengan pereaksi
semprot Dragendorff, alkaloid akan memberikan warna bercak coklat atau orange.
Setelah disemprot dengan pereaksi Dragendorff pada uji KLT ini diperoleh warna
bercak orange kemerahan pada sampel dan pembanding dengan harga Rf sampel
0,10 dan harga Rf pembanding 0,53. Dari hasil uji kualitatif dengan KLT diduga
mengandung alkaloid (Lampiran 5, lampiran 6, lampiran 7).
Tabel III. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan alkaloid dengan metode KLT
Deteksi
1 0,10 Meredam 0,10 Fluoresen
si kuning
c. Uji KLT senyawa fenolik
Pada uji kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan
senyawa fenolik, dilakukan deteksi pada sinar UV 254 nm dan dengan pereaksi
semprot FeCl3. Pada sinar UV254 nm terjadi pemadaman bercak baik pada
sampel maupun pembanding dengan harga Rf yang sama yaitu 0,80. Senyawa
30
FeCl3 senyawa fenolik akan memberikan warna merah hitam, merah coklat, biru,
merah muda sampai hijau kebiruan. Dari uji yang dilakukan setelah disemprot
FeCl3 baik sampel maupun pembanding diperoleh warna bercak kecoklatan
dengan harga Rf 0,80 (Lampiran 8, lampiran 9). Dari hasil yang diperoleh sampel
yang diuji kemungkinan mengandung senyawa fenolik.
Tabel IV. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan senyawa fenolik dengan metode KLT
Deteksi
d. Uji KLT terpenoid
Pada uji kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan
terpenoid, dilakukan deteksi pada sinar UV 254 nm,UV 365 nm dan dengan
pereaksi semprot Vanilin-asam sulfat. Pada sinar UV 254 nm tampak terjadi
pemadaman bercak untuk bercak nomor 1, 2 dan 3 pada sampel dengan harga Rf
0,15 untuk bercak nomor 1, 0,34 untuk bercak nomor 2 dan 0,72 untuk bercak
nomor 3 sedangkan untuk pembanding terjadi pemadaman bercak untuk semua
31
1 dengan harga Rf 0,15 dan warna bercak merah, bercak nomor 2 dengan harga
Rf 0,34 dan warna bercak ungu, bercak nomor 3 dengan harga Rf 0,72 dan warna
bercak ungu. Sedangkan untuk pembanding terdapat 8 bercak dan semua bercak
berfluoresensi.
Setelah disemprot dengan vanilin-asam sulfat dan dipanaskan pada suhu
100oC selama 10 menit, pada sampel terdapat 5 bercak yaitu bercak nomor 1
dengan harga Rf 0,15 dengan warna bercak abu-abu, bercak nomor 2 dengan
harga Rf 0,34 dengan warna bercak abu-abu, bercak nomor 3 dengan harga Rf
0,40 dengan warna bercak abu-abu kecoklatan, bercak nomor 4 dengan harga Rf
0,60 dengan warna bercak biru-abu-abu dan bercak nomor 5 dengan harga Rf 0,73
dengan warna bercak abu-abu kecoklatan. Pada pembanding terdapat 8 bercak
yaitu bercak nomor 1 dengan harga Rf 0,18 dengan warna bercak merah
kehitaman, bercak nomor 2 dengan harga Rf 0,34 dengan warna bercak merah,
bercak nomor 3 dengan harga Rf 0,42 dengan warna bercak merah, bercak nomor
4 dengan harga Rf 0,52 dengan warna bercak ungu, bercak nomor 5 dengan harga
Rf 0,62 dengan warna bercak biru abu-abu bercak nomor 6 dengan harga Rf 0,73
dengan warna bercak merah, bercak nomor 7 dengan harga Rf 0,85 dengan warna
bercak orange, bercak nomor 8 dengan harga Rf 0,95 dengan warna bercak
merah.
Dari hasil uji KLT untuk pemeriksaan terpenoid diduga ekstrak etanol
daun dandang gendis mengandung terpenoid, dapat dilihat setelah disemprot
32
untuk sampel yang memiliki warna bercak yang sama dan harga Rf yang hampir
sama.
Tabel V. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan terpenoid dengan metode KLT
Deteksi
UV 254 UV 365 Vanilin-asam sulfat
Bercak No
e. Uji KLT flavonoid
Pada pemeriksaan flavonoid dilakukan deteksi pada UV 254 nm, UV 365
nm dan dengan uap amoniak. Pada sinar UV 254 nm diperoleh warna bercak hijau
kekuningan baik pada sampel maupun pembanding dengan harga Rf sampel 0,95
33
bercak yaitu bercak nomor 1 dengan harga Rf 0,37 dengan bercak berfluoresensi,
bercak nomor 2 dengan harga Rf 0,60 dengan bercak berfluoresensi, bercak
nomor 3 dengan harga Rf 0,74 dengan bercak berfluoresensi dan bercak nomor 4
dengan harga Rf 0,95 dengan warna bercak lembayung tua (ungu tua). Setelah
diuapi amoniak, bercak pembanding maupun sampel berwarna kuning dengan
harga Rf pembanding 0,68 dan harga Rf sampel 0,95. Berdasarkan hasil yang
diperoleh sampel diduga mengandung flavonoid.
Tabel VI. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan flavonoid dengan metode KLT
Deteksi
34
E. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Terhadap Escherichia coli dengan Metode Difusi
Pengujian potensi antibakteri dilakukan secara difusi menggunakan
metode sumuran. Prinsip metode difusi yaitu senyawa uji ditempatkan dalam
media padat yang telah diinokulasi bakteri uji. Senyawa uji akan berdifusi ke
dalam media dan menghambat pertumbuhan bakteri uji. Sumuran yang dibuat
berdiameter 6 mm, konsentrasi ekstrak etanol yang digunakan 20%, 40%, 60%,
80% b/v dengan pelarut DMSO. Kontrol negatif yang digunakan yaitu DMSO dan
kontrol positif ampisilin (125 mg/5 ml).
Pada pengujian potensi ini, ekstrak dilarutkan dengan DMSO karena
DMSO merupakan surfaktan yang dapat melarutkan ekstrak supaya senyawa
dalam ekstrak dapat berdifusi ke dalam media agar. Ampisilin dipilih sebagai
kontrol positif karena ampisilin merupakan antibiotik yang diketahui dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
Volume ekstrak, kontrol positif dan kontrol negatif yang dimasukkan ke
dalam sumuran adalah 20 µl. Setelah diinkubasi selama 24 jam, hasil yang
diperoleh kontrol negatif tidak menunjukkan zona hambat, kontrol positif
menunjukkan adanya zona jernih disekitar sumuran dengan diameter yang sama
disetiap replikasi yaitu 2,6 cm sedangkan semua variasi konsentrasi ekstrak tidak
menunjukkan adanya zona hambat. Hal ini berarti tidak menunjukkan adanya
penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji yaitu E. coli. Dalam penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ekstrak etanol daun dandang gendis tidak mempunyai potensi antibakteri terhadap E. coli dengan metode difusi.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian menggunakan bakteri yang berbeda misalnya S. aureus dan S. dysenteriae.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 6-7, 16-17, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1993, Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 27-29, 115-116, Bagian
Mikrobiologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, 210-215, 336, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
Anonim, 1999, Diare Jangan Diremehkan , http://www.indomedia.com/intisari/ 1999/oktober/diare.htm. Diakses pada 24 Juni 2005.
Anonim, 2005 a, Clinacanthus, http;//www.mut.ac.th/~b3311047/a5.html. Diakses pada 24 Juni 2005.
Anonim, 2005 b, Ki Tajam (Clinacanthus nutans Lindau), http://www.mahkotadewa.com/INFO-TO/Ki-Tajam.htm. Diakses pada 24 Juni 2005.
Anonim, 2005 c, Dandang Gendis, http://idionline.org/_05_infodk_obattrad4.htm. Diakses pada 24 Juni 2005.
Anonim, 2006 a, Tanaman Obat, http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg-tanaman-obat/depkes/buku1/1-077.pdf. Diakses pada tanggal 14 Februari 2006.
Anonim, 2006 b, Clinacanthus-nutans, http://toptropicals. com/ catalog/ vid/ clinacanthus-nutans.htm. Diakses pada tanggal 14 Februari 2006
Atlas, M., R., Principles of Microbiology, second edition, 68-69, Wm. C. Brown Publisher, USA.
Diantini, W, N, 2003, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis [Clinacanthus Nutans (Burm. f.) Lindau] pada Artemia salina Leach, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata drama, Yogyakarta.
Edber, S.,C., 1986, Antibiotik dan Infeksi, 15-20, Penerbit EGC, Jakarta.
Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, edisi I,131-133, Penerbit Gramedia Pustaka, Jakarta.
