• Tidak ada hasil yang ditemukan

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DIPLOPIA BINOCULAR ET CAUSA PARESE NERVOUS VI

(ABDUCENS) DENGAN MODALITAS ELECTRICAL STIMULATION DAN EYE EXERCISE DI RSUP.

DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

RIZKI ALDILA PUTRI J100150063

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by UMS Digital Library - Selamat datang di UMS Digital Library

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DIPLOPIA BINOCULAR ET CAUSA PARESE NERVOUS VI

(ABDUCENS) DENGAN MODALITAS ELECTRICAL STIMULATION DAN EYE EXERCISE DI RSUP.

DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

RIZKI ALDILA PUTRI J100 150 063

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing,

(Totok Budi Santoso, S. Fis., S. Pd., M.P.H) NIDN. 0604127102

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DIPLOPIA BINOCULAR ET CAUSA PARESE NERVOUS VI

(ABDUCENS) DENGAN MODALITAS ELECTRICAL STIMULATION DAN EYE EXERCISE DI RSUP. DR.

SARDJITO YOGYAKARTA

OLEH

RIZKI ALDILA PUTRI J100 150 063

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Kamis, 7 Juni 2018 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Totok Budi Santoso, S. Fis., S. Pd., M.P.H ( ) (Ketua Dewan Penguji)

2. Farid Rahman, SST. FT., M.OR ( )

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Wijianto, S.St., M.Or ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes NIK/NIDN : 786/06-1711-7301

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 25 Juni 2018

Penulis

RIZKI ALDILA PUTRI J100 150 063

(5)

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DIPLOPIA BINOCULAR ET CAUSA PARESE NERVOUS VI (ABDUCENS) DENGAN

MODALITAS ELECTRICAL STIMULATION DAN EYE EXERCISE DI RSUP. DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Abstrak

Diplopia adalah suatu keluhan pada indra penglihatan dimana penderitanya akan melihat dua buah gambar dari sebuah objek yang sebenarnya hanya satu. Parese Nervous Abducens mengakibatkan otot m. rectus lateralis mengalami penurunan kekuatan, sehingga bola mata tidak dapat digerakkan kearah lateral dan luas

lapang pandang kearah lateral terbatas.

Untuk mengetahui penatalaksanaan Fisioterapi dalam meningkatkan kekuatan otot dan luas lapang pandang pada kasus Diplopia Binocular et Causa Parese Nervous Abducens dengan modalitas Electrical Stimulation dan Eye Exercise.

Setelah diberi tindakan Fisioterapi sebanyak 6 kali terapi, didapatkan hasil penilaian kekuatan otot pada T1: belum mampu bergerak menjadi T6: mampu

bergerak sebagian, penilaian luas lapang pandang T1: terbatas, T6: terbatas.

Pemberian Electrical Stimulation dan Eye Exercise dapat meningkatkan kekuatan otot m. rectus lateralis pada kondisi Diplopia Binocular et Causa Parese Nervous Abducens.

Kata Kunci: Diplopia, Diplopia Binocular, Nervous Abducens, Electrical Stimulation, dan Eye Exercise.

Abstract

Diplopia is the disorder on the sense of sight, where the sufferer will see two images of an object that is actually one. Nerve Abducens paresis results in rectus lateralis muscle decreasis in strength, so that the eye ball can not be moved laterally and limited visual field in a lateral direction.

To study about Physiotherapy management in increase muscle strength and visual field in the case of Diplopia Binocular et Causa Parese Nervous Abducens using

Electrical Stimulation and Eye Exercise modalities.

After Physiotherapy for six times, obtained results in the assessment of m. rectus lateralis muscle strength T1: Unable to move to T6: Move partially, visual field

T1: Limited to T6 : Limited.

Electrical Stimulation and Eye Exercise can increase muscle strength in the case of Diplopia Binocular et Causa Parese Nervous Abducens.

Keywords: Diplopia, Diplopia Binocular, Nervous Abducens, Electrical Stimulation, and Eye Exercise

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Diplopia atau penglihatan ganda adalah suatu gangguan penglihatan yang mana objek terlihat dobel atau ganda. Diplopia berasal dari bahasa Yunani, Diplo yang berarti dobel atau ganda, Opia berarti penglihatan (Wirawan, 2016). Diplopia terbagi atas Diplopia Monocular dan Diplopia Binocular. Diplopia Monocular terfokus pada kelainan internal mata, sedangkan Diplopia Binocular dapat disebabkan oleh faktor eksternal dari mata (Komang et al., 2013).

Di Indonesia sendiri belum ada epidemiologi yang menjelaskan besarnya angka kejadian Diplopia baik Monocular ataupun Binocular.

Seluruh keluhan Diplopia yang dikeluhkan pasien, 75% adalah Binocular, 25% adalah Monocular (Komang et al., 2013). Di Poli Fisioterapi RSUP.

Dr. Sardjito Yogyakarta, pasien dengan keluhan Diplopia yang ditangani adalah sebanyak kurang lebih 10% dari semua keluhan yang ada setiap bulannya.

Program Fisioterapi yang dapat diberikan adalah berupa pemberian modalitas Electrical Stimulation untuk menstimulasi otot yang mengalami kelemahan sehingga otot dapat berkontraksi dan terjadi peningkatan kekuatan otot. Eye Exercise untuk membantu menguatkan otot-otot ekstraokular sehingga pergerakkan bola mata dapat kembali normal dan penglihatan ganda tidak lagi dirasakan.

2. METODE

Penatalaksanaan Fisioterapi yang diberikan kepada pasien atas nama Nn. A usia 19 tahun dengan diagnose medis Diplopia Binocular et Causa Parese Nervous VI (Abducens) dilakukan sebanyak 6 kali terapi di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta. Modalitas Fisioterapi yang diberikan berupa Electrical Stimulation dan Eye Exercise. Modalitas tersebut digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot M. Rectus Lateralis dan meningkatkan luas lapang pandang pada mata. Selain terapi diatas, pasien juga diedukasi untuk melakukan latihan seperti memutar bola mata searah

(7)

3

jarum jam dan jika mampu menggunakan kacamata dengan lensa mata yang sehat dihitamkan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil

Berdasarkan laporan status klinis, pemeriksaan awal yang telah dilakukan pada Nn. A dengan diagnosis medis Diplopia Binocular et Causa Parese Nervous VI (Abducens) didapat problematika berupa adanya penurunan kekuatan otot bola mata dan luas lapang pandang.

Setelah dilakukan tindakan Fisioterapi menggunakan modalitas Electrical Stimulation dan Eye Exercise sebanyak 6 kali, didapatkan hasil sebagai berikut:

3.1.2 Hasil pengukuran The Six Cardinal Position Gaze Tabel 1. Penilaian dan Evaluasi Kekuatan Otot

Terapi M. Rectus Lateralis

T0 Tidak Mampu Bergerak

T1 Tidak Mampu Bergerak

T2 Tidak Mampu Bergerak

T3 Tidak Mampu Bergerak

T4 Tidak Mampu Bergerak

T5 Mampu Bergerak Sebagian

T6 Mampu Bergerak Sebagian

Setelah mendapatkan 6 kali tindakan terapi dan evaluasi, dari pemeriksaan awal (T0) sampai dengan pemeriksaan akhir (T6) didapatkan hasil terjadi peningkatan kekuatan otot. Peningkatan belum terjadi sampai terapi ke 4 (T4), perubahan mulai terlihat pada saat terapi ke 5 (T5).

(8)

4

3.1.2 Hasil Penilaian Luas Lapang Pandang

Tabel 2. Penilaian dan Evaluasi Luas Lapang Pandang Terapi Arah Lateral

T0 Terbatas

T1 Terbatas

T2 Terbatas

T3 Terbatas

T4 Terbatas

T5 Terbatas

T6 Terbatas

Pada penilaian luas lapang pandang, dari pemeriksaan awal (T0) sampai dengan pemeriksaan akhir (T6) luas lapang pandang kearah lateral belum mengalami perubahan.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Kekuatan otot

Jika saraf yang menginervasi suatu otot mengalami kerusakan, maka otot tidak dapat lagi dirangsang oleh saraf.

Otot seperti ini disebut dengan otot yang denervatif. Meskipun otot seperti itu tidak dapat dirangsang oleh sarafnya, ia tetap dapat dibuat berkontraksi jika elektroda ditempatkan langsung ke otot dan menggunakan arus yang panjang untuk merangsang serat otot (Vrbová et al., 2008). Pemberian Electrical Stimulation dengan arus DC dapat menghasilkan cukup stimulus dalam proses potensial aksi di saraf dan denervasi otot. Pada proses potensial aksi akan terjadi fase depolarisasi diikuti oleh repolarisasi yang akan menghasilkan rangsangan menuju otak sehingga akan terjadi suatu kontraksi otot (Cameron, 2009).

Sementara pemberian Eye Exercise yang dilakukan dengan prinsip menggerakkan mata secara aktif dapat meningkatkan koordinasi otot-otot ekstraokular, menguatkan otot-otot mata

(9)

5

yang mengalami kelemahan (Krishnaveni & Dhanalakshmi, 2014).

3.2.2 Luas lapang pandang

Lapang pandang kearah lateral belum terjadi peningkatan dikarenakan otot yang menggerakkan bola mata kearah lateral masih belum dapat bergerak secara penuh sehingga penglihatan terbatas. Parameter yang digunakan dalam menilai luas lapang pandang adalah membandingkan luas lapang pandang pasien dengan luas lapang pandang pemeriksa dengan kondisi penglihatan normal (Istiqomah, 2012).

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan tentang penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus Diplopia Binocular et Causa Parese Nervous VI (Abducens) dengan pasien atas nama Nn. A usia 19 tahun memiliki beberapa permasalahan yakni 1) penurunan kekuatan otot M. Rectus Lateralis dan 2) penurunan luas lapang pandang.

Setelah diberikan tindakan Fisioterapi, penulis menyimpulkan bahwa modalitas Electrical Stimulation dan Eye Exercise sebanyak 6 kali terapi dapat berperan dalam peningkatan kekuatan otot M. Rectus Lateralis, namun belum dapat meningkatkan luas lapang pandang.

4.2 Saran

Berdasarkan kasus Diplopia Binocular et Causa Parese Nervous VI (Abducens) yang telah dilakukan pemeriksaan serta penanganannya, maka penulis dapat menyampaikan beberapa saran berikut:

4.2.1 Kepada Fisioterapis

Fisioterapis disarankan untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang bagaimana proses penglihatan yang normal serta

(10)

6

mekanisme inervasi pada otot mata, agar intervensi yang diberikan tepat, mempercepat proses penyembuhan serta mengurangi tingkat keparahan suatu penyakit.

4.2.2 Kepada Pasien

Pasien harus senantiasa memeriksakan keadaan matanya.

Pasien harus melakukan latihan-latihan yang telah diajarkan yakni latihan Eye Rolling dan Eye Swinging yang dapat dilakukan setiap hari sebanyak 8 repetisi/set sebanyak 2-3 kali/

hari. Jika mampu, pasien dapat menerapkan beberapa edukasi yang telah diberikan.

4.2.3 Kepada Pembaca

Pembaca diharapkan mengerti walaupun sedikit tentang tanda dan gejala Diplopia Binocular sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu dan mendeteksi adanya Diplopia pada lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, I. D., Mihaela, T. C., Nicolae, A., & Elena, G. (2017). Management of diplopia, 61(3), 166–170. https://doi.org/10.22336/rjo.2017.31

Alves, M., Miranda, A., Narciso, M. R., Mieiro, L., & Fonseca, T. (2015).

Diplopia: A diagnostic challenge with common and rare etiologies. American

Journal of Case Reports, 16, 220–223.

https://doi.org/10.12659/AJCR.893134

Cameron, H. M. and D. V. (2009). Electrophysical Agents.

Dudee, J. (2017). Diplopia (Double Vision). In Medscape. Retrieved from https://emedicine.medscape.com/article/1214490-overview

Fargher, K. A., Coulson, S. E., Fargher, K. A., & Coulson, S. E. (2017).

Effectiveness of electrical stimulation for rehabilitation of facial nerve

(11)

7

paralysis Effectiveness of electrical stimulation for rehabilitation of facial nerve paralysis. Physical Therapy Reviews, 3196(September), 1–8.

https://doi.org/10.1080/10833196.2017.1368967

Graham, R. H. (2013). Extraocular Muscle Anatomy. In Medscape. Retrieved from https://emedicine.medscape.com/article/1189799-overview

Istiqomah, I. N. (2012). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta:

EGC.

Komang, N., Adrianti, T., Pamungkas, K. A., & Azrin, M. (2013). Angka kejadian diplopia pada pasien fraktur maksilofasial di bangsal bedah rsud arifin achmad propinsi riau periode januari 2011 – desember 2013.

Krishnaveni, M., & Dhanalakshmi, R. (2014). World Journal of Pharmaceutical ReseaRch, 3(6), 1687–1696. https://doi.org/10.20959/wjpr20168-6435 Low, L., Shah, W., & Macewen, C. J. (2015). Double vision, 5385(November), 1–

3. https://doi.org/10.1136/bmj.h5385

Mashige, K. P., & Munsamy, A. J. (2016). Diplopia. South African Family Practice, 58(sup1), S12–S17. https://doi.org/10.1080/20786190.2014.978100

Miller, S.-J. (2017). Double Vision Eye Exercises. In livestrong.com. Retrieved from https://ww.livestrong.com/article/226753-double-vision-eye-exercises/

Nurachmah, E. R. A. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta:

Salemba Medika.

Pieber, K., Herceg, M., Paternostro-sluga, T., & Schuhfried, O. (2015).

Optimizing stimulation parameters in functional electrical stimulation of denervated muscles : a cross-sectional study. Journal of NeuroEngineering and Rehabilitation, 1–7. https://doi.org/10.1186/s12984-015-0046-0

Sheckler, R., Telematics, C., Wilson, R., & Corporation, D. (2015). a Practical

(12)

8 Approach, (Table 1), 63–66.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem (6th ed.). Jakarta:

EGC.

Smoker, W. R. K., & Reede, D. L. (2008). Denervation Atrophy of Motor Cranial Nerves. Neuroimaging Clinics of North America, 18(2), 387–411.

https://doi.org/10.1016/j.nic.2007.12.011

Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan (2nd ed.). Yogyakarta: Salemba Medika.

Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan & Kebidanan (4th ed.). Jakarta: EGC.

Vrbová, G., Hudlická, O., & Centofanti, K. S. (2008). Application Of Muscle/Nerve Stimulation In Health And Disease.

https://doi.org/10.1007/978-1-4020-8233-7

Willoughby, C. E., Ponzin, D., Ferrari, S., Lobo, A., Landau, K., & Omidi, Y.

(2010). Review Anatomy and physiology of the human eye : effects of mucopolysaccharidoses disease on structure and function – a review, (May), 2–11. https://doi.org/10.1111/j.1442-9071.2010.02363.x

Wirawan, I. M. C. (2016). Penglihatan Ganda (Diplopia). In @BLOGDOKTER (p.

125). Noura Books.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di perusahaan telah berhasil membuat rancangan perbaikan dan telah dilakukan implementasi perbaikan untuk 6 jenis cacat yang penting untuk

Pada awalnya Vipro-G memperkenalkan produknya sebagai salah satu minuman kesehatan yang ditujukan hanya untuk para perokok agar dapat menetralisir radikal bebas yang ada di

INTERA KSI MATER NAL BAYI Pemeriksaan dan evaluasi kesejahtera an dan tumbuh kembang janin (antenatal screening) INTERAKSI MATERNAL BAYI Pemeriksaan dan evaluasi

Bahwa berdasarkan kualifikasi syarat tersebut, para Pemohon merupakan pihak yang memiliki hak konstitusional yang diberikan oleh Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945, yaitu sebagai

Unsur sensualitas sangat tergambar dari gambar di atas serta pada lirik lagu di atas yaitu pada kalimat “cinta-cinta lakukan dengan cinta bila kamu mau” makna dari

Aplikasi Irama Kenjoan Pada Bass Drum, Floor Tom, Hi-hat, Snare Drum Dan Small Tom Dalam Bentuk Notasi Drumset .... Score Irama Krotokan Dalam Bentuk Notasi Kendang

Tingkat pendidikan, jenis game yang dimainkan, lama bermain game, jumlah jam bermain, jumlah uang yang dihabiskan saat bermain, pihak yang mengenalkan game, teman yang dikenal

Langkah awal K- Medoids adalah mencari titik yang paling representatif (medoids) dalam sebuah dataset dengan menghitung jarak dalam kelompok dari semua kemungkinan