Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELAKUKAN MIGRASI TENAGA KERJA (STUDI KASUS WARGA PERANTAUAN DI KECAMATAN
TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO)
NUR RAHMI, SE, MM AZWAR, S.Kom, M.Kom (Universitas Ichsan Gorontalo) Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui teori motivasi berdasarkan Hierarki Kebutuhan Maslow yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan melakukan migrasi tenaga kerja warga Sulawesi Selatan ke wilayah Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian bersifat metode kuantitatif eksploratif dengan menggunakan pendekatan studi pengambilan keputusan dan pendekatan perilaku yang dihubungkan dengan motivasi. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni pengumpulan data melalui kuisioner, metode wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan yang dilakukan secara sistematik berdasarkan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah warga di wilayah Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo yang merupakan warga pendatang dari Sulawesi Selatan. Variabel penelitian ini terdiri dari lima variabel yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Tekhnik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik analisis data menggunakan Analisis Faktor dengan bantuan software SPSS versi 20.0 Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probability sampling. Data primer diperoleh dari kuisoner dan wawancara dan terhadap 73 responden. Hasil data kemudian dianalisis dengan menggunakan Analisis Faktor. Dari hasi analisis maka dapat diketahui faktor yang dominan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk melakukan migrasi tenaga kerja bagi perantau asal Sulawesi Selatan . Dengan mereduksi lima faktor yang ada, maka terbentuklah ada dua faktor dominan yang mempengaruhi pengambilan keputusan warga asal Sulawesi Selatan untuk melakukan migrasi tenaga kerja ke Kabupaten Boalemo khususnya ke wilayah Kecamatan Tilamuta, yakni faktor kebutuhan internal dan kebutuhan eksternal. Faktor kebutuhan internal dalam hal ini direpresentasikan oleh variabel kebutuhan fisiologis, yang mampu menjelaskan 22,42% dari seluruh total faktor yang bermakna sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi warga Sulawesi Selatan mengadakan migrasi tenaga kerja berdasarkan teori motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow. Sedangkan faktor kebutuhan eksternal diwakili oleh variabel kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan pemghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri yang mampu menjelaskan 64,82% dari seluruh total faktor yang bermakna sebagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan berdasarkan teori Hierarki Kebutuhan Maslow untuk melakukan migrasi tenaga kerja
Kata Kunci :Analisis Faktor, Hierarki Kebutuhan Maslow, Pengambilan Keputusan, Buruh Migran
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
PENDAHULUAN Latar Belakang
Migrasi atau berpindahnya penduduk dari satu tempat ke tempat lain merupakan fenomena yang yang selalu menarik dan mengundang perhatian para ahli untuk menelitinya. Kebanyakan para ahli berpendapat bahwa aspek migrasi yang luas untuk diteliti dan hasil temuan mengenai fenomena ini sangat bermanfaat dalam sumbangannya untuk kegiatan pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh sebuah negara.
Penemuan dan pengetahuan tentang hasil fenomena migrasi ini bisa dijadikan rujukan oleh pemerintah dan pengambil kebijakan untuk menetapkan rencana sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat tercapai sesuai dan hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Beberapa bulan terakhir ini, di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo yang merupakan tempat tinggal sementara peneliti, peneliti mendapati fakta banyaknya warga pendatang dari berbagai etnis dari Sulawesi Selatan. Fakta ini peneliti dapati dari hasil interaksi peneliti dengan banyak orang yang bekerja di Tilamuta dan ternyata mereka adalah perantau dari Sulawesi Selatan. Para perantau ini bekerja di berbagai sektor baik disektor-sektor formal maupun informal.
Hal ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang menyebabkan warga Sulawesi Selatan Ini mengambil keputusan untuk melakukan migrasi ke Gorontalo. Peneliti menduga bahwa fenomena pengambilan ini dilatar belakangi oleh Teori Motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow[1). Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebuah sumbangsih bagi pemerintah desa ditempat
peneliti mengadakan penelitian pada khususnya dan pemerintah Kabupaten Boalemo pada umumnya dalam membuat kebijakan-kebijakan stategis terkait kepentingan masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi dalam kancah penelitian kompetitif nasional bagi para peneliti dosen pemula.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah teori motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow berpengaruh terhadap pengambilan keputusan warga perantauan asal Sulawesi Selatan melakukan migrasi tenaga kerja?
Tujuan Penelitian
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa teori motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow merupakan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap terhadap pengambilan keputusan melakukan migrasi tenaga kerja bagi warga perantauan asal Sulawesi Selatan.
Manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat di pedesaan dan faktor-faktor apa saja yang terkadang jadi pemicu mereka untuk melakukan pengambilan keputusan melakukan migrasi tenaga kerja
2. Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah desa
Bisa dijadikan acuan untuk menghasilkan keputusan strategis di tingkat desa yang diputuskan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) tingkat dusun dan tingkat desa.
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278 b. Bagi pemerintah ditingkat kecamatan
bisa diajukan acuan dalam menghasilkan keputusan-keputusan strategis yang diputuskan dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan
(MUSRENBANG) tingkat kecamatan c. Bisa dijadikan acuan dalam menetapkan
kebijakan-kebijakan strategis dalam bentuk Peraturan Daerah dengan mengambil rujukan dari hasil usulan dari berbagai MUSRENBANG baik di level dusun, desa dan kecamatan.
d. Bagi instansi akademik
Dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang pengembangan SDM dan juga dapat dijadikan sebagai kajian kepustakaan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama
TINJAUAN PUSTAKA
Studi tentang migrasi telah banyak dilakukan oleh para ahli. Berbagai macam literatur membahas tentang fenomena migrasi tenaga kerja dan problematika sosial yang ditimbulkannya. Sudut pandang pembahasan pun berbeda-beda berdasarkan pendekatan sudut pandang keilmuan dari peneliti yang berbeda-beda Yang menarik perhatian peneliti adalah kebanyakan penelitian tentang fenomena migrasi tenaga kerja selama ini lebih memfokuskan pada pencarian fakta tentang alasan para migran melakukan migrasi, yaitu hanya dari segi faktor eskternal dari para buruh migran ini.
Alasan ini menarik perhatian peneliti yang ingin mengkaji serta menemukan fakta tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi para buruh migran ini melakukan migrasi tenaga kerja tapi dengan pendekatan manajemen SDM yaitu studi pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh variabel motivasi. Pengambilan keputusan bermigrasi akan dicoba
dikonstruksikan dengan pendekatan” Teori Motivasi Hierarki Abraham Maslow.
Motivasi
Dalam uraian sebelumnya peneliti mengemukakan bahwa fenomena banyaknya warga migran yang berdomisili di Kecamatan Tilamuta diduga ada hubungannya dengan perilaku individu dari para migran yaitu timbulnya motivasi dalam diri mereka (motivasi intrinsik) untuk bermigrasi. Ada beberapa defenisi motivasi menurut pengertian para ahli.
Teori pengharapan mengungkapkan bahwa motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dipakai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya[2]. Fillmore H.
Standford menegaskan motivasi sebagai
“Motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that organism toward the goal of a certain slass” (motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu tujuan tertentu. Masih sehubungan itu, William J.
Stanton mendefinisikan bahwa “a motive is a stimulated need which a goal-oriented individual seeks to satisfy”. (suatu motiv adalah kebutuhan yang distimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai kepuasan)[3] . Pendapat lain mengemukakan bahwa motivasi manusia yang dikembangkan oleh Maslow dipicu oleh usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia yang yang diurutkan menjadi lima kategori yang dikenal dengan Hierarki Kepuasan Maslow. Pada teori ini Maslow mengklasifikasikan kebutuhan manusia yang diurutkan menjadi lima kategori yang terdiri atas :
a. Kebutuhan fisiologis (psychological needs), antara lain kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan kebutuhan jasmani lainnya.
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278 b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
(safety needs) , antara lain kebutuhan akan keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional . c. Kebutuhan sosial (social needs), antara
lain kebutuhan akan kasih sayang, rasa saling memiliki, diterima dan persahabatan
d. Kebutuhan penghargaan (self esteem needs), antara lain mencakup kebutuhan akan faktor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi, dan prestasi., serta faktor penghormatan diri luar seperti misalnya status, pengakuan dan perhatian.
e. Aktualisasi diri (self actualization), merupakan kebutuhan yang merupakan dorongan untuk menjadi seseorang atau sesuai ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi dan pemenuhan kebutuhan diri[4]
Pengambilan Keputusan
Dari uraian sebelumnya dijelaskan bahwa konsep motivasi berdasarkan Hierarki Kebutuhan Maslow yang menjadi locus dari penelitian ini akan peneliti coba hubungkan dengan pendekatan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan (decision making) adalah hasil dari pemecahan masalah yang harus dihadapi secara tegas. bahwa keputusan atau kebijakan yang diambil harus didasarkan pada kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih karena seandainya hanya terdapat satu alternatif maka tidak akan ada keputusan yang diambil [5]. Pengambilan keputusan bisa juga diartikan sebagai pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan [6]. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan diantaranya : (1) Informasi yang diketahui
perihal permasalahan yang dihadapi; (2) Tingkat pendidikan; (3) Personality; (4) Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan permasalahan (proses adaptasi); dan (5) Culture [7]. Kotler [8] mengemukakan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi antara lain : (1) faktor budaya; yang meliputi peran budaya, sub budaya, dan kelas sosial. (2) faktor sosial; yang meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status.
(3) faktor pribadi; yang termasuk usia dan tahap siklus hidup, kepribadian dan konsep diri. (4) faktor psikologis yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian.
Buruh Migran
Migrasi tenaga kerja menyababkan timmbulnya istilah pekerja migran dan istilah migran itu sendiri. Buruh pekerja, worker, laborer, atau tenaga kerja atau karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainnya kepada pemberi kerja atau pengusaha atau majikan[9].
Pekerja migran bisa diartikan sebagai orang yang berpindah kedaerah lain baik didalam maupun ke luar negeri bekerja dalam jangka waktu tertentu[10]
Penelitian Sebelumnya
Jika ditelisik lebih jauh, teori motivasi dari Maslow bukan hanya memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan khusus dalam bidang psikologi dan manajemen SDM saja. Teori-teori Maslow banyak dirujuk sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Pemikiran Maslow juga banyak diterapkan dalam bidang lain seperti manajemen bisnis, humaniora dan pembelajaran[11].
Dalam bidang bisnis misalnya, teori motivasi merupakan salah satu yang
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278 menjadi pertimbangan membeli saham oleh
manajer investasi [12]. Pembahasan tentang tentang migrasi tenaga kerja atau pekerja migran juga di bahas dalam sebuah penelitian, walaupun spesifiknya lebih membahas fenomena migrasi dalam perspektif ekonomi pembangunan[13].
Demikian juga pembahasan tentang dampak migrasi terhadap kondisi sosial ekonomi keluarga TKI di Kecamatan Babakan Kabupaten Ponorogo[14] . Muhamad Aditya Rahmawan, melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi kerja melalui pendekatan Hierarki Kebutuhan Maslow. Studi dilakukan pada sejumlah pegawai negeri sipil dinas pertanian dan peternakan di Provinsi Banten.[15]
METODE
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner, wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan (library research)
Sumber data adalah dari data primer berupa hasil kuisioner, wawancara langsung dengan sampel penelitian. Lokasi penelitian di Kabupaten Boalemo dengan Kecamatan Tilamuta sebagai lokasi pengambilan sampel.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah masyarakat di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo.
Sampel atau informan penelitian dalam hal ini adalah warga pendatang atau perantau dari Sulawesi Selatan dan nara sumber dari organisasi paguyuban KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan ), dan instansi terkait yang relevan dengan topik yang diteliti. Sampel sejumlah 73 orang.
Metode Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan
teknik Non Probability Sampling. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi sekaligus digunakan sebagai sampel.
Data dianalisis dengan menggunakan metode Analisis Factor.
Dalam Analisis Faktor, variabel tidak dikelompokkan menjadi variabel bebas dan tak bebas, sebaliknya sebagai penggantinya seluruh sehubungan interdependent antar variabel diteliti. Analisis faktor berguna untuk melakukan pengurangan data atau meringkas sejumlah variabel menjadi lebih kecil jumlahnya.[16]
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini peneliti membagikan kuesioner tentang faktor–faktor motivasi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan menurut teori motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow.
Kuisioner yang disebarkan kepada sejumlah responden yakni warga perantauan asal Sulawesi Selatan yang bearada di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo sebanyak responden 73 responden, dengan jumlah pernyataan sebanyak 16 item. Selanjutnya dari hasil kuisioner dilakukan analisis data responden yang menguraikan tentang karakteristik responden. Kebanyakan responden berdomisili di beberapa desa di kecamatan Tilamuta, yakni yaitu di desa Lamu, desa Hungayonaa. Di dua desa ini merupakan tempat berdomisili orang-orang warga perantauan asal Sulawesi Selatan dengan populasi terbesar. Untuk mengetahui gambaran responden, maka akan diuraikan secara deskriptif berdasarkan data yang telah terkumpul tentang jenis kelamin, pendidikan, dan status perkawinan.
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
Laki-Laki Perempuan 56% 44%
Jenis Kelamin
25% 43.75% 62.50% 81.25% 100%
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 2 : Diagram Deksripsi Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 48 orang atau 56% dari jumlah keseluruhan responden, sementara responden laki- laki berjumlah 25 orang atau 44 % dari total responden. jadi dapat
dikatakan bahwa jumlah responden laki-laki yaitu warga perantauan asal Sulawesi Selatan yang berdomisili di Kecamatan Tilamuta dan menjadi objek penelitian ini didominasi oleh wanita.
Tabel 1 : Data Hasil Kuesioner Jenis Kelamin Laki-Laki No.
Item
Laki- Laki
Kategori Jumlah Skor Skor
Ideal
SS S TS STS (136)
1 Kebutuhan Fisiologis (X1) 51 22 0 0 73 225 272 2 Kebutuhan Keselamatan
dan Keamanan (X2)
3 193 8 0 204 607 816
3 Kebutuhan Sosial (X3) 5 169 30 0 204 587 816
4 Kebutuhan Penghargaan (X4)
2 39 27 0 68 177 272
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (X5)
4 104 96 0 204 522 816
Total Skor 2118 2992
Dari Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai Motivasi Hierarki
Maslow berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar:
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Gambar 3 : Garis Kontinum Hasil Kuisioner Jenis Kelamin Laki-Laki
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
25% 43.75% 62.50% 81.25% 100%
Bagan diatas menggambarkan bahwa posisi kontinum untuk jenis kelamin laki-laki
berada pada tingkat tinggi.
Tabel 2 :Data hasil Kuesioner Jenis Kelamin Perempuan
No.
Item
Perempua n
Kategori Jumlah Skor Skor Ideal
SS S TS ST
S
(156) 1 Kebutuhan Fisiologis (X1) 47 91 0 0 138 461 312 2 Kebutuhan Keselamatan dan
Keamanan (X2)
25 199 0 0 234 717 936
3 Kebutuhan Sosial (X3) 34 178 0 0 234 714 936 4 Kebutuhan penghargaan
(X4)
8 55 0 0 78 227 312
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (X5)
14 169 0 0 234 665 936
Total Skor
2784 3432
Merujuk pada tabel diatas maka didapatkan nilai rata-rata tanggapan responden mengenai motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow menurut jenis kelamin perempuan sebesar eDalam garis kontinum,
skor tanggapan responden mengenai faktor motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow berdasarkan jenis kelamin perempuan dapat dilihat sebagai berikut:
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi Gambar 4 : Garis Kontinum Hasil Kuisioner Jenis Kelamin Perempuan
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa posisi kontinum jenis kelamin perempuan berada pada tingkat tinggi.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi Hierarki Kebutuhan
Maslow responden berjenis kelamin perempuan memiliki nilai sebesar 81,1%
lebih besar dibandingkan tingkat Motivasi Hierarki Maslow berjenis kelamin laki-laki dengan nilai 70,8%.
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
SMA DIPLOMA S1 S2 63%
7% 9%
21%
Pendidikan 2. Berdasarkan Pendidikan
Gambar 5 :Diagram Deskripsi Penyebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Untuk tingkat pendidikan para responden,
seperti terlihat pada tabel 4.2 diatas, mayoritas responden berpendidikan S1 dengan jumlah sebanyak 46 orang atau 63%
responden. Responden yang berpendidikan S2 berjumlah 15 orang atau 21%.
Responden yang berpendidikan Diploma sebanyak 7 orang atau 9%. Responden yang berpendidikan SMA sebanyak 5 orang atau 7%. Dari gambar di atas diterangkan bahwa mayoritas responden berpendidikan S1.
Dari hasil observasi peneliti dengan sejumlah responden dan hasil wawancara dengan sejumlah narasumber yakni dari para pengurus ( mantan ketua KKSS Perode 2012-2017, PLT Ketua periode 2017- sekarang) Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) cabang Kabupaten Boalemo periode sekarang dan periode tahun sebelumnya dapat diketahui bahwa jumlah warga perantauan asal Sulawesi Selatan yang bermukim di wilayah Kabupaten Boalemo khususnya di wilayah Kecamatan Tilamuta adalah kurang lebih sebanyak 300 orang. Itupun menurut sekretaris KSSS pak Firman hanya sebagian besar yang bisa diidentifikasi keberadaannya karena telah mengisi formulir keanggotaan, sebagian yang
lainnya masih ada yang belum terdaftar.
Sebagian sebagian besarnya bekerja di berbagai instansi pemerintahan yang ada di wilayah Kabupaten Boalemo. Contonhya di rumah sakit umum daerah kabupaten Boalemo yaitu Rumah Sakit Tani Dan Nelayan (RSTN). Sekitar 60 orang warga perantauan ini mengisi jabatan pada bagian- bagian pelayanan di rumah sakit, seperi di bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD), Bagian bedah, bagian farmasi, Poli Umum, bahkan hampir mayoritas dari tenaga medis berupa dokter, bidang, perawat dan tenaga- tenaga ahli lainnya di RSTN dan Puskesmas Tilamuta disi oleh warga pendatang asal Sulawesi Selatan. Demikian juga di instansi lain seperti di Puskesmas Tilamuta, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan instansi- intansi lain di wilayah Kabupaten Boalemo khususnya Kecamatan Tilamuta. Ini adalah penjelasan yang logis mengapa tingkat pendidikan dari rata-rata responden adalah kebanyakan Diploma yaitu sebesar , S1 dan S2. Sedangkan sisanya Responden SMA kebanyakan bekerja di perusahaan- perusahaan swasta, dan sebagiannya lagi berprofesi sebagai pedagang atau wiraswast
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
Tabel 3 : Data Hasil Kuesioner Tingkat Pendidikan SMA No.
Item
SMA Katego
ri
Jumla h
Skor Skor Ideal SS S TS ST
S
(20) 1 Kebutuhan Fisiologis (X1) 9 1 0 0 10 39 40 2 Kebutuhan Keselamatan dan
Keamanan (X2)
0 29 1 0 30 89 120
3 Kebutuhan Sosial (X3) 1 25 4 0 30 87 120
4 Kebutuhan Penghargaan (X4)
0 6 4 0 10 26 40
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (X5)
0 20 10 0 30 80 120
Total Skor
321 440
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow berdasarkan pendidikan SMA sebesar: jika diinterpretasikan menurut garis kontinum,
skor tanggapan responden mengenai faktor motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow berdasarkan pendidikan SMA dapat dilihat sebagai berikut
72,9%
26% 42.75% 61.50% 81,25 % 100 %
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi Gambar 6 : Garis Kontinum Hasil Kuisoner Responden Dengan Tingkat Pendidikan SMA Dari gambar diatas menunjukkan bahwa
posisi kontinum pendidikan SMA berada
pada tingkat tinggi.
Tabel 4 : Data Kuesioner – Pendidikan Diploma No
. Ite m
Diplo ma
Kategor i
Jumla h
Skor Skor Ideal
SS S T
S ST
S
(28) 1 Kebutuhan Fisiologis (X1) 6 8 0 0 14 48 56 2 Kebutuhan Keselamatan dan 42 0 0 0 42 126 168
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
25% 43.75% 62.50 % 72,4% 81.25% 100%
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Keamanan (X2)
3 Kebutuhan Sosial (X3) 3 34 4 0 42 123 168
4 Kebutuhan Penghargaan (X4)
0 11 3 0 14 38 56
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (X5)
0 26 16 0 42 111 168
Total Skor
446 616
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai
motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow berdasarkan pendidikan Diploma sebesar Garis kontinum dari skor tanggapan
responden mengenai faktor motivasi
Hierarki Kebutuhan Maslow pendidikan Diploma dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 7 : Garis Kontinum Hasil Kuisioner Tingkat Pendidikan Diploma Dari gambar diatas menunjukkan bahwa
posisi kontinum pendidikan Diploma
berada pada tingkat tinggi.
Tabel 5 :Data Hasil Kuesioner Tingkat Pendidikan S1 No.
Item
S1 Katego
ri
Jumla h
Skor Skor Ideal SS S TS ST
S
(184) 1 Kebutuhan Fisiologis (X1) 66 26 0 0 92 342 368 2 Kebutuhan Keselamatan dan
Keamanan (X2)
1 249 17 0 276 821 1104 3 Kebutuhan Sosial (X3) 17 215 44 0 276 801 1104 4 Kebutuhan Penghargaan
(X4)
3 54 35 0 92 244 368
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (X5)
7 148 121 0 276 741 1104 Total
Skor
2949 4048
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
72,8%
25% 43.75% 62.50% 81.25% 100%
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai Motivasi Hierarki Maslow berdasarkan pendidikan S1 sebesar. Dalam garis
kontinum, skor tanggapan responden mengenai faktor motivasi hierarki Maslow menurut pendidikan S1 dapat dilihat sebagai berikut:
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi Gambar 8 : Garis Kontinum Hasil Kuisioner Tingkat Pendidikan S1 Dari gambar diatas menunjukkan
bahwa posisi kontinum pendidikan S1
berada pada tingkat tinggi
Tabel 6: Data Hasil Kuesioner Tingkat Pendidikan S2 No.
Item
S2 Katego
ri
Jumla h
Skor Skor Ideal
SS S T
S ST
S
(60) 1 Kebutuhan Fisiologis (X1) 17 13 0 0 30 107 120 2 Kebutuhan Keselamatan dan
Keamanan (X2)
18 72 0 0 90 288 360
3 Kebutuhan Sosial (X3) 20 80 0 0 100 320 360 4 Kebutuhan Penghargaan
(X4)
6 24 0 0 30 96 120
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (X5)
12 78 0 0 90 282 360
Total Skor
1093 1320
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai motivasi Hierarki Maslow berdasarkan pendidikan S2 sebesar: Dalam
garis kontinum, skor tanggapan responden mengenai faktor motivasi Hierarki Maslow berdasarkan pendidikan S2 dapat dilihat sebagai berikut:
82,8%
25% 43.75% 62.50% 81.25% 100%
Gambar 9 : Garis Kontinum Hasil Kuisioner Tingkat Pendidikan S2
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
janda/duda lajang menikah 29%
Status Perkawinan
0.01 % 71%
%
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa posisi kontinum pendidikan S2 berada pada tingkat sangat tinggi.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi Hierarki Maslow menurut tingkat pendidikan S2 memiliki
nilai sebesar 82,8% lebih besar dibandingkan tingkat pendidikan S1 dengan nilai 72,8%, tingkat Diploma dengan nilai 72,4%, dan tingkat pendidikan SMA dengan nilai sebesar 72,9%.
3. Berdasarkan Status Perkawinan
Gambar 10 : Diagram Deskripsi Penyebaran Responden Berdasarkan Status Perkawinan Pada diagram dapat dilihat bahwa
51 orang atau 71 % responden berstatus menikah, 21 orang atau 29% bersatus lajang, dan sisanya sebanyak 1 orang atau 0,01 % berstatus duda. jelas kiranya
bahwa dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas warga perantauan asal Sulawesi Selatan berstatus menikah.
Tabel 7 : Data Kuesioner Status Perkawinan Menikah No.
Item
Menikah Katego
ri
Jumla h
Skor Skor Ideal SS S TS ST
S
(80) 1 Kebutuhan Fisiologis (X1) 11 29 0 0 40 142 160 2 Kebutuhan Keselamatan dan
Keamanan (X2)
7 91 6 0 104 313 480
3 Kebutuhan Sosial (X3) 8 90 22 0 120 348 480 4 Kebutuhan Penghargaan
(X4)
1 23 16 0 40 105 160
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (X5)
8 69 45 0 122 329 480
Total Skor
1237 1760
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
25% 43.75% 62.50% 81.25% 100%
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai motivasi Hierarki Maslow berdasarkan status perkawinan sebesar: Dalam garis kontinum, skor tanggapan responden
mengenai faktor motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow berdasarkan status perkawinan menikah dapat dilihat sebagai berikut:
70,3%
Gambar 11 Garis Kontinum Hasil Kuisioner Berdasarkan Status Perkawinan Menikah Tabel 8 :Data Hasil Kuesioner Status Perkawinan Lajang
No.
Item
Lajang Katego
ri
Jumla h
Skor Skor Ideal SS S TS ST
S
(84) 1 Kebutuhan Fisiologis (X1) 31 11 0 0 42 157 168 2 Kebutuhan Keselamatan dan
Keamanan (X2)
2 119 5 0 126 375 504
3 Kebutuhan Sosial (X3) 6 109 11 0 126 373 504 4 Kebutuhan Penghargaan
(X4)
0 32 10 0 42 115 168
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (X5)
0 76 50 0 126 328 504
Total Skor
1348 1848
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai Motivasi Hierarki Maslow menurut status perkawinan lajang sebesar :
Dalam garis kontinum, skor tanggapan
responden mengenai faktor motivasi Hierarki Maslow menurut status perkawinan lajang dapat dilihat berikut ini:
Sangat Tinggi Tinggi
Rendah Sangat Rendah
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
72,9%
Gambar 12 : Garis Kontinum Berdasarkan Status Perkawinan Lajang Dari gambar diatas menunjukkan posisi
kontinum menurut status perkawinan
lajang berada pada tingkat tinggi.
Tabel 9 : Data Hasil Kuesioner Status Perkawinan No.
Item
janda/dud a
Katego ri
Jml Skor Skor Ideal SS S TS ST
S
(128) 1 Kebutuhan Fisiologis (X1) 45 19 0 0 64 237 256 2 Kebutuhan Keselamatan dan
Keamanan (X2)
19 166 7 0 206 616 768 3 Kebutuhan Sosial (X3) 25 146 21 0 192 580 768 4 Kebutuhan Penghargaan
(X4)
8 40 16 0 64 184 256 5 Kebutuhan Aktualisasi Diri
(X5)
14 128 50 0 192 538 768 Total
Skor
2155 2816
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden mengenai motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow berdasarkan status perkawinan lajang : Dalam garis kontinum, skor tanggapan
responden mengenai faktor motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow berdasarkan status perkawinan lajang dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 13 : Garis Kontinum Berdasarkan Status Perkawinan Lajang
Sangat Tinggi Tinggi
Rendah Sangat Rendah
25% 43.75% 62.50% 81.25% 100%
Sangat Tinggi Tinggi
Rendah Sangat Rendah
25% 43.75% 62.50% 81.25% 100%
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa posisi kontinum untuk sta berada pada tingkat rendah .
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow
berdasarkan status pernikahan janda/duda dengan nilai sebesar lebih rendah dibandingkan tingkat motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow status pernikahan menikah dengan nilai 70,3%, dan yang lajang dengan nilai 72,9%.
ANALISIS FAKTOR
Untuk melakukan analisis faktor, maka data perolehan yang masih mentah dari hasil kuesioner yang masih dalam bentuk skala ordinal tersebut dirubah kedalam skala interval dengan menggunakan MSI (Method Succesive
Interval). Adapun alat bantu yang digunakan untuk melakukan analisis faktor adalah dengan menggunakan Windows SPSS 20.0. Berikut ini akan dijabarkan satu persatu berdasarkan output hasil perhitungan SPSS 20.0
Sumber : Data diolah dengan SPSS 20.0 Pada tabel KMO dan Barlet’s Test :
1. Angka KMO measure of sampling adequacy >0,5
2. Approx Chi-Square dengan nilai signifikansi <0,5, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut untuk analisis faktor.
Tabel 11 : Anti-image Matrices X
1
X 2
X 3
X 4
X 5
X1 .778 -.090 -.099 .042 .111
X2 -.090 .264 -.114 -.016 -.043
Anti-image Covariance
X3 -.099 -.114 .187 -.050 -.076
X4 .042 -.016 -.050 .289 -.123
X5 .121 -.043 -.076 -.123 .218
X1 .528a -.198 -.260 .088 .290
X2 -.198 .845a -.513 -.057 -.180
Anti-image X3 -.260 -.513 .788a -.211 -.376
. Tabel 10: KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.810 Approx. Chi-Square 266.085 Bartlett's Test of
Sphericity
Df 10
Sig. .000
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278 Correlation
X4 .078 -.057 -.211 .848a -.480
X5 .270 -.180 -.376 -.480 .779a a. Measures of Sampling Adequacy(MSA (data diolah dengan SPSS 20.0)
Berdasarkan tabel dapat dilihat besarnya nilai MSA yang ditandai dengan angka yang membentuk diagonal (yang bertanda ‘a’). Nilai pada tabel menunjukkan semua
variabel memiliki MSA ≥0,5. karena nilai MSA dari seluruh variabel sudah mencapai ≥0,5, maka langkah selanjutnya selanjutnya adalah melakukan ekstraksi.
COMMUNALITIES
Nilai communalities merupakan varian dari variabel sebelum proses ekstraksi.dilakukan Berdasarkan tabel diatas maka nilai initial adalah 1 (satu).
Ini memberikan petunjuk bahwa nilai
variabel tersebut 100% membentuk sebuah faktor. Sebelum dilakukan ekstraksi jumlah faktor yang terbentuk sama dengan jumlah variabel.
Tabel 12 :Communalities Initial Extraction
X1 1.000 .965
X2 1.00 .833
X3 1.000 .893
X4 1.000 .829
X5 1.000 .888
Extraction Method: Principal Component Analysis.(data diolah dengan SPSS 20.0) Nilai extraction menggambarkan
besarnya persentase varian yang dapat digambarkan pada faktor yang terbentuk. Pada tabel 12 untuk variabel X1, nilai extraction adalah 0,965. Hal ini berarti bahwa 96,5% varian dari variabel X1 dapat dijelaskan oleh faktor
yang akan terbentuk. Demikian juga untuk variabel lainnya. Semakin besar nilai communalities menunjukkan semakin kuat hubungan dengan faktor yang nantinya akan terbentuk.
TOTAL VARIANCE EXPLAINED Tabel total variance explained
digunakan untuk mengetahui berapa banyak faktor yang terbentuk, faktor yang terbentuk harus memiliki nilai eigenvalue ≥1. Maka berdasarkan output total variance explained didapatkan informasi bahwa faktor yang terbentuk ada 2 faktor, yaitu faktor pertama yang mempunyai eigenvalue =
3,396 dan faktor kedua mempunyai eigenvalue = 1,021.
Dari output tersebut dapat diperoleh dua faktor yang masing- masing mempunyai percentage of value sebesar 64,82 dan 22,42 sehingga percentage of value dari dua faktor tersebut adalah 64,82 + 22,42 = 87,24.
Dengan demikian 87,24% dari seluruh
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278 variabel yang ada dapat dijelaskan oleh
2 faktor yang terbentuk.
