• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CITY BRANDING dan CITY IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ke PEMANDIAN AIR SODA KOTA TARUTUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH CITY BRANDING dan CITY IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ke PEMANDIAN AIR SODA KOTA TARUTUNG"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANDIAN AIR SODA KOTA TARUTUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

DISUSUN OLEH:

RISDA H. SITORUS 140907085

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : RISDA HANJELINA SITORUS

NIM : 140907085

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis

Judul :Pengaruh City Branding dan City Image Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Pemandian Air Soda kota Tarutung

Medan, 27 Maret 2018

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Hosianna Ayu, S.AB, M.AB Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A

NIP: 1991052 7201704 2 001 NIP: 19590816 198611 1 003

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si NIP: 19740930 200501 1 002

(3)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Risda Hanjelina Sitorus

NIM : 140907085

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

“Pengaruh City Branding dan City Image Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Pemandian Air Soda kota Tarutung”

Merupakan hasil karya dan pekerjaan saya sendiri serta seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar dan sesuai ketentuan. Apabila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.

Medan, 27 Maret 2018

Risda Hanjelina Sitorus

(4)

ABSTRAK

PENGARUH CITY BRANDING DAN CITY IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN KE PEMANDIAN AIR

SODA KOTA TARUTUNG

Nama : Risda Hanjelina Sitorus

NIM : 140907085

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Hosiana Ayu Hidayati, S.AB, M.AB

Setiap daerah memiliki nama dan identitas tersendiri. Bahkan kerap sekali penamaan merek pada suatu daerah/tempat (City Branding) menciptakan citra pada kota tersebut (City Image). Terlebih lagi apabila kedua faktor ini dapat mampu mempengaruhi keputusan berkunjung ke suatu tempat wisata.

Maka dari itu dalam penelitian ini, city branding dan city image digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruhnya terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke Pemandian Air Soda kota Tarutung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah City Branding berpengaruh terhadap City Image kota Tarutung, City Branding berpengaruh terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Pemandian Air Soda, dan City Image berpengaruh terhadap keputusan berkunjung wisatawan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan data primer atau kuisioner sekaligus dan sekunder. Pada analisis data ialah dengan metode analisis jalur (path analysis). Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan Pemandian Air Soda, pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu purposive random sampling pada wisatawan Pemandian Air Soda dengan sampel sebanyak 96 orang.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa City Branding memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap City Image dengan persentase sebesar 50,2%. Begitu sama halnya City Branding terhadap Keputusan Berkunjung sebesar 14,5% dan City Image terhadap Keputusan Berkunjung sebesar 10,8%.

Kata Kunci : City Branding, City Image, dan Keputusan Berkunjung

(5)

Nama : Risda Hanjelina Sitorus

NIM : 140907085

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Hosiana Ayu Hidayati, S.AB, M.AB

Every place has its own name and identity. Moreover when giving named to a place or city (City Branding) can create an image with that city or place (City Image). Therefore both of this factor can influence tourist’s decision to visit some attractive place. Therefore in this research, city branding and city image is used to measure quantity of its influencer on tourist’s decision to visit Pemandian Air Soda kota Tarutung.

This research aims to know and analyze how City Branding take effect on City Image kota Tarutung, City Branding take effect on tourist’s decision to visit Pemandian Air Soda, and City Image take effect on tourist’s decision to visit.

This research used quantitative research with primary data or questionnaire and secondary data. For analyze data will use path analysis method. The population in this study is tourist of Pemandian Air Soda, while taking sample is using nonprobability sampling technique named purposive random sampling on tourist of Pemandian Air Soda with total of sample 96 people.

The result of this study indicated that City Branding has direct influence and significant on City Image with percentage 50,2%. This same with City Branding on tourist’s decision to visit with percentage 14,5% and City Image on tourist’s decision to visit with percentage 10,8%.

Kata Kunci : City Branding, City Image, dan Touris’t Decision to visit

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Pengaruh City Branding dan City Image Terhadap Keputusan Berkunjung ke Pemandian Air Soda kota Tarutung”.

Dalam pelaksanaan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak kesulitan yang penulis alami namun dengan adanya perhatian dan arahan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Beti Nasution, Msi selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4. Kak Hosianna Ayu Hidayato Sihombing S.AB, M.AB selaku dosen pembimbing atas perkenanan untuk meluangkan waktu memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

6. Kak Siswati Saragi, S.Sos. M.SP dan Bang Farid SH selaku bagian Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara atas kebaikan. Kesabaran dan telah banyak

(7)

7. Kepada Bapak, orang tua yang setia untuk mendukung penulis selama perkuliahan dalam hal finansial, moral dan motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

8. Kepada Alm. Mama terkasih dan telah berpulang ke Sorga yang tidak sempat melihat penulis menyelesaikan studi ini, penulis telah menggenapi janji untuk menyelesaikannya dengan baik, penuh tanggung jawab dan tepat waktu.

Terimakasih telah menjadi motivasi penulis untuk mencari kerajaanNya terlebih dahulu di atas segala kegiatan dan pekerjaan.

9. Abang penulis Saurdot Hendra Sitorus dan Welly Sitorus, Kakak Dewi Sitorus, Rosa Sitorus, Rumondang Sitorus dan Adik satu-satunya Melissa Sitorus yang selalu mengingatkan untuk menjaga kesehatan selama penyusunan skripsi ini, menyemangati, mendoakan. Terimakasih

10. Kawan seperjuangan STRAITER khusus daerah Medan (11/90), terimakasih untuk tetap ada disamping penulis selama tujuh tahun terakhir, Agustina Napitu, Kiki Manullang, Bramentho Sinambela, Naomi Silitonga, Yohanna Simangunsong, Letare Simamora, Bungna Sinambela, Clinton Siregar, Yandri Ginting, Joseph Luhur

11. Sahabat yang berjumpa dimulai awal perkuliahan Octavera Harlita Ginting, yang tetap setia untuk saling mendukung, mendoakan dan menyemangati penulis hingga penyelesaian skripsi.

12. Sahabat penulis untuk tempat berbagi ide, diskusi dan menguatkan selama penyelesaian masa skripsi Nadya Nainggolan, Ade Sirait, Boy Lumban Gaol.

(8)

13. Teman - Teman penulis selama magang, penelitian dan pengabdian masyarakat Octavera Harlita Ginting, Magda Ayu, Afriandi Boby, Apri Wirawan dan Yoki Hasibuan.

14. Teman satu perdopingan yang ramah dan suka menolong Rezky Priscilla Ginting 15. Teman- teman penulis Sri Ratu Natalina Ginting, Chyntia Debora Situmorang,

Aurelya Gerolda Situmorang, Siti Handayani Manalu, juga Siantarclub yang selalu mengguncang kelas Endang Prida Damanik, Indah Batubara, Sarah Gita, Kezia Tondang

16. Sasu Club; Akbar Hasibuan, Satria Sumarlan, Teuku Fazil Muhammad, Iskandar Zulkarnaen, Angky Hutapea, dkk.

17. Seluruh teman-teman kelas 2014 A yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

18. Junior di Bisnis Muhammad Zein Sirait, Astrid Manurung, Destry Purba, Erma FHS semoga tetap semangat menjalani perkuliahannya hingga selesai.

19. Kawan - kawan dari organisasi IMPERATIF (Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif), terkhusus Kakak Pemurid Conny Barus , Adik murid Irene Dorothy dan juga kakak melankolis Norma Eka Perawati Pardosi.

20. Kawan – kawan organisasi IMPRODIAS (Ikatan Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis) terkhusus Ali Mukti, Rudi Wijaya, Vidi Yuan, Karina Dewi, Anggi Wardhani, Cendana Saragih.

21. Anggota Paryasop Medan yang tak dapat penulis satu per satu, terimakasih telah menginsipirasi penulis dari awal perkuliahan.

(9)

Amd , Eva Tarigan Amd, Monika Nainggolan Amd.

23. Seluruh wisatawan yang telah membantu penulis dan berkenan mengisi kuisioner 24. Pengelola Pemandian Air Soda yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian pada tempat wisata ini.

Demikianlah skripsi ini dibuat semoga bermanfaat bagipara pembaca pada umumnya dan kepada penulis khusunya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Medan, 27 Maret 2018

Risda Hanjelina Sitorus

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i ABSTRACT ... ii KATA PENGANTAR ...iii-vi DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... x-xi DAFTAR GAMBAR ... xii DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 ...

1.1 Latar Belakang ... 1-7 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 8-9

BAB II KERANGKA TEORI ... 10 2.1 Merek ... 10-11 2.2 Penamaan Merek (Branding)... 11 2.3 City Branding ... 12-13 2.3.1 Indikator- Indikator City Branding ... 13-14 2.4 City Image... 15-16 2.5 Keputusan Berkunjung ... 17-20 2.5.1 Pengertian Keputusan Berkunjung ... 17-19 2.5.2 Wisatawan ... 20 2.6 Penelitian Terdahulu ... 20-22 2.7 Kerangka Berpikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24 3.1 Bentuk Penelitian ... 24

(11)

3.3.1 Populasi ... 24 3.3.2 Sampel ... 24-26 3.4 Hipotesis Penelitian ... 26-27 3.5 Definisi Konsep ... 27-28 3.6 Definisi Operasional ... 28-29 3.7 Skala Pengukuran Variabel ... 29-30 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 31-32 3.8.1 Sumber Data ... 30-31 3.9 Teknik Analisis Data ... 31-34 3.9.1 Uji Instrumen ... 31 3.9.1.1 Uji Validitas ... 32 3.9.1.2 Uji Realibilitas ... 32 3.9.2 Uji Hipotesis... 32-34 3.9.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 32-33 3.9.2.2 Uji Statistik t (Uji Parsial) ... 33-34

BAB IV HASIL PEMBAHASAN ... 35 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 35-38 4.1.1 Sejarah Singjat Kota Tarutung ... 35-36 4.1.2 Sejarah Singkat Pemandian Air Soda ... 37-38 4.2 Identifikasi Responden ... 38-41 4.3 Analisis Deskripsi Kategori Variabel ... 41-60 4.3.1 Variabel City Branding ... 41-51 4.3.2 Variabel City Image ... 51-56 4.3.3 Keputusan Berkunjung ... 56-60 4.4 Analisis Data... 60-63 4.4.1 Uji Instrumen ... 60 4.4.1.1 Uji Validitas ... 60-62 4.4.1.2 Uji Realibilitas ... 62-63 4.5 Hasil Analisis Jalur ... 64-65

(12)

4.5.1 Model Diagram Jalur dan Persamaan Struktural ... 65-65

4.6 Uji Hipotesis ... 66

4.6.1 Pengaruh City Branding terhadap City Image ... 67-68 4.6.2 Pengaruh City Branding dan City Image secara Parsial terhadap Keputusan Berkunjung ... 69-75 4.7 Pembahasan ... 75

4.7.1 Analisis Deskriptif ... 75

4.7.1.1 Variabel City Branding ... 75

4.7.1.2 Variabel City Image ... 76

4.7.1.3 Keputusan Berkunjung ... 76-77 4.7.2 Pembahasan Analisis Jalur ... 77

4.7.2.1 Pengaruh City Branding terhadap City Image ... 77-78 4.7.2.2 Pengruah City Branding terhadap Keputusan Berkunjung ... 78-79 4.7.2.3 Pengaruh City Image terhadap Keputusan Berkunjung ... 79-80 BAB V PENUTUP ... 81

5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83-85

(13)

Halaman

Tabel 1.1 Nama kota/Negara dan taglinecity branding ... 1-2 Tabel 1.2 Nama Objek Wisata ... 3-5

...

Tabel 1.3 Jumlah wisatawan Asing dan Domestik... 5

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 27-28 Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 29

Tabel 4.1 Deskripsi Responden berdasarkan jenis kelamin ... 38

Tabel 4.2 Deskripsi Responden berdasarkan Daerah Asal... 39

Tabel 4.3 Deskripsi Responden berdasarkan Usia ... 40

Tabel 4.4 Deskripsi Responden berdasarkan Profesi ... 41

Tabel 4.5 Jawaban Responden tentang Suasana Kota Tarutung ... 41

Tabel 4.6 Jawaban Responden tentang Keamanan saat berwisata ... 42

Tabel 4.7 Jawaban Responden tentang Hiasan di beberapa tempat ... 42

Tabel 4.8 Jawaban Responden tentang Tarutung kota strategis ... 43

Tabel 4.9 Jawaban Responden tentang Penataan sarana dan prasarana ... 43

Tabel 4.10 Jawaban Responden tentang Cuaca Kota Tarutung ... 44

Tabel 4.11 Jawaban Responden tentang Kota Tarutung bersih ... 44

Tabel 4.12 Jawaban Responden tentang Objek wisata yang berpotensi ... 45

Tabel 4.13 Jawaban Responden tentang Lokasi Pemandian Air Soda... 45

Tabel 4.14 Jawaban Responden tentang Keadaaan Wisata Alam ... 46

Tabel 4.15 Jawaban Responden tentang Ragam Objek wisata ... 46

Tabel 4.16 Jawaban Responden tentang Objek wisata langka ... 47

Tabel 4.17 Jawaban Responden tentang Objek wisata menarik ... 47

Tabel 4.18 Jawaban Responden tentang Penduduk ramah ... 48

Tabel 4.19 Jawaban Responden tentang Kelengkapan Informasi ... 48

Tabel 4.20 Jawaban Responden tentang Respon Karyawan Wisata ... 49

Tabel 4.21 Jawaban Responden tentang Kemudahan temui kebutuhan pokok 49 Tabel 4.22 Jawaban Responden tentang Kemudahan temui angkutan umum . 50 Tabel 4.23 Jawaban Responden tentang Kemudahan temui layanan umum ... 50

Tabel 4.24 Jawaban Responden tentang Kebutuhan dapat terpenuhi ... 51

Tabel 4.25 Jawaban Responden tentang Pengetahuan tagline ... 51

Tabel 4.26 Jawaban Responden tentang Keyakinan daya tarik tagline ... 52

Tabel 4.27 Jawaban Responden tentang Tagline mencirikan khas kota ... 52

Tabel 4.28 Jawaban Responden tentang Branding mencerminkan suasana .... 53

Tabel 4.29 Jawaban Responden tentang Kesukaan Branding terhadap situasi 53 Tabel 4.30 Jawaban Responden tentang Ada event/acara keagamaan ... 54

Tabel 4.31 Jawaban Responden tentang Branding sesuai dengan harapan ... 54

(14)

Tabel 4.32 Jawaban Responden tentang Branding cerminkan kualitas ... 55

Tabel 4.33 Jawaban Responden tentang Branding sesuai citra kota ... 56

Tabel 4.34 Jawaban Responden tentang Keputusan berkunjung karena... 56

Tabel 4.35 Jawaban Responden tentang Manfaat Air Soda ... 57

Tabel 4.36 Jawaban Responden tentang Berkunjung dipengaruhi Branding ... 57

Tabel 4.37 Jawaban Responden tentang Pelayanan Karyawan ... 58

Tabel 4.38 Jawaban Responden tentang Objek wisata hanya ada satu ... 59

Tabel 4.39 Jawaban Responden tentang Dapat dikunjungi setiap waktu ... 59

Tabel 4.40 Jawaban Responden tentang Tidak ada kontribusi ... 60

Tabel 4.41 Hasil Uji Validitas ... 61-62 Tabel 4.42 Hasil Uji Realibilitas Variabel City Branding ... 62

Tabel 4.43 Hasil Uji Realibilitas Variabel City Image ... 63

Tabel 4.44 Hasil Uji Realibilitas Keputusan Berkunjung ... 63

Tabel 4.45 Hasil Uji Koefisien Determinasi Struktural I ... 66

Tabel 4.46 Hasil Uji Statistik t Struktural I ... 67

Tabel 4.47 Hasil Uji Koefisien Determinasi Struktural II... 70 Tabel 4.48 Hasil Uji Statistik t Struktural II ... 70-71

(15)

Halaman

Gambar 2.1 City Branding Hexagon ... 13

... Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 23

Gambar 4.1 Model Diagram Jalur ... 64

Gambar 4.2 Model Sub Struktur I ... 65

Gambar 4.3 Model Sub Struktur II ... 66

Gambar 4.4 Model Sub Struktural I ... 69

Gambar 4.4 Model Sub Struktural II ... 74

Gambar 4.4 Model Diagram Jalur dan Hubungannya ... 75

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Pengajuan Skripsi Lampiran 2 Surat Penugasan Dosen Pembimbing Lampiran 3 Kartu Seminar Proposal

Lampiran 4 Jadwal Seminar Proposal Skripsi Lampiran 5 Berita Acara Seminar Proposal Skripsi Lampiran 6 Daftar Hadir Seminar Proposal Skripsi Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Kampus Lampiran 8 Kueisioner Penelitian

Lampiran 9 Tabulasi Jawaban 96 Responden Lampiran 10 Tabulasi Uji Validitas dan Realibilitas Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya dengan potensi wisatanya.Pengembangan sektor pariwisata juga mendapat perhatian cukup besar dari Pemerintah.Negara yang terdiri dari 34 provinsi ini menyuguhkan kekayaan destinasi wisata yang indah dan unik pada masing-masing daerahnya.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai peraturan daerah yang berisi tentang otonomi daerah. Sesuai dengan peraturan tersebut berbagai daerah mulai mengeksplorasi potensi daerah yang dimiliki. Hal ini mendukung berbagai daerah di Indonesia mengadakan pengembangan dan eksplorasi serta merencanakan strategi untuk memperkenalkan objek wisata setiap provinsi ataupun kota. Jika dilihat dari negara lain, strategi untuk memperkenalkan potensi wisata yang dimiliki dengan melakukan strategi konsepcity branding. Beberapa kota dan negara yang telah melakukan strategi city branding dengan taglinesebagai berikut :

Tabel 1.1

Nama Kota/Negara dan tagline city branding

No Tagline City Branding Nama Daerah

1 Never Ending Asia Kota Yogyakarta

2 The Baeuty of Asia Kota Semarang

3 Enjoy Jakarta Kota Jakarta

4 Shining Batu Kota Batu

The City of Light Kota Paris

6 Asia’s World City Hongkong

7 City of The Future Kuala Lumpur

8 Australia’s New World City Kota Brisbane Sumber : Chaerani (2011)

Salah satu bentuk implikasi city branding, beberapa kota dalam negeri mengaungkan tagline untuk menunjukkan identitasnya. Pada tahun 2001 Yogyakarta menghadirkan “Never Ending Asia”.Disusul pada tahun 2006 kota Semarang menghadirkan “The Beauty of Asia”, dan pada tahun yang sama Jakarta dengan “Enjoy Jakarta”. Kemudian pada tahun 2013 kota Batu launching dengan “Shining Batu”.

(18)

15

Adapun merek tidak hanya dimiliki oleh produk atau jasa saja, namun kini daerah juga telah memiliki sebuah merek atau yang disebut Place Branding atau City Branding.Menurut Simon Anholt dalam Moilanen dan Rainisto (2009:7), City Branding merupakan manajemen citra suatu destinasi melalui inovasi strategis serta koordinasi ekonomi, sosial, komersial, cultural dan peraturan pemerintah.

Berdasarkan pemaparan Chaerani (2011) dalam penelitiannya dengan membandingkan konsep strategi city branding diantara ketiga kota yaitu Yogyakarta, Semarang dan Solo, “Never Ending Asia” sebagai city branding dari kota Yogyakarta dianggap gagal, seperti yang dikatakan Gubernur Yogyakarta dalam Suara Merdeka Yogyakarta 10 April 2007. Begitu juga sama halnya dengan Semarang yang mengusung “The Beauty of Asia” dikatakan tidak berhasil juga dalam menerapkan city branding. Majalah opini pada 5 oktober 2008 menerangkan bahwa positioning Semarang, The Beauty of Asia perlu ditinjau ulang relevansinya dengan kedaan kota Semarang. Berbeda dengan kota Solo, bisa dikatakan berhasil seperti yang dikatakan Walikota Solo dalam Surat Kabar Republika Sabtu, 04 Desember 2010 memaparkan program untuk pariwisata mencapai tahap penatapan manajemen produk dan pencitraan kota. Pemerintah secara berkesinambungan melakukan revitalisasi dan secara rutin mengadakan cultural event untukmenunjang pariwisata kota Solo dan mendirikan Badan Promosi Pariwisata Daerah serta Tourism Information Centre.

Upaya pengadaan city branding merupakan konsep yang baru serta menarik bagi daerah yang masih perlu mengembangkan potensi pariwisatanya.Termasuk pada daerah kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah tujuan wisata yang ada di Sumatera Utara memiliki berbagai potensi alam, budaya dan sejarah yang perlu dilestarikan dan dijadikan sebagai aset pada sektor pariwisata.Potensi tersebut tersebar di beberapa kecamatan yang terdiri dari Objek wisata rohani, wisata alam atau rekreasi, sejarah atau budaya serta wisata hutan.Berikut ini terdapat tujuan wisata di kabupaten Tapanuli Utara antaralain:

Tabel 1.2

Nama Objek Wisata dan Jenis Wisatawan Kabupaten Tapanuli Utara NO. Nama Objek Wisata Jenis Wisata Lokasi Wisata

1 Panorama Alam Hutaginjang Wisata Alam Muara

2 Pantai Muara Wisata Alam Muara

3 Air Soda Wisata Alam Parbubu

4 Air Panas Hutabarat Wisata Alam Hutabarat, Tarutung 5 Air Panas Saitnihuta Wisata Alam Saitnihuta

6 Air Panas Sipoholon Wisata Alam Sipoholon

(19)

7 Air Hangat Ugan Wisata Alam Tarutung

8 Pacuan Kuda Siborong-borong Wisata Alam Siborong-borong 9 Sopo Partungkoan Wisata Budaya Tarutung

10 Gua Natumandi Wisata Budaya Hutabarat, Tarutung 11 Situs Hindu Hopang Wisata Budaya Simangumban 12 Salib Kasih Siatas Barita Wisata Rohani Siatas Barita 13 Makam Munson dan Lyman Wisata Rohani Lobu Pining, Adiankoting 14 Kantor Pusat HKBP Wisata Rohani Pearaja Tarutung

15 Seminarium Wisata Rohani Sipoholon

16 Tugu Nomensen Wisata Rohani Saitnihuta, Tarutung 17 Onan Sitahuru Wisata Rohani Saitnihuta, Tarutung 18 Gereja Dame Wisata Rohani Saitnihuta, Tarutung 19 Makam Pendeta Johannes Wisata Rohani Pansurnapitu

20 Makam Pendeta Johannes Siregar

Wisata Rohani Muara

21 Bandara Silangit Wisata

Alam/Rekreasi

Silangit,

Siborongborong

22 Lapangan Gantole Wisata

Alam/Rekreasi

Hutaginjang, Muara

23 Air Terjun Sitakka Wisata

Alam/Rekreasi

Tarutung

24 Pengrajin Gitar Wisata

Alam/Rekreasi

Sipoholon

25 Pengarajin Ulos Tenunan Wisata

Alam/Rekreasi

Tarutung

26 Aek Simasi Wisata

Alam/Rekreasi

Paniaran, Siborongborong 27 Lokasi Pancing Sipahutar Wisata

Alam/Rekreasi

Sipahutar

28 Air Terjun Purba Tua Wisata Purba Tua

(20)

17

Alam/Rekreasi 29 Bungaran Indah Waterpark Wisata

Alam/Rekreasi

Silangkitang, Sipoholon 30 Rumah Kapal Tiberias Wisata

Alam/Rekreasi

Siatas Barita

31 Air Panas Tamaro Wisata

Alam/Rekreasi

Hutabarat, Tarutung

Sumber:Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya kabupaten Tapanuli Utara BPS Tapanuli Utara Dalam Angka (2016 : 269)

Berdasarkan data yang dipaparkan sebelumnyaadapun objek wisata tersebut, kabupaten Tapanuli Utara dapat dikatakan menjadi kota wisata yang memiliki dan menyajikan berbagai destinasi wisata. Dinas pariwisata, seni dan budaya juga mencatat jumlah wisatawan asing ataupun lokal yang telah berkunjung ke kabupaten Tapanuli Utara seperti yang terlihat dalam tabel 1.3.

Pada tahun 2015, jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Tapanuli Utara sebanyak 109.782 orang terdiri dari 1.665 orang wisata asing dan 108.117 orang wisatawan domestik. Terlihat dari tabel di bawah ini yang menunjukkan kedatangan wisatawan asing dan domestik setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Tabel 1.3

Jumlah wisatawan Asing dan Domestik ke Tapanuli Utara 2012-2015 Tahun Wisatawan Asing Wisatawan Domestik Jumlah

2012 732 98.094 98.826

2013 480 96.361 96.841

2014 1.500 91.647 93.147

2015 1.665 108.117 109.782

Sumber : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Tapanuli Utara BPS Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka (2016: 266)

Deretan kekayaan objek wisata pada kabupaten Tapanuli Utara ini menunjukkan daerah ini masih perlu digali dan dikembangkan secara berkelanjutan.Hingga kini kabupaten Tapanuli Utara lebih dikenal dan lebih melekat pada masyarakat awam dengan daerah tujuan wisata rohani. Oleh karena itu kabupaten ini, wisata rohani adalah city image dari kota Tarutung.

Akan tetapi di sisi lain wisata alam tidak kalah lebih menarik untuk dijadikan sebagai target perjalanan wisata.Saatnya kini pemerintah juga harus mampu memberikan pehatiannya untuk mewujudkan Tarutung sebagai kabupaten yang dikenal dengan wisata alamnya. Salah satunya yaitu wisata alam Pemandian

(21)

Air Soda terletak di Desa Parbubu yang hanya ada 2 di dunia yakni terdapat di Tarutung, Sumatera Utara(Indonesia) dan Venezuella (Amerika Selatan).Pemandian Air Soda satu-satunya yang ada di Indonesia ini pun belum banyak diketahui masyarakat.

Apabila ditinjau dari asal usul objek wisata ini, Pemandian Air Soda yang telah dibuka sejak tahun 1973 pernah dijadikan sebagai tempat Baptisan sebagaimana lokasi untuk menjalankan salah satu ritual agama Kristen Protestan. Adapun gereja yang pernah menjalankan ritual Baptisan tersebut ialah Gereja yang beraliran Pentakosta dan Gereja Advent. Kebiasaan untuk mengadakan Baptisan ini dijalankan pada saat kondisi kolam Pemandian Air Soda ini belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Seiring berjalannya waktu ketika kolam Pemandian Air Soda ini kian dikenal oleh masyarakat, dan semakin ramai oleh pengunjung maka pihak Gereja yang pernah melakukan ritual baptisan pun kini sudah tidak pernah lagi melakukan hal tersebut mengingat bahwa kolam Pemandian Air Soda ini semakin banyak diminati oleh pengunjung dalam dan luar kota dari tahun ke tahun selanjutnya. Pada masa kini kolam Pemandian Air Soda dikelola menjadi objek wisata sebagai tempat pemandian para wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke kota Tarutung.Adapun hal tersebut dijelaskan dalam Intisari-Online.com yang dirilis 21 Januari 2016.

Upaya pencitraan melalui konsep strategi city branding berpengaruh terhadap city image pada masyarakat maupun wisatawan. Pada penelitian Wandari,dkk(2014) berpendapat bahwa dalam dunia pariwisata citra kota diasumsikan sama dengan citra merek. Menurut Keller (1998) dalam Roostika (2012) juga menegaskan bahwa citra merek yang dibangun dari asosiasi merek ini biasanya berhubungan dengan informasi yang ada dalam ingatan dengan sesuatu yang berhubungan dengan jasa/produk/tempat terkait.Dengan adanya city branding yang oleh karena Dr RE Nainggolan saat ia menjabat sebagai bupati mendeklarasikan Tarutung kota wisata rohani. Hal ini dipaparkan oleh Leonardo Tolstoy Simanjuntak dirilis dalam surat kabar, Kabar Indonesia pada 16 Februari 2015. Akibat adanya city branding tersebutmaka akan membentuk city imagetersendiri bagi para pengunjung. Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskansebelumnya peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh city brandingkota Tarutung, kota wisata rohani dan city image-nya terhadap keputusan berkunjung wisatawan.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah City Branding berpengaruh terhadap City Image Kota Tarutung?

(22)

19

2. Apakah City Branding berpengaruh terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Pemandian Air Soda Kota Tarutung?

3. Apakah City Image berpengaruh terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Pemandian Air Soda Kota Tarutung?

1.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh City Branding terhadap City Image kota Tarutung.

2. Untuk menganalisis City Branding berpengaruh langsung terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke Pemandian Air Soda kota Tarutung.

3. Untuk menganalisis City Image berpengaruh langsung terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke Pemandian Air Soda kota Tarutung.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai manajemen pemasaran terkhusus branding serta dikaitkan dengan pariwisata.

2. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi keilmuan bagi kepentingan peneliti lain. Dalam bidang city branding dan city image dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya.

3. Bagi pemerintah

(23)

Penelitian ini diharapkan dijadikan saran dan masukan kepada pemerintah daerah agar dapat mengembangkan pariwisata daerah dan mendukung peningkatan volume pendapatan daerah melalui destinasi wisata.

(24)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Merek

American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai “nama, istilah,tanda, lambang atau desain atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan merek dari pesaing”(Kotler,2009). Definisi serupa dirumuskan dalam Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1: “tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Secara garis besar, perkembangan makna merek dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap: (1) merek sebagai identitas (identity); (2) merek sebagai ekuitas (brand equity); dan (3)merek sebagai komoditas (commodity). Sebuah merek memiliki beberapa elemen/identitas, baik besifat tangible (seperti nama merek, symbol, slogan, desain grafis dan sebagainya) maupun intangible (contohnya, nilai sombolis, ikatan khusus, kepribadian, citra diri dan seterusnya).

Nama merek bisa didasarkan pada sejumlah aspek di antaranya: nama orang (pendiri, pemilik, manajer, mitra bisnis atau orang lain yang diasosiasikan dengan produk), nama tempat (geographic brand names; baik tempat asal ditemukannya, dikembangkannya maupun tempat dijualnya produk atau jasa bersangkutan), nama olmiah yang diciptakan (invented scientific names; Gramophone, Caligraph Typewriter dan Cuticura Soap), artificial names(yang mungkin saja tanpa makna khusus), dan alpha-numeric brand names (mengandung unsur angka, baik dalam bentuk digit maupun tertulis)(Tjiptono,2011).

2.2 Penamaan Merek (Branding)

Pada hakikatnya, branding berlaku bagi segala jenis produk (barang, jasa, pengecer, bisnis online, orang, organisasi, tempat dan gagasan) yaitu dengan cara memberikan nama pada produk dan menyertakan makna atau arti khusus menyangkut apa yang ditawarkan produk bersangkutan dan apa yang membedakannya dari produk-produk pesaing (Keller dalam Tjiptono,2011).

Secara teoritis pemilihan nama merek yang efektif harus memenuhi sejumlah kriteria, diantaranya mencerminkan manfaat dan kualitas produk; mudah diucapkan, dikenal dan diingat; bersifat unik, mudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa lain; serta memungkinkan perlindungan hukum dan registrasi

merek (Kotler dalam Tjiptono,2012)

(25)

Menurut Kotler Penetapan merek (branding) adalah memberikan kekuatan merek kepada produk dan jasa. Penetapan merek adalah tentang menciptakan perbedaan antarproduk. Penetapan merek menciptakan struktur mental yang membantu konsumen mengatur pengetahuan mereka tentang produk dan jasa dengan cara menjelaskan pengambilan keputusan mereka dan, dalam prosesnya memberikan nilai bagi perusahaan.

2.3 City Branding

Menurut Simon Anholt dalam Moilanen dan Rainisto (2009:7), “City branding is the management of place image through strategic innovation and coordinated economic, commercial, social, cultural, and government policy”

yaitu City Branding merupakan manajemen citra suatu destinasi melalui inovasi strategis serta koordinasi ekonomi, sosial, komersial, kultural, dan peraturan pemerintah.Menurut Cardwell and Freiredalam Jannah et al(2014) The term branding has a prime relevance as a strategy tool in marketing and branding a destination is not different from branding goods and services”, yaitu Istilah merek memiliki relevansi utama sebagai alat strategi pemasaran, dan tidak berbeda dari merek barang dan Jasa.

Pendapat Rainisto (Chaerani, 2011)memaparkan kerangka teori place branding/city branding yang terfokus pada upaya memasarkan kota. Sedangkan menurut Kavaratzis (2004:66-69) bahwa melihat city branding dalam konteks komunikasi dari citra suatu kota melalui tiga tahapan komunikasi yaitu primer, sekunder, dan tersier. Berdasarkan beberapa pemaparan definisi oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa City Branding adalah upaya dan strategi mengkomunikasikan merek pada kota maupun daerah agar mudah dikenal secara nasional ataupun internasional.

Menurut Kavaratzis (2004) menyebut dalam konteks komunikasi citra suatu kota melalui tiga tahapan komunikasi yaitu : primer, sekunder, dan tersier.

1. Komunikasi primer merujuk pada kesan dari seluruh aspek yang dimiliki sebuah Kota. Komunikasi primer terdiri dari landscape, infrastructure projects, organizational and administrative, behavior.

2. Komunikasi sekunder merujuk pada komunikasi formal yang intens dilakukan oleh komunikator seperti indoor and outdoor advertising, public relations, graphic design, the use of logo.

(26)

23

3. Komunikasi tersier merujuk pada word of mouth dan pendapat pesaing mengenai city branding yang ditujukan melalui terpaan media.

2.3.1 Indikator- Indikator City Branding

Berbagai sudut pandang mengenai city branding, city branding hexagon paling sesuai untuk dijadikan acuan dalam evaluasi city branding dibandingkan konsep lainnya yang menitikberatkan pada upaya pelaksanaan city branding.

Gambar 2.1 City Branding Hexagon

Sumber : Chaerani (2011)

City Branding Hexagon yang dikemukakan oleh Simon Anholt (Jannah et al, 2014) dengan enam butir aspek yaitu Keakraban, Potensi, Tempat, Orang, Daya Tarik, Prasyarat.

(1) Keakraban (Presence) mengukur status internasional dari sebuah kota di dunia, yang terdiri atas keakraban global (popularitas) dan pengetahuan tentang kota (profil) tersebut. Hal ini mengukur kontribusi global kota dalam ilmu pengetahuan, budaya, dan pemerintahan.

(2) Potensi (Potential) mengukur persepsi peluang ekonomi dan pendidikan yang berada dalam kota tersebut, seperti bagaimana mudahnya untuk mencari pekerjaan, baik tempat untuk melakukan bisnis atau mengejar pendidikan yang lebih tinggi.

(3) Tempat (Place) mengukur persepsi masyarakat tentang aspek fisik dari masing masing kota seperti iklim, kebersihan lingkungan, dan bagaimana keunikan bangunan dan taman yang ada.

(4) Orang/ Masyarakat Penduduk (People) mengukur kenyamanan berada di tengah masyarakat sebuah penduduk kota. Parameter yang digunakan adalah sikap dari penduduk yang ada seperti sambutan yang hangat terhadap wisatawan atau pengunjung serta kemudahan untuk masuk dalam sebuah komunitas yang berada dalam masyarakat tersebut.

(5) Daya Tarik (Pulse) mengukur persepsi bahwa sebuah kota memiliki daya tarik tertentu, daya tarik tersebut mampu menarik pengunjung untuk mencoba hal hal baru yang berada di dalam suatu kota tersebut. Sebuah kota dianggap

(27)

meanrik untuk dikunjungi maupun ditinggali karena berkaitan dengan hal-hal baru yang tidak dimiliki kota lain.

(6) Prasyarat (Prerequisite) penilaian atas kualitas dasar sebuah kota, seperti sekolah, rumah sakit, transportasi, dan fasilitas olahraga yang terstandar dan dinilai memuaskan, terjangkau, dan akomodatif, serta standar fasilitas umum yang baik.

2.4 City Image

Penelitian Wandari et al(2014) berpendapat bahwa dalam dunia pariwisata citra kota diasumsikan sama dengan citra merek. Selain itu citra merek adalah penglihatan dan kepercayaan yang terpendam yang bertahan diingatan konsumen mengenai sebuah merek. Brand image atau brand description, yakni deksripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu(Tjiptono,2005). Sedangkan Kotler(2006) mengutarakan citra merek adalah penglihatan dan kepercayaan yang terpendam di benak konsumen sebagai cerminan asosiasi yang bertahan diingatan kosumen.Keller (Roostika ,2012) mengemukakan bahwa citra merek yang positif diciptakan oleh suatu asosiasi merek yang kuat, unik dan baik. Lebih jauh Keller (1998) juga menegaskan bahwa citra merek yang dibangun dari asosiasi merek ini biasanya berhubungan dengan informasi yang ada dalam ingatan dengan sesuatu yang berhubungan dengan jasa/produk/tempat terkait.

Terdapat di dalam Penelitian Roostika, R (2012) menguraikan konsep citra merek. Citra merek adalah intepretasi dari hasil evaluasi dan emosi konsumen sebagai akibat dari dua komponen penting yaitu citra kognitif dan afektif (Ekinci & Hosany, 2006). Citra kognitif lebih merefer pada pengetahuan dan kepercayaan konsumen, sedangkan citra afektif lebih pada perasaan terhadap suatu obyek tertentu. Loyalitas menjadi tujuan utama bagi kegiatan bisnis yang sudah umum dipahami di bidang pemasaran. Loyalitas merupakan salah satu bentuk perilaku positif konsumen setelah mendapatkan pengalaman positif terhadap suatu produk atau jasa. Dalam konteks tradisional di pahami bahwa perilaku positif seperti loyalitas sering dikaitkan dengan perilaku pembelian kembali atau perilaku merekomendasikan ke pihak lain (Jacoby &

Chestnut, 1978). Oliver (Roostika,2012) membangun konsep cognitive- affective-conation dengan maksud untuk memahami proses loyalitas tersebut.

Konsumen untuk menjadi berperilaku positif terhadap perusahaan perlu melalui proses kognitif dulu, selanjutnya afektif, lalu perilaku konatif dan terakhir akan ditunjukkan lewat perilakunya. Di lingkup pariwisata, konsep perilaku konsumen pun juga sudah menjadi pokok bahasan yang menarik.

Secara spesifik, Opperman (Roostika,2012) menegaskan bahwa wisatawan yang sudah melakukan kunjungan ulang ke suatu tempat wisata cenderung memiliki ekspresi loyalitas yang tinggi terhadap daerah tujuan wisata terkait.

(28)

25

Di sisi lain terdapat menurut Kenneth Boulding (Avraham, 2008 dalam Indriani, dkk, 2017) citra tempat (City Image) adalah sekumpulan karakteristik tempat yang inheren dengan perspektif manusianya. Adapun Kenneth Boulding membagi citra tempat berdasarkan empat komponen yaitu:

1. Kognitif (apa yang diketahui seseorang tentang suatu tempat) 2. Afektif (bagaimana perasaan seseorang terkait tempat tertentu)

3. Evaluative (bagaimana evaluasi seseorang terhadap suatu tempat atau tempat tinggalnya)

4. Behavioral (apakah seseorang mempertimbangkan untuk berimigrasi/bekerja/berkunjung/berivestasi pada tempat tertentu) Berdasarkan pemaparan beberapa definisi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa City Image atau citra kota adalah suatu bentuk gambaran yang tersimpan dan bertahan di benak masyarakat ataupun wisatawan dikarenakan adanya ciri khas serta keunikan dari suatu kota maupun daerah.

2.5 Keputusan Berkunjung

2.5.1 Pengertian Keputusan Berkunjung

Keputusan berkunjung merupakan keputusan yang dipilih seseorang sebelum mengunjungi suatu tempat. Dalam hal ini, keputusan pembelian juga dapat diaplikasikan dengan keputusan berkunjung. Menurut Schiffman dan Kanuk (Sumarwan,2002) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatau tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Dalam dunia pariwisata, keputusan pembelian diasumsikan sebagai keputusan berkunjung sehingga teori-teori mengenai keputusan pembelian digunakan juga dalam keputusan berkunjung (Wandari,dkk,2014). Keputusan pembelian ialah bagian dari perilaku konsumen.

Keputusan membeli atau mengkonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali oleh langkah-langkah sebagai berikut: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi dan evaluasi alternatif. Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah yaitu, suatu keadaan di mana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan, yaitu waktu, perubahan situasi,pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu, pengaruh pemasaran. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dioenuhi dengan memebki dan mengkonsumi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). Ada tiga faktor yang

(29)

menentukan proses pencarian informasi yang ekstensif, faktor risiko priduk, karakteristik konsumen, dan faktor situasi.

Tahap ketiga dari proses keputusan konsumen adalah evaluasi alternatif (pre-purchase alternative evaluation). Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada evaluasi alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.Ada 3 atribut penting yang sering digunakan untuk evaluasi yaitu, harga, merek dan negara asal atau pembuat produk. Setelah konsumen menentukan kriteria atau atribut dari produk atau merek yang dievaluasi, maka langkah selanjutnya konsumen menentukan alternatif pilihan(Sumarwan,2002).

Menurut Swastha dan Irawan (Fikri,2016) setiap keputusan pembelian mempunya struktur sebanyak tujuh komponen yaitu:

1. Keputusan tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uang nya untuk tujuan lain, dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli jenis produk serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.

2. Keputusan tentang bentuk produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli produk dengan ukuran tertentu. Seperti ukuran mutu,corak, dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pasar untuk mengetahui memaksimumkan daya tarik mereknya.

3. Keputusan tentang merek

Konsumen harus menentukan keputusan merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri.

4. Keputusan tentang penjualnya

Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli.

Dalam hal ini produsen, pedagang besar dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual terrtentu.

(30)

27

5. Keputusan tentang jumlah produk

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang sebanyak produk yang akan dibelinya suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu unit.Dalam hal ini perusahaan perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari pada pembeli.

6. Keputusan tentang waktu pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia akan melakukan pembelian. Oleh karena itu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam menentukan waktu pembelian.Dengan demikian perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan pemasarannya.

7. Keputusan tentang cara pembayaran

Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeki, apakah secara tunai atau dengan cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan terhadap cara pembayarannya.

Berdasarkan beberapa definisi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa keputusan berkunjung ialah suatu tindakan untuk memilih alternatif dari beberapa pilihan untuk berkunjung ke suatu tempat atau daerah.

2.5.2 Wisatawan

Orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan atau berwisata yang memiliki tujuan tertentu dalam melakukan perjalanan yang dilakukannya.Pada prinsipnya wisatawan melakukan perjalanan untuk mendapatkan kesenangan, bukan dalam rangka mencari nafkah.Menurut WTO (World Tourism Organization) dalam Arjana (2015) Wisatawan adalah

(31)

pengunjung yang menginap atau tinggal di daerah tujuan sedikitnya satu malam pada akomodasi umum atau privat daerah yang dikunjungi.

2.6 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian sebelumnya dengan topik pembahasan yang sama dapat mendukung penelitian ini yang dijadikan juga sebagai pedoman, diantaranya ialah sebagai berikut :

1. Bidriatul Jannah,dkk 2011 (Universitas Brawijaya)

Penelitian berjudul Pengaruh City Branding dan City Image terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Banyuwangi. Hasil Penelitian membuktikan bahwa city branding memiliki pengaruh signifikan terhadap city image, city branding memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung dan city image memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan terhadap variabel keputusan berkunjung.

2. Lita Ayu Wulandari,dkk 2014 (Universitas Brawijaya)

Penelitian berjudul Pengaruh City Branding “Shining Batu”

terhadap City Image dan Keputusan Berkunjung wisatawan ke kota batu tahun 2014. Adapun jenis penelitiannya yang digunakan ialah explanatory research dengan teknik purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel city branding berpengaruh signifikan terhadap city image;

variabel city branding berpengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung dan variabel city image berpengaruh tapi tidak signifikan terhadap keputusan berkunjung.

3. M. Kanzul Fikri 2016 (Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang) Penelitian berjudul Pengaruh City Branding “Shining Batu”

terhadap keputusan berkunjung wisatawan kota Batu Jawa Timur. Dilihat dari hasil secara simultan sub variabel dari city branding presence, potential, place ,pulse,people dan prerequisite mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung wisatawan kota Batu Jawa Timur. Bila dilihat dari hasil parsial , sub variabel city branding yaitu potential, pulse dan prerequisite mempunyai pengaruh terhadap keputusan berkunjung wisatawan kota Batu Jawa Timur. Sedangkan sub variabel Presence, Place dan People tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan berkunjung wisatawan kota Batu Jawa Timur.

4. Siti Zumroh Nur Ivani 2015 (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Penelitian berjudul Pengaruh City Branding “Enjoy Jakarta”

terhadap Citra Kota dan Keputusan Berkunjung Youth Traveller ke Jakarta.

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat pengaruh langsung City branding terhadap citra kota sebesar 44,7%. Sedangkan pengaruh langsung city

(32)

29

branding terhadap keputusan berkunjung youth traveler ke jakarta lebih besar yaitu 54%. Pengaruh langsung citra kota terhadap keputusan berkunjung youth traveler ke Jakarta sebesar 20,1%. Pengaruh tidak langsung terhadap keputusan berkunjung youth traveler melalui citra kota sebesar 8,9%. Jadi keseluruhannya pengaruh langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung.

5. Ratu Yulya Chaerani 2011 (Univeritas Sultan Ageng Tirtayasa)

Penelitian berjudul Pengaruh City Branding terhadap City Image (Studi Pencitraan Kota Solo). Pada hasil penelitian ini menunjukkan analisis city branding yang dilakukan melalui dimensi ’The Spirit of Java’presence,potential,place,pulse, people dan prerequisite menunjukkan bahwa kota Surakarta memiliki aspek potential dan people yang paling menonjol,namun Kota Solo lemah dalam dimensi place. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap variabel city image yang diukur melalui dimensi kognitif, afektif, dan konatif menunjukkan branding kota telah merubah aspek afektif,dimana mayoritas responden terbanyak menunjukkan bahwa penerimaan terhadap slogan pariwisata cukup baik. Namun city branding kota Solo belum bisa memotivasi untuk mengunjungi kota Solo hingga merekomendasikan Solo sebagai destinasi wisata maupun tempat tinggal. Kemudian baik pada penduduk maupun wisatawan, city branding memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap city image.

6. Jesi Indriani,dkk 2017 (Universitas Kristen Maranatha Bandung)

Penelitian berjudul Pengaruh City Branding pada City Image dan Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Kabupaten Purwakarta. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa City Branding berpengaruh signifikan terhadap City Image dengan persentase pengaruh sebesar 40,7%. Sedangkan City Branding berpengaruh signifikan terhadap Keputusan berkunjung dengan persentase

(33)

pengaruh sebesar 11,5% dan City Image berpengaruh terhadap Keputusan Berkunjung dengan persentase sebesar 19,5%

2.7 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Keputusan berkunjung wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni city branding dan city image.kedua faktor ini merupakam faktor yang menjadi sebuah pertimbangan oleh wisatawan untuk memutuskan berkunjung ke suatu destinasi wisata.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

H1

H2 H3

Sumber: Penulis (2018) City Branding

(X)

City Image (Y1)

Keputusan Berkunjung Wisatawan (Y2)

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Adapun bentuk penelitian akan digunakan ialah metode kuantitatif dengan pendekatan asosiatif.Menurut Sugiyono (2016:36) penelitian asosiatif adalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat bentuk hubungan yaitu : hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan interaktif/reciprocal/timbale balik. Pada penelitian ini variabel yang dihubungkan ialah variabel City branding (X), variabel City image (Y1) terhadap Keputusan Berkunjung (Y2).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kota Tarutung, tepatnya di Kolam Pemandian Air Soda, Desa Parbubu. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara penyebaran kuisoner kepada wisatawan yang berkunjung ke kolam Pemandian Air Soda Tarutung. Waktu penelitian diadakan dimulai dari bulan November 2017- Januari 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata alam pemandian air soda kota Tarutung.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini ialah Nonprobability Sampling. Teknik dalam pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Pada hal ini purposive sampling akan menjadi alternating untuk penentuan sampel. Teknik tersebut dengan adanya pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu untuk dijadikan sebagai sumber data. Adapun kriteria wisatawan yang digunakan untuk

menjadi sampel yaitu :

(35)

a. Wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Pemandian Air Soda Kota Tarutung.

Menurut Purba (1996) dalam Sujawerni (2015: 155) jika ukuran jumlah populasi dalampenelitian tidak diketahui dengan pasti, maka jumlah sampel ditentukan dengan rumus Rao Purba , yaitu :

n = Z² 4(Moe)²

Keterangan :

N = Jumlah Sampel

Z = Tingkat distribusinormal pada taraf signifikan 5 % = 1,96

Moe = Margins of error Max,yaitu tingkat keseluruhan maksimal pengambilan sampel yang masih dapat ditelorir sebesar 10 % .

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut : N = 1,96²

4(0,1)² = 96,04

Dari hasil perhitungan di atas maka jumlah sampel atau responden yang diteliti adalah 96,04 responden.Namun dengan tujuan untuk memudahkan penelitian, peneliti mengambil sampel sejumlah 96 responden.

3.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan maslah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,belum jawaban empirik Sugiyono (2012:93).

(36)

33

H0₁: Tidak ada pengaruh langsung city branding terhadap city image kota Tarutung.

Ha₁: Adanya pengaruh langsung city branding terhadap city image kota Tarutung.

H0₂ : Tidak ada pengaruh langsung city branding terhadap keputusan berkunjung wisatawan.

Ha₂: Adanya pengaruh langsung city branding terhadap keputusan berkunjung wisatawan.

H0₃ : Tidak adanya pengaruh langsungcity image terhadap keputusan berkunjung wisatawan.

Ha₃ : Adanya pengaruh langsung city image terhadap keputusan berkunjung wisatawan.

3.5 Definisi Konsep

Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing- masing konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka definisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan . Adapun yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. City Branding

Menurut Simon Anholt (Moilanen dan Rainisto, 2009:7), yaitu City Branding merupakan manajemen citra suatu destinasi melalui inovasi strategis serta koordinasi ekonomi, sosial, komersial, kultural, dan peraturan pemerintah.

2. City Image

Kotler(2006) mengutarakan citra merek adalah penglihatan dan kepercayaan yang terpendam di benak konsumen sebagia cerminan asosiasi yang bertahan diingatan kosumen.

3. Keputusan Berkunjung

Menurut Schiffman dan Kanuk (Sumarwan,2002) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatau tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Dalam dunia pariwisata, keputusan pembelian diasumsikan sebagai keputusan berkunjung sehingga teori-teori mengenai keputusan pembelian digunakan juga dalam keputusan berkunjung (Wandari,dkk,2014).

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran definisi variabel dan indikator pada penelitian.Jadi, definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan berupa indikator utuk menguji suatu variabel. Berikut ini merupakan penjabaran variabel dan indikatornya:

(37)

Tabel 3.1 Definisi operasional

Variabel Definisi Variabel Indikator Sumber

City Branding

Upaya dan strategi mengkomunikasikan merek pada kota Tarutung agar mudah dikenal secara nasional ataupun internasional.

1. Persepsi Kehadiran suasana

kota(Presence) 2.Aspek fisik

kota(Place)

3.Potensi wisata (Potential)

4.Daya Tarik

Wisata(Pulse) 5.Keterbukaanmasyar

akat(People) 6. Akomodasi (Prerequiste)

Simon Anholt dalam Jannah et al (2014)

City Image

Suatu bentuk gambaran yang tersimpan dan bertahan di benak masyarakat ataupun wisatawan dikarenakan adanya ciri khas serta keunikan dari kota Tarutung.

1. 1. Kognitif 2. 2. Afektif 3. 3. Konatif

4. Oliver dalam Roostika (2012)

Keputusan Berkunjung

Suatu tindakan memilih alternatif dari beberapa

pilihan untuk

berkunjung ke kota Tarutung.

1.Keputusan tentang jenis wisata

2.Keputusan tentang bentuk wisata

3.Keputusan tentang merek kota

Swastha dan Irawan dalam Jannah et al(2014)

(38)

35

4.Keputusan tentang pelayanan

5.Keputusan tentang jumlah wisata

6.Keputusan tentang waktu berkunjung 7.Keputusan tentang cara pembayaran fasilitas wisata

Sumber: Penulis (2018) 3.7 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan merupakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok ornag tentang fenomena sosial (Sugiyono 2012:132).Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.

Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Instrument penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist maupun pilihan ganda.

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Skala Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sujarweni (2015)

3.8 Teknik Pengumpulan Data 3.8.1. Sumber Data

Dalam memperoleh data, peneliti menggunakan data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

(39)

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (respoden). Pada penelitian ini data primer diperoleh peneliti melalui penyebaran kuisioner secara langsung kepada responden berkaitan dengan variabel yang diteliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau isntitusi tertentu seperti data dari Badan Pusat Statistik, ataupun data dari kedinasan. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh berasal dari jurnal penelitian terdahulu, skripsi, tesis, buku-buku dan artikel yang relevan berkaitan dengan variabel- variabel yang akan diteliti.

3.9 Teknik Analisis Data

Data penelitian yang terkumpul akan dianalisis melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis jalur (path analysis). Analisis deskriptif berusaha untuk menggambarkan berbagai karakterisitk data yang berasal dari suatu sampel.Dalam analisis deskriptif diolah per variabel.Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi berganda.Analisis jalur adalah penggunaan regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antara variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori.Selain itu untuk mengetahui efek mediasi dari variabel intervening digunakan analisis jalur. Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating yang fungsinya untuk memediasi hubungan antara vaiabel independen dan variabel dependen (Soliha,dkk,2014).

3.9.1 Uji Instrumen

Diperlukannya kepastian instrumen yang digunakan dalam penelitian merupakan alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya, maka digunakan dua macam pengujian yaitu uji validitas dan uji realibilitas.

3.9.1.1 Uji Validilitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatlam data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penilaian validitas, dapatmenggunakan program SPSS. Apabila alat ukur memiliki korelasi yang signifikan antar skor item terhadap skor totalnya maka alat ukur

(40)

37

tersebut dinyatakan valid. Jika terdapat data yang tidak valid, maka data tersebut akan dikeluarkan atau dibuang dari instrument. Kriteria untuk menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan valid.

2. Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut tidak valid.

3.9.1.2 Uji Realibilitas

Uji reabilitas biasanya dilakukan setelah uji validitas dan yang akan diuji merupakan pertanyaan atau pernyataan yang sudah valid. Uji reliabilitas pada penelitian ini jugamenggunakan bantuan program SPSS .

Kriteria dari pengujian reliabilitas adalah :

1. Jika nilai koefisien reliabilitas > 0,6 maka instrument yang diuji memiliki reliabilitas yang baik/ reliable/ terpercaya.

2. Jika nilai koefisien reliabilitas < 0,6 maka instrument yang diuji tersebut tidak reliabel.

3.9.2 Uji Hipotesis

Pada penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) sebagai uji variable dengan tujuan mengetahui pengaruh hubungan langsung maupun tidak labgsung seperangkat variable eksogen terhadap variable endogen (Riduwan dan Kuncoro, 2011:2) dalam Ivani (2015).Seluruh pengujian dalam penelitian dan analisis data menggunakan bantuan SPSS.

Langkah-langkah pengujian analisis jalur menurut Riduwan dan Kuncoro (2011:128) dalam Ivani (2015) ialah sebagai berikut :

a. Menggambarkan diagram jalur lengkap b. Merumuskan persamaan struktural

c. Menghitung koefisien regresi untuk setiap sub struktur yang telah dirumuskan

d. Menghitung koefisien jalur secara individual maupun secara simultan (keseluruhan)

e. Merangkum ke dalam tabel, kemudian memaknai dan menyimpulkan hasil analisis jalur.

Pengujian dalam analisis jalur yang dapat dilakukan antara lain : 3.9.2.1 Koefisien Determinasi (R2)

(41)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat).Nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen (Ghozali,2013:97) dalam Ivani (2015). Koefisien jalur yang distandarkan ini digunakan untuk menejlaskan besarnya pengaruh variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).Hasil output SPSS pada model summary khususnya, angka yang terdapat pada kolom R2 digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan cara menghitung koefisien (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sarwono, 2007: 30) dalam Ivani (2015) : KD = r2 x 100%

3.9.2.2 Uji Statistik t (Uji Parsial)

Uji Statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun yang menjadi kriteria dalam uji statistik t ini ialah :

a. Jika nilai probabilitas 0,05 sig maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

b. Jika nilai probabilitas 0,05 Sig, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikan.

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Kota Tarutung

Tarutung identik dengan predikat Silindung. Padahal sebenarnya cakupan wilayah yang disebut Silindung lebih luas dari Tarutung. Orang menganggap konotasi Silindung itu termasuk kawasan Sipoholon, Pansurnapitu yang sekarang menjadi kecamatan Siatas Barita, bahkan juga sebagian kawasan Pahae. Terletak dalam sebuah lembah, sepintas Tarutung bagai terukir dalam sebuah kuali besar, dikelilingi pegunungan dari delapan penjuru.

Kota Tarutung adalah kota bersejarah dilihat dari aspek pemerintahan, budaya, dan agama. Pada masa pemerintahan Belanda, di kota ini ada sekolah MULO, dan menjadi pusat penyebaran agama Kristen yang dipilih oleh Dr IL Nommensen. Kompleks Pearaja di pinggiran Tarutung sebelah selatan, hingga kini menjadi pusat HKBP, konon sekte protestan terbesar di Asia Tenggara.

Menurut legenda, Tarutung bermula dari sebuah perkampungan kecil pada abad 18. Nama Tarutung diambil dari sebuah pohon tarutung yang berarti durian. Di bawah pohon itulah dulunya, konon para pedagang antarkampung berkumpul untuk barter produksi hasil bumi.”Di bona ni durian i ma hita pajumpang” (di bawah pohon durian itulah kita bertemu). Demikian bahasa janji pedagang antarkampung ketika itu. Lama kelamaan ucapan itu semakin mengental, dan akhirnya menjadi nama kota Tarutung yang sekarang. Di bawah pohon durian itu, pomparan Guru Mangaloksa (PGM) terdiri dari marga Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan (Tobing) pernah mengadakan syukuran besar. Di sana dibangun sebuah monumen kecil, dengan prasasti bertuliskan tahun 1887. Tulisan itu berupa prakiraan bahwa pohon tersebut sudah ada tahun 1887. Keturunan PGM merupakan marga yang dominan menghuni Rura Silindung (lembah yang terlindungi) dalam pengertian raja huta.

Kota Tarutung memang sebuah kota kecil tapi memiliki daya tarik tersendiri, dengan panorama alam yang indah. Di sebelah selatan kelihatan Dolok (gunung) Martimbang menjulang dengan kehijauan yang masih terpelihara. Konon nama Dolok Martimbang pernah ditabalkan menjadi nama pesawat kepresidenan, setelah Bung Karno berkunjung ke Tarutung tahun 1955.

Gambar

Gambar 2.1  City Branding Hexagon
Gambar 2.2  Kerangka Berpikir  H1          H2       H3  Sumber:  Penulis (2018) City Branding (X) City Image (Y1) Keputusan Berkunjung Wisatawan (Y2)
Tabel 3.1  Definisi operasional
Tabel 4.41  Hasil Uji Validitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Norton mengembangkan konsep Balanced Scorecard yang merupakan suatu alat pengukuran kinerja bagi organisasi atau perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru yang penting

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: 5) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang

Nilai tersebut sebanding dengan luasan areanya, namun jika dilihat dari simpanan karbon rata-rata per piksel, hasil antara sigma naught dan gamma naught memiliki perbedaan yaitu

The principal issues in accounting for fixed assets are the recognition of the assets, the determination of their carrying amounts, the depreciation charges and

menggunakan metode OLS, menunjukkan pengaruh variable Indeks Kematian Bayi (IKB), Indeks Harapan Hidup (IHH) dan Indeks Melek Huruf (IndeksMH) secara bersama-sama

Hasil analisis lemak tengkawang dari empat jenis pohon induk menunjukkan rendemen lemak dan sifat fisiko kimia (kadar air, bilangan asam, kadar FFA dan bilangan iod) yang

Pada tampilan ini, pengguna dapat melihat hasil peringkat keseluruhan penilaian a tingkat Kesehatan a bank Umum berupa data a yang sudah diinput a dalam periode waktu