• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak setiap warga negara untuk dimiliki. DalamUndang-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak setiap warga negara untuk dimiliki. DalamUndang-"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak setiap warga negara untuk dimiliki. DalamUndang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan di Indonesia dapat berupa pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal.Pendidikan formal ialah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Sedangkan pendidikan non formal ialah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.Lain halnya dengan pendidikan informal yakni jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Perkembangan pendidikan di Indonesia dapat dikatakan lebih baik dari pendidikan di masa-masa sebelum kemerdekaan. Segala hal yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia pun telah diatur secara yuridis dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, sehingga segala hal mengenai dunia pendidikan di Indonesia tidak tabu lagi karena telah diatur dalam hukum.

(2)

Setiap manusia yang memiliki pendidikan dapat dikatakan mampu untuk menghasilkan suatu karya tulis, baik itu karya tulis ilmiah ataupun non ilmiah.Kemampuan menulis suatu karya ilmiah berasal dari akal pikiran manusia yang demikian, hal tersebut dapat dilakukan oleh mahasiswa maupun dosen di perguruan tinggi.1Kemampuan tersebut dapat diperoleh dan dilakukan di pendidikan formal jenjang pendidikan tinggi seperti universitas.

Pada dasarnya penulisan karya ilmiah ialah sebagai media guna menyampaikan pikiran, ide, dan gagasan secara tertulis untuk dapat dipahami, diuji, dan ditanggapi sebagai informasi yang penting.Penulisan karya ilmiah identik dengan dunia akademik karena pemikiran tersebut bersumber pada pemikiran para akademisi yang harus dilindungi secara legal dan moral.

Di era globalisasi perkembangan teknologi informasi mengalami kemajuan yang pesat.Hal tersebut memiliki peranan dalam publikasi karya ilmiah.

Mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studinya akan memperoleh gelar sesuai dengan bidang studi yang diambil, namun sebelum itu mahasiswa diwajibkan membuat suatu karya ilmiah berdasarkan penelitian yang dilakukan yang kemudian dipublikasikan melalui media informasi yang dapat diakses seperti internet.

Menerbitkan karya ilmiah melalui website tidak hanya memberikan kemudahan bagi masyarakat khususnya mahasiswa untuk melakukan penjiplakan atau tindakan plagiarisme, namun juga memudahkan melakukan perbandingan untuk menemukan apakah terjadi tindakan plagiat dalam suatu karya

1Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Alumni, Bandung, 2014, hlm 253

(3)

ilmiah.2Dalam hal ini pihak universitas memiliki tanggung jawab untuk mencegah pencurian atau tindakan plagiat.Pendidikan tinggi juga harus melindungi karya penelitian mahasiswa dan dosen dari pelanggaran hak milik kekayaan intelektual, terutama hak cipta.

Tindakan plagiat maupun plagiarisme merupakan perilaku tidak terpuji.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi Pasal 1 disebutkan bahwa plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.

Dalam Undang-UndangNomor 17 Tahun 2010 Pasal 2 Ayat 1 juga disebutkan kriteria terjadinya plagiat yakni, mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dan suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan, kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dan suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa

2Huller Gabe Dimpos Sinaga, Perlindungan Hukum Atas Karya Ilmiah Dari Tindakan Plagiat Menurut Peraturan Perundang-undangan Yang Berlaku, USU Law Jurnal, Vol.5 No.3, 2017,dalamhttps://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://download.garuda.rist ekdikti.go.id/article.phbp%3Farticle%3Dperlindungan%2hukum%2atas%2karya%2ilmiah52dari%

2tindakan%2plagiat%2menurut%2peraturan%2perundang%2undangan%2yang%2berlaku7hTz3l Wr

(4)

menyatakan sumber secara memadai; merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dan sumber kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyebutkan sumber secara memadai; dan menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.

Berdasarkan pengamatan di lingkungan pendidikan tinggi, dapat dikatakan kriteria bentuk plagiat/penjiplakan yang sering kali dilakukan oleh mahasiswa adalah plagiarisme sumber, yang mana mahasiswa mengutip tanpa menyertakan referensi/sumber atas apa yang dikutip dalam karya tulisnya. Tindakan tersebut secara sengaja maupun tidak sengaja tentu merugikan kepentingan penulis asli dan pihak-pihak terkait.Oleh karenanya perlindungan atas hak cipta memiliki peranan penting.

Pentingnya melindungi ide akademis seperti karya ilmiah berkaitan erat dengan hak moralitas, yang mana keaslian dari karya orang lain tidak boleh dimanipulasi keasliannya, karena setiap karya seseorang seperti karya ilmiah harus mendapat rasa hormat dan perlindungan.3Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang mana disebutkan dalam Pasal 1 bahwa hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Sejalan dengan pedapat Zulfa Aulia, hak cipta merupakan

3Kurnisar, Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme di Perguruan Tinggi, Jurnal Bhineka Tunggal Ika, Vol.3 No.2, Universitas Sriwijaya, 2016, dalam https://ejournal.unsri.ac.id/index.php./jbti/article/view/4591, diakses 2 Februari 2021

(5)

hak pencipta untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya dalam bentuk karya.Dalam hukum hak cipta, seseorang yang telah menghasilkan suatu karya memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaanyaan, dengan demikian hanya pemilik karya tersebutlah yang berhak dan karenanya dapat menggunakan karya tersebut, itulah yang disebut hak eksklusif. Adanya hak eksklusif maka penggunaan karya oleh pihak lain menjadi tertutup, terkecuali dalam kepentingan pendidikan, penelitian, dan tidak komersil. Sedangkan dalam wilayah komersial diperbolehkan setelah mendapat izin dari pemilik karya tersebut.4

Perlindungan terhadap hak cipta memiliki fungsi untuk melindungi hak seorang pencipta terhadap hasil ciptaanya.Hak cipta tentunya melindungi potensi seorang pencipta karena eksistensi terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menghasilkan suatu karya cipta.Pada dasarnya perlindungan hak cipta dimaksudkan guna mewujudkan iklim yang jauh lebih baik bagi dunia mencipta.Perlindungan hak cipta pun secara eksplisit ditetapkan dalam Pasal 27 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia yang mana disebutkan “Setiap orang mempunyai hak sebagai pencipta untuk mendapat perlindungan atas kepentingan- kepentingan moral dan materiel yang merupakan hasil dari ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra”.5Selain itu, dalam Pasal 40 Ayat 1 juga

4Nur Shoib, Hak Cipta dalam Pandangan Kiai Pesantren: Respons dan Pendapat Tentang Hak Eksklusif dalam Penggunaan Ciptaan, Undang: Jurnal Hukum, Vol. 2 No. 2, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementrian Agama Republik Indonesia, 2019, dalam https://ujh.unja.ac.id./index.php/home/article/view/99/28, diakses 1 Maret 2021

5Hanafi Amrani, Urgensi Perubahan Delik Biasa Menjadi Delik Aduan dan Relevansinya Terhadap Perlindungan dan Penegakan Hak Cipta, Undang: Jurnal Hukum, Vo. 1 No. 2, Universitas Islam Indonesia, 2018, dalam https://ujh.unja.ac.id/index.php/home/article/view/54/16, diakses 1 Maret 2021

(6)

ditegaskan bahwa ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang terdiri atas buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya, dan seterusnya.

Pada tahun 2018 kasus yang pernah terjadi di Indonesia mengenai tindakan plagiarisme cukup memprihatinkan, bagaimana tidak pelaku yang mendapat dugaan plagiat adalah akademisi yang berprofesi sebagai dosen dan bahkan guru besar.Rektor Universitas Negeri Semarang Fathur Rokhman dituding melakukan tindakan plagiat setelah diduga menjiplak karya ilmiah mahasiswanya yang dikirimnya ke jurnal Bahasa, disertasi tersebut diduga plagiat untuk meraih gelar doktor linguistik di Universitas Gadjah Mada.Pada tanggal 23 Oktober 2018 surat pengaduan datang ke UGM yang mana dijelaskan bahwa disertasi Fathur Rokhman yang berjudul “Pemilihan Bahasa Dalam Masyarakat Dwibahasa:

Kajian Sosiolinguistik di Banyumas” tahun 2003 diduga hasil plagiat. Fathur Rokhman diduga menjiplak skripsi mahasiswanya yang bernama Ristin Setiyani yang berjudul “Pilihan Ragam Bahasa Dalam Wacana Laras Agama Islam di Pondok Pesantren Islam Salafi Al-Falah Mangunsari Banyumas”.Bukan hanya itu saja, Fathur Rokhman juga dituding melakukan plagiat pada skripsi mahasiswanya yang lain yakni Nefi Yustiani yang berjudul “Kode dan Alih Kode Dalam Pranatacara Pernikahan di Banyumas”.Akan tetapi kasus itu tidak ditindaklanjuti secara serius.6

6Irwan Syambudi, Dugaan Plagiat Disertasi Rektor Unnes di UGM, dalamhttp://tirto.id/dugaan-plagiat-disertasi-rektor-unnes-di-ugm-efYy, diakses 7 Februari 2021.

(7)

Kasus plagiat lainnya juga terjadi di tanah air yang mana dalam hal ini pelaku tindakan plagiat adalah dosen bahkan rektor sebuah universitas.Pertama, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada atas nama Anggito Abimayu pada Februari 2014. Akibat dari tindakan plagiat tersebut Anggito Abimayu melakukan pengunduran diri dari UGM.Kedua, dosen Jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Parahyangan yakni Profesor Anak Agung Perwira pada November 2009. Akibat dari tindakan plagiat tersebut Banyu Perwira mengundurkan diri dari jabatannya di UNPAR. Ketiga, alumnus Program Doktoral Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung yakni Mochammad Zuliansyah pada September 2008.Akibat dari tindakan plagiat tersebutMochammad Zuliansyah mendapat konsekuensi berupa tidak berlakunya disertasi dan ijazah program doktoral miliknya.Keempat, rektor Universitas Kristen Maranatha Bandung, yakni Felix Kasim pada Mei 2011.7

Tindakan plagiat yang di lakukan di universitas tentunya menjadi hal yang memprihatinkan, terlebih jika pelakunya adalah para akademisi yang memiliki profesi sebagai dosen bahkan sebagai guru besar. Kasus plagiat yang ditemui dalam skripsi, disertasi, maupun karya ilmiah lainnya dapat dikatakan hanya sedikit yang terbuka di media massa. Bahkan kasus plagiat seperti yang telah diuraikan sebelumnya hanya mendapat sanksi administratif seperti teguran, pencabutan ijazah, dan pemberhentian dari jabatan.Padahal tindakan plagiarisme telah melanggar aturan perundang-undangan yang berlaku, yang mana tindakan tersebut harus mendapat sanksi yang lebih tegas seperti sanksi pidana guna

7Pranamya Dewati, 4 Akademisi Tanah Air yang Terjerat Kasus Plagiarisme, dalam https://m.kumparan.com/kumparannews/4-akademisi-tanah-air-yang-terjerat-kasus-

plagiarisme/full,diakses 7 Februari 2021.

(8)

memberikan efek jera terhadap pelaku plagiat. Hal ini sejalan dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 70 yang menegaskan bahwa “Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)”.Akan tepapi, yang ditemui di lapangan pelaku yang melakukan tindakan plagiarisme hanya diberikan sanksi administratif.

Berkaitan dengan hal tersebut, sejalan dengan Rastra Prasetyo, yang mana disebutkan bahwa pidana denda juga diusahakan semaksimal mungkin sehingga menjadi prioritas utama sebelum beranjak ke pidana penjara, pidana denda juga memiliki keuntungan yaitu pidana denda bisa menghindari biaya sosial yang digunakan untuk pemeliharaan penjara, menghindari penahanan pihak yang tidak perlu, dan mengurangi manusia yang tidak berguna di dalam penjara.8

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi Pasal 12 Ayat 1 menyebutkan bahwa sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat dari yang paling ringan sampai yang paling berat terdiri atas; teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa, pembatalan nilai satu/beberapa mata kuliah, pemberhentian dengan hormat dari status mahasiswa, pemberhentian dengan status tidak dengan hormat dari status

8Meli Indah Sari, Hafrida, Penerapan Pidana Penjara Sebagai Pengganti Pidana Denda dalam Putusan Perkara Tindak Pidana Narkotika, PAMPAS: Journal of Criminal Law, Vol. 1 No.

1, Universitas Jambi, 2020, dalam https://online-journalunja.ac.id/Pampas/article/view/8260/9883, diakses 1 Maret 2021

(9)

mahasiswa, pembatalan ijazah apabila telah lulus. Kemudian dalam Ayat 2 ditegaskan pula bagi dosen/tenaga pendidikan yang melakukan tindakan plagiat sanksi dari yang paling ringan sampai yang paling berat terdiri atas; teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak dosen, penurunan pangkat dan jabatan, pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar, pemberhentian dengan hormat sebagai dosen, dan, pemberhentian tidak dengan hormat sebagai dosen, serta pembatalan ijazah dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

Dari peraturan perundang-undangan tersebut kebijakan dan penegakan hukum harus dilakukan guna meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat khususnya di wilayah perguruan tinggi. Hal ini dilakukan antara lain dengan menertibkan fungsi, tugas dan wewenang lembaga-lembaga yang bertugas menegakkan hukum menurut proporsi ruang lingkup masing- masing, serta didasarkan atas sistem kerjasama yang baik dan mendukung tujuan yang hendak dicapai.9Sejalan dengan itu, sistem penegakan hukum yang memiliki nilai-nilai yang baik ialah menyangkut penyerasian antara nilai dan kaidah, serta perilaku nyata manusia.Hukum pada hakikatnya memiliki kepentingan guna menjamin kehidupan sosial masyarakat, karena hukum dan masyarakat terdapat suatu interelasi.Selain itu, fungsi dari penegakan hukum ialah untuk mengaktualisasikan aturan-aturan hukum agar sesuai dengan cita-cita dari hukum tersebut, yakni mewujudkan sikap dan tingkah laku manusia sesuai dengan yang diterapkan oleh undang-undang.Penegakan hukum pada dasarnya merupakan

9Sanyoto, Penegakan Hukum di Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 8 No. 3

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, 2008, dalam

http://dinamikahukum.ffh.unsoed.ac.id/index.php/JHD/article/view/74, diakses 3 Februari 2021

(10)

penegakan ide-ide /konsep serta usaha mewujudkan harapan masyarakat yang kemudian menjadi kenyataan.10

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan dengan bertitik tolak akan semua argumentasi dan persoalan tersebutlah maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai perlindungan karya ilmiah berdasar pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Plagiarisme Karya Ilmiah Dalam Hukum Pidana”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan terhadap tindakan plagiarisme karya ilmiah dalam hukum pidana?

2. Bagaimana Pencegahan Tindakan Plagiarisme Karya Ilmiah Di Perguruan Tinggi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dibuat tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaturan Terhadap Tindakan Plagiarism Karya Ilmiah Dalam Hukum Pidana.

2. Untuk Mengetahui Pencegahan Tindakan Plagiarisme Karya Ilmiah Di Perguruan Tinggi.

10Ayu Veronica, Kabib, Erwin, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyeludupan Baby Lobster, PAMPAS: Journal of Criminal, Vol. 1 No. 3, Universitas Jambi, 2020, dalam https://online-journal.unja.ac.id/Pampas/article/view/11085/10260, diakses 1 Maret 2021

(11)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan khususnya ilmu hukum. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi peneliti berikutnya yang juga meneliti hal yang sama berkaitan dengananalisis yuridis terhadap plagiarisme karya ilmiah dalam hukum pidana.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para penegak hukum khususnya dalam menangani kasus tindakan plagiarisme karya ilmiah dalam hukum pidana.Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat khususnya mahasiswa agar sadar dan lebih memahami bahwa tindakan plagiarisme karya tulis tidak diperkenankan untuk dilakukan.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dapat diartikan sebagai deskripsi konsep tertentu yakni kumpulan makna yang berkaitan dengan istilah yang akan dipelajari atau dijelaskan dalam karya tulis ilmiah.11Kerangka konseptualyang akan dijelaskan merupakan batasan dan dapat digunakan sebagai pedoman operasional untuk melakukan penelitian. Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

11Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cet 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm 96

(12)

1. Analisis Yuridis

Analisis ialah sebuah kegiatan mengumpulkan dan selanjutnya menyimpulkan data mentah yang diteliti untuk kemudian memisahkan ataupun mengelompokan data-data yang relevan guna menjawab permasalahan yang diteliti dan dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul pada suatu sistem.

Sedangkan yuridis ialah menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.12

2. Plagiarisme

Plagiarisme adalah tindakan yang melanggar hak cipta.Menurut sastrawan Ajib Rosidi sebagaimana dikutip Henry Soelistyo, plagiat adalah deklarasi pengetahuan ataupun karya seni yang dilakukan oleh ilmuwan ataupun seniman dan menunjukkannya kepada publik atas semua atau sebagian besar karya tanpa menyebut pengarangnya.13

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi Pasal 1 disebutkan bahwa plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak

12Sovia Hasanah, Arti Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis, dalam https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59394de7562ff/arti-landasan-filosofis-- sosiologis--dan-yuridis/, diakses pada 14 Desember 2021.

13Henry Soelistyo, Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, Edisi Revisi, PT.

Kanisius, Yogyakarta, 2011, hlm 21

(13)

lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Selain itu, plagiator adalah orang perseorangan atau kelompok orang pelaku plagiat, masing-masing bertindak untuk diri sendiri, untuk kelompok atau untuk dan atas nama suatu badan.

3. Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah makalah yang disusun secara sistematis yang bersifat ilmiah. Sistematis mengacu pada karya tulis yang disusun sesuai aturan terentu sehinga bagian perbagian jelas dan koheren. Sedangkan ilmiah atau disebut juga dengan sains pada dasarnya berarti karya tulis tersebut memberikan deskripsi, ide, argumen, ataupun solusi terhadap pertanyaan berdasarkan pada berbagai bukti empiris atau penelitian teoritis, sehingga pembaca dapat menelusuri kebenaran berdasar dukungan empiris atau teoritis dari pada suatu gagasan tersebut.14

Istilah karya ilmiah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi Pasal 1 disebutkan bahwa karya ilmiah adalah hasil karya akademik mahasiswa/dosen/peneliti/tenaga kependidikan di lingkungan perguruan tinggi, yang dibuat dalam bentuk tertulis baik cetak maupun elektronik yang diterbitkan dan/atau dipresentasikan.

4. Hukum Pidana

Hukum pidana ialah salah satu bidang dalam ilmu hukum. Definisi hukum pidana berdasarkan perumusan Moeljatno sebagaimana dikutip oleh Andi Sofyan dan Nur Azisa, mengidentifikasikan bahwa hukum pidana adalah seperangkat

14I G. A. K. Wardani, M.Sc.Ed., Hakikat dan Karakteristik Karya Ilmiah, IDIK4013, Modul 1

(14)

aturan yang mengontrol tiga elemen, yaitu aturan tentang tindak pidana, pertanggungjawaban pidana dan proses verbal penegakan hukum jika terjadi tindak pidana. Elemen ini menunjukkan hubungan antaran hukum pidana materil dan formal, yang mana artinya jika terjadi pelanggaran hukum pidana materil maka hukum pidana formil menjadi tidak berarti jika hukum acara pidana tersebut sendiri tidak ditegakkan. Begitu pula sebaliknya, hukum pidana formal tidak dapat beroperasi tanpa adanya pelanggaran norma hukum pidana substansif atau tindak pidana materil.15

Istilah tindak pidana dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda yaitu “strafbaar feit”. Pembentuk undang-undang menggunakan kata “strafbaar feit” untuk menyebut apa yang disebut sebagai “tindak pidana” akan tetapi dalam Undang-Undang Hukum Pidana tidak dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan perkataan “strafbaar feit”.16

5. Undang-Undang

Dalam Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang No 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, disebutkan bahwa Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama presiden. Dalam penelitin ini Undang- Undang yang menjadi landasan adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di

15Andi Sofyan dan Nur Azisa, Hukum Pidana, Pustaka Pena Press, Makassar, 2016, hlm 3

16Ibid, hlm 96

(15)

Perguruan Tinggi, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

F. Landasan Teoretis

Landasan teori adalah teori dasaryang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu, peneliti akan mendeskripsikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk dijadikan patokan dalam menganalisis permasalahan yang akan diteliti. Adapun landasan teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan tindakan perlindungan yang dilakukan oleh hukum terhadap setiap warga negara.Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum merupakan upaya menata berbagai kepentingan dalam masyarakat agar kepentingan tidak saling bertentangan dan dapat menikmati semua hak-hak yang ditetapkan oleh hukum ataupun undang-undang.17

Adapun menurut Philipusperlindungan hukum terbagi dua, yaitu perlindungan hukum preventif dan represif.

a. “Perlindungan hukum preventif yaitu perlindungan hukum yang dirancang untuk mencegah perselisihan, yang mengintruksikan pemerintah untuk bertindak hati-hati dalam mengambil keputusan berdasarkan diskresi. Perlindungan hukum preventif berarti bahwamasyarakat memiliki kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk yang pasti/defmitive. Dalam hal ini perlindungan hukum yang preventif ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa atau perselisihan.

b. Pelindungan hukum represif yaitu perlindungan hukum yang dirancanguntuk menyelesaikan sengketa atau perselisihan.”18

17Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm 53-54.

18 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hlm 2.

(16)

2. Teori Kebijakan Hukum Pidana

Kebijakan hukum pidana atau penal policy adalah ilmu sekaligus seni yang mempunyai tujuan praktis dalam merumuskan undang-undang, menerapkan undang-undang, dan melaksanakan putusan pengadilan. Maka istilah kebijakan hukum pidana dapat pula disebut dengan istilah politik hukum pidana yang diartikan sebagai usaha yang rasional untuk menanggulangi kejahatan dengan menggunakan sarana hukum pidana.19

Kebijakan hukum pidana tidak dapat dipisahkan dari sistem hukum pidana.

Menurut A. Mulder mengemukakan bahwa kebijakan hukum pidana adalah garis kebijakan untuk menentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu diubah atau diperbahurui (in welk opzicht de bestaande strafbepalingen hersien dienen te worden)

b. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana (wat gedaan kan worden om strafrechtelijk gedrag te voorkomen) c. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan

pidana harus dilaksanakan (hoe de opsproring,vervolging, berechting en tenuitvoerlegging van straffen dien te verlopen).20

3. Teori Perlindungan Karya Ilmiah

Perlindungan karya tulis atau karya ilmiah telah diatur secara yuridis dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang mana disebutkan dalam Pasal 40 Ayat 1 bahwa ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang terdiri atas buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya, dan seterusnya. Undang-undang Hak Cipta di Indonesia menempatkan karya ilmiah

19 John Kenedi, Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2017, hlm 58-59

20 Ibid, hlm 62.

(17)

sebagai salah satu karya/ciptaan yang dilindungi. Bukan hanya dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, namun pemerintah juga mengatur mengenai tindakan plagiat yang berkaitan dengan perlindungan hak cipta yakni Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian ialah suatu uraian dalam suatu penelitian yang bersifat sistematis yang mana berupa langkah-langkah, teknis, maupun prosedur dalam suatu pengamatan guna memperoleh data berdasar fakta, serta penafsiran yang bersifat rasional dan teruji.21Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Proposal Skripsi ini secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif.Jenis yuridis normatif merupakan tipe/jenis penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan serta norma yang berlaku pada masyarakat dan bertujuan untuk mengetahui derajat dampak hukum dalam masyarakat.22 Penelitian hukum normatif merupakan jenis penelitian hukum yang menitikberatkan pada kaidah/asas, yaitu hukum dikonseptualisasikan sebagai norma atau aturan yang bersumber dari peraturan tertulis, putusan pengadilan, tetapi doktrin pada ahli hukum terkemuka.23

21Bahder Johar Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Cet 1, Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm 3-4.

22Ibid, hlm 83-85.

23Ibid, hlm 58.

(18)

Digunakannya tipe penelitian ini dikarenakan penulis mencari data yang akurat mengenai suatu peristiwa yang menjadi objek penelitian yang kemudian ditelaah atau dianalisis berdasarkan bahan hukum yang berkaitan dengan pembahasan dari penelitian ini, yang mana dalam hal ini peraturan perundang- undangan yang terkait adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual.Menurut Pasek Dianta pendekatan undang-undang adalah pendekatan yang dilakukan dengan caramenelaah dan menganalisis semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.24

Pendekatan perundang-undangan yakni menelaah peraturanperundang- undangan yang berkaitan dengan isu hukum atau objek yang dibahas dalam penelitian, dengan kata lain pendekatan perundang-undangan dilakukan berdasarkan sudut pandang dengan melihat ketentuan atau peraturan perundang- undangan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas. Dalam hal iniUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang

24Ibid, hlm 82.

(19)

Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggimerupakan peraturan perundang-undangan yang dominan dalam penelitian ini.

Selain pendekatan perundang-undangan, selanjutnya pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan konseptual menurut Marzuki adalah pendekatan yang dilakukan tanpa beranjak dari aturan yang ada. Dalam membangun konsep, peneliti bukan hanya melamun dan mencari-cari dalam khayalan, melainkan harus beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin- doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.25 Kemudian berakhir pada lahirnya kosep atau argumentasi peneliti yang berdasar pada konsep dan asas hukum yang telah ada.

3. Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penelitian ini pengumpulan bahan hukum dilakukan guna menemukan referensi ataupun acuan yang berkaitan dengan penelitian, hal ini merupakan langkah yang dibutuhkan dalam penelitian.Adapun pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini berupa data primer, data sekunder, dan data

25 Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, Tangerang Selatan, UNPAM Press, 2018, hlm 84, dalam http://eprints.unpam.ac.id/8557/, diakses pada 3 Maret 2021

(20)

tersier. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Data primer atau bahan hukum primer dalam penelitian ini diperoleh dari semua peraturan perundang-undangan yang memiliki hubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah yang mengikat secara yuridis meliputi Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder

Data sekunder atau bahan hukum sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang didapat dengan melakukan studi kepustakaan yang mana dilakukan serangkaian kegiatan seperti membaca, mencatat, mengutip, dan menelaah serta menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan.26Dalam hal ini jurnal ataupun artikel ilmiah, dan surat kabar termasuk ke dalam jenis bahan hukum sekunder.

26Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, Alfabeta, Bandung, 2017, hlm 99

(21)

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier atau data tersier yaitu bahan hukum yang dapat menjelaskan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang meliputi kamus hukum dan ensiklopedia.

4. Analisis Bahan Hukum

Mengingat penelitian hukum berobjek norma dan perilaku hukum, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan dengan sendirinya analisis terhadap data atau bahan hukumnya lebih menekankan pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, yang tentunya dengan menggunakan logika ilmiah.

Pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan dengan menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis. Dapat dikatakan bahwa analisis kualitatif adalah cara menganalisis data yangbersumber dari bahan hukum berdasarkan kepada konsep, teori, peraturan perundang-undangan, doktrin, prinsip hukum, pendapat pakar atau pandangan peneliti sendiri.27

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menghasilkan data deskriptif analisis, yang mana yang menjadi sasaran penelitian dinyatakan secara tulis maupun lisan berdasar hasil analisa.28Dengan demikian penelitian ini bersifat kualitatif yakni dengan menganalisa yang tidak berdasar pada perhitungan secara statistik dan matematis melainkan dalam bentuk

27Ibid, hlm 69

28Ibid, hlm 160

(22)

pemberian pernyataan-pernyataan berdasarkan analisa/analisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga tahapan, yakni dimulai dari menginventarisasi semua bahan hukum yang terkait dengan penelitian, dengan kata lain peneliti terlebih dahulu mencatat atau mengumpulkan data yang berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dibahas yakni berdasar pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Langkah berikutnya adalah mensistemasi bahan hukum yang terkait dengan penelitian, dengan kata lain peneliti mengatur dan melakukan seleksi terhadap bahan hukum serta mengkaji dan mengidentifikasi sesuai klasifikasi bahan hukum yang diperoleh dari hasil penelitian, yang dimulai dari peraturan yang umum hingga bersifat khusus yang mengarah pada peraturan perundang- undangan perlindungan karya ilmiah.

Langkah terakhir adalah menginterpretasi perundang-undangan yang terkait dengan penelitian, dengan kata lain peneliti mulai mengolah baik itu menelaah ataupun menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian, sehingga dapat memperoleh atau menemukan jawaban atas permasalahan penelitian.

(23)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan sebagai gambaran mengenai proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB ini penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah yang menjadi landasan penulis mengangkat judul

“Analisis Yuridis Terhadap Plagiarisme Karya Ilmiah Dalam Hukum Pidana.”.Selain itu, pada BAB ini diuraikan pula mengenai perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka konseptual, landasan teori, metode penelitian, dan terakhir sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAKAN PLAGIARISME Pada BAB ini penulis menguraikan mengenai tinjauan umum tentang plagiarisme dan pelaku tindakan plagiarisme karya ilmiah.

Selain itu, penulis juga menguraikann mengenai perlindungan hak cipta berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Nasional, Undang- Undang Hak Cipta, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010.

BAB III ANALISIS YURIDIS TERHADAP PLAGIARISME KARYA ILMIAH DALAM HUKUM PIDANA

Pada BAB ini penulis menguraikan mengenai analisis perlindungan karya tulis terhadap tindakan plagiarisme karya ilmiah, kemudian penulis akan menguraikan bagaimana upaya hukum pidana yang

(24)

dapat dilakukan terhadap tindakan plagiarisme karya tulis dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Hak Cipta, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010.

BAB IV PENUTUP

Pada BAB ini berisi mengenai seluruh uraian yang kemudian diringkas oleh penulis dalam bentuk kesimpulan, selanjutnya diakhiri dengan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari perspektif regulasi, terdapat beberapa regulasi daerah yang telah diterbitkan untuk melandasi pelaksanaan SLRT, antara lain: (1) Peraturan Daerah

Jumlah pokok PUB Obligasi Berkelanjutan III Tahap III Tahun 2021 sebagaimana disebutkan di atas, tidak mencapai 20% (dua puluh persen) dari total ekuitas Perseroan

" (Kenapa mereka harus menjemputku ? Kenapa tak hanya kau yang menjemputku ? Atau supir ? Mereka sangat menyebalkan !) Teriakku akhirnya pada appa ketika akhirnya 7 pria

Puri merupakan tempat tinggal untuk kasta Ksatria yang memegang pemerintahan Umumnya menempati bagian kaja kangin di sudut pempatan agung di pusat desa.. Puri umumnya

[r]

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui bentuk pernikahan usia muda di Desa Serabi Barat, untuk menjelaskan apa saja faktor yang mempengaruhi masyarakat

Bentuk instrumen Produk (hasil karya penyilangan), pengamatan unjuk kerja, pengamatan sikap, tes uraian, tes pilihan ganda, tes lisan 3 X 45’ 3 X 45’ Sumber: Buku acuan

haji. Akad yang digunakan adalah akad Kafalah bil Ujrah. Aplikasi Pembiayaan Akad Mura>bah}ah bil Waka>lah Untuk Pembelian Bahan Material Bangunan di BMT UGT Sidogiri