• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN BENTUK ESTETIS RELIEF UKIR MULYOHARJO JEPARA SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN BENTUK ESTETIS RELIEF UKIR MULYOHARJO JEPARA SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN BENTUK ESTETIS

RELIEF UKIR MULYOHARJO JEPARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Disusun oleh:

Fadzel Muhamad Rifandi NIM 2401416006

JURUSAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”

(Surat Luqman, ayat 18).

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua saya yang selalu memberikan motivasi, bimbingan dan kasih sayang dengan tulus ikhlas serta mendoakan setiap langkah.

(5)

iv SARI

Rifandi, Fadzel Muhamad 2020.”Kajian Bentuk Estetis Relief Ukir Mulyoharjo Jepara”.Skripsi. Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Eko Haryanto, S.Pd., M.Ds.

Kata kunci : Relief Ukir Mulyoharjo & Bentuk Estetis

Sentra industri kerajinan ukir kayu Mulyoharjo adalah pusat kerajinan kayu yang ada di Jepara. Produk unggulan Mulyoharjo adalah relief ukir yang sudah terkenal kepenjuru daerah hingga luar negeri. Pengenalan itu sejalan dengan berputarnya waktu dan gigihnya pengrajin dalam berkreasi untuk memenuhi kebutuhan non fungsional, kebutuhan estetis dan kebutuhan hidup. Penelitian yang dikaji adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui ragam relief ukir yang ada di Mulyoharjo Jepara, (2) Bagaimana bentuk estetis relief ukir Mulyoharjo Jepara. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi, menjelaskan dan menganalisis permasalahan tersebut. Manfaat penelitian ini memberi informasi tentang ragam relief ukir dan bentuk estetis relief ukir Mulyoharjo Jepara.

Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan lokasi penelitian dan pengambilan objek sebagai sampel. Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan/observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data analisis melalui tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan.

Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama ragam relief ukir Mulyoharjo, (1) Relief ukir flora- fauna, (2) Relief ukir makhluk mitologi, (3) Relief ukir Nasrani. Kedua bentuk estetis sebuah karya relief ukir terletak pada, (1) Penggunaan media yang meliputi bahan, alat dan teknik sehingga secara teknis menghasilkan karya seni yang indah (2) Estetis visual ditinjau dari unsur-unsur visual dan prinsip-prinsip estetis yang tersusun sudah terpenuhi dan sebagian besar karya relief ukir Mulyoharjo terlihat bagus (3) Pemilihan objek yang digunakan menambah nilai estetis dalam relief ukir Mulyoharjo.

Berdasarkan hasil penelitian, disampaikan saran sebagai berikut: (1) semakin susah untuk mendapatkan pengrajin relief ukir yang terampil di karenakan rendahnya minat generasi muda dalam kegiatan mengukir relief karena pandangan rendah terhadap pekerjaan sebagai pengukir relief. (2) Relief ukir perlu dipromosikan melalui trobosan-trobosan secara intensif (3) Pihak-pihak yang berwenang perlu membuat kebijakan yang tepat untuk memajukan relief ukir.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas karuniaNya, penulis dapat melalui segala proses penyusunan skripsi ini, baik mulai proses bimbingan, penelitian maupun penulisan. Berkat karunia itu skripsi yang berjudul

“Kajian Bentuk Estetis Relief Ukir Mulyoharjo Jepara” ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat dorongan dan arahan dari berbagai pihak. Paling awal saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Eko Haryanto, S.Pd., M.Ds selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan saran yang konstruktif dengan penuh kesabaran serta ketulusan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan kemudahan, di antara sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kemudahan perkuliahan.

2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberi kemudahan izin penelitian.

3. Dr. Syakir, M.Sn., Ketua Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah membantu kelancaran administrasi dan perkuliahan.

4. Dwi Wahyuni K, S.Pd.,M.Sn., Selaku pembimbing informal yang senantiasa memberikan masukan positif dalam hal penulisan skripsi ini.

5. Dosen Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan seni selama kuliah.

6. Sugiyanto, S.pd., S.St,. M.pd. yang memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Jupriyono, selaku petinggi Desa Mulyoharjo yang telah berkenan untuk memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini.

(7)

vi

8. Sumarno, ketua sentra industri Mulyoharjo, selaku narasumber yang telah berkenan meluangkan waktu dan berbagi ilmu kepada penulis dalam penelitian ini.

9. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya.

10. Sahabat-sahabatku Seni Rupa UNNES angkatan 2016, kakak dan adik kelas atas dorongan dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

11. Keluarga besar Rangga Lawe, Luqman, Annas, Fanani, Amdy, Saiful, Sutejo, Rio, Bakti, Teddy, Jesita, Rani, Arif, Lutfiatun, dan Dewi, Himawan yang selalu memberikan semangat dan bantuan selama perkuliahan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan sekripsi ini.

Semoga atas bantuan dan dukungan yang deberikan, Allah SWT memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya dan membalas segala amal kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dunia pendidikan pada umumnya.

Semarang, 22 Mei 2020 Penulis,

Fadzel Muhamad Rifandi 2401416006

(8)

vii DAFTAR ISI

PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

SARI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

BAB 1 ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian yang Relevan ... 6

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian Seni Rupa ... 9

2.2.2 Relief sebagai karya Seni Rupa ... 12

2.2.3 Jenis Relief Ukir ... 13

2.2.4 Bentuk Estetis ... 15

2.2.5 Bentuk Estetis Relief ukir ... 16

2.2.6 Unsur-unsur Relief ukir ... 16

2.2.7 Prinsip-prinsip Rlief ukir ... 20

(9)

viii BAB 3

METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Pendekatan penelitian ... 24

3.2 Tempat dan waktu ... 25

3.3 Populasi ... 25

3.4 Sampel ... 25

3.5 Instrumen penelitian ... 27

3.6 Teknik pengumpulan data ... 28

3.6.1 Observasi ... 28

3.6.2 Dokumentasi ... 28

3.6.3 Wawancara ... 29

3.7 Teknik Analisa Data ... 29

3.7.1 Reduksi Data ... 29

3.7.2 Sajian Data ... 30

3.7.3 Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan ... 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Desa Mulyoharjo Kabupaten Jepara ... 31

4.1.2 Industri Kabupaten Jepara ... 32

4.1.2 Mata Pencaharian Penduduk Desa Mulyoharjo ... 34

4.1.4 Sentra Industri Desa Mulyoharjo ... 36

4.1.5 Keadaan Sosial dan Budaya Desa Mulyoharjo ... 53

4.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

4.3 Latar Belakang Relief ukir Mulyoharjo ... 56

4.4 Ragam relief ukir Mulyoharjo ... 57

4.4.1 Relief Ukir Flora-fauna ... 59

4.4.2 Relef Ukir Makhluk Mitologi ... 61

4.4.3 Relief Ukir Nasrani ... 63

4.5 Bentuk Estetis Relief Ukir Mulyoharjo ... 64

4.5.1 Bentuk Estetis Rlief Ukir Flora-Fauna ... 66

(10)

ix

4.5.2 Bentuk Estetis Relief Ukir Naga ... 85

4.5.3 Bentuk estetis Relief Ukir Nasrani ... 104

BAB 5 PENUTUP ... 124

5.1 Simpulan ... 124

5.1.1 Ragam Relief Ukir Mulyoharjo ... 124

5.1.2 Bentuk Estetis Relief Ukir Mulyoharjo ... 124

5.2 Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian yang relevan ... 6 Tabel 4.1 Data Industri kecil dan menengah desa Mulyoharjo ... 34 Tabel 4.2 Produk Mulyoharjo ... 39

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian ... 27

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Jepara ... 31

Gambar 4.2 Sentra Industri Seni Patung dan Ukir ... 36

Gambar 4.3 Showroom Biono Arwana ... 55

Gambar 4.5 Relief Ukir Dunia Bawah Laut ... 56

Gambar 4.6 Relief Ukir Daun Lotus ... 60

Gambar 4.7 Relief Ukir Naga ... 62

Gambar 4.8 Relief Ukir Naga Kembar ... 63

Gambar 4.9 Relief Ukir Pejamuan Terakhir ... 64

Gambar 4.10 Karya 1 Relief Ukir Kuda Lari ... 66

Gambar 4.11 Nama dan istilah relief kuda lari ... 68

Gambar 4.12 Elemen visual relief kuda lari ... 69

Gambar 4.13 Karya 2 Ikan Discus ... 72

Gambar 4.14 Nama dan istilah pada relief ikan discus ... 74

Gambar 4.15 Elemen visual pada relief ikan discus ... 75

Gambar 4.16 Karya 3 Suasana Bawah Laut... 78

Gambar 4.17 Nama dan istilah pada relief ukir dunia bawah laut ... 81

Gambar 4.18 Elemen visual relief ukir dunia bawah laut ... 83

Gambar 4.19 Karya 4 Naga ... 85

Gambar 4.20 Nama dan istilah dalam reilef naga ... 87

Gambar 4.21 Elemen visual relief ukir naga ... 88

Gambar 4.22 Karya 5 Naga ... 91

Gambar 4.23 Nama dan istilah pada Naga ... 94

Gambar 4.24 Elemen visual reliefukir naga ... 95

Gambar 4.25 Karya 6 Naga ... 98

Gambar 4.26 Nama dan istilah dalam reilef ukir naga... 100

Gambar 4.27 Elemen visual reilef naga ... 101

Gambar 4.28 Karya 7 The last supper (Penjamuan terakhir) ... 104

Gambar 4.29 Nama dan istilah pada relief The Last Supper ... 106

Gambar 4.30 Elemen visual relief The Last Supper ... 107

(13)

xii

Gambar 4.31 Karya 8 Yesus dijatuhi hukuman mati ... 111

Gambar 4.32 Nama dan istilah relief Yesus dijatuhi hukuman mati ... 113

Gambar 4.33 Elemen visual relief yesus dihukum mati ... 114

Gambar 4.34 karya 9 Relief ukir yesus disalibkan ... 117

Gambar 4.35 Nama dan istilah relief yesus disalibkan ... 119

Gambar 4.36 Elemen visual relief yesus disalibkan ... 120

(14)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Mebel ... 33

Diagram 4.2 Kerajinan Ukir ... 34

Diagram 4.3 Lapangan Pekerjaan ... 35

Diagram 4.4 Produk Kerajinan Mulyoharjo ... 37

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jepara merupakan kabupaten yang terletak di kawasan pantai utara Jawa Tengah berbatasan langsung dengan Kota Pati, Kudus dan Demak. Nama Jepara lebih dikenal dengan sebutan kota ukir, hal ini karena kekhasan karya ukir yang menjadi sangat identik dengan kota ini. Produk ukiran Jepara telah lama dikenal oleh masyarakat luar dan sudah menembus perdagangan dunia sejak tahun 1990- an. Oleh karena itu Jepara mendapat gelar The World Carving Center atau pusat ukiran dunia. Pemerintah Kabupaten Jepara telah memperkuat identitas daerah sebagai pusat ukiran dunia dengan pemetaan dan pengembangan potensi unggulan daerah. Pemetaan itu meliputi potensi usaha miko kecil menengah (UMKM) untuk menarik para pembeli dari luar negeri dan investor datang ke Jepara untuk tujuan bisnis.

Di Jepara kegiatan mengukir dan memahat telah menjadi bagian besar dari seni kebudayaan, ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dari akar sejarahnya. Mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai perajin ukir kayu, baik sebagai pengusaha, seniman, maupun sebagai karyawan. Selain itu masyarakatnya juga memiliki mata pencaharian nelayan, petani, guru, buruh, dan lain sebagainya. Saat ini Jepara memiliki beberapa sentra industri. Sektor ini dibedakan dalam kelompok industri besar, industri sedang, industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan keahlian masing-masing (Widiartanti, 2016).

Sentra perdagangannya terletak di wilayah Ngabul, Senenan, Tahunan, Pekeng, Kalongan, Pemuda dan pusatnya berada di Desa Mulyoharjo.

Desa Mulyoharjo adalah desa yang teletak di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Mulyoharo dikenal sebagai sentra industri seni ukir dan pahat dari kayu. Pada tahun 2003 pemerintah menjadikan Desa Mulyoharjo sebagai Sentra ukir dan Patung Mulyoharjo. Sentra ini bertujuan untuk mengembalikan kekuatan industri ukir Jepara yang mengalami penurunan. Wilayah Desa Mulyoharjo yang banyak pengerajin mempunyai potensi besar untuk kemajuan industri seni ukir Jepara. Menurut mitos yang

(16)

2

beredar di masyarakat Desa Mulyoharjo dianggap sebagai cikal bakal dari seni ukir Jepara.

Hampir semua masyarakat Mulyoharjo membuat kerajinan kayu mulai dari ukir, patung, relief dan mebel. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai pengrajin, antara lain petani dan nelayan. Dengan adanya seni kerajinan ukiran kayu ini, Desa Mulyoharjo menjadi desa yang ramai dan banyak didatangi orang- orang dari luar kota bahkan dari mancanegara. Para pengunjung dari mancanegara ini tidak hanya berjalan-jalan menikmati pemandangan perkampungan para pengukir untuk melihat proses penciptaannya, tetapi juga berbelanja benda-benda kerajinan.

Sentra industri Mulyoharjo adalah pusat kerajinan kayu yang ada di Jepara dan merupakan produk unggulan Jepara. Awal mula Desa Mulyoharjo terkenal adalah ukiran khas “Macan Kurung” produk seni ukir khas Jepara yang bernilai estetik tinggi karena dibuat dengan menggunakan kayu gelondongan utuh tanpa sambungan. Namun sekarang keberadaannya sudah punah dengan beragam seni ukiran kayu yang berkembang pada saat ini. Kerumitan dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam pembuatan serta harga yang relatif tinggi menjadi salah satu penyebab terjadinya kelesuan pasaran macan kurung.

Kerajinan kayu Desa Mulyoharjo dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu ukir dan patung. Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian- bagian cekung dan bagian-bagian cembung yang menyusun suatu gambar yang indah. Sedangkan Seni patung adalah semua karya dalam bentuk meruang.

Berdasarkan teknik penciptaan produk ukir dan patung menggunakan teknik yang sama yaitu dengan cara pahat. Menurut spesifikasi masing-masing karya yang dihasilkan ada yang disebut sebagai ukiran ornamen atau ukiran biasa, ukiran relief, ukiran kaligrafi, bahkan ada pula ukiran patung.

Salah satu ukiran yang merupakan produk unggulan Mulyoharjo saat ini adalah relief ukir yang proses pembuatannya memerluka waktu yang lama. Relief ukir merupakan pahatan yang menampilkan perbedaan bentuk dan gambar dari permukaan rata di sekitarnya (Mendiknas, 2008: 1159). Mayorits masyarakat Mulyoharjo memproduksi reliaf ukir yang saat ini banyak memberi pengaruh bagi perkembangan seni relief kayu di wilayah Kabupaten Jepara. Hal ini disebabkan

(17)

masyarakat Mulyoharjo memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin relief ukir kayu, sehingga tidak langsung hal ini memberi dampak positif bagi perekonomian masyarakat. Menurut data industri kecil dan menengah Kecamatan Jepara 2014, Desa Mulyoharjo terdapat industri kecil dan menengah (IKM) dibidang mebel 100 unit sedangkan di bidang kerajinan kayu 48 unit. Dibanding dengan desa lain Desa Mulyoharjo merupakan salah satu potensi IKM terbesar Jepara khususnya di bidang kerajinan. Sehingga membawa dampak positif bagi yaitu dapat menyerap tenaga kerja cukup besar.

Aktivitas pembuatan relief ukir yang dilakukan pengrajin Mulyoharjo sangat terkenal kepenjuru daerah hingga luar negeri. Pengenalan itu sejalan dengan berputarnya waktu dan gigihnya pengrajin dalam berkreasi adalah untuk memenuhi kebutuhan non fungsional, kebutuhan estetis dan kebutuhan hidup.

Jenis relief ukir sangat bervareasi mulai dari relief naga, relief ikan, relief kuda dan sebagainya. Tidak jarang gaya relief sekarang pengembangan dari gaya tradisional. Gaya relief yang dihasilkan dari setiap pengrajin memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Disamping itu, bahan yang digunakan pengrajin juga bermacam-macam yaitu kayu jati, kayu mahoni, kayu meh dan lain sebagainya.

Mulyoharjo merupakan desa wisata yang menyuguhkan seni dan kerajinan khas jepara dengan seni ukir kayunya. Sentra industri kerajinan Mulyoharjo.

Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara pada tahun 2019 wisata industri Mulyoharjo berada diperingkat keempat dengan presentase 14,4% di bawah Karimunjawa 29,8%, pantai bandengan 18,8% dan pantai kartini 15,6%.

Total wisatawan yang berkunjung ke industri kerajinan Mulyoharjo sebanyak 63.120 orang yang terdiri dari 3.951 wisatawan mancanegara dan 59.169 wisatawan nusantara. Data menunjukan wisatawan mancanegara dan nusantara tertarik dengan wisata Industri Mulyoharjo. Hal ini karena Desa Mulyoharjo memiliki produk dan kualitas yang cukup baik dan unik. Banyak konsumen dari luar negeri memberikan kepercayaan pada perajin di Mulyoharjo karena mereka memiliki keunggulan kompetitif yang jauh lebih baik dibanding produsen di tempat lain. Di sana banyak pengrajin yang memiliki kemampuan membuat karya seni ukir kayu yang halus dan indah dari setiap hasil pekerjaan ukirannya.

Kehalusan finishing dan detail produk yang jauh lebih baik, telah memberikan

(18)

4

daya tarik yang luar biasa bagi peminat produk kerajinan Mulyoharjo. Keahlian yang dimiliki para pengrajin pada umumnya telah diwariskan secara turun- temurun dari generasi senior hingga ke generasi lebih muda melalui pendidikan nonformal, namun tetap dibutuhkan sarana untuk belajar sehingga budaya ukir- mengukir Jepara dapat dilestarikan dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melaksanakan penelitian mengenai ragam hias relief ukir dan bentuk estetis relief ukir Mulyoharjo. Di samping uraian di atas, latar belakang diadakannya penelitian ini juga didasarkan atas hasil pengamatan sementara yang menunjukkan bahwa produk relief ukir Mulyoharjo telah menarik banyak kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan bentuk relief ukirnya yang artistik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Apa saja ragam relief ukir yang ada di Mulyoharjo Jepara?

1.2.2 Bagaimana bentuk estetis relief ukir Mulyoharjo Jepara?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian imiah, tentunya ada tujuan yang melatar belakanginya, adapun tujuan dari penelitian penelitian yang akan dicapai ini sebagai berikut : 1.3.1 Untuk mengetahui ragam relief ukir yang ada di Mulyoharjo Jepara.

1.3.1 Untuk menganalisis bentuk estetis karya relief ukir Mulyoharjo Jepara.

1.4 Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini apabila tercapai diharapkan memperoleh manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi penulis dapat menambah pengetahuan akademisi dan juga dapat digunakan sebagai bahan informasi penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Bagi penulis selanjutnya penulsan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perkembangan relief ukir Mulyoharjo Jepara.

(19)

1.4.3 Bagi seniman relief ukir dapat digunakan sebagai refleksi diri akan kekurangan dan kelebihan karyanya serta sebagai bahan pertimbangan dalam menciptakan karya lebih lanjut.

1.4.4 Bagi pemerintah daerah dapat dijadikan sebagai wawasan atau pengetahuan dan bahan pertimbangan kebijakan dalam mengembangkan serta menekuni relief ukir Mulyoharjo Jepara.

1.4.5 Bagi masyarakat umum dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tantang ragam dan bentuk estetis relief ukir Mulyoharjo Jepara.

(20)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan

Tabel 2.1 Penelitian yang relevan

No Peneliti Tahun Judul Hasil

1. Supriyadi, dkk.

(Jurnal)

2008 Seni Ukir Macan Kurung di

Dukuh Belakang Gunung, Desa Mulyoharjo Kabupaten Jepara.

Makna kerajinan seni ukir macan kurung bagi perajin adalah warisan leluhur penduduk setempat yakni ada unsur filosofi bahwa manusia yang angkara murka, serakah, gila kekuasaan dan sebagainya dengan dibatasi perisai kebajikan melalui dasar-dasar moralitas yang baik. Pola perilau perajin dalam berkarya meliputi kemampuan dalam berkarya yakni kemampuan dalam pemilihan bahan, penggunaan alat teknik mengukir dan proses mengerjakan, serta teknik finishing karya. Bentuk hasil karya seni ukir macan kurung berukuran tinggi 70 cm, lebar 30 cm, dengan ragam hiasnya seekor macan yang ada di dalam jeruji /kerangkeng kemudian di atas kerangkeng terdapat motif seekor burung rajawali sedang mencengkeram seekor ular. Finishing bentuk ukiran menggunakan politur.

2. Gustami.SP (Disertasi)

2000 Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara Kajian Estetik melalui

Terbentuknya industri mebel Jepara melalui proses dan sejarah panjang.

Proses panjang dimulai dari pengenalan tentang pembuatan benda-benda

(21)

Pendekatan Multidisiplin.

kebutuhan hidup pada tingkata yang paling sederhana hingga mengalami perkembangan dan berhasil mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dengan hasil-hasil yang memuaskan. Dalam rangka meningkatkan industri mebel Jepara untuk mencapai prestasi nasional dan internasional yang lebih menggembirakan, maka diperlukan pembinaan dan pengembangan yang efektif dan effesien serta memiliki relevansi dan urgensi tinggi dengan kebutuhan masyarakat.

3. Usman , Andi

(Skripsi)

2009 Seni Relief Karya Sutrisno : Kajian Proses Penciptaan, Nilai Estetis, Dan Simbolis

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut. Pertama, Sutrisno memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, dan secara tidak langsung ia turut melestarikan seni relief di Desanya.

Kedua, Sutrisno dalam proses penciptaan relief terdiri dari tahap persiapan, pembuatan, dan finishing.

Ketiga, Nilai estetis dan Simbolis relief Sutrisno. Nilai estetis diwujudkan melalui susunan unsur-unsur rupa dan prinsip-prinsip desain yang baik. Nilai simbolis relief karya Sutrisno merupakan visualisasi dari cerita rakyat, agama, realitas fisik alam sekitar dan bentuk imajinatif. Saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, perlu

(22)

8

mengembangkan pola-pola relief yang baru dan tidak hanya meniru pola relief yang sudah ada. Kedua, perlu membuka showroom atau galeri relief dekat jalan utama Jepara, sehingga secara tidak langsung mampu menarik perhatian orang dalam maupun luar negeri yang melintas. Ketiga, perlu dihakpatenkan pula hasil karya seni relief Sutrisno, misalnya hasil karya seni relief yang bertemakan flora-fauna dedaunan dengan ciri khas bentuk daun dan bunga bercorak dekoratif.

4. Alamsyah (Jurnal)

2018 Potret Pekerja Kerajinan Seni Ukir Relief Jepara

Pekerja ukiran relief merupakan salah satu pelestari seni ukir Jepara. Mereka mempelajari seni ukir sejak kecil hingga bertahan sebagai pengukir relief saat ini.. Melalui hasil mengukir relief mereka dapat menikah, memiliki rumah, motor, dan dapat menyekolahkan anak-anaknya. Pada periode 2018, potret kehidupan pengukir relief tercermin dari upah yang diterima antara 75 ribu hingga 150 ribu tergantung keahliannya.

Dengan upah tersebut dipandang belum sebanding dengan keahlian profesional yang dimiliki di tengah keterbatasan sumber daya manusia pengukir relief.

Saat ini mayoritas yang bekerja sebagai pengukir relief umurnya di atas 50 tahun, dan generasi muda sudah tidak

(23)

ada yang tertarik lagi sebagai pengukir relief.

5. Haryadi, Kus (Disertasi)

2016 Langgam Relief Jepara

Relief ukir yag dubuat melalui mengukir atau dalam bahasa jepara disebut natah akan menghasilkan ukir- ukiran yang berbeda-beda jenisnya.

Menurut spesifikasi masing-masing karya yang dihasilkan ada yang disebut sebagai ukiran ornamen atau ukiran biasa ”ukiran relief”, ukiran kaligrafi, bahkan ada pula ukiran yang dibuat sebagai “ukiran relief” menurut pandangan orang Jepara setidaknya memiliki lima kriteria, yaitu (1) Termasuk jenis ukiran tinggi, (2) teknik pembuatannya rumit atau ngrawit, (3) Produknya otonom.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Seni Rupa

Bila mendefinisikan arti dari kata ”seni”, kita akan menemukan banyak sekali referensi dan bahkan mungkin juga kita akan terjebak dalam konteks pemaknaan tersebut karena definisi kata ”seni” terus berubah seiring perkembangan zaman. Menurut Bastomi (1990: 1), bahwa seni melekat hampir pada seluruh aspek kehidupan manusia. Istilah seni berasal dari kata “art” yang berasal dari kata lain “ars” yang berarti kemahiran. Secara etimologi, art dapat diartikan sebagai suatu kemahiran dalam membuat barang-barang atau membuat sesuatu.

Seni atau kesenian itu meliputi penciptaan dari segala hal benda yang karena keindahan bentuknya orang senang melihatnya, atau mendengarnya.

Maksudnya adalah segala sesuatu yang ada dan dapat ditangkap oleh indera kita,

(24)

10 akan menjadi karya seni bila dikenang indahnya, dan dituangkan dengan bentuk yang menarik perhatian. Dalam perkembangannya seni hadir pada setiap periode sejarah manusia yang tak terhitung dalam jumlah serta keanekaragaman dalam ekspresi. manusia purba membuat karya seni hanya untuk kepentingan sosioreligi sedangkan manusia moderen membuat karya seni sebagai kepuasan pribadi dan gambaran atas lingkungannya. Hal ini menimbulkan suatu dampak yaitu seni sebelum zaman moderen adalah milik bersama, dan tidak bersifat individualistis, tidak seperti zaman moderen. Salah satu cabang seni yang memiliki peranan yang cukup penting di dalam kehidupan manusia adalah seni rupa.

Menurut Kartika (2017: 5) seni rupa merupakan ekspresi hasil ungkapan batin seorang seniman yang terpapar ke dalam karya seni lewat medium dan alat sehingga dapat dinkmati. Lebih lanjut Kartika (2017: 33) menjelaskan bahwa seni rupa adalah salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau sering disebut bentuk perupaan, yang merupakan susunan atau komposisi atau kesatuan dari unsur-unsur rupa. Dalam seni rupa terdapat unsuru-unsur yaitu garis, bidang, bentuk, ruang, warna, dan tekstur. Unsur-unsur tersebut tersusun menjadi satu yang kemudian disebut komposisi atau bentuk karya seni rupa (Rondhi, 2017: 17).

Menurut Read (dalam Bastomi, 2003: 9) dalam mewujudkan karya seni rupa diperlukan ekspresi yang diolah dalam jiwa seniman. Seorang seniman tidak akan kehabisan inspirasi seni dalam berkarya. Inspirasi merupakan sumber yang harus dimiliki seorang seniman, inspirasi tidak terbatas pada intuisi melainkan berkembang menjadi angan-angan kemudian berkhayal dan berfantasi.

Dalam menciptakan karya seni rupa seniman dengan bebas mengekspresikan ide-ide lewat karyanya dengan medium tertentu untuk keemudian diekspresikan ke dalam wujud karya seni rupa. Munculnya suatu karya seni tentu mengalami proses yang panjang. Setiap karya seni yang diciptakan oleh seorang seniman pada hakikatnya merupakan karakteristik yang terdapat dalam suatu karya seni sekaligus menjadi refleksi identitas pribadi penciptanya. Identitas pribadi yang terdapat dalam suatu karya seni pada dasarnya merupakan hasil pemikiran yang dipadukan dengan citarasa dan pengalaman estetik seniman.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik garis besar bahwa pengertian seni rupa adalah ekspresi yang berbentuk visual (wujud) atau disebut

(25)

bentuk perupaan dari ungkapan batin seniman yang dikomunikasikan melalui medium dan alat tertentu dengan mempertimbangkan unsur-unsur visual seperti garis, bidang, bentuk, ruang, warna sehingga karya yang ditampilkan dapat ditampilkan dan dinikmati.

2.2.1.1 Dimensi Seni Rupa

Menurut Susanto (2011: 106) seni rupa berdasarkan dimensinya dibagi menjadi dua jenis, yaitu seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi. Seni Rupa dua dimensi adalah seni rupa yang memiliki dua ukuran yaitu panjang dan lebar, dengan kata lain seni rupa dua dimensi bersifat datar, tidak memiliki (ketebalan) dan hanya bisa dilihat dari satu arah saja. Pada bidang papar dibuat markah papar yang dapat dilihat dan tidak memiliki kedalaman, kecuali kedalaman maya.

Markah tersebut tidak memiliki (ketebalan).

Terkadang bentuk tiga dimensi terlihat sebagai wujud dua dimensi, misalnya suluran daun yang dilihat nampak seperti sebuah ukiran karena keindahannya. Berkat kemajuan teknologi, kamera dengan mudahnya mengubah segala yang ada di depan lensanya menjadi gambar papar. Markah barik pada bahan alami yang licin seperti batu, kayu, dan lain-lain juga mengesankan wujud dua dimensi.

Seni rupa tiga dimensi adalah seni rupa yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi (ketebalan) yang biasa disebut seni rupa tiga dimensi. Seni rupa tiga dimensi dapat diamati dari berbagai arah karena memiliki panjang, lebar dan tinggi (ketebalan). Pada hakekatnya manusia hidup dalam dunia tiga dimensi karena apa yang dilihat bukanlah gambar papar dengan panjang dan lebar saja, tetapi juga ruang huni. apa yang terlihat adalah rangkaian kesatuan ruang yang kita huni. benda yang dekat dapat disentuh, begitu pua yang jauh dapat diraba kalau kita mencoba untuk menjangkaunya.

Dengan pandangan yang hanya sekilas, pemahaman tentang tiga dimensi tidak akan pernah lengkap atau menyeluruh. Pandangan dari sudut tertentu dapat mengelabuhi penglihatan mata. Benda yang nampaknya lengkungan pada jarak yang agak jauh jika dilihat bisa jadi itu berbentuk tidak lengkung dan tidak rata.

Untuk memahami tiga dimensi harus melihatnya dari beberapa sudut dan jarak

(26)

12 yang berbeda, kemudian dipahami untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap tentang tiga dimensi.

2.2.1.2 Sifat Seni Rupa

Menurut Kartika (2017: 32) seni rupa berdasarkan sifatnya, dibagi menjadi dua jenis yaitu seni rupa murni (fine art) dan seni rupa terapan (applied art). Seni murni (fine art) adalah karya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual yang dibuat untuk pemenuhan hasrat estetis serta ekspresi dari senimannya. Karya seni murni dibuat dengan tujuan untuk dinikmati keindahan dan keunikannya saja tanpa mempertimbangkan fungsi praktisnya. Pemenuhan Pada saat pembuatannya seniman tidak membuat karyanya untuk hal lain selain untuk dinikmati keindahannya dan tidak memiliki kegunaan praktis.

Seni Terapan (applied art) merupakan karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam kehidupan manusia. Seni terapan dalam produk karyanya selalu mempertimbangkan keadaan pasar dan estetika yang digunakan sesuai fungsi dan tujuan pembuatan tanpa menghilangkan sisi keindahan.

2.2.2 Relief sebagai karya Seni Rupa

Istilah relief disadap dari bahasa Inggris, atau relievo dalam bahasa Itali, dalam bahasa Indonesia adalah peninggian, yaitu kedudukannya lebih tinggi dari latar belakangnya, karena peninggian-peninggian itu ditempatkan di atas suatu dataran (Sahman, 1992: 91). Relief senantiasa berlatar belakang, karena peninggian itu ditempatkan pada suatu dataran. Pada dasarnya relief merupakan karya dua dimensi. Jenis lukisan dinding yang timbul ini dapat dibuat dengan menggunakan teknik pahat, maupun dengan menempelkan bahan-bahan dengan alat khusus (Susanto, 2002: 96). Seni relief ini merupakan ungkapan perasaan dan pikiran yang dituangkan pada suatu bidang datar melalui susunan garis, bidang atau bentuk, warna, tekstur dan ruang atas hasil pengamatan dan pengalaman estetis seseorang, yang menampilkan bentuk dekoratif, sehingga hasilnya seperti lukisan yang timbul dari permukaan.

Karya ukiran relief yang dibuat oleh pengukir merupakan karya yang rumit dan membutuhkan keahlian mengukir tingkat tinggi dan proses yang panjang. Pekerja tidak seluruhnya dapat menguasai pembuatan setiap bagian

(27)

relief. Pengukir yang baru menguasai ukiran background dalam setiap tema, akan bekerja sama dengan pengukir lainnya yang lebih ahli dalam mengukir jalan ceritanya seperti ukiran manusia, hewan, atau yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi.

Menurut Moeslih (1983: 83), relief dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: (1) relief rendah, bentuknya tipis karena teknik pencukilannya diarahkan dalam bentuk-bentuk anatomi plastis dengan bentuk tipis, (2) relief tinggi, bentuk relief hampir mendekati patung, sehingga bentuk objek serta backgroundnya tampak agak terpisah, karena media yang digunakan dalam ukuran yang tebal, (3) relief tembus, bentuk relief diwujudkan dengan background yang berlubang atau tembus, yaitu dengan melubangi bagian-bagian dasarnya, sehingga objeknya akan tampak lebih menonjol dan akan menimbulkan kesan perspektif jauh.

Relief berdasarkan teori di atas adalah sebuah bentuk yang dihasilkan dari peninggian bahan kayu atau batu dengan cara teknik pahat atau menempel yang senantiasa terdapat background yang melatar belakanginya, sedangkan patung senantiasa mampu berdiri sendiri tanpa background atau yang melatar belakanginya.

2.2.3 Jenis Relief Ukir

Ukiran relief memiliki kedalaman pahatan yang berbeda-beda. Relief ukir dimaknai sebagai karya seni yang objek-objeknya diwujudkan secara timbul cekung, permukaannya tidak rata sebagai perwujudan bentuk-bentuk tertentu.

Adanya perbedaan ketinggian pada bagian permukaan karya, dimana objeknya biasanya ditampilkan lebih tinggi namun masih terikat pada bidang dasar atau senantiasa berlatar belakang. Bentuk ukiran kayu dapat dipastikan mengandung prinsip seni relief. Sebagaimana dalam dunia seni ukiran yang spesifikasinya dibedakan berdasarkan tinggi atau rendahnya bentuk ukiran yang dihasilkan.

Menurut Bastomi (1982: 5) jenis ukiran berdasarkan kedalaman yang dihasilkan oleh perajin ada enam macam yaitu (1) Ukir rendah (Bass Relief) disebut ukiran rendah karena bentuk yang timbul kurang dari setengah ketebalan yang dipakai. Artinya bentuk yang diukir tidak sampai setengah dari ketebalan bahan. Dengan kata lain peningkatan bentuknya cuma sedikit. (2) Ukir sedang (Mezzo Relief) disebut ukir sedang karena gambar yang timbul tepat setengah dari

(28)

14 ketebalan bahan yang dipakai. Artinya bentuk yang timbul dari dasar permukaan bahan setengah dari ketebalan bahan dengan kata lain bentuknya cukup tinggi jika dibandingkan dengan ukiran rendah. (3) Ukir tinggi (Haut Relief) disebut ukiran tinggi karena gambar yang timbul lebih dari setengah dari ketebalan bahan yang dipakai. Artinya bentuk yang timbul dari dasar permukaan melampaui setengah dari ketebalan yang dipakai dengan kata lain bentuknya sangat tinggi dibandingkan dengan ukiran rendah. (4) Ukiran cekung atau tenggelam (Encreux Relief) disebut ukiran cekung karena gambar yang timbul tenggelam lebih rendah dari pada bidang dasarnya. Artinya bentuk yang timbul dari dasar permukaan tenggelam dari ketebalan yang dipakai. Dengan kata lain bentuknya sangat dalam dibandingkan dengan ukiran rendah. (5) Ukiran tembus atau krawangan (Ayour Relief) disebut ukiran tembus karena gambar yang dihasilkan menembus bidang dasar, sehingga berupa lubang-lubang gambar atau krawangan. Ada kalanya juga yang tembus bukan gambarnya tapi dasarnya. Ukiran tumpang disebut ukiran tumpang karena gambarnya tumpang tindih di atas bidang dasar. Ukir tumpang serupa dengan relief patung karena gambarnya utuh seperti patung sehingga mengesankan bentuk tiga dimensi.

Ukiran relief memiliki 5 (lima) kriteria yaitu jenis ukiran tinggi, teknik pembuaannya rumit atau ngrawit., menggambarkan sebuah fragmen cerita atau tema, bercorak naturalis, dan produknya otonom. Ukiran tinggi maksudnya adalah jalinan bentuk antara objek satu dengan objek yang lainnya muncul dalam psosisi tinggi rendah, naik turun, timbul tenggelam atau tumpang tindih bersap-sap.

Ukiran ini mampu menggambarkan bentuk 3 (tiga) dimensi. Maksud dari ngrawit adalah seni menghasilkan karya ukiran yang ngrawit atau sangat rumit dan harus dikerjakan dengan penuh penelitian, sabar dan hati-hati. Adapun ukiran tematik maksudnya adalah relief ini menggambarkan sebuah tema kehidupan tertentu.

Ukiran naturalis adalah objek yang digambarkan dalam relief banyak ditampilkan dalam corak naturalsitik, objek yang ada dalam dunia nyata. Ukirannya otonom maksudnya adalah relief tidak harus melekat pada perabot seperti almari dan sebagainya. Relief ini dapat berdiri sendiri tanpa terkait media tertentu (Haryadi, 2016: 10-16).

(29)

2.2.4 Bentuk Estetis

Seni merupakan bidang yang sangat khusus dibanding dengan bidang ilmu lainnya. Dikatakan demikian karena seni merupakan bagaian dari nilai yang berintikan pada estetika. Estetika mengadaikan suatu bentuk pemahaman yang melibatkan rasa. Dengan rasa maka seni dapat dinikmati. Salah satu kenikmatan yang bisa dilihat secara kasat mata merupakan kenikmatan estetis, yaitu suatu proses dalam diri manusia yang melibatkan rasa dalam rangka menangkap bentuk estetis dari suatu karya seni.

Pengertian estetis berasal dari kata estetika (aesthetics) berasal dari kata aisthesis dalam bahasa Yunani yang dapat diartikan sebagai rasa nikmat indah yang timbul melalui pencerapan panca indra mata (Djelantik, 1999: 5). Menurut Bastomi (1982: 6) pengertian estetis adalah suatu nilai keindahan yang terdapat mengkait dua aspek yaitu pengamat sebagai subyek dan aspek seni sebagai obyek.

Lebih lanjut Bearsdley (dalam Gie, 1976:48), menyatakan bahwa teori tentang bentuk estetis, yaitu: (1) kesatuan, yaitu benda estetis itu tersusun secara baik dan bentuknya yang sempurna, (2) kerumitan, yaitu benda estetis itu tidak sederhana, tetapi kaya akan unsur-unsur ataupun isi yang ada dan sering bertentangan, atau mengandung perbedaan-perbedaan yang halus, (3) kesungguhan, yaitu benda estetis harus mempunyai kualitas tertentu yang menonjol. Kualitas yang dikandungnya tidak menjadi soal asalkan ia merupakan sesuatu yang intensif atau sungguh-sungguh, misalnya suasana suram atau gembira, sifat lembut atau kasar (Gie, 1976:48).

Selanjutnya Volkelt (dalam Gie, 1976:48), mengemukakan tentang ukuran yang menjadikan pengenal suatu karya seni dianggap secara estetis, yaitu sebuah karya seni itu harus: (1) mengungkapkan keselarasan antara, bentuk dengan isinya. (2) menarik menurut perasaan serta perenungan terhadapnya yang diliputi dengan rasa puas. (3) menunjukkan kekaryaannya akan hal-hal yang menyangkut manusia. (4) memperbesar kehidupan perasaan. (5) membawa masuk ke dalam dunia khayal yang dicita-cita. (6) membebaskan dari ketegangan atau suasana realita sehari-hari. (7) menyajikan suatu kebulatan yang utuh. (8) mendorong pikiran pada perpaduan mental.

(30)

16 Dari penjelasan di atas dapat dipahami bentuk estetis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan segala sesuatu yang menyangkut keindahan yang dapat dilihat dengan kasat mata. Apakah itu keindahan alam, seni, atau sastra.

Misalnya dalam seni rupa, dimana setiap coraknya terdapat nilai keindahan sehingga bisa dikatakan indah. ada beberapa contoh kata yang menggunakan istilah estetis seperti unsur estetis, perasaan estetis, pengalaman estetis dan lain sebagainya.

2.2.5 Bentuk Estetis Relief ukir

Bentuk estetis seni dapat dicapai melalui proses penciptaan karya seni yang harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh sehingga tercipta bentuk yang sempurna, tidak dibuat dengan bentuk yang sederhana, dan memilki makna yang terkandung di dalamnya. Sehingga menimbulkan perasaan akan kepuasan menurut seniman dan apresiator terhadap hasil karya seni. Karya seni rupa yang menembus perasaan pengamat sehingga menjadi senang, nyaman dan puas itu terjadi karena adanya nilai estetis yang terkesan di dalam seni (Bastomi 1982: 6).

Relief ukir merupakan salah satu benda seni, oleh sebab itu untuk dapat dikatakan benda yang mempunyai bentuk estetis dapat dilihat dari desainnya.

Desain adalah salah satu diantara hasil karya tangan yang terbilang „berat‟ dan dapat menciptakan kenikmatan pada manusia Sachari (dalam Purnomo, 2008:16).

Jadi desain adalah hasil karya manusia yang berupa ide atau gambaran yang belum dituangkan dalam bentuk sebenarnya, dapat dikatakan „sulit‟ dan „berat‟

tetapi dapat memberikan kenikmatan pada penciptanya. Dalam membuat desain yang baik harus memperhatikan unsur-unsur seni rupa dan prinsip desain. Ada enam unsur yang perlu diperhatikan oleh para desainer dalam mendesain sesuatu yaitu: garis, raut, tekstur, ruang, warna dan gelap terang (Kartika, 2007: 40).

2.2.6 Unsur-unsur Relief Ukir

Hal-hal yang tidak boleh ditinggalkan dalam berkarya seni adalah unsur- unsur rupa sehingga tercipta suatu karya seni yang bernilai tinggi dan memiliki kualitas. Unsur-unsur seni rupa merupakan aspek-aspek bentuk yang terlihat, konkret, yang kenyataannya jalin-menjalin dan tidak mudah diceraikan satu dengan yang lain (Sunaryo, 2002:5). Sedangkan Kartika (2007:70-79) unsur-unsur rupa yaitu garis, shape (bangun), texture (rasa permukaan bahan), warna, ruang

(31)

dan waktu. Namun secara umum, unsur-unsur rupa yang terdapat pada karya seni relief terdiri dari:

2.2.6.1 Garis (line)

Menurut Susanto (2011: 148), garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, tebal, halus, melengkung, lurus dan lain-lain. Garis merupakan barisan titik yang memiliki dimensi memanjang dan arah tertentu dengan kedua ujung terpisah. Ia bisa panjang, pendek, tebal, halus, lurus, lengkung, patah, berombak, horizontal, vertikal, diagonal, dan sebagainya. Garis nyata adalah garis yang dihasilkan dari coretan atau goresan langsung. Garis semu adalah garis yang muncul karena adanya kesan kesan batas (kontur) dari suatu bidang, warna, atau ruang.

Menurut Kartika (2017: 37), goresan atau garis yang dibuat oleh seorang seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang hadir. Selain itu alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni juga sangat menentukan perbentukan garis yang dihasilkan. Lebih lanjut Soegeng (dalam Kartika 2017: 38) menjelaskan setiap garis yang tergores punya kekuatan tersendiri yang butuh pemahaman, sehingga harus dilatih daya sensitivitas untuk menangkap setiap getaran yang terdapat pada setiap goresan.

2.2.6.2 Bidang (shape)

Bidang atau sering disebut juga dengan raut memiliki bermacam-macam bentuk, ada bentuk geometris dan bentuk non geometris menurut Susanto (2011:

55). (Shape) atau bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif atau sugestif. Bidang (shape) adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur (Kartika, 2007: 38). Di dalam karya seni, shape digunakan sebagai simbol perasaan seniman di dalam menggambarkan objek hasil subjek matter. Bidang adalah area yang dibatasi oleh garis, baik formal maupun garis sifatnya ilusif, skspresif atau sugestif.

(32)

18 2.2.6.3 Tekstur (teksture)

Tekstur (texture) ialah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu (Kartika, 2017:

45). Menurut Susanto (2011: 49) tekstur atau barik merupakan nilai raba, kualitas permukaan yang dapat melukiskan sebuah permukaan objek seperti kulit, rambut, dan bisa merasakan kasar-halusnya, teratur-tidaknya suatu objek.

Menurut Nursantara (2007:15), tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan, bisa halus, kasar, licin, dan lain-lain. Berdasarkan hubungannya dengan indera penglihatan, tekstur dibagi dua: (a) tekstur nyata bila diraba maupun dilihat, secara fisik terasa kasar-halusnya, (b) tekstur semu tidak memiliki kesan yang sama antara penglihatan dan perabaan. Tekstur ini bisa terbentuk karena kesan perspektif dan gelap terang.

2.2.6.4 Ruang (space)

Ruang (space) adalah unsur atau daerah yang mengelilingi sosok bentuknya. Menurut Yudoseputro (1993 : 98) unsur ruang sebenarnya tidak dapat dilihat atau sesuatu yang khayal. Ruang dapat dihayati hanya dengan kehadiran benda atau membuat garis dan bidang di atas lembar kertas. Nursantara (2007:13), mengatakan bahwa wawasan tentang ruang berguna pada saat merancang desain interior. Ruang yang diisi atau ditempati oleh wujud bentuk disebut ruang positif.

Ruang yang mengelilingi wujud bentuk disebut ruang negatif. Semakin besar ruang negatif, wujud bentuk berkesan semakin kecil, dan sebaliknya. Menurut Kartika (2007:79) menjelaskan bahwa ruang merupakan wujud tiga matra yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi. Ruang diciptakan melalui kesan kedalaman.

Ruang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah dwimatra dan trimatra. Dalam seni rupa, orang sering mengaitkannya dengan bidang yang memiliki batas atau limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah. Ruang secara fisik bisa diartikan sebagai rongga yang berbatas maupun yang tidak berbatas oleh bidang (Susanto, 2002: 99).

(33)

2.2.6.5 Warna (Hue)

Belum ada definisi yang pasti mengenai warna, namun warna diposisikan sebagai pembeda antar objek atau bentuk yang identik dengan raut, ukuran, dan nilai gelap terang (Sunaryo, 2011:8). Menurut Kartika (2007:48) warna merupakan kesan yang ditimbulkan cahaya pada mata. Warna pada benda-benda tersebut tidak mutlak, melainkan setiap warna akan dipengaruhi oleh kepentingan penggunaannya. Sama halnya Nursantara (2007:11) yang mengatakan bahwa warna adalah kesan yang ditimbulkan oleh pantulan cahaya pada mata.

Selanjutnya Susanto (2002: 113), warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan benda-benda yang dikenainya: corak rupa seperti merah, biru, hijau, dan lain-lain. Warna tidak bergantung pada warna pigmen atau cat, tetapi dapat berasal dari bahan itu sendiri. Misalnya warna coklat karena bahan kayu, warna abu-abu karena bahan batu, dan sebagainya.

2.2.6.6 Cahaya/gelap terang (radiance)

Hubungan antara gelap terang dan pencahayaan menghasilkan suatu bayangan sehingga menimbulkan suatu gradasi. Gradasi inilah yang nantinya membentuk efek pada mata sehingga mengakibatkan adanya perbedaan gelap dan terangnya pada suatu benda (Sunaryo, 2011:14). Menurut Nursantara (2007:15), gelap terang terjadi karena adanya perbedaan intensitas cahaya yang diterima oleh suatu objek. Sehingga gelap terang akan menimbulkan kesan tekstur dan kedalaman.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan hasil karya seni yang bernilai estetis tidak dapat lepas dari unsur-unsur visual yng menyusunnya. Garis, raut, ruang, tekstur, warna dan gelap terang adalah bahasa visual yang dapat mengungkapkan emosi, sama persis seperti nada-nada dalam musik yang langsung menyentuh dan menggetarkan hati. Nada-nada tersebut adalah ungkapan dari apa-apa yang ada di dalam. Garis hadir sebagai terwujudnya suatu raut atau bidang, bidang sebagai penggambaran suatu objek dengan torehan warna dan tekstur untuk mengekspresikan jiwa. Sedangkan hadirnya sebuah objek maka akan tercipta sebuah ruang dengan gelap terang yang terjadi karena adanya perbedaan intensitas cahaya yang diterima oleh suatu objek. Penyusunan atau komposisi dari unsur-unsur estetik merupakan prinsip pengorganisasian unsur

(34)

20 dalam relief ukir. Untuk menambah nilai lebih dalam karya seni, selain unsur- unsur visual, dalam berkarya seni juga harus memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa.

2.2.7 Prinsip-prinsip Rlief Ukir

Karya merupakan wujud organisasi dari unsur-unsur seni rupa.

Unsurunsur seni rupa tersebut diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga terciptalah sebuah bentuk yang memiliki makna. Dalam proses pengorganisasiannya, unsurunsur tersebut ditata dengan memperhatikan aturan- aturan tertentu. Sehingga diperoleh suatu karya yang bernilai estetis. Cara atau asas yang mempedomani bagaimana mengatur, menata, unsur-unsur rupa dan mengkombinasikannya dalam menciptakan bentuk karya. Sehingga mengandung nilai estetis atau dapat membangkitkan pengalaman rupa yang menarik disebut dengan prinsip-prinsip seni rupa (Sunaryo, 2002: 6). Prinsip-prinsip seni rupa disebut juga kaidah-kaidah yang menjadi pedoman dalam berkarya seni rupa.

Prinsip-prinsip relief ukir, antara lain adalah:

2.2.7.1 Keseimbangan (balance)

Menurut Susanto, (2011: 46) keseimbangan atau balance adalah penyesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya seni. Selain itu Kartika (2007 : 60) mengatakan Keseimbangan (balance) dalam pembuatan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan kesan seimbang secara visual ataupun secara intensitas kekaryaan. Keseimbangan ini ada dua macam, yaitu keseimbangan formal dan informal. Keseimbangan formal adalah keseimbangan pada dua pihak berlawanan dari satu poros, sedangkan keseimbangan informal adalah keseimbangan sebelah menyebelah dari susunan unsur yang menggunakan prinsip susunan ketidaksamaan atau kontras dan selalu asimetris.

Keseimbangan bentuk yang berdasarkan berat ringannya serta letak kedudukannya dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) keseimbangan setangkup, merupakan keseimbangan yang diperoleh bila bagian di belahan kiri dan kanan suatu susunan terdapat kesamaan atau kemiripan wujud, ukuran, dan jarak penempatannya, (2) keseimbangan senjang, merupakan keseimbangan yang

(35)

memiliki bagian antara belahan kiri dan kanan tidak sama, tetapi dalam keadaan tidak berat sebelah, (3) keseimbangan memancar, merupakan keseimbangan yang diperoleh melalui penempatan bagian-bagian susunan diseputar pusat sumbu gaya berat (Sunaryo, 2002:39).

2.2.7.2 Irama (rhythm)

Irama lebih dikenal seni rupa, yang digunakan dalam penyusunan unsur-unsur pada seni ukir supaya terlihat teratur. Menurut Susanto (2011: 334) irama dalam seni rupa menyangkut persoalan komposisi, garis, bentuk maupun yang lainnya.

Sedangkan menurut Kartika (2007: 54) irama merupakan pengulangan unsur- unsur pendukung karya seni rupa. Irama dalam seni rupa sangat penting karena pengamatan karya seni atau proses berkarya sangat membutuhkan waktu, sehingga perlu mengetahui irama.

Menurut Sunaryo (2002: 35) mengatakan irama dapat diperoleh dengan beberapa cara yakni (1) repetitif, merupakan irama yang diperoleh dengan mengulang unsur, menghasilkan irama total yang sangat tertib, monoton dan menjemukan, sebagai akibat pengaturan unsur-unsur yang sama baik bentuk, ukuran maupun warnanya, (2) alternatif, merupakan bentuk irama yang tercipta dengan cara perulangan unsur-unsur rupa secara bergantian, (3) progresif, merupakan irama yang diperoleh dengan menunjukkan perulangan dalam perubahan dan perkembangan secara berangsur-angsur atau bertingkat, dan yang ke (4) flowing, merupakan irama yang mengalun terjadi karena pengaturan garis- garis berombak, berkelok, dan mengalir berkesinambungan.

2.2.7.3 Dominasi (emphasis)

Dominasi atau penonjolan mempunyai maksud mengarahkan perhatian orang yang menikmati suatu karya seni yang dipandang lebih penting daripada hal-hal yang lain. Penonjolan atau penekanan dilakukan dengan cara memberi intensitas, pemakaian warna kontras, dan ukuran yang berlawanan.

Menurut Sunaryo (2002:36-37) dominasi adalah penonjolan peran atau penonjolan bagian, atas bagian lainnya dalam suatu keseluruhan. Dengan adanya dominasi, unsur-unsur tidak akan tampil seragam, setara atau sama kuat

(36)

22 melainkan justru memperkuat keseutuhan dan kesatuan bentuk. Lebih lanjut Bastomi (1992:70), mengataan bahwa dominasi merupakan upaya untuk menonjolkan inti seni atau puncak seni, sehingga dominasi pada suatu karya seni sangat dibutuhkan karena akan menjadikan karya menarik dan menjadi pusat perhatian. Karya yang baik mempunyai titik berat untuk menarik perhatian (center of interest). Ada beberapa cara untuk menarik perhatian kepada titik berat tersebut, yaitu dicapai dengan melalui perulangan ukuran dan kontras antara tekstur, nada warna, garis, ruang , bentuk (Kartika, 2007:63)

2.2.7.4 Kesebandingan (Proportions)

Kesebandingan (proporsi) merupakan pengaturan hubungan antara bagian yang satu terhadap bagian keseluruhan dalam karya seni (Sunaryo, 2002:31) kesebandingan merupakan pengaturan hubungan antar bagian atau antara bagian terhadap keseluruhan. Pengaturan bagian yang dimaksud bertalian dengan ukuran, yaitu besar kecilnya bagian, luas sempitnya bagian, panjang pendeknya bagian, atau tinggi rendahnya bagian. Tujuan pengaturan pengaturan kesebandingan adalah agar dicapai kesesuaian dan keseimbangan, sehingga diperoleh kesatuan yang memuaskan.

Menurut Kartika (2017: 61) ukuran proporsi mengacu pada hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Suatu ruangan yang sempit dan kecil bila diisi dengan benda yang besar akan terlihat tidak baik begitu juga dengan ruangan yang luas dan besar bila diisi dengan benda kecil akan terlihat tidak baik dan enak untuk dilihat.

2.2.7.5 Kesatuan (unity)

Sunaryo (2002:31), mengatakan bahwa kesatuan (unity) merupakan prinsip pengorganisasian unsur rupa yang paling mendasar. Kesatuan diperoleh dengan terpenuhinya prinsip-prinsip yang lain maka kesatuan merupakan prinsip- prinsip seni yang paling berperan dan menentukan. Sebagai prinsip induk untuk membawahkan prinsip-prinsip seni rupa yang lain. Dengan kata lain, dalam kesatuan terdapat pertalian yang erat antar unsur-unsurnya sehingga tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain, serta tidak perlu ada penambahan lagi maupun dikurangkan daripadanya (Kartika, 2007:59).

(37)

Dari paparan di atas, prinsip seni rupa pada dasarnya merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menilai suatu karya yang baik khususnya dalam pengorganisasian tiap unsur sehingga membentuk perpaduan yang menarik. Karya seni dapat dikatakan memiliki nilai esteis apabila dalam penciptaannya dapat dilihat dari bagaimana cara mendesain. Adapun desain yang baik adalah desain yang dibuat sesuai dengan prinsip seni rupa. Ada enam unsur yang perlu diperhatikan oleh para seniman dalam membuat karya seni, yaitu garis, bidang, ruang, tekstur, warna dan gelap terang. Sedangkan yang perlu diperhatikan membuat kayya adalah mengorganisasikan unsur-unsur dalam prinsip-prinsip seni rupa yang terdiri dari keseimbangan, irama, dominasi, kesebandingan dan kesatuan.

Dengan demikian karya relief ukir dapat dikatakan karya yang yang memiliki nilai keindahan, apabila seniman sudah menerapkan unsur seni dengan pengaturan yang didasarkan pada prinsip-prinsip seni rupa

(38)

24 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan penelitian

Penelitian adalah proses penyelidikan terhadap sesuatu masalah tertentu yang dilakukan secara sistematis dan terorganisasi untuk mendapatkan informasi atau data yang digunakan sebagi pemecahan yang tepat terhadap masalah yang diselidiki (Mustari & Rahman, 2012: 2). Tujuan penelitian adalah mengubah kesimpulan yang telah diterima secara umum, maupun mengubah pendapat- pendapat dengan menggunakan metode ilmiah dinamakan sebagai penelitian ilmiah (Siyoto & Sodik, 2015: 4). Dalam penelitian ini supaya tujuan yang diharapkan dapat tercapai m aka harus ditetapkan metode penelitian yang tepat.

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji, yaitu meliputi tentang ragam dan bentuk estetis relief ukir Mulyoharjo Jepara. Maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Penelitian deskriptif adalah static yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Siyoto & Sodik, 2015: 111).

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, nantinya akan diperoleh data yang sebenar-benarnya. Di samping itu, metode penelitian kualitatif memang cocok digunakan dalam penelitian yang mengharuskan terjun ke lapangan dan dituntuk untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari seluruh kegiatan yang dialaminya, sehingga dengan metode penelitian kualitatif, nantinya peneliti mempunyai cara yang efektif untuk menyusun sebuah penelitian ini.

Yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah ragam dan bentuk estetis relief ukir Mulyoharjo Jepara. Adapun pendekatan dalam penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan deskriptif yaitu mendeskripsikan data-data yang mencakup data nonfisik yang merupakan data informasi dan kondisi lingkungan, gambar, dan perilaku orang yang diamati dengan menggunakan kata-kata. Dengen

(39)

kata lain penelitian ini memaparkan tentang ragam dan bentuk estetis relief ukir Mulyoharjo Jepara.

3.2 Tempat dan waktu

Lokasi penelitian berada pada sentra ukir dan patung yang berada di Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Jangka waktu penelitian enam bulan dari rentang tahun 2019/2020 penelitian dilakukan secara berkala, pada bulan Januari-Maret 2020.

3.3 Populasi

Menurut Sugiyono (2012: 119) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi dibatasi sebagi sejumlah kelompok atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.

Pada penelitian kualitatif peneliti memasuki situasi social tertentu, sesuai dengan penjelasan di atas. Maka yang menjadi situasi social dalam penelitian ini adalah tempat (Galeri), pelaku (pengrajin) dan aktivitasnya.

3.4 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Sugiono (2012: 120) meskipun sampel hanya merupakan bagian dari populasi, kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat menggambaran dalam populasi.

Dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan showball sampling. Teknik pengambilan data sampel ini biasanya didasari oleh pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Adapun cara dalam penentuan sampel, penulis menggunakan cara purposive

(40)

26

sampling. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil mengambil subjek bukan berdasarkan random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Menurut sogiyono (2012: 126) menjelaskan bahwa proposive sampling adalah teknik dengan penentuan sampel tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang relief ukir. Penentuan sumber data pada yang diwawancarai peneliti memutuskan untuk memakai teknik sampling purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Menurut Arikunto (2010: 183) Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, yaitu;

1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.

3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penentuan sampel yang diambil adalah 2 pengrajin yang memiliki galeri showroom yang memiliki kualitas produk relief ukir yang baik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas relief ukir yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Galeri yang memproduksi relief ukir dengan kualitas yang baik dibanding dengan galeri yang lain.

2. Relief ukir yang yang diproduksi dapat mewakili kriteria untuk kemudian dianalisis.

Berikut adalah langah-langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Populasi

Sampel

(41)

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian 3.5 Instrumen penelitian

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya terjun ke lapangan.

Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistik melakukan validasi adalah penelitian sendiri. Melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Peneliti kualitatif sebagai humant instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono 2011: 216).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang

Permohonan izin

Sampel relief ukir Mulyoharjo

Pengolahan Data dan analisis

Kesimpulan

(42)

28

menjadi instrument adalah peneliti, tetapi pada focus penelitian yang akan dipelajari telah menjadi jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrument.

3.6 Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang relevan, terarah dan mempunyai tujuan sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

3.6.1 Observasi

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re- checking atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya (Rahayu & Tristiadi, 2004:1). Metode pengumpulan data melalui observasi, yaitu melakukan studi lapangan langsung terhadap pengukir untuk mengetahui ragam relief ukir kayu di molyoharjo dan bentuk estetis relief ukir.

3.6.2 Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya document, yang artinya barang barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda- benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1998:149). Metode dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan sebagai bukti alat keterangan yang berupa daftar, nilai, gambar, dan catatan- catatan lain.

Penulis melalui teknik dokumentasi mencari data di Desa Mulyoharjo Jepara mengenai gambaran umum desa tersebut yang meliputi letak dan kondisi geografis, monografi, tingkat pendidikan, mata pencaharian, sistem kepercayaan dan keseniannya. Penulis juga menggunakan teknik dokumentasi untuk mendapatkan gambaran tentang ragam relief ukir dan bentuk estetis relief ukir Desa Mulyoharjo, kondisi tempat, karya-karya ukiran dan hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian.

(43)

3.6.3 Wawancara

Wawancara sering juga disebut interview atau kuesioner lisan. Wawancara adalah sebuah dialog pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1998:145). Dengan wawancara, peneliti dapat mengajukan pertanyaan kepada informan yang berhubungan dengan ragam relief dan bentuk estetis reliefa ukir Desa Mulyoharjo Jepara.

Wawancara secara langsung dengan pengrajin relief ukir Mulyoharjo untuk mendapatkan keterangan melalui proses tanya jawab dengan narasumber.

Teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur, yaitu peneliti sudah menyiapkan daftar pertanyaan secara sistematis sebelum melaksanakan penelitian.

3.7 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data merupakan upaya mengolah data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori menjabarkan ke unit-unit, menemukan mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan merumuskan simpulan sehingga mudah dimengerti oleh diri sendiri maupun orang lain. Sugiyono (2009: 335) mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pula hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.

3.7.1 Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2009: 338) reduksi data adalah kegiatan pemilihan data dengan memilih bagian-bagian data yang dianggap penting untuk dikumpulkan guna mendukung penelitian dan menghilangkan data yang sekiranya tidak perlu dalam penelitian agar kegiatan penelitian dapat terfokus pada subjek yang dituju. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Tahap ini dilakukan sebagai proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi catatan lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian, yang bahkan dimulai sebelum proses pengumpulan data.

Gambar

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Jepara
Diagram 4.1 Mebel
Diagram 4.2 Kerajinan Ukir
Diagram 4.3 Lapangan Pekerjaan  (Sumber: Data Desa Mulyoharjo 2019)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan begitu path profile dari jalur sinyal antar BTS dapat dicari sehingga posisi lokasi yang akan dibangun memang sesuai dengan desain RBS atau desain transmisinya..

[r]

Sumbangan Pihak Ketiga adalah pemberian dari pihak ketiga kepada Pemerintah Daerah secara ikhlas, tidak mengikat perolehannya oleh pihak ketiga, tidak bertentangan dengan

Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.. Sastrohadiwiryo, Siswantdo,

Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, dengan kami ini minta kepada Saudara Direktur untuk hadir dalam melakukan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa berkas asli data perusahaan pada

Penerapan Knowledge Management Beberapa hal yang mendorong implementasi knowledge management atau KM oleh banyak perusahaan antara lain : (1) adanya kebutuhan untuk

[r]

Penyedia Jasa yang dinyatakan LULUS dan memenuhi Persyaratan, diundang untuk melaksanakan Kegiatan Presentasi Metode Pelaksanaan Pekerjaan, yaitu dengan jadwal sebagai berikut :2. NO