• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 Tinjauan Pustaka"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Perkembangan kelapa sawit Indonesia

Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan komoditas unggulan dan memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian di Indonesia. Kontribusi tersebut terletak pada penyerapan sumberdaya manusia, penyediaan bahan baku, dan sumber penerimaan devisa negara dan juga berkontribusi besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (Sudarmaji, 2007).

Luas perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan setiap tahunnya. Luas perkebunan kelapa sawit mencapai 14.03 juta hektar dengan laju pertumbuhan sebesar 6,5%, terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan negara. Perkebunan swasta menjadi produksi kelapa sawit terbanyak yang dihasilkan sekitar 59% (Ditjebun, 2018).

Secara keseluruhan produksi kelapa sawit perusahaan perkebunan memberikan kontribusi 58,66 % dari total produksi TBS di pantai barat Aceh sedangkan perkebunan rakyat hanya memberikan kontribusi 41,34 %. Kondisi ini tidak terlepas dari luas tananama kelapa sawit dari perkebunan rakyat dan perusahaan perkebunan itu sendiri. Dari luas tanaman kelapa sawit menghasilkan dan belum menghasilkan 147.428 Ha perkebunan rakyat memiliki luas 70.530 Ha atau 47,84% dan perusahaan perkebunan memiliki 74.898 Ha atau 52,16%.Dengan asumsi bahwa tidak terjadi penambahan luas tanaman kelapa sawit sejak tahun 2014, maka secara umum pola produksi kelapa sawit di pantai barat Aceh akan mencapai puncak tahun 2022 dan setelah itu pola produksi akan turun mengikuti penambahan umur tanaman. Uraian ini dapat menjadi peringatan terutama bagi

(2)

pelaku agribisnis pengolahan kelapa sawit di lokasi penelitian bahwa 8 tahun ke depan akan terjadi penurunan produksi bahan baku TBS. Oleh karena itu pelaku agribisnis kelapa sawit perlu melakukan berbagai antisipasi dalam menghadapi penurunan tersebut diantaranya dengan perluasan areal tanam, perlakuan budidaya kelapa sawit yang baik dengan penggunaan bibit unggul terkini dan perawatan tanaman yang tepat, atau mungkin berpindah pada bisnis lain yang lebih menjanjikan.

Tanaman kelapa sawit dapat dipanen pada saat tanaman berumur tiga atau empat tahun. Produksi yang dihasilkan akan terus bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai produksi maksimalnya pada saat tanaman berumur 9 – 14 tahun, setelah itu produksi yang dihasilkan akan mulai menurun. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit berkisar antara 25 – 26 tahun. Selain mempengaruhi produksi, umur tanaman kelapa sawit juga akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akanmeningkat secara tajam dari umur tujuh tahun dan akan mencapai tingkat produktivitas maksimalnya pada umur lima belas tahun dan mulai menurun secara perlahan seiring dengan pertambahan umur tanaman(Pahan,2008).

Kesesuaian lahan berkaitan dengan kualitas lahan dan syarat penggunaan lahan.Persyaratan penggunaan lahan mempunyai batas kisaran minimum, optimum, dan maksimum.Kualitas lahan yang optimum merupakan batasan bagi kelas kesesuaian lahan yang paling sesuai (S1).Sedangkan kualitas lahan yang di bawah optimum merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2), dan atau sesuai marginal (S3).Di luar batasan tersebut lahan secara fisik tergolong tidak sesuai (N) (Djaenudin et al., 2003).

(3)

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat. Tetapi ada sebagian berpendapat justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal ini karena spesies kelapa sawit banyak ditemukan di daerah hutan Brazil dibandingkan Amerika.Pada kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan, mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi (Fauzi et al,. 2012).

Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (dahuludisebutPalmae)

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : ElaeisguineensisJacq

2.2. SOP Sensus Pohon Kelapa Sawit Secara Manual

Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan non produktif) yang dilakukan secara serentak dan bersifat menyeluruh di seluruh areal pertanaman kelapa sawit. Kegiatan Sensus Produksi adalah kegiatan penghitungan produksi berdasarkan pokok sampel/contoh yang telah ditetapkan, meliputi : jumlah bunga/buah dan berat janjang yang dilakukan secara serentak dan bersifat menyeluruh di seluruh areal yang sudah layak panen.

