• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan modul Living Values untuk memperbaiki perilaku kebebasan dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan modul Living Values untuk memperbaiki perilaku kebebasan dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODUL LIVING VALUES UNTUK MEMPERBAIKI PERILAKU KEBEBASAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V

SDN PAKEM 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Chatarina Nita Chandra Puspita 091134050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENERAPAN MODUL LIVING VALUES UNTUK MEMPERBAIKI PERILAKU KEBEBASAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V

SDN PAKEM 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Chatarina Nita Chandra Puspita 091134050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan tak pernah lelah untuk menyertai setiap langkahku.

Mamaku tercinta Fransisca Heny Prihasworo yang selama ini selalu membimbingku dan mengajariku tentang makna hidup dan Piku Subiyantoro yang turut selalu mendoakanku untuk menjadi anak yang cerdas dan sukses.

Kakakku tercinta Kornelius Feby Chandra Wardhana yang memberiku teladan yang baik. Kakak yang selalu mengajariku untuk tidak banyak bicara namun banyak menghasilkan karya.

Teman-teman skripsi payungku: Assumpta, Ita, Ndaru dan Aris yang selalu bersemangat untuk menyelesaikan skripsi dengan sebaik mungkin.

Marcellus Okta Dwi Saputra yang tak henti-hentinya memberiku semangat dan perhatian untuk menyelesaikan skripsi ini.

(6)

v

MOTTO

Hidup bukalah tentang menemukan dirimu sendiri.Hidup adalah tentang menciptakan dirimu sendiri.

George Bernard

Semakin aku banyak membaca, semakin aku banyak berpikir; semakin aku banyak belajar, semakin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun.

Voltaire

Ancaman terbesar bagi keberhasilan hidup kita bukan berasal dari menggantungkan cita-cita setinggi langit hingga tak mampu mencapainya secara penuh; namun berasal

dari pematokan cita-cita terlalu datar hingga mudah mencapainya. Michelangelo

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Juli 2013 Penulis

(8)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Chatarina Nita Chandra Puspita

Nomor Induk Mahasiswa : 091134050

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENERAPAN MODUL LIVING VALUES UNTUK MEMPERBAIKI PERILAKU KEBEBASAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V

SDN PAKEM 4 YOGYAKARTA.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendiskusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 12 Juli 2013 Yang menyatakan,

(9)

viii

ABSTRAK

Puspita, Chatarina Nita Chandra. 2013. Penerapan modul Living Values untuk memperbaiki perilaku kebebasan dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan penerapan modul Living Values bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan mengetahui perubahan perilaku kebebasan siswa kelas V semester 2 SDN Pakem 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dalam berpendapat.Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya prestasi belajar dan perilaku kebebasan siswa sebelum dilakukan tindakan.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 27 siswa.Pengumpulan data prestasi belajar siswa dilakukan melalui tes tertulis. Hasil tersebut kemudian dianalisis dengan menjumlahkan skor seluruh siswa untuk menghitung rata-rata kelas dan persentase siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75,00. Perubahan tingkah laku siswa diperoleh dari hasil catatan anekdot dalam pembelajaran, wawancara dengan guru, dan pengamatan melalui video yang kemudian dianalisis dengan triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa sebelum diberi tindakan dengan penerapan modul Living Values adalah 74,92. Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 81,18. Setelah dilakukan tindakan siklus 2 nilai rata-rata meningkat menjadi 86,92. Besarnya peningkatan yang terjadi dari pra siklus hingga silkus 2 sebesar 16,01%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan modul Living Values dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta. Penerapan modul Living Values juga dapat meningkatkan perilaku kebebasan siswa dalam berpendapat. Perubahan perilaku kebebasan berpendapat dapat dilihat dari perilaku siswa selama berinteraksi dengan siswa lain dan peneliti saat pembelajaran. Hasil analisis menunjukkan siswa mampu mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, siswa berani berbicara secara spontan, siswa memberi pendapat dengan santun, dan memperingatkan perilaku teman yang merugikan sesama.

(10)

ix

ABSTRACT

Puspita, Chatarina Nita Chandra. 2013. The implementation of Living Values module to improve the freedom and the learning achievement of the fifth grade students at SDN Pakem 4 Yogyakrta. Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education Study Program. Sanata Dharma University.

This was a Classroom Action Research(CAR) implementingthe Living Values module to improve the freedom and the learning achievement of the fifth grade students at SDN Pakem 4 Yogyakrta in the academic year of2012/2013. This study was conductedbecause, based on the preliminary observation, the students seemed to either abuse or be prevented from exercising their freedom and had performed quite poorly in the evaluation. The study involved a group of 27 students. The data on students‟ learning achievement were gathered using a set of pre and post written tests, while the data on students‟ freedom behavior were obtained using anecdotal records, interviews with the class teacher, and videos. The pre and post-test average scores were compared to the minimum criteria of completeness which was 75.00. Simultaneously, the qualitative information was triangulated and interpreted to formulate findings.

The qualitative data analysis concluded that the implementation ofLiving Valuesmoduleimproved thestudents‟ freedomof speech.Changes in the students‟ behaviorcould be observedfrom the student-student and student-teacher interaction during the learning process. Throughout the course the studentsgradually listened toothers, were willing to speakup their mind respectfully, gave opinionswithsome common courtesy, andwere not afraid to stand up for their friends. The analysis of the quantitative data also showeda significant increase in the students‟ learning achievement, from 74.92 in pre-cycle to 86.92 at the end of the 2nd cycle, or in other words the average scores gained a 16.01% increase.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Bapa dan Bunda Maria di surga atas limpahan berkat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi yang berjudul:

PENERAPAN MODUL LIVING VALUES UNTUK MEMPERBAIKI PERILAKU KEBEBASAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V

SDN PAKEM 4 YOGYAKARTA

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Dharma.

3. Drs. Sutarjo Adisusilo JR..,S.Th., M.Pd. selaku pembimbing I terima kasih atas bimbingan, dukungan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku pembimbing II yang dengan sabar selalu menunggu, memberi semangat dan dukungan serta memberikan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.

5. Sumini, S.Pd.selaku kepala sekolah SD Negeri Pakem 4 yang telah memberikan ijin terhadap pelaksanaan penelitian.

6. Wagiyem, S.Pd. guru kelas V SD Negeri Pakem 4 yang telah memberi masukan, saran dan keterlibatan dalam pelaksanaan penelitian.

7. Siswa kelas V SD Negeri Pakem 4 tahun ajaran 2012/2013 yang telah mendukung pelaksanaan penelitian.

8. Dosen-dosen PGSD yang dengan sabar selalu mendampingi dan mendidik peneliti selama menempuh pendidikan di PGSD.

9. Orang tua tercinta Fransisca Heny Prihasworo dan Subiyantoro yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan berupa moril dan materiil.

10.Kakakku Kornelius Feby Chandra Wardhana yang selalu memberikan semangat dan bantuan.

11.Marcellus Okta Dwi Saputra yang selalu memberika doa, dukungan, semangat, dan perhatian selama ini.

12.Teman-teman seperjuangan skripsi payung:, Maria Assumpta Paskalia Redawati, Maria Yuanita, Ndaru Arumsari dan Aris Suatmaji.

13.Sahabat-sahabat PGSD tercinta: Pungki, Handoko, Cathrin, Kristian dan segenap teman-teman kelas B dengan kebersamaan yang sangat hangat selama ini.

(12)

xi

15.Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas dan bantuannya selama ini.

Penulis mengharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurnanya skripsi ini.Semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan, terima kasih.

Penulis,

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFRAT ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ……….………...1

1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 3

1.3Tujuan ……….. 3

1.4Batasan Pengertian ……….. 3

1.5 Manfaat ……… 4

1.6 Sitematika Penyajian ... 4

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ……….………. 6

2.1Landasan Teori ……….……….. 6

2.2 Kerangka Berpikir ………..……..……….. 23

2.3 Hipotesis Tindakan ………...………. 23

BAB 3 METODE PENELITIAN……..………. 26

3.1 Jenis Penelitian………..……….. 26

3.2 Setting Penelitian ……… 26

3.3 Pelaksanaan Tindakan………..……… 28

3.4 Instrumen Penelitian ……….……….. 32

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen….……… 35

3.6 Teknik Pengumpulan Data……….. 38

3.7 Teknik Analisis Data………39

3.8 Indikator Keberhasilan ………. 40

3.9 Jadwal Penelitian………. 41

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 42

(14)

xiii

4.2 Hasil Penelitian ……….………….. 44

4.3 Pembahasan Data Kualitatif ……….. 51

4.4 Pembahasan Data Kuantitatif ………..………….. 57

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ……….….………….. 62

5.1 Simpulan ……….………... 62

5.2 Saran ………..……….……… 63

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

JUDUL TABEL HALAMAN

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Siklus 1 ... 32

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Siklus 2 ... 33

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 35

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 36

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas ... 36

Tabel 3.6 Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 37

Tabel 3.7 Kualifikasi Reliabilitas ... 37

Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan Setiap Siklus ... 40

Tabel 3.9 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 41

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

JUDUL BAGAN HALAMAN

(17)

xvi

DAFTAR GRAFIK

JUDUL GRAFIK HALAMAN

Grafik 4.1 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Berdasarkan Nilai Rata-rata

Gabungan Pra Siklus – Siklus 2 ... 57

Grafik 4.2 Grafik Prestasi Belajar Aspek Kognitif Pra Siklus - Siklus 2 ... 58

Grafik 4.3 Grafik Prestasi Belajar Aspek Afektif Pra Siklus - Siklus 2 ... 59

Grafik 4.4 Grafik Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Pra Siklus - Siklus 2 ... 59

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

JUDUL LAMPIRAN HALAMAN

Lampiran 1 Silabus ... 66

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 85

Lampiran 4 Penilaian Siklus... 89

Lampiran 5 Lembar Kuesioner ... 93

Lampiran 6 Hasil Wawancara ... 95

Lampiran 7 Catatan Anekdot ... 97

Lampiran 8 Tabel Prestasi Belajar ... 102

Lampiran 9 Foto-foto Kegiatan ... 103

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian FKIP ... 105

Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 106

(19)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang pembahasan latar belakang, rumusan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penyajian penelitian. Pemaparan hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

1.1Latar Belakang

Pendidikan sejatinya adalah hal yang utama dalam kehidupan manusia karena pendidikan membantu manusia untuk menyiapkan hidup ke arah yang positif. Melalui pendidikan, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan belajar tentang nilai-nilai yang membantu peserta didik untuk membentuk karakternya. Sebisa mungkin sejak anak berada di level usia sekolah dasar, pendidikan karakter ini mulai diberikan kepada anak agar dapat mencetak pribadi yang unggul dan baik.

(20)

2

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada hari Rabu, 24 Oktober 2012 di SDN Pakem 4 Yogyakarta, ada beberapa masalah yang peneliti temui. Ketika proses belajar mengajar, guru memberi pertanyaan kepada para siswa. Beberapa siswa mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dari guru. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab. Ketika siswa yang ditunjuk sedang berbicara menyampaikan jawabannya, ada siswa lain yang tidak sabar lalu berbicara dan memotong pembicaraan temannya untuk memberikan jawabannya. Dari sikap yang ditunjukkan siswa tersebut memperlihatkan bahwa siswa tersebut tidak mau mendengarkan siswa lain untuk menyampaikan jawabannya. Hal semacam ini ternyata muncul beberapa kali saat guru meminta siswa untuk memberikan jawabannya. Guru sampai berkali-kali memperingatkan para siswa; mereka mendengarkan dan menuruti perkataan guru ketika ditegur, tapi setelah beberapa saati, hal itu dilakukan lagi.

Masalah lain yang muncul dalam diri siswa adalah masih rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran PKn. Sebanyak 13 dari 27 siswa belum tuntas mencapai nilai Kompetensi Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75,00 untuk mata pelajaran ini. Rata-rata yang diperoleh siswa baru sebesar 74,92 dan belum mencapai KKM.

(21)

3

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Adakah perubahan perilaku kebebasan yang dapat diamati pada siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dari penerapan Modul Living Values?

1.2.2 Apakah penerapan modul Living Values meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran PKn?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1.3.1 Memperbaiki perilaku kebebasan siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dari penerapan modul Living Values.

1.3.2 Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dari penerapan modul Living Values pada mata pelajaran PKn.

1.4 Batasan Pengertian

1.4.1 Prestasi belajar adalah hasil perubahan yang diperoleh setelah melalui proses belajar mengajar berupa skor yang diubah dalam bentuk nilai.

1.4.2 Kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri (Suseno, 1991:17).

1.4.3 Modul Living Values adalah modul pembelajaran untuk anak usia 8-14 tahun yang dikeluarkan oleh UNESCO dan disponsori oleh Spanish Committee dari UNICEF.

1.4.4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dimaksud oleh peneliti adalah PKn untuk kelas V SD yang mencakup KD “4.2.Mematuhi keputusan bersama”.

(22)

4

1.5 Manfaat 1.5.1 Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan tentang penerapan modul Living Values untuk meningkatkan prestasi belajar dan perilaku kebebasan siswa. 1.5.2 Bagi Siswa

Siswa dapat meningkatkan prestasi belajar dan perilaku kebebasan berpendapat kepada guru, teman, dan orang-orang yang ada di sekitar mereka.

1.5.3 Bagi Guru

Guru dapat menerapkan Modul Living Values untuk meningkatkan prestasi belajar dan rasa hormat terutama tentang kebebasan berpendapat siswa terhadap lingkungan sosialnya.

1.5.4 Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi sebuah referensi tentang salah satu cara meningkatkan prestasi belajar dan perilaku kebebasan berpendapat siswa.

1.6 Sistematika Penyajian

Bab 1 merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini; rumusan masalah sesuai dengan permasalahan yang didapatkan; tujuan penelitiaan; batasan pengertian yang akan dicapai oleh peneliti; manfaat penelitian; dan sistematika penyajian.

(23)

5

Bab 3 merupakan bab yang membahas metodologi penelitian. Pada metodologi penelitian dijelaskan jenis penelitian yang digunakan, setting penelitian yang terdiri dari tempat penelitian, subjek penelitian dan objek penelitian, pelaksanaan tindakan dari siklus 1 dan siklus 2 yang memaparkan persiapan sampai dengan pelaksanaan, instrumen yang digunakan yang terdiri dari tes tertulis, catatan anekdot, wawancara, dan video, uji validitas dan reliabilitas soal, teknik pengumpulan data yang digunakan, teknis analisis data; indikator keberhasilan, serta waktu pelaksanaan penelitian.

Bab 4 dalam skripsi ini memapaprkan hasil dari penelitian dan pembahasannya dari pra siklus sampai dengan siklus 2. Pada pembahasan peneliti membagi menjadi dua bagian pertama adalah pembahasan secara kualitatif yang terdiri dari empat bagian yaitu berani berbicara secara spontan; memberi pendapat dengan cara yang santun; memperingatkan orang lain ketika melakukan tindakan yang merugikan sesama; dan mendengarkan orang lain yang sedang. Kedua adalah berbicarapembahasan data kualiitatif yang terdiri dari data kuantitatif secara gabungan, kognitif, afektif, psikomotorik dan data kuantitatif setiap siklus.

(24)

6

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab 2 akan dibahas tentang teori yang mendasari penelitian ini yaitu landasan teori, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti memaparkan beberapa teori mengacu pada pustaka yang sudah peneliti baca.

2.1 Landasan Teori

Landasan teori pada bab ini memuat tentang konsep-konsep dasar dan teori- teori yang digunakan dalam penelitian.

2.1.1 Konsep-konsep Dasar

Konsep-konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi prestasi belajar, sikap hormat, kebebasan berpendapat, modul Living Values, dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

2.1.1.1 Sikap Hormat

Rasa hormat artinya menghargai seseorang atau sesuatu dengan cara menunjukkan sikap baik, sopan, dan santun. Perlakuan seseorang terhadap orang lain bisa menunjukkan bahwa orang itu menganggap mereka istimewa atau menghargai mereka (Borba, 2008: 141).

(25)

7

Hal yang kedua adalah kemunduran adap dan sopan santun. Adab dan sopan santun merupakan bentuk rasa hormat tradisional yang akhir-akhir ini mulai luntur. Anak-anak mulai kehilangan sikap sopan mereka ketika berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Hal yang lebih mencemaskan adalah bukan hanya anak-anak yang tidak beradab namun juga orang tua, sehingga apa yang dilakukan oleh orang tua akan ditiru oleh anak.

Ketiga adalah adanya kekhawatiran dan kecurigaan. Kekhawatiran terbesar yang dihadapi orang tua adalah tentang keamanan anak-anak. Orang tua mengajari anak-anaknya agar berhati-hati terhadap orang lain. Orang tua mengajarkan pada anaknya untuk mengatakan bahwa ketika orang tuanya tidak di rumah, anak diminta selalu mengunci pintu rumah, anak tidak diperkenankan untuk memberikan informasi pribadi dan tidak berbicara dengan orang asing. Kemudian anak menjadi sulit belajar untuk memberikan penghargaan yang positif kepada orang lain karena mereka tidak belajar untuk memiliki kepercayaan pada orang lain tersebut.

Hal keempat adalah kekurangan panutan yang baik. Anak belajar dari apa yang dicontohkan oleh lingkungan mereka. Saat ini banyak persoalan yang terjadi akibat berkurangnya sosok yang dewasa, yang dapat dijadikan panutan. Banyak aktor, artis atau penyanyi yang menjadi tokoh idola anak-anak. Namun kadang-kadang mereka juga memberi contoh yang buruk, sehingga mereka benar-benar mempengaruhi anak-anak dalam bersikap.

Hal yang kelima adalah kebanyakan kata-kata tidak senonoh. Menghargai orang lain dapat ditunjukkan melalui kata–kata yang baik. Thomas Lickona (Borba, 2008:147) mengungkapkan bahwa “bahasa adalah indeks peradaban; perubahan dalam bahasa secara sosial sangat signifikan”. Jadi merosotnya moralitas anak dan krisis tidak adanya rasa hormat ditandai oleh penggunaan bahasa mereka yang tidak sopan jika berbicara dengan orang lain.

(26)

8

banyak memperlihatkan kata–kata yang tidak senonoh atau kata–kata sinis. Hal tersebut mudah sekali ditiru oleh anak, karena anak menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang sedang tren.

Ada tiga langkah yang dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap hormat pada seorang anak (Borba, 2008:153). Langkah pertama menjelaskan pentingnya cara memperbaiki sikap, langkah kedua membantu anak untuk menyadari konsekuensi perilaku yang tidak sopan dan menentang kekerasan, langkah ketiga yakni membantu anak menyesuaikan tata karma agar dapat menghargai dan juga dapat dihargai oleh orang lain.

Willner dalam Suseno (1985) menjelaskan bahwa setiap orang dalam berbicara dan membawa diri hendaknya menunjukkan sikap hormat kepada orang lain sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Menurut Geertz (1985), prinsip hormat teratur secara hierarkis yang bernilai pada diri sendiri dan setiap orang wajib untuk membawa diri dan mempertahankannya. Pandangan Geertz bertujuan untuk menjaga masyarakat agar selalu berada di dalam kesatuan yang selaras.

2.1.1.2 Kebebasan

Kebebasan adalah hadiah yang sangat berharga dalam kehidupan manusia. Semua orang memiliki hak untuk menjadi bebas, kebebasan akan menjadi utuh apabila hak diseimbangkan dengan tanggung jawab. Kebebasan berasal dari pikiran dan hati setiap manusia dan ketika manusia memiliki pikiran-pikiran positif terhadap segala hal, maka kebebasan akan ada dalam dirinya (Tillman, 2004).

(27)

9

sendiri kelakuannya. Binatang melakukan perbuatan dikemudikan oleh naluri dan insting yang tepat yang ia punya. Sedangkan manusia, dalam bertindak ia selalu mengambil suatu sikap menurut kehendaknya sendiri. Manusia mengambil sikap sendiri untuk menentukan kebebasannya.

Kebebasan dalam buku Suseno (1991:20-21) dibagi menjadi tiga yaitu 1) kebebasan fisik; 2) kebebasan psikis; dan 3) kebebasan normatif. Kebebasan fisik berarti kita bebas untuk menggunakan anggota tubuh kita untuk bergerak. Kebebasan psikis berarti kita mampu menentukan sendiri apa yang kita pikirkan dan kehendaki. Kebebasan psikis tidak mudah dilanggar oleh orang lain. Meskipun kebebasan psikis dapat dikacaukan ketika manusia memiliki gangguan terhadap psikisnya atau pemerolehan informasi yang tidak tepat. Kebebasan normatif berarti membatasi kebebasan orang lain melalui larangan atau pewajiban. Orang yang tidak terkena batasan tersebut berarti bebas secara normatif.

Setiap orang berhak atas kebebasannya. Namun, sebebas-bebasnya manusia memperoleh haknya bukan berarti seseorang bisa bertindak dengan sewenang-wenang. Hal ini karena pada dasarnya kita adalah anggota masyarakat, maka kebebasan khas manusia bukanlah kesewenangan melainkan kebebasan yang bertanggung jawab.

Kebebasan manusia tentang keterbatasan dalam kesosialannya diperinci dalam dua hal (Suseno, 1991: 22), yaitu:

1) Kita memiliki hak untuk menemukan batasan kebebasan dalam hak orang lain yang sama dengan kita.

2) Kita hidup sebagai makhluk sosial di mana masyarakat berhak untuk membatasi kebebasan kita demi kepentingan bersama secara normative, yaitu dengan melarang tindakan-tindakan kita yang dapat merugikan orang lain dan memberikan kewajiban-kewajiban dalam hidup bermasyarakat yang selayaknya kita lakukan. Maka, kebebasan tidaklah sama dengan kesewenangan.

(28)

10

digambarkan dalam tiga hal, yaitu: 1) setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil harus kita pertanggung jawabkan sendiri dan kita tidak dapat melimpahkan tanggung jawab tersebut kepada orang lain. 2) Ruang kebebasan yang kita miliki tidak bisa digunakan secara sewenang-wenang, tapi harus digunakan secara bermakna. 3) Tidak bertanggung jawab menggambarkan bahwa seseorang melihat hal yang menjadi kewajiban, tanggung jawab dan hal yang bernilai namun tidak melaksanakannya.

Kebebasan memiliki hubungan dengan sikap hormat manusia. Kita dapat melihat bagaimana sikap hormat seseorang dari perilaku kebebasan yang ditunjukkan orang tersebut. Dalam hal ini, kebebasan merupakan nilai yang melandasi dari perilaku seseorang. Orang dapat dikatakan memiliki sikap hormat ketika ia dapat berperilaku secara bertanggung jawab dan begitu pula sebaliknya.

Tocqueville (Aron, 1993) mengatakan bahwa arti kebebasan berkaitan dengan tingkah laku setiap orang yang sejak lahir sudah membawa hak yang sama. Hidup seseorang bergantung dengan sesamanya. Kebebasan dapat dipahami sebagai penggunaan hak bersama dalam bertindak yang sama sekali bukan karena hak setiap manusia di mana mereka memiliki hak perorangan untuk tetap merdeka.

Kebebasan diperoleh manusia karena setiap manusia memiliki hak. Hak sendiri berarti kekuasaan yang secara sah dimiliki oleh seseorang. Dalam buku Gunur (1975) The Universal Declaration of Human Rights yang dirumuskan di Fransisco pada 10 Desember 1948 memuat tentang macam-macam hak asasi manusia terdiri atas 30 pasal. Salah satu hak yang tercantum dalam rumusan tersebut adalah hak untuk berpikir dan mengeluarkan pendapat. Hak tersebut tercantum dalam pasal 19 UDHR yang berbunyi:

(29)

11

2.1.1.3 Modul Living Values

Living Values: An Educational Program atau modul Living Values adalah program pendidikan nilai–nilai. Program ini menyajikan berbagai aktivitas pengalaman dan metodologi praktis bagi guru atau fasilitator untuk mengembangkan nilai–nilai pribadi dan sosial yaitu kedamaian, penghargaan, cinta, tanggungjawab, kebahagiaan, kerjasama, kejujuran, kerendahan hati, toleransi, kesederhanaan, kebebasan dan persatuan (Tillman, 2004:ix).

Aktivitas yang ada dalam modul Living Values dirancang untuk memotivasi siswa dan mengajak mereka untuk memikirkan diri sendiri, orang lain, dunia dan nilai–nilai dalam cara yang berkaitan. Para siswa diajak untuk berefleksi, berimajinasi, berdialog, berkomunikasi, berkreasi, membuat tulisan, menyatakan diri lewat seni, dan bermain dengan nilai yang diajarkan.

Ada tiga asumsi dasar modul Living Values (Tillman, 2004:xiii), yaitu nilai– nilai universal mengajarkan penghargaan dan kehormatan tiap–tiap manusia. Kemudian yang kedua adalah setiap siswa benar–benar memperhatikan nilai– nilai, mampu menciptakan dan belajar dengan positif. Asumsi yang terakhir yaitu para siswa berjuang dalam suasana berdasarkan nilai-nilai dalam lingkungan yang positif.

(30)

12

Pelajaran 3: Ungkapan-ungkapan yang Paling Disukai tentang Kebebasan Pada pelajaran 3, kegiatan yang dilakukan guru bersama siswa adalah belajar untuk mengidentifikasi ungkapan-ungkapan yang paling disukai tentang kebebasan. Setelah itu guru mempersilakan siswa untuk menuliskan ungkapan kebebasan yang diinginkan oleh para siswa. Kemudian guru meminta siswa untuk berdiri dalam lingkaran dan setiap anak menyatakan ungkapan kebebasan yang mereka tulis dengan suara yang lantang. Contoh bentuk ungkapannya yaitu “Aku merasa beruntung aku memiliki kebebasan untuk….” , atau para siswa dapat melengkapi kalimat “Aku berharap semua orang memiliki kebebasan untuk….”

Pelajaran 4: Kebebasan dalam Diri

Pada pelajaran 4, guru mengajak siswa untuk melakukan latihan relaksasi dengan bimbingan dari guru. Guru membacakan bacaaan untuk melakukan latihan relaksasi dari pelajaran 4 ini dengan mengkondisikan situasi dalam kelas menjadi senyaman mungkin. Siswa dipersilakan duduk dengan posisi paling rileks sambil menutup mata. Setelah kegiatan relaksasi selesai dilakukan, guru mengajukan beberapa buah pertanyaan kepada siswa, yaitu: 1) bagaimana menurutmu rasanya memiliki kebebasan? Apakah kamu menjadi tidak khawatir karena semua orang ingin menjadi temanmu? Kapan kamu merasa paling bebas? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang membuatmu merasa bebas? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang membuatmu merasa tidak bebas?

Pelajaran 5: Simbol-simbol Kebebasan dalam Diri

(31)

13

apa yang memperkaya pengalaman mereka tersebut dalam membuat simbol-simbol kebebasan diri.

2.1.1.4 Prestasi Belajar

Menurut Darsono (2000:110) prestasi belajar siswa merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap (afektif) sebagai akibat inetraksi aktif dengan lingkungan. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah siswa memperoleh pengalaman belajar. Winkel (1983:42) menambahkan bahwa prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk nilai.

Nilai hasil belajar siswa ditentukan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar dalam proses evaluasi. Evaluasi belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata, atau simbol. Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor tersebut antara lain berasal dari dalam diri siswa (faktor intern), faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern) dan faktor pendekatan belajar (Syah, 2000:122). Faktor intern meliputi aspek fisiologis, aspek psikologis, intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. Faktor ekstern meliputi lingkungan sosial, keadaan keluarga, keadaan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan non sosial.

(32)

14

siswa diukur dan dinilai dalam bentuk angka atau pernyataan. Angka dan pernyataan tersebut yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

2.1.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) membicarakan hubungan antara manusia dalam perkumpulan yang terorganisasi dengan individu-individu dan negara. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara demi kelangsungan hidup dan kejayaan bangsa. PKn adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan siswa menjadi warga negara yang baik, yakni warga yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggungjawab dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Maftuh dan Sapriya, 2005).

Menurut Wahab (1997:11) PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. PKn adalah wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak, dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

(33)

15

2.1.2 Teori yang Relevan

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan moral Jean Piaget dan Kohlberg, teori perkembangan kecerdasan moral Borba, teori sosial kognitif Albert Bandura, teori belajar Bloom dan Jean Piaget.

2.1.2.1 Teori Perkembangan Moral Jean Piaget

Piaget memulai langkah awal untuk mengetahui perkembangan moral anak dengan memperhatikan anak-anak pada saat bermain kelereng. Piaget menanyakan pada anak-anak tersebut tentang aturan permainan mereka, bagaimana mereka mempertimbangan aturan yang sudah ada dan dari situ Piaget bisa mengerti perkembangan moral mereka.

Hal pertama yang Piaget temukan (dalam Djiwandono, 2006) adalah kira-kira anak pada usia kurang dari 6 tahun tidak memiliki aturan yang benar. Anak-anak yang berusia kira-kira 2 tahun, jika mereka bermain kelereng, mereka bermain kelereng dengan cara yang masih sederhana. Piaget membuat kesimpulan bahwa anak-anak yang berusia antara 2 sampai 6 tahun sudah mengekspresikan tentang kesadaran aturan, namun mereka belum mengerti untuk apa mereka melakukan aturan.

Piaget melanjutkan pengamatannya pada anak usia 6 sampai 10 tahun. Piaget menjumpai bahwa anak-anak pada usia itu sudah mulai mengetahui adanya aturan, walaupun seringkali mereka masih tidak konsisten dengan aturan yang ada. Mereka memahami bahwa aturan itu dibuat oleh orang dewasa dan aturan-aturan dalam satu permainan itu tidak bisa diubah, meskipun dalam kenyataannya, aturan yang ada dalam permainan dapat berubah.

(34)

16

Piaget mengemukakan bahwa tahap-tahap perkembangan moral anak baru dimulai pada usia 6 tahun, ketika anak-anak melakukan transisi dari tahap praoperasional ke tahap konkret operasional. Menurut Piaget dalam Djiwandono (2006) ada dua tahap perkembangan moral. Tahap pertama perkembangan moral adalah heteronomous morality atau disebut juga moral realism atau morality of constraint. Heteronomous berarti tunduk pada peraturan yang berlaku tanpa penalaran dan penilaian. Selama periode ini, anak-anak kecil secara konsisten dihadapkan pada orang tua dan orang dewasa lain yang mengatakan kepada mereka tentang apa yang boleh mereka lakukan dan yang tidak boleh mereka lakukan. Bila anak melanggar aturan, maka secara otomatis mereka akan mendapat hukuman.

Tahap kedua adalah moralitas otonomi (autonomous morality) atau moralitas atas kerjasama atau hubungan timbal balik (morality of cooperation). Tahap ini muncul sebagai akibat berkembangnya dunia sosial anak yang semakin luas, termasuk dunia remaja beserta kelompok-kelompoknya. Setelah berinteraksi dan bekerjasama secara terus-menerus dengan orang lain, pikiran tentang moral mulai berubah. Anak menilai perilaku atas dasar tujuannya. Tahap ini biasanya dimulai pada anak yang berusia 7 atau 8 tahun dan berlanjut sampai umur 12 tahun atau lebih. Konsep anak tentang keadilan berubah pada anak yang berusia 5 dan 7 atau 8 tahun. Gagasan tentang benar salah yang diajarkan oleh orang tua secara bertahap dimodifikasi. Bagi anak usia 5 tahun, berbohong adalah salah, tapi anak yang lebih besar, menilai bahwa berbohong tidak selalu salah pada situasi tertentu. Tahap moralitas otonomi bertepatan dengan tahap operasional formal dan memungkinkan anak untuk melihat masalahnya dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan berbagai faktor untuk menyelesaikannya.

2.1.2.2 Teori Perkembangan Moral Kohlberg

Teori Kohlberg merupakan suatu perbaikan dan perluasan dari teori Piaget. Menurut Kohlberg dalam Djiwandono (2006) ada tiga tingkatan perkembangan moral anak dan setiap tingkatan ada dua tahap.

(35)

17

perilaku anak tunduk pada kendali orang tua atau eksternal. Pada tahap ini anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman.

Tahap kedua adalah moralitas konvensional (conventional level). Pada tahap ini anak menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapat persetujuan dari orang lain dan mempertahankan hubungan dengan mereka. Anak setuju jika kelompok sosial yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok. Mereka harus berperilaku sesuai aturan yang ada agar terhindar dari kecaman sosial.

Tahap ketiga adalah moralitas pascakonvensional (postconventional level) yang menunjukkan bahwa dalam stadium operasional formal, moralitas akhirnya berkembang sebagai pendirian pribadi, jadi tidak bergantung pada pendapat konvensional yang ada.

2.1.2.3 Teori Kecerdasan Moral Borba

Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah. Artinya, memiliki etika keyakinan yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat. Kecerdasan moral ini mencakup karakter-karakter utama, seperti kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan untuk bertindak jahat, mampu mengendalikan dorongan dan menunda pemuasan, mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan penilaian, menerima dan menghargai perbedaan, bisa memahami pilihan yang tidak etis, dapat berempati, memperjuangkan keadilan, dan menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat terhadap orang lain (Borba, 2008: 4). Membangun kecerdasan moral penting dilakukan agar suara hati anak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga mereka dapat menangkis pengaruh buruk dari luar. Kecerdasan moral diperlukan untuk melawan tekanan buruk dan membekali anak untuk bertindak benar. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan moral pada anak dapat membuat anak lebih bersikap hormat dan terhormat kepada siapa saja.

2.1.2.4 Teori Sosial-Kognitif Albert Bandura

(36)

18

Menurut Bandura (Singgih,1981:183) dalam situasi sosial ternyata orang bisa belajar lebih cepat dengan mengamati atau melihat tingkah laku orang lain. Dengan mengamati melalui alat inderanya, pengamatan mengikutsertakan unsur kognitif yaitu adanya proses di dalam yang mewakili objek-objek yang nyata di luar. Proses yang terjadi di dalam ini kemudian menjadi dasar timbulnya tingkah laku yang sesuai dengan apa yang telah diamatinya.

Bandura mengemukakan ada empat komponen dalam proses belajar dalam Singgih (1989) yaitu: 1) memperhatikan, sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu anak memperhatikan model yang akan ditirunya, 2) mencamkan, setelah memperhatikan dan mengamati sesuatu model maka di waktu yang lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut, 3) mereproduksikan gerak motorik, untuk mereproduksikan tingkah laku dengan tepat anak harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan-kemampuan motorik yang meliputi kekuatan fisik, 4) ulangan-penguatan, setelah proses memperhatikan dan mencamkan sudah dilakukan, model yang diamati oleh anak akan diperlihatkan atau direproduksi dalam tingkah laku yang nyata atau tidak bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada.

Dari penjelasan teori Bandura di atas dapat disimpulkan bahwa anak belajar melalui lingkungan sosialnya yang dapat dilakukan dengan mengikutsertakan aspek kognitif dari dalam dirinya yang kemudian akan dinyatakan dalam tingkah laku melalui proses mengamati, mencamkan, mereprodusikan dan dilanjutkan dengan melakukan atau tidak melakukan penguatan sesuai dengan motivasi atau kemauannya.

2.1.2.5 Teori Berpikir Bloom

Menurut Bloom dalam Masidjo, (2004: 92) ada tiga tujuan instruksional yang dapat digunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Ketiga tujuan tersebut memiliki tingkatan-tingkatan yang dapat dinilai oleh guru.

(37)

19

yang sudah pernah diajarkan. Mengingat merupakan dimensi yang paling sederhana dalam kategori ranah kognitif. 2) Memahami, berarti menumbuhkan kemampuan mengkonstruksi makna-makna dari pembelajaran. Sisea dapat dikatakan memahami apabila pengetahuan yang baru saja diperoleh dipadukan dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah mereka miliki. 3) Mengaplikasikan, berarti menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu dalam mengerjakan soal-soal latihan atau menyelesaikan masalah. Soal latihan merupakan tugas yang langkahnya sudah diketahui siswa sedangkan masalah merupakan tugas yang langkah penyelesaiannya belum diketahui siswa, sehingga siswa harus mencari penyelesaian dari masalah tersebut. 4) Menganalisis, berarti menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan proses memecah-mecah sebuah materi menjadi bagian-bagian yang kecil dan setelah itu menentukan hubungan antara setiap bagian dan keseluruhan strukturnya. 5) Mengevaluasi, berarti menumbuhkan kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa dan standarnya nisa bersifat kualitatif dan kuantitatif. 6) Mencipta, berarti menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan proses menyusun elemen-emelem menjadi keseluruhan yang koheren dan fungsional. Pada dimensi mencipta ini siswa dituntut untuk berpikir secara kreatif. Proses kognitif yang terlibat dalam mencipta secara umum sejalan dengan pengalaman belajar sebelumnya dan pada dimensi ini siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi elemen yang tidak pernah ada sebelumnya.

(38)

20

Tingkatan pada ranah psikomotorik siswa terdiri atas tujuh bagian, yaitu (1) persepsi, merupakan reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada, (2) kesiapan yang mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan, (3) gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan, (4) gerakan terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak dengan lancar tanpa memperlihatkan lagi contoh yang diberikan, (5) gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien, (6) penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran, (7) kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru berdasarkan inisiatif sendiri (Winkel, 2004:278-279).

2.1.2.6 Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Jean Piaget. Teori ini menjadi penting dalam kaitannya dengan material dan teknik apa yang akan diberikan kepada siswa.

(39)

21

biasanya anak sudah memasuki masa sekolah yaitu sekolah dasar. Pada tahap ini anak belajar dengan menggunakan benda-benda konkret untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya. Anak bisa berpikir logis namun anak belum bisa berpikir secara abstrak. 4) Tahap operasional formal mencakup anak berusia 12-14 tahun. Anak yang telah masuk dalam tahap formal bisa disebut sebagai anak remaja, mereka sudah bisa berpikir secara logis, ilmiah dan abstrak ketika menyelesaikan suatu persoalan.

Siswa kelas V SD termasuk ke dalam tahap operasional konkret. Pada tahap ini siswa sudah mulai berpikir logis. Mereka mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan menghubungkan dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Siswa pada tahap operasional masih belum bisa berpikir abstrak, jadi mereka masih perlu diberi benda-benda konkret untuk membantunya dalam berpikir.

2.1.3 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan yang digunakan pada penelitian ini mencakup tiga hal, yaitu penelitian tentang prestasi belajar, nilai moral dan Living Values. Adapun hasil penelitian yang relevan dipaparkan peneliti sebagai berikut:

2.1.3.1 Penelitian Prestasi Belajar

Hasil penelitian yang dilakukan Kristiawan (2011) menunjukkan peningkatan minat dan prestasi belajar materi globalisasi menggunakan media audiovisual mata pelajaran PKn kelas IV SD Kledokan semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian yang dilakukan Susanti (2011) menunjukkan peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan dalam mata pelajaran PKn siswa kelas II SD Negeri Tanjung semester 1 tahun pelajaran 2011/2012.

(40)

22

2.1.3.2 Penelitian tentang Nilai Moral

Hasil penelitian yang dilakukan Yanti (2013) menunjukkan peningkatan perilaku moral anak dengan metode bercerita dengan media gambar orang-orangan. Kasen (2006) dalam penelitiannya mendeskripsikan tentang hormat sebagai suatu sikap. Kasen menyebutkan bahwa pendidikan karakter bukan hanya serial, bukan daftar kata yang harus dipelajari. Pendidikan karakter lebih ditekankan pada isinya dan pengajar yang yang menarik dengan guru sebagai modelnya. Ada 4 hal yang ditekankan Kasen untuk mengajarkan sikap hormat, yaitu 1) guru perlu menampilkan contoh/model karakter yang baik, 2) perlunya menciptakan kerja sama, 3) melibatkan pengajaran akademik, 4) guru perlu mencintai kelasnya dan memberikan waktu serta usaha untuk membuat kelas yang nyaman.

Berdasarkan dua teori di atas disimpulkan bahwa perilaku moral anak dapat ditingkatkan. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh metode dan guru. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan metode permainan dengan mengacu pada modul Living Values.

2.1.3.3 Penelitian tentang Modul Living Values

Hawkes (2009) memaparkan bukti dampak dari pendidikan nilai melalui penerapan Living Values berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Profesor Terry Lovat dan rekan-rekannya di Universitas Newcastle, Australia. Penelitian tersebut menunjukkan efek positif dari pendidikan nilai pada hubungan sekolah, suasana sekolah, kesejahteraan siswa, dan peningkatan akademik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismun Nisa Nadhifah dan Ika Kartika (2012) menunjukkan peningkatan pemahaman nilai-nilai budi pekerti kepada siswa dengan penerapan Living Values Education Program.

(41)

23

berpendapat siswa. Literature map pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1.

2.2 Kerangka Berpikir

Pendidikan karakter perlu diperkenalkan sejak dini. Sebagai sebuah institusi pendidikan dasar, sebuah sekolah dasar mempunyai kewajiban untuk turut serta menyelenggarakan pendidikan karakter. Mata pelajaran di sekolah dasar yang mengandung pendidikan karakter adalah mata pelajaran PKn. Pembelajaran PKn mengajarkan siswa untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Namun dari pengamatan di lapangan, peneliti belum mendapati siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta berperilaku seperti yang diharapkan, yaitu contohnya dalam perilaku menghargai kebebasan dan pendapat orang lain. Selain dilihat dari perilaku kebebasan siswa yang masih kurang baik, prestasi belajarnya pun rendah. Pada kondisi awal, nilai rata-rata siswa belum mencapai KKM.

Peneliti ingin memecahkan kedua masalah tersebut yaitu prestasi belajar dan perilaku kebebasan berpendapat siswa yang masih rendah dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. PTK memiliki langkah yang disebut siklus di mana setiap siklus ada 4 fase yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada pembelajaran di setiap siklus, peneliti menggunakan penerapan modul Living Values dan model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran PKn. Peneliti menggunakan modul Living Values karena dalam modul Living Values terdapat banyak pelajaran tentang nilai-nilai dalam sikap hormat dan salah satunya adalah tentang kebebasan.

Penerapan modul Living Values diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar dan mengubah perilaku kebebasan berpendapat siswa kelas V ssemester genap SDN Pakem 4 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Alur dalam kerangka berpikir dapat diperjelas dengan melihat bagan 2.2.

2.3 Hipotesis Tindakan

(42)

24

2.3.1 Penerapan modul Living Values memperbaiki perilaku kebebasan siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran PKn.

2.3.2 Penerapan modul Living Values meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN Pakem 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran PKn.

Bagan 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar

Materi Globalisasi Menggunakan Media

Audiovisual Kristiawan (2011)

Prestasi Belajar Moral Anak Living Values

Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berpikir Berpasangan Susanti (2011) Peningkatan Perilaku Moral Anak Melalui

Metode Bercerita Menggunakan Media Gambar Orang-Orangan Yanti (2013) Pendidikan karakter, sikap hormat. Kasen (2006) Penerapan Nilai-nilai Budi Pekerti dan Sikap Ilmiah melalui

Living Values Education Program (LVEP) Nadhifah Pendidikan nilai melalui penerapan modul Living Values. Hawkes (2009)

[image:42.595.99.518.164.693.2]
(43)

25

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir

Kondisi awal

Perilaku kebebasan dan prestasi belajar

berpendapat siswa kelas V masih rendah

PTK

Siklus 2 Modul Living

Values

Perubahan

Ada perubahan perilaku kebebasan

siswa dan prestasi belajar siswa kelas

V SDN Pakem 4 meningkat.

Problem Based Learning

(44)

26

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab 3 akan menguraikan metode penelitian yang terdiri dari delapan bagian, yaitu jenis penelitian, setting penelitian, pelaksanaan penelitian, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, indikator keberhasilan, serta waktu penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research. Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa. PTK merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar dan sebagainya (Arikunto, 2006: 2).

Jenis penelitian ini seperti dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat dengan empat komponen yang biasanya disebut sebagai siklus, dan komponen dari siklus tersebut yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflecting) (Arikunto, 2006:17-21). Keempat komponen ini bisa diterapkan secara berulang hingga perbaikan atau peningkatan yang diharapkan dapat tercapai, seperti pada bagan 3.1.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

(45)

27

Bagan 3.1 Perencanaan Siklus Kemmis dan McTaggart

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Pakem 4 semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah prestasi belajar dan perilaku kebebasan berpendapat siswa kelas V SDN Pakem 4 dengan penerapan modul Living Values pada perilaku kebebasan. Peningkatan sikap hormat dilaksanakan dalam pembelajaran PKn dengan Kompetensi Dasar “4.2.mematuhi keputusan bersama”.

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan Perencanaan

Siklus 1

(46)

28

3.3 Pelaksanaan Tindakan 3.3.1 Persiapan

Peneliti melakukan persiapan untuk melakukan penelitian tentang perilaku kebebasan berpendapat siswa kelas V SDN Pakem 4. Sebagai langkah awal, peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut. Setelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah, peneliti melakukan wawancara pada guru kelas V dan melakukan pengamatan pada siswa kelas V untuk mengetahui perilaku siswa ketika sedang berinteraksi dengan teman atau guru. Peneliti mempelajari modul Living Values khususnya pada nilai kebebasan. Setelah peneliti memahami isi modul tersebut, peneliti mengajak guru untuk mendiskusikan modul Living Values. Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah membuat instrumen pembelajaran seperti silabus, RPP, dan kuisioner. Peneliti juga membuat pedoman wawancara guru yang akan digunakan peneliti untuk mewawancarai guru. Peneliti menggunakan kata kerja dalam setiap indikator dalam RPP berdasarkan teori berpikir Bloom.

3.3.2 Pelaksanaan Siklus 1

Siklus 1 mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan dalam siklus 1 ini akan peneliti paparkan sebagai berikut. Pada kegiatan perencanaan, sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kegiatan pra siklus untuk mengetahui masalah yang ada pada kondisi awal siswa. Peneliti melihat hasil prestasi belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan pra siklus dan peneliti menjumpai adanya masalah yaitu tentang prestasi belajar dan perilaku kebebasan berpendapat siswa masih rendah.

3.3.2.1 Perencanaan

(47)

29

3.3.2.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan pada tanggal 26 Maret 2013. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan selama 3 jam pelajaran. Kegiatan yang dilakukan siswa pada penelitian siklus 1 adalah melakukan latihan relaksasi dan diskusi dengan teman-teman kelompok tentang perilaku kebebasan dalam mengungkapkan pendapat dengan membuat dua lingkaran. Lingkaran tersebut dibentuk menjadi lingkaran luar dan lingkaran dalam. Kemudian siswa juga membuat kata-kata yang menggambarkan tentang kebebasan diri siswa dan sedikit bermain peran seperti sedang berada dalam rapat tentang pengaturan denah tempat duduk siswa di mana ada yang berbicara dan ada yang mendengarkan. Kemudian di akhir rapat, diputuskan pilihan yang diambil dan para siswa melakukan kegiatan seperti yang sudah diputuskan dalam rapat.

3.3.2.3 Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap tentang proses pembelajaran siswa khususnya bagaimana sikap hormat siswa ketika berdiskusi dengan temannya untuk melihat perilaku kebebasan mengeluarkan pendapat selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh guru sendiri dengan dibantu oleh rekan peneliti yang membuat catatan anekdot selama proses belajar mengajar berlangsung.

3.3.2.4 Refleksi

Peneliti melakukan refleksi bersama dengan teman, guru dan dosen pembimbing tentang hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I mengacu pada beberapa pertanyaan yaitu, apakah siswa sudah menampilkan sikap hormat terutama tentang nilai kebebasan kepada siswa lain dan peneliti? Bagaimana sikap hormat peneliti kepada siswa? Sikap tidak hormat apa yang ditunjukkan siswa? Apa alasan mereka melakukan hal tersebut?

(48)

30

siswa mencapai 90%. Sekiranya penelitian ini harus melanjutkan penelitian ke siklus 2 untuk meningkatkan perilaku kebebasan berpendapat siswa juga karena dalam siklus 1 masih kurang teramati dengan jelas.

Peneliti melihat hasil refleksi dari siklus 1, jika di siklus 1 penelitian belum mencapai target yang ingin dicapai, maka peneliti akan melanjutkan melakukan penelitian ke siklus 2. Rencana pelaksanaan pada siklus 2 bergantung pada hasil refleksi pada siklus 1.

3.3.3 Pelaksanaan Siklus 2

Siklus 2 menjelaskan kegiatan penelitian yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan tersebut dipaparkan sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti setelah melihat refleksi yang dilakukan pada siklus 1.

Kegiatan yang dilakukan pada siklus 2 berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti beserta guru dan dosen pmebimbing pada siklus 1. tingkat ketuntasan prestasi belajar siswa pada siklus 1 baru mencapai 78%, sedangkan target ketercapaian yang diinginkan peneliti sebesar 90%. Kemudian peneliti melakukan perencanaan pembelajaran pada siklus 2 dengan mengacu pada kekurangan yang masih terjadi pada siklus 1.

3.3.3.1 Perencanaan

Pada siklus 2, langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah menyusun RPP, materi ajar mata pelajaran PKn kelas V semester 2 tentang „kebebasan‟, media pembelajaran berupa plastisin dan evaluasi pembelajaran berupa soal pilihan ganda, skala sikap siswa dan lembar pengamatan beserta rubriknya yang dirancang untuk 3 jam pertemuan.

3.3.3.2 Pelaksanaan

(49)

31

kecil. Kegiatannya adalah bermain “Ini Menurutku, Bagimana denganmu?”, dilanjutkan diskusi untuk memecahkan sebuah masalah tentang membuat keputusan bersama dengan kasus anjing yang sakit. Kegiatan yang terakhir adalah membuat simbol kebebasan diri dalam kelompok lalu mempresentasikan hasil simbol yang sudah dibuat siswa dan menjelaskan maksud dari simbol yang siswa buat.

3.3.3.3 Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap tentang proses pembelajaran siswa khususnya bagaimana sikap hormat siswa ketika berdiskusi dengan temannya untuk melihat perilaku kebebasan mengeluarkan pendapat selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh guru sendiri dengan dibantu oleh rekan peneliti yang membuat catatan anekdot selama proses belajar mengajar berlangsung.

3.3.3.4 Refleksi

Peneliti melakukan refleksi bersama dengan teman, guru dan dosen pembimbing tentang hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II mengacu pada beberapa pertanyaan yaitu, apakah siswa sudah menampilkan sikap hormat terutama tentang nilai kebebasan kepada siswa lain dan peneliti? Bagaimana sikap hormat peneliti kepada siswa? Sikap tidak hormat apa yang ditunjukkan siswa? Apa alasan mereka melakukan hal tersebut?

(50)

32

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2010:148). Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan tes tertulis dan skala nilai. Catatan anekdot, wawancara dan video digunakan untuk melihat perubahan perilaku kebebasan berpendapat siswa.

3.4.1 Tes Tertulis

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah dan membutuhkan jawaban atau tanggapan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang (Mardapi, 2008:67). Suwandi (2010:39) dalam bukunya menyebutkan bahwa tes merupakan suatu bentuk pertanyaan yang diajukan kepada orang yang sedang dites. Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang diperoleh dengan memilih alternative jawaban yang disediakan. Bentuk tes ini terdiri atas pernyataan (pokok soal), alternatif jawaban yang disertai kunci jawaban dan pengecohnya.

Tes bentuk objektif atau dikenal dengan tes jawab singkat menuntut siswa memberikan jawaban secara singkat bahkan hanya memilih kode tertentu dari beberapa alternatif jawaban. Jawaban dalam tes objektif bersifat pasti dan hanya ada kemungkinan satu jawaban benar. Jika siswa tidak menjawab benar, kemudian dinyatakan salah dan tidak memiliki bobot tertentu. Pada umumnya, bentuk soal objektif seperti benar-salah untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip (Sudjana, 1995:45).

Pada penelitian ini, tersedia 10 item soal pilihan ganda dan 5 item soal benar-salah untuk penilaian pada ranah kognitifnya. Adapun kisi-kisinya sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Objektif Siklus 1 Mata Pelajaran : PKn

Kelas : V

Semester : Genap

Tahun Ajaran : 2012/2013

(51)

33

Indikator

Instrumental Soal Nomor Pilihan Ganda

Benar-Salah

4.2.1. Menulis sebuah ungkapan kebebasan tentang

hal yang diinginkan. 1, 6 11 4.2.2. Menyebutkan tiga hal (tanggungjawab, hak

dan kewajiban) yang harus dipahami sesudah keputusan bersama disepakati.

2, 7 12

4.2.3. Mengemukakan alasan memilih ungkapan

kebebasan tentang hal yang diinginkan. 3, 8 13 4.2.4. Menyimpulkan berbagai kegiatan siswa yang

berdasarkan keputusan bersama. 4, 9 14 4.2.5. Menerapkan tiga hal (tanggungjawab, hak

dan kewajiban) yang harus dipahami sesudah keputusan bersama disepakati dalam suatu kegiatan.

[image:51.595.105.514.84.635.2]

5, 10 15

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Objektif Siklus 2 Mata Pelajaran : PKn

Kelas : V

Semester : Genap

Tahun Ajaran : 2012/2013

Standar Kompetensi : 4. Menghargai keputusan bersama. Kompetensi Dasar : 4.2. Mematuhi keputusan bersama.

Indikator

Instrumental Soal Nomor Pilihan

Ganda

Benar-Salah

4.2.1. Menulis sebuah ungkapan kebebasan tentang

hal yang diinginkan. 1, 6 11 4.2.2. Menyebutkan tiga hal (tanggungjawab, hak dan

kewajiban) yang harus dipahami sesudah keputusan bersama disepakati.

2, 7 12

4.2.3. Mengemukakan alasan memilih ungkapan

kebebasan tentang hal yang diinginkan. 3, 8 13 4.2.4. Menyimpulkan berbagai kegiatan siswa yang

berdasarkan keputusan bersama. 4, 9 14 4.2.5. Menerapkan tiga hal (tanggungjawab, hak dan

kewajiban) yang harus dipahami sesudah keputusan bersama disepakati dalam suatu kegiatan.

5, 10 15

(52)

34

3.4.2 Skala Nilai

Penilaian pada aspek psikomotorik menggunakan penilaian nontes yakni dengan skala nilai. Skala nilai adalah sebuah daftar yang memuat sejum;ah pernyataan, gejala atau perilaku yang dijabarkan dalam bentuk skala atau kategori yang bermakna nilai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Rentangan nilai ini dapat berbentuk huruf (A, B, C, D), angka (1 sampai dengan 10) atau suatu kategori rendah, sedang, tinggi dan sebagainya (Masidjo, 1995:66-67).

3.4.2 Catatan Anekdot

Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif dan longitudinal tentang hal yang terjadi di kelas baik itu dalam bentuk perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu tertentu. Deskripsi yang dibuat harus seakurat mungkin agar informasi yang diperoleh layak digunakan untuk keperluan penjelasan ataupun penafsiran (Muslich, 2010: 60).

3.4.2 Pedoman Wawancara

(53)
[image:53.595.100.511.80.583.2]

35

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Guru Lembar Wawancara

Siklus ke- : Hari, tanggal :

No Indikator Sikap Pernyataan

1 Berani berbicara secara spontan.

- Apakah siswa sudah berani berbicara secara spontan?

- Apakah hal yang dibicarakan siswa sudah sesuai dengan konteks pembicaraan?

2 Memberi pendapat dengan cara yang santun.

- Apakahsiswa mengangkat tangannya sebelum menyampaikan pendapatnya?

- Apakah bahasa yang digunakan siswa untuk menyampaikan pendapat sudah santun?

3 Memperingatkan orang lain ketika melakukan tindakan yang merugikan sesama.

- Apakah siswa sudah ikut berperan untuk mengingatkan orang lain yang tindakkannya merugikan sesama?

- Bagaimana cara siswa untuk memperingatkan orang lain ketika tindakannya merugikan sesama?

3.4.4 Video

Merekam dengan video merupakan salah satu metode penelitian untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan transkrip-transkrip penting dalam penelitian. Rekaman dari video dapat membantu peneliti memperoleh data yang spesifik dan akurat menurut aspek tertentu dalam pengajarannya (Hopkins, 2011)

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.5.1 Uji Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila “insturmen tersebut dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur” (Widoyoko, 2009:128). Dapat dikatakan juga bahwa validitas berkaitan dengan ketepatan sebuah alat ukur. Instrumen yang sudah valid dapat menghasilkan data yang valid. Jika data yang dihasilkan dari penyajian instrumen itu valid, maka secara otomatis instrumen tersebut juga valid.

(54)

36

[image:54.595.145.483.173.285.2]

taraf validitas tertentu dan harus dicari sejauh mana taraf korelasinya atau taraf validitasnya. Koefisien validitas tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00 dengan taraf signifikasi 1% dan 5%. Besar koefisien tersebut adalah:

Tabel 3.4 Kriteria besar koefisien validitas Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah

[image:54.595.101.500.304.757.2]

Hasil perhitungan validitas dengan program komputer SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) menunjukkan bahwa dari 40 butir soal yang diujikan pada 37 siswa, 20 butir soal dinyatakan valid. Hasil uji validitas soal yang valid dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5 Hasil uji validitas

No Pearson Correlation Sig. (2-Tailed) Keputusan

1 0.341* 0.039 Valid 2 0.332* 0.045 Valid 3 0.090 0.595 Tidak Valid

4 . . Tidak Valid

5 0.433** 0.007 Valid 6 0.260 0.121 Tidak Valid 7 0.548** 0.000 Valid 8 -0.141 0.405 Tidak Valid 9 0.627** 0.000 Valid 10 0.509** 0.001 Valid

11 . . Tidak Valid

12 0.403* 0.013 Valid 13 0.339* 0.040 Valid 14 0.057 0.740 Tidak Valid 15 0.159 0.347 Tidak Valid 16 0.409* 0.012 Valid

17 . . Tidak Valid

18 0.440** 0.006 Valid 19 0.497** 0.002 Valid 20 0.374* 0.023 Valid

21 . . Tidak Valid

(55)

37

No Pearson Correlation Sig. (2-Tailed) Keputusan

28 0.228 0.174 Tidak Valid 29 0.040 0.816 Tidak Valid 30 0.124 0.464 Tidak Valid 31 0.678** 0.000 Valid 32 -0.198 0.241 Tidak Valid 33 0.210 0.211 Tidak Valid 34 0.482** 0.002 Valid 35 0.523** 0.001 Valid 36 0.242 0.149 Tidak Valid

37 . . Tidak Valid

38 0,260 0.121 Tidak Valid 39 0.363** 0.027 Valid 40 0.426** 0.009 Valid

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen

[image:55.595.123.499.83.322.2]

Instrumen tes disebut reliabel (dapat dipercaya) jika sudah diteskan berkali-kali tetap memberikan hasil yang ajeg (konsisten). Ajeg tidak harus selalu memiliki skor yang sama, skor dapat berubah namun dengan perubahan yang ajeg. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Instrumen yang valid sudah tentu reliabel, namun tetap perlu diadakan pengujian reliabilitas instrumen.

Tabel 3.6 Koefisien korelasi reliabilitas Koefi

Gambar

Grafik 4.4 Grafik Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Pra Siklus - Siklus 2 .............
Gambar Orang-Orangan Yanti (2013)
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Objektif Siklus 2  : PKn
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Guru Lembar Wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait