• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ISLAM

Disusun Oleh

ARIVAMO 97320015

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2002

(2)

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN

MOTIVASI MEMILIH PEKERJAAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Psikologi Seluruh Indonesia untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S-l Psikologi

Oleh :

ARIYANTO 97320015

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2002

(3)

Dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S-l Psikologi

Pada Tanggal

Dewan Penguji :

1. Dra. Anita Lestari, MSi

2. Drs. H. Sumaryono, MSi

3. Sonny Andrianto, SPsi

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Uoivjersitas Islam Indonesia

Bella i

<&'.

-

pft^iikarti

Tanda Tangan

^

£^c~i

/

(4)

MOTTO

XXJ Cl-'LowJ 4 (_£Lcx_* 4 / Jl /

& 0 }

>ijy-o 01 JS

V

Artinya

Katakanlah: "J-icsungguhnya shalalku, ibndatku, hidupku dan maliku hanyalah

untuk Allah, Tuhan s:mu.sta alam" {A! An'uum: !62)]

-UX_...^ ', 1

r -

\ : \ j . j

O X)\

M

v_

W^^*Jl ^^^ j_)U

> $ ^ \j>li

/\ r11! i n a

Bukank-ih Kami leiaii melapangkan unlukmu dadamu? %: dan Kami lelah

menglulangkan dan pauamu bebanmu $ vang mcmberatkan punggungmu? $•

dan Kami imggikan bagimu scbulan (namaimti $ karena sesungguhnva"sesudah kesulitan ilu ada kemudahan # sosungguhnva scsudah kesulitan itu ada kemudahan m maka apabila kamu iclah selesai (dan sesuatu urusan).. kcnakanlah dengan sungguh-sungguh (urusani vang lain $ dan iianya kcpada Tuhanmulah

hendakrya kam.i berharap. (Alam Wisyrah; ! Kg

ui

(5)

£ 5*.•siT>«^^&VJ£^nSfcc^a

\vSw«^^^j%jS

ns>ss•ass*S

^ v^

(6)

UCAPAN TERIMA KAS1H

Alhamdulillah wa syukurilah, segala puja dan puji dan rasa syukur hanya

pantas terucap untuk Engkau ya Alloh, yang dengan rahmahMu Engkau mengutus Muhammad sebagai pembawa risalahMu, dan dengan rahmahMu pula ya Alloh Engkau memberikan banyak kemudahan, kelapangan jalan dan memberikan yang terbaik bagi penulis. Ya Alloh dengan petunjukMu, kehendakMu, rahmahMu, ridzoMu, alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu, selama proses penulisan skripsi, penulis merasakan dukungan dari berbagai pihak secara langsung ataupun tidak langsung. Dukungan hulah yang menjadi penyejuk hati dikala terasa kering, dan menjadi sandaran dikala akan jatuh.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan berpasrah din kepada Alloh, Ta'ala, karena hanya Dialah yang akan mencatatnya sebagai amal sholeh dan kemudian menentukan pahala. Namun demikian perkenankanlah, penulis menyebutkan pihak-pihak yang telah banyak membantu :

1. Ibu DR. Sukarti selaku Dekan Fakultas Psikologi U1I beserta staff akademik dan non akademik yang telah mendidik saya.

2. Bapak Yuno Agus Nomo Adi, BA selaku Camat Grabag, beserta stafnya yang telah memberikan ijin dan membantu penelitian di wilayah Kecamatan Grabag 3. Ibu Dra. Anita Lestari, MSi, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak

memberikan bimbingan, kesabaran dan pengertian

4. Mas Sonny Andrianto, S.Psi, selaku dosen pembimbing pendamping, yang telah banyak memberi masukan, dukungan dan selalu membesarkan hati penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini

(7)

6. Bapak DR. Djamaludin Ancok yang telah menanamkan semangat kebersamaan

dalam diri kita semua

7. Teman-teman team pencari data ( de' Erna, Ainus "Eni" Sa'adah, Andi, Ira, mba Ana, Geng KUD Bambang, atas bantuan dan kerja kerasnya).

8. Hestri, Sari, April dan Ade, atas bantuan skoringnya

9. Temen-teman Karang Taruna dan RISMA ( Remaja Islam Masjid ) yang telah bersedia menjadi subyek uji coba maupun penelitian

10. Teman-teman penulis yang menjadi teman diskusi: Mas Adi-Ryan, Neneng, Agus -Yani, Pak Misbah, Benny., Tinton, Marta, Mas Kamy Sony.

11. Mbak Erna S.Psi atas saran dan buku-bukunya

12. Khusus Ita, Reny & Lukman, atas kebersamaan mencari literatur dan jalan- jalannya. Ayo cepet lulus.

13. Temen-temen mantan pejabat LEMF Psikologi UII periode 98-00, atas kebersamaannya

14. Temen-temen Pengurus Pusat IMAPSI (2000-2002) yang membantu penulis selama mengabdi di PP IMAPSI

15. Teman-teman PKBI Lentera Sahaja atas guyonannya.

16. Teman-teman di JKAPI (Ikatan Alumni Psikologi UII) atas saran-sarannya

17. Teman-teman angkatan 97 untuk persahabatan yang indah selama kita menimba

ilmu di UII

18. Teman-teman asrama "BL" yang sudah menemani selama menimba ilmu di Jogja

VI

(8)

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang sengaja maupun tidak sengajatelah membantu hingga terselesaikanrrya skripsi ini

Semoga Alloh SWT mencatat semua kebaikan yang telah ditebarkan sebagai amal sholeh, dan diberikan pahala dan kebaikan yang sepantasnya oleh Alloh SWT.

Akhir kata penulis memohon maaf, apabila selama penulisan skripsi ini melakukan

kekhilafan, dan semoga karya ini memberikan manfaat dan kebaikan. Segala kebaikan datangnya dari Alloh, dan janganlah kamu ragu sedikitpun atasNya.

Yogyakarta, Juli 2002

Penulis

v u

(9)

HALAMANJUDUL j

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN MOTTO jjj

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR1SI vin

DAFTARTABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xjj

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Tujuan Penelitian 6

C. Manfaat Penelitian 6

BAB II LANDASAN TEORI 8

A. Motivasi Memilih Pekerjaan 8

1. Pengertian Motivasi Memilih Pekerjaan 8

2. Proses Motivasi Memilih Pekerjaan 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Memilih Pekerjaan 13

4. Aspek-aspek Motivasi Memilih pekerjaan 16

B. HargaDiri 17

1. Pengertian Harga Diri 17

2. Terbentuknya Harga Diri 18

VI11

(10)

3. Tingkat Harga Diri 19

4. Aspek-aspek Harga Diri 20

C. Tingkat pendidikan 22

1. Pendidikan Dasar Kehidupan 22

2. Pengertian Pendidikan 23

3. Tingkat Pendidikan 25

D. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan

Motivasi Memilih Pekerjaan 26

E. Hubungan Antara Harga Diri dengan

Motivasi Memilih Pekerjaan 27

F. Hipotesis 29

BAB III METODE PENELITIAN 30

A. Identifikasi Variabel Penelitian 30

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 30 C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 32

D. Metode dan Alat pengumpul Data 33

1. Angket Motivasi Memilih Pekerjaan 35

2. Angket Harga Din 36

E. Validitas dan Reliabilitas 38

1. Validitas 38

2. Reliabilitas 39

F. Metode Analisis Data 40

BAB IV LAPORAN PENELITIAN 42

A. Orientasi kancah Penelitian 42

IX

(11)

2. Pelaksanaan Uji Coba 45 3. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas 46

C. Pelaksanaan Penelitian 49

1. Pengumpulan Data 49

2. Pelaksanaan Skoring 50

D. Hasil Analisis Data 51

1. Hasil Uji Normalitas 51

2. Hasil Uji Linearitas 51

3. Hasil Analisis Data 51

E. Pembahasan Hasil penelitian 52

BAB V PENUTUP 56

a. Kesimpulan 55

b. Saran-saran 55

DAFTAR PUSTAKA 58

LAMPIRAN 61

(12)

DAFTAR LABEL

Tabel I Rancangan Angket Motivasi Memilih Pekerajaan 37

Tabel II Rancangan Angket Harga din 38

Tabel III Distribusi Butir Angket Harga Diri Sebelum Uji Coba 44

Tabel IV Distribusi Butir Angket Motivasi Memilih Pekerjaan

Sebelum Uji Coba 45

Tabel V Distribusi Butir Angket Harga Din yang Valid 48 Tabel VI Distribusi Butir Angket Motivasi Memilih Pekerjaan yang Valid 48

XI

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam menjalani kehidupan tidak bisa lepas dari segala kebutuhan yang mengikuti segala gerak langkahnya. Segala bentuk perilaku terwujud untuk dapat memenuhi segala kebutuhan yang diinginkannya. Kebutuhan itu beragam, sehingga setiap orang tidak sama dalam menempatkan nilai atau priontas pada kebutuhannya.

Maslow (dalam As'ad, 1995) mengatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan untuk merasa aman, affiliasi, harga diri, dan aktualisasi diri. Dalam kehidupan manusia, kebutuhan fisik merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi sebagai prasyarat agar manusia tetap bertahan hidup, sedangkan keempat kebutuhan dasar lainnya, cenderung merupakan kebutuhan psikis yang bila tidak terpenuhi tidak akan mengancam kondisi fisik manusia, melainkan mengganggu kondisi psikisnya. Setelah kebutuhan fisiknya terpenuhi, seseorang cenderung untuk memenuhi kebutuhan psikisnya sesuai dengan tingkatannya. Seperti misalnya setelah kebutuhan akan rasa aman dan affiliasinya terpenuhi, maka dalam diri seseorang akan timbul kebutuhan akan harga din.

Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, berguna, mempunyai kapasitas, dan merasa diperlukan oleh orang lain. Apabila dalam mencapai pemenuhan kebutuhan akan harga diri individu mengalami rintangan, maka akan timbul perasaan rendah diri, cemas, tidak berdaya, yang mana akan menimbulkan suatu keputusasaan.

(14)

Setiap manusia melakukan atau berbuat sesuatu pada dasarnya karena didorong oleh suatu motivasi tertentu. Perilaku bennotivasi merupakan perilaku yang dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dalam rangka pemenuhan dan pemuasan kebutuhan (Dirgagunarsa, 1983). Dengan adanya motivasi, individu akan makin terdorong untuk melakukan kegiatan demi mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Maka demi mencapai tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja.

Menurut Anoraga (1992), kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Bekerja adalah kegiatan yang direncanakan.

Begitu pula yang terjadi di Kecamatan Grabag, setiap tahun angka pencan

kerja semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena terbatasnya lapangan pekerjaan

yang dapat menampung pencari kerja yang berasal dan lulusan SMU, D III maupun

Sarjana. Dalam realitasnya, ada keinginan dari lulusan S I untuk memilih pekerjaan

yang sesuai dengan latarbelakang pendidikannya, misal PNS, dan pegawai BANK.

Begitu pula ada keinginan dari lulusan SMU untuk mendapatkan pekerjaan serupa,

tetapi dengan latarbelakang pendidikan yang tidak memungkinkan pada akhirnya mereka menekan keinginan tersebut, dan mereka memilih pekerjaan sebagai

karyawan pabnk atau aktif di industri rumah tangga yang ada disekitamya. Karena

(15)

Motivasi bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi saja (bentuk uang ), tetapi bisa juga dalam bentuk psikis untuk aktif berbuat. Sebabnya

antara lain ialah : banyak orang yang dengan suka hati bekerja terus menerus,

sekalipun sudah tidak memerlukan lagi benda-benda materiil dan uang sedikitpun juga. Walaupun gangguan dan keamanan sendiri serta keluarganya sudah terjamin,

namun seseorang dengan ikhlas hati meneruskan pekerjaannya. Sebab, ganjaran yang

paling menyenangkan dari bekerja adalah : nilai sosial dalam bentuk pengakuan,

penghargaan, respek, dan kekaguman kawan-kawan terhadap pribadinya.

Pada beberapa orang, bekerja merupakan kanalisasi bagi dorongan pemuas

ego, melalui kekuasaan dan aktivitas menguasai orang lain. Namun bagi hampir

semua orang, kerja itu memberikan persahabatan dan kehidupan sosial, pekerjaan merupakan sumber utama bagi pencapaian status sosial seseorang ( Kartono, 1994 ).

Biasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah dijalankan apabila apa yang dikerjakan itu dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan tujuannya bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu. maka itu berarti bahwa ia memiliki suatu harapan, dan dengan demikian akan memotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut. Jika harapannya terpenuhi, maka ia akan merasa puas. Perbedaan pandangan seseorang disebabkan oleh adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki setiap orang. Faktor-faktor lain yang menyebabkan perbedaan pemikiran dan perbedaan pandangan terhadap pekerjaan yang diinginkannya adalah tingkat pendidikan, status sosial, lingkungan dan faktor

usia.

(16)

Orang yang memiliki status sosial tinggi cenderung memilih pekerjaan yang dapat mempertahankan status sosialnya, misalnya anak seorang pejabat cenderung menginginkan pekerjaan yang sekiranya setaraf dengan kedudukan ayahnya. Begitu juga dengan lingkungan, misalnya orang yang tinggal di lingkungan yang sebagian besar mata pencahariannya seperti dokter, dosen, dan Iain-lain, maka orang tersebut cenderung menginginkan jenis pekerjaan yang setara. Orang yang masih muda usianya akan berbeda dengan orang yang sudah tua usianya dalam mencari pekerjaan.

Sebagai contoh orang yang sudah tua cenderung kurang menyukai jenis-jenis pekerjaan lapangan seperti sales, penjaga malam dan Iain-lain.

Seseorang yang berpendidikan rendah tidak mungkin dapat memilih pekerjaan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Melihat kondisi sekarang yang menunjukkan bahwa tenaga kerja semakin meningkat tetapi lapangan pekerjaan terbatas serta kondisi perbandingan antara sempitnya jumlah lapangan pekerjaan dan banyaknya jumlah tenaga kerja, maka dapat dikatakan bahwa tidak semua orang dapat melakukan pemilihan terhadap pekerjaan, kecuali orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan yang cukup baik.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diasumsikan akan semakin tinggi kemampuan untuk memecahkan masalah, disamping semakin banyak pula pengalaman-pengalaman yang diperoleh untuk memngkatkan kemampuan dan

ketrampilan. Dengan demikian, orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memasuki lapangan pekerjaan.

Keadaan demikian tentunya akan menimbulkan pengaruh positif bagi individu yang bersangkutan yang mana dapat menimbulkan perasaan mampu dan berharga.

(17)

sangat kuat. Hal ini dapat terjadi karena mereka cenderung memiliki tingkat aspirasi, harapan serta kebutuhan yang tinggi. Apabila kondisi yang dihadapi tidak sesuai dengan aspirasi serta harapan yang didambakan sewaktu mengenyam pendidikan dahulu, akan menyebabkan kepercayaan diri hilang serta timbul perasaan frustasi. Hal

ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu yang mengalaminya, yang mana akan menimbulkan perasaan din tidak berharga, merasa tidak berdaya serta putus asa.

Hal ini sesuai dengan sifat manusia yang dinamis dimana seseorang selalu ingin memperoleh sesuatu yang lebih tinggi derajatnya.

Apabila individu tidak bisa mencapai cita-citanya, maka hal ini akan mempengaruhi harga dirinya. Hal ini memberi arti bahwa bekerja memiliki arti yang komplek yaitu dapat meningkatkan harga diri ataupun sebaliknya, menurunkan harga dirinya, yang mana sangat berpengaruh terhadap peranan dan status sosialnya dalam masyarakat.

Orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki harga diri yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap pemilihan pekerjaan yang ada. Tetapi banyak faktor yang menyulitkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minat, keahlian dan memperoleh imbalan yang memadai ditengah-tengah sempitnya kesempatan kerja seperti ini. Banyak orang yang terpaksa menerima kerja apa saja, asal dapat bekerja dan mendapatkan nafkah. Melihat kenyataan bahwa untuk mendapatkan kerja yang tidak idealpun tidak mudah, orang harus berjuang dan mengerahkan segala tenaga dalam menghadapi persaingan untuk memperoleh

(18)

Seseorang yang berpendidikan tinggi apabila tidak mempunyai pekerjaan

yang tidak sesuai dengan harapan, maka akan memiliki perasaan rendah din yang sangat kuat. Hal ini dapat terjadi karena mereka cenderung memiliki tingkat aspirasi, harapan serta kebutuhan yang tinggi. Apabila kondisi yang dihadapi tidak sesuai dengan aspirasi serta harapan yang didambakan sewaktu mengenyam pendidikan dahulu, akan menyebabkan kepercayaan diri hilang serta timbul perasaan frustasi. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu yang mengalaminya, yang mana akan menimbulkan perasaan din tidak berharga, merasa tidak berdaya serta putus asa.

Hal ini sesuai dengan sifat manusia yang dinamis dimana seseorang selalu ingm

memperoleh sesuatu yang lebih tinggi derajatnya.

Apabila individu tidak bisa mencapai cita-citanya, maka hal ini akan mempengaruhi harga dirinya. Hal ini memben arti bahwa bekerja memiliki arti yang komplek yaitu dapat memngkatkan harga din ataupun sebaliknya, menurunkan harga dirinya, yang mana sangat berpengaruh terhadap peranan dan status sosialnya dalam

masyarakat.

Orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki harga

diri yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap pemilihan pekerjaan yang ada. Tetapi

banyak faktor yang menyulitkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai

dengan minat, keahlian dan memperoleh imbalan yang memadai ditengah-tengah

sempitnya kesempatan kerja seperti ini. Banyak orang yang terpaksa menerima kerja

apa saja, asal dapat bekerja dan mendapatkan natkah. Melihat kenyataan bahwa untuk

mendapatkan kerja yang tidak idealpun tidak mudah. orang harus berjuang dan

mengerahkan segala tenaga dalam menghadapi persaingan untuk memperoleh

(19)

Berdasarkan pada beberapa uraian di atas, nampak bahwa motivasi memilih pekerjaan tercipta manakala harga diri juga mendukung. Dengan demikian penulis merumuskan masalah : apakah ada hubungan antara harga diri dengan motivasi memilih pekerjaan ? Untuk menjawab masalah itu, penulis melakukan penelitian yang berjudul : "Hubungan Antara Harga Diri dengan Motivasi Memilih Pekerjaan ".

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara harga diri dengan motivasi memilih

pekerjaan.

2. Mengetahui tingkat motivasi memilih pekerjaan pada warga Kecamatan Grabag

Kabupaten Magelang.

3. Mengetahui tingkat harga diri pada warga Kecamatan Grabag Kabupaten

Magelang.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dan penelitian ini adalah : 1. Manfaat praktis :

a. Kepada warga lulusan SMA keatas, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan pekerjaan.

b.Penelitian ini akan memberikan bukti empiris mengenai fenomena pemilihan

pekerjaan.

(20)

2. Manfaat teoritis :

Bagi Ilmu Psikologi Industri, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang motivasi memilih pekerjaan dengan harga diri.

(21)

A. Motivasi Memilih Pekerjaan

1. Pengertian Motivasi

Kata motif atau motivasi merupakan kata atau istilah bidang psikologi yang

digunakan untuk mengartikan suatu unsur di dalam diri manusia yang menggerakkan, atau memberikan dorongan bagi manusia untuk bertindak mencapai tujuan (Davidoff, 1991). Menurut Suryabrata (1989), motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Menurut Gerungan (1988), motif adalah semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam din manusia yang menyebabkan seseorang berbuat

sesuatu.

Siswanto (1987) mendefinisikan motivasi sebagai perasaan kehendak dan keinginan yang mempengaruhi kemauan individu sehingga individu tersebut terdorong untuk berpenlaku atau bertindak. Manullang (1982) mengemukan bahwa motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara

tertentu.

Setiap manusia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu pada dasarnya karena didorong oleh suatu motivasi tertentu. Motivasi itu sendiri menurut Swastha

dan Handoko (1987) adalah suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Tabrani

(1992) mengemukakan bahwa motivasi adalah penggerak tmgkah laku kearah suatu

tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan. Hal mi sesuai dengan pendapat

(22)

Beelson dan Steiner (dalam Siswanto, 1987) yang mendefinisikan motivasi sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau moves dan mengarahkan perilaku kearah pencapaian kebutuhan yang memberikan kepuasan untuk mengurangi ketidakseimbangan.

Dirgagunarsa (1983) menambahkan bahwa perilaku memotivasi merupakan perilaku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dalam rangka pemenuhan dan pemuasan kebutuhan. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi berhubungan dengan faktor psikologis seseorang yang mencerminkan hubungan antara sikap, kebutuhan dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia. Dengan adanya motivasi, individu akan makin terdorong untuk melakukan suatu kegiatan, yang dalam hal ini ditunjukkan dengan perilaku. Demikian pula dengan hal kerja, seseorang perlu mendapatkan dan memiliki sesuatu yang menggerakkan dan mendorong mereka untuk bekerja. Menurut Thoha (1983) istilah motivasi kadang-kadang dipakai silih berganti dengan istilah lainnya yaitu kebutuhan, keinginan, dan dorongan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dalam diri manusia yang dilatarbelakangi oleh kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dalam rangka pemenuhan dan pemuasan

kebutuhan.

2. Pengertian Kerja

Didalam kehidupan, As'ad (1995) mengatakan bahwa manusia selalu mengadakan bermacam-macam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan kerja. Kerja mengandung arti melaksanakan suatu

(23)

adanya kebutuhan yang hams dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mangandung suatu unsur kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Smith dan Wexley (dalam As'ad, 1995) yang mengatakan bahwa seseorang didorong untuk beraktivitas karena dia berharap bahwa hal ini akan membawa pada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sekarang.

Gilmer (dalam As'ad, 1995) mengatakan bahwa kerja itu merupakan proses fisik maupun mental manusia dalam mencapai tujuannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ghiselli dan Brown (dalam Anoraga, 1998) bahwa pada pokoknya kerja merupakan suatu proses aktivitas manusia yang melibatkan unsur fisiologis, psikologis dan sosiologis yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Liang Gie (1992) menambahkan bahwa kerja merupakan keseluruhan pelaksanaan kegiatan rohaniah dan jasmaniah yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai

tujuan tertentu, khususnya yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya.

Brown (dalam Kartono, 1985) mengatakan bahwa kerja merupakan aspek

kehidupan yang dapat memberikan status kepada masyarkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hegel (dalam Kartono, 1985) yang mengatakan bahwa kerja merupakan

pemyataan din secara obyektif ke dunia, sehingga dirinya dan orang lain dapat memandang dan memahami keberadaan dirinya.

Kartono (1985) mengatakan bahwa kerja merupakan aktivitas sosial yang

membenkan isi dan makna pada kehidupan dan dapat memberikan status sehingga

mengikat seseorang pada individu lain dan masyarakat. Kartono (1985)

(24)

menambahkan bahwa semua orang itu bekerja untuk bisa hidup sekaligus untuk merasa berguna, merasa dikehendaki dan dibutuhkan dan demi pencapaian status sosialnya.

Blum (1986) mengatakan bahwa kerja memiliki arti ganda yaitu disamping untuk memperoleh imbalan materi juga untuk mendapatkan imbalan psikologis berupa perasaan bahwa manusia masih memiliki peran. Disamping itu dengan bekerja individu akan mendapatkan penghargaan dalam masyarakat.

Melihat beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kerja adalah proses aktivitas manusia untuk mencapai tujuan tertentu, khususnya yang

berhubungan dengan kelangsungan hidupnya dan aktivitas ini mampu memberikan peran demi pencapaian status sosialnya.

Berpedoman pada pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan motivasi memilih pekerjaan adalah dorongan dalam diri manusia yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan berupa pemenuhan kebutuhan tersebut, sehinggga manusia mencari aktivitas untuk mencapai tujuan tersebut dan aktivitas ini mampu memberikan peran demi pencapaian status sosial.

3. Proses Motivasi Memilih Pekerjaan

Dalam menjalani hidup, manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan.

Kebutuhan menunjukkan kekurangan yang ada dalam diri seseorang pada waktu tertentu. Kekurangan tersebut dapat bersifat fisiologis (kebutuhan akan makanan), bersifat psikologis (kebutuhan akan harga diri), atau bersifat sosiologis dimana hal ini sebagai salah satu sebab yang mendorong seseorang untuk bekerja (Gibson, 1989).

Hal ini sesuai dengan pendapat Tabrani (1992) yang mengatakan bahwa kebutuhan

(25)

adalah kecenderungan yang ada dalam din seseorang yang menimbulkan dorongan untuk memunculkan perilaku untuk mencapai suatu tujuan, yang mana dalam hal ini

adalah motivasi memilih pekerjaan.

Kebutuhan timbul karena adanya perubahan yang disebabkan oleh rangsang-rangsang kejadian yang ada pada lingkungan seseorang, artinya seseorang yang tinggal di lingkungan masyarakat cenderung mengikuti perkembangan yang ada di sekitarnya dan kebutuhan termasuk dalam perkembangan yang terjadi. Perubahan tersebut menimbulkan kearah pencapaian tujuan. Timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada perilaku seseorang sehingga mendorong seseorang untuk mencari kerja. Pendapat ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gibson (1989) bahwa kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.

Artinya, jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka akan timbul perilaku kearah pencapaian tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan tersebut.

Proses motivasi menurut sebagian ahli teori diarahkan untuk mencapai tujuan, yaitu mencari sesuatu yang dipandang sebagai kekuatan yang menarik seseorang yang mana dalam penelitian ini adalah usaha untuk memilih pekerjaan.

Kebutuhan yang belum terpenuhi menyebabkan orang mencari jalan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kekurangan tersebut sehingga timbullah motivasi untuk memilih pekerjaan. Berikut merupakan proses motivasi (Dirgagunarsa, 1983).

(26)

1

Kebutuhan

13

Tujuan < Tingkah laku

3 2

Gambar 1

Diagram Proses Motivasi Memilih Pekerjaan (Martin Handoko,2002)

Kebutuhan karena adanya ketidakseimbangan didalam individu membuat

individu yang bersangkutan melakukan suatu tindakan, tindakan itu mengarah pada suatu tujuan, tujuan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang ada.

Dari diagram di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan, dan tingkah laku manusia tersebut mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan itu.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Memilih Pekerjaan

Seseorang didalam hidup selalu berusaha untuk mendapatkan penghargaan orang lain terhadap dirinya sendiri. Salah satu caranya adalah dengan bekerja. Orang yang bekerja akan lebih mendapatkan pengakuan dan penerimaan, daripada yang tidak bekerja, sehingga hal ini dapat mendorong seseorang untuk mencari kerja.

Penghargaan orang lain terhadap diri sendiri berpengaruh terhadap keberhasilan orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (1989) yang mengatakan bertambah harga dirinya atau meningkat kepercayaan dirinya karena penilaian dan

(27)

penerimaan serta penghargaan orang lain terhadap dirinya. Dipihak lain Maslow (1987) memasukkan harga diri sebagai salah satu faktor dalam teori motivasinya.

Blum (1986) mengatakan seseorang termotivasi untuk memilih pekerjaan karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Braid (dalam Tjiptoherijanto,1982) mengemukakan bahwa banyak orang melihat pendapatan adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan dan penyediaan jaminan hidup.

Wexley dan Yukl (dalam Anoraga, 1998) mengatakan affiliasi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi orang untuk bekerja. Wexley dan Yukl (dalam Anoraga, 1998) menambahkan bahwa seseorang memiliki keinginan berprestasi untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya dan dengan bekerja keinginan tersebut dapat terwujud.

Kartono (1985) mengatakan bahwa pada umumnya baik pria maupun wanita sama-sama menyukai pekerjaan, karena kerja mampu memberikan seseorang persahabatan, kedudukan, prestasi dan status.

Berdasar dari teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa timbulnya motivasi memilih pekerjaan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam

penelitian ini berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi memilih pekerjaan

adalah:

a. Harga Diri

Seseorang didalam hidup selalu berusaha untuk mendapatkan penghargaan orang lain terhadap dirinya sendiri. Salah satu caranya adalah dengan bekerja.

Orang yang bekerja akan lebih mendapatkan pengakuan dan penerimaan, daripada yang tidak bekerja, sehingga hal ini dapat mendorong seseorang untuk mencari kerja. Penghargaan orang lain terhadap diri sendiri berpengaruh

(28)

15

terhadap keberhasilan seseorang. Flal ini sesuai dengan pendapat Azwar (1989) yang mengatakan bertambah harga dirinya atau meningkat kepercayaan dirinya karena penilaian dan penerimaan serta penghargaan orang lain terhadap dirinya.

Dipihak lain Maslow (1987) memasukkan harga diri sebagai salah satu faktor dalam teori motivasinya.

b. Ekonomi

Seseorang termotivasi untuk memilih pekerjaan karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya (Blum, 1986). Banyak orang melihat bahwa pendapatan adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan dan penyediaan jaminan hidup Braid (dalam Tjiptoherijanto, 1982).

c. Affiliasi

Seseorang tennotivasi untuk memilih pekerjaan agar dapat memenuhi kebutuhan sosialnya yaitu saling membagi perasaan dan membina hubungan interpersonal. Hal ini sesuai dengan pendapat Wexley dan Yukl (dalam Anoraga, 1998) yang mengatakan affiliasi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi orang untuk bekerja.

d. Motif Berprestasi

Seseorang memiliki keinginan berprestasi untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya dan dengan bekerja keinginan tersebut dapat terwujud Wexley dan Yukl (dalam Anoraga, 1998).

e. Jenis Kelamin

Sekarang ini dengan situasi dan kondisi yang semakin sulit untuk memilih pekerjaan memungkinkan seseorang untuk memilih pekerjaan tanpa memperhatikan jenis kelamin. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartono (1985)

(29)

yang mengatakan bahwa pada umumnya baik pria maupun wanita sama-sama menyukai pekerjaan, karena kerja mampu memberikan seesorang persahabatan,

kedudukan, prestasi dan status.

5. Aspek-Aspek Motivasi Memilih Pekerjaan

Motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku atau penentu perilaku

(Irwanto, 1994). Perilaku terjadi karena suatu dorongan tertentu, baik bersifat biologis, psikologis, maupun yang berada di lingkungan. Dorongan ini yang merangsang timbulnya suatu keadaan tertentu dalam tubuh yang disebut kebutuhan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Drucker (dalam Davis dan John, 1993) yang mengatakan bahwa motivasi berperan sebagai pendorong kemauan dan keinginan seseorang yang mana dalam hal ini adalah motivasi memilih pekerjaan.

Dirgagunarsa (1983) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan dalam diri manusia yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dalam rangka pemenuhan dan pemuasan kebutuhan. Dengan mengacu pada definisi di atas maka dapat diambil aspek-aspek dari motivasi, yaitu dorongan diambil dari dorongan dari dalam diri manusia yang dilatarbelakangi oleh

adanya kebutuhan, dan pemuasan diambil dari pemenuhan dan pemuasan kebutuhan.

Disini kebutuhan tidak diambil sebagai aspek karena dalam penelitian ini memiliki pengertian yang sama dengan dorongan.

As'ad (1995) mengatakan bahwa aspek-aspek dari kerja yaitu aktivitas diambil dari proses aktivitas manusia untuk mencapai tujuan tertentu sedangkan yang berhubungan dengan kelangsungan hidup dapat diartikan kebutuhan ekonomi (sandang, pangan dan papan), yang memberikan peran demi pencapaian status

(30)

17

sosialnya dapat diartikan kebutuhan psikologis, dan untuk dapat membagi perasaan dan membina hubungan interpersonal diartikan kebutuhan sosial, sehiingga aspek- aspek dari kerja adalah aktivitas, kebutuhan ekonomi, kebutuhan psikologis dan

kebutuhan sosial.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek- aspek motivasi memilih pekerjaan dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dalam rangka pemenuhan dan pemuasan kebutuhan yaitu dorongan, pemuasan, aktivitas, kebutuhan ekonomi, kebutuhan psikologis dan kebutuhan sosial.

B.Harga Diri

1. Pengertian Harga Diri

Menurut Klass dan Hedge (1978) harga diri merupakan hasil penilaian yang dibuat dan dipertahankan oleh individu tentang dirinya. Proses penilaian tersebut

berasal dari interaksi individu dengan lingkungannya serta hal tersebut menyangkut aspek-aspek seperti penerimaan, perlakuan, dan penghargaan orang lain terhadap

dirinya.

Branshaw (1985) berpendapat bahwa harga diri merupakan jaringan

pengalaman seseorang yang akan menimbulkan konsep diri positif maupun negatif.

Lebih lanjut Rakhmat (1985) menyebutkan ada dua konsep diri yaitu komponen kognitif dan afektif Komponen kognisi disebut self image dan komponen afektif

disebut selfesteem atau harga diri. Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian

yang mempunyai peranan penting dan berpengaruh besar terhadap perilaku seseorang. Untuk bisa memahami perilaku seseorang terlebih dahulu harus diketahui

(31)

taraf harga din yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Branden (1981) yang mengatakan bahwa harga diri sangat berpengaruh pada perilaku seseorang.

Harga diri juga berpengaruh pada nilai-nilai, cita-cita serta tujuan hidup yang akan dicapai seseorang.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya. Penilaian ini terbentuk berdasarkan penghargaan, penerimaan, dan perlakuan yang diperoleh seseorang dari interaksi yang dilakukan dengan lingkungannya.

2. Terbentuknya Harga Diri

Harga diri tidak begitu saja terbentuk sejak individu masih bayi. Dengan kata lain harga diri bukan merupakan pembawaan, harga diri diperoleh melalui proses pengalaman belajar yang terus menerus terjadi dalam diri seseorang.

Coopersmith (1976) mengemukakan bahwa harga diri tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dari sejumlah penghargaan, penerimaan dan perlakuan yang diperoleh dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Kondisi rumah dan lingkungan antar pribadi mempunyai pengaruh yang besar terhadap penilaian diri seseorang. Hal ini merupakan dasar bagi terbentuknya harga diri.

Penilain terhadap diri ini dipengaruhi oleh sikap dan pendapat lingkungan yang kemudian direfleksikan oleh individu ke dalam penilain terhadap diri sendiri. Pada diri seorang anak mulai muncul pikiran dan perasaan ketika mengalami perlakuan dari lingkungannya. Apabila lingkungan keluarga, orang tua memberikan perlakuan yang negatif ( mengejek, mencela terus menerus ), maka pada diri anak akan timbul perasaan rendah diri. Sebaliknya jika anak mendapat perlakuan yang positif dari

(32)

19

orang tuanya serta rasa aman dan lingkungannya maka pada anak tersebut akan

memiliki rasa percaya diri yang kuat.

Penelitian yang dilakukan Coopersmith (1967) menunjukkan bahwa anak

yang memiliki harga din yang tinggi pada umumnya berlatarbelakang orang tua yang memberikan kehangatan dan kasih sayang dengan menerapkan batasan-batasan serta

model disiplin yang tegas.

Berdasarkan uraian serta pendapat-pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri seseorang terbentuk dan dimulai sejak anak lahir berlanjut ke perkembangan benkutnya melalui penghargaan, penerimaan dan perlakuan-perlakuan yang diterima selama berinteraksi dengan lingkungannya.

3. Tingkat Harga Diri

Coopersmith (1967) membagi harga diri ke dalam tiga tingkatan yaitu : harga diri tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Coopersmith, dapat dirinci dari ketiga tingkatan sebagai berikut:

a. Individu dengan harga diri tinggi memiliki karakteristik mandiri, memiliki kepribadian stabil, tingkat keberhasilan tinggi. Individu yang mempunyai harga diri tinggi sangat kompeten dan mempunyai harapan-harapan yang lebih tinggi untuk masa depannya sehingga mereka memiliki motivasi yang lebih tinggi.

b. Individu dengan harga diri rendah memiliki karakteristik kurang percaya diri dalam suatu kelompok terutama bila mereka mempunyai gagasan-gagasan baru.

Mereka jauh kurang berhasil dalam hubungan antar pribadi dan sering kali kurang aktif dalam masalah-masalah sosial, pemerintahan, dan politik.

(33)

c. Individu dengan harga diri antara tinggi dan rendah memiliki kemampuan harapan dan keberartian dirinya yang bersifat positif. Mereka tidak sebaik penilaian orang-orang yang mempunyai harga diri tinggi.

Cohen (1959) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi biasanya menyukai dirinya dan sebagai orang yang mampu menghadapi dunia sekitarnya. Fitch (1970) mengatakan bahwa seseorang dengan harga diri yang rendah biasanya tidak menyukai dirinya, menghinakan dirinya dan menganggap dirinya tidak cukup menghadapi lingkungan efektif.

Pendapat lain seperti Branden (1981) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi, mampu menghargai dan menghormati dirinya sendiri, berpandangan bahwa dirinya sejajar dengan yang lainnya, cenderung tidak ingin menjadi sempurna, tetap mampu mengenali keterbatasannya dan berharap untuk terus tumbuh. Di sisi lain orang yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menolak dirinya, dan merasa dirinya tidak pernah puas.

Berdasarkan teori-teori tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat harga diri dapat diketahui melalui karakteristiknya. Harga diri tinggi, memiliki kepribadian stabil, mandiri, dan tingkat keberhasilan tinggi, harga diri rendah, kurang memiliki kepercayaan diri, sedangkan harga diri antara tinggi dan rendah memiliki kemampuan dan keberartian yang positif.

4. Aspek-Aspek Harga Diri

Secara teoritis harga diri dapat ditandai dengan menanyakan pada diri individu yang bersangkutan seberapa jauh mereka menyenangi dirinya sendiri.

Robinson dan Shaver (1974) mengatakan bahwa dimensi-dimensi harga diri ditandai

(34)

21

dengan mengetahui seberapa jauh tanggapan individu bila ditanya tentang aspek- aspek yang berbeda dari diri mereka sendiri yaitu aspek fisik, mental, moral

masyarakat di tempat kerja, dan sebagainya.

Menurut Coopersmith (1967) aspek-aspek harga diri meliputi:

a.. Self Values. Harga diri dapat diartikan sebagai nilai-nilai pribadi individu. Lebih

lanjut dikatakan bahwa harga diri ditentukan oleh nilai-nilai pribadi, diyakini individu sebagai nilai-nilai yang sesuai dengan dirinya. Coopersmith menjelaskan bahwa setiap individu cenderung untuk selalu melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri yang bersifat negatif. Dengan kata lain individu yang memiliki harga diri tinggi merupakan individu yang mempunyai nilai-nilai pribadi yang positif dan bukan merupakan individu yang mempunyai nilai-nilai yang negatif.

b. .Leadership Popularity. Harga diri mempunyai hubungan dengan bagaimana corak

dasar individu dalam menghadapi lingkungannya. Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung mempunyai kemampuan yang dituntut dalam suatu

kepemimpinan. Hal ini disebabkan karena individu dengan harga diri tinggi mempunyai kemandirian dalam bersikap dan memiliki kepercayan yang lebih

besar sehingga mereka mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan

dalam menghadapi berbagai persoalan.

C Family Parent. Dalam membahas harga diri sangat menekankan peranan keluarga

dengan orang tua dalam pembentukan dasar harga diri pada masa kanak-kanak.

Keluarga tempat sosialisasi pertama bagi anak-anak sehingga penerimaan keluarga yang positif pada anak-anak akan memberikan dasar bagi pembentukan harga diri yang tinggi pada masa dewasa. Bagaimana cara orang tua memperlakukan anak akan sangat mempengaruhi terbentuknya harga diri.

(35)

d. Achievement Anxiety. Individu dengan harga diri tinggi cenderung memiliki

karakteristik kepribadian yang dapat diarahkan pada kemandirian sosial dan kreativitas yang tinggi. Coopersmith (1967) mengatakan bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung lebih mampu dalam mengatasi kesuhtan- kesulitan yang dihadapinya, mampu mencapai tujuan-tujuan pribadi secara realitas dan aktif dengan kata lain mereka lebih efektif dan efisien dalam menghadapi tantangan hidup. Pengalaman keberhasilan akan meningkatkan harga din. Hal ini sesuai dengan pendapat Cohen (dalam Azwar, 1997) yang mengatakan bahwa orang yang memiliki harga diri tinggi cenderung lebih percaya diri dalam hidupnya dibandingkan dengan orang yang memiliki harga diri rendah. Selain itu orang-orang yang memiliki harga diri tinggi akan menyukai dirinya, melihat serta menilai dirmya secara baik dan dapat menghadapi dunia

yang dihayatinya.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek

harga diri meliputi penilaian individu pada diri sendiri, bagaimana individu

menghadapi lingkungannya, peranan keluarganya dan kemandirian sosialnya.

C.Tingkat Pendidikan

1. Pendidikan Dasar Kehidupan

Pendidikan adalah bimbingan yang memberikan pengalaman, pengertian,

pandangan yang menyebabkan seseorang itu berkehendak. Pendidikan mempunyai

pengaruh jasmani, rohani dan sosial budaya bagi seseorang (Meichati, 1982).

Seseorang berpikir, berperasaan, berkembang dan bertindak, tidak lepas dari

pengalaman-pengalaman yang diperoleh atau dimiliki dalam menghadapi obyek di

(36)

luar dirinya (Gerungan, 1981). Seseorang yang mengalami perkembangan, akan

berkembang pula kecerdasan, kemampuan dan pengalamannya. Hal ini akan mempengaruhi cara berpikir yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku terhadap

suatu obyek.

Pendidikan, tingkat pendidikan, akan memberikan macamjenis pengalaman yang berbeda serta nilai-nilai hidup yang berbeda pula. Karena pendidikan memberikan batasan terhadap pengalaman tempat individu mempelajari pengetahuan, ketrampilan, kebebasan, nilai-nilai dan sikap dalam hidupnya (Yusup, 1986). Individu yang tinggi pendidikannya akan lebih kritis dan rasional dalam menghadapi masalah- masalah yang bermacam-macam. Dengan demikian orang yang berpendidikan tinggi akan memikirkan pula akibat-akibat yang mungkin terjadi di masa yang akan datang bagi kelangsungan hidupnya. Sebaliknya bagi yang berpendidikan rendah kurang dapat memikirkan kehidupan atau kurang selektif dalam menghadapi berbagai macam masalah yang disebabkan kurangnya pengetahuan, pengalaman, ketrampilan sehingga kurang mampu menangkap masalah-masalah yang akan timbul dalam kehidupannya.

Pengalaman dan pengetahuan sangat mempengaruhi individu untuk bertindak atau berpikir. Jadi dengan pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan pengetahuan sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk meningkatkan taraf kehidupan.

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang berlangsung terns menerus sepanjang hidupnya dan di dalam proses ini

(37)

terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan kulturalnya.

Barnadib (1977 ) mengemukakan bahwa pendidikan adalah investasi manusiawi yang komprehensif dan mempunyai kedudukan yang utama dalam perkembangan individu. Menurut Marimba (1981) pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya pribadi yang utama.

Pendidikan ini bersifat aktif, penuh tanggung jawab mempengaruhi perkembangan individu. Pendidikan bertujuan membentuk kepribadian seseorang dalam berbagai aspeknya sesuai dengan makna kebudayaan dan berbagai segi sosial lainnya, demi perkembangan kepribadian individu dan anggota masyarakat.

Pendidikan ini berlangsung seumur hidup (Barnadib 1977).

Menurut Meichati ( 1976 ) pendidikan merupakan suatu usaha mengembangkan individu, yaitu menempatkan pendidikan sebagai suatu cara pembentukan dan cara individu baik dari segi biologis maupun segi kerohaniannya.

Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik, kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang ( pasal 1 ayat 1 ).

Suardi (1980) mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar atau disengaja untuk membina kemampuan dan kepribadian yang mempunyai tiga segi pembinaan yaitu : segi pengetahuan, segi ketrampilan dan segi sikap. Lebih lanjut ditegaskan bahwa pendidikan formal bertujuan agar anak didiknya mempunyai sejumlah pengetahuan, ketrampilan tertentu dan sikap tertentu. Terlihat dalam pengertian disini pendidikan dilakukan secara sadar untuk pembinaan.

(38)

iidikan yang jei idi anggota mas

dikembangkai berguna untuk

di sini adalah ebab tingkat

:an teori-teori

tingkat yaitu jah terdiri dari ididikan tinggi

i Tingkat Pern

in adalah aki

n jalan memb budi, nurani ipilan (Tim E :nyiapan genei

n baru sehin

an yang ada.

g itu pendidik :empat pendid

25

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang bertujuan mengembangkan kebudayaan individu dan anggota masyarakat. Pendidikan juga merupakan pembentukan pengalaman yang disusun dan dilaksanakan seoptimal mungkin agar dapat mencegah adanya kelemahan dan kekurangan baik dari segi biologis maupun dari segi kerohaniannya.

Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik bagi masa

depannya.

3. Tingkat Pendidikan

Dalam dunia pendidikan terdapat bermacam-macam tingkat. Tingkat pendidikan dalam hal ini mengandung pengertian luas dari sesuatu yang tersusun atau tumpuan pada jenjang, bertaraf-taraf, bertingkat atau naik setingkat demi setingkat,

Poerwodanninto (1976).

Peraturan Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional (1989) menyebutkan tingkatan pendidikan, yaitu :

a. Pendidikan Dasar

Merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri dari 6 tahun untuk SD dan 3 tahun untuk SMP. Tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan anak didik untuk mengikuti

pendidikan menengah.

b.Pendidikan Menengah

Pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar, terdiri dari

pendidikan umum, kejuruan, luar biasa, keagamaan, dan kedinasan.

(39)

yang menunjang profesi. Menurut Undang-undang RI No. 2 tahun 1989 tentang

sistem Pendidikan Nasional Bab V Pasal 12 menyatakan bahwa tingkat pendidikan

adalah jenjang pendidikan yang meliputi pendidikan dasar, menengah, tinggi dan

pendidikan prasekolah.

Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi diasumsikan memiliki

kemampuan untuk memecahkan masalah yang tinggi serta lebih memiliki pengalaman-pengalaman untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan

(Sudarwan, 1995). Dengan demikian orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pemilihan terhadap pekerjaan. Sebaliknya seseorang yang berpendidikan rendah akan sangat sulit untuk dapat memilih pekerjaan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Menurut Berger (dalam Mirza, 1995) pendidikan menjadi satu-satunya wahana terpenting untuk berkembang dan meningkatkan status sosial.

Peluang yang lebih besar di dalam memilih lapangan pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan rendah tentunya memberikan perasaan lebih mampu dan berharga. Kondisi ini tentunya lebih meningkatkan motivasi seseorang dalam memilih pekerjaan di dalam persaingan untuk meraih peluang kerja yang ada.

E. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Motivasi Memilih Pekerjaan Coopersmith (1967) mengatakan harga diri seseorang tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dari sejumlah penghargaan, penerimaan dan perlakuan yang diperoleh dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Dalam hubungannya dengan motivasi seseorang dalam memilih pekerjaan, seseorang

(40)

28

cenderung melakukan pemilihan terhadap pekerjaan sesuai dengan kondisi yang melekat pada dirinya. Individu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi apabila tidak memiliki pekerjaan akan memiliki perasaan rendah diri yang sangat kuat. Sesuai dengan pendapat Gilmer (dalam Rasimin, 1989) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, tuntutan terhadap pekerjaan semakin komplek.

Melihat kondisi sekarang yang menunjukkan bahwa tenaga kerja semakin meningkat tetapi lapangan kerja terbatas (Kuswanto, 1994) membuat orang terpaksa

menerima kerja apa saja asal dapat bekerja dan mendapatkan nafkah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi memilih

pekerjaan dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan berupaya memenuhi kebutuhan tersebut sehingga manusia mencari aktivitas untuk mencari tujuan tersebut dan aktivitas ini mampu memberikan peran demi pencapaian status sosialnya ditinjau

dari faktor yang mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut dengan mengacu pada penilaian seseorang terhadap dirinya melalui penghargaan, penerimaan, dan perlakuan yang diperoleh dari lingkungan sekitar dimana semakin tinggi harga diri maka motivasi memilih pekerjannya semakin tinggi pula. Sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin rendah pula motivasi memilih pekerjaan.

Berdasar beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap manusia melakukan sesuatu pada dasarnya karena didorong oleh suatu motivasi tertentu.

Dengan adanya motivasi, individu akan makin terdorong untuk melakukan aktivitas yang disebut kerja. Bekerja, selain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, juga untuk memenuhi kebutuhan psikis yaitu nilai sosial dalam bentuk pengakuan, penghargaan, respek, dan kekaguman kawan-kawan terhadap pribadinya.

(41)

Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi, diasumsikan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk memecahkan masalah, dan semakin banyak pula pengalaman-pengalaman yang diperoleh. Dengan demikian orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memiliki kesempatan yang besar untuk melakukan pemilihan pekerjaan, tentunya hal ini akan memberikan perasaan lebih mampu dan berharga. Kondisi ini tentunya lebih meningkatkan motivasi seseorang dalam memilih pekerjaan didalam persaingan untuk meraih kesempatan kerja yang

ada.

F.Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah " Ada Hubungan Yang Positif Antara Harga Diri Dengan Motivasi

Memilih Pekerjaan " yang berarti bahwa semakin tinggi harga diri maka semakin

tinggi pula motivasi memilih pekerjaan.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian perlu dilakukan sebelum pengumpulan data.

Dengan melakukan identifikasi variabel penelitian maka akan dapat ditentukan alat pengumpulan data yang sesuai.

Dalam penelitian ini ada dua variabel penelitian, yaitu : 1. Variabel tergantung : Motivasi Memilih Pekerjaan 2. Variabel bebas : Harga Diri

3. Variabel kontrol : Tingkat pendidikan

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam sub bab ini akan diuraikan tentang definisi operasional penelitian yaitu merupakan batasan atau spesifikasi dari variabel-variabel penelitian secara konkrit berhubungan dengan realitas yanga akan diukur dan merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diambil dalam penelitian. Definisi operasional variabel penelitian untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran yang berbeda.

Batasan operasional dari vanabel-vanabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Motivasi memilih pekerjaan adalah dorongan dalam diri manusia yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan berupaya pada pemenuhan kebutuhan

tersebut.

30

(43)

Tingkat motivasi memilih pekerjaan pada subyek dapat ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari angket motivasi memilih pekerjaan yang disusun oleh penulis berdasar pada aspek-aspek motivasi memilih pekerjaan yaitu dorongan, pemuasan dari aspek motivasi dikaitkan dengan aspek memilih pekerjaan yaitu aktivitas, kebutuhan

ekonomi, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan sosial. Semakin tinggi skor yang

diperoleh maka semakin tinggi motivasi memilih pekerjaan dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah tingkat motivasi memilih

pekerjaan.

2. Harga diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya, dimana penilaian ini terbentuk berdasarkan penghargaan, penerimaan dan perlakuan yang diterima oleh seseorang dari interaksi yang dilakukan dengan lingkungannya.

Dalam penelitian ini harga diri tercermin dari skor yang diperoleh subyek berdasarkan hasil pengisian angket harga diri (Self Esteem Inventory) berdasar pada aspek Self Value, Leadership Popularity, Family Parent, dan Achievement Anxiety, yang disusun oleh Coopersmith pada tahun 1967. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkatan harga dirinya dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah tingkatan harga dirinya.

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang yang dicapai seseorang dalam pendidikan formal. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan dioperasionalkan sebagai variable kontrol. Data mengenai tingkat pendidikan subyek dapat diperoleh lewat pengisian identitas pada angket penelitian.

(44)

32

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

1.Populasi

Hadi (1987) menyatakan bahwa populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi oleh sejumlah oleh sejumlah penduduk

atau individu yang sedikitnya mempunyai sifat yang sama.

Dalam penelitian ini populasinya adalah warga Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang, lulusan SMA keatas, berusia maksimal 28 tahun, berstatus belum bekerja. Yang dimaksud warga masyarakat yang berstatus belum bekerja

disini, didapat dari pengisian point status pada formulir mencari KTP.

2.Sampel

Sampel adalah sebagian individu dari populasi yang dijadikan obyek

penelitian (Hadi, 1989). Hasil dan sampel penelitian ini akan dikenakan atau

digeneralisasikan pada populasi. Dalam pengambilan sampel penelitian. harus

memperhatikan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi, agar sampel bisa merupakan gambaran dari populasi yang sesungguhnya.

Dalam penelitian ini sampelnya adalah seluruh warga masyarakat yang berstatus belum bekerja, berusia maksimal 28 tahun, lulusan SMA keatas, dan bertempat tinggal di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

3.Teknik Sampling

Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel (Hadi,1989). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Quota Purposive Insidental Non Random Sampling. Digunakan teknik ini karena jumlah ditetapkan sebelum data dikumpulkan, dengan ciri belum bekerja tetap, lulusan SMA

(45)

keatas, berusia maksimal 28 tahun, tinggal di Kecamatan Grabag dan penyebaran angket dari rumah ke rumah.

Non Random adalah pengambilan sampel dimana tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel (Hadi, 1989).Alasan peneliti menggunakan non random, karena dalam penyebaran angket penelitian dari rumah ke rumah.

D. Metode dan Alat Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode angket. Angket merupakan suatu daftar pertanyaan mengenai suatu hal yang diberikan kepada sejumlah subyek dan berdasar jawabannya peneliti mengambil

kesimpulan mengenai subyek yang diteliti (Suryabrata,1989).

Penelitian ini menggunakan angket langsung, artinya angket tersebut secara langsung diberikan kepada individu yang ingin dimintai pendapat atau keyakinarmya untuk menceritakan keadaan dirinya (Hadi,1986). Bentuk angket ini adalah tertutup karena individu yang dijadikan subyek penelitian diharuskan untuk memilih jawaban yang telah disediakan (Suryabrata,1989).

Penggunaan angket ini didasari beberapa anggapan yang oleh Hadi (1986) disebut sebagai berikut:

1. Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subyek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

(46)

34

Menurut Suryabrata (1989) terdapat beberapa keuntungan dalam metode angket yaitu :

1. Biaya relatif murah

2. Waktu untuk mendapatkan data relatif singkat, sehingga sedikit waktu akan memperoleh data yang banyak.

3. Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai laporan yang sedang

diselidiki.

4. Dapat dilakukan sekaligus terhadap subyek penelitian yang berjumlah besar.

Disamping beberapa keuntungan, metode angket juga mempunyai beberapa kelemahan (Walgito,1986) yaitu :

1. Oleh karena menghemat waktu, maka peneliti tidak dapat mendampingi subyek ketika mengisi angket, oleh karenanya bila ada hal-hal yang kurang jelas, keterangan lebih lanjut sulit diperoleh.

2. Dalam angket, pertanyaan-pertanyaan telah disusun sedemikian rupa sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat diubah sesuai dengan situasi subyek.

3. Biasanya angket yang dikeluarkan tidak semua kembali.

4. Kesalahan dalam pelaksanaan (misalkan sugestif), kurang terangnya pertanyaan- pertanyaan tersebut dapat menyebabkan kurang validnya data yang diperoleh.

Mengingat pada metode angket terdapat beberapa kelemahan, maka untuk memperkecil segi kelemahan tersebut ditempuh jalan sebagai berikut:

1. Mengatasi kelemahan pertama, yang perlu diperhatikan adalah dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan yang baik, hendaknya bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti dengan jelas oleh subyek serta menghindari hal-hal yang kurang perlu sehingga tidak terjadi kekaburan makna.

(47)

2. Mengatasi kelemahan kedua, maka diusahakan membuat pertanyaan-pertanyaan yang berlaku untuk semua responden.

3. Mengatasi kelemahan ketiga, maka jumlah angket yang disebar harus melebihi

jumlah data yang diperlukan.

4. Mengatasi kelemahan keempat, perlu diperhatikan pada saat penelitian, peneliti

harus menghindari kata-kata yang bersifat sugestif dalam memberi penjelasan kepada responden, demikian pula dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

sugestif harus dihindari.

Adapun angket yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai

berikut:

1. Angket Motivasi Memilih Pekerjaan

Metode angket motivasi memilih pekerjaan ini disusun berdasarkan keterkaitan antara aspek motivasi dan aspek kerja, dan dijadikan sebagai aspek dari motivasi memilih pekerjaan.

Dibawah ini merupakan aspek motivasi dan indikatornya :

a. Aspek dorongan, yaitu bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dorongan yang ada diri subyek untuk mencapai tujuannya.

b. Aspek pemuasan yaitu bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan dan pemuasan yang dilakukan oleh subyek terhadap kebutuhan yang dimilikinya.

Dibawah ini merupakan aspek kerja dan indikatornya :

a. Aspek aktivitas yaitu bertujuan untuk mengetahui aktivitas subyek untuk mencapai tujuannya dan yang dimaksud dengan aktivitas disini adalah yang berhubungan dengan pekerjaan.

(48)

36

b. Angket kebutuhan ekonomi, yaitu bertujuan untuk mengetahui kebutuhan hidup subyek yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya.

c. Aspek kebutuhan psikologis, yaitu bertujuan untuk mengetahui kebutuhan psikis subyek yang berhubungan dengan kerja, yaitu seberapa besar kerja yang ditekuninya mampu memberikan peran demi pencapaian status ekonominya.

d. Aspek kebutuhan sosial, yaitu bertujuan untuk mengetahui kebutuhan subyek untuk saling membagi perasaan dan membina hubungan interpersonal.

Aitem-aitem dari angket motivasi memilih pekerjaan berbentuk pertanyaan positif {Favorable) dan pertanyaan yang negatif {Unfavorable). Sistem penilaian untuk setiap pertanyaan yang bersifatfavorable adalah Sangat Tidak Setuju (STS), = 1, Tidak setuju (TS) = 2, Setuju (S) = 3, Sangat Setuju (SS) = 4. Untuk penilaian jawaban yang bersifat unfavorable adalah sebaliknya : SangatTidak setuju (STS) = 4, Tidak Setuju (TS) = 3, Setuju (S) = 2, dan Sangat Setuju (SS) = 1.

2. Angket Harga Diri

Pengguanaan angket SEI ( Self Esteem Inventory) secara langsung adalah

tidak mungkin, sebab SEI yang asli dari Coopersmith menggunakan bahasa Inggris.

Angket SEI yang digunakan dalam penelitian ini harus diteijemahkan dalam bahasa

Indonesia. Aspek-aspek yang terdapat pada angket SEI menurut Coopersmith adalah Self Value, Leader Popularity, Family Parent, dan Achievement Anxiety. Keempat

macam aspek tersebut di atas, akan diukur dengan menggunakan angket SEI yang disusun oleh Coopersmith pada tahun 1967 (dalam Winastuti, Skripsi 1997).

Pengukuran angket ini akan mengacu pada skala sikap yeng menggunakan

respon subyek sebagai dasar penentuan nilai skalanya dan nilai skala setiap

(49)

pertanyaan ditentukan oleh distribusi jawaban setuju atau tidak setuju dari kelompok yang hendak diukur sikapnya (Anzwar, 1995).

Subyek didalam menjawab pertanyaan sikap tersebut diminta menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pertanyaan dalam empat macam kategori jawaban yaitu sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Sistem skoring angket ini bergerak dari 1 sampai 4 untuk pertanyaan yang tergolong favorable, : subyek memperoleh skor 4 jika menjawab (SS), skor 3 jika

menjawab (S), skor 2 jiaka menjawab (TS), dan skor 1jika menjawab (STS).

Sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat unfavorable : subyek akan memperoleh skor 1 jika menjawab (SS), skor 2 jika menjawab (S), skor 3 jika

menjawab menjawab (TS), dan skor 4 jikamenjawab (STS).

Tabel 1

Rancangan Angket Motivasi Memilih Pekerjaan Aspek memilih pek.

Aspek motivasi

Aktivita

s

Kebuth.

Ekonomi

Kebuth.

Psikologis

Kebuth.

sosial

jumlah

Dorongan F UF F UF F UF F UF 30

4 4 4 3 4 5 3 3

Pemuasan 4 4 4 4 4 3 4 3 30

Jumlah 8 8 8 7 8 8 7 6 60

F : l;avorable

UF : Unfavorable

Gambar

Tabel I Rancangan Angket Motivasi Memilih Pekerajaan 37
TABEL RANGKUMAN ANALISIS REGRESI
TABEL KATEGORI SKOR VARIABEL KATEGORI
TABEL KATEGORI SKOR VARIABEL

Referensi

Dokumen terkait

101 Berdasarkan hasil penelitian ini maka bagi para dosen pengampu mata kuliah yang mempunyai karakter sejenis dengan Matematika Lanjut dapat mencoba

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Keselamatan pasien rumah sakit adalah sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pelayanan kesehatan pasien lebih aman dan diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang

Umur pengamatan 3 MST rata-rata jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan media arang sekam dan nutrisi goodplant (M2N2) sebesar 16,22 helai, tidak berbeda nyata dengan

the writer tried to carry out a research in teaching reading using a method, which is called Cooperative Learning type Two Stay Two Stray (TSTS).. TSTS is

Banyak yang menilai, bahwa huruf hangeul itu adalah huruf rendahan, huruf anak kecil atau huruf kampungan.. Tetapi pada masa pendudukan Jepang justru huruf hangeul

Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlikalisasi, ileus,

Sebagian besar analisis yang tampil dalam edisi Jurnal Yudisial ini memang berada dalam ranah hukum publik, seperti kasus pidana terkait hak beragama dan berkeyakinan bagi