Nilai extraction menggambarkan besarnya persentase varian yang dapat digambarkan pada faktor yang terbentuk. Pada tabel untuk variabel X1, nilai extraction adalah 0,965. Hal ini berarti bahwa 96,5% varian dari
variabel X1 dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Demikian juga untuk variabel lainnya. Semakin besar nilai communalities menunjukkan semakin kuat hubungan dengan faktor yang nantinya akan terbentuk.
Tabel 13 :Total Variance Explained
Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total % of Varianc e
Cumulative
%
Total % of Varianc e
Cumulative
%
1 3.396 64.824 64.824 3.396 64.824 64.924
2 1.021 22.419 87.242 1.021 22.419 87.242
3 .283 5.666 94.008
4 .157 3.247 97.255
5 .132 2.645 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis (Data diolah dengan SPSS 20.0).
COMPONENT MATRIKS
Component matriks
menggambarkan distribusi variabel- variabel yang telah diekstrak ke dalam faktor yang telah terbentuk berdasarkan loading factor. Variabel dimasukkan dalam faktor yang memiliki loading factor terbesar.
Loading factor menunjukkan tingkat keeratan suatu variabel terhadap faktor yang terbentuk.
Semakin besar loading factor, maka semakin besar variabel pula tersebut dapat dimasukkan dalam salah satu faktornya, begitu pula sebaliknya.
Tabel 14 : Component Matrixa Component
1 2
X1 .274 .955
X2 .916 .133
X3 .953 .077
X4 .870 -.243
X5 .931 -.245
Extraction Method:
Principal Component Analysis 2 components extracted (data diolah dengan SPSS 20.0)
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
1. Variabel X1 (Kebutuhan Fisiologis) Pada variabel X1 nilai faktor 1 = 0,274 dan faktor 2 = 0,955, karena nilai tertinggi pada faktor 2 yaitu 0,955, maka variabel X1 termasuk kelompok faktor 2.
2. Variabel X2 (Keamanan dan Keselamatan)
Pada variabel X2 nilai faktor 1 = 0,916 dan faktor 2 = 0,133, karena nilai tertinggi pada faktor 1 yaitu 0,916, maka variabel X2 termasuk kelompok faktor 1.
3. Variabel X3 (Kebutuhan Sosial)
Pada variabel X3 nilai faktor 1 = 0,953 dan faktor 2 = 0,077, karena nilai
tertinggi pada
faktor 1 yaitu 0,953, maka variabel X3 termasuk kelompok faktor 1.
4. Variabel X4 (Kebutuhan Penghargaan) Pada variabel X4 nilai faktor 1 = 0,870 dan faktor 2 = -0,243, karena nilai tertinggi pada faktor 1 yaitu 0,870, maka variabel X4 termasuk kelompok faktor 1.
5. Variabel X5 (Kebutuhan Aktualisasi Diri)
Pada variabel X5 nilai faktor 1 = 0,931 dan faktor 2 = -0,245, karena nilai tertinggi pada faktor 1 yaitu 0,931, maka variabel X5 termasuk kelompok faktor 1.
INTERPRETASI FAKTOR
Setelah dihasilkan sejumlah faktor yang valid, langkan berikutnnya perlu diinterpretasikan nama faktor, mengingat faktor merupakan sebuah konstruk bisa dikatakan berarti jika dapat diartikan.
Interpretasi faktor dapat dilakukan dengan mengetahui variabel-variabel yang membentuknya. Berikut adalah nama- nama variabel dan penyebarannya pada faktor.
Tabel 15 :Interpretasi Faktor- Faktor
No. Variabel Faktor
1 Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan
Faktor 1
Kebutuhan eksternal 2 Kebutuhan Sosial
3 Kebutuhan Penghargaan 4 Kebutuhan Aktualisasi Diri
5 Kebutuhan Fisiologis Faktor 2
Kebutuhan internal
Pada prinsipnya factor loading dapat mengidentifikasikan korelasi antar variabel dengan faktor yang bersangkutan.
Semakin tinggi factor loading berarti semakin erat pula hubungan antara variabel dengan faktor tersebut. Pada penelitian ini, semua variabel masuk
dalam model karena semuanya melewati angka pembatas 0,5 yaitu bermakna sebagai faktor motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow. Karena semua variabel masuk dalam model, maka jumlah variabel yang ada menjadi 5 variabel yang terdistribusi ke dalam 2
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278 faktor. Kedua faktor yang diperoleh dari
hasil reduksi tersebut diberikan nama, dimana pemberian nama pada faktor tersebut tergantung pada nama-nama variabel masing-masing analisis dan aspek lainnya, sehingga pemberian nama ini sebenarnya bersifat subyektif serta tidak ada ketentuan yang pasti mengenai pemberian nama tersebut[18]. Adapun pemberian nama pada masing-masing faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Faktor 1 diberi nama “Kebutuhan Eksternal” karena variabel-variabel yang mewakili faktor ini menunjukkan adanya tingkat pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi dalam diri seseorang yang mampu meningkatkan motivasi para warga perantauan asal Sulawesi Selatan untuk mengambil keputusan melakukan migrasi tenaga kerja dari terpenuhinya kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.
Faktor kebutuhan eksternal merupakan faktor yang paling bermakna dalam mempengaruhi pengambilan keputusan melakukan migrasi tenaga kerja bagi warga perantauan asal Sulawesi Selatan karena memiliki nilai eigenvalue tertinggi yaitu 3,396 dan mampu menjelaskan 64,82% dari seluruh total faktor yang bermakna sebagai kebutuhan eksternal para warga perantauan asal Sulawesi Selatan di Kecamatan Tilamuta. Jika dilihat dari factor loading X3 yaitu kebutuhan sosial, maka ini merupakan variabel yang pada faktor kebutuhan eksternal yang paling bermakna pada faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan warga perantauan asal Sulawesi Selatan untuk melakukan migrasi tenaga kerja
b) Faktor 2 diberikan nama “Kebutuhan
internal” disebut demikian karena faktor- faktor yang mewakili faktor ini menunjukkan adanya pemenuhan dasar akan kebutuhan fisiologis seseorang yang mampu mendukung pengambilan keputusan. Faktor kebutuhan internal yang mendukung meningkatnya keyakinan mengambil keputusan untuk melakukan migrasi yang merupakan faktor kedua yang mempengaruhi pengambilan keputusan melakukan migrasi tenaga kerja warga perantauan asal Sulawesi Selatan dengan eigenvalue sebesar 1,021 dan mampu menjelaskan 22,42% dari seluruh total faktor yang bermakna sebagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk melakukan migrasi tenaga kerja. Apabila dilihat dari factor loading X1 yaitu, kebutuhan fisiologis, merupakan variabel pada faktor kebutuhan eksternal yang paling bermakna pada faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan bagi warga perantauan asal Sulawesi Selatan untuk melakukan migrasi tenaga kerja ke Kabupaten Boalemo Kecamatan Tilamuta .
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan yang dilakukan pada warga perantauan asal Sulawesi Selatan yang bermukim di kecamatan Tilamuta dan melihat penjelasan pada bagian pembahasan mengenai “Hierarki Kebutuhan Maslow dan Pengaruhnya Terhadap Pengambilan Keputusan Melakukan Migrasi Tenaga Kerja (Studi Kasus Warga Perantauan di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk melakukan migrasi tenaga kerja, yaitu :
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278
1. Kebutuhan internal
Faktor internal yang terdiri dari kebutuhan fisiologis mendominasi 22,42%
dari keseluruhan faktor yang bermakna sebagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan para warga perantauan asal Sulawesi Selatan untuk melakukan migrasi tenaga kerja.
2. Kebutuhan eksternal
Faktor eksternal yang terdiri dari kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri yang
mendominasi sebesar 64,82% dari keseluruhan faktor yang bermakna sebagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan para warga perantauan asal Sulawesi Selatan untuk melakukan migrasi tenaga kerja. Jadi, faktor kebutuhan eksternal merupakan faktor yang paling mendominasi pada proses pengambilan keputusan para warga perantauan asal Sulawesi Selatan untuk melakukan migrasi tenaga kerja ke kabupaten Boalemo khususnya ke wilayah Kecamatan Tilamuta
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen Edisi 2, Yogyakarta, BPFE
Robbin, P. Judge Timothy A. 2008.
Perilaku Organisasi Buku I, Jakarta, Salemba Empat
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2011.
Manajemen Sumber Daya Manusia Perubahan, Bandung, Remaja Rosda Offset.
Mathis, Robert L & John H, Jackson.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Pertama, Jakarta, Salemba Empat
Dagun, M. Save. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta , Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), Hal 185.
Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi, Jakarta, Bumi Aksara.
Arroba, T..1998. Desicion Making By
Chinese-US, Journal of Social Psychology, 38, Hal 102-116.
Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas, Jilid I dan 2.
Glosarium Kemensos
(http/www.kemensos.go.id), diakses tanggal 07 Oktober 2018
Working Class, Oxford Dictionary (http/id.wikipedia.org) diakses tanggal 07 Oktober 2018)
Sigit Hermawan, Aplikasi dan Pengaruh Pemikiran Abraham Maslow Pada Manajemen Bisnis, dan Sektor Publik, JAMBS, Vol.5, No.2 Februari 2009 Hal 226-234
Cecilia Natapura. Analisis Perilaku Investasi, Investor Institutional Dengan Pendekatan Analytical Process (AHP). Bisnis dan Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Sept –Des, 2009, Hal. 180-187
Didit Purnomo. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja Dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal : Studi Empiris di Kabupaten Wonogiri.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.
10 No. 1, Juni 2009, Hal 84-108 Khusnatul Zulfa Wafirotin, 2013.
Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga TKI Di Kecamatan Babadan . Jurnal
Jurnal Mala’bi STIE Yapman Majene Vo. 2 No. 1 September 2019 ISSN Online 2623-2278 Ekuilibrium Vol. 11 No. 2 Maret
2013
Rahmawan, Muhammad Aditya, 2014.
Analisis Faktor-Faktor Motivasi Kerja Melalui Pendekatan Hierarki Kebutuhan Maslow (Studi Kasus Pegawai Negeri Sipil Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten), Skripsi, Bandung, Universitas Telkom.
, 2014. Analisis Faktor-Faktor Motivasi Kerja Melalui Pendekatan Hierarki Kebutuhan Maslow (Studi Kasus Pegawai Negeri Sipil Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten), Skripsi, Bandung, Universitas Telkom.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS, Edisi Keenam,
Semarang,.Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Santoso, Singgih dan Tjiptono, Fandy, 2002. Riset Pemasaran, Konsep Dan Aplikasi Dengan SPSS, Jakarta, Elex Media Komputindo.