• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dosen Program Studi Magister Sains, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dosen Program Studi Magister Sains, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta ABSTRACT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH FAKTOR ORGANISASIONAL TERHADAP STRES KERJA PEGAWAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI DENGAN PENGALAMAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

1Ennike Parasmala, 2Nelmida, 2 Zaitul

1Mahasiswa Program Studi Magister Sains, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

2 Dosen Program Studi Magister Sains, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta email : [email protected]

ABSTRACT

The important of work stress has been documented by many reseachers. In addition, work stress would effect the behavioural outcome, such as intention to exit, job satisfaction and etc. Study about work stress has been done by using the business organization and little attention has been paid to the higher education institution (HEI). Therefore, this study aims to investigate the effect of role conflict, career barriers, work overload, work environment, on work stress. In addition, this study also examine the role of work experience as moderating variable between that organizational factors and work stress.

The population was all lecturers in Islamic HEI in Kerinci with sample of 89 lecturers.

The data analysis was use is moderated regression analysis (MRA). The result show that there is a positive significant effect of role conflict, barriers career, excess work load on work stress. However, working environment has a significantly negative effect on work stress.

Further, work experience partially moderate the relationship between organizational factors and work stress. This study has a practical implication in the sense that work stress could be managed by managing that organizational factors.

Keywords : Role Conflict, Career Barriers, Work Overload, Work Environment, Work Experience, Work Stress

A. Pendahuluan

Meningkatnya tuntutan organisasi akan efisiensi dan efektivitas pekerjaan akan mendorong setiap individu untuk lebih dapat bekerja cepat, mampu bersaing, dan mampu mengatasi tantangan dalam pekerjaannya. Setiap individu yang ditempatkan pada kondisi-kondisi lingkungan yang sama mungkin menunjukkan tanggapan psikologis, fisik, dan perilaku yang sangat berbeda. Oleh karena itu, stres dapat mempengaruhi seseorang dengan berbagai cara yang berbeda dan dengan akibat yang bermacam-macam tergantung kondisi individu yang bersangkutan serta sumber potensial tekanan kerja tertentu yang dievaluasi, yang mungkin menjadi penyebab stres bagi seseorang tetapi tidak bagi orang lain. Menurut Luthans (2006)

stres didefinisikan sebagai suatu respon adaptif terhadap situasi eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi. Semua respon yang ditujukan kepada stresor, baik respon fisiologis atau psikologis, disebut dengan stres.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang penulis lakukan pada STAIN Kerinci terlihat bahwa dosen mengalami stres dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Indikasi yang memperlihatkan stres kerja pada dosen adalah yakni pengaruh psikologis berupa rasa bosan, menurunnya semangat dan kelelahan dalam melaksanakan tugas serta kelalaian dalam menyelesaikan tugas-tugas tambahan

Konflik peran yang dialami oleh dosen juga menyebabkan terjadinya stress

(2)

2 kerja. Konflik peran menyebabkan

ketidakjelasan peran dosen dalam melaksanakan pekerjaan. Konflik peran terjadi karena adanya ketidaksesuaian dan pertentangan antara harapan pelaku peran dengan harapan orang lain menyangkut peran tersebut. Peran seorang dosen adalah sebagai pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan meyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Selain faktor beban kerja berlebih yang menyebabkan konflik peran dosen sebagai tenaga pendidik professional, faktor peraturan pemerintah tentang disiplin PNS juga menyebabkan konflik dalam diri dosen. Dosen di STAIN Kerinci juga berperan Pegawai Negeri Sipil. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, setiap PNS harus mentaati jam kerja yang telah ditentukan. STAIN Kerinci sebagai lembaga pendidikan negeri juga memberlakukan peraturan tersebut, yaitu sistem enam hari kerja. Jumlah hari kehadiran dalam sebulan juga digunakan untuk menetapkan jumlah reward tambahan yang diterima oleh dosen dan karyawan STAIN Kerinci. Adanya aturan yang mengikat tersebut menyebabkan dosen mengalami konflik peran.

Stres kerja juga dipengaruhi oleh adanya hambatan karir. Seorang dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dosen harus memiliki kualifikasi akademik minimum lulusan program magister untuk dapat mengajar di program diploma atau program sarjana, dan lulusan program doktor untuk program pascasarjana. Peraturan ini menjadi hambatan karir bagi dosen yang masih belum menyelesaikan program

magisternya. Sertifikat pendidik diberikan apabila dosen sudah lulus sertifikasi yang juga mensyaratkan terpenuhinya kualifikasi akademik minimal magister.

Hal ini juga dirasakan sebagai hambatan karir oleh seorang dosen yang pada akhirnya memicu terjadinya stress kerja pada dosen.

Permasalahan di atas merupakan bukti nyata bahwa dosen pada STAIN Kerinci mengalami stress dalam melaksanakan tugas. Tingkat stress yang dialami oleh dosen dalam bekerja tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari pribadi dosen maupun faktor yang berasal dari organisasi. Penulis mengasumsikan faktor yang dapat mempengaruhi stress kerja dosen adalah konflik peran, hambatan karir, kelebihan beban kerja, lingkungan kerja dan pengalaman kerja.

Menurut Nimran (1999) bahwa faktor organisasional yang menjadi sumber atau mempengaruhi stres diantaranya adalah Role ambiguity and role conflict (kekaburan peran dan konflik peran) dan work overload (kelebihan beban kerja).

Sedangkan Robbins (2003) menyatakan bahwa ada tiga kategori penderita stres potensial yaitu faktor lingkungan (environmental factors), faktor organisasi (organizational factors) dan faktor individual (individual factors) serta perbedaan individual (individual differences)

Berdasarkan hasil penelitian Rumaningsih (2011) diketahui bahwa terdapat pengaruh positif variabel-variabel organisasional, yaitu konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban kerja, dan lingkungan kerja terhadap stres kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap ada peningkatan dari variabel konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban kerja, dan lingkungan kerja akan meningkatkan stres kerja.

Selanjutnya diketahui bahwa konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban kerja, dan lingkungan kerja sebagai variabel organisasional ternyata

(3)

3 menurunkan stres kerja perawat setelah

dimasukkan variabel pengalaman kerja.

Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan individual dari sisi pengalaman kerja memegang peran penting dalam menghadapi realitas pekerjaan. Individu yang tetap lebih lama berada dalam pekerjaannya adalah mereka dengan ciri yang lebih tahan terhadap stres, yang pada akhirnya akan mengembangkan mekanisme untuk mengatasi stres. Karena pengembangan ini memakan waktu yang lebih lama, maka semakin lama pengalaman kerja perawat besar kemungkinannya untuk menyesuaikan diri terhadap stres kerja.

Penelitian ini adalah mereduksi penelitian yang dilakukan oleh Rumaningsih (2011) tentang pengaruh faktor organisasional pada stres kerja para perawat dengan pengalaman kerja sebagai variabel pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta). Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian terdahulu adalah variabel bebas, waktu, tempat dan objek penelitian.

Variabel bebas penelitian ini adalah konflik peran, hambatan karir, kelebihan beban kerja, lingkungan kerja, dilaksanakan pada tahun 2013 dengan objek penelitian adalah dosen STAIN Kerinci.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1).

Pengaruh konflik peran terhadap stres kerja, 2) Pengaruh hambatan karir terhadap stres kerja, 3) Pengaruh kelebihan beban kerja terhadap stres kerja, 4) Pengaruh lingkungan kerja terhadap stres kerja, 5) Pengalaman kerja memoderasi pengaruh konflik peran terhadap stres kerja, 6) Pengalaman kerja memoderasi pengaruh hambatan karir terhadap stres kerja, 7) Pengalaman kerja memoderasi pengaruh kelebihan beban kerja terhadap stres kerja, 8) Pengalaman kerja memoderasi pengaruh lingkungan kerja terhadap stres kerja.

Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian terdahulu maka dapat

dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini meliputi :

1. Konflik peran berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci

2. Hambatan karir berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci

3. Kelebihan beban kerja berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci

4. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci

5. Pengalaman kerja memoderasi pengaruh konflik peran terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci

6. Pengalaman kerja memoderasi pengaruh hambatan karir terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci 7. Pengalaman kerja memoderasi

pengaruh kelebihan beban kerja terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci

8. Pengalaman kerja memoderasi pengaruh lingkungan kerja terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci Adapun kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut :

B. Motodologi Penelitian

Desain penelitian ini adalah desain kausal, yaitu desain penelitian yang berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kerinci yang berjumlah sebanyak 89 orang. Jumlah sampel adalah 89 orang (metode sensus).

Faktor Organisasional :

1. Konflik peran 2. Hambatan karir 3. Kelebihan beban kerja 4. Lingkungan kerja

Pengalaman Kerja

Stres Kerja

(4)

4 Teknik Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Pusat Data dan Informasi STAIN Kerinci.

Definisi Operasional Variabel

Stres kerja adalah sebagai tekanan yang dirasakan oleh dosen dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pada STAIN Kerinci. Indikator stres kerja pada penelitian ini adalah (Robert, dkk, 1997);

a. Skala stressor individual b. Skala kesan stres

Variabel stres kerja diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan Robert, dkk, (1997) dalam Mas’ud (2004) dengan menggunakan skala likert dengan interval 1 sampai 5.

Konflik peran adalah konflik yang terjadi pada diri dosen dalam menjalankan perannya sebagai dosen pada STAIN Kerinci. Konflik peran ini terjadi ketika peran yang dijalankan oleh dosen tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.

Variabel konflilk peran diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh J. Rozzo, R. J. House dan S. I. Lirtzman (1970) dalam Masud (2004), dengan menggunakan skala Likert dengan interval 1 sampai 5.

Hambatan karir yang dimaksud pada penelitian ini adalah hambatan atau halangan yang dirasakan oleh dosen dalam berkarir di STAIN Kerinci. Variabel hambatan karir diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan Rivai dan Sagala (2009) dengan menggunakan skala likert dengan

interval 1 sampai 5.

Kelebihan beban kerja yang dimaksud pada penelitian ini adalah kelebihan beban kerja secara kuantitatif dan secara kualitatif. Memiliki terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi. Indikator kelebihan beban kerja diukur dengan indikator sebagai berikut (French dan Caplan, 1999) :

1. Quantitative overload 2. Qualitative overload

Variabel kelebihan beban kerja diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan French dan Caplan (1999) dalam Mas’ud, (2004) dengan menggunakan skala likert dengan interval 1 sampai 5.

Lingkungan kerja yang dimaksud pada penelitian ini adalah penilaian dosen terhadap lingkungan kampus sebagai tempat bekerja dosen setiap hari. Indikator lingkungan kerja pada penelitian ini adalah Sedarmayanti (2001) :

a. Lingkungan fisik b. Lingkungan non fisik

Variabel lingkungan kerja keluarga diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan Riduwan (2007) dengan menggunakan skala likert dengan interval 1 sampai 5.

Pengalaman kerja merupakan lamanya seorang dosen mengajar pada STAIN Kerinci. Variabel pengalaman kerja ini diukur dengan menggunakan satuan tahun yaitu lamanya seorang dosen bekerja pada STAIN Kerinci.

(Abdurrahman, 2006)

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Profil Responden

Mayoritas responden adalah laki- laki (67,42%), usia antara 30-40 tahun (44,94%), tingkat pendidikan Magister (87,64%), dengan masa kerja 11-15 tahun (32,58%) dan golongan III (64,05%).

Uji Instrumen

Uji Instrumen penelitian menggunakan uji validitas dan reabilitas.

Uji validitas menggunakan corrected item- total correlation dengan cut-off 0,30.

Sedangkan uji reabilitas menggunakan cronbach’s alpha minimal 0,60 (Sekaran, 2006). Hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilihat sebagai berikut :

(5)

5 Tabel 1. Hasil Uji Validitas dan

Reliabilitas

Variabel Jmlh Item

Tidak

Valid Valid Cronbach's

Alpha Ket.

Stres Kerja 23 5 18 0,763 Reliabel

Konflik Peran 10 0 10 0,773 Reliabel

Hambatan Karir 16 3 13 0,693 Reliabel

Beban Kerja 6 0 6 0,757 Reliabel

Lingkungan Kerja 12 1 11 0,774 Reliabel

Sumber : Data Primer yang diolah, 2013 Uji Prasyarat Analisis

Uji Prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan uji multikolinear.

Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan teknik Uji Kolmogorov Smirnov (Uji K-S) dan sebagai dasar penolakan atau penerimaan keputusan normal tidaknya distribusi data ditetapkan pada taraf signifikan alpha 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Hasil uji normalitas dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 2. Hasil Uji Normalitas

Variabel Sig Alpha Ket.

1 Stres kerja 0,614 0,05 Normal 2 Konflik Peran 0,133 0,05 Normal 3 Hambatan Karir 0,521 0,05 Normal 4 Beban Kerja 0,268 0,05 Normal 5 Lingkungan Kerja 0,362 0,05 Normal

Sumber : Data Primer yang diolah, 2013 Dari Tabel 2 diketahui bahwa nilai Sig (2-tailed) semua variabel adalah lebih besar dari tingkat signifikan yang digunakan (alpha). Hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian berdistribusi normal, sehingga pengujian hipotesis dapat dilaksanakan karena data berdistribusi normal.

Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dari tabel berikut

Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Toler

ance VIF Keterangan

1 Konflik Peran 0,688 1,453 Tidak multikolinearitas 2 Hambatan Karir 0,732 1,365 Tidak

multikolinearitas 3 Beban Kerja 0,803 1,245 Tidak

multikolinearitas 4 Lingkungan

Kerja 0,951 1,052 Tidak

multikolinearitas

Sumber : Data Primer yang diolah, 2013

Dari tabel terlihat bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas karena nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10.

Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini alat uji yang digunakan adalah Moderated Regretion Analysis (MRA). Pengujian ini berguna untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan mengetahui pengaruh variabel moderasi dalam memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) yaitu aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian.

Menurut Baron dan Kenny (1986) dalam Suliyanto (2011) bahwa ketentuan yang digunakan dalam pengujian peranan variabel moderasi dapat dilihat dari hasil regresi bertingkat pada tingkat 3, dimana : 1. Jika nilai signifikansi variabel

interaksi lebih kecil dari alpha (α = 0,05) maka terdapat efek moderasi.

Selanjutnya bila R2 model III lebih besar dari R2 model I maka dapat diartikan bahwa variabel moderasi memperkuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

2. Jika nilai signifikansi variabel interaksi lebih besar dari alpha (α = 0,05) maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat efek moderasi.

Selanjutnya bila R2 model III lebih kecil dari R2 model I maka dapat diartikan bahwa variabel moderasi memperlemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

(6)

6 Tabel 4. Hasil Moderated Regression Analysis (MRA)

Sumber : Data Primer yang diolah, 2013

1. Pengaruh Konflik Peran Terhadap Stres Kerja Dosen STAIN Kerinci

Berdasarkan hasil Analisis Regresi pada Tahap 1 diketahui bahwa konflik peran berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi variabel konflik peran (X1) sebesar 0,409 dan signifikan 0,002. Koefisien tersebut bertanda positif dan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, hipotesis pertama (H1) yang menyatakan “Konflik peran berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci”

dapat diterima.

Penelitian ini membuktikan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi stress kerja adalah konflik peran karena konflik peran adalah konflik yang terjadi pada diri dosen dalam menjalankan perannya yang memiliki perintah dan harapan yang berbeda-beda dan diterima secara bersamaan dan pelaksanaan atas satu perintah atau memenuhi satu harapan saja akan mengakbatkan terabaikannya perintah ataupun harapan yang lain.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumaningsih (2011) tentang pengaruh faktor organisasional pada stres kerja para perawat dengan pengalaman kerja sebagai variabel pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr.

Moewardi Surakarta). Hasil penelitian membuktikan bahwa konflik peran berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Penelitian Wijono (2006) tentang pengaruh kepribadian type A dan konflik peran terhadap stres kerja manajer madya. Hasil penelitian membuktikan bahwa konflik peran berpengaruh signifikan terhadap stress kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2006) tentang pengaruh faktor organisasional terhadap stres kerja dengan gender sebagai variabel moderasi di PT Pabelan Surakarta.

Temuan penelitian membuktikan bahwa konflik peran berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.

Temuan penelitian ini didukung oleh pendapat Robins (2006) yang menyatakan bahwa konflik peran yang dialami karyawan dalam bekerja memiliki hubungan positif dengan stress kerja. Apabila karyawan mengalami

Variabel Terikat

Variabel Bebas dan Moderasi

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Koefisien regresi

Sig. Koefisien regresi

Sig. Koefisien regresi

Sig.

Stres Kerja (Y)

Konstanta (a) 29,152 - 32,016 - 9,012 -

Konflik peran (X1) 0,409 0,002 0,418 0,001 0,655 0,035

Hambatan Karir (X2) 0,594 0,000 0,537 0,000 1,011 0,001

Beban Kerja (X3) 0,405 0,016 0,398 0,015 0,300 0,498

Lingkungan Kerja (X4) - 0,368 0,003 - 0,294 0,020 -0,356 0,221

Pengalaman kerja (Z) - - - 1,310 0,027 6,653 0,248

(X1*Z) - - - - - 0,081 0,445

(X2*Z) - - - - - 0,170 0,079

(X3*Z) - - - - 0,034 0,833

(X4*Z) - - - - 0,023 0,823

F hitung 28,599 0,000 25,010 0,000 15,783 0,000

R2 0,577 0,601 0,643

Perubahan R2 0,024 0,042

(7)

7 konflik peran dalam melaksanakan

tugas akan meningkatkan stress kerja pada diri karyawan.

2. Pengaruh Hambatan Karir Terhadap Stres Kerja Dosen STAIN Kerinci

Berdasarkan hasil analisis regresi tahap 1 diketahui bahwa hambatan karir berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi variabel hambatan karir (X2) sebesar 0,594 dan signifikan 0,000. Koefisien regresi tersebut bertanda positif dan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05.

Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan “Hambatan karir berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci” dapat diterima.

Penelitian ini membuktikan bahwa hambatan karir merupakan faktor penyebab stres kerja karena hambatan atau halangan yang dirasakan oleh dosen dalam berkarir akan memicu timbulnya rasa panik dan bosan pada diri dosen dalam melaksanakan tugas sehingga pada giliranya menimbulkan stres kerja

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Rumaningsih (2011) tentang pengaruh faktor organisasional pada stres kerja para perawat dengan pengalaman kerja sebagai variabel pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta). Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel organisasional hambatan karir berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2006) tentang pengaruh faktor organisasional terhadap stres kerja dengan gender sebagai variabel moderasi di PT Pabelan Surakarta.

Temuan penelitian membuktikan bahwa hambatan karir berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.

Temuan penelitian ini didukung oleh pendapat Rivai dan Sagala (2009) yang menjelaskan bahwa hambatan

karir bagi karyawan akan menyebabkan stress kerja. Apabila karyawan merasakan hambatan karir yang tinggi dalam organisasi tentunya akan menimbulkan stress kerja yang tinggi.

3. Pengaruh Kelebihan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Dosen STAIN Kerinci

Berdasarkan hasil analisis regresi tahap 1 diketahui bahwa kelebihan beban kerja berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Hal ini dapat dilihat dari koefisisen regresi variabel Beban Kerja (X3) sebesar 0,405 dan signifikan 0,016. Koefisien regresi tersebut bertanda positif dan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan

“Beban kerja berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci” dapat diterima.

Penelitian ini membuktikan bahwa apabila dosen memiliki terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Rumaningsih (2011) tentang pengaruh faktor organisasional pada stres kerja para perawat dengan pengalaman kerja sebagai variabel pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta). Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel organisasional kelebihan beban kerja berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Djaini (2005) tentang analisis sumber- sumber stress kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stress kerja pegawai dipengaruhi oleh beban kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh

(8)

8 Ratnawati (2006) tentang pengaruh

faktor organisasional terhadap stres kerja dengan gender sebagai variabel moderasi di PT Pabelan Surakarta.

Temuan penelitian membuktikan bahwa faktor organisasional kelebihan beban kerja berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Anoranga (2006) yang menjelaskan bahwa beban kerja yang berlebihan sebagai tanggung jawab karyawan dalam bekerja dapat memicu timbulnya stress kerja. Apabila karyawan merasakan beban kerja yang berlebihan (kualitas dan kuantitas) tentunya menyebabkan karyawan tersebut tidak tenang dalam bekerja dan pada gilirannnya mengalami stress dalam bekerja.

4. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Stres Kerja Dosen STAIN Kerinci

Berdasarkan hasil analisis regresi tahap 1 diketahui bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi variabel Lingkungan kerja (X4) sebesar -0,368 dan signifikan 0,003. Koefisien fregresi tersebut bertanda negatif dan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa hipetesis keempat yang menyatakan “Lingkungan kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci” dapat diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin baik lingkungan kerja yang dirasakan oleh dosen tentunya akan menurunkan tingkat stress kerja yang dialami dosen dalam melaksanakan tugas pada STAIN Kerinci.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumaningsih (2011) tentang pengaruh faktor organisasional pada stres kerja para perawat dengan pengalaman kerja sebagai variabel

pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta). Hasil penelitian membuktikan bahwa lingkungan kerja) berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto dan Djohan (2006) tentang pengaruh persepsi akan dimensi desain organisasi dan tipe kepribadian terhadap tingkat stres karyawan PT. Internasional Deta Alfa Mandiri. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan lingkungan kerja terhadap tingkat stres kerja. karyawan PT. Internasional Deta Alfa Mandiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2006) tentang pengaruh faktor organisasional terhadap stres kerja dengan gender sebagai variabel moderasi di PT Pabelan Surakarta.

Temuan penelitian membuktikan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.

Penelitian Susilo (2010) tentang pengaruh faktor lingkungan fisik dan lingkungan non fisik terhadap stress kerja pada PT. Indo Bali. Menemukan bahwa faktor lingkungan fisik dan lingkungan non fisik berpengaruh signifikan terhadap stress kerja.

Temuan penelitian ini didukung oleh pendapat Sedarmayanti (2001) yang menjelaskan bahwa lingkungan kerja baik fisik maupun non fisik dapat menyebabkan terjadinya stress kerja pada karyawan dalam bekerja. Apabila lingkungan kerja yang dirasakan pegawai tidak mendukung tentunya memicu timbulnya stress kerja pada diri karyawan dalam melaksanakan tugas.

5. Pengalaman Kerja Memoderasi Pengaruh Konflik Peran Terhadap Stres Kerja Dosen STAIN Kerinci

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima diketahui bahwa pengalaman kerja tidak memoderasi pengaruh konflik peran terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Hal ini dapat dilihat dari analisis regresi tahap 3 dimana koefisien regresi interaksi

(9)

9 konflik peran dengan pengalaman kerja

(X1*Z) sebesar -0,081 dan signifikan 0,445. Nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti hipotesis kelima yang menyatakan “Pengalaman kerja memoderasi pengaruh konflik peran terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci” ditolak.

Tinggi rendahnya tingkat stress kerja yang dirasakan oleh dosen dalam melaksanakan tugas pada STAIN Kerinci sebagai akibat dari adanya konflik peran tidak dipengaruhi oleh pengalaman kerja dosen. Artinya, pengalaman kerja dosen tidak dapat mengurangi tingkat stress kerja yang dialami oleh dalam bekerja. Dosen yang memiliki pengalaman kerja tinggi tetapi apabila mengalami konflik peran dalam bekerja tentunya akan membuat dosen tersebut mengalami stres kerja.

Temuan penelitian ini membuktikan bahwa pengalaman kerja tidak memoderasi pengaruh konflik peran terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Hal ini disebabkan karena interaksi antara variabel pengalaman kerja dengan konflik peran tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap stress kerja dosen STAIN.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumaningsih (2011) tentang pengaruh faktor organisasional pada stres kerja para perawat dengan pengalaman kerja sebagai variabel pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr.

Moewardi Surakarta). Hasil penelitian membuktikan bahwa pengalaman kerja memoderasi pengaruh konflik peran terhadap stres kerja.

6. Pengalaman Kerja Memoderasi Pengaruh Hambatan Karir Terhadap Stres Kerja Dosen STAIN Kerinci

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keenam diketahui bahwa pengalaman kerja memoderasi pengaruh hambatan karir terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Hal ini

dapat dilihat dari hasil analisis regresi tahap 3 dimana koefisien interaksi hambatan karir dengan pengalaman kerja sebesar -0,170 dan signifikan 0,079 (lebih kecil dari 0,10). Nilai koefisien regresi ini lebih kecil dari hasil regresi pada tahap 1 yaitu sebesar 0,594. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pengalaman kerja (Z) berperan sebagai variabel moderasi dimana peranannya adalah memperlemah pengaruh hambatan karir terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Dengan demikian hipotesis

keenam yang menyatakan

“Pengalaman kerja memoderasi pengaruh hambatan karir terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci” diterima pada tingkat kepercayaan 90%.

Tinggi rendahnya tingkat stress kerja yang dirasakan oleh dosen dalam melaksanakan tugas pada STAIN Kerinci sebagai akibat dari adanya hambatan karir dipengaruhi oleh pengalaman kerja dosen. Artinya, pengalaman kerja mengurangi tingkat stress kerja yang dialami oleh dosen dalam bekerja yang timbul karena adanya hambatan karir.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumaningsih (2011) tentang pengaruh faktor organisasional pada stres kerja para perawat dengan pengalaman kerja sebagai variabel pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr.

Moewardi Surakarta). Hasil penelitian membuktikan bahwa pengalaman kerja memperlemah pengaruh hambatan karir terhadap stres kerja.

7. Pengalaman Kerja Memoderasi Pengaruh Kelebihan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Dosen STAIN Kerinci

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketujuh diketahui bahwa pengalaman kerja tidak memoderasi pengaruh kelebihan beban kerja terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Hal ini dapat dilihat dari hasil

(10)

10 analisis regresi pada tahap 3. Nilai

koefisien regresi interaksi beban kerja dengan pengalaman kerja (X3*Z) sebesar 0,034 dengan signifikan 0,833 (lebih besar dari 0,05). Hal ini berarti hipotesis ketujuh yang menyatakan

“Pengalaman kerja memoderasi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci” ditolak.

Tinggi rendahnya tingkat stress kerja yang dirasakan oleh dosen dalam melaksanakan tugas pada STAIN Kerinci sebagai akibat dari adanya kelebihan beban kerja tidak pengaruhi oleh pengalaman kerja dosen. Artinya, pengalaman kerja dosen tidak dapat mengurangi tingkat stress kerja yang dialami oleh dosen dalam bekerja yang timbul sebagai akibat adanya kelebihan beban kerja. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa walaupun seorang dosen memiliki pengalaman kerja yang tinggi tetapi apabila mendapatkan kelebihan beban kerja tentunya akan membuat dosen tersebut mengalami stress kerja.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumaningsih (2011) tentang pengaruh faktor organisasional pada stres kerja para perawat dengan pengalaman kerja sebagai variabel pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr.

Moewardi Surakarta). Hasil penelitian membuktikan bahwa pengalaman kerja memoderasi pengaruh kelebihan beban kerja terhadap stres kerja.

8. Pengalaman Kerja Memoderasi Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Stres Kerja Dosen STAIN Kerinci

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedelapan diketahui bahwa pengalaman kerja tidak memoderasi pengaruh lingkungan kerja terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi pada tahap 3 dimana koefisien interaksi interaksi lingkungan kerja dengan pengalaman kerja (X4*Z)

sebesar 0,023 dan signifikan 0,823 (lebih besar dari 0,05). Hal ini berarti hipotesis kedelapan yang menyatakan

“Pengalaman kerja memoderasi pengaruh lingkungan kerja terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci”

ditolak.

Tinggi rendahnya tingkat stress kerja yang dirasakan oleh dosen dalam melaksanakan tugas pada STAIN Kerinci sebagai akibat dari adanya lingkungan kerja yang kurang mendukung tidak dapat dipengaruhi atau dikurangi oleh pengalaman kerja dosen. Artinya, pengalaman kerja dosen tidak mengurangi tingkat stress kerja yang dialami oleh dosen dalam bekerja yang timbul sebagai akibat adanya lingkungan kerja yang kurang mendukung. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa seorang dosen memiliki pengalaman kerja yang tinggi tetap mengalami stress kerja apabila lingkungan kerjanya tidak mendukung.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumaningsih (2011) tentang pengaruh faktor organisasional pada stres kerja para perawat dengan pengalaman kerja sebagai variabel pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr.

Moewardi Surakarta). Hasil penelitian membuktikan bahwa pengalaman kerja memoderasi pengaruh lingkungan kerja terhadap stres kerja.

D. Penutup

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut ini :

1. Konflik peran berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Semakin tinggi tingkat konflik peran yang dirasakan oleh dosen dalam bekerja akan menimbulkan stres kerja pada diri dosen dalam melaksanakan tugas pada STAIN Kerinci.

2. Hambatan karir berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen

(11)

11 STAIN Kerinci. Semakin tinggi

hambatan karir yang dialami dosen dalam bekerja tentunya akan menimbulkan stres kerja dosen dalam melaksanakan tugas di STAIN Kerinci.

3. Kelebihan beban kerja berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Semakin tinggi beban kerja yang harus dilaksanakan oleh dosen tentunya akan meningkatkan stres kerja dosen dalam melaksanakan tugas di STAIN Kerinci 4. Lingkungan kerja berpengaruh

signifikan negatif terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Semakin baik lingkungan kerja yang dirasakan oleh dosen tentunya akan menurunkan tingkat stres kerja yang dialami dosen dalam melaksanakan tugas di STAIN Kerinci.

5. Pengalaman kerja tidak memoderasi pengaruh konflik peran terhadap stres kerja kerja dosen STAIN Kerinci.

Tinggi rendahnya tingkat stres kerja yang dirasakan oleh dosen dalam melaksanakan tugas di STAIN Kerinci sebagai akibat dari adanya konflik peran tidak dipengaruhi oleh pengalaman kerja dosen. Pengalaman kerja dosen tidak dapat mengurangi tingkat stres kerja yang dialami dosen dalam bekerja.

6. Pengalaman kerja memoderasi pengaruh hambatan karir terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Tinggi rendahnya tingkat stres kerja yang dirasakan oleh dosen dalam melaksanakan tugasnya di STAIN Kerinci sebagai akibat dari adanya hambatan karir dapat dipengaruhi oleh pengalaman kerja dosen. Pengalaman kerja dosen mengurangi tingkat stres kerja yang dialami oleh dosen dalam bekerja yang timbul karena adanya hambatan karir. Tingkat pengalaman kerja tinggi yang dimiliki oleh seorang dosen yang mengalami hambatan karir dapat mengurangi tingkat stres kerja yang dirasakannya.

7. Pengalaman kerja tidak memoderasi pengaruh kelebihan beban kerja

terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci. Tinggi rendahnya tingkat stres kerja yang dirasakan oleh dosen dalam melaksanakan tugas di STAIN Kerinci sebagai akibat dari adanya kelebihan beban kerja tidak dipengaruhi oleh pengalaman kerja dosen. Pengalaman kerja tidak dapat mengurangi tingkat stres kerja yang dialami oleh dosen dalam bekerja yang timbul sebagai akibat adanya kelebihan beban kerja.

8. Pengalaman kerja tidak memoderasi pengaruh lingkungan kerja terhadap stres kerja dosen STAIN Kerinci.

Tinggi rendahnya tingkat stres kerja yang dirasakan oleh dosen dalam melaksanakan tugas di STAIN Kerinci sebagai akibat dari adanya lingkungan kerja yang kurang mendukung tidak dapat dipengaruhi atau dikurangi oleh pengalaman kerja dosen.

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini maka dapat dirumuskan beberapa implikasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk menekan tingkat stres kerja dosen adalah sebagai berikut :

1. Unsur pimpinan STAIN Kerinci agar dapat menurunkan konflik peran yang dirasakan oleh dosen dalam bekerja dengan cara memberikan dukungan kepada dosen untuk tetap menjaga profesionalitas dalam meningkatkan mutu pendidikan walaupun adanya perbedaan harapan dari berbagai pihak terhadap peran seorang dosen dan anggota organisasi.

2. Manajemen STAIN Kerinci dapat melakukan berbagai upaya untuk menurunkan tingkat stres kerja dosen dengan cara :

a) Memberitahukan kepada dosen tentang apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam melaksanakan pekerjaan.

b) Memberitahukan kepada dosen tentang apa yang diharapkan instansi sehubungan dengan pekerjaan yang mereka lakukan.

(12)

12 c) Tidak memberikan tugas-tugas

tambahan yang terlalu memberatkan karena pada umumnya dosen STAIN Kerinci sudah memiliki beban kerja yang berlebih.

d) Mendorong dosen untuk merasa terikat secara emosional dengan STAIN Kerinci sehingga muncul kecintaan terhadap lembaga dan mendorong untuk selalu melakukan yang terbaik demi kamajuan dan perkembangan lembaga.

Adapun keterbatasan penelitian dan saran yang dapat penulis sampaikan pada bagian akhir penulisan tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya melihat pengaruh faktor organisasional pada stres kerja dosen STAIN Kerinci dengan pengalaman kerja sebagai variabel pemoderasi, disarankan kepada peneliti berikutnya untuk menambahkan variabel lain yang dapat mempengaruhi stres kerja dosen agar dapat memahami lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja dosen.

2. Ruang lingkup penelitian ini hanya dosen STAIN Kerinci, disarankan kepada peneliti berikutnya untuk menambahkan objek penelitian menjadi lebih luas seperti dosen di Kota Padang agar dapat memahami lebih komprehensif tentang stres kerja dosen.

3. Penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuisioner, dimana responden melakukan pengisian kuisioner sebagai data yang akan dianalisis sehingga hasil yang dipaparkan tidak dilengkapi dengan analisis kualitatif. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik diharapkan penelitian lanjutan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif seperti menggunakan teknik wawancara sehingga maksud responden dapat ditangkap dengan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Fathoni. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:PT Rineka Cipta

Anoraga, Pandji. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,.

Rineka Cipta, Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitaif : Komuniasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana

Djaini. 2005. Analisis Sumber-Sumber Stress Kerja

Dwiyanti, E., 2001, Stress Kerja di Lingkungan DPRD : Studi Tentang Anggota DPRD di Kota Surabaya, Malang dan Kabupaten Jember, Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20. Edisi Keenam, Penerbit Universitas Diponegoro.

Gibson J. L., Ivancevich S. M., and Donnely J. H., 2000. Organizations : Behavior, Structure, and Processes, 10 Edition, New York, McGraw Hill.

Handoko, T. H. (2001), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogjakarta.

Handoyo, Seger. 2001. Stres Pada Masyarakat Surabaya. Jurnal Insan Media Psikologi 3 : 61-74. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Ivancevich, Gibson, Donnelly. 2007, Organisasi Perilaku, Struktur, Proses.

Jilid Satu, Binarupa Aksara, Jakarta Ivancevich, J.M. dan M. Matteson. 1980.

Controlling Work Stress. Jossey-Bass Publishers, London.

Kim, S.W, Price, J.L, Muller, C.W, dan Watson, T.W 1996. The Determinance commitment : Can’t the “right kind”

of commitment be managed?. Journal

(13)

13 of Management Studies. 36 (3 :

307(2).

Kreitner, K. dan Kinicki, A. 2005. Perilaku Organisasi. Terjemahan. Edisi

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi.

Diterjemahkan oleh Vivin Andika.

Yuwono dkk. Edisi Pertama, Yogyakarta: Andi

Manullang Marihot. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama.

Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE Margiati Lullus, 2000. Stres kerja: Latar

Belakang Penyebab Dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 3:71-80.

Surabaya: Fakultas Kesehatan Universitas Airlangga

Mas’ud, Fuad 2004. Survai Diagnosis Organissional : Konsep dan Aplikasi.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Munandar, Ashar Sunyoto. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi . Jakarta : UI Press

Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Surabaya : Citra Media Nimran, Umar, 2004. Perilaku Organisasi.

Edisi Ketiga. Surabaya : Citra Media Ratnawati. 2006. Pengaruh Faktor

Organisasional Terhadap Stres Kerja Dengan Gender Sebagai Variabel Moderasi di PT Pabelan Surakarta.

Rini, Jacinta F., 2002. Stres Kerja.

http:/www.e-psikologi.com/masalah/

stress.html, diakses pada tanggal 15 Januari 2013

Rumaningsih, Mrihrahayu. 2011. Pengaruh Faktor Organisasional Pada Stres Kerja Para Perawat Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi (studi pada Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta). Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, No:

02/Th.V/Agustus 2011

Ranupandojo, Heidjrahman. 2001, Manajemen Personalia, Edisi Keempat, Yogyakarta

Rice, P.L. (1992). Stress and Health 2nd,ed. California. Wadsworth, Inc.

Riduwan. 2007, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, CV.

Alfabeta,. Bandung

Rivai, Veithzal dan Sagala, Ella Jauvani 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan : Dari Teori ke Praktek. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi ketujuh. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia

Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta:

PT Indeks Kelompok Gramedia

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.

Bandung: Mandar Maju.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta:

Salemba Empat

Sopiah, 2008, Perilaku Organisasi, ANDI, Yogyakarta

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Keempat, Bandung, CV Alfabeta.

Susilo. 2010. Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Dan Lingkungan Non Fisik Terhadap Stress Kerja Pada PT. Indo Bali.

Sutanto, M. Eddy dan Djohan, Liliana.

2006. Pengaruh persepsi akan dimensi desain organisasi dan tipe kepribadian terhadap tingkat stress karyawan PT.

Internasional Deta Alfa Mandiri.

Jurnal Manajemen Dan

Kewirausahaan, Vol.8, no. 1, Maret 2006: 25-39.

Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi.

Kedua. Jakarta: Rajawali Press

Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung : Pustaka Setia Wijono. 2006. Pengaruh Kepribadian Type

A dan Konflik Peran Terhadap Stres Kerja Manajer Madya

Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia : Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat

Gambar

Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil post test rata-rata tertinggi tetap berada pada kelompok 3 kategori Terlatih dengan perlakuan latihan Extensive Interval, namun apabila dilihat dari

Salah satu contoh program yang diajukan adalah pelatihan rehabilitasi lahan tambang untuk masyarakat yang telah disetujui oleh ELTI yang akan diadakan di Kecamatan

445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai  berikut: “ Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan  pada bagian luar badan (epidermis, rambut,

Pelaksanaan pendidikan siaga bencana yang dilakukan di SD 2 Parangtritis dan SD 2 Umbulharjo telah dilaksanakan melalui beberapa media dan cara. Pendidikan siaga bencana dapat

menjadi berkurang jumlah seluruhnya yaitu 30 orang dari SMK Pasundan, SMK Kartika Candra dan SMK Taman Siswa melalui masing-masing peserta 10 orang dari setiap Sekolah jumlah

Persoalan kajian yang ketiga ialah “Apakah persepsi pelatih kurang upaya akal terhadap masalah pembelajaran dari aspek kemudahan pembelajaran yang dihadapi semasa mengikuti

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pengambilan data yang efektif dan efisien adalah dengan menggunakan drone yang biasa disebut pesawat tanpa

Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.. Surya Dharma sebagai pembimbing