PENERAPAN SISTEM E-COURT
PADA PENGADILAN AGAMA SAROLANGUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Hukum Keluarga Islam Pada Fakultas Syariah
MUHAMMAD ROIHAN IBRAHIM NIM : 101170095
PEMBIMBING
Drs. M. HASBI ASH-SHIDDIQI, M.A.
MUSTIAH RH. S.Ag., M.Sy
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021/2022
!600Lt
l0l
hllN
,{1FvnEaNvrmn'a'il.i{r\v
.<
'urTrle,{uel,{
Suel
Z0Z I
l.r{ 0l
'lqull
'IuI rsdllls
llcp
qaloreil e,{es
tuD^
lllet
wlnqE.urd lnseur-rrl-rqlurl
urppnJres
tqeqJ urLlllns
Nlll
uEnluelel n)illlaq uDp
8ue.{
urnlnq Itnsas tIuutlqlr'\\eEunSSutl-tcdrueul
cfurs lllleuod
l]lrlLu 'llru5q ryll]
unDlr''{ulcd
IUI
ellqDdv
.tlelulll
P.tllaos
uEIr?ucqtp 8uc'( rrtnlu;r1c1 trr:8uep
lenses
tiuroqtuns
u!Itnqaslp qelal8uc.{
uEdun)l IlPnce}
'LInl itrelo
srln}rP nelc uEIIsPlllqnc
tlnri I
u.lcur lsueq 1upt1
utp
surst-tcr8u1d tLInPuuStl:LU
1cpll SUri(
tpcqud
cIlll
1tscr1
qrlupe ,.un8uelorus
oult?Y
utlllpB7urd
sptd
llno]-g
ualsls uedtlruid"
:lnpnfteq
3ue,{
rsduls r,(qrlq
'E'{uqn8'trnsas
uriulp
ueletl'{uep'I
rqrusl
elo)
?unlnlet u€leuece) /9
oN le'\\Eluer{
u€pl
:
lerrlulv
qeqe(S
:
sBllqed
ulElsl cSlBnle)
run}lnH:
UESlunI
9600rI
i Iot
hUN
-
urltl€Jql u?tllou
peLutupqnl
:
ioureN
z s00
t0866r 9010016l
,00
'dIN I
€02661 8090196r
:dIN TTiaiEtpp-tiis-rrsvr.qsu-Erfr I.sro-
<!*^
IS trttr-.;y'S'HU rlBUsnnl
s...-....-.
- ---nlJ
Bulqrulqruag
1
qt\ tit\ '
11-l tu D 1
D I I
a t
D I s D
sql1
'rsiu!g
uup esflN
'oueiv
uDiLIIlueda)i
lSeq leeJucrucq
t3o(ras
qrsel
eulDal
utldrrn lrrlcl
'qeluPrIItu.(l 'rqrutf
urPprures
eqpqf urq{ns
ue3.N
rrllrlsl sellsr.^Iul}q]]r.rt,(S se}ln1eC
urDlsl l]Slenl.)
unlnH
uesnmi uplEp
(lS)
nlcs lrlElls ELI[l]ts IDIaB
qeloreduitu
1r:lle,{s1ele,{s
rdrlSueleul eun8 utlqcsebr:unurtp
llllun
urln[aIpltdEp
ur]f
IntnlcslP LlDlef
,,un8[elores
euletv
usllpe:uad Rptd
llnoJ-A
rualsls
uudtrcuad,,
:lnpnileq 8ue^
S600/ I 'LurqErql uEqrou
l0l
petuucqnr\
crepn8s
rsduls e{eru
'p^unl.rJdes
uelleqI5d uelePo8uour
treqlueul uEp qeleles
tn
'qa urnilDlDluutllDssk,9NtSl{Ilsl{gd NvofnJssusd
ivr
IAI-lc
rquPI urppru:res
Eqeql ueqllxs
NIn
IZ0Z8S
(I
,0)'dtcI
gitlt
lqtuef
ortnN
'qe) olnlef
uarnq
dur15 91 1ag uellng
1{)
erenl{
Iqust'lf -
rqturf
SIS NIOrlEFB,tS
sultnlud
:
,tS'I{l
'3y
S'HU qlrrtsnN
:
l,{ 'tblppHs-qsy
y
IqsRH
'N
sro
:
qeuers sellDlBd ue1eo
tpeds) qr^
letrl€lv 13u1qur1que4 13u1qur1qua4
,
t!!
( ( ( (
/^tw
(100210866r9010016t'dIN
'iS'[I )
";\,'S'HU
qBrtlnt{f001t026618090t961'drN
'V'lt
) 'rbrpprqS-qsyrqsEI['lt 'sr0
t00zt0000z9l
t0zl,6I'dI-\
)'l't!,t'tt";y's'qEiunqsuJ,\
t00tf0t66t8tztt96t'dlN
'unII l{'H'S'btqst )
'H '.r(l
I00zt0t66rs0{i09961'dlN qu.{riroql'EJ(]
I00zt0z66r0zzr
t16l'drN
)'lH'lt
":iY's 'rrEir;plt
ttutlBu I
'.r(
iurquuquc.l
11'9
I;urqrulquJd
S
ltn5rrctr 11
I
rtn8uJd
I
f
;usprS
srrtla.rlJs
;
iuGprS
Rnte)
I
:uallil
ElllUIrd
laoz
requre,\oN
rquiel
'urEISI
?8jsnle, umlnH
u,lEPp
t (
n]?S S)
ele4s eu€ftss rele8
qeloredrueu tr€le,{s
n}?S qeles
rp8€qos
€ruuollp qqel
rsdlqs
IurIZ0Z reque^oN
Ll
ltr.aa.dul
€p€d Ep?d
rqulel ulppnJl"S
eq€qJ_
uEqns q€Ie.{S
NII
ss}Fl?d q?sBb€mI
SuEplS 8p€d u?)flfnrp
qelel
..unBuEIorES
euu8y uqlpr8ueg
unoJ-f, lp
rtrolqs
uadsJaued,,
Inpn[eq
3u€,{
Isdt!.ts
\YIf
I t
I.I
\Y.I
I\]\'II\
S:II)\-Id
J
s00l f0000zz010z16 'dr t
N
679739 (1146)
dlel uemc
Izguns 8u?durls
'uetFg
elEnIAI-IqulEI
?,{€X
ulf
iv MOTTO
ٗﻩ َﺮﱠﻳ ﺍ ًﺮ ۡﻴَﺧ ٍﺓ ﱠﺭَﺫ َﻝﺎَﻘۡﺜِﻣ ۡﻞَﻤ ۡﻌﱠﻳ ۡﻦَﻤَﻓ
Artinya: “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (Q.S. Az-Zalzalah: 7)
v
mempermudah manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari, baik individu maupun dalam masyarakat. Dengan adanya internet yang merupakan salah satu teknologi yang ada, urusan yang berhubungan dengan hukum akan menjadi lebih mudah. Skripsi ini khusus membahas bagaimana penerapan dan pelaksanaan sidang online atau yang disebut e-court. Skripsi ini dibuat dengan tujuan sebagai pemahaman dan pembelajaran tentang bagaimana berjalannya sistem e-court khususnya di Pengadilan Agama Sarolangun. Dan dalam pelaksanaannya apakah berjalan dengan lancar, atau ada faktor-faktor tertentu yang menghambat berjalannya sistem e-court yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu data primer melalui wawancara dan data sekunder yang berupa arsip dan dokumen serta literatur yang berhubungan dengan pembahasan. Adapun hasil dari penelitian ini, Pertama sidang online atau e-court merupakan salah satu cara untuk mempermudah individu yang hendak berperkara di pengadilan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan, sebagaimana yang tertera dalam asas peradilan yang tertulis dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pedoman Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik. Kedua dengan adanya e-court yang telah diluncurkan oleh Mahkamah Agung RI, maka beberapa tahap dalam berperkara di pengadilan dapat dilakukan melalui online atau daring. Ketiga didalam pelaksanaan e-court dapat dijumpai berbagai faktor-faktor kendala seperti kurangnya penyuluhan dan informasi kepada masyarakat mengenai pelaksanaan e-court, serta masih ada nya advokat-advokat yang belum terdaftar dan mendaftarkan diri untuk menggunakan e-court.
Kata kunci: sidang online, e-court, perkara, pengadilan
vi
PERSEMBAHAN
Dengan semangat, tekad dan do’a, akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Banyak rintangan, hambatan dan cobaan tetap Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT dan dukungan dari kedua orang tua dan saudara dan juga teman seperjuanganku dan semua yang terkait dalam proses penyelesaian skripsi ini. Sebagai rasa syukur, skripsi penulis persembahkan sepenuhnya kepada orang-orang yang telah memberi arti dalam perjalanan hidup penulis yakni keluarga besarku tercinta. Abah dan Mama tercinta, terima kasih atas do’a, semangat dan kasih sayang yang Abah dan Mama berikan kepada penulis dan selalu memberi motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Bapak Ketua Pengadilan Agama Sarolangun yang terkait dan bapak ibu dosen, terimakasih ilmu dan bimbingan dari kalian sangat menuntut penulis untuk menjadi insan yang lebih baik. Serta kakak-kakakku tersayang yang selalu mendukung dalam bidang apapun yang mereka bisa untuk membantu dan mengarahkan penulis. Serta para sahabat dan teman-teman HKI yang selalu bersama- sama dalam belajar dan sama-sama berusaha untuk mencapai cita-cita.
Semoga Allah Swt senantiasa memberikan anugerah dan perlindungan-Nya bagi kita semua. Amin
vii
dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis dapatkan baik dalam mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya, berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph,D sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., MH selaku Dekan Fakultas Syariah
3. Wakil Dekan I Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D, Wakil Dekan II Bapak Ruslan Abdul Gani, SH., M.Hum., dan juga Wakil Dekan III Bapak Dr. H. Ishak, SH., M.Hum.
4. Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam Ibunda Mustiah RH, S.Ag., M.Sy
viii
5. Bapak Irsadunas Noveri, S.H., M.H. sebagai Sekretaris Jurusan Hukum Keluarga Islam
6. Bapak Rasito, S.H., M.Hum. yang senantiasa bersedia memberikan arahan, bantuan dan bersedia kapanpun untuk bertemu demi peneliti menyelesaikan studi, bapak adalah dosen terbaik, Pembimbing Akademik terbaik yang pernah ada bagi saya.
7. Bapak dan Ibu Staf Akademik yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan baik hingga proses penelitian peneliti dapat diselesaikan
8. Dosen Pembimbing I Bapak Drs. M. Hasbi Ash-Shiddiqi, M.A. yang selalu membimbing peneliti dengan baik
9. Ibunda Mustiah RH, S.Ag., M.Sy selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan yang bersifat membangun untuk peneliti
10. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
11. Bapak dan Ibu Karyawan/Karyawati Perpustakaan Fakultas Syariah dan Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung.
13. Teman-teman sejawat dan seperjuangan HKI A dan HKI B Angkatan 2017
Jambi, 10 Mei 2021 Penulis,
MUHAMMAD ROIHAN IBRAHIM 101170095
ix
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii
MOTTO ... iv
ABSTRAK ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuam dan Kegunaan Penelitian ... 4
E. Kerangka Teori ... 5
F. Tinjauan Pustaka ... 9
G. Metode Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN KONSEP TENTANG E-COURT A. Pengertian e-Court ... 14
B. Sistem Administrasi dan Persidangan Secara Elektronik ... 17
x
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 32
BAB IV PENERAPAN SISTEM E-COURT DI PENGADILAN AGAMA SAROLANGUN A. Praktek Sistem E-Court di Pengadilan ... 39
B. Penerapan Sistem E-Court di Pengadilan Agama Sarolangun ... 44
C. Peluang dan Hambatan dalam Penerapan Sistem E-Court di Pengadilan Agama Sarolangun ... 66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Saran-saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
INSTRUMEN WAWANCARA ... 78
DOKUMENTASI ... 79
CURRICULUM VITAE ... 81
1
Latar belakang historis lahirnya sistem e-court di dunia peradilan, di samping karena tuntutan teknologi yang semakin canggih, dan semangat Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk membangun peradilan modern berbasis teknologi informasi, membangun azas persidangan cepat dan biaya ringan, serta peradilan yang bersih dan bebas korupsi, sistem ini juga sekalian sebagai respons terhadap keluhan sebagian para lawyer, advokat, atau pengacara yang menginginkan adanya solusi terkait ribetnya sistem persidangan yang diduga, efektifitas waktunya tidak efektif, boros biaya bagi advokat, dan manajemen waktu yang tidak akurat, padahal datang ke persidangan hanya untuk menyampaikan sebuah jawaban gugatan atau replik atau duplik.
Respons terhadap semua itu, lahirlah e-court1 (electronic court), persidangan electronic dalam bahasa Indonesianya, merupakan sebuah sistem peradilan yang dilaksanakan secara elektronik. Instrumennya, pendaftaran
1 Adalah layanan bagi Pengguna Terdaftar untuk Pendaftaran Perkara Secara Online, Mendapatkan Taksiran Panjar Biaya Perkara secara online, Pembayaran secara online, Pemanggilan yang dilakukan dengan saluran elektronik, dan Persidangan yang dilakukan secara Elektronik. Instrumennya meliputi e-Filing (Pendaftaran Perkara Online di Pengadilan) e-Payment (Pembayaran Panjar Biaya Perkara Online) e-Summons (Pemanggilan Pihak secara online) e- Litigation (Persidangan secara online). Lihat https://ecourt.mahkamahagung.go.id/ yang di akses pada tanggal 15 Desember 2020
2
perkara secara elektronik, pembayaran perkara secara elektronik, pemanggilan pihak-pihak berperkara secara elektronik dan persidangan secara elektronik.
Sebagai sebuah sistem, e-court termasuk salah satu sistem baru bagi dunia peradilan2 yang berbeda dengan sistem sebelumnya, namun bukan berarti dengan adanya sistem baru ini, sistem lama dihapuskan, tidak, sistem lama masih tetap berjalan sebagaimana biasa. Sistem ini juga telah diterapkan pada seluruh peradilan di Indonesia. Mantan Ketua Mahkamah Agung RI, Prof. Dr. H. M. Hatta Ali, SH., MH mengatakan era baru peradilan modern berbasis teknologi informasi merupakan momentum penting dalam peradilan Indonesia yaitu beralihnya sistem administrasi peradilan manual ke sistem administrasi peradilan elektronik. Terbitnya PERMA Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan secara Elektronik yang diikuti dengan peluncuran aplikasi e-court telah membuka ruang bagi proses pendaftaran perkara secara elektronik (e-filing), pembayaran panjar biaya perkara secara elektronik (e-payment), pemanggilan dan pemberitahuan kepada para pihak secara elektronik (e-summons). Ketiga fitur dalam aplikasi e-court tersebut terintegrasi dengan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP), Sistem Informasi Perkara (SIAP) Mahkamah Agung dan Direktori Putusan.Semangat modernisasi pada Mahkamah Agung didorong oleh visi
2 Era Baru Peradilan Modern Berbasis Teknologi Informasi merupakan momentum penting dalam peradilan Indonesia yaitu beralihnya sistem administrasi peradilan manual ke sistem administrasi peradilan elektronik. Terbitnya PERMA Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan secara Elektronik yang diikuti dengan peluncuran aplikasi e-court telah membuka ruang bagi proses pendaftaran perkara secara elektronik (e-filing)pembayaran panjar biaya perkara secara elektronik (e-payment), pemanggilan dan pemberitahuan kepada para pihak secara elektronik (e-summons). Ketiga fitur dalam aplikasi e-court tersebut terintegrasi dengan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP), Sistem Informasi Perkara (SIAP) Mahkamah Agung dan Direktori Putusan. Lihat laporan tahunan Mahkamah Agung RI tahun 2018
untuk mewujudkan badan peradilan Indonesia yang agung melalui penyelenggaraan peradilan yang sederhana cepat dan biaya ringan.3
Pengadilan Agama Sarolangun, termasuk salah satu pengadilan yang menerapkan sistem e-court dalam persidangan. Bagaimana prakteknya di Pengadilan Agama Sarolangun dan apa saja kendala maupun tantangannya dalam penerapan, merupakan kajian menarik untuk di bahas secara detil.
Pentingnya pengetahuan ini tidak lain untuk menjadi sumber wawasan bagi peneliti mau mahasiswa fakultas hukum, mengingat kajian tentang e-court ini adalah termasuk sistem baru yang diterapkan di Pengadilan.
Untuk itu, dibutuhkan sebuah penelitian yang membahas secara khusus tentang penerapan e-court pada Pengadilan. Untuk kebutuhan itu, penulis mencoba untuk melakukan sebuah penelitian dengan tema Penerapan e-court pada Pengadilan Agama Sarolangun.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang diangkat adalah bagaimana penerapan e-court dalam sistem peradilan pada Pengadilan Agama Sarolangun. Untuk menemukan jawaban terhadap persoalan pokok ini, maka terlebih dahulu harus menyelesaikan persoalan-persoalan berikut:
1. Bagaimana praktek sistem e-court di Pengadilan?
2. Bagaimana penerapan sistem e-court di Pengadilan Agama Sarolangun?
3 Lihat Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI tahun 2018
4
3. Bagaimana peluang hambatan dan peluangnya dalam penerapan sistem e- court di Pengadilan Agama Sarolangun?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan dalam penelitian karya ilmiah ini sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan dan terarah, maka peneliti membuat Batasan permasalahan yang akan dibahas agar tidak keluar topik pembahasan, yaitu sebatas penerapan sistem e-court (sidang elektronik) dan bagaimana pelaksanaannya di Pengadilan Agama Sarolangun
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Praktek Penerapan Sistem e-Court di Pengadilan Agama Sarolangun
b. Untuk mengetahui pengaruh dari Penerapan Sistem e-Court di Pengadilan Agama Sarolangun
c. Untuk mengetahui peluang, hambatan, serta kendala pada Penerapan Sistem e-Court di Pengadilan Agama Sarolangun
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Kegunaan Akademis
1) Untuk menambah hasanah Ilmu pengetahuan dibidang Ilmu pengetahuan tentang e-Court
2) Untuk menambah referensi dan sumber informasi Ilmu pengetahuan bagi kawan mahasiswa, dosen, dan berbagai kalangan lainnya yang memerlukan informasi tentang e-Court yang diterapkan di Pengadilan Agama Sarolangun
3) Sebagai syarat menyelesaikan strata satu (S.1) pada Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
b. Kegunaan Praktis
1) Diharapkan bisa berguna bagi kehidupan masyarakat dalam menerapkan Ilmu Pengetahuan tentang e-Court
2) Sebagai bentuk kontribusi nyata penulis dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan Khususnyadalam e-Court
3) Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran tentang praktik penerapan sistem e-Court di Pengadilan Agama Sarolangun
E. Kerangka Teori
Teori yang digunakan adalah teori sederahana, cepat, dan biaya ringan, yang sesuai dengan asas peradilan yang dituliskan dalam Peraturan Mahkamah Agung Tahun 2018. Disebutkan bahwa asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan artinya peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederahana dan biaya ringan
6
Untuk memudahkan membaca skripsi ini perlu dipetakan terlebih dahulu sistem dan cara persidangan yang berlaku pada Peradilan Agama. Sejak sekian lama, sejak awal berdirinya lembaga Peradilan Agama di Indonesia, sistem persidangan pada Pengadilan Agama itu hanya menggunakan satu cara, yaitu sidang secara langsung (nyata), yang membedakan itu adalah adalah tempat persidangan dan penyebutannya. Sejarah mencatat bahwa Peradilan Agama di Indonesia telah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Samudera Pasai di Aceh, kerajaan Islam Mataram di Jawa Tengah, kerajaan Islam di Banjarmasin, Makassar dan selainnya Wewenang Peradilan Agama pada saat itu meliputi perkara perdata bahkan pidana Di zaman pemerintahan Hindia Belanda, Peradilan Agama berkembang di daerah- daerah dalam keadaan tidak sama. baik namanya, wewenangnya, maupun strukturnya Ada beberapa sebutan nama Peradilan Agama pada waktu itu seperti "Rapat Ulama, Raad Agama. Mahkamah Islam, Mahkamah Syara', Priessteraad, Peradilan Paderi, Godsdientige Rechtspark. Godsdietnst Beatme, Mohammedansche Godsdienst Beatme.Kerapatan Qadi, Hof Voor Islamietische Zaaken, Kerapatan Qadi besar, Mahkamah Islam Tinggi dan sebagainya.4
Yang dimaksud sidang secara langsung itu adalah, masyakat langsung datang ke Pengadilan, mengajukan gugatan ke pengadilan dan bersidang secara langsung di Pengadilan. Dihadiri sendiri atau diwakilkan melalui kuasa hukum.
4Cik Hasan Bisri. Peradilan Agama di Indonesia (Cet. IV; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1996), h.110
Itulah satu-satunya sistem yang berlaku selama bertahun-tahun pada lembanga pengadilan agama.
Barulah pada tahun 2018, lahir Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 2018 tentang administrasi perkara secara elekronik. Sesuai dengan pertimbangannya, peraturan ini lahir sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman, yang mengharuskan adanya pelayanan administrasi di Pengadilan yang lebih efektif dan efisien.5
Berdasarkan peraturan ini, hanya tiga layanan yang disediakan Pengadilan bagi masyarakan untuk berurusan secara elektronik tanpa harus dating ke Pengadilan, pertama e-filling (pendaftaran perkara), kedua, e- payment (pembayaran biaya perkara) dan ketiga e-summons (pemanggilan secara elektronik). Selebihnya, untuk persidangan, masyarakat tetap harus datang ke Pengadilan, melakukan persidangan tahap demi tahap hingga perkara di putus.
Kemudian pada tahun 2019, lahir pula Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang administrasi perkara dan persidangan secara elektronik. Yang dalam pertimbangannya, di samping untuk memenuhi tuntutan dan perkembangan zaman, yang mengharuskan adanya pelayanan administrasi secara lebih efektif dan efisian, perlu pula melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018, terutama terkait persidangan secara elektronik.6
5Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 2018 tentang administrasi perkara secara elekronik
6Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang administrasi perkara dan persidangan secara elektronik
8
Berdasarkan peraturan ini, maka lahirlah sistem baru dalam sistem persidangan di Pengadilan Agama, yakni e-litigation atau persidangan secara elektronik, yang memungkinkan bagi para pihak berperkara untuk mengirimkan jawaban, replik, duplik, kesimpulan dan pembacaan putusan secara elektronik. Kehadiran para pihak secara langsung di Pengadilan, adalah pada saat sidang pertama dan ketika mengujukan pembuktian.
Jika persidangan dilaksanakan tidak secara elektronik, maka ruang sidangnya adalah ruang sidang pengadilan yang telah disiapkan pada setiap Pengadilan dan para pihak wajib datang dan menghadiri persidangan secara langsung ke ruang sidang Pengadilan tersebut. Bagaimana dengan persidangan elektronik?
Dalam persidangan elektronik, apabila para pihak telah sepakat untuk melanjutkan persidangan secara elektronik, maka ruang sidangnya pun bergeser dari ruang sidang real, menjadi ruang sidang virtual. Dan untuk bersidang, wajib masuk ke dalam ruang virtual itu, dengan alamat https://ecourt.mahkamahagung.go.id dan mesti login dengan akun yang sudah terdaftar. Di ruang virtual inilah persidangan selanjutnya akan dilaksanakan.
Setiap persidangan dalam ruang virtual itu, terlebih dahulu telah dijadwal persidangannya (court calender) sesuai kesepakatan para pihak, mulai dari tahap jawaban hingga pembacaan putusan. Ketika tahap jawaban atau tahapan replik misalnya, dengan tanggal dan jam persidangan yang telah ditetapkan, tidak disampaikan atau dikirim atau diupload dalam ruang sidang virtual itu, maka dianggap tidak menghadiri persidangan., dan harus disampaikan
panggilan kembali secara elektronik untuk mengikuti tahapan persidangan selanjutnya.
Dengan demikian, dari pemaparan di atas, dapat dipetakan sistem persidangan di Pengadilan Agama itu ada tig acara, yaitu persidangan dengan cara biasa (langsung), persidangan secara e-court dan persidangan secara e- litigation.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelitian yang lebih integral seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penulis berusaha untuk melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya-karya yang lebih mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti.
1. Jurnal yang ditulis oleh Sonyendah Retnaningsih yang berjudul Pelaksanaan E-Court Menurut Perma Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik Dan E-Litigation Menurut Perma Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi Perkara Dan Persidangan Di Pengadilan Secara Elektronik (Studi Di Pengadilan Negeri Di Indonesia). Jurnal ini membahas tentang upaya pelayanan administrasi perkara di pengadilan yang lebih efektif dan efisien untuk mendukung kemudahan berusaha.7
2. Jurnal yang ditulis oleh Susanto, Muhamad Iqbal, dan Wawan Supriyatna yang berjudul Menciptakan Sistem Peradilan Efisien Dengan Sistem E- Court Pada Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Agama Se-Tangerang
7 http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/view/2486, diakses pada tanggal 10 Mei 2021 21.00
10
Raya. Jurnal ini menitikberatkan kepada efektifitas dan efisiensi e-court di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama se-Tangerang Raya yang diharapkan dapat mengatasi biaya dan waktu yang diperlukan untuk perkara8
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yuridis empiris.
Penelitian ini dilakukan pada Pengadilan Agama Sarolangun yang bertempat di Kabupaten Sarolangun, untuk melihat bagaimana penerapan e- court pada Pengadilan Agama Sarolangun dalam praktik. Penelitian ini berlangsung selama lebih kurang 1 (satu) bulan yaitu sejak tanggal 17 Maret 2021 sampai dengan tanggal 23 April 2021.
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang obyeknya mengenai gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kelompok masyarakat.
Berlokasi di Pengadilan Agama Sarolangun, dalam penulisan ini permasalahan utama yang ingin diteliti adalah “Penerapan Sistem e-court pada Pengadilan Agama Sarolangun”.
b. Pendekatan Penelitian
8 http://e-jurnal.stih-pm.ac.id/index.php/cendekeahukum/article, diakses pada tanggal 10 Mei 2021 21.00
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena data-data yang diperoleh berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai masalah yang diangkat dalam judul ini. Pendekatan ini dilakukan dengan Teknik pengumpulan data yang berdasarkan pada instrument pengumpulan data. Penelitian ini juga bersifat deskriptif, dimana metode ini menggambarkan suatu data yang akan dibuat. Ciri-ciri metode deskriptif adalah memusatkan diri pada masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual, dan kemudian data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan dan dianalisis.
2. Jenis dan Sumber data a. Jenis data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari informan atau responden melalui observasi atau wawancara secara langsung dan mendalam. Data sekunder adalah data yang didapat baik berupa arsip maupun dokumen yang dimiliki oleh pihak Pengadilan Agama Sarolangun serta dapat juga berupa literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh kelengkapan data.
b. Sumber data
Sumber data yang mungkin akan dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah Aparatur Sipil Negara Pengadilan Agama Sarolangun dan pihak terkait. Sedangkan bahan (materi) yang menjadi sumber data adalah sarana
12
dan prasarana, arsip dan dokumen serta literatur yang dapat dijadikan sumber data tertulis.
3. Tehnik pengumpulan data a. Observasi non-Partisipan
Observasi non-partisipan adalah pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti, akan tetapi tetap mengikuti dan mengamati bagaimana berjalannya proses kegiatan.9 Observasi non-partisipan ini dilakukan terhadap prosedur dan pelayanan pada Pengadilan Agama Sarolangun dalam menerapkan sistem e-court.
b. Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat.10 Wawancara dilakukan terhadap pimpinan, hakim dan pegawai terkait, dan bila diperlukan juga kepada pada lawyer.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable dengan menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen- dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.
4. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi yakni merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi, secara
9 Irawan Abdullah. Metode Penelitian Sosial; Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. hal. 70.
10 Ibid.
teknis, konten analisis mencakup upaya: a) klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi b) menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi dan c) menggunakan teknis analisis tertentu sebagai pembuat prediksi.11 Dimaksudkan dengan analisis isi dalam penelitian ini adalah sebuah telaah ilmiah terhadap isi atau pesan yang terkandung dalam setiap tindakan dan dalam setiap wawancara komunikatif tentang penerapan e-court pada Pengadilan Agama Sarolangun.
Selanjutnya, analisis lain yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisa komparatif. Analisa komporatif adalah mengkaji bidang keilmuan dengan cara membandingkan berbagai pendapat atau aliran yang ada dalam suatu kajian, sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.12
H. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian bertempat di Pengadilan Agama Sarolangun yang beralamat di Kelurahan Sarolangun Kembang, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi dengan koordinat MQQ3+P8J13. Buka pada hari kerja dari jam 08.00 sampai 16.30. Pengadilan Agama Sarolangun memiliki website http://www.pa-sarolangun.go.id
11 Noeng Muhajir. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996, hal.
49.
12 Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998. hal. 142.
13Google Maps. Diakses pada tanggal 18 November 2021 pukul 09.40
14 BAB II
TINJAUAN KONSEP TENTANG E-COURT A. Pengertian e-Court
E-court adalah layanan bagi Pengguna Terdaftar untuk Pendaftaran Perkara Secara Online, Mendapatkan Taksiran Panjar Biaya Perkara secara online, Pembayaran secara online, Pemanggilan yang dilakukan dengan saluran elektronik, dan Persidangan yang dilakukan secara Elektronik. Dalam hal pendaftaran perkara Online, saat ini di samping Advokat, pengguna terdaftar lainnya juga sudah bisa menggunakan fasilitas ini. Jadi Advokat selaku Pengguna Terdaftar dan Para Pencari Keadilan (Non-Advokat) selaku Pengguna Lainnya yang sudah terdaftar dapat beracara di seluruh Pengadilan yang sudah aktif dalam pemilihan saat mau mendaftar perkara baru.1
Adapun tahapan-tahapan berperkara secara elecronik adalah pertama pendaftaran perkara online (e-filling) dilakukan setelah terdaftar sebagai pengguna terdaftar dengan memilih Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, atau Pengadilan TUN yang sudah aktif melakukan pelayanan e-court. Semua berkas pendaftaran dikirim secara elektronik melalui aplikasi e-court Makamah Agung RI. Pendaftaran Perkara Online dalam aplikasi e-court untuk saat ini baru dibuka jenis pendaftaran untuk perkara gugatan, bantahan, gugatan sederhana, dan permohonan. Pendaftaran Perkara ini adalah jenis perkara yang didaftarkan di Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan TUN yang dalam pendaftarannya memerlukan effort atau usaha yang lebih, dan hal ini
1 Buku Panduan e-court Mahkamah Agung Republik Indonesia.
yang menjadi alasan untuk membuat e-court salah satunya adalah kemudahan berusaha. Keuntungan Pendaftaran Perkara secara online melalui Aplikasi e- court yang bisa diperoleh dari aplikasi ini adalah :
1. Menghemat Waktu dan Biaya dalam proses pendaftaran perkara.
2. Pembayaran Biaya Panjar yang dapat dilakukan dalam saluran multi chanel atau dari berbagai metode pembayaran dan bank.
3. Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi dan media.
4. Proses Temu Kembali Data yang lebih cepat.2
Tahap kedua, dengan melakukan pendaftaran perkara online melalui e-court, Pendaftar akan secara otomatis mendapatkan Taksiran Panjar Biaya (e- SKUM) dan Nomor Pembayaran (Virtual Account) yang dapat dibayarkan melalui saluran elektronik (Multi Channel) yang tersedia. Dalam pendaftaran perkara, pengguna terdaftar akan langsung mendapatkan SKUM yang digenerate secara elektronik oleh aplikasi e-court. Pengguna Terdaftar setelah mendapatkan Taksiran Panjar atau e-SKUM akan mendapatkan Nomor Pembayaran (Virtual Account) sebagai rekening virtual untuk pembayaran Biaya Panjar Perkara.3
Tahap ketiga, setelah Pendaftar melakukan pembayaran sesuai Taksiran Panjar Biaya (e-Skum), Pengadilan memberikan Nomor Perkara pada
2 Ibid.
3 Ibid.
16
hari dan jam kerja, kemudian aplikasi e-court akan memberikan notifikasi/pemberitahuan bahwa perkara sudah terdaftar di Pengadilan.4
Tahap keempat, Panggilan sidang dan Pemberitahuan Putusan disampaikan kepada para pihak melalui saluran elektronik ke alamat email para pihak serta informasi panggilan tersebut bisa dilihat pada aplikasi e-court.
Sesuai dengan Perma No.3 Tahun 2018 bahwa Pemanggilan yang pendaftarannya dilakukan dengan menggunakan e-court, maka pemanggilan kepada Pengguna Terdaftar dilakukan dilakukan secara elektronik yang dikirimkan ke alamat domisili elektronik pengguna terdaftar. Akan tetapi untuk pihak tergugat untuk pemanggilan pertama dilakukan dengan manual dan pada saat tergugat hadir pada persidangan yang pertama akan diminta persetujuan apakah setuju dipanggilan secara elektronik atau tidak, jika setuju maka akan pihak tergugat akan dipanggil secara elektronik sesuai dengan domisili elektronik yang diberikan dan apabila tidak setuju pemanggilan dilakukan secara manual seperti biasa.5
Tahap kelima, aplikasi e-court juga mendukung dalam hal persidangan secara elektronik sehingga dapat dilakukan pengiriman dokumen persidangan seperti Replik, Duplik, Kesimpulan dan atau Jawaban secara elektronik yang dapat diakses oleh Pengadilan dan para pihak.6
4 Ibid.
5 Ibid.
6 Ibid.
Tahap keenam, aplikasi memuat informasi putusan yaitu tanggal putusan, amar putusan, tanggal minutasi dan salinan putusan elektronik dapat diunduh melalui aplikasi ini.7
Tahap ke tujuh, penanda tanganan berkas Salinan putusan elektronik.8 B. Sistem Administrasi dan Persidangan Secara Elektronik
1. Pendaftaran perkara (e-filling)
Ketika pemohon mengajukan perkara baik sebagai pengguna terdaftar atau pengguna lain maka proses pendaftaran perkara dijalankan sesuai dengan bunyi peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2019 sampai pada tahap pendaftaran sampai memasukkan gugatan, sedangkan mengenai pembayaran biaya perkara dilaku secara elektronik secara virtual account. Pengadilan yang berwenang tetap berpedoman pada domisili senyatanya pihak Tergugat berada atau di mana objek sengketa terletak sebagaimana disebutkan dalam pasal 118 HIR/pasal 142 RBg. Yang pada asasnya actor sequitor forum rei, yaitu pengadilan yang berwenang adalah pengadilan tempat tinggal Tergugat yang jika diperhatikan pasal 17 BW menyatakan tempat tinggal seseorang adalah tempat di mana senyatanya seseorang menempatkan pusat kediamannya.
Setelah perkara terdaftar dan tercatat dalam register elektronik dan yang bersangkutan sudah memperoleh nomor perkaranya, barulah proses selanjutnya ketua Pengadilan menerbitkan
7 Ibid
8 lihat https://ecourt.mahkamahagung.go.id/ dan buku Panduan e-court Mahkamah Agung Republik Indonesia.
18
Penetapan Majelis Hakim (PMH) dan penunjukan panitera pengganti sekaligus jurisita/jurusita pengganti. Kemudian ketua Majelis menetapan hari sidang dengan menerbitkan Penetapan Hari Sidang.
Dalam layanan ini, pihak-pihak berperkara dapat melakukan pedaftaran perkara online di Pengadilan melalui aplikasi e-court, apabila pihak berperkara tersebut sebelumnya telah terdaftar sebagai pengguna terdaftar layanan administrasi secara elektronik, hal ini dilakukan tidak saja oleh advokat, namun berdasarkan perma nomor 1 tahun 2019 juga oleh pengguna terdaftar lain dimana layanan ini dapat dilakukan oleh perorangan, kementrian dan lembaga/BUMN atau badan usaha lain.
Pendaftaran perkara online dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Memilih pengadilan yang berwenang 2) Mengunggah (upload) surat kuasa khusus
3) Mendapatkan nomor pendaftaran online (bukan nomor perkara) 4) Menginput data para pihak
5) Mengunggah (upload) dokumen gugatan/permohonan dan surat persetujuan prinsipal serta bukti-bukti surat yang sudah bermeterai dan dinazegelen untuk beracara secara elektronik 6) Mendaftarkan perhitungan taksiran biaya panjar (e-SKUM) 7) Pengguna terdaftar, melakukan pembayaran secara elektronik
2. Pembayaran panjar biaya perkara (e-payment)
Sebelum suatu perkara didaftarkan, terlebih dahulu harus membayar biaya perkara. Aplikasi e-court menyediakan perhitungan panjar biaya perkara secara otomatis dan mengeluarkan e-SKUM.
Komponen biaya panjar perkara dalam e-court terdiri dari:
1) Biaya pendaftaran
2) PNBP surat kuasa dan panggilan penggugat maupun tergugat 3) Alat tulis kantor
4) Biaya penggandaan gugatan untuk para tergugat
5) Panggilan tergugat x 5 (mediasi x 2 dan panggilan sidang x 3), khusus untuk perkara cerai talak panggilan x 6
6) Meterai 7) Redaksi
Aplikasi e-court menyediakan kode akun virtual yang dapat digunakan untuk membayar panjar biaya perkara dan PNBP, pendaftaran surat kuasa secara elektronik, baik oleh pengguna terdaftar maupun pengguna lain.
Pengguna terdaftar dan pengguna lain membayar panjar biaya perkara sesuai dengan e-SKUM ke rekening pengadilan pada bank melalui saluran pembayaran secara elektronik, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Memperoleh taksiran panjar biaya perkara (e-SKUM) yang disertai kode akun virtual saluran pembayaran elektronik
20
b. Melakukan pembayaran sesuai dengan taksiran panjar biaya perkara (e-SKUM)
c. Menunggu konfirmasi dari sistem, melakukan pengecekan pembayaran secara otomatis atau konfirmasi pembayaran secara manual dengan mengisi formulir yang disediakan oleh aplikasi e- court.
d. Setelah mendapat konfirmasi dari sistem, pengguna terdaftar dan pengguna lain akan mendapatkan nomor perkara setelah diregister dalam Sistem Informasi Penelurusan Perkara (SIPP)
3. Pemanggilan pihak berperkara (e-summons)
Pemanggilan terhadap pengguna terdaftar disampaikan oleh juru sita kepada penggugat sebagai pengguna terdaftar dengan cara elektronik, sedangkan pihak lain yang bukan pengguna terdaftar atau pengguna lain yang belum ada akunnya tetap dilakukan pemanggilan secara manual oleh juru sita pengadilan ke alamat tempat kediamannya.
Jika pada sidang pertama yang telah ditentukan barulah diminta persetujuannya kepada pihak tergugat atau kalau memakai kuasa, maka secara otomatis menjadi pengguna terdaftar atau bisa juga sebagai pengguna lain dengan cara tertulis untuk dilakukan proses persidangan berikutnya secara elektronik.
Pemanggilan kepada pihak yang beralamat diluar yurisdiksi pengadilan tetap disampaikan oleh juru sita secara elektronik ke
alamat domisili pengguna terdaftar atau pengguna lainnya dengan membuat tembusan ke pengadilan yang mewilayahi pihak yang dipanggil tersebut.
Adapun jika pihak yang dipanggil berdiam diluar negeri, maka dengan menggunakan aplikasi rogatori online yang dapat diakses melalui www.rogatori.kemlu.go.id dan sesuai dengan petunjuk surat Panitera Mahkamah Agung Nomor:
1747/PAN/HK.01/8/2018 tanggal 8 Agustus 2018.
Pemanggilan terhadap pihak yang gaib dilakukan menurut pasal 390 ayat (3) HIR dan Pasal 6 ke-7 Rv yang menegaskan dengan cara penempelan pada papan pengumuman di pintu ruang sidang atau dimuat dalam salah satu harian atau surat kabar yang terbit di wilayah hukum pengadilan yang bersangkutan. Adapun khusus untuk perkara perceraian berlaku ketentuan seperti diatur dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan tata cara pemanggilan yang gaib seperti tersebut diatas belum diatur secara rigid, baik di Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi perkara di Pengadilan secara elektronik maupun di Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019, sehingga ketentuan hukum acara yang baku masih tetap diberlakukan.
Apabila tergugat setuju dengan menggunakan elektronik, maka untuk selanjutnya dilakukan proses pesidangan secara elektronik. Adapun jika tergugat tidak setuju maka persidangan tetap
22
dilakukan sebagaimana biasa kecuali pemanggilan kepada penggugat tetap dilakukan secara elektronik. Sesuai dengan ketentuan tetap memperhatikan tenggang waktu yang tidak boleh kurang dari tiga hari kerja sejak panggilan disampaikan kepada para pihak, baik secara elektronik maupun dengan cara manual.
Aplikasi e-court digunakan untuk menyampaikan relaas panggilan kepada pihak beperkara secara elektronik. Praktiknya untuk panggilan pertama kepada penggugat kuasanya dilaksanakan secara elektronik, sedangkan kepada pihak tergugat dilakukan secara manual. Jika pihak tergugat tidak berada di tempat, maka panggilan dilaksanakan melalui lurah/kepala desa. Bagi tergugat yang sejak awal tidak diketahui alamatnya, maka panggilan dilakukan melalui panggilan umum (pengumuman).
Panggilan disampaikan secara elektronik oleh juru sita/JSP khusus kepada penggugat kuasanya yang melakukan pendaftaran secara elektronik dan pihak tergugat yang telah menyatakan persetujuannya secara tertulis. Panggilan dikirim melalui aplikasi e- court ke domisili elektronik para pihak.
Dalam hal pihak yang dipanggil berdomisili di luar wilayah hukum pengadilan yang memeriksa perkara, panggilan dapat dikirim kepada pihak secara elektronik, dan surat panggilan tersebut ditembuskan kepada pengadilan di wilayah hukum tempat pihak tersebut berdomisili.
4. Persidangan
Pada sidang pertama pihak penggugat/kuasanya dipanggil secara elektronik ke alamat "domisili elektroniknya", tanpa dibebani biaya, atau nihil, sementara tergugat dipanggil secara manual ke alamatnya dan dibebani biaya sebagaimana ketentuan dalam radius tentang biaya panggilan sesuai dengan surat keputusan ketua pengadilan.
Pada sidang pertama, jika penggugat dan tergugat hadir, maka majelis hakim dapat memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban para pihak terkait persidangan secara elektronik, guna kelancaran persidangan, kemudian langkah yang harus dilakukan majelis hakim, yaitu:
1) Meminta asli surat kuasa.
2) Meminta asli surat gugatan/permohonan.
3) Meminta asli surat persetujuan prinsipal untuk beracara secara elektronik kepada kuasa penggugat/pengguna terdaftar.9
Selanjutnya kepada pihak tergugat, majelis hakim hendaknya menawarkan kepada tergugat untuk beracara secara elektronik. Apabila dalam persidangan tergugat diwakili oleh advokat, maka persetujuan untuk beracara secara elektronik dari tergugat (prinsipal) tidak diperlukan lagi, dan kuasa hukum tergugat tersebut, apabila belum terdaftar sebagai pengguna layanan
9 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republk Indonesa, Pelaksanaan Administrasi perkara dan persidangan Pengadilan secara Elektronik 2020.
24
elektronik, maka diperintahkan untuk mendaftarkan diri sesuai ketentuan yang berlaku, sampai diperolehnya hak sebagai pengguna terdaftar. Sementara itu, jika pihak tergugat tidak setuju persidangan dilakukan secara elektronik (e-Litigation), maka proses persidangan dilakukan dengan acara biasa, dan penggugat/kuasanya tetap harus menghadiri setiap persidangan.10
Apabila pada sidang pertama, penggugat hadir sedangkan tergugat tidak hadir, maka setiap tundaan sidang penggugat diberitahu di muka sidang, kecuali jika penggugat tidak hadir, maka panggilan kepada penggugat harus dilakukan secara elektronik tanpa dipungut biaya, sementara pihak tergugat yang tidak hadir dipanggil secara manual. Di bawah ini akan penulis uraikan praktik persidangan e- Litigation yang dihadiri oleh kedua belah pihak.
Setelah majelis hakim meminta asli surat kuasa, asli surat gugatan, dan asli surat persetujuan principal untuk beracara secara elektronik, maka langkah berikutnya yaitu:
1) Meneliti dokumen elektronik yang diserahkan penggugat.
2) Menetapkan jadwal sidang berikutnya.
3) Memerintahkan para pihak untuk melakukan mediasi sesuai dengan ketentuan PERMA Nomor 1 Tahun 2016.11
Sebelum pelaksanaan mediasi, ketua majelis menjelaskan tentang tata cara mediasi sebagaimana ketentuan Perma Nomor 1
10 Ibid
11 Ibid
Tahun 2016, dan diperintahkan kepada kedua belah pihak menandatangani “Surat pernyataan para pihak tentang penjelasan mediasi", kemudian sidang ditunda untuk mediasi.
Pada persidangan lanjutan ketua majelis memeriksa laporan hasil mediasi yang dilakukan mediator, dan jika laporan tidak berhasil, majelis hakim berusaha mendamaikan kembali kedua belah pihak beperkara. Khusus perkara perceraian dan pembatalan nikah, setelah usaha damai tidak berhasil, ketua majelis wajib menyatakan sidang tertutup untuk umum. Kemudian dibacakan surat gugatan penggugat.
Setelah pembacaan surat gugatan penggugat, majelis hakim melakukan konfirmasi tentang pendaftaran akun tergugat pada aplikasi e-court, jika sudah menjadi pengguna terdaftar, maka langkah berikutnya wajib menetapkan jadwal dan agenda persidangan elektronik (court calendar) atau proses persidangan lanjutan sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (1) Perma Nomor 1 Tahun 2019, meliputi penyampaian jawaban, replik, dan duplik, pembuktian, kesimpulan, dan putusan.12
Berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf a Perma Nomor 1 Tahun 2019, penyampaian jawaban, replik, dan duplik tersebut, paling lambat pada hari dan jam sidang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Namun sebaiknya menurut penulis
12 Ibid
26
disampaikan sehari sebelum sidang dilaksanakan, mengingat semua dokumen itu akan diverifikasi dan diunggah (upload) untuk dikumpulkan dan disusun dalam satu map berkas perkara, selanjutnya akan disampaikan kepada pihak-pihak berperkara sesuai dengan jadwal dan agenda persidangan ke alamat domisili elektronik masing- masing pihak melalui “Sistem Informasi Pengadilan”.13
Penetapan jadwal dan agenda sidang, meskipun hak majelis hakim, namun sebaiknya dirundingkan kepada kedua belah pihak, untuk disepakati guna kelancaran proses sidang. Sebagai contoh jadwal dan agenda sidang elektronik di bawah, bukanlah sesuatu yang baku, melainkan setiap majelis hakim dapat membuat court calendar masing-masing sesuai dengan format yang diinginkan
Sebagaimana telah disinggung di atas, setelah tahapan mediasi dilalui, maka persidangan secara elektronik dilaksanakan atas persetujuan penggugat dengan tergugat, di mana persetujuan penggugat sebenarnya telah diberikan pada saat pendaftaran perkara secara elektronik. Apabila tergugat setuju dengan persetujuan secara tertulis bahwa sidang akan dilakukan secara elektronik. Hakim/hakim ketua menetapkan jadwal persidangan (court calendar) secara elektronik dalam sebuah penetapan ketua pengadilan yang disepakati oleh para pihak. Persidangan hari pertama tersebut dilakukan di ruang sidang pengadilan sesuai dengan hari dan tanggal sidang yang telah
13 Peraturan Mahkamah Agung nomor 1 tahun 2019 tentang pendaftaran perkara secara elektronik dan persidangan secara elektronik.
ditetapkan dalam penetapan hari sidang (PHS) dan penetapan jadwal persidangan secara elektronik ditetapkan oleh hakim/hakim ketua sampai proses jawab menjawab dari para pihak yang disepakati antara para pihak.14
Hakim/hakim ketua dapat memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban hal-hal apa saja yang harus dilakukan oleh para pihak terkait persidangan secara elektronik pada sidang pertama guna memberikan kemudahan, pemahaman dan kelancaran jalannya persidangan secara elektronik.
5. Pembuktian
Perbedaan pembuktian dalam persidangan secara e-litigasi dengan sidang konvensional adalah adanya kewajiban bagi penggugat dan tergugat untuk meng-upload semua dokumen bukti surat yang telah bermateri ke dalam sistem informasi pengadilan. Selebihnya, persidangan pembuktian surat sama persis dengan persidangan konvensional. Penggugat dan tergugat menyerahkan fotokopi bermateri alat bukti surat dengan menunjukkan dokumen aslinya kepada majelis hakim.
Hal menarik lain dalam persidangan pembuktian secara e- litigasi adalah dimungkinkannya pemeriksaan keterangan saksi dan/atau ahli dapat dilaksanakan secara jarak jauh melalui media telekomunikasi audiovisual yang memungkinkan semua pihak dapat
14 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republk Indonesa, Pelaksanaan Administrasi perkara dan persidangan Pengadilan secara Elektronik 2020
28
berpartisipasi dalam persidangan. Pemeriksaan saksi dan ahli secara jarak jauh ini merupakan solusi bagi para pihak yang mengalami hambatan menghadirkan saksi atau ahli yang tidak bisa hadir di ruang sidang pengadilan karena berbagai alasan seperti sakit, berada jauh dari pengadilan dan sebagainya.
Kesepakatan para pihak untuk melakukan pemeriksaan saksi dan ahli secara jarak jauh ini menjadi syarat penting. Ketika para pihak tidak menyepakatinya, maka pemeriksaan saksi dan ahli tetap dilakukan di ruang sidang pengadilan.
Pelaksanaan telekonferen dilaksanakan dengan infrastruktur pengadilan. Pengadilan wajib menyediakan semua perangkat elektronik yang dibutuhkan untuk pelaksanaan telekonferen. Biaya yang dikeluarkan telekonferen ditanggung oleh penggugat atau kepada tergugat ketika ia menginginkan pemeriksaan saksi dan ahlinya secara telekonferen. Sebagai ilustrasi, ketika penggugat mengajukan perkara di Jakarta Pusat dan saksinya berada di Medan maka biaya telekonferen pemeriksaan saksi yang berada di Medan harus ditanggung oleh penggugat. Demikian juga ketika tergugat menginginkan pemeriksaan saksinya yang berada di Bali, maka biaya pemeriksaan saksi dengan menggunakan alat telekonferen tersebut ditanggung oleh tergugat. Jika komunikasi terganggu oleh karena jaringan internet dan sebagainya sehingga interaksi antar pihak dan majelis hakim, maka teleconference tersebut tidak dapat dinyatakan
sebagai sarana pemeriksaan saksi yang baik dan oleh karena itu pemeriksaannya harus diulang kembali pada saat yang ditentukan untuk itu oleh hakim/hakim ketua.15
Selain itu, pada sidang tahap pembuktian dilakukan langsung di depan persidangan di mana pada tahap ini asli surat-surat bukti tersebut diperlihatkan di muka sidang tersebut yang sebelumnya para pihak wajib mengunggah dokumen bukti-bukti surat yang bermeterai ke dalam sistem informasi persidangan.
Bukti elektronik sebenarnya sudah lama dapat digunakan sebagai alat bukti dalam persidangan sebagaimana surat Ketua Mahkamah Agung Nomor: 37/TU/88/Pid tanggal 14 Januari 1988 ditujukan kepada Menteri Kehakiman yang menyatakan bahwa microfilm dapat diterima sebagai alat bukti surat sepanjang bisa dijamin autentikasinya. Apabila dianalogikan dengan pertimbangan Mahkamah Agung tanggal 14 April 1976 yang menyatakan bahwa fotokopi dapat diterima sebagai alat bukti apabila disertai keterangan dengan jalan apa pun bahwa fotokopi itu sesuai dengan aslinya, maka faks, microfilm atau microfische dapat dianggap sebagai alat bukti tertulis. Sehingga Sudikno Mertokusumo mengatakan bahwa alat bukti yang bersifat demonstrative evidence seperti mikrofilm, foto, dan sebagainya dapat diadikan sebagai alat bukti jika dapat dibuktikan autentikasi dari alat bukti tersebut. Sebenarnya pada saat
15 Ibid
30
ini semakin banyak bermunculan alat bukti elektronik dalam praktik kehidupan masyarakat misalnya SMS, CCTV (Closed Circuit Tele Vision), informasi elektronik, tiket elektronik, e-mail, e-commerce, dan sebagainya yang semua itu terjadi dalam interaksi antar anggota masyarakat yang dapat dijadikan alat bukti apabila timbul permasalahan hukum di antara mereka.
Pembuktian dan alat bukti tetap sama dengan pembuktian pada acara non-e-litigation, namun begitu terhadap perkara-perkara tertentu dimungkinkan pada saat sekarang ini mengarah pada penggunaan dan pengakuan terhadap dokumen elektronik sebagai alat bukti yang sah seperti dikenal online trading dalam bursa efek dan pengaturan mikro film serta sarana elektronik sebagai media penyimpan dokumen perusahaan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan. Selanjutnya terhadap segala dokumen yang disimpan dalam bentuk elektronik (paperless) tersebut (mikro film) dapat dijadikan alat bukti yang sah seandainya terjadi sengketa di Pengadilan. Selain itu dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Pasal 5 mengatakan bahwa: "Informasi dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah dan memiliki akibat hukum yang sah. Ini merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia."
6. Kesimpulan dan Putusan
Apabila pemeriksaan alat bukti telah selesai maka hakim ketua majelis membuat penetapan kembali tentang court calendar untuk sidang penyampaian kesimpulan dari masing-masing pihak secara elektronik dan sekaligus jadwal pembacaan putusan yang juga disetujui oleh para pihak. Setelah para pihak menyampaikan kesimpulan pada tanggal yang telah ditetapkan tersebut dapat dilanjutkan sesuai waktu yang ditetapkan untuk membacakan putusan/penetapan. Adapun bagi pihak yang tidak mengirimkan kesimpulannya pada tanggal tersebut dianggap sudah tidak memenuhi haknya untuk menyampaikan kesimpulan dan tidak ada penjadwalan ulang kembali untuk itu.
Pada tanggal yang telah ditetapkan hakim/hakim ketua membacakan putusan/penetapan secara elektronik. Putusan/penetapan tersebut disampaikan kepada para pihak dan telah dipandang sampai apabila telah disampaikan melalui sistem informasi pengadilan dengan format pdf dan hal ini dipandang secara hukum pengucapan putusan/penetapan telah dihadiri oleh para pihak.
Terhadap putusan/penetapan dapat diminta oleh para pihak dalam bentuk cetak maupun dalam bentuk elektronik dan untuk itu dikenakan biaya PNBP dan materai.16
16 Lihat selengkapnya dalam H. Amran Su’adi, Pembaruan Hukum Acara Perdata di Indonesia; Menakar Beracara di Pengadilan secara Elekronik, Jakarta: Prenadamedia Grup: 2019, hal 77-101
32 BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum
Keberadaan Pengadilan Agama Sarolangun, merupakan konsekwensi logis dari terbentuknya Kabupaten Sarolangun berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 yang sebelumnya bernama Kabupaten Sarko (Sarolangun Bangko). Atas prakarsa Pengadilan Tinggi Agama Jambi dan Ketua Pengadilan Agama Bangko Drs. Hamid Rasyid serta dengan dukungan penuh dari Bupati Sarolangun H. Muhammad Madel, maka diusulkanlah pendirian Pengadilan Agama Sarolangun kepada Departemen Agama RI.
Proses panjang pembentukan Pengadilan Agama Sarolangun tersebut berawal dari adanya sambungan telepon dari Pengadilan Tinggi Agama Jambi tanggal 15 Nopember 1999 mengenai permintaan rekomendasi dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sarolangun untuk didirikan kantor Pengadilan Agama di Sarolangun.1
Menanggapi surat dari Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jambi tersebut, Ketua Pengadilan Agama Bangko dan jajarannya langsung memberikan respon secara cepat dan serius dengan menerbitkan Surat Dinas Nomor : PA.e/4/K/OT.01.1/605/1999 tentang mohon Rekomendasi dan dukungan Pemerintah Kabupaten Sarolangun kepada Bupati Sarolangun.2
1Tim Penyusun PTA Jambi. Menilik Peran Peradilan Agama/Mahkamah Syar’iyah di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah (Tempo Doeloe, Sekarang dan Prospek Mendatang). Jambi, Pengadilan Tinggi Agama Jambi, 2016, hal 208
2 Ibid, hal. 209
Di lain pihak, Bupati Sarolangun ternyata juga memberikan perhatian yang sangat besar terhadap persoalan tersebut. Hal itu dibuktikan dengan tindakan cepat Bupati yang dengan segera menanggapi surat Pengadilan Agama Bangko tersebut melalui surat rekomendasi Nomor:
B.41.1/0062/Umum tertanggal 01 Desember 1999 yang ditandatangani oleh Sekretaris Daerah a.n. Bupati Kabupaten Sarolangun.
Selanjutnya menyikapi Surat Rekomendasi Bupati Sarolangun tersebut, Ketua Pengadilan Agama Bangko menerbitkan Surat Keputusan Nomor : PA.e/4/K/KP.07.5/2000 tanggal 26 Februari 2000 tentang Penyusunan Tenaga Operasional persiapan Pengadilan Agama Sarolangun di Balai Sidang Keliling Pengadilan Agama Bangko di Sarolangun dengan susunan sebagai berikut:
1. Drs. S. Syekhan Al-Jufri : Penanggung Jawab / Ketua Majelis 2. Drs. Nur Yahya : Hakim Anggota
3. Drs. Suhaimi : Hakim Anggota
4. M.Said Saidina, S.Ag : Pembuat SKUM/ Penerima Biaya 5. Drs. Gusmen Yefri : Panitera Pengganti
6. Tettazani : Jurusita Pengganti3
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya pada tanggal 22 Desember 2000, terbitlah Keputusan Presiden RI Nomor 179 Tahun 2000 tentang Pembentukan Pengadilan Agama (termasuk Pengadilan Agama Sarolangun), kemudian dilanjutkan dengan terbitnya Surat Keputusan
3 Ibid, hal. 210
34
Menteri Agama RI Nomor B.II/3/2349.A/2001 tertanggal 25 Juni 2001 tentang pengangkatan Drs. S. Syekhan Al-Jufri sebagai Ketua Pengadilan Agama Sarolangun, maka secara yuridis formil berdirilah Pengadilan Agama Sarolangun. Selanjutnya pada tanggal 21 Agustus 2001 Pengadilan Agama Sarolangun diresmikan oleh Bupati Sarolangun H. Muhammad Madel, bersamaan dengan itu telah dilantik Ketua Pengadilan Agama Sarolangun pertama Drs. S. Syekhan Al-Jufri oleh Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jambi waktu itu yaitu Drs. H. Mahfudh Arhasy, S.H.4
Seiring dengan berjalannya waktu, maka sampai saat ini telah terjadi beberapa kali pergantian pucuk pimpinan di lingkungan Pengadilan Agama Sarolangun diantaranya: Dra. Lisdar (2005-2010), Drs. Abdul Manaf, M.E.I (2010-2014), Drs. Rusyidi AN, S.H. (2014-2015), Drs. Yenisuryadi, M.H.
(2015-2018),5 Korik Agustian, S.Ag., M.H. (2018-2020), Saifullah Anshari, S.Ag., M.Ag. (2020-2021) dan Arif Irhami, S.H.I, M.Sy. (2021-sekarang).6
Kabupaten Sarolangun merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jambi terletak di bagian barat Provinsi Jambi. Secara Geografis wilayah Kabupaten Sarolangun terletak pada posisi 1020 03’39” sampai 1030 13’17”
BT dan antara 010 53’39” LS sampai 020 46’24” LS (Meridian Greenwich).
Secara administrasi, Kabupaten Sarolangun terbagi menjadi 10 (sepuluh) kecamatan dengan luas wilayah masing-masing dapat dilihat dalam tabel berikut (data tahun 2014):
4 Ibid, hal. 209
5 Ibid, hal. 210-211
6 Wawancara dengan Faisal Munawwar, selaku Sekretaris Pengadilan Agama Sarolangun, tanggal 17 Maret 2021
Tabel I
No. Kecamatan Ibukota
Luas Wilayah
Km² %
1 Batang Asai Pekan Gedang 858 13.90
2 Pauh Pauh 1.770 28.67
3 Sarolangun Sarolangun 319 5.17
4 Bathin VIII Limbur Tembesi 498 8.07
5 Mandiangin Mandiangin 636 10.30
6 Air Hitam Jernih 471 7.63
7 Limun Pulau Pandan 799 12.94
8 Cermin Nan Gedang Lubuk Resam 320 5.18
9 Pelawan Pelawan 330 5.34
10 Singkut Singkut 173 2.80
Pengadilan Agama Sarolangun memiliki visi yang sejalan dengan visi Mahkamah Agung Republik Indonesia yaitu "Mewujudkan Pengadilan Agama Sarolangun yang agung".
Sedangkan misi Pengadilan Agama Sarolangun adalah:
1. Menjaga kemandirian Pengadilan Agama Sarolangun ;
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan Pengadilan Agama Sarolangun;
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pengadilan Agama Sarolangun;