37
Jawetz, Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 1986, Review of Medical Microbiology, Edisi 16,194-195, 214, diterjemahkan oleh Tonang H., Penerbit EGC, Jakarta.
Jawetz, Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 1991, Medical Microbiology, 154,155, Appleton and Lange California.
Karsinah, M, Lucky H., Suharto dan W, Mardiastuti H., 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, edisi revisi, 163-164, Binarupa Aksara, Jakarta. Killeen, G.F, et al.,1998,http://www.asas.org/JAS/symposia/proceedings/0909.pdf
Antimicrobial saponins of Yucca schidigera and the implication of their in vitro properties for their in vivo impact, 3178-3186, J. Agric. Food Chem. Diakses pada 2 Desember 2006.
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S., 1988, Elements of Microbiology, 873, 949 diterjemahkan oleh Ratna Sri Hadioetomo, UI Press, Jakarta.
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan, 71-78, 156-158, ITB Press, Bandung.
Salle, A.J., 1961, Fundamental Principles of Bacteriology, 5th Ed, 719, 738, McGraw Hill Book Company Inc, New York.
Sidik dan Mudahan, H., 2000, Prosiding Seminar Perhipba Pemanfaatan Bahan Obat Alami III, 12-14, Penerbit Fakultas Farmasi UNTAG 1945, Jakarta. Siswoyo, 2004, Tumbuhan Berkhasiat Obat dengan Penyakit dan
Gejalanya,11-12, Absolut, Yogyakarta.
Soedibyo, B.R.A.M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, Cetakan I ,31, 121, Balai Pustaka, Jakarta.
Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy, 4, 6, 13, 17, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro, ITB, Bandung. Suharty, S., N., 2004, IsolasiTerpenoid Dari Daun Clinacanthus nutans, 1, 2,
http://digilib.itb.ac.id/print.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-negsrisuh-1734. Diakses pada 30 Januari 2007.
Sulistia, G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi, 571-583, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
38
Taylor, C.W and Tuntiwachwuttikul, P, 2004, Constituens of a Thai medicinal plant : Clinacanthus nutans Lindau, www.Ars-grin.Gov/duke. Diakses pada 17 Januari 2007.
Unus, S., 1985, Pengantar Mikrobiologi Umum, cetakan I, 61-65, PT Angkasa, Bandung.
39
40
41
42
Lampiran 4. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan saponin deteksi dengan pereaksi semprot anisaldehid-asam sulfat
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : kloroform, metanol (95:5) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : Anisaldehid-asam sulfat
43
Lampiran 5. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan alkaloid deteksi UV 254 nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : etil asetat, metanol, air (70:20:10) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 254 nm
44
Lampiran 6. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan alkaloid deteksi UV 365 nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : etil asetat, metanol, air (70:20:10) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 365 nm
45
Lampiran 7. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan alkaloid deteksi dengan pereaksi semprot dragendorff
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : etil asetat, metanol, air (70:20:10) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : dragendorff
46
Lampiran 8. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan senyawa fenolik deteksi UV 254 nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : toluen, etil asetat, metanol (70:20:10) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 254 nm
47
Lampiran 9. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan senyawa fenolik deteksi dengan pereaksi semprot FeCl3
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : toluen, etil asetat, metanol (70:20:10) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : FeCl3
48
Lampiran 10. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan terpenoid deteksi UV 254 nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : kloroform, etil asetat (93:7) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 254 nm
49
Lampiran 11. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan terpenoid deteksi UV 365 nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : kloroform, etil asetat (93:7) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 365 nm
50
Lampiran 12. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan terpenoid deteksi dengan pereaksi semprot vanilin-asam sulfat
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : kloroform, etil asetat (93:7) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : Vanilin-asam sulfat
51
Lampiran 13. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan flavonoid deteksi UV 254 nm
Keterangan : Fase diam : selulosa
Fase gerak : butanol, asam asetat glasial, air (4:1:5) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 254 nm
52
Lampiran 14. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan flavonoid deteksi UV 365 nm
Keterangan : Fase diam : selulosa
Fase gerak : butanol, asam asetat glasial, air (4:1:5) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 365 nm
53
Lampiran 15. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan flavonoid deteksi dengan pereaksi uap amoniak
Keterangan : Fase diam : selulosa
Fase gerak : butanol, asam asetat glasial, air (4:1:5) Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : uap amoniak
54
Lampiran 16. Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis [Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau] Terhadap Escherichia coli Metode Difusi
Keterangan :
A = Ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi 20% B = Ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi 40% C = Ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi 60% D = Ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi 80% E = Kontrol negatif DMSO
55