• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM... ii. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM... ii. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SURAT PERSYARATAN KEASLIAN ... ix

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 7

(2)

xi

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.5.1 Tujuan Umum ... 8

1.5.2 Tujuan Khusus ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.6.2 Manfaat Praktis ... 10

1.7 Landasan Teoritis ... 10

1.8 Metode Penelitian ... 17

1.8.1 Jenis Penelitian ... 17

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 18

1.8.3 Sifat Penelitian ... 19

1.8.4 Sumber Data ... 22

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ... 24

1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 25

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK INDONESIA, OTORITAS JASA KEUANGAN, DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

(3)

xii

2.1.2 Status dan Kedudukan Hukum Bank Indonesia ... 29

2.1.3 Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia sebagai

Bank Sentral ... 33

2.1.4 Kewenangan Bank Indonesia dalam Fungsi

Pengawasan Bank... 43

2.2 Otoritas Jasa Keuangan

2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Otoritas Jasa Keuangan ... 46

2.2.2 Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan dalam Kaitannya dengan Bank Indonesia ... 48

2.2.3 Status dan Kedudukan Hukum Otoritas Jasa Keuangan ... 51

2.2.4 Tujuan dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan ... 53

2.3 Bank Perkreditan Rakyat

2.3.1 Pengertian dan Dasar Hukum Bank Perkreditan Rakyat ... 54

2.3.2 Status dan Kedudukan Hukum Bank Perkreditan Rakyat ... 56

2.3.3 Tujuan, Tugas dan Fungsi Bank Perkreditan Rakyat ... 58

(4)

xiii

BAB III PENGATURAN KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN SETELAH DIALIHKAN OLEH BANK INDONESIA DALAM TUGAS PENGAWASAN KEPADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT

3.1 Pengaturan Kewenangan Bank Indonesia dalam Pengawasan Bank Sebelum Terbentuknya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan ... 61

3.2 Pengaturan Kewenangan Bank Indonesia dalam Pengawasan Bank Sesudah Terbentuknya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan ... 68

BAB IV PELAKSANAAN KEWENANGAN DAN PENGAWASAN

OTORITAS JASA KEUANGAN KEPADA PT. BANK

PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN BADUNG

4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kewenangan dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan pada PT. Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung ... . 77

4.2 Pelaksanaan Kewenangan dan Pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan pada PT. BPR Cahaya ArthaBali, PT. BPR Parasari Sibang dan PT. BPR Mertha Sedana ... 82

(5)

xiv

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 93

DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN

RINGKASAN SKRIPSI

(6)

xv

Penulisan skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pengaturan Kewenangan dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Badung dilatarbelakangi oleh Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan lembaga negara yang mempunyai fungsi regulasi (pengaturan) dan pengawasan terhadap seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang meliputi, jasa keuangan di sektor perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal dan kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1) Bagaimanakah pengaturan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan setelah dialihkan oleh Bank Indonesia dalam tugas pengawasan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat? 2) Bagaimana pelaksanaan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan kepada PT.

Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung?.

Dalam penulisan skripsi ini metode yang digunakan adalah metode penelitian hukum empiris yaitu dengan melakukan penelitian secara langsung ke lapangan dengan mendatangi objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara untuk memperoleh informasi terkait pelaksanaan pengaturan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dan teknik studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan.

Hasil dari penelitian ini adalah pengaturan peralihan kewenangan Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan dalam tugas pengawasan kepada PT.

Bank Perkreditan Rakyat yaitu Bank Indonesia mengalihkan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan kepada Otoritas Jasa Keuangan, dimana Otoritas Jasa Keuangan akan mengatur dan mengawasi aspek mikroprudensial dan Bank Indonesia akan mengatur dan mengawasi aspek makropurdensial. Dalam pelaksanaan pengaturan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan pada PT. BPR Cahaya ArthaBali, PT. BPR Parasari Sibang dan PT. BPR Mertha Sedana meliputi perijinan untuk pendirian bank, izin pembukaan kantor bank, rencana kerja, anggaran dasar, kepengurusan, kepemilikan dan sumber daya manusia, meger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank.

Saran yang dapat disampaikan penulis yaitu pihak BPR lebih professional dan mampu memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan data dan informasi mengenai kegiatan perbankan secara lengkap sehingga tidak terjadi permasalahan dalam hal pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Kata kunci : peralihan, kewenangan, pengawasan, Otoritas Jasa Keuangan

(7)

xvi

agency that has regulatory function (regulation) and supervision of all activites in the financial services sector which includes, financial services in the banking sector, the activities of financial services in the capital markets sector and activities financial services in the insurance sector, pension funds, financial institutions and other financial institutions. Based on the description above problems it can be formulated as follows : 1) How is the regulation of authorities after the Financial Services Authority transferred by Bank Indonesia in the task of monitoring the PT. Bank Perkreditan Rakyat ? 2) How is implementation of regulation authority and supervision of the Financial Services Authority at PT.

Bank Perkreditan Rakyat in Kabupaten Badung?.

In writing this thesis method used is the method used is the method of empirical legal research is to conduct research directly into the field by visiting the object of research. Data collection techniques used in this research is interview techniques to obtain information related to implementation of the regulation authority and supervision of the Financial Services Authority and technical studies carried documents on materials relevant law.

The results from this study are regulation of authority after the Financial Services Authority transferred by Bank Indonesia in the task of monitoring the PT.

Bank Perkreditan Rakyat, Bank Indonesia divert banking regulatory and supervisory functions to the Financial Services Authority, the Financial Services Authority which will regulate and supervise microprudential aspects and Bank Indonesia will regulate and supervise macroprudential aspects. In the implementation of regulation authority and supervision of the Financial Services Authority at PT. BPR Cahaya ArthaBali, PT. BPR Parasari Sibang, and PT. BPR Mertha Sedana include licensing for the establishment of a bank, a license to open a bank offices, work plans, statutes, management, ownership and human resources, merger, consolidation and the bank acquisitions, revocationof business license bank. Suggestions can be submitted writer is BPR more professional and able to fulfill their responsibility to providing data and information on banking activities in full so there is no problem in terms of supervision by the Financial Services Authority.

Keywoeds : transition, authority, supervision, Financial Services Authority

(8)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian global telah mendorong peningkatan fungsi perbankan. Sebagai lembaga keuangan, perbankan memegang peranan penting dalam suatu sistem keuangan negara, dimana perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melakukan kegiatan usaha dengan fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.1 Kegiatan lembaga perbankan secara umumnya dilakukan oleh pelaku yang menurut fungsi serta tujuannya dapat dibedakan, yaitu berupa bank sentral (central bank) dan bank umum (commercial bank). Bank umum atau bank komersial dalam kegiatannya dibina dan diawasi oleh bank sentral, sedangkan bank sentral dalam menjalankan tugas pokoknya berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah.2 Yang dimaksud dengan bank sentral dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Dimana dalam lalu lintas perbankan yang dinamis diperlukan suatu pengawasan struktural guna mencegah keadaan yang berdampak pada kestabilan keuangan negara.

Pengawasan dalam lalu lintas perbankan menjadi bagian dari tugas Bank Indonesia yaitu untuk menciptakan sistem perbankan Indonesia yang sehat dan

1 Malayu S.P. Hasibuan, 2011, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta, h. 1.

2 Muhamad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.xv.

(9)

efisien serta taat pada aturan sehingga keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut dapat dilakukan secara lebih terintegrasi.3

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.4 Pada era globalisasi saat ini, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.5 Di dalam lalu lintas perbankan yang sangat dinamis diperlukan suatu pengawasan struktural guna mencegah keadaan yang berdampak pada kestabilan keuangan negara. Pengawasan dalam lalu lintas perbankan menjadi bagian dari tugas Otoritas Jasa Keuangan.

Dasar kewenangan Bank Indonesia selaku Bank Sentral, dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap bank-bank yang ada di Indonesia diatur dalam Pasal 8 huruf C Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Bank Indonesia. Bank Indonesia untuk mengawasi bank sesuai Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia bersifat sementara, karena tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang indepeden yang

3 Djoni S. Gozali dan Rachamadi Usman, 2012, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 613.

4 Malayu S.P. Hasibuan, loc.cit.

5 Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, h. 7.

(10)

bernama Otoritas Jasa Keuangan yang dibentuk dengan undang-undang.6 Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan didirikan untuk menggantikan peran Bappepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, dan menggantikan peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri jasa keuangan. Dengan lahirnya lembaga Otoritas Jasa Keuangan, maka peran serta Bank Indonesia sebagai lembaga pengawasan Bank beralih kepada lembaga Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap melakukan koordinasi dan kerja sama dengan Bank Indonesia.7

Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga negara yang mempunyai fungsi regulasi (pengaturan) dan supervise (pengawasan) terhadap seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sektor jasa keuangan tersebut meliputi, jasa keuangan di sektor perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal dan kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Sehubungan dengan itu, agar kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntebel, haruslah juga diikuti dengan suatu sistem pengaturan dan pengawasan yang baik dan taat hukum. Dengan demikian, seluruh kegiatan

6 Kusumaningtuti SS, 2009, Peranan Hukum Dalam Penyelesaian Krisis Perbankan Di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 73.

7 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, op.cit, h. 620.

(11)

jasa keuangan sektor perbankan, pasar modal, asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya ada di dalam kewenangan Otoritas Jasa Keuangan.

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.8 Seperti yang kita ketahui bahwa Otoritas Jasa Keuangan telah menerbitkan peraturan Nomor 4/POJK.03/2015 Tentang Tata Kelola bagi Bank Perkreditan Rakyat pada tanggal 31 Maret 2015. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini berlaku sejak diundangkan, yaitu pada tanggal 1 April 2015. Penerapan tata kelola yang baik pada sektor perbankan, khususnya Bank Perkreditan Rakyat semakin dibutuhkan seiring dengan semakin meningkatnya volume usaha dan semakin meningkat pula resikonya. Oleh karena itu penerapan tata kelola dimaksudkan untuk melindungi pemangku kepentingan (stake holders), meningkatkan kinerja bank, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan menyatakan, untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan, Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang mengatur dan mengawasi kelembagaan bank yang meliputi perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan

8 Malayu S.P. Hasibuan, loc.cit.

(12)

izin usaha bank. Dengan kata lain, aspek pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan perbankan harus dilakukan secara terintegrasi.9 Dimana pada PT. Bank Perkreditan Rakyat pengaturan tersebut meliputi tingkat kesehatan bank seperti likuiditas, rehabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit (BMPK) sampai pencadangan bank. Dalam hal pengaturan dan pengawasan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat mengenai aspek kehati-hatian meliputi manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang.

Pelaksanaan pengaturan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan akan lebih mengawasi aspek mikroprudensialnya yaitu mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank, sedangkan aspek makroprudensial ada di Bank Indonesia yaitu mengatur stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan dan secara komprehensif mempersiapkan terjadinya resiko sistemik di sektor keuangan dengan upaya membatasi dampak berantai terhadap keseluruhan ekonomi negara. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan makroprudensial, Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia untuk melakukan himbauan moral kepada perbankan. Tugas Bank Indonesia akan lebih fokus menjaga stabilitas keuangan sedangkan tugas Otoritas Jasa Keuangan lebih kepada pengaturan dan pengawasan individual perbankan atau lembaga keuangan, kejahatan bank, kepengurusan bank, dan kualitas sumber daya manusianya.

9 Albab Setiawan, 2012, Otoritas Jasa Keuangan, Jas and Partner Lawyer Office, Jakarta, h. 1.

(13)

Pelaksanaan pengaturan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung meliputi perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank, tingkat kesehatan bank seperti likuiditas, rehabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit (BMPK) sampai pencadangan bank dan aspek kehati-hatian meliputi manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank, menetapkan peraturan, melaksanakan pengawasan bank serta mengenakan sanksi terhadap bank. Pengaturan dan pengawasan bank diberikan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia agar tercipta sistem perbankan yang sehat secara menyeluruh maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut ke dalam skripsi yang berjudul: “PELAKSANAAN PENGATURAN KEWENANGAN DAN PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN KEPADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN BADUNG”.

(14)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan setelah dialihkan oleh Bank Indonesia dalam tugas pengawasan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat?

2. Bagaimana pelaksanaan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari dalam penafsiran dan untuk mengarahkan tujuan serta memperoleh gambaran yang jelas dari penelitian ini, maka penulis merasa perlu memberikan batasan-batasan yang jelas dari judul penelitian ini yaitu mengenai peraturan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan setelah dialihkan oleh Bank Indonesia dalam tugas pengawasan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat dan bagaimana pelaksanaan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung tersebut.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penelitian mengenai “Pelaksanaan Pengaturan Kewenangan Dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Badung” ini merupakan hasil pemikiran asli penulis. Beberapa

(15)

penelitian terdahulu dengan jenis yang sama yang ada dalam perpustakaan skripsi dan internet diantaranya :

No Penulis Judul Rumusan Masalah

1 Muhammad

Firmansyah (Alumni Universitas

Hasanuddin)

Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Lembaga Pengawasan Perbankan di Indonesia

 Bagaimana kewenangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawasan perbankan di Indonesia?

 Bagaimana hubungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia sebagai lembaga pengawasan perbankan di Indonesia?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui dan mengerti pelaksanaan pengaturan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan.

2. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum khususnya hukum perbankan mengenai Otoritas Jasa Keuangan.

(16)

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan setelah dialihkan oleh Bank Indonesia dalam tugas pengawasan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari skripsi ini dibedakan atas manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan sekaligus sebagai sumbangan ilmu khususnya dalam materi mengenai Otoritas Jasa Keuangan sehingga dapat membantu mempersiapkan diri sebagai generasi penerus bangsa yang berwawasan dan bercita-cita tinggi.

2. Untuk memperluas pengetahuan mengenai pengaturan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan melalui teori-teori hukum perbankan sebagai dasar hukumnya yang tentunya berkaitan dengan pelaksanaan pengaturan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan oleh pihak bank yang bersangkutan.

(17)

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Memperluas pengetahuan dalam hal pengaturan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan setelah dialihkan oleh Bank Indonesia dalam tugas pengawasan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat dan mengetahui pelaksanaan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan materi penulisan hukum ini.

3. Dapat digunakan sebagai pedoman bagi penelitian-penelitian berikutnya.

1.7 Landasan Teoritis

Landasan teoritis merupakan dukungan teori, konsep, asas, dan pendapat- pendapat hukum dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.10 Suatu landasan teoritis dalam pembahasan yang bersifat ilmiah memiliki kegunaan lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya. Disamping itu suatu landasan teoritis dapat memberikan petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada suatu pengetahuan penelitian.

Munir Fuady mendefinisikan hukum perbankan adalah seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan

10 Bander Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h.141.

(18)

lain-lain yang mengatur masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang bersangkutan dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan.

Dalam kacamata sistem hukum nasional, hukum perbankan telah berkembang menjadi hukum sektoral dan fungsional, oleh karena itu hukum perbankan dalam kajiannya meniadakan pembedaan anatara hukum publik dan hukum privat, sehingga bentang ruang lingkupnya sangat luas. Jika dirinci hukum perbankan itu mencangkup bidang hukum administrasi, hukum perdata, hukum dagang, hukum pidana dan hukum internasional.

Mengenai lembaga perbankan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu Negara. Perbankan di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998. Berdasarkan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 pengertian Bank adalah sebagai berikut :

1) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

(19)

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2) Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3) Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Indonesia tidak termasuk dalam pengertian bank, sebab bukan sebuah badan usaha yang berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar- besarnya, kendati melakukan kegiatan usaha yang bersifat komersial.11

Ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia memberikan pengertian tentang Bank Indonesia :

1) Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.

2) Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang ini.

3) Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang ini.

11 Rachmadi Usman, 2003, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, h. 127.

(20)

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga yang indenpenden dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri dilakukan berdasarkan Pancasila dan UUUD 1945. Asas hukum merupakan dasar atau Ratio Legis bagi dibentuknya suatu norma hukum, demikian pula sebaliknya norma hukum harus dapat dikembalikan kepada asas hukumnya. Asas hukum adalah dasar normative pembentukan hukum, tanpa asas hukum positif tidak memiliki makna dan kehilangan watak normative, dan untuk menjadi aturan suatu asas memerlukan bentuk yuridis.12

Asas-asas yang dikenal dalam Perbankan Indonesia yaitu : Asas Demokrasi Ekonomi, Asas Kehati-hatian (Prudential Principle), Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle), Asas Kerahasiaan (Confidential Principle), dan Asas Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principle).

Asas demokrasi ekonomi ini tersimpul dalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

12 Djuhaendah Hasan, Tanpa Tahun, Asas-Asas dan Norma Hukum dalam Sistem Hukum Indonesia, Makalah, Bandung, h.10.

(21)

Yang mana dengan asas ini, tidak terjadi monopoli. hal ini dikarenakan setiap warganegara berhak untuk mendapat suatu hal yang sama.

Asas kehati-hatian menurut Zulfi Diane Zaini dalam bukunya Independensi Bank Indonesia dan Penyelesaian Bank Bermasalah adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan Prinsip Kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercaya padanya.

Asas kepercayaan adalah susatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan anatara bank dengan nasabah. Bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan padanya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya.

Kemauan masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya dibank, semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperolehnya kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan dan disertai dengan imbalan.13

Asas mengenal nasabah (Know Your Customer Principle) adalah asas yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui nasabah, memantau kegiatan transaksi termasuk melaporkan setiap transaksi yang merugikan.14

13 Zulfi Diane Zaini, 2012, Independensi Bank Indonesia dan Penyelesaian Bank Bermasalah, CV. Keni Media, Bandung, h.55.

14 Ibid.

(22)

Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kea rah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Secara teoritis, terdapat dua aliran (school of thought) dalam hal pengawasan lembaga keuangan. Di satu pihak terdapat aliran yang menyatakan bahwa pengawasan industri keuangan sebaliknya dilakukan oleh beberapa industri. Di pihak lain aliran yang berpendapat pengawasan industri keuangan lebih tepat apabila dilakukan oleh beberapa lembaga. Di Inggris misalnya industri keuangannya diawasi oleh Financial Supervisory Authority (FSA), sedangkan di Amerika Serikat industri keuangan diawasi oleh beberapa industri. SEC misalnya mengawasi perusahaan sekuritas sedangkan industri perbankan diawasi oleh Bank Sentral (the Fed), FDIC dan OCC. Alasan dasar yang melatarbelakangi kedua aliran ini adalah kesesuaian dengan sistem perbankan yang dianut oleh negara tersebut. Juga, seberapa dalam konvergensi diantara lembaga-lembaga keuangan.

Pengawasan berasal dari terjemahan bahasa inggris monitoring atau supervision, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penilikan dan pengarahan kebijakan jalannya perusahaan. Sedangkan menurut Penjelasan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan pengawasan adalah pengawasan yang tidak langsung yang terutama dalam bentuk pengawasan dini melalui penelitian, analisis dan evaluasi laporan bank, dan

(23)

pengawasan langsung yaitu pemeriksaan langsung yang disusul dengan tindakan perbaikan.

Pengawasan tidak langsung (off site supervision) yaitu melakukan pengawasan bank secara individual, kelompok maupun secara keseluruhan dengan menelaah berbagai laporan yang oleh perbankan dengan tujuan untuk menilai apakah peraturan yang ditetapkan , asas usaha bank dan perkreditan yang sehat telah dipatuhi dan dilaksanakan secara konsisten.

Pengawasan langsung (on site supervision) yaitu melakukan pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh dilakukan secara berkala setahun sekali untuk mengetahui kondisi bank secara langsung berdasarkan data dan dokumen yang dipelihara oleh bank, sekaligus menguji kebenaran dan konsistensi pembuatan laporan yang disampaikan kepada otoritas pengawas bank.

Konsekuensi sebagai lembaga yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah, maka Bank Indonesia mempunyai tugas untuk: (1) Menetapkan dan melaksanakan kestabilan moneter, (2) Mengatur dan menjaga kelancaran dan kestabilan sistem pembayaran, (3) Mengatur dan mengawasi sistem perbankan. 15 Tugas tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 8 huruf c Undang-Undang Bank Indonesia.

Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini Bank Indonesia melaksanakan sistem pengawasannya dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision) dan

15 Muhamad Djumhana, op.cit, h.122-123.

(24)

pengawasan berdasarkan risiko (risk based supervision/RBS) dengan adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berarti mengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun mrupakan upaya untuk menyempurnakan sistem pengawasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan perbankan. Secara bertagap, pendekatan pengawasan yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan beralih menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.

Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya menekankan pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan- ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank di masa lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian.

Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko merupakan pendekatan pengawasan yang berorientasi ke depan, dimana suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inherent risk) pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko (risk control system). Melalui pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank untuk proaktif dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang potensial timbul di bank.

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah penelitian hukum empiris, yakni hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang

(25)

merupakan kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan.16 Dalam konteks ini hukum tidak semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom, sebagai ius contituendum (law as what ought to be), dan tidak pula semata-mata sebagai ius contitutum (law as what it is in the book), akan tetapi secara empiris sebagai ius operatum (law as what it is in society). Hukum sebagai

“law as what it is in society”. Hukum sebagai gejala sosio empirik dapat dipelajari di satu sisi sebagai suatau independent variable yang menimbulkan efek-efek pada berbagai kehidupan sosial, dan di lain sisi sebagai suatu dependent variable yang muncul sebagai akibat berbagai ragam kekuatan dalam proses sosial (studi mengenai law in process).17

1.8.2 Jenis Pendekatan

Penelitian hukum umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni18 :

1. Pendekatan Kasus (The Case Approach).

2. Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach).

3. Pendekatan Fakta (The Fact Approach).

4. Pendekatan Analisis Hukum (Analitical & Conseptual).

5. Pendekatan Frasa (Words & Phrase Approach).

6. Pendekatan Sejarah (Historical Approach).

7. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach).

16 Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI- Press), Jakarta, h.50.

17 , 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana., h. 79.

18 Ibid, h.80.

(26)

Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach), Pendekatan Fakta (The Fact Approach), dan Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical &

Conseptual Approach).

Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach) yaitu pendekatan berdasarkan pada teori-teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.

Pendekatan Fakta (The Fact Approach) yaitu pendekatan yang didasarkan pada fakta-fakta yang terjadi di lapangan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.

Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach) adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari pandangan dan doktrin yang berkembang di ilmu hukum dan menggunakan konsep hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.19 Konsep ini bersifat universal.

1.8.3 Sifat Penelitian

Penelitian hukum empiris menurut sifatnya dibedakan menjadi :

a) Penelitian eksploratif (Penjajakan atau penjelajahan)

Penelitian eksploratif ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu, atau untuk mendapatkan ide-ide baru

19 Peter Mahmud Marzuki, 2007, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, h.95.

(27)

mengenai suatu gejala itu.20 Penelitian eksploratif umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih baru, masih belum adanya teori-teori, atau belum adanya informasi tentang norma-norma atau ketentuan yang mengatur tentang hal tersebut, atau kalaupun sudah ada masih relative sedikit, begitu juga masih belum adanya dan/atau setidaknya literatur atau karya ilmiah lainnya yang menulis tentang hal tersebut. Terkait dengan hal ini, si peneliti melakukan penelitian eksplorasi yaitu mengekplorasi secara mendalam sesuatu hal yang masih belum terungkap, serta ingin mendalami pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu. pada penelitian eksploratif tidak ada hipotesis, karena secara logika, hipotesis lahir dari kajian pustaka baik yang berasal dari teori-teori, asas-asas hukum, ketentuan peraturan maupun tulisan-tulisan ilmiah lainnya, sementara hal-hal tersebut masih belum ada atau kalupun ada masih sangat sedikit.

b) Penelitian deskriptif

Penelitian deskritif secara umum, termasuk juga didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain di masyarakat.21 Dalam penelitian ini teori-teori, ketentuan peraturan, norma-norma hukum, karya tulis yang dimuat dalam literatur maupun jurnal, doktrin, serta laporan penelitian yang terdahulu sudah mulai

20 Amariddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 25.

21 Ibid.

(28)

ada dan bahkan jumlahnya cukup memadai sehingga dalam penelitian ini hipotesis boleh ada atau boleh juga tidak. Penelitian deskriptif dapat membentuk teori-teori baru yang dapat memperkuat teori yang sudah ada.

c) Penelitian eksplanatoris

Penelitian eksplanatoris menguji hipotesis yaitu penelitian yang ingin mengetahui pengaruh atau dampak suatu variabel terhadap variabel lainnya atau penelitian tentang hubungan atau korelasi suatu variabel.

d) Penelitian verifikatif

Penelitian yang bertujuan untuk menguji teori.

Adapun sifat penelitian dalam penulisan ini adalah bersifat deskriptif, penelitian ini bertujuan menggambarkan secara lengkap dan sistematis atas suatu fenomena hukum yang ada pada kenyataan dilapangan. Menurut Abdulkadir Muhamad bahwa uraian yang bersifat deskriptif memiliki tujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentuk dan pada saat tertentu.22 Sejalan dengan hal tersebut sifat penelitian deskriptif yang penelitiannya secara umum, termasuk pula didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian deskriptif dapat membentuk teori-teori yang baru yang dapat memperkuat teori yang sudah ada.

22 Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.50.

(29)

1.8.4 Sumber Data

Data yang digunakan untuk menunjang pengkajian masalah dalam penelitian ini yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu dari wawancara dengan para informan.23 Dalam penelitian ini akan dilakukan di PT. Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung yaitu pada PT. BPR Cahaya ArthaBali, PT. BPR Parasari Sibang, PT. BPR Mertha Sedana.

Dengan mewawancarai beberapa informan yang bekerja maupun terlibat dalam kegiatan di bank tersebut.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang dilakukan untuk menggali data-data yang didasarkan pada literatur-literatur dan data-data yang terkait dengan pelaksanaan pengaturan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, peraturan perundang-undangan, pendapat para sarjana, dan artikel atau berita yang diperoleh via internet. Sumber data sekunder tersebut terdiri dari tiga bahan hukum yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

1. Bahan hukum primer

23 Amariddin dan Zainal Asikin, op.cit. h. 30.

(30)

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat dan memiliki kekuatan hukum, seperti peraturan perundang-undangan. Bahkan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

c. Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

e. Undang-Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari studi kepustakaan yang dilakukan dengan menelaah pendapat para pakar hukum yang dimuat dalam literatur hukum, hasil penulisan yang berupa hasil penelitian para ahli hukum yang dijadikan dokumen-dokumen hukum.

3. Bahan hukum tersier

Bahan hukum yang memberi petunjuk atau penjelas terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.

(31)

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara :

a. Teknik wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang sering dan paling lazim digunakan dalam penelitian hukum empiris. Teknik wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi-informasi terkait pelaksanaan pengaturan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. Wawancara dilakukan dengan pihak bank/perusahaan terkait, direktur bank/perusahaan maupun dengan lembaga lain yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

b. Teknik studi dokumen

Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam setiap penelitian hukum, baik dalam penelitian normatif maupun penelitian hukum empiris, karena meskipun aspeknya berbeda namun keduanya adalah penelitian ilmu hukum yang selalu bertolak dari premis normatif. Studi dokumen baik berupa membaca buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen- dokumen seperti berkas perkara, dan sebagainya. Dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian.

(32)

1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif atau yang sering disebut dengan deskriptif kualitatif maka keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun sekunder, akan diperoleh dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan dalam pola dan thema, diklasifikasikan, dihubungkan anatara satu data dengan data yang lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas datas. Proses analisis tersebut dilakukan secara terus-menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus sehingga pada tahap analisis.

Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistematis.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bentuk perlindungan hukum terhadap lessor dalam objek leasing apabila lessee wanprestasi adalah dilakukan

Assertion untuk spesifikasi pertama Syarat kedua yang akan dibuat menjadi assertion adalah jika semua proses yang reliable memiliki nilai awal (lokal variabel) maka nilai

Berdasarkan tabel dan histogram di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat kreativitas guru dalam mengajar dilihat dari sudut pandang guru kelas III di SD

Sebuah spesimen yang dianggap layak untuk nama jenis (type) tetapi tidak termasuk dalam seri asli di mana deskripsi spesies baru didasarkan. Sekunder Type

Belum dapat menyajikan gagasan pokok dan gagasan pendukung dalam peta pikiran 4 Sikap: Mandiri Tugas diselesaikan dengan mandiri Sebagian besar tugas diselesaikan dengan

Di Indonesia, mesin-mesin pertanian untuk budidaya sayuran, terutama untuk pengolahan tanah hingga pembuatan guludan untuk penanaman sayuran, jumlahnya sangat sedikit

ii) Efek selain saham dan/atau instrumen pasar uang tidak memenuhi Prinsip syariah di Pasar Modal, dengan ketentuan selisih lebih harga jual dari Nilai Pasar Wajar pada saat masih

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di lapangan (showroom Garasi Auto Gallery), mobil premium yang beredar di wilayah Yogyakarta khususnya, dimulai di harga 300 juta