• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA/ BURUH DI TINJAU DARI ASPEK HUKUM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA CITRA INDAH LESTARI SIMANGUNGSONG 1,2,3,4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA/ BURUH DI TINJAU DARI ASPEK HUKUM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA CITRA INDAH LESTARI SIMANGUNGSONG 1,2,3,4"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

295

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA/ BURUH DI TINJAU DARI ASPEK HUKUM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

1PINE MARBUN, 2LULUSOKHI MANAO, 3YUSUF ELIM BARTA HARIANJA,

4CITRA INDAH LESTARI SIMANGUNGSONG

1,2,3,4UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN

1Pine.tpegroup@gmail.com, 2Lulusokhi@gmail.com, 3yusufelimbartaharianja@gmail.com

ABSTRACT

The main objective of BPJS Ketenagakerjaan is certainly to provide social security and protection for workers throughout Indonesia. Through its various programs, BPJS Ketenagakerjaan strives to provide certainty of protection and social welfare for all Indonesians. The impact of employer non-compliance is very detrimental to workers, as happened in the mancis factory fire in 2019 in Langkat Binjai, Provinisi North Sumatra. Out of a total of 103 employees, only 27 were registered with BPJS Ketenagakerjaan. As a result of the fire incident, it is not known that the employee died but only 3 people are registered as participants of BPJS Ketenagakerjaan. The crash of a private airline in November 2018 that killed all cabin crew and passengers, it is known that the pilot and flight attendant who died were registered with BPJS Ketenagakerjaan with lower wages. This has an impact on work accident compensation that is given less than the value it should be. In fact, there are still employers who have not complied, participated in bpjs employment only part of the program, not all workers are registered or reporting lower wages than they actually are. Few employers think of social security as just a financial burden. The impact of employer non-compliance is very detrimental to workers, as happened in the mancis factory fire in 2019 in Langkat Binjai, Provinisi North Sumatra. Out of a total of 103 employees, only 27 were registered with BPJS Ketenagakerjaan.

Keywords : Labor, Social Security PENDAHULUAN

Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi : Pemberi Kerja; Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang bukan menerima Upah, contoh Tukang Ojek, Supir Angkot, Pedagang Keliling, Dokter, Pengacara/Advokat, Artis, dan lain-lain. Tujuan utama dari BPJS Ketenakerjaan tentunya adalah memberikan jaminan dan perlindungan sosial bagi pekerja di seluruh Indonesia.

Melalui berbagai programnya, BPJS Ketenagakerjaan berusaha memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dampak dari ketidakpatuhan pemberi kerja sangat merugikan pekerja, seperti yang terjadi pada kebakaran pabrik mancis pada 2019 silam di Langkat Binjai,Provinisi Sumatera Utara. Dari total 103 karyawan, hanya 27 orang yang didaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan. Akibat dari insiden kebakaran, tidak diketahui karyawan meninggal dunia tapi hanya 3 orang yang terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kecelakaan maskapai penerbangan swasta pada November 2018 yang menewaskan seluruh awak kabin dan penumpangnya, diketahui ternyata pilot dan pramugari yang tewas didaftarkan BPJS Ketenagakerjaan dengan upah lebih rendah. Hal tersebut berdampak pada santunan kecelakaan kerja yang diberikan lebih kecil dari nilai seharusnya. Hal yang sama terjadi pada kejadian penembakan sejumlah pekerja proyek pembangunan jembatan di Papua, yang ternyata tidak terdaftar pada BPJS Ketenagakerjaan. Dan begitu banyak kecurangan yang telah di lakukan para pemberi kerja yang sangat merugikan nyawa dan masa depan pekerja. Dan beberapa kecurangan buruh kasar pabrik yang tidak mendapatkan Jaminan Sosial yang seharusnya menjadi hak mereka. Dalam hal ini siapa kah yang seharusnya di salahkan? Pengusaha kah? Pemerintah kah?

Atau buruh kah? Penulisan skripsi ini dilakukan untuk membuka mata beberapa instansi yang merasa belum memberikan

(2)

296

kewajiban mereka sebagai penyedia pekerjaan untuk adil dalam menjalankan usaha dan menerapkan gaji yang sesuai UMR di daerah masing masing, guna nya adalah untuk mensejahterakan bersama, dengan turut membantu pemerintah dalam menjalankan penegakan jaminan sosial tenaga kerja, agar setiap pekerja yang menjadi tulang punggung dan kepala keluarga dapat menghidupi anggota keluarga dan dapat bekerja dengan perlindungan dari Jaminan sosial. Dengan adanya jaminan dan perlindungan sosial, tentunya para pekerja juga akan lebih merasa „aman‟ dan tidak perlu khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Resiko yang mungkin terjadi saat bekerja seperti sakit, pemutusan hubungan kerja, kecelakaan kerja, pensiun, hingga kematian bisa menjadi lebih ringan jika kita mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dengan demikian, itu berarti bahwa apa yang di manatkan dalam UU No 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja saat ini di Indonesia belum sepenuhnya berjalan sebagaimana mesti nya. Hanya saja yang menjadi pemikiran adalah bagaimana dengan tenaga kerja laki-laki maupun perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tenaga , karena dalam UU belum ada pengaturan yang menjelaskan tentang jaminan untuk pembantu rumah tangga. Sanksi Apa yang Akan Di Kenakan Apabila Ketentuan UU No 3 Tahun 1992 Tidak di Jalankan Pengusaha, antara lain :

1. Pengusaha tidak memberikan jaminan kecelakaan kerja sebagaiana dimaksud dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No PER-04/MEN/1993 tentang jaminan kecelakaan kerja dalam hal pengusaha belum wajib ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja dan pengusaha tidak melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa pekerjanya.

2. pengusaha yang tidak membayar upah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja, yang masih belum mampu bekerja, sampai penetapan akibat kecelakaan kerja yang diterima atau di alami semua pihak.

Sanksi berupa berupa kurungan selama-lamanya enam bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000 juga menetapkan sanksi administratif, ganti rugi dan denda.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

Uang Pesangon Berdasarkan Pasal 156 Ayat 2 UU Nomor 13 Tahun 2003

Apabila perusahaan tidak bayar pesangon karyawan karena alasan atas dasar Peraturan Perusahaan, hal itu tidak dapat dibenarkan menurut hukum. Pasal 111 Ayat (2) Undang-undang Ketenagakerjaan telah menjelaskan bahwa ketentuan dalam Peraturan Perusahaan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah kualitas atau kuantitasnya dari peraturan perundang-undangan. Apabila ternyata bertentangan, maka yang berlaku adalah ketentuan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan Pasal 111 Ayat (2) Undang-undang Ketenagakerjaan. Dengan kata lain, Peraturan Perusahaan yang bertentangan dengan Undang-undang dianggap batal demi hukum. Sehingga yang berlaku adalah ketentuan yang ada di dalam Undang-undang. Jadi, pihak perusahaan wajib membayarkan uang pesangon kepada karyawan sebagai akibat PHK. Meskipun Peraturan Perusahaan memiliki ketentuan yang berbeda. Apabila perusahaan tidak bayar pesangon kepada karyawan, atau ada komponen- komponen dari uang pesangon yang tidak diterimakan kepada karyawan, maka perusahaan dapat dilaporkan ke pihak yang berwenang. Karena uang pesangon karyawan menjadi hak karyawan yang dilindungi dan dijamin oleh Undang-undang.

Karyawan merupakan salah satu asset yang paling berharga bagi perusahaan.

Uang Penggantian Hak Yang Seharusnya Diterima Berdasarkan Pasal 156 UU No 13 Tahun 2003 Uang penggantian hak yang seharusnya diterima berdasarkan pasal 156 UU No.13/2003 :

a) Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;

b) Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja c) Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon dan atau uang

penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat

d) Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusanaan atau perjanjian kerja bersama.

(3)

297

Apabila perusahaan tidak bayar pesangon karyawan karena alasan atas dasar Peraturan Perusahaan, hal itu tidak dapat dibenarkan menurut hukum. Pasal 111 Ayat (2) Undang-undang Ketenagakerjaan telah menjelaskan bahwa ketentuan dalam Peraturan Perusahaan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah kualitas atau kuantitasnya dari peraturan perundang-undangan.

METODE PENELITIAN

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis Normatif, yakni peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan UU Tenaga kerja dan UU Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial kemudian dianalisis dan diklasifikasi data-datanya dari hasil pengumpulan data lalu di interpretasikan sehingga menjadi suatu gambaran terhadap masalah yang dihadapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlindungan menurut ketentuan Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban menentukan bahwa perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang. Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa keadilan dan hukum harus ditegakkan berdasarkan Hukum Positif untuk menegakkan keadilan dalam hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya masyarakat yang aman dan damai. Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, penegakkan hukum harus memperhatikan 4 unsur :

a. Kepastian hukum (Rechtssicherkeit) b. Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit) c. Keadilan hukum (Gerechtigkeit) d. Jaminan hukum (Doelmatigkeit).

Penegakan hukum dan keadilan harus menggunakan jalur pemikiran yang tepat dengan alat bukti dan barang bukti untuk merealisasikan keadilan hukum dan isi hukum harus ditentukan oleh keyakinan etis, adil tidaknya suatu perkara. Persoalan hukum menjadi nyata jika para perangkat hukum melaksanakan dengan baik serta memenuhi, menepati aturan yang telah dilakukan sehingga tidak terjadi penyelewengan aturan dan hukum yang telah dilakukan secara sistematis, artinya menggunakan kodifi. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadahak asasi manusia di bidang hukum.

Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep Negara Hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. Sarana perlindungan hukum ada dua bentuk, yaitu sarana perlindungan hukum preventif dan represif Jaminan sosial terdiri dari asuransi sosial, bantuan sosial, tunjangan keluarga, provident funds, dan skema yang diselenggarakan oleh employer seperti kompensasi dan program komplimenter lainnya. Jaminan sosial juga berfungsi sebagai perlindungan bagi individual dalam menghadapi kondisi kehidupan yang semakin memburuk yang tidak dapat ditanggulangi oleh mereka sendiri. Adapun bentuk jaminan sosial yang sudah diselenggarakan adalah asuransi sosial yang mencakup

a. Asuransi kesehatan (Askes dan Asabri) b. Asuransi kesejahteraan sosial (Askesos) c. Tabungan pensiun (Taspen)

d. Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek)

e. Kebijakan ketenagakerjaan seperti cuti hamil, cuti haid, tunjangan sakit/kecelakaan yang dibayarkan oleh perusahaan, dll.

Pelaksanaan sistem jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia secara umum meliputi penyelengaraan program-program Jamsostek, Taspen, Askes, dan Asabri. Penyelengaraan program Jamsostek didasarkan pada UU No 3 Tahun 1992,

(4)

298

program Taspen didasarkan pada PP No 25 Tahun 1981, program Askes didasarkan pada PP No 69 Tahun 1991, program Asabri didasarkan pada PP No 67 Tahun 1991, sedangkan program Pensiun didasarkan pada UU No 6 Tahun 1966.

Penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia berbasis kepesertaan, yang dapat dibedakan atas kepesertaan pekerja sektor swasta, pegawai negeri sipil (PNS),dan anggota TNI/Polri. Jika mengikuti kutipan “Setiap pekerja, sebagai anggota masyarakat, berhak atas jaminan sosial” merupakan salah satu bentuk hak asasi manusia dalam Universal Declaration of Human Rights, Paris 1948. Demikian juga UUD 1945, mengamanatkan negara untuk mengembangkan sistem jaminan sosial dan setiap orang berhak atas jaminan sosial. Jaminan sosial bagi pekerja diselenggarakan dalam rangka memberikan perlindungan manakala terjadi risiko sakit, kecelakaan kerja, kematian, berkurangnya penghasilan di hari tua ataupun saat memasuki usia pensiun. Faktanya masih ada pemberi kerja yang belum mematuhi, ikut BPJS Ketenagakerjaan hanya sebagian program saja, tidak semua pekerja didaftarkan atau pelaporan upah lebih rendah dari sebenarnya. Tidak sedikit pemberi kerja yang beranggapan jaminan sosial hanya sebagai beban finansial. Dampak dari ketidakpatuhan pemberi kerja sangat merugikan pekerja, seperti yang terjadi pada kebakaran pabrik mancis pada 2019 silam di Langkat Binjai,Provinisi Sumatera Utara. Dari total 103 karyawan, hanya 27 orang yang didaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan. Akibat dari insiden kebakaran, tidak diketahui karyawan meninggal dunia tapi hanya 3 orang yang terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kecelakaan maskapai penerbangan swasta pada November 2018 yang menewaskan seluruh awak kabin dan penumpangnya, diketahui ternyata pilot dan pramugari yang tewas didaftarkan BPJS Ketenagakerjaan dengan upah lebih rendah. Hal tersebut berdampak pada santunan kecelakaan kerja yang diberikan lebih kecil dari nilai seharusnya.

Hal yang sama terjadi pada kejadian penembakan sejumlah pekerja proyek pembangunan jembatan di Papua, yang ternyata tidak terdaftar pada BPJS Ketenagakerjaan. Dan begitu banyak kecurangan yang telah di lakukan para pemberi kerja yang sangat merugikan nyawa dan masa depan pekerja. Dan beberapa kecurangan buruh kasar pabrik yang tidak mendapatkan Jaminan Sosial yang seharusnya menjadi hak mereka. Dalam hal ini siapa kah yang seharusnya di salahkan? Pengusaha kah, Pemerintah kah Atau buruh kah. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk membuka mata beberapa instansi yang merasa belum memberikan kewajiban mereka sebagai penyedia pekerjaan untuk adil dalam menjalankan usaha dan menerapkan gaji yang sesuai UMR di daerah masing masing, guna nya adalah untuk mensejahterakan bersama, dengan turut membantu pemerintah dalam menjalankan penegakan jaminan sosial tenaga kerja, agar setiap pekerja yang menjadi tulang punggung dan kepala keluarga dapat menghidupi anggota keluarga dan dapat bekerja dengan perlindungan dari Jaminan sosial.

Ketentuan Perjanjian Kerja dalam UU No 13 Tahun 2003 merupakan Bagian penting dalam ketenagakerjaan yang banyak mendapat sorotan adalah hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Hubungan kerja ini termasuk sebagai Perjanjian. Sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata yang berbunyi “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.”

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata terdapat syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang sah adalah : 1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu pokok persoalan tertentu

4. Suatu sebab yang tidak dilarang 5. Hubungan kerja

Dari ketentuan pasal tersebut terlihat jelas bahwa perjanjian kerja yang dilakukan antara pekerja/buruh dengan pengusaha semuanya tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Namun dengan batasan-batasan yang disebutkan dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perjanjian kerja yang dilakukan harus menunjukkan adanya kejelasan atas pekerjaan antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati dan ketentuan yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 maka terdapat unsur dari hubungan kerja yaitu :

1. Adanya unsur service (pelayanan) 2. Adanya unsur time (waktu) 3. Adanya unsur pay (upah)

Masyarakat pada umumnya tahu bahwa tidak boleh adanya pemberlakuan tidak adil (diskriminasi) antara sesama pekerja atau antara pekerja dengan pengusaha. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh

(5)

299

pekerjaan.” dan Pasal 6 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.”

KESIMPULAN

1.

BPJS Ketenagakerjaan berusaha untuk memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.

2.

BPJS Ketenagakerjaan memberikan jaminan sosial dan perlindungan bagi pekerja di seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ediwarman, 2012, Monograf Metodologi Penelitian Hukum (Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi, Medan.

Ibrahim, Johnny, 2017, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang.

Suratman, dkk., 2018, Metode Penelitian Hukum dilengkapi tata cara dan contoh penulisan karya ilmiah bidang hukum, Penerbit Alfabeta Bandung, Bandung.

Fuadi, Munir, 2002, Perbuatan Melawan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Hamzah, Andi Hukum Acara Pidana Indonesia, CV Sapta Arta jaya, Jakarta, 1996.

Martono, K, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, Mandar Maju, Bandung, 1995.

Martiman Prodjohamidjojo, “Memahami Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia”, Pradnya Paramita, Jakarta : 1997).

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP : Penyidikan dan Penuntutan , Sinar Grafika , Jakarta ; 2003.

Prakoso, Djoko, Tindak Pidana Penerbangan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.

Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor : 1994.

Satjipto Raharjo, Hukum Dalam Perspektif Sosial, PT. Alumni, Bandung : 1981.

MA. Moegni Djojodirjo, 1982, Perbuatan Melawan Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1992, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta.

Rahardjo, Satjipto, Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Banyak perempuan tertarik bekerja ke luar negeri (Siti Nurjannah 2008)dengan persepsi sebagai berikut: 1) Memberikan harapan untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah

Dengan demikian peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik Semester 1 Kelas VIIA MTs Uswatun

Jumlah cabang merupakan karakter yang sangat mempengaruhi produksi kedelai.Semakin banyak jumlah cabang diketahui semakin tinggi pula produksi.Pada penelitian ini

Jadwal waktu pelaksanaan atau rencana pelaksanaan pekerjaan  berdasarkan waktu untuk megatur pelaksanaan agar dapat diselesaikan sesuai.. dengan kegiatan yang

Apabila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya terhadap bangunan berpengondisi udara di Surabaya (Hariyanto 2008; Pusat Litbang Permukiman, 2011), suhu netral ruang

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke Kota karena

3. UKOM terdiri dari ujian utama dan ujian susulan. Peserta didik yang tidak dapat mengikuti ujian utama, dengan alasan sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan uji akurasi data UAV foto udara di kawasan pesisir, Pantai Pelangi, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten