1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isu mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapannya semakin menjadi perhatian utama baik bagi akademisi maupun praktisi. Hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan investasi dana pada socially responsible investment1 di Amerika Serikat (SIF, 2006). Chapple & Moon (2005) melakukan
penelitian terhadap 50 perusahaan teratas berdasarkan pendapatan operasi di tujuh negara Asia dan menemukan adanya peningkatan dalam pengembangan sistem tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam kaitannya dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sebagian besar investor institusi dan multi- stakeholder group telah mulai memfokuskan perhatian pada materialitas informasi
lingkungan dan sosial dalam analisis investasinya (Holder-Webb et al., 2009).
Aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapannya merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Aktivitas dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dimaksudkan untuk memengaruhi persepsi analis, pasar modal, dan investor institusional terhadap perusahaan (Brammer &
Pavelin, 2006). Perusahaan yang melakukan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan akan mempunyai hubungan yang lebih baik dengan investor dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan (Gelb & Strawser, 2001). Pengungkapan tanggung jawab sosial
1Socially responsible investment adalah istilah umum yang digunakan untuk mendefinisikan berbagai proses investasi yang mengombinasikan tujuan keuangan investor dengan kepeduliannya tentang permasalahan lingkungan, sosial, dan tata kelola (Eurosif, 2010)
2
perusahaan akan membantu perusahaan dalam membangun reputasinya di mata pemangku kepentingan (Orlitzky et al., 2003).
Isu mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapannya seharusnya menjadi sesuatu hal yang penting di Indonesia. Hal ini disebabkan salah satunya karena adanya peningkatan investasi di Indonesia oleh perusahaan asing (BKPM, 2014) yang mengakibatkan semakin banyak perusahaan di Indonesia, yang akan berpotensi merusak lingkungan. Namun isu tersebut belum menjadi fokus perhatian utama di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masih sedikitnya perusahaan yang mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan (Anggraini, 2006; Cahaya, et al., 2006; Gunawan, 2007; Sembiring, 2005;
Setiawan & Dermawan, 2011).
Motivasi perusahaan di Indonesia dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapannya didasarkan pada teori politik ekonomi (teori legitimasi dan teori pemangku kepentingan) dan teori institusional dan bukan teori strategi pemasaran. Motivasi tersebut didasari karena kepedulian masyarakat Indonesia terhadap tanggung jawab sosial perusahaan yang masih rendah.
Masyarakat Indonesia tidak mempertimbangkan apakah perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial atau tidak dalam membeli suatu produk.
Gunawan (2007) menemukan bahwa terdapat tiga motivasi perusahaan di Indonesia dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu: menciptakan citra positif, bertindak secara akuntabel, dan untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan. Kepatuhan hukum bukanlah tujuan utama dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia (Gunawan, 2007).
3
Beberapa penelitian menemukan bahwa karakteristik manajemen akan berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan (Manner, 2010; Slater &
Dixon-Fowler, 2010; Sun & Rakhman, 2013). Slater & Dixon-Fowler (2010) menemukan bahwa CEO yang memiliki gelar MBA akan mempunyai kinerja tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih baik. Sun & Rakhman (2013) menemukan bahwa CFO yang lebih berpengalaman cenderung untuk melakukan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan. Manner (2010) menemukan bahwa CEO yang mempunyai gelar sarjana “humanities”, mempunyai pengalaman karir fungsional yang lebih luas, dan berjenis kelamin wanita berpengaruh positif terhadap corporate social performance, sedangkan CEO yang mempunyai gelar sarjana ekonomi berpengaruh negatif terhadap corporate social performance.
Penelitian ini bertujuan menguji faktor-faktor penentu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia yang dikaitkan dengan karakteristik direktur utama, direktur keuangan dan komite audit. Berdasarkan upper echelons theory, outcomes organisasi, yaitu pemilihan strategi dan level
kinerja, diprediksikan secara parsial oleh karakteristik latar belakang manajer (Hambrick & Mason, 1984). Karakteristik yang diteliti dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan bisnis. Penelitian ini memilih latar belakang pendidikan bisnis karena penelitian-penelitian sebelumnya tentang hubungan latar belakang pendidikan bisnis dengan tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapannya masih menunjukan hasil yang mixed (Manner, 2010; Slater &
Dixon-Fowler, 2010). Penelitian ini memilih direktur, direktur keuangan dan komite audit dengan alasan karena merekalah yang memiliki kepentingan dan
4
tanggung jawab dalam pelaporan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian ini berargumen bahwa latar belakang pendidikan yang berasal dari bisnis akan mendorong pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Individu yang berlatar belakang bisnis akan lebih baik dalam mengambil suatu keputusan bisnis (Kusumastuti et al., 2007). Pendidikan bisnis secara signifikan memengaruhi kepercayaan bahwa keberlanjutan (sustainabillity) merupakan elemen penting dalam kinerja perusahaan (Neubaum et al., 2009). Keputusan dalam tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapannya merupakan suatu keputusan yang penting karena berkaitan dengan legitimasi masyarakat terhadap perusahaan yang akan berdampak pada keberlangsungan perusahaan. Penelitian ini berpendapat bahwa keputusan bisnis tidak hanya mempertimbangkan faktor pemasaran namun juga faktor keberlanjutan perusahaan.
Penelitian ini juga mempertimbangkan pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapannya masih memberikan hasil yang mixed. Said et al. (2009) menemukan hubungan positif antara konsentrasi kepemilikan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Malaysia. Chau & Gray (2002) menemukan ada hubungan negatif antara kepemilikan yang terkonsentrasi dengan tingkat pengungkapan sukarela. Beberapa penelitian lain menemukan hubungan yang negatif antara konsentrasi kepemilikan dengan tanggung jawab sosial perusahaan (Dam & Scholtens, 2013; Wang & Coffey, 1992) dan pengungkapan tanggung
5
jawab sosial perusahaan (Reverte, 2009). Halme & Huse (1997) menemukan tidak ada hubungan antara konsentrasi kepemilikan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di laporan tahunan perusahaan.
Penelitian ini berpendapat bahwa konsentrasi kepemilikan akan berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan dengan beberapa pemilik, secara umum akan mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi dengan tujuan untuk mengurangi asimetri informasi antara organisasi dan pemegang saham (Prencipe, 2004). Perusahaan yang kepemilikan sahamnya tersebar akan cenderung untuk meningkatkan kebijakan pelaporan keuangan dengan menggunakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan untuk mengurangi asimetri informasi (Reverte, 2009). Penelitian ini juga menguji sampai seberapa persen kepemilikan yang terkonsentrasi akan berpengaruh secara negatif dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian ini berkontribusi dalam menguji faktor-faktor yang menentukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dikaitkan dengan karakteristik direktur utama, direktur keuangan dan komite audit, yaitu latar belakang pendidikan bisnis. Penelitian ini juga berkontribusi dalam memberikan penjelasan mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan, yang masih memberikan hasil yang mixed. Penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia baik di kategori ekonomi, lingkungan, maupun sosial.
6 1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah latar belakang pendidikan direktur utama dan direktur keuangan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia?
2. Apakah latar belakang pendidikan komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia?
3. Apakah perusahaan yang struktur kepemilikannya terkonsentrasi berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian maka tujuan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Menguji latar belakang pendidikan direktur utama dan direktur keuangan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia.
2. Menguji latar belakang pendidikan komite audit terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia.
7
3. Menguji struktur kepemilikan terkonsentrasi terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik itu bagi literatur, praktisi, maupun pembuat kebijakan, yaitu:
1. Literatur :
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan bukti baru mengenai hubungan antara latar belakang pendidikan bisnis manajemen dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori keagenan dalam kaitannya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu memperkuat hubungan antara konsentrasi kepemilikan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Praktisi: memberikan pemahaman mengenai pentingnya manajemen yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai (bisnis) bagi perusahaan dan masyarakat.
3. Pembuat kebijakan: membantu dalam menyusun peraturan mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dikaitkan dengan latar belakang pendidikan dan strukur kepemilikan.
8 1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang kajian literatur terkait latar belakang pendidikan, konsentrasi kepemilikan serta berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan pengembangan hipotesis.
BAB III: METODA PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metoda penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metoda penelitian ini berisi rincian mengenai sampel penelitian, besarnya sampel dan teknik pengambilan sampel, variabel dan definisi operasional variabel, serta teknik analisis data.
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai data penelitian, hasil pengolahan data penelitian, serta pembahasan hasil penelitian.
BAB V : SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan penelitian ini.
Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian.