• Tidak ada hasil yang ditemukan

adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

2.1 Kecerdasan Emosional

Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pemimpin yang cerdas secara emosional adalah pemimpin yang mampu melihat dan merasakan apa yang dirasakan bawahan sehingga mampu menggerakkan dan memberdayakan bawahan dengan optimal. Goleman (2005) menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain serta menggunakan perasaan tersebut untuk mengarahkan, memotivasi dan mengelola emosi, pikiran dan perilaku orang lain. Goleman juga menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat. Aziz dan Mangestuti (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi secara tepat. Goleman (2005) membagi kecerdasan emosional dalam lima dimensi yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan kecakapan dalam relasi.

1. Kesadaran Diri

adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan

(2)

8

keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat.

2. Pengaturan Diri

adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

3. Motivasi

merupakan kondisi yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta bertindak efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan.

4. Empati

merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan.

5. Keterampilan Sosial

adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin,

(3)

9

bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam tim. Cooper dan Sawaf (1998) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut pemilikan perasaan untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan kecerdasan emosional diharapkan seseorang mampu menggunakan pikirannya untuk mengambil keputusan yang tepat dan memecahkan masalah menggunakan ketrampilan kognitif antara lain, mengenali isyarat dan aturan sosial atau sopan santun, introspeksi atau evaluasi diri, berpikir positif;

kesadaran diri, dan menyelesaikan masalah dan memiliki keterampilan perilaku meliputi kemampuan non-verbal.

2.2 Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. Eckersley (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai perasaan instuisi yang dalam terhadap keterhubungan dengan dunia luas di dalam hidup manusia.

Agustian (2006) mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah

(4)

10

kemampuan memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip hanya karena Allah.

Berman (2005; dalam Trihandini, 2005) menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual dapat memfasilitasi dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Sukidi (2002) menjelaskan tentang nilai-nilai kecerdasan spiritual berdasarkan dimensi- dimensi kecerdasan spiritual Zohar dan Marsyal, yang banyak dibutuhkan dalam dunia bisnis, yaitu:

1. Mutlak jujur

Kata kunci pertama untuk sukses di dunia bisnis adalah mutlak jujur, yaitu berkata benar dan konsisten akan kebenaran. Ini merupakan hukum spiritual dalam dunia usaha.

2. Keterbukaan

Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam di dunia bisnis, maka logikanya apabila seseorang bersikap fair atau terbuka maka ia telah berpartisipasi di jalan menuju dunia yang baik.

3. Pengetahuan diri

Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan dibutuhkan dalam kesuksesan sebuah usaha karena dunia usaha memperhatikan dalam lingkungan belajar yang baik.

(5)

11 4. Fokus pada kontribusi

Dalam dunia usaha terdapat hukum yang lebih mengutamakan memberi daripada menerima. Hal ini penting berhadapan dengan kecenderungan manusia untuk menuntut hak ketimbang memenuhi kewajiban. Untuk itulah orang harus pandai membangun kesadaran diri untuk lebih terfokuas pada kontribusi.

5. Spiritual non dogmatis

Komponen ini merupakan nilai kecerdasan spiritual dimana di dalamnya terdapat kemampuan untuk bersikap fleksibel, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, serta kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai.

Asih (2004) menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual digunakan untuk menghadapi masalah-masalah eksitensial, yaitu ketika orang secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi akan menjalankan agamanya dengan benar. Kecerdasan spiritual juga memungkinkan orang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain. Seorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian, bertanggungjawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain, dan bisa memberi inspirasi kepada orang lain.

(6)

12

Kecerdasan spiritual dapat juga menjadikan orang lebih cerdas secara spiritual dalam beragama, artinya seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi mungkin menjalankan agamanya tidak secara ekslusif, fanatik atau prasangka. Kecerdasan spiritual juga memungkinkan orang untuk menyatukan hal- hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain.

Seorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian, bertanggungjawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain, dan bisa memberi inspirasi kepada orang lain.

2.3 Kecerdasan Budaya

Kecerdasan budaya adalah kemampuan individu untuk memandang, menafsirkan, dan bertindak secara efektif dalam kondisi yang memiliki keragaman budaya (Early & Peterson, 2004: 107). Kecerdasan budaya adalah dimensi baru kecerdasan yang memiliki hubungan sangat erat dengan lingkungan kerja yang berbeda. Kecerdasan budaya memungkinkan individu mengidentifikasi bagaimana orang lain berpikir dan bagaimana mereka bereaksi terhadap pola perilaku. Akibatnya, ini mengurangi hambatan komunikasi antar budaya dan memberi individu wewenang untuk mengelola keragaman budaya (Fayyazi, Jan nesari & Ahmadi, 1385: 42). Kecerdasan budaya yang berfokus pada kemampuan khusus yang diperlukan untuk hubungan dan efektivitas individu kualitatif dalam kondisi

(7)

13

budaya yang berbeda, berkonsentrasi pada aspek lain dari kecerdasan kognitif, dan kecerdasan budaya mencakup pandangan pribadi yang berguna untuk menyesuaikan diri terhadap interaksi dan kondisi lintas budaya. Kehadiran yang sukses dalam kelompok kerja multikultural. Untuk lingkungan budaya, penting bagi manajer budaya untuk memperkuat komponen intelijen budaya dan stimulasi aktivitas mereka dalam tiga dimensi fisik kognitif dan emosional. Di dunia sekarang dimana ada varietas budaya di dalamnya, hubungan baik telah berubah menjadi tantangan yang lebih besar. Pengakuan yang menghargai dan mendukung perbedaan ini dapat memaksimalkan keuntungan setiap individu di tempat kerjanya (Bibikova &

Kotelnikov, 2006: 3). Kecerdasan budaya membantu orang untuk menjadi sensitif di depan berbagai budaya dan menganalisis budaya baru yang mereka hadapi.

2.4 Kepemimpinan Transformasional

Menurut Robbins (2008), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya suatu tujuan. Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

Tipe pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memotivasi para pengikutnya untuk bekerja mencapai sebuah tujuan, bukan untuk kepentingan pribadi jangka pendek, dan

(8)

14

untuk mencapai prestasi dan aktualisasi diri, bukan demi perasaan aman (Bernard 2006). Dalam kepemimpinan transformasional, dianggap sebagai kasus khusus dari kepemimpinan transaksional, imbalan bagi para pekerja bersifat internal. Dengan mengekspresikan visinya, pemimpin transformasional mengajak pengikutnya untuk bekerja mencapai sebuah tujuan.

Sebaliknya dalam kepemimpinan transformasional, pemimpin menciptakan visi dan lingkungan yang memotivasi para karyawan untuk berprestasi melampaui harapan. Dalam hal ini, para karyawan merasa percaya, kagum, loyal dan hormat kepada pimpinannya, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka. Diyakini bahwa gaya ini akan mengarah pada kinerja superior dan terbaik dalam organisasi yang sedang menghadapi tuntutan pembaharuan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.

Kepemimpinan pada dasarnya adalah proses mempengaruhi orang lain. Adapun indikator dari kepemimpinan transformasional menurut Bass (1990) adalah:

a. Kharisma mengarah pada perilaku kepemimpinan transformasional yang mana pengikut berusaha keras melebihi apa yang dibayangkan.

b. Motivasi inspiratif dimana pimpinan menggunakan berbagai simbol untuk memfokuskan usaha atau tindakan dan mengekspresikan tujuan dengan cara-cara sederhana.

(9)

15

c. Stimulasi intelektual adalah upaya memberikan dukungan kepada pengikut untuk lebih inovatif dan kreatif dimana pemimpin mendorong pengikut untuk menanyakan asumsi, memunculkan ide baru.

d. Individual Consideration pemimpinan transformasional memberikan perhatian khusus pada kebutuhan setiap individu untuk berprestasi dan berkembang.

2.5 Model Penelitian

Berdasarkan telaah pustaka diatas dapat ditunjukkan model penelitian pada gambar 2.1 sebagai berikut:

H1 H4

H6 H2 H5

H3

Gambar 2.1 Model penelitian Kecerdasan

Emosional

Kecerdasan Budaya Kecerdasan

Spiritual Kinerja

Kepemimpinan Transformasional

Referensi

Dokumen terkait

Penggerek polong Polong Menggerek polong (terdapat kotoran pada polong) KACANG HIJAU Lamprosema indicata (Lepidoptera: Pyralidae) Ulat penggulung daun. Daun

Telah dilakukan penelitian Simulasi Atom Hidrogen berdasarkan teori klasik berbasis JAVA dengan menggunakan IDE Eclipse yang bertujuan mengetahui dan memvisualisasikan Model

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Gampong di Kecamatan Meureudu, 2014. Nama Gampong Penduduk (Jiwa) Jumlah

Pemberian pakan tambahan pelet yang dikombinasi dengan ampas tahu, dedak, daun singkong, dan daun kangkung menunjukkan bahwa jenis pakan tersebut masih dapat dikonsumsi oleh

Pengamatan Penghambatan Proliferasi Pengamatan penghambatan proliferasi sel HeLa juga dilakukan dengan metode MTT, tetapi digunakan sampel pada konsentrasi yang tidak mematikan

dengan Entitas Anak. Deposito mudharabah dinyatakan sebesar nilai nominal sesuai dengan perjanjian antara pemegang deposito mudharabah dengan Entitas Anak. Dana syirkah

cair maupun yang tidak direndam asap cair menunjukkan nilai yang sesuai dengan standar SNI < 20%, sehingga dapat dinyatakan bahwa kadar air ikan lele tersebut telah

Berdasarkan analisis logistik kelas laten terhadap data hasil survey TIMSS tahun 2007, prestasi matematika siswa SLTP kelas 8 di Indonesia berdasarkan kemampuannya dalam bidang