2.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Sensus Pohon Secara Manual Kelebihan 1. Mengetahui keadaan nyata dilahan.

(4)

3. Pekerja sensus pohon tidak harus memiliki keterampilan. Kekurangan

1. Membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya. 2. Membutuhkan Tenaga lebih banyak.

3. Membutuhkan biaya operasional yang besar.

4. Hasil sensus pohon secara manual tidak akurat dan hasil pencatatan tidak mudah untuk di mengerti.

2.2.2. Permasalahan Sensus Pohon Seacara Manual

1. Keadaan topografi yang berbukit mempersulit pekerja melakukan sensus pohon

2. Jika areal terlalu semak maka akan mempersulit sensus pohon 2.2.3. Hasil Sensus Secara Manual

(5)

2.3.Sensus Pohon Dengan Pemanfaatan Drone 2.3.1. Sejarah Drone

Drone muncul pada awal abad ke-19 tepatnya sebelum perang dunia ke I. Hal ini terjadi ketika tentara Austria menyerang kota Venesia dengan balon udara tanpa awak yang diisi dengan pahan peledak.Penggunaan terbesar dari pesawat tanpa

(6)

awak ini adalah dibidang militer. Rudal dianggap mempunyai kesamaan tapi tetap dianggap berbeda dengan pesawat tanpa awak UAV (Unmanned Aerial Vehicle) karena rudal tidak bisa digunakan kembali dan rudal adalah senjata itu sendiri.Pesawat tanpa awak UAV (Unmanned Aerial Vehicle) memiliki bentuk, ukuran, konfigurasi dan karakter yang bervariasi.Sejarah pesawat tanpa awak atau Drone, pesawat tanpa awak yang digunakan sebagai sasaran tembak.

Seiring dengan perkembangan zaman penggunaan drone sekarang tidak hanya di bidang militer saja, juga untuk pertanian (Candiago, et.al. 2015), aplikasi drone untuk pemetaan vegetasi perkotaan (Feng, et.al. 2015), aplikasi drone untuk tanah longsor (Fernández, et.al. 2016), aplikasi drone untuk tutupan lahan (Hassan, et.al. 2011) dan yang terakhir yaitu di aplikasi kan kedalam bidang pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit.

Perkembangan drone di dalam perkebunan kelapa sawit yaitu dimanfaatkan untuk memperoleh informasi yang akurat dan tepat. Beberapa hal yang dulunya dilakukan secara manual dan memakan waktu lama didorong untuk lebih cepat dan dilakukan secara otomatis atau digital.(Driscoll, 2018). Oleh karena itu perkebunan kelapa sawit mulai saat ini menggunakan pesawat tanpa awak (drone). Drone biasanya digunakan untuk pemetaan kelapa sawit.

Teknologi pemetaan dengan drone menjadi plihan alternative disamping teknologi pemetaan lainnya seperti pemotretan udara baik skala besar dan kecil berawak serta pemetaan berbasis satelit (Dugdale, Malcoml,& Hanna,2019).

Pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang efektif dalam pengambilan data yang akurat sesuai posisi dan sesuai dengan ketentuan pemetaan, dan efisien dalam biaya maupun waktu pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah.

(7)

Akan tetapi Kementerian ATR/BPN masih menyisakan permasalahan masa lalu terkait dengan Infrastruktur Keagrarian yang sampai saat ini belum terselesaikan, yaitu terdapat 24 (dua puluh empat) juta bidang tanah dari 44 (empat puluh empat) bidang tanah terdaftar (lebih dari 50%) bidang tanah terdaftar yang belum dipetakan di Peta Pendaftaran (BPN,2016) dalam Kusmiarto (2017).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pengambilan data yang efektif dan efisien adalah dengan menggunakan drone yang biasa disebut pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle (UAV)). Drone adalah wahana yang dilengkapi sistem pengendali terbang melalui gelombang, navigasi presisi (Ground Positioning System (GPS)), dan elektronik kontrol penerbangan sehingga mampu terbang sesuai perencanaan terbang (autopilot). Drone ini memungkinkan untuk melakukan pelacakan posisi dan orientasi dari sensor yang diimplementasikan dalam sistem lokal atau koordinat global (Eisenbeiss, 2009).

Proses pendaratan atau landing pada suatu UAV merupakan hal yang kompleks karena membutuhkan energi potensial dankinetik yang cukup banyak dari pesawat terbang disamping adanya kendala dinamis seperti perubahan angin yang mendadak, berat muatan, serta tinggi dan kecepatan di setiap arah Pada bagian sistem pendaratan otomatis banyak metode yang digunakan dalam membuat pesawat dapat mendarat secara otomatis. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode PID yang nantinya akan berguna sebagai bagian dari sistem autopilot yang dapat membuat pesawat untuk melakukan landing pesawat secara otomatis.

(8)

Berberapa jenisnya, drone ada dua jenis drone, yaitu DJI Phantomdan fixed wing UAV.drone ini mampu melakukan object tracking yang memungkinkan drone terbang secara otomatis dengan mengikuti suatu objek.

Gambar 2.2Drone DJI Phantom

Drone DJI Phantom memliki sensor CMO 1 inci resolusi 20Mp dan 5 sensor untuk menghindari rintangan/halangan,jarak terbang maksimal 4.3 miles (7km) dan daya tambahan batrei lebih tahan lama (30 menit).Dengan begitu,pilot akan lebih merasa bebas untuk berkreasi dan mencari scene yang menarik. DJI Phantom juga mampu mengitari obyek secara 360 derajat. Pengguna tak perlu mengatur arah terbang drone agar kameranya selalu fokus kepada obyek. Secara cerdas, drone akan mengitari obyek secara halus sehingga hasil gambar tidak akan terasa monoton.Sedang untuk jenis fixed wing, meski bisa meliputi area yang jauh lebih luas dan terbang hingga 1,5 jam, drone ini tidak bisa terbang secara vertikal.

(9)

Gambar 2.3 fixed wing UAV

Sedangkan fixed wing UAV mempunyai sayap yang kokoh dan memiliki airfoil yang ditentukan sehingga mampu mengangkat pesawat maju dengan dorongan dari kecepatan pesawat UAV.Daya dorong ini dihasilkan dari baling-baling yang diputar oleh mesin internal atau motor listrik.

Fixed-wing merupakan jenis drone yang menggunakan motor sebagai

penggerak, dan juga mengandalkan sayap untuk bertahan terbang di udara. Penggunaan sayap meningkatkan efisiensi energi yang dikeluarkan oleh motor penggerak, sehingga dapat menghasilkan daya tahan terbang yang lebih lama. Jenis drone ini dapat bertahan terbang hingga empat jam sebelum daya/ baterai diisi ulang kembali, tergantung kapasitas baterai. Lebih jauh, drone tersebut dapat mencakup wilayah perekaman yang lebih luas (Gundlach, 2012; Thamm et al., 2015).

Meskipun demikian, UAV jenis fixed-wing memiliki kekurangan yaitu membutuhkan landasan yang sesuai untuk pendaratannya. Pemilihan lokasi landasan yang kurang tepat menyebabkan resiko kerusakan baik untuk kamera yang dibawa maupun drone itu sendiri.

(10)

Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengurangi resiko kerusakan pada

drone jenis fixed-wing, antara lain adalah menggunakan parasut untuk

mengurangi kecepatan drone ketika akan mendarat sehingga dapat memperkecil resiko benturan yang keras serta tidak membutuhkan landasan yang panjang (Wada et al., 2015).

Akan tetapi metode tersebut memiliki kekurangan, karena drone menjadi tidak stabil jika terkena hempasan angin yang cukup kuat. Cara lain untuk mengurangi resiko benturan yang keras adalah menggunakan jaring untuk menangkap drone ketika mendarat. Hanya saja metode ini kurang efisien karena membutuhkan peralatan jaring yang cukup besar (Kim et al., 2013).

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Pemanfaatan Drone Kelebihan Pemanfaatan Drone

a) Ukurannya kecil dan beratnya pun sangat ringan

b) Bersifat portable sehingga bisa lebih mudah dibawa kemana saja c) Dapat dikontrol dari jarak jauh

d) Meminimalisir angka kecelakaan kerja e) Sistem navigasi yang canggih

f) Keamanan pada manusia lebih terjamin jika terjadi kesalahan sistem g) Akurasi data yang valid

h) Biaya perawatan lebih terjangka Kekurangan Penggunaan Drone

a) Bila dilakukan ditempat umum dapat mengganggu penerbangan pesawat komersial dan militer.

b) Penyalah gunaan yang bersifat merugikan bagi pihak lain

c) Tidak dapat menjangkau daerah yang sangat terpencil dikarenakan minimnya bahan bakar.

(11)

e) Harga yang relatif mahal

2.3.4.SOP Sensus Pohon Dengan Penggunaan Drone

Sensus pohon secara manual dengan pemanfaatan drone sebenarnya memiliki tujuan yang sama. Sensus pohon dilakukan secara berkala sesuai dengan ketentuan yang dianjurkan perusahaan agar mendapatkan data yang lengkap mengenai keadaan yang sebenarnya dilapangan. SOP sensus pohon dengan pemanfaatan drone jelas berbeda dari sensus manual, adapun hal-hal yang berkaitan dengan SOP pemanfaatan drone sebagai berikut:

a. Signal Satelit

Menunggu signal GPS yang terkunci di drone kita ± 30 menit, semakin banyak satelit yang terkunci semakin bagus drone yang dikendalikan dengan aman pada signal yang dianjurkan minimal 9 satelit.Jika belum mendapatkan signal GPS sebaiknya mencari posisi yang terbuka sehingga dapat dijangkau oleh signal GPS. Beberapa drone dapat diterbangkan dan dikendalikan dengan cukup aman meski drone hanya memiliki 3 satelit.

b. Kalibrasi Kompas

Mengkalibarasi kompas sangat diperlukan sehingga drone bisa dikendalikan dengan benar sesuai dengan perintah dari RC (remote control) ataupun device (laptop/smart phone).Selain itu supaya drone bisa kembali ke HOME position jika ada hal hal yang tidak diinginkan terjadi, bahasa dronenya adalah RTH (Return to HOME).

c. Prosedur Keamanan

Dengan mengetahui ketinggian yang sudah di setting dari awal sebelum penerbangan jika terjadi hal hal seperti signal hilang, battery habis, dan perintah RTH di berikan makan drone akan melakukan Fail safe procedure (RTH, Turun kebawah, atau Hovering / melayang diudara).

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Bahan pangan berbasis pangan lokal seperti ubi kayu, ubi jalar dan jagung dapat diolah menjadi tepung sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gliserol terhadap karakteristik edible film dan konsentrasi yang terbaik yang ditambahkan dalam pembuatan

Untuk Bisnis B2 Diaz Haryo Kusumo, SE, M.Sc... Supriyanto,

Tentu kalian juga tidak puas dengan prestasi di bidang akademik. Kalian pasti ingin mempunyai prestasi di bidang lain, seperti olahraga dan kesenian. Misalnya kalian mengikuti

Berdasarkan observasi, objek kajian belum memiliki sertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia, sehingga hasil yang dicapai dari kriteria kayu bersertifikat adalah

Perhitungan dengan metode Admiralty saat ini dapat dilakukan dengan bantuan komputer dimana masalah tabel yang semula terbatas untuk data sampai dengan tahun 2000 telah dapat

Tidak terdapat pengaruh nyata (P>0,05) kelompok bakteri Gram positif dan Gram negatif terhadap aktivitas antimikroba yogurt probiotik susu kambing Saanen, namun terdapat

Akan tetapi, masih ditemukan beberapa kesalahan pada struktur frase (tidak mengikuti pola D–M). Penelitian ini, menggunakan kajian sintaksis. Penelitian–penelitian