• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH KEWIBAWAAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR. MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VIII MTs MA ARIF NU 5 SEKAMPUNG. Oleh : SITI KOMARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH KEWIBAWAAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR. MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VIII MTs MA ARIF NU 5 SEKAMPUNG. Oleh : SITI KOMARIAH"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEWIBAWAAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VIII MTs MA’ARIF NU 5

SEKAMPUNG

Oleh : SITI KOMARIAH

NPM.1399621

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1439 H/ 2017 M

(2)

PENGARUH KEWIBAWAAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VIII MTs MA’ARIF NU 5

SEKAMPUNG

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana (SI) Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SITI KOMARIAH NPM 1399621

Pembimbing I : Dra. Hj Haiatin Chasanatin, MA Pembimbing II : Umar, M.Pd.I

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1439 H / 2017 M

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

PENGARUH KEWIBAWAAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VIII MTs MA’ARIF NU 5

SEKAMPUNG ABSTRAK

OLEH:

SITI KOMARIAH

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh tauladan. Dengan begitu kewibawaan guru dalam proses belajar mengajar sangat penting sekali demi keberhasilan siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik, sekaligus cermin terhadap tingkat keberhasilan guru dalam memacu kegiatan- kegiatan siswanya. Untuk mencapai hasil belajar yang baik seorang guru harus melaksanakan tugasnya membimbing siswa dengan menerapkan pengakuan dan penerimaan, kasih sayang dan kelembutan, penguatan, tindakan tegas yang mendidik, pengarahan dan keteladanan yang mendidik. Namun pada kenyataanya belum semua guru melakukan hal tersebut sehingga kewibawaan guru belum terwujud. Begitu juga dengan hasil belajar siswa yang masih rendah.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh Kewibawaan Guru Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung?.

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh kewibawaan guru terhadap hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh kewibawaan guru terhadap hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.

Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian kuantitatif yang dalam pengelolaan datanya menggunakan sampel dari populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 peserta didik yang diambil dari populasi yang berjumlah 162 peserta didik kelas VIII. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket (Quesioner) dan metode dokumentasi. Kemudian untuk menganalisa data digunakan chi kuadratdan uji koefisien kontingensi untuk mengukur seberapa besar pengaruhnya..

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah penulis kumpulkan dalam penelitian ini, selanjutnya yang penulis lakukan dalam menginterprestasikan hasil Chi Kuadrat dengan harga Chi Kuadrat tabel. Dari perhitungan tersebut diperoleh harga Chi Kuadrat hitung lebih besar dari harga Chi Kuadrat tabel pada taraf signifikan 5% pada db=4 yaitu 10,17 sedangkan harga tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 9,488 dengan demikian harga Chi Kuadrat hitung lebih besar dari Chi Kuadrat tabel pada taraf signifikan 5% maka Ho ditolak. Demikian Ha yang penulis ajukan yaitu Ada Pengaruh kewibawaan guru terhadap hasil belajar pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung diterima.

v

(6)

vi

(7)

MOTTO



























Artinya : Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang- orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Q.S. Al-Furqon: 63)

vii

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur atas kehadirat Allah SWT keberhasilan study ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Bapak Mujio dan Ibu Ngatini yang telah mengasuh, membimbing, mendidik dan membesarkan serta senantiasa mendo’akan demi keberhasilan kuliyahku.

2. Kakakku Siti Aminah yang ku sayangi yang ikut memotivasi dan mendo’akan keberhasilanku.

3. Sahabat dan teman-teman senasib seperjuangan yang selalu menghibur, menasehati dan memotivasiku.

4. Almamaterku tercinta IAIN Metro.

viii

(9)

ix

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ... i

Halaman Judul ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Abstrak ... v

Halaman Orisinalitas Penelitian ... vi

Halaman Motto ... vii

Halaman Persembahan ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

F. Penelitian Relevan ... 8

x

(11)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar Fiqih ... 10

1. Pengertian Hasil Belajar ... 10

2. Kriteria Hasil Belajar ... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12

4. Hasil Belajar Fiqih ... 16

B. Kewibawaan Guru ... 18

1. Pengertian Kewibawaan Guru ... 18

2. Macam-macam Kewibawaan ... 20

3. Fungsi Kewibawaan Guru dalam Pendidikan ... 22

4. Kewibawaan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 23

C. Pengaruh Kewibawaan Guru terhadap Hasil Belajar ... 28

D. Kerangka Konseptual Penelitian ... 29

E. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 31

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 32

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 41

xi

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

a. Sejarah Singkat MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ... 43

b. Visi, Misi Dan Tujuan MTs Ma’arif NU 5 Sekampung .. 44

c. Kondisi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ... 45

d. Struktur Organisasi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ... 50

e. Denah Lokasi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung... 51

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 52

a. Data Kewibawaan Guru ... 52

b. Data tentang Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 57

B. Pengujian Hipotesis ... 60

C. Pembahasan ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 71

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Data Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs

Ma’arif NU 5 Sekampung ... 4

2. Kriteria Pengukuran Hasil Belajar ... 12

3. Jumlah Siswa pada Tiap Kelas VIII ... 35

4. Rancangan Kisi-kisi Variabel Penelitian ... 39

5. Interprestasi Nilai “r” ... 41

6. Keadaan Gedung/Bangunan MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran 2016-2017 ... 46

7. Jumlah Guru dan Karyawan MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran 2016-2017 ... 47

8. Jumlah peserta didik MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran 2016-2017 ... 49

9. Skor Hasil Angket Kewibawaan Guru di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ... 52

10. Distribusi Frekuensi Hasil Angket tentang Kewibawaan Guru ... 56

11. Data tentang Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 57

12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 59

xiii

(14)

13. Tabel Silang antara Kewibawaan Guru terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ... 60 14. Distribusi Frekuensi Tentang Kewibawaan Guru Terhadap Hasil

Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran 2015/2016... 62 15. Kerja untuk Menghitung x2 antara Kewibawaan Guru terhadap Hasil

Belajar Mata Pelajaran Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ... 63

xiv

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Surat Bimbingan Skripsi ... 71

2. Surat Izin Research ... 72

3. Surat Tugas ... 73

4. Sutar Keterangan Research ... 74

5. Surat Bebas Prodi ... 75

6. Surat Bebas Pustaka ... 76

7. Alat Pengumpul Data (Angket) ... 77

8. Pedoman Dokumentasi ... 80

9. Data Hasil Belajar Fiqih ... 81

10. Hasil Dokumentasi Pengisian Angket oleh Responden ... 88

11. Tabel Nilai Chi Kuadrat (x2) ... 90

12. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi ... 91

13. Uji Validitas, dan Reliabilitas ... 106

14. Daftar Riwayat Hidup ... 111

xv

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting. Dalam pendidikan tidak terlepas dengan suatu proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan atau sikap.

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.1 Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Setiap pembelajaran yang dilaksanakan akan menghasilkan hasil belajar. Keberhasilan dalam proses pembelajaran merupakan hal utama yang diinginkan dalam setiap pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Dalam proses pembelajaran komponen utama adalah guru dan peserta didik. Untuk mencapai keberhasilan tersebut guru selain harus memahami sepenuhnya materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, juga harus memiliki kewibawaan saat proses belajar mengajar di kelas agar

1 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 22

(17)

memudahkan peserta didik untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Di dalam proses pendidikan, kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan artinya jika tidak ada kewibawaan maka pendidikan itu tidak mungkin terjadi.2 Artinya jika tidak ada kewibawaan maka pendidik itu tidak mungkin terjadi. Sebab, dengan adanya kewibawaan segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh pendidik akan diikuti secara suka rela oleh anak didik. Sebaliknya bila kewibawaan tidak ada, segala bentuk bimbingan dan pendidikan tidak mungkin dituruti oleh anak didik, sehingga tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilangan predikatnya sebagai pendidik.

Pengenalan dan pengakuan terhadap kewibawaan kepada anak didik membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan tempat pertemuan anak pendidik dan anak didik. Dengan bahasa anak didik dapat mengerti apa arti anjuran.

Larangan dari pendidik, sehingga dengan demikian dapatlah dikenal dan diakui kewibawaan dan pengaruh pendidik. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari kewibawaan seperti: Pengakuan dan penerimaan, kasih sayang dan kelembutan, penguatan, tindakan tegas yang mendidik, pengarahan dan keteladanan.3 Hal ini menunjukkan bahwa ada ikatan hakiki antar pendidik dan kewibawaan, yakni kewibawaan yang diperlukan oleh pendidik. Tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilangan kepercayaan dari anak didiknya.

Anak didik bertindak semaunya tanpa peduli terhadap pendidiknya. Semua

2 Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2015), h. 59

3 Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2009), h.51-53

(18)

upaya pendidik mungkin akan dilecehkan oleh anak didiknya. Kalaupun anak patuh pada pendidik, bukan berasal dari hati nuraninya, melainkan mungkin karena paksaan atau merasa terpaksa. Tetapi ini bukan berarti bahwa pendidikan harus melaksanakan kewibawaan secara terus menerus kepada anak didik sepanjang masa, melainkan harus disesuaikan dengan keselarasan bertambahnya kedewasaan anak didik.

Mata pelajaran fiqih merupakan mata pelajaran yang membahas mengenai hukum-hukum Islam serta pelaksanaannya di dalam kehidupan sehari-hari. Problematika dalam mempelajari ilmu fiqih sebenarnya berawal dari kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam fiqih itu sendiri. Untuk menanamkan pemahaman akan konsep-konsep tersebut kewibawaan guru lah yang terpenting saat guru menyampaikan materi dan menjaga kewibawaannya saat proses belajar mengajar. Saat guru bisa menjaga kewibawaannya di depan peseta didik merupakan faktor yang penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil pra survey pada hari senin 3 April 2017 diketahui penulis bahwa guru mata pelajaran fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung belum berwibawa kriteria kewibawaan guru yang baik memiliki indikator : Pengakuan dan penerimaan, kasih sayang dan kelembutan, penguatan, tindakan tegas yang mendidik, pengarahan dan keteladanan. Tetapi saat guru sedang memberikan penjelasan masih banyak peserta didik yang kurang memperhatikan ketika mengenai materi pelajaran yang disampaikan, semangat belajar dan tingkat keingintahuan peserta didik masih rendah hal ini

(19)

terlihat ketika guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami, tetapi tidak ada peserta didik yang bertanya, jika seorang guru bisa menjaga kewibawaannya didepan peserta didik dengan baik maka akan menghasilkan hasil belajar yang baik, akan tetapi realitanya masih banyak peserta didik yang minat dan motivasinya kurang dalam belajar yang akhirnya hasil belajar mereka rendah yang belum memenuhi kreteria hasil belajar. Kemudian dilihat dari hasil nilai ulangan harian telah dilaksanakan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.

No Nama Nilai Keterangan

1 FM 72 Baik

2 LY 59 Kurang

3 AK 69 Cukup

4 SW 64 Cukup

5 ZA 58 Kurang

6 HNF 75 Baik

7 AS 65 Cukup

8 GF 59 Kurang

9 AWA 59 Kurang

10 KN 58 Kurang

11 SA 67 Cukup

12 RE 59 Kurang

13 GW 68 Cukup

14 NBS 75 Baik

15 AA 59 Kurang

16 DS 60 Cukup

17 IF 69 Cukup

18 SM 65 Cukup

19 SA 59 Kurang

20 RF 57 Kurang

21 RE 69 Cukup

22 AA 58 Kurang

(20)

23 AS 59 Kurang

24 FA 58 Kurang

25 SS 69 Cukup

Sumber: Data hasil nilai ulangan harian fiqih dari Ibu Kholifatur Rosyidah di MTs Ma’arif NU 5 sekampung.

Dari data di atas siswa yang mencapai kategori sangat baik dengan nilai 80-100 berjumlah 0 (Nol ), siswa yang mencapai kategori baik dengan nilai 70-79 berjumlah 3 orang, siswa yang mencapai kategori cukup dengan nilai 60-69 berjumlah 10 orang, siswa yang mencapai kategori kurang dengan nilai 50-59 yang berjumlah 12 orang, sedangkan siswa yang mencapai kategori gagal dengan nilai 0-49 berjumlah 0 (Nol). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kualitas hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih yang diambil dari nilai ulangan harian hasil belajar siswa masih relatif rendah.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kewibawan Guru Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah yang timbul dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kewibawaan guru di dalam proses pembelajaran belum terlihat dengan adanya pengakuan dan penerimaan dari peserta didik, adanya kasih sayang dan kelembutan, penguatan-penguatan yang diberikan guru kepada peserta didik, tindakan tegas yang mendidik yang diberikan guru

(21)

untuk peserta didiknya, dan adanya pengarahan dan keteladanan yang ada pada guru.

2. Peserta didik kurang aktif dan kurang memperhatikan ketika guru menyampaikan materi pelajaran di kelas.

3. Hasil belajar fikih peserta didik kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung rendah.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti dan supaya penelitian tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Kewibawaaan Guru pada kelas VIII di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.

2. Hasil Belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas VIII di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung tahun pelajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah.

Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalahnya adalah Apakah ada pengaruh kewibawaan guru terhadap hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran 2016/2017?.

(22)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Setiap usaha akan berhasil dengan baik apabila mempunyai tujuan yang jelas yang dirumuskan sebelumnya, begitu juga dengan penelitian, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kewibawaan guru di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.

b. Untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.

c. Untuk mengetahui adakah pengaruh kewibawaan guru terhadap hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.

2. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis

Secara teori, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan pengetahuan dan teori keguruan.

b. Secara Praktis.

1) Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pemahaman.

2) Bagi para guru dapat dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan kompetensinya.

3) Bagi sekolah, dapat menjadi wacana untuk mengembangkan pembelajaran yang harmonis.

(23)

F. Penelitian Relevan

Berdasarkan penulusuran yang penulis lakukan terhadap karya ilmiah (Skripsi) dan jurnal bahwa yang membahas tentang Pengaruh Kewibawaan Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.

Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain yang dilakukan oleh Usman Sutisna yang berjudul Pengaruh Kewibawaan Guru PAI terhadap Hasil Belajar Siswa SMK Al Khautsar. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Khusni Setiawan yang berjudul, Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kewibawaan Guru Qur’an Hadist terhadap Hasil Belajar Siswa kelas XI di Manu Limpung Batang Tahun Pelajaran 2014/2015.

Dari kedua skripsi di atas terdapat persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu penelitian yang berbentuk kuantitatif, begitu juga dengan Usman Sutisna dan Khusni Setiawan yang juga menggunakan penelitian berbentuk kuantitatif dan terdapat persamaan variabel yaitu membahas tentang kewibawaan guru dengan hasil belajar. Disamping itu juga terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Usman Sutisna dan Khusni Setiawan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Usman Sutisna memfokuskan penelitiannya pada kewibawaan guru PAI dengan hasil belajar, Khusni Setiawan memfokuskan penelitiannya pada Persepsi Siswa tentang Kewibawaan Guru Qur’an Hadist terhadap Hasil Belajar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti membahas tentang pengaruh

(24)

kewibawaan guru terhadap hasil belajar fiqih, dan juga perbedaan selanjutnya terdapat pada tempat penelitian, tahun penelitian, dari kedua penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar Fiqih

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu.1 Menurut Sudijarto hasil belajar adalah “tingkat pernyataan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”.2

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni, (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Sedangkan menurut Benyamin Bloom secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afekktif, dan ranah psikomotoris.3

Sedangkan menurut Agus Suprijono bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.4

Berdasarkan definisi di atas, penulis berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran, yakni berupa perubahan pemahaman, sikap, dan

1 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 189

2 Ibid.

3 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 22

4 Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2009), h. 5.

(26)

tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai, simbol, angka, huruf maupun kalimat yang diberikan oleh guru, dalam arti kemampuan siswa mengalami perubahan yang bersifat positif dalam rangka pencapaian kompetensi yang diharapkan oleh seorang pendidik atau guru.

2. Kriteria Hasil Belajar

Dengan adanya aktivitas belajar yang baik diharapkan para peserta didik akan memperoleh hasil belajar yang baik pula, hasil belajar dikatakan baik apabila keberhasilan mencakup arti luas yakni meliputi ranah kognitif (cipta), afektif (rasa), dan psikomotor (karsa).

Untuk mengetahui hasil belajar diperlukan berbagai macam teknik evaluasi belajar, yakni mengukur nilai sebagaimana dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto tentang macam-macam tes yang dipakai sebagai alat evaluasi diantaranya:

a. Tes diagnostik b. Tes Formatif c. Tes Sumatif5

Untuk mengetahui pencapain hasil belajar, maka harus ada kriteria yang dapat dijadikan pedoman untuk mengukur hasil belajar yaitu sebagai berikut:

5 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Cet, 4 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 33.

(27)

Tabel 2. 1

Kriteria Pengukuran Hasil Belajar Simbol-simbol Nilai

Huruf Predikat

Angka 8-10 = 80-100 = 3,1- 4 7-7,9 = 70-79 = 2,1-3 6-6,9 = 60-69 = 1,1-2 5-5,9 = 50-59 = 1 0-4,9 = 0-49 = 0

A B C D E

Sangat Baik Baik

Cukup Kurang Gagal6

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mengukur hasil belajar itu dapat menggunakan berbagai tipe/jenis alat ukur atau evaluasi belajar, dan yang akan penulis pilih sebagai alat evaluasi dalam penulisan skripsi ini adalah evaluasi sumatif.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hasil yang dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar yang mempunyai tujuan agar tercapai prestasi yang baik dan memuaskan ini banyak sekali kendala dan juga hambatan yang dapat ditemui.

Kendala dan hambatan ini menjadi satu faktor yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ini digolongkan menjadi dua bagian utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.7

6 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 223.

7 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 54.

(28)

Pada faktor intern ini dibagi dalam tiga faktor lagi yaitu:

a. Faktor jasmaniah yang meliputi:

1) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

b. Faktor psikologis yang berupa:

1) Intelegensi

Intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.

3) Minat

Hilgrad memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy

(29)

some activity or content. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati sesorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.

4) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: the capacity to learn. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar.

5) Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab bebrbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorong.

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan sesorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau beraksi.

(30)

c. Faktor kelelahan baik berupa:

1) Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh.

2) Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Kemudian pada faktor ekstern dikelompokan menjadi tiga yaitu:

a. Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b. Faktor sekolah yang mempeengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan kehidupan masyarakat.8

Berdasarkan pendapat di atas faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah kemampuan intelegensi peserta didik, kurangnya minat dalam belajar, alat pelajaran, metode mengajar dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya terdapat dua kategori utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

Faktor yang pertama dapat disebut sebagai faktor dari dalam diri seseorang

8.Ibid., h. 54-71.

(31)

tersebut dan faktor yang kedua adalah faktor yang berasal dari luar seseorang tersebut.

Setelah diketahui berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar ini, maka hal penting yang harus dilakukan oleh guru terutama dalam meningkatkan hasil belajar adalah mengatur dan memberdayakan faktor-faktor tersebut sehingga menjadi suatu faktor yang dapat mendukung dan dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu contoh misalnya adanya fasilitas pendidikan berupa laboratorium yang lengkap ini harus digunakan sebagai faktor penunjang dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Hasil Belajar Fiqih

Kata fiqih (fikih dalam bahasa Indonesia) secara etimologi artinya paham, pengertian, dan pengetahuan. Fiqh secara terminologi adalah hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil- dalil yang terperinci.9

Fiqh diartikan dengan Sekumpulan hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan yang diketahui melalui dalil-dalilnya yang terperinci dan dihasilkan dengan jalan ijtihad. atau lebih jelas lagi seperti yang dikemukakan al-Jurjani berikut ini:

Fiqh menurut bahasa berarti paham terhadap tujuan seseorang pembicara. Menurut istilah: Fiqh ialah mengetahui hukum-hukum syara yang amaliah (mengenai perbuatan, perilaku) dengan melalui dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqh adalah ilmu yang dihasilkan oleh pikiran serta ijtihad (penelitian) dan memerlukan wawasan serta

9Zainudin Ali, HUKUM ISLAM Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 4.

(32)

perenungan. Oleh sebab itu Allah tidak bisa disebut sebagai “Faqih”

(ahli dalam fiqh), karena bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tidak jelas.10

Sedangkan Zakariyat al-Barriy mendefinisikan fiqh sebagai hukum-hukum syar’i yang bersifat praktis (‘amaliy) yang dikeluarkan oleh para mujtahid dari dalil-dalil syar’i yang terperinci.11

Berdasarkan beberapa definisi di atas bahwasannya fiqih merupakan suatu ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil- dalilnya yang terperinci dan dihasilkan melalui ijtihad.

Bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar fiqih adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran yang menerangkan tentang hukum-hukum syara yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia, yakni berupa perubahan pemahaman, sikap, dan tingkah laku yang tejadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai, simbol, angka, huruf maupun kalimat yang diberikan oleh guru, dalam arti kemampuan siswa mengalami perubahan yang bersifat positif dalam rangka pencapaian kompetensi yang diharapkan oleh seorang pendidik atau guru yang terbentuk dalam nilai ulangan harian.

10.A. Djazuli, Ilmu Fiqh: Penggalian, Perkembangan, Dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP, 2010), h. 5.

11.Suyatno, Dasar-Dasar Ilmu Fiqh & Ushul Fiqih, (Jogjakarta: AR-RUZ MEDIA, 2011), h. 21.

(33)

B. Kewibawaan Guru

1. Pengertian Kewibawaan Guru

Secara umum arti kewibawaan memiliki konotasi yang sama, yakni sama-sama bermuara pada pengertian yang satu saat ada dan bisa jadi hilang penyebutnya wibawa dalam berbagai ungkapan sudah secara otomotis menyebutkan pula adanya kewibawaan. Kewibawaan terdiri dari imbuhan ke-an dengan kata dasar wibawa. Sedangkan pengertian dari wibawa adalah “Kharisma”.12 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Wibawa adalah pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik.13

Kewibawaan adalah suatu pengaruh yang diakui kebenaran dan kebesarannya, bukan sesuatu yang memaksa, kewibawaan harus berbanding dengn ketidakberdayaan anak didik, jika pendidik kemampuannya tidak berbeda dengan anak didik, maka kewibawaan tersebut sukar ditegakkan.14 Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati Kewibawaan atau Gezag adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya .15

12Usman Sutisna, Pengaruh Kewibawaan Guru PAI Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK Al-Kautsar, Volume 3. No 2/ Juli 2016, h. 123-132.

13 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Media Pustaka Phoenix, 2008), h. 971.

14 Uyoh Sadulloh, Pedagogik Ilmu Mendidik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 166.

15 Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h. 57.

(34)

Guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun secara klasikal, baik di sekolah maupun diluar sekolah, guru juga merupakan semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal.16 Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen di bukunya Chaerul Rochman, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 17 Kemudian yang dimaksud dengan guru yang berwibawa berarti guru yang dapat membuat siswanya terpengaruhi oleh tutur katanya, patuh kepada nasehatnya, dan mampu menjadi magnet bagi siswanya sehingga siswanya tekun menyimak pelajarannya.18

Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menjelaskan bahwa guru yang berwibawa adalah guru yang memiliki kemampuan lebih, mempunyai kekuatan dan keahlian yang berhubungan dengan pembelajaran yang dapat membuat siswanya terpengaruh oleh tutur katanya, tanpa rasa takut atau terpaksa.

16 Hamzah B. Uno, Tugas Guru Dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h.

2.

17Chaerul Rochman, heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, (Bandung: Nuansa, 2015), h. 25.

18 Mulyana A. Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Surabaya: Grasindo, 2010), h. 79

(35)

2. Macam-Macam Kewibawaan

Ditinjau dari mana daya mempengaruhi yang ada pada seseorang ini ditimbulkan, maka kewibawaan dapat dibedakan menjadi:

a. Kewibawaan Lahir.

Adalah kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahiriah seseorang, seperti: bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian lengkap dan rapi, tulisan yang bagus, suara yang keras dan jelas, akan menimbulkan kewibawaan lahir.

b. Kewibawaan Batin.

Adalah kewibawaan yang didukung oleh keadaan batin seseorang, seperti:

1) Adanya rasa cinta.

Kewibawaan itu dapat dimiliki oleh seseorang, apabila hidupnya penuh kecintan denganatau kepada orang lain.

2) Adanya rasa demi kamu.

Demi kamu atau you atiitude, adalah sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk kepentingan orang yang diperintah, meganjurkan demi orang yang menerima anjuran, melarang juga demi orang dilarang.

Misalnya: seseoarang guru yang memerintahkan agar anak didik keras dalam menghadapi ujian, bukan agar dirinya mendapat nama karena anak didiknya banyak yang lulus,

(36)

melaikan agar anak didik mendapat nilaiyang bangus dan mudah untuk meneruskan sekolahnya.

3) Adanya kelebihan batin.

Seseorang guru menguasai bidang studi yang menjadi tangguh jawanya, bisa berlaku adil dan obyektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang menimbulkan kewibawaan batin.

4) Adanya ketaatannya kepada norma.

Menunjukkan bahwa dalam tingkah lakunya dia sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang pernah dibuat, disiplin dalam hal-hal yang telah digariskan.

Dalam pendidikan , dari dua macam kewibawaan yang ada itu, yang tua maupun guru harus memiliki kewibawaan batin.

Walaupun ini tidak berarti bahwa kewibawaan lahir atau penampilan luar dari pendidik boleh diabaikan, seperti: tulisan di papan tulis yang baik, berpakaian yang rapi, berbicara yang baik, skap yang sopan, yang semuanya ini merupakan kesan-kesan luar, yng sangat membantu terlaksananya pendidikan, meskipun semua ini saja belum mencukupi.19

Dari pendapat di atas, penulis dapat menjelaskan bahwa macam-macam kewibawaan yaitu Kewibawaan lahir yang timbul karena kesan-kesan lahiriah seseorang dan kewibawaan batin,

19 Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan., h. 58-59.

(37)

adanya rasa cinta, adanya rasa demi kamu, adanya kelebihan batin, adanya ketaatannya kepada norma.

3. Fungsi Kewibawaan Guru dalam Pendidikan

Pendidikan itu terdapat dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak. Sebab pergaulan antara orang dewasa sesamanya menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh-pengaruh pergaulan itu. Demikian pula pergaulan antara anak-anak biarpun sering kali seorang anak menguasai dan dituruti oleh anak-anak lainnya tetapi kewibawaan atau gezag yang terdapat pada anak tidak bersifat kewibawaan pendidikan, karena kewibawaan itu tidak tertuju kepada tujuan pendidikan.

Dalam pergaulan pendidikan jika di dalamnya telah terdapat kepatuhan dari anak, yaitu bersikap menuruti atau mengikuti kewibawaan yang ada pada guru, mau menjalankan perintahnya dengan sadar. Satu- satunya pengaruh yang dapat dinamakan pendidik ialah pengaruh yang menuju kedewasaan anak, untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri.

Sikap anak dapat dikatakan tunduk terhadap kewibawaan pendidikan antara lain:

a. Sikap menurut atau mengikuti, yaitu mengakui kewibawaan orang lain yang lebih besar karena paksaan, takut, jadi bukan tunduk atau menuruti yang sebenarnya.

b. Sikap tunduk atau patuh, yaitu dengan sadar mengikuti kewibawaan, artinya mengakui hak pada orang lain untuk memerintah dirinya, dan dirinya merasa sendiri terikat akan memenuhi perintahnya.

(38)

Dalam hal yang terakhir inilah tampak fungsi kewibawaan pendidikan, yaitu membawa anak kearah pertumbuhan yang kemudian dengan sendirinya mengakui kewibawaan orang lain dan mau menjalankannya. Sebagaimana dimaklumi pernyataan dari ahli pendidikan bahwa pergaulan antara orang dewasa dengan anak adalah merupakan lapangan pendidikan, tetapi dalam pergaulan itu baru terdapat pendidikan jika di dalamnya telah terdapat kepatuhan dari anak kepada orang lain yang mempunyai kewibawaan dengan sadar, bukan dengan takut atau terpaksa.20

Dari pendapat di atas, penulis dapat menjelaskan bahwa fungsi kewibawaan dalam pendidikn yaitu seorang pendidik dengan kewibawaannya membawa anak menuju ked ewasaannya dalam pergaulan pendidikan yang akhirnya anak mengakui adanya kewibawaan pendidik atau guru dengan patuh dan sadar tanpa paksaan dari orang lain.

4. Kewibawaan Guru dalam Proses Pembelajaran

Pelaksanaan kewibawaan dalam pendidikan itu harus berdasarkan perwujudan norma-norma dalam diri si pendidik sendiri. Karena kewibawaan itu mempunyai tujuan untuk membawa anak ke tingkat kedewasaannya, yaitu mengenal dan hidup yang sesuai dengan norma- norma, maka menjadi syarat bahwa pendidik memberi contoh dengan jalan menyesuaikan dirinya dengan norma-norma itu sendiri.

20 M. Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praaktis, (Bandung: Rosda, 2007), h. 51.

(39)

Kewibawaan merupakan perangkat hubungan antar personal yang mempertautkan peserta didik dengan pendidik dalam situasi pendidikan.

Dengan kewibawaan pendidikan memasuki pribai peserta didik, dan peserta didik mengarahkan dirinya kepada pendidik. Di sanalah terkembangkan pengakuan, penerimaan dan pengangkatan peseta didik oleh pendidik di satu sisi, dan pendidik oleh oleh peserta didik pada sisi yang lain. Dengan dasar dan arah manifestasinya itu, kewibawaan meliputi beberapa unsur utama yaitu pengakuan dan penerimaan, kasih sayang da kelembutan, penguatan, tindakan yang mendidik, pengarahan dan keteladanan.

a. Pengakuan dan Penerimaan

Pengakuan dan penerimaan adalah kesadaran dan pemahaman pendidik tentang segenap kandungan harkat dan martabat manusia yang sepenuhnya melekat pada diri peserta didik. Atas dasar kesadaran dan pemahaman itu pendidik menghadapi dan memberikan perlakuan terhadap peserta didik sesuai dengan harkat dan martabat manusia demi teraktualisasikannya hakikat manusia melalui pengembangan dimensi kemanusiaan dan pancadayanya secara optimal.

b. Kasih Sayang dan Kelembutan

Kasih sayang dan kelembutan adalah warna dan kualitas hubungan yang berawal dari pendidik kepada peserta didik, dalam bentuk komunikasi dan sentuhan-sentuhan lainnya.

(40)

c. Penguatan

Penguatan adalah upaya pendidik untuk meneguhkan tingkah laku positif peserta didik melalui bentuk-bentuk pemberian penghargaan secara tepat yang menguatkan.

d. Tindakan Tegas yang Mendidik

Tindakan tegas yang mendidik adalah upaya pendidik untuk mengubah tingkah laku peserta didik yang kurang dikehendaki melalui penyadaran peserta didik atas kekeliruannya dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan hubungan baik antara peserta didik dan pendidik.

e. Pengarahan dan Keteladanan

Pengarahan dan Keteladanan adalah penampilan positif dan normatif pendidik yang diterima dan ditiru oleh peserta didik.21

Berdasarkan pendapat di atas yang dimaksud dengan pengakuan dan penerimaan oleh pendidik yang dirasakan oleh peserta didik pada gilirannya akan menumbuhkan hal yang sejalan pada diri peserta didik terhadap pendidik. Dengan cara demikian itu akan terjadilah saling pengakuan dan penerimaan di antara keduanya.Pengakuan dan penerimaan pendidik terhadap peserta didik didasarkan atas kondisi harkat dan martabat manusia yang melekat pada diri peserta didik, sedangkan pengakuan/penerimaan peserta didik didasarkan atas peranan dan kualitas

21Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 51-54

(41)

yang nyaman dari pribadi pendidik yang didasarkan oleh peserta didik yang dirasakan oleh peserta didik, melalui penampilan pendidik itu sendiri.

Kasih sayang dan kelembutan adalah Hubungan ini yang dasarnya adalah penerimaan pengakuan, dioperasinal dalam nuansa-nuansa yang sejuk, hangat, dekat, akrab dan terbuka. Dasar dari suasana hubungan seperti ini adalah love dan caring dengan fokus segala sesuatu diarahkan untuk kepentingan dan kebahagiaan anak didik, sesuai dengan prinsip- prinsip humanistik menodminasi penampilan kasih sayang dan kelembutan guru.

Penguatan yang tidak lain adalah hal-hal positif yang ada pada diri peserta didik, terutama tingkah laku positif yang merupakan hasil perubahan berkat upaya pengembangan diri peserta didik. Penguatan dilakukan pendidik melalui pemberian penghargaan secara tepat yang didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku.

Dengan tindakan tegas yang mendidik itu pendidik konsisten dengan aturan, tujuan pendidikan, pengakuan dan penerimaan, serta kasih sayang dan kelembutan terhadap peserta didik, tujuan pendidikan serta hubungan peserta didik dan pendidik itu dapat dihindarkan. Penerapan ketegasan yang mendidik dapat dikombinasikan dengan penerapan cara- cara penguatan.

Sedangkan pengarahan dan keteladanan adalah Seluruh penampilan pendidik didasarkan pada penerimaan dan pengakuan, kasih sayang dan kelembutan dan bentuk penguatan dan tindakan tegas yang mendidik, yang

(42)

seluruhnya positif dan normatif itu, diharapkan dapat diterima dan bahkan ditiru oleh peseta didik.

Selanjutnya menurut pendapat lain sebagai berikut:

a. Menghormati anak didik dan tidak membuat mentalnya runtuh dengan perkataan yang negatif atau menonjokkan.

b. Adil, mudah diajak berkomunikasi, selalu ada saat anak didik membutuhkan, dan selalu mendukung.

c. Saat mengajar tidak tegang, dan melakukan pembelajaran yang menyenangkan dengan berbagai macam cara dan metode.

d. Memberikan contoh yang baik.

e. Selalu dihormati dan dihargai.22

Berdasarkan pendapat Prayitno dan Choiruka yang dimaksud kewibawaan guru dalam pendidikan adalah beberapa sikap seorang pendidik (guru) melalui pengakuan, kasih sayang, penguatan, tindakan tegas yang mendidik, pengarahan dan keteladanan untuk membawa anak didik menuju proses kedewasaannya melalui kewibawaan guru.

Dari pendapat di atas kewibawaan guru dalam pembelajaran yang di ambil adalah sikap seorang pendidik (guru) melalui pengakuan, kasih sayang, penguatan, tindakan tegas yang mendidik, pengarahan dan keteladanan.

22 M. Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praaktis, H. 60

(43)

C. Pengaruh Kewibawaan Guru terhadap Hasil Belajar

Kewibawaan dalam pendidikan adalah pengakuan dan penerimaan secara suka rela terhadap pengaruh atau anjuran yang datang dari orang lain, atas dasar keikhlasan, atas dasar kepercayaan yang penuh, bukan didasarkan atas rasa terpaksa, rasa takut akan sesuatu.

Dengan bahasa anak didik dapat mengerti apa arti anjuran. Larangan dari pendidik, sehingga dengan demikian dapatlah dikenal dan diakui kewibawaan dan pengaruh pendidik. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari kewibawaan seperti: Pengakuan, kasih sayang dan kelembutan, penguatan, , tindakan yang tegas yang mendidik, pengarahan dan keteladanan yang mendidik.23 Kewibawaan guru yang efektif didasarkan atas pengetahuan yang lebih utama atau keahlian yang dilaksanakan dalam suatu suasana kasih sayang dan saling menghormati satu sama lain, karenanya, guru diharapkan memiliki kewibawaan agar mampu membimbing siswa kepada pencapaian tujuan hasil belajar yang sesungguhnya yang ingin dicapai.24

Kewibawaan guru secara lebih detail dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didiknya, motivasi peserta didik, kedisiplinan, kepemimpinan, prestasi/pencapaian peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa ada ikatan hakiki antar pendidik dan kewibawaan, yakni kewibawaan yang diperlukan oleh pendidik. Tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilangan

23 Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan., h. 51-54.

24 Uyoh Sadullah, Pedagogik Ilmu Mendidik, ( Bandung: Alfabeta, 2011), h. 164.

(44)

kepercayaan dari anak didiknya sehingga hasil belajar peseta didik akan menjadi terganggu.

Hasil belajar adalah hasil usaha peserta didik yang diperoleh selama peserta didik menerima pengalaman belajar yang akan memberikan perubahan dari sesuatu yang kurang baik menjadi sesuatu yang lebih baik.

Perubahan ini meliputi perubahan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.

Dengan demikian kewibawaan guru mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengejar karna jika seorang guru tidak memiliki kewibawaan di hadapan peserta didik maka pendidik tidak akan mempunyaian tindakan yang tegas yang mendidik, dan keteladanan yang mendidik dengan begitu akan mempengaruhi Hasil Belajar peserta didik. Jika kewibawaan guru baik di hadapan peserta didik maka hasil belajar peserta didik akan baik pula.

D. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual atau disebut juga kerangka pikir merupakan dasar yang mendukung hubungan antara konsep dalam variabel penelitian.

Kerangka pikir adalah merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan dalam penelitian.25

Dari pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa kerangka pikir merupakan suatu konsep yang berisikan pemikiran dan bimbingan kausal

25 Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, (Metro: Ramayana Pers, 2008), h. 57.

(45)

antara variabel bebas yaitu kewibawaan guru dan variabel terikat yaitu hasil belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini.

Dari uaraian di atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah Apabila Kewibawaan Guru baik, maka Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih akan baik, begitupun sebaliknya jika Kewibawaan Guru kurang baik maka Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih akan tidak baik pula.

E. Hipotesis

Hipotesis Menurut S. Margono adalah Jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. 26 Sedangkan menurut Toto Syantoni dan Nanang Gozali hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya atau jawaban sementara terhadap pertanyaan peneliti yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah.27

Dari pedapat di atas dapat penulis kemukakan bahwa hipotesis adalah dugaaan sementara sebagai suatu jawaban dimana kepastian dari jawaban tersebut perlu dibuktikan lagi kebenarannya dan keabsahan dari permasalahan peneliti dengan cara pengecekan.

Jadi hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh kewibawaan guru terhadap hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.

26 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 67- 68.

27 Toto Syatori Nasahudin, Nanang Gozali, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung:

CV Pustaka Setia, 2012), h. 110.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah bagian dari perencanaan yang menunjukkan usaha penelitian dalam melihat apakah model testing data yang dilakukan mempunyai validitas yang komprehensif yang mencakup validitas internal maupun eksternal, yang secara lebih rinci akan dibahas pada bab yang berikutnya dengan bermacam-macam desain penelitian.1

Dari pendapat di atas peneliti berasumsi rancangan penelitian merupakan semua proses perencanaan penelitian yang mencakup pengumpulan data dan analisisnya dalam pelaksanaan suatu penelitian.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu2, yang artinya peneliti ingin menggambarkan atau memberi gambaran secara objektif, dengan cara memberikan pernyataan kepada responden sehingga mendapat jawaban yang diperlukan.

Sedangkan sifat penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan

1 Sukardi, Metodologi Peneleitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), h. 69

2.S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Reneka Cipta, 2010), h.

24

(47)

data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.3

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa peneliti yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif, disini penulis akan mencoba mendeskripsikan bagaimana langkah dan teknis kewibawaan guru serta bagaimana hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung dengan berbagai dimensi baik teoritis atau konseptual maupun data yang ada dilapangan.

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan petunjuk bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Menurut sumardi suryabrata bahwa definisi operasional yaitu definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati.4 Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa definisi opersioanal adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau dapat diobservasi serta dapat diukur.5 Variabel adalah sesuatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai atau sesuatu yang bervariasi.6

Dari beberapa pendapat di atas bahwa definisi operasioanal variabel adalah petunjuk yang menjelaskan gambaran suatu variabel yang akan diteliti atau diobservasi. Dengan demikian bahwa definisi operasional yang dimaksud adalah menjelaskan secara terperinci pengertian dan maksud dari

3 Moh. Kasiran, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h. 172

4Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grafindo Persada, 2012), h.29

5 Edi Kusnadi, Metodologi Pendidikan, (Metro: Ramayana, 2008), h. 75

6 Ibid., h. 67

(48)

variabel yang dimaksudkan dalam penelitian ini unuk lebih jelas akan penulis kemukakan definisi operasioanal variabel yang di maksud dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X) Kewibawaan Guru

Di dalam proses pendidikan, kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Ada beberapa indikator tentang kewibawaan tersebut adalah: Pengakuan, kasih sayang dan kelembutan, penguatan, pengarahan, tindakan yang tegas yang mendidik, dan keteladanan yang mendidik.

2. Vaiabel Terikat (Y) Hasil Belajar Siswa

Hasil Belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran, yakni berupa perubahan pemahaman, sikap, dan tingkah laku yang tejadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai, simbol, angka, huruf maupun kalimat yang diberikan oleh guru, dengan indikator sebagai berikut: Hasil belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung yang penulis ambil dari nilai ulangan harian.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi diartikan sebagai jumlah kumpulan unit yang akan diteliti karakterisktik atau cirinya.7 Populasi adalah keseluruhan subjek

7 Ibid., h. 257

(49)

penelitian.8 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.9 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Lampung Timur tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 162 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara- cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.10 Sampel adalah Sebagian atau wakil Populasi yang diteliti.11 Jadi dengan demikian sampel yang dimaksud disini adalah wakil yang telah dipilih untuk mewakili populasi.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini maka dalam penelitian ini menggunakan sebanyak 40 sampel kewibawaan guru.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah suatu tekhnik atau cara yang digunakan dalam mengambil sampel dari populasi.12 Karena dalam penelitian ini memiliki populasi yang bersifat homogen dan berstrata secara

8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), h. 173

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 80

10 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.74.

11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h.174

12 Sutrisno Hadi, Metodelogi Reserch, (Jakarta: Fakultas Psikologi UGM, 2000), h.

84.

(50)

proporsional.13 Maka dalam penelitian ini menggunakan teknik Proportional Random Sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan untuk memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian14

Pada umumnya teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian memang tidak tunggal, tetapi gabungan dari beberapa teknik. Jika jumlah populasi lebih dari 100 peserta didik maka penulis menentukan besarnya sampel sebesar 25-30%.15 Namun apabila jumlahnya kurang dari 100 dapat diambil semua atau diambil sebanyak 30% sampai 70%.16 Pada penelitian ini penulis menggunakan proportional random sampling, dengan mengambil 25% dari tiap kelompok dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3. 1

Jumlah Siswa pada Tiap Kelas VIII No. Kelas Jumlah

Siswa 25% Hasil Pembulatan

1. VIII A 28 7 7

2. VIII B 28 7 7

3. VIII C 28 7 7

4. VIII D 25 6,25 6

5. VIII E 29 7,25 7

6. VIII F 24 6 6

Jumlah 162 40,5 40

Berdasarkan tabel di atas maka sampel dari kelas VIII yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu 40 siswa.

13 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, h. 76

14Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 64.

15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 176

16 Edi Kusnadi, Metode Penelitian, h. 82

(51)

D Teknik Pengumpulan Data

Metode atau teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Angket

Kuesioner atau angket hanya berbeda dalam bentuknya. Pada kuesioner, pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat tanya, sedangkan pada angket, pertanyaan disusun dalam kalimat pernyataan dengan obsi jawaban yang tersedia.17 Angket/quesioner adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.18 Angket adalah

“daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung”.19

Adapun Angket yang penulis gunakan adalah angket pilihan ganda (multiple choise) dengan alternatif jawaban, yaitu a, b, c masing-masing sebanyak 20 item. Sedangkan untuk memberikan penilaian pada setiap alternatif yang telah disediakan dalam angket adalah sebagai berikut:

a. Pilihan (A) penulis beri nilai 3 (tiga) b. Pilihan (B) penulis beri nilai 2 (dua) c. Pilihan (C) penulis beri nilai 1 (satu)

17 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 122.

18 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, h.

142.

19.Husaini Usman, Purnomo Setiyadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003), h. 58.

(52)

Metode angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tidak langsung yang tertutup dan angket yang berupa pilihan ganda yang diberikan kepada siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung, untuk memperoleh data tentang kewibawaan guru mata pelajaran fiqih. Adapun alasan penulis dalam menggunakan metode angket ini adalah dapat menghemat waktu, tenaga, biaya dan dapat dengan mudah memperoleh data banyak dalam waktu yang singkat.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang- barang tertulis di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat dan sebagainya.20

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang variabel terikat penelitian yaitu hasil belajar nilai ulangan harian mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung tahun pelajaran 2016/2017. Selain digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar, dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data tentang profil sekolah, struktur organisasi, denah ruang, jumlah siswa jumlah guru dan jumlah karyawan/pegawai.

20 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktek, h. 201.

(53)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah “alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode”21. Dengan demikian dapat dipahami bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematik. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Instrumen untuk metode angket atau quesioner soal tertulis. Instrumen untuk dokumentasi adalah panduan dokumentasi.

1. Rancangan/Kisi-kisi Instrumen

Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Angket dipergunakan untuk memperoleh dat tentang kewibawaan guru .

b. Dokumentasi dipergunakan untuk memperoleh data tentang struktur organisasi, data historis dan staf pegawai MTs Ma’arif Nu 5 Sekampung.

Adapun rancangan kisi-kisi instrumen yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

21 Ibid, h. 126

Gambar

Tabel 3.3  Interprestasi Nilai “r”
Tabel Nilai Chi Kuadrat (x 2 )  Dk  Taraf Signifikansi  50%  30%  20%  10%  5%  1%  1  0.455  1.074  1.642  2.706  3.481  6.635  2  0.139  2.408  3.219  3.605  5.591  9.210  3  2.366  3.665  4.642  6.251  7.815  11.341  4  3.357  4.878  5.989  7.779  9.488

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dokter gigi dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga kesehatan dapat terlibat aktif secara langsung untuk menjaga dan merawat kesehatan rongga mulut yang diinduksi

yang meliputi: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Permasalahan yang ditelaah adalah

Berdasarkan hasil uji coba soal melalui teknik Kuder Richardson 20 (KR-20), diperoleh keterangan bahwa tingkat reliabilitas soal yang disusun tergolong sedang

Terdapat tiga mekanisme yang diduga terjadi sehingga pasir kuarsa terlapis MnO 2 mampu menurunkan kadar besi yang terkandung pada sampel air tanah, yaitu mekanisme

PBJ 1/ APBD/ Distamben/ 2015 tanggal 13 Juli 2015 dan Berita Acara Penetapan Penyedia Barang/ Jasa Nomor: 011/ BA/ Pej-PBJ 1/ APBD/ Distamben/ 2015 tanggal 13 Juli 2015, maka

Strategi ini berkaitan dengan penentuan jumlah perantara yang digunakan untuk mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen. Alternatif yang dipilih dapat

• Sekitar 350 spesies tumbuhan di alam mampu menyerap material-material beracun yang mencemari lingkungan.

Surat Pernyataan kerelaan dari pemilik tanah apabila pendirian bangunan bukan pada tanah milih sendiri bermaterai cukup; 12.. Surat kuasa bermaterai cukup